• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan Pada Tn. H dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Cairan dan Elektrolit di RSUD dr. Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Asuhan Keperawatan Pada Tn. H dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Cairan dan Elektrolit di RSUD dr. Pirngadi Medan"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

2.1. Konsep Dasar Cairan dan Elektrolit

Keseimbangan cairan adalah keseimbangan cairan akibat kadar cairan

yang tidak normal atau tidak di inginkan (Judith, 2002).

Keseimbangan elektrolit adalah keseimbangan elektrolit akibat dari

serum yang tidak normal atau tidak diinginkan (misalnya kalsium, kalium,

magnesium, natrium, dan fosfat dalam serum (Judith, 2002). Cairan elektrolit

adalah cairan saline atau cairan yang memiliki yang tetap. Contoh cairan

elektrolit yaitu cairan ringer’s, cairan ringer’s laktat, cairan buffer’s.

Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamika karena

metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon

terhadap stressor fisiologi dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling

berhubungan ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang terjadi dalam

bentuk kelebihan atau kekurangan (Tarwoto, 2006).

2.1.1 Fungsi Cairan

Komponen yang paling besar dalam tubuh manusia adalah air yang

mempunyai fungsi yang sangat besar. Fungsi cairan antar lain:

a. Fungsi cairan antar lain: nutrien, partikel kimiawi, partikel darah,

energi, dan lain-lain.

b. Pengatur suhu tubuh

c. Pembentuk struktur tubuh yaitu kekurangan cairan tubuh dapat

menyebabkan kematian sel. Sementar unit dasar fungsional tubuh

adalah sel. Sel-sel inilah yang membentuk struktur tubuh. Dengan

demikan, keberlangsungan proses pembentukan atau perbaikan

jaringan tubuh tidak terlepas dari peranan cairan tubuh.

d. Memfasilitasi reaksi kimia dalam tubuh, misalnya metabolisme tubuh

(2)

2.1.2 Proporsi Cairan Tubuh

Total jumlah volume cairan tubuh (total body water – TBW). Air

merupakan presentase yang paling besar dari berat badan manusia. Pada bayi

yang lahir cukup bulan kira-kira 80% dari berat badannya adalah air.

Sedangkan pada bayi yang baru lahir cukup bulan kira-kira 70% dari berat

badannya merupakan air (Horne dan Swearingen, 2001). Seiring dengan

bertambahnya usia, maka presentase air tubuh menurun. Pada orang dewasa

laki-laki kira-kira 60% dari berat badannya adalah air, sedangkan wanita

dewasa sekitar 50% (Long, 1992). Kemudian, presentase tersebut menurun

lagi pada orang yang lanjut usia. Presentase air dalam tubuh lansia kira-kira

45% sampai 55% dari berat badannya (Horne dan Swearingen, 2001).

Cairan dalam tubuh manusia tidaklah terkumpul di dalam satu tempat

saja, melainkan didistribusikan ke dalam dua ruangan utama yakni cairan

intraseluler dan cairan ekstaseluler. Cairan intarseluler adalah cairan yang

terdapat di dalam sel dengan jumlah sekitar 40% dari berat badan dan

merupakan bagian dari protoplasma. Pada intarseluler ini terjadi proses

metabolisme.

Cairan ekstraseluler adalah cairan yang terdapat di luar dengan jumlah

sekitar 20% dari berat badan, dan berperan dalam memberi bahan makanan

bagi sel dan mengeluarkan sampah sisa metabolisme. Cairan intraseluler

terbagi dua yaitu cairan interstitial dan cairan intravaskuler. Cairan interstitial

adalah cairan cairan yang terdapat pada celah intra sel disebut dengan

jaringan, berjumlah sekitar 15% dari berat badan. Pada umumnya, cairan

interstitial berfungsi sebagai pelumas agar tidak terjadi gesekan pada saat dua

cairan pericardial, dan cairan peritoneal. Cairan intravaskuler merupakan

cairan yang terdapat di dalam pembuluh darh dan merupakan plasma

berjumlah sekitar 5% dari berat badan (Asmadi, 2008).

2. 1. 3 Keseimbangan Cairan

Keseimbangan cairan di tentukan oleh intake (masukan cairan) dan

output (pengeluaran cairan). Pemasukan cairan berasal dari minuman dan

(3)

200 ml berasal dari minuman dan 1. 000 ml dari makanan. Sedangkan

pengeluaran cairan melalaui ginjal dalam bentuk urine 1. 200-1. 500 ml/hari,

feses 100 ml, paru-paru 300-500 ml, dan 600-800 ml (Tarwoto, 2006).

