• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor Penyebab Perilaku Seks Pranikah Pada Siswa Anggota Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai) Tahun 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor Penyebab Perilaku Seks Pranikah Pada Siswa Anggota Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai) Tahun 2017"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, Kementerian Kesehatan RI (2010) mengatakan bahwa untuk mewujudkan remaja yang sehat, tangguh, dan produktif serta mampu bersaing, tentunya diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan dan membina kesehatan remaja yang melibatkan semua pihak termasuk orang tua, sekolah, masyarakat, dan pemerintah. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah yang dimotori oleh Departemen Kesehatan RI adalah memperkenalkan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) yang diadopsi dari WHO sejak tahun 2003 yang berbasis di Puskesmas. Pada akhir 2015 tercatat 33,33% Puskesmas diseluruh Indonesia telah melaksanakan PKPR. Di Provinsi Sumatera Utara terdapat 570 puskesmas dan baru 171 Puskesmas yang menyelenggarakan PKPR (Ditjen Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI, 2016).

(2)

Program PKPR ini sangat strategis karena sesuai kebutuhan dan hak remaja untuk mendapatkan pelayanan kesehatan secara maksimal. PKPR dapat dilaksanakan di Puskesmas, Rumah Sakit atau tempat-tempat dimana remaja berkumpul termasuk di Sekolah atau lainnya (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

Menurut WHO, yang disebut remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut Menteri Kesehatan RI tahun 2010, batas usia remaja adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum menikah.

Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah (Hurlock, 1998). Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial (DKJM, 2001).

Remaja Indonesia sedang mengalami perubahan sosial yang cepat dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai, dan gaya hidup mereka. Kesehatan remaja sebagian besar ditentukan oleh perilaku mereka. Hal terpenting dan kompleks menyangkut perilaku kesehatan remaja adalah masalah seksual (Suryoputro,dkk, 2006).

(3)

Perilaku seks pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual dengan lawan jenisnya, melalui perbuatan yang tercermin dalam bentuk-bentuk perilaku seks pranikah dari tahap yang paling ringan hingga tahap yang paling berat yang dilakukan sebelum pernikahan resmi menurut hukum dan agama (Irianto, 2015).

Menurut Sarwono (2006), ada beberapa faktor yang dianggap berperan dalam munculnya permasalahan perilaku seks pranikah pada remaja, diantaranya perubahan hormonal yang dapat meningkatkan hasrat seksual, penyebaran informasi yang salah misalkan dari buku dan VCD porno, rasa ingin tahu yang sangat besar serta kurangnya pengetahuan yang didapat dari orang tua maupun sekolah. Terdapat juga beberapa alasan lain yang menyebabkan remaja melakukan seks pranikah diantaranya sebagai bukti cinta dan sangat mencintai pacar, dijanjikan akan menikah, takut mengecewakan pacar, dan takut diputusin pacar.

Menurut United Nations Development Economic and Social Affairs (UNDESA, 2010), Indonesia termasuk negara tertinggi kedua di ASEAN yang memiliki persentase yang tinggi pada kasus pernikahan usia muda dan seks pranikah pada remaja. Dari survei yang sama didapatkan alasan hubungan seks pranikah tersebut sebagian besar karena penasaran dan ingin tahu (57,5% pria), terjadi begitu saja (38% perempuan), dan dipaksa oleh pasangan (12,6% perempuan) (PUSDATIN Kementerian Kesehatan , 2015).

(4)

menunjukkan kejadian seks pranikah di Surabaya sebanyak 54%, Medan 52%, JABODETABEK 51%, dan Bandung 47%.

Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2012 komponen Kesehatan Reproduksi Remaja (SDKI 2012 KRR) bahwa secara nasional terjadi peningkatan angka remaja yang pernah melakukan hubungan seks pranikah dibandingkan dengan data SDKI 2007. Hasil survei SDKI 2012 KRR menunjukkan bahwa sekitar 5,2% remaja usia 15-19 tahun dan 16,4% remaja usia 20-24 tahun menyatakan pernah melakukan hubungan seks pranikah, sedangkan hasil SDKI 2007 hanya sekitar 5% remaja usia 15-19 tahun dan 11,9% remaja usia 20-24 tahun pernah melakukan hubungan seks pranikah. Sehingga selama periode tahun 2007 sampai 2012 terjadi peningkatan kasus remaja yang pernah melakukan hubungan seks pranikah sebanyak 4,7%.

Perilaku seks pranikah di kalangan remaja akan berdampak pada kasus penularan penyakit kelamin seperti infeksi seksual menular seperti trikomoniasis, klamidiasis, sifilis atau gonore, dan HIV/AIDS yang cenderung berkembang di Indonesia. Secara global kasus HIV/AIDS terjadi pada kaum muda 20-29 tahun dengan persentase kasus sebanyak 31,8%. Jumlah kasus HIV positif yang dilaporkan pada tahun 2015 sebanyak 30.935 kasus sedangkan jumlah kasus AIDS yang dilaporkan sebanyak 6.081 kasus. Secara kumulatif kasus AIDS sampai dengan 2015 sebesar 77.112 kasus (Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2016).

(5)

Medan dan delapan kota besar lainnya, yaitu Batam, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Mataram dan Manado. Lebih kurang secara nasional ditemukan 2,5 juta pertahun. Persentase pada tahun 2010, usia melakukan aborsi yakni usia 30 tahun sebesar 58%, 20-30 tahun sebesar 39%, dan usia dibawah 20 tahun sebesar 3%.

