• Tidak ada hasil yang ditemukan

Geografi Dialek Bahasa Batak Toba di Kabupaten Humbang Hasundutan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Geografi Dialek Bahasa Batak Toba di Kabupaten Humbang Hasundutan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa adalah rangkaian tuturan kata, mengandung makna yang dapat

dipahami oleh penuturnya, sedangkan dialek merupakan varian suatu bahasa.

Dialek adalah sistem kebahasaan yang dipergunakan oleh satu masyarakat untuk

membedakannya dari masyarakat lain yang bertetangga yang mempergunakan

sistem yang berlainan walaupun erat hubungannya (Weijnen dalam Ayatrohaedi,

1983:1).

Bahasa daerah merupakan salah satu sumber kosakata bahasa Indonesia

yang perlu dilestarikan. Undang-Undang Kebahasaan Nomor 24/2009 mengatur

tentang ketentuan keberadaan bahasa daerah. Dalam Bab 1 Ketentuan Umum

pasal 1 ayat 6 dinyatakan bahwa bahasa daerah adalah bahasa yang digunakan

turun temurun oleh warga negara Indonesia di daerah – daerah di wilayah Negara

Kesatuan Indonesia. Dalam pasal 42 ayat 1 dinyatakan bahwa pemerintah daerah

wajib mengembangkan, membina, dan melindungi bahasa dan sastra daerah agar

tetap memenuhi kedudukan dan fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat sesuai

dengan perkembangan zaman dan agar tetap menjadi bagian dari kekayaan

budaya Indonesia. Mengingat pentingnya pelestarian bahasa daerah, penelitian

mengenai bahasa daerah layak untuk dilaksanakan.

Bahasa Batak Toba adalah salah satu bahasa daerah yang harus

(2)

bahasa untuk berkomunikasi adalah Kabupaten Humbang Hasundutan. Humbang

Hasundutan adalah sebu

pada

o1' - 2o 28'

Lintang Utara, 98o10' - 98o58' Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya

memiliki batas:

• Sebelah Utara : Kabupaten Samosir

• Sebelah Timur : Kabupaten Tapanuli Utara

• Sebelah Selatan : Kabupaten Tapanuli Tengah

• Sebelah Barat : Kabupaten Pakpak Barat

Kabupaten Humbang Hasundutan berada pada ketinggian 330-2.075 m di atas

permukaan laut (dpl.). Wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan yang berada

pada ketinggian di bawah 500 m dpl. hanya sekitar 12% meliputi sebagian

Kecamatan Pakkat dan Tarabintang, 500-1000 m dpl. sekitar 36% meliputi

Kecamatan Tarabintang, Baktiraja, sebagian wilayah Kecamatan Pakkat dan

Parlilitan, ketinggian antara 1000-1500 m dpl. sekitar 48% meliputi Kecamatan

Doloksanggul, Pollung, Lintongnihuta, Paranginan, Onanganjang, Sijamapolang,

sebagian wilayah Kecamatan Pakkat dan Parlilitan, ketinggian di atas 1500 m dpl.

sekitar 3% meliputi daerah Dolok Pinapan. Jika dilihat dari kemiringan tanah

yang tergolong datar hanya 11%, landai sebesar 20%, dan miring terjal 69%.

Suku Batak terdiri atas lima subsuku, yaitu Batak Toba, Batak Karo, Batak

(3)

itu memiliki bahasanya sendiri, yang disebut dengan bahasa Batak Toba, bahasa

Batak Karo, bahasa Batak Simalungun, bahasa Batak Pakpak Dairi, dan bahasa

Batak Angkola Mandailing. Bahasa Batak Toba sebenarnya bervariasi menurut

daerah geografisnya, sehingga terdapat dialek-dialek yang di daerah Tapanuli

Utara disebut dialek Toba Silindung yang meliputi Kota/Kecamatan Tarutung,

Kecamatan Sipoholon, Kecamatan Sipahutar, Kecamatan Garoga, Kecamatan

Pangaribuan, Kecamatan Pahae Julu, Kecamatan Adiankoting, dan Pahae Jae, di

daerah Humbang Hasundutan disebut dialek Toba Humbang yang meliputi

Kecamatan Siborongborong, Pagaran, Muara, Kabupaten Humbang Hasundutan

(kecuali Kecamatan Parlilitan karena pengaruh teritorial Kabupaten Dairi), dan di

daerah Samosir menggunakan dialek Toba Samosir yang meliputi hanya

Kabupaten Samosir saja, yaitu Kecamatan Palipi, Pangururan, Onan Runggu,

Simanindo, dan Harian. Dialek Toba dipergunakan di wilayah toba, yaitu di

Kecamatan Balige, Laguboti, Porsea, Lumban Julu, Silaen, dan Parsoburan, dan

dialek Sibolga dipergunakan di Sibolga dan sebagian wilayah Silindung, yaitu di

Kecamatan Adiakoting (Kabar Bangun, 1984: 9).