2. 1. 4 Pergerakan Cairan Tubuh

Mekanisme pergerakan cairan tubuh melalui tiga proses yaitu :

a. Difusi

Difusi adalah pengaliran larutan dari daerah yang konsentrasinya

tinggi ke daerah yang konsentranya lebih rendah dan hasil akhir dari

proses difusi adalah konsentrasi di kedua kompartemen menjadi sama.

b. Osmosis

Osmosis adalah gerakan air melewati membran semipariabel dari area

dengan konsentrasi zat terlarut rendah ke area dengan konsentrasi zat

terlarut lebih tinggi (Horne dan Swearingen, 2001).

c. Filtrasi

Tekanan filtrasi merupakan cara lain dimana air dan partikrl-partikel

bergerak melewati membrane. Gerakan ini terjadi akibat bobot atau

tekanan cairan lebih besar pada satu sisi membrane dibandingkan

dengan sisi lain.

d. Transfor aktif

Pada trasfor aktif, zat-zat dapat bergerak melewati membrane sel dari

larutan yang konsentrasinya rendah kekonsentrasinya yang tinggi

dengan memakai energi. Ini berguna untuk keseimbangan elektrolit

(Asmadi, 2008).

2.1.5 Pengaturan Keseimbangan Cairan

Adapun pengaturan keseimbangan cairan sebagai berikut :

1. Rasa dahaga

Mekanisme rasa dahaga :

• Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan rennin, yang pada

akhirnya menimbulkan produksi angiotensin II yang dapat

(4)

• Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi peningkatan tekanan osmotik dan mengaktivasi jaringan saraf yang dapat mengakibatkan

sensasi rasa dahaga.

2. Anti diuretik hormon (ADII)

ADH dibentuk di hipotalamus dan di simpan dalam neurohifofisis dari

hifofisis posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah

peningkatan osmolaritas dan penurunan cairan eksternal. Hormon ini

meningkatkan reabsorpsi air pada duktus koligentis, dengan demikian

dapat menghemat air.

3. Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada tubulus

ginjal untuk meningkatkan absorpsi natrium. Pelepasan aldesteron

dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan sistem

angiostensin rennin serta sangat efektif dalam mengendaliakn

hiperkalimia.

4. Prostaglandin

Prostaglandin adalah asam lemak alami yang terdapat yang terdapat

dalam banyak jaringan dan berfungsi dalam merespon radang,

pengendalian tekanan darah, kontraksi usus, dan mobilitas

gastrointestinal.

5. Glukokortikoid

Meningkatkan resorpsi natrium dan air, sehingga volume darah naik dan

terjadi retensi urin natrium. Perubahan kadar glukokortikoid

menyebabkan perubahan pada keseimbangan volume darah (Tarwoto,

2006).

2. 1. 6 Cara Pengeluaran Cairan

Pengeluaran cairan terjadi melalui organ-organ seperti :

a. Ginjal

 Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang

menerima 170 liter darah untuk disaring setiap hari.

 Produksi urin untuk semua usia 1 ml/kg/jam

(5)

 Jumlah urin yang diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH

dan aldesteron.

b. Kulit

 Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang

merangsang aktivitas kelenjar keringat.

 Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari aktivitas

otot, temperature lingkungan yang meningkat, dan demam.

 Disebut jga isensible water loss (IWL) sekitar 15-20 ml/24jam.

c. Paru-paru

 Menghasilkan IWL sekitar 400 ml/hari

 Meningkatkan cairan yang hilang sebagai respon terhadap

perubahan kecepatan dan kedalaman nafas akibat pergerakan

atau demam.

d. Gastrointestinal

 Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal

setiap hari sekitar 100-200 ml

 Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15 cc/kg,

BB/24 jam, dengan kenaikan 10% dari IWL pada setiap

kenaikan suhu 1 derajat celcius (Tarwoto, 2006).

2. 1. 7 Pengaturan Elektrolit

Ada beberapa contoh pengaturan elektrolit yang sering ditemukan

antara lain :

a. Natrium (sodium)

• Merupakan kation paling banyak yang terdapat pada cairan

eksternal.

• Na mempengaruhi keseimbangan air, hantaran impuls saraf dan

kontraksi otot

• Sodium diatur oleh intake garam, aldesteron, dan pengeluran urin.

Normal sekitar 135-148 mEq/lt.