Secara umum, remaja laki-laki lebih banyak yang menyatakan pernah melakukan seks pranikah dibandingkan perempuan. Tingginya kasus seks pranikah terjadi karena rendahnya pengetahuan remaja tentang Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) dan median usia kawin pertama perempuan relatif rendah yaitu 19.8 tahun (SDKI, 2007). Selain itu, kenaikan jumlah kasus seks pranikah juga muncul akibat dari program penyuluhan kesehatan peduli remaja yang kurang efektif dan efisien.

SMA Negeri 1 Tanjung Beringin merupakan salah satu sekolah negeri unggulan yang menjadi target pelaksanaan pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) oleh tim Puskesmas dan sudah dibina sejak tahun 2013. Lokasi sekolah terletak di dusun 15, desa Pekan Tanjung Beringin, yang memiliki luas wilayah yang sempit namun dengan jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Tanjung Beringin. Anggota PKPR di SMA Negeri 1 berjumlah 20 orang siswa yang terdiri dari 10 siswa putra dan 10 siswa putri kelas X dan XI.

(6)

presentasi yang kurang memadai. Selama tahun 2016 tercatat sudah dilakukan 12 kali penyuluhan oleh pihak Puskesmas mengenai kesehatan reproduksi remaja, HIV/AIDS, dan napza. Dengan persentase materi kesehatan reproduksi remaja sebanyak 50% dari keseluruhan materi yang disampaikan pada setiap pertemuannya.

Berdasarkan data yang didapatkan melalui survei pendahuluan pada akhir bulan Januari 2017 yang dilakukan pada 10 orang siswa laki-laki dan 10 orang siswa perempuan bertempat di perpustakaan SMA Negeri 1 Tanjung Beringin, ditemukan sebanyak 35% siswa yang terdaftar sebagai anggota PKPR di SMA Negeri 1 Tanjung Beringin sudah melakukan beberapa bentuk dari perilaku seks pranikah. Adapun bentuk perilaku seks pranikah yang dilakukan seperti berpelukan, berciuman, hingga menyentuh bagian sensitif (alat kelamin). Selain itu adanya program PKPR yang dikembangkan disekolah sebagai salah satu layanan bagi remaja tetapi belum memperlihatkan hasil yang optimal.

Berdasarkan uraian diatas, untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam, khususnya mengenai faktor penyebab terjadinya perilaku seks pranikah, maka penulis bermaksud mengadakan suatu penelitian yang berkaitan dengan analisis faktor penyebab perilaku seks pranikah pada anggota PKPR di SMA Negeri 1 Tanjung Beringin Tahun 2017.

1.2Perumusan Masalah

(7)

PKPR yang dikembangkan disekolah sebagai salah satu layanan bagi remaja tetapi belum memperlihatkan hasil yang optimal. Masalah penelitian ini adalah belum diketahui determinan penyebab perilaku seks pranikah pada anggota pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) di SMA Negeri 1 Tanjung Beringin.

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis faktor penyebab siswa anggota PKPR melakukan perilaku seks pranikah di SMA Negeri 1 Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik individu anggota PKPR di SMA Negeri 1 Tanjung Beringin yang melakukan perilaku seks pranikah. 2. Untuk mengetahui faktor internal (hubungan dalam keluarga,

pendidikan agama dalam keluarga, pengetahuan dan sikap tentang kesehatan reproduksi) penyebab siswa melakukan perilaku seks pranikah.

3. Untuk mengetahui faktor eksternal (pengaruh teman sebaya, pengaruh media massa, dan peran program PKPR disekolah) penyebab siswa melakukan perilaku seks pranikah.

(8)

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Pihak Sekolah

Menjadi bahan referensi sejauh mana perilaku seks pranikah anggota pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) dan menjadi acuan dalam pencegahan dan mengatasi masalah remaja.

2. Bagi Pelayanan Kesehatan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan dengan hasil penelitian didapat bahwa Video promosi yang dibuat dapat digunakan oleh dinas Kabupaten Pemalang sebagai salah satu media rancang yang menyampaikan

Berdasarkan hasil simulasi, untuk mendapatkan kondisi pembangkit yang optimum di lokasi tersebut diperlukan fraksi campuran ammonia-air sebesar 87% dengan tekanan

Poltak Sihombing, M.Kom selaku Ketua Program Studi S1 Ilmu Komputer Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara dan dosen pembanding

Cyclic-Cubes dan Wrapped Butterfly Networks (WB) merupakan dua graf yang berbeda dan masih asing ditelinga banyak orang termasuk bentuk dari kedua graf tersebut. Hsu dan Lin

Pendekatan ini digunakan karena mempunyai beberapa kelebihan yang akan mempermudah siswa dalam belajar dan menyelesaikan soal matematika. Beberapa kelebihan

Alternator merupakan generator listrik yang menghasilkan arus bolak-  balik (A), dalam kendaraan bermotor arus yang dihasilkan oleh aki merupakan arus searah (D) dan

Bagi individu yang menjadi cabe- cabean, Peneliti memberikan saran kepada individu yang menjadi cabe- cabean agar dalam bertidak lebih memperhatikan dampak yang akan

Kartowisastro, Ph.D, selaku ketua jurusan sistem komputer dan dosen pembimbing yang telah banyak memberikan ide dan saran serta mengorbankan waktu dan tenaganya untuk