Berdasarkan penelitian terdahulu ciri pembeda dialek-dialek bahasa Batak

Toba itu dapat dibagi atas beberapa perbedaan misalnya: perbedaan fonologis,

morfologis, sintaksis, dan semantis. Perbedaan fonologis misalnya, [amaη] ‘ayah’

(dalam dialek Silindung dan Humbang), [amoη] ‘ayah’ (dalam dialek Toba dan

Samosir), [apaη] ‘ayah’ (dalam dialek Sibolga). Perbedaan yang lain misalnya,

perbedaan semantis, yaitu perbedaan pada tata makna. Contoh kata [puaη]

(4)

dipergunakan pada dialek Silindung, Humbang, dan Sibolga, sedangkan pada

dialek Toba dipergunakan kata [kedan] dan [puan]. Pada dialek Samosir kedua

kata itu dianggap kasar, hanya dipergunakan kepada orang kedua yang statusnya

jauh lebih rendah dari kita (Kabar Bangun, 1984:10).

Penutur Batak Toba di Humbang Hasundutan ini berasal dari hampir

semua wilayah penduduk asli suku Batak Toba, seperti Silindung, Toba,

Humbang, dan Samosir. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia dan

bahasa daerah. Dalam situasi formal lebih sering digunakan bahasa Indonesia,

sedangkan dalam situasi informal atau kesukuan digunakan bahasa Batak Toba.

Namun, terdapat keunikan dalam pemakaian bahasa. Dalam situasi pergaulan

sehari-hari lebih sering terdengar pemakaian bahasa Batak Toba. Dengan kondisi

ini, dapat diasumsikan bahwa akan terjadi keragaman dialek diantara

penutur-penutur bahasa Batak Toba secara sosial.

Penutur bahasa Batak Toba dari suku lain tentu berkomunikasi dengan

cara yang berbeda dengan penutur bahasa Batak Toba itu sendiri. Di sisi lain akan

terdapat juga keragaman dialek di antara penutur bahasa Batak Toba sendiri

karena perbedaan latar belakang atau asal usul berdasarkan letak geografis.

Penutur yang kurang memahami bahasa Batak Toba misalnya mengucapkan kata

[makkan] ‘makan’, sedangkan penutur yang memahami bahasa Batak Toba

mengatakan [maηan] ‘makan’. Dalam penelitian ini hanya akan difokuskan

(5)

Penelitian tentang geografi dialek di wilayah Sumatera Utara sendiri cukup

berkembang. Penelitian yang pernah dilakukan seperti Geografi Dialek Bahasa

Batak Toba Oleh Kabar Bangun,dkk (1984), Geografi Dialek Bahasa Melayu di

Pesisir Timur Asahan oleh Widayati (1997), Geografi Bahasa Melayu di

Kecamatan Tanjung Pura oleh Khairiyah (1999), Geografi Bahasa Batak Karo di

Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo oleh Koramil Kaban (2000),

Geografi dialek Bahasa Mandailing di Kecamatan Lembah Melintang oleh

Riswani Nasution (2001), dan Geografi Dialek Bahasa Batak Toba di Kabupaten

Samosir oleh Yonelda (2013).

Terdapat data yang menarik untuk dideskripsikan dalam kajian geografi

dialek di Kabupaten Humbang Hasundutan ini, misalnya di Kecamatan Parlilitan

terdapat perbedaan fonemis dengan menggunakan kata mrdalan untuk

menyatakan kata ‘berjalan’, sedangkan di Kecamatan Pakkat dan Kecamatan

Dolok Sanggul menggunakan kata mardalan, di Kecamatan Parlilitan digunakan

kata tarum untuk menyatakan kata ‘atap’, di Kecamatan Pakkat dan Dolok

Sanggul menggunakan kata tarup. Begitu pula ada perbedaan beberapa leksikon

di daerah penelitian, misalnya di Kecamatan Parlilitan digunakan kata abu untuk

mengatakan kata ‘abu’, sedangkan di Kecamatan Pakkat dan Dolok Sanggul

menggunakan kata orbuk dan di Kecamatan Parlilitan menggunakan kata bauhun

untuk menyatakan kata ‘anjing’, di Kecamatan Pakkat menggunakan kata biaŋ,

dan di Kecamatan Dolok Sanggul menggunakan kata panaŋgae. Fenomena yang

terjadi di Kecamatan Parlilitan di mana bahasa di daerah Parlilitan lebih berbeda

(6)

terjadi karena pengaruh letak geografis Parlilitan yang berdekatan dengan daerah

Pakpak Barat (lihat peta daerah penelitian).