(6)

• Berfungsi sebagai excibility neuromuscular dan kontaksi otot. • Diperlukan untuk pembentukan glikogen, sintesa protein,

pengaturan keseimbangan asam basa, karena ion k dapat diubah

menjadi ion hydrogen. Nilai normalnya sekitar 3, 5-5, 5mEq/lt.

c. Kalsium

• Berguna untuk integritas kulit dan struktur sel, konduksi jantung, pembekuan darah, serta pembentukan tulang dan gigi

• Kalsium dalam cairan ekstrasel diatur oleh kalenjar paratiroid dan

tiroid

• Hormon paratiroid mengabsorbsi kalsium melalui gastrointestinal,

sekreasi melalaui ginjal

• Hormon thirocalcitonin menghambat penyerapan kalsium tulang. d. Magnesium

• Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel

• Sangat penting untuk aktivitas enzim, neurochemi dan muscular

excibility. Nilai normalnya sekitar 1, 5-2, 5 mEq/lt.

e. Klorida

Terdapat pada cairan eksternal dan intrasel, normalnya sekitar 95-105

mEq/lt.

f. Bikarbonat

• HCO3 adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada

cairan eksternal dan intrasel • Biknat diatur oleh ginjal

g. Fosfat

• Merupakan anion buffer dalam bentuk cairan intrasel dan ekstrasel • Berfungsi untuk meningkatkan kegiatan neuromuscular,

(7)

2. 1. 8 Masalah Keseimbangan Cairan

Secara garis besar masalah keseimbangan cairan dibagi menjadi

dua yakni:

a. Hipovolemik

Adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan eksternal

seluler (CES) dan dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit,

ginjal, gastrointestinal, perdarahan sehingga menimbulkan syok

hipovolemik.

b. Hipervolemi

Adalah penambahan/kelebihan volume CES dapat terjadi pada

saat:

• Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air

• Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air

• Kelebihan pemberian cairan

• Perpindahan cairan interstisial ke plasma (Tarwoto, 2006).

2.1.9 Ketidakseimbangan Asam Basa

1. Asidosis respiratorik

Disebabkan karena kegagalan sistem pernafasan dalam membuang

CO2 dari cairan tubuh. Kerusakan pernafasan, peningkatan PCO2 arteri

diatas 45 mmHg dengan penurunan PH < 7, 35.

2. Alkalisis respiratorik

Disebabkan karena kehilangan CO2 dari paru-paru pada kecepatan

yang lebih tinggi dari produksi dalam jaringan. Hal ini menimbulkan

PCO2 arteri < 35 mmHg, PH > 7, 45.

3. Asidosis metabolik

Terjadi akibat akumulasi abnormal fixed acid atau kehilangan basa. PH

(8)

4. Alkalosis metabolic

Disebabkan oleh kehilangan ion hidrogen atau penambahan basa

cairan tubuh. Bikarbonat plasma meningkat > 26 mEq/lt dan PH arteri

> 7, 45 (Tarwoto, 2006).

2.1.10 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan dan Elektrolit :

a. Usia

Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolism yang

di perlukan dan berat badan.

b. Temperatur lingkungan

Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat

kehilangan NACL melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari.

c. Diet

Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan

energi, proses ini menimbulkan pergerakan cairan dari interstisial dan

intraseluler.

d. Stress

Stress dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi

darah dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi

sodium dan air. Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH dan

menurunkan produksi urin.

e. Sakit

Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal dan jantung,

gangguan

hormone akan mengganggu keseimbangan cairan (Tarwoto, 2006)

2.1.11 Konsep Asuhan Keperawatan Cairan dan Elektrolit

2.1.11.1Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan

data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan

(9)

Pengumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara dengan

klien, pengamatan langsung dan pemeriksaan. Hal-hal yang

perlu di kaji meliputi :

a. Keluhan utama

Keluhan utama yang di dapati biasanya berbeda, mulai dari

urine output sedikit sampai dapat BAK, gelisah sampai

penurunan kesadaran, tidak selera makan (aneoraksia),

mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, nafas berbau,

dan gatal pada kulit.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Kaji onset penurunan urine output, penurunan kesadaran,

perubahan kesadaran, perubahan pola nafas, kelemahan

fisik, adanya perubahan kulit, adanya nafas berbau

ammonia, dan perubahan pemenuhan nutrisi.

c. Riwayat kesehatan terdahulu

Kaji adanya riwayat gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih,

payah jantung penggunaan obat-obatan nefrotoksik. Kajian

adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi sistem

perkemihan berulang, penyakit diabetes mellitus, dan

penyakit hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi

penyebab predisposisi penyebab. Penting untuk dikaji

mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan

adanya riwayat alergi obat.

d. Psikososial

Adanya perubahan fungsi struktur dan adanya tindakan

dialisis akan menyebabkan penderita mengalami gangguan

pada gambaran diri. Lama perawatan, banyaknya biaya

perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami

kecemasan, gangguan konsep diri (gambaran diri) dan

(10)

e. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum dan TTV

Keadaan umum klien lemah dan terlihat sakit berat. Tingkat

kesadaran menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana

dapat mempengaruhi sistem saraf. Pada TTV sering di

dapatkan adanya perubahan, RR meningkat. Tekanan darah

terjadi perubahan dari hipertensi ringan sampai berat.

f. Pemeriksaan fisik IPPA

Pemeriksaan fisik IPPA melalui teknik :

a. Inspeksi : suatu proses observasi yang dilakukan

secara sistematik

b. Palpasi : suatu teknik yang menggunakan indra

peraba.

c. Perkusi : sesuatu pemeriksaan dengan jalan

mengetuk untuk membandingkan kiri-kanan pada

setiap daerah permukaan tubuh dengan tujuan

menghasilkan suara.

d. Auskultasi:pemeriksaan dengan jalan mendengarkan

suatu yang dihasilkan oleh tubuh dengan

menggunakan stetoskop.

g. Heat-to-toe (kepala sampai kaki)

Pemeriksaan ini dilakukan mulai dari : kepala, wajah, mata,

telinga, hidung, mulut, tenggorokan, leher, dada, paru,

jantung, abdomen, ginjal, genitalia, rectum, ekstremitas, dan

punggung.

h. Pola fungsi kesehatan

Pola fungsi kesehatan meliputi nutrisi, pola metabolism, pola

eliminasi, pola tidur, kognitif- pola perseptual, aktivitas- pola

latihan, seksualitas-pola reproduksi, koping-pola stress, dan

(11)

2.1.11.2 Analisa Data

Pengelompokkan analisa data dapat dilakukan melalui :

1. Data subjektif

Data subjektif ialah data yang didapatkan dari hasil

keluhan klien itu sendiri.

a. Klien mengatakan nyeri di bagian pinggang sebalah

kanan

b. Klien mengatakan mengalami kesulitan saat buang air

kecil (BAK)

c. Klien mengatakan BAK dalam 1 harihanya 1 kali, dan

urin yang dikeluarkan sebanyak 30 ml.

2. Data objektif

Data objektif ialah data yang didapatkan dari hasil

pemeriksaan fisik, labdan hasil penglihatan perawat

terhadap klien.

a. Urine output sedikit

b. Sulit buang air kecil (BAK)

c. Rasa lelah

d. Mulut terasa kering

e. Nafas berbau ureum(Arif Mutaqqin, 2011)

2.1.12.3 Rumusan Masalah

Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan

beberapa masalah kesehatan. Masalah kesehatan itu yang

dapat diintervensikan dengan asuhan keperawatan (masalah

keperawatan) tetapi ada jga yang memerlukan tindakan

medis. Prioritas masalah di tentukan berdasarkan kriteria

penting dan segera. Prioritas masalah juga dapat di tentukan

berdasarkan hirarki kebutuhan menurut Maslow: keadaan

yang mengancam kehidupan, keadaan yang mengancam

(12)

Contohnya seperti perioritas masalah kelebihan volume

cairan.

2.1.12.4Perencanaan

Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain

untuk mencegah, mengurangi, atau mengoreksi

masalah-masalah yang diidentifikasikan pada

diagnosa keperawatan (Iyer, 1996).

1. Kaji adanya edema ekstremitas

Untuk mencurigai adanya gagal ginjal kongestif

atau kelebihan volume cairan

2. Istirahatkan klien untuk tirah baring pada saat

edema masih terjadi

Untuk menjaga klien dalam keadaan tirah baring

selama beberapa hari mungkin diperlukan untuk

meningkatkan dieresis yang bertujuan

mengurangi edema.

3. Beri oksigen tambahan dengan kanula nasal/

masker sesuai dengan indikasi.

Untuk membantu klien meningkatkan sediaan

oksigen untuk kebutuhan miokard untuk melawan

(13)

2. 2Asuhan Keperawatan Kasus

2. 2. 1. FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

BIODATA

I. IDENTITIAS PASIEN

Nama : Ny H

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 68 tahun

Status Perkawinan : janda

Agama : Islam

Pendidik : Tamat SLTP

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : JL. M. Yacub Gg. Syarifah No. 23 Medan

Tanggal Masuk RS : 27-05-2014

No. Register : 00-87-54-37

Ruangan / kamar : XIV (ASOKA 2)

Golongan darah : o

Tanggal pengkajian : Senin, 2 Juni 2014

Tanggal operasi : -

Diagnosa Medis : Gagal ginjal kronik

II. KELUHAN UTAMA

Susah buang air kecil, kencingnya hanya sedikit, dan lemah.

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

A. Provocativ/palliative

1. Apa penyebabnya : Diabetes Melitus

2. Hal – hal yang memperbaiki : klien mengatakan dengan

(14)

memperbaiki keadaan

dengan baik

B. Quantity/quality

1. Bagaimana dirasakan : klien mengatakan nyerinya timbul pada

saat cuaca dingin.