Fenomena tersebutlah yang menyebabkan peneliti merasa tertarik untuk

melakukan penelitian tentang geografi dialek bahasa Batak Toba dengan wilayah

penelitian di Kabupaten Humbang Hasundutan. Peneliti menetapkan tiga

kecamatan dari sepuluh kecamatan yang ada di Kabupaten Humbang Hasundutan,

yaitu Kecamatan Pakkat, Kecamatan Parlilitan, dan Kecamatan Dolok Sanggul.

Pemilihan ketiga kecamatan tersebut karena ketiga kecamatan itu memiliki ciri

khas wilayah yang berbeda. Kecamatan Parlilitan merupakan kecamatan yang

berdekatan dengan wilayah Pakpak, sehingga terdapat variasi bahasa antara

bahasa Pakpak dengan bahasa Toba di Kecamatan ini. Kecamatan Pakkat

merupakan kecamatan yang berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah dan

Kecamatan Dolok Sanggul merupakan kecamatan yang lokasinya di ibukota

Kabupaten Humbang Hasundutan, sehingga pasti disentuh oleh faktor-faktor dari

(7)
(8)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran variasi fonemis dan variasi leksikon di Kabupaten

Humbang Hasundutan?

2. Bagaimana pemetaan variasi dialek bahasa Batak Toba di Kabupaten

Humbang Hasundutan pada bidang fonologi dan leksikon?

3. Bagaimana penetapan isolek Batak Toba di Kabupaten Humbang

Hasundutan secara statistik bahasa (dialektometri )?

1.3Batasan Masalah

Penelitian ini hanya meliputi persamaan dan perbedaan variasi fonologi dan

variasi leksikon dalam bahasa Batak Toba di Kabupaten Humbang Hasundutan

yang diwujudkan dalam peta bahasa. Untuk penetapan status isolek BBT di

Kabupaten Humbang Hasundutan secara statistik dibatasi hanya pada perhitungan

leksikon karena perbedaan leksikon sudah dapat memenuhi persyaratan untuk

penetapan status isolek di daerah tersebut.

1.4Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Pada dasarnya setiap penelitian itu memunyai tujuan tertentu yang

memberikan arah dan pelaksanaan tersebut. Hal ini dilakukan supaya tujuan dapat

(9)

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan variasi fonemis dan leksikon bahasa Batak Toba di

Kabupaten Humbang Hasundutan

2. Untuk menggambarkan pemetaan variasi fonemis dan leksikon bahasa Batak

Toba di Kabupaten Humbang Hasundutan

3. Untuk mendeskripsikan isolek bahasa Batak Toba di Kabupaten Humbang

Hasundutan.

1.4.2 Manfaat Penelitian

1.4.2.1Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian dialek bahasa Batak Toba di Kabupaten

Humbang Hasundutan ini dapat memberi manfaat:

1. Menjadi bahan acuan dan sumber masukan bagi peneliti lain dalam melakukan

penelitian mengenai geografi dialek bahasa Batak Toba

2. Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang geografi dialek bahasa

Batak Toba

3. Menambah penelitian tentang dialektologi

4. Memberi status penamaan dialek di kabupaten Humbang Hasundutan

(10)

1.4.2.2Manfaat Praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah :

1. Melakukan pelestarian, pembinaan, dan pengembangan salah satu bahasa

nusantara khususnya bahasa Batak Toba (BBT)

2. Sebagai informasi bagi pemerintah daerah mengenai hasil penelitian tentang

ragam dialek BBT

3. Memperkenalkan BBT kepada masyarakat sebagai salah satu bahasa daerah

Referensi

Dokumen terkait

Layanan Pengadaan Polda Bali Pokja Konstruksi pada Biro Sarpras, yang dibentuk berdasarkan Keputusan Karosarpras Polda Bali Nomor : Kep /07/XI/2015 tanggal 23

chromatography HPLC system, which was developed as a reliable and precise method for simultaneous determination of miloxacin and its metabolite in this study. The kinetics of

Posisi pembelian spot dan derivatif yang masih berjalan 03. Posisi penjualan spot dan derivatif yang masih berjalan

Physical damage among farmed Atlantic halibut, comprising injuries to eyes, pectoral fins and tails, first becomes apparent post-weaning. This study examined social interactions

316.447.120,- (tiga ratus enam belas juta empat ratus empat puluh tujuh ribu seratus dua puluh rupiah), adalah sebagai berikut:.. Nama Perusahaan :

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa adanya upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi dalam Implementasi

Dari bunyi penjelasan tersebut maka tidak dapat tidak, dalam rangka menampung dinamika tersebut dan melengkapi hukum dasar tertulis yaitu Undang-Undang Dasar 1945

The Rainforest Alliance works to conserve biodiversity and ensure sustainable livelihoods by transforming land-use practices, business practices and consumer behavior. The