2. Bagaimana dilihat : klien tampak terbaring lemah di tempat

tidur

C. Region

1. Dimana lokasinya : pinggul sebelah kanan

2. Apakah menyebar : nyeri menyebar sampai ke kaki kanan

bagian bawahnya

D. Severity : klien mengatakan nyeri yang dialami

klien sangat mengganggu aktivitas klien

E. Time : klien mengatakan nyeri timbul pada cuaca

yang dingin

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

A. Penyakit yang pernah alami : Klien mengatakan penyakit

yang pernah diderita klien

masa lalu adalah penyakit

diabetes melitus

B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan : Klien mengatakan tidak

pernah mendapatkan

pengobatan terhadap

penyakitnya.

C. Pernah dirawat/dioperasi : Klien mengatakan tidak

pernah dirawat di RS.

(15)

E. Alergi : Klien mengatakan tidak

pernah memiliki riwayat

penyakit alergi

F. Imunisasi : Klien mengatakan imunisasi

tidak lengkap.

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

A. Orang tua : klien mengatakan memiliki

riwayat keturunan penyakit

DM dariorang tua klien

B. Saudara kandung : Klien mengatakan abang dan

adik No 4 (paling kecil)

terkena penyakit DM

VII. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL

A. Persepsi pasien tentang penyakitnya : klien mengatakan penyakit

yang dialami klien pasti bias

sembuh.

B. Konsep Diri

• Gambaran diri : klien mengatakan merasa percaya diri

• Ideal diri : klien mengatakan ingin cepat sembuh, ingin bertemu

dengan keluarga di rumah

• Harga diri : klien mengatakan ia menerima keadaannya sekarang • Peran diri : klien mengatakan ia merasa terganggu dengan penyakit

yang dialaminya.

• Identitas : klien mengatakan ia adalah seorang ibu untuk

anak-anaknya dan cucunya

C. Keadaan emosi : Keadaan emosional klien stabil

dan tidak pernah marah.

D. Hubungan sosial

(16)

• Hubungan dengan keluarga : klien mengatakan hubungan klien dengan keluarga sangat

baik dan akrab

• Hubungan dengan orang lain : klien mengatakan memiliki

hubungan yang baik dengan

orang lain

• Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: klien

mengatakan tidak ada hambatan ketika berhubungan dengan orang

lain.

E. Spiritual

• Nilai dan keyakinan : klien mengatakan dengan berdoa dan solat. • Kegiatan ibadah : pengajian seperti membaca Al-Quran.

VIII. STATUS MENTAL

• Tingkat kesadaran : bingung

- Bingung/orientasi

- Sedasi

- Supor

• Penampilan :penampilan klien tampak rapi

- Rapi

- Tidak rapi

- Penggunaan pakaian tidak sesuai

• Pembicaraan : klien dalam berbicara lambat

- Cepat

- Keras

- Gagap

- Inkoheren

- Apatis

(17)

- Membisu

- Tidak mampu memulai pembicaraan

• Alam perasaan: klien mengatakan persaan klien ketakutan dengan

penyakitnya.

- Lesu

- Ketakutan

- Putus asa

- Gembira berlebihan

• Afek: saat diajak komunikasi afek klien terlihat datar.

- Datar

- Tumpul

- Labil

- Tidak sesuai

• Interaksi selama wawancara: selama diwawancara klien ada kontak

mata

- Bemusuhan

- Tidak kooperatif

- Mudah tersinggung

- Kontak mata kurang

- Defensif

- Curiga

• Persepsi:ketika di wawancara persepsi klien melalui pendengaran dan

penglihatan

- Pendengaran

- Penglihatan

- Perabaan

- Pengecapan

- Penghirupan

• Proses fikir : proses fikir klien dengan pengulangan pembicaraan

(18)

- Tangensial

- Kehilangan asosiasi

- Flight of ideas

- Blocking

- Pengulangan pembicaraan/persepsi • Memori: gangguan daya ingat jangka panjang

- Gangguan daya ingat jangka panjang

- Gangguan ingat jangka pendek

- Gangguan daya saat ini

- Konfabulasi

IX. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan umum: klien tampak lemah berbaring di tempat tidur

B. Tanada-tanda vital

- Suhu tubuh : 37, 3 ̊̊ C

- Tekanan darah : 170/90 mmHg

- Nadi : 82 x/m

- Pernafasan : 22 x/m

- Skala nyeri : 4

- TB :156 cm

- BB : 46 kg

C. Pemeriksaan head to toe

Kepala dan rambut

- Bentuk

Bentuk kepala klien bulat, simetris dan tidak ada trauma kepala

- Ubun-ubun

Ubun terlihat tertutup dan keras

- Kulit kepala

(19)

Rambut

- Penyebaran dan keadaan rambut: penyebaran rambut merata di

kepala

- Bau: rambut tidak berbau dan bersih

- Warna kulit: warna pucat

Wajah

- Warna kulit : kuning langsat

- Struktur wajah : wajah berbentuk oval

Mata

- Kelengkapan dan kesimetrisan : struktur mata lengkap dan

simetris kiri dan kanan

- Palpebra : tidak ada tanda radang,

tidak terdapat edema

periongital

- Kongjutiva dan sclera : terlihat pucat dan sklera berwarna hitam

- Pupil : mengecil, pada saat di

berikan refleks cahaya.

- Cornea dan iris : cornea berwarna kuning,

dan ada pengapuran katarak

- Visus : klien tidak dapat melihat

pada jarak 6 m

- Tekanan bola mata : tidak dilakukan

Hidung

- Tulang hidung dan posisi septum nasi: simetris di medialis

- Lubang hidung : simetris kanan dan kiri,

bersih, tidak ada tanda

(20)

Telinga

- Bentuk telinga : simetris kanan dan kiri,

tidak ada lipatan pada daun

telinga

- Ukuran telinga : anatomis

- Lubang telinga : bersih, tidak ada sekret

- Ketajaman pendengaran : tidak normal, mengalami

gangguan pendengaran

Mulut dan faring

- Keadaan bibir : mukosa bibir kering

- Keadaan gusi dan gigi : tidak ada perdarahan

- Keadaan lidah : bersih

- Orofaring : normal, tidak adaradang

- Nafas : berbau ureum

Leher

- Posisi trachea : normal

- Thyroid : tidak ada pembesaran

thyroid

- Suara : normal, terdengar jelas

- Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran

kelenjar lympe

- Vena jugularis : normal

- Denyut nadi karotis :teraba lambat

Pemeriksaan integumen

- Kebersihan : kulit terlihat bersih

- Kehangatan : teraba hangat pada

ekstremitas atas dan bawah

- Warna : kuning langsat

(21)

- Kelembaban : kulit tidak mengalami

kelembaban

- Kelainan pada kulit : kulit tampak bersisik

Pemeriksaan payudara dan ketiak

- Ukuran dan bentuk : ukuran dan bentuk simetris,

tidak ada benjolan

- Warna payudara dan areola : normal, hitam kecoklatan

- Kondisi payudara dan putting : tidak ada kelainan

- Produksi ASI : tidak memproduksi asi

kembali

- Aksilla dan clavicula : normal

Pemeriksaan thoraks/dada

- Inspeksi thoraks (normal, burel chest, funnel chest, pigeon chest,

flail chest, kifos koliasis) :normal, tidak ada kelainan

pada bentuk dada

- Pernafasan (frekuensi, irama) : 22 x/m

- Tanda kesulitan bernafas :tidak ada mengalami

kesulitanbernafas

Pemeriksaan paru

- Palpasi getaran suara :fremitus taktil

- Perkusi : resonan

- Auskultasi (suara nafas, suara ucapan, suara tambahan) : normal

Pemeriksaan jantung

- Inspeksi : ICMS Cordis tidak terlihat

- Palpasi : ICMS Cordis pada ICS 5 mid clavicula sinistra

- Perkusi : batas jantung intercosta 1 dan 5

- Auskultasi : normal (lup-dup)

Pemeriksaan abdomen

- Inspeksi (bentuk, benjolan) : simetris, tidak ada benjolan

(22)

- Palpasi (tanda nyeri tekan, benjolan, ascietas, hepar, lien) : normal,

tidak terdapat bejolan saat di tekan bagian abdomen

- Perkusi (suara abdomen) : timpani

- Pada ibu nifas (involusio uteri; TFU, lokasi uterus, kontraksi

Pemeriksaan kelamin dan sekitarnya

- Genitalia (rambut pubis, lubang uretra): bersih, tidak ada

pediculum pubis

- Anus dan perienum (lubang anus, kelainan pada anus, perineum) :

terdapat lubang perinium

- Pada ibu Nifa (kondisi lochea; jumlah, konsistensi warna, bau.

Kondisi perineum; episiotomi ada/tidak, REEDA)

Pemeriksaan muskuloskeletal/ekstremitas (kesimetrisan, kekuatan otot,

edema) : edema pada sendi sebelah kanan, ada pembengkakan pada sendi

engkel sebelah kanan.

Pemeriksaan neurologi (Nervuscranialis): tingkat kesadaran

composmentis.

Fungsi motorik : pada pemeriksaan heel to shin test klien tidak dapat

menggerakkan ekstremitas sebelah kanan.

Fungsi sensorik (identifikasi sentuhan, tes tajam tumpul, panas dingin,

getaran) : klien tidak dapat mengidentifikasi kapas, sentuhan tajam dan

tumpul, mersakan getaran pada ujung-ujung ekstremitas bawah.

Refleks (bisep, trisep, brachioradialis, patelar, tenson achiles, plantar) :

tidak normal pada refleks patelar, tendon achiles, refleks plantar.

X. POLA KEBIASAAN SEHARI HARI

I. Pola makan dan minum

- Frekuensi makan/hari : 3x sehari

- Nafsu/selera makan : nafsu makan berkurang

- Nyeri ulu hati : ada

(23)

- Mual dan muntah : klien mengalami mual dan muntah

- Waktu pemberian makan :pagi jam 09. 00 wib,

siang jam 13. 00 wib,

dan sore pukul 17. 00 wib

- Jumlah dan jenis makan : nasi pakai lauk ikan dan telur dalam

porsi yang kecil

- Waktu pemberian cairan/minum:tidak tentu

- Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah) :

tidak ada

II. Perawatan diri/personal hygiene

- Kebersihan tubuh : tubuh bersih dan tidak bau

- Kebersihan gigi dan mulut :bau mulut, gigi jarang di sikat

- Kebersihan kuku kaki dan tangan: kaki dan kuku tampak bersih

III. Pola kegiatan/Aktivitas

- Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti

pakaian dilakukan secara mandiri, sebagian, atau total.

Selama klien sakit, klien selalu di bantu oleh anaknya dalam

kegiatan makan, mandi, BAK, kebersihan tubuh, gigi, mulut, dan

kebersihan kaki dan tangan.

- Uraikan aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit

Selama klien sakit, klien tidak beribadah sholat, tapi klien

melakukan ibadah berdoa di tempat tidur klien.

IV. Pola eliminasi

2. BAB

- Pola BAB :1 xdalam 3 sehari

- Karakter feses : keras

- Riwayat perdarahan : klien tidak memiliki riwayat

perdarahan

- BAB terakhir : 2 juni 2014

(24)

- Penggunaan laksatif : klien tidak pernah menggunakan

laksatif

3. BAK

- Pola BAK : 1x sehari, volume : 100 cc/24 jam.

- Karakter urine : cair dan berwarna keruh

- Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK:klien mengtakan nyeri pada

saat buang air kecil

- Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : ada

- Penggunaan diuretic :klien pernah

menggunakan diuretic

- Upaya mengatasi masalah : hemodialisis

V. Mekanisme koping

- Adaptif : klien mampu menyelesaikan masalah dengan keluarga klien • Bicara dengan orang lain

• Mampu menyelesaikan masalah • Teknik relaksasi

• Aktivitas konstruksi • Olah raga

- Maladaptif : klien saat di wawancara reaksi klien sangat lambat • Minum alkohol

(25)

2. 2. 2 Analisa Data

No Data Penyebab Masalah Keperawatan

1. Ds: Klien

mengatakan sulit

buang air kecil

(BAK), kencingnya

sedikit, BAK dalam 1

harihanya 1 kali

DO : klien tampak

lemah, edema pada

sendi kaki, intake

cairandari makan dan

minuman 600 ml/24

jam, cairan infus RL

20 tts/m, cairan obat

yang di berikan

melalui IV 10 ml,

output urin 100 ml/24

jam, TD : 170/90

mmHg, RR : 22 x/m,

HR: 82 x/m, T : 37,

30C, BB: 46 kg, nafas

berbau ureum.

Mekanisme

kompensasi dari nefron

Distruksi struktur

ginjal secara progresif

GFR ↓

Penumpukan toksik

uremik di dalam darah

Ketidakseimbangan

cairan dan elektrolit

↓ Volume cairan meningkat ↓ Kelebihan volume cairan

kelebihan volume cairan

2 DS : klien

mengatakan kurang

nafsu makan,

mengkonsumsi

makanan dalam

porsi yang kecil,

Sindrom uremik

Ureum pada saluran cerna

Nafas bau amonia

(26)

mual dan muntah.

DO : klien tampak

kurus dan pucat,

mukosa bibir kering,

BB : 46 kg.

Nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

2. 2. 3 Rumusan Masalah

Masalah keperawatan

1. Kelebihan volume cairan

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Diagnosa keperawatan (prioritas)

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan volume

cairan ditandai dengan retensi urin.

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual

muntah ditandai dengan BB : 46 kg.

2. 2. 4 Perencanaan

No Dx Perencanaan keperawatan

1 kelebihan volume cairan

berhubungan dengan

penurunan volume cairan

ditandai dengan retensi

urin

Tujuan dan kriteria hasil :

Tujuan keperawatan: kelebihan volume

cairan dapat dikurangi yang dibuktikan

dengan keseimbangan cairan,

keseimbangan elektrolit dan asam-basa.

kriteria hasil :

- Keseimbangan asupan dan

pengeluaran dalam 24 jam

- Tidak ada asites, distensi vena

leher, dan edema perifer

(27)

Rencana tindakan Rasional

Tindakan mandiri :

1.Kaji edema

ekstremitas

2. Anjurkan klien

untuk tirah baring

3. Ukur tekanan

darah

4. Ukur intake dan

output urine

1. Curiga adanya

kelebihan volume

cairan

2. Menjaga klien

dalam keadaan tirah

baring selama

beberapa hari

mungkin diperlukan

untuk

meningkatkan

dieresis yang

bertujuan

mengurangi edema

3. Untuk

mengetahui

peningkatan jumlah

cairan yang dapat

diketahui dengan

meningkatkan kerja

jantung yang dapat

diketahui dari

meningkatnya

tekanan darah

4. Penurunan curah

jantung,

mengakibatkan

gangguan perfusi

(28)

5. Timbang berat

badan

6. Anjurkan

pembatasan cairan

untuk klien

7. Ubah posisi klien

tiap 2 jam sekali

Tindakan

kolaboratif :

8. lakukan dialisis

9. Kolaborasi

dengan dokter

dalam pemberian

obat diuretic seperti

lasix

Penkes

penurunan urin

output.

5. Perubahan

tiba-tiba dari berat

badan menunjukkan

gangguan

keseimbangan

cairan.

6. Mencegah

banyaknya

pemasukan cairan

ke dalam tubuh

7. Mencegah

terjadinya decubitus

8. Dialisis akan

menurunkan

volume cairan yang

berlebih.

9. Mengatasi klien

untuk proses

(29)

10. berikan

pendidikan

kesehatan pada

keluarga tentang diit

rendah natrium

No Dx Perencanaan keperawatan

2 Nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

berhubungan dengan

mual muntah ditandai

dengan BB : 46 kg.

Tujuan dan kriteria hasil :

Tujuan keperawatan: mempertahankan

masukan nutrisi yang adekuat

kriteria hasil :

- Mempertahankan berat badan dalam

batas normal

- Adanya pertambahan berat badan

- Menunjukkan protein albumin stabil

Rencana tindakan Rasional

Tindakan mandiri :

1. awasi konsumsi

makanan dan

caira.

2. perhatikan

adanya mual dan

muntah

3. Berikan

makanan sedikit

tapi sering

1.mengidentifikasi

kekurangan

nutrisi

2.menurunkan

pemasukan

makanan

3.porsi lebih kecil

dapat

meningkatkan

masukan

(30)

4. berikan perawatan mulut 5. motivasi keluarga untuk selalu memberikan

dorongan untuk

menghabiskan makanan Tindakan kolaboratif: 6. kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian makanan yang tepat Penkes: 7. berikan informasi yang tepat pada keluarga tentang bagaimana memenuhi kebutuhan nutrisi 4.menurunkan ketidaknyamanan dan mempengaruhi masukan makanan

5. memberikan

semangat klien

untuk menghabiskan

makanan yang

diberikan.

6. asupan nutrisi

dapat terpenuhi

sesuai dengan

kondisi penyakit

yang dialami klien.

7. keluarga dapat

mengetahui cara

memenuhi

kebutuhan nutrisi

(31)

2. 2. 5 Implementasi dan Evaluasi Hari/

tanggal No Dx

Implementasi

Keperawatan Evaluasi (SOAP)

selasa,

3 Juni

2014

1 - Mengkaji adanya

edema ekstremitas

- Mengukur tekanan

darah

- Mengukur intake

dan output

- Melakukan dialisis

S : klien mengatakan

masih sulit BAK

O : klien masih

tampak lemah,

masih adanya

edema pada sendi

kaki klien, output

urin 100 ml/24

jam, TD : 150/80

mmHg, RR : 22

x/m, HR : 80 x/m,

T : 370 C.

A : Masalah belum

teratasi

P : intervensi di

lanjutkan Selasa, 3 juni 2014 2 - memperhatikan

adanya mual dan

muntah - memberikan makanan sedikit tapi sering - memotivasi keluarga untuk selalu memberikan dorongan untuk

S : klien mengatakan

nafsu makan sedikit

bertambah

O : klien masih tampak

kurus, lemah, kulit

bersisik, BB : 46 kg.

A : masalah teratasi

sebagian

P : intervensi

(32)

menghabiskan

makanan

- kolaborasi dengan

ahli gizi dalam

pemberian

makanan yang

Referensi

Dokumen terkait

Tiga sektor tercatat menguat dan tujuh lainnya melemah yang mana sektor perdagangan membukukan penguatan tertinggi dengan naik 0,46% sementara sektor aneka industri

Since ribavirin is inhibitory to in vitro infections and to infections induced in mice by mouse-adapted influenza viruses (Sidwell, 1996), these data suggest caution in interpreting

the large investment by integrating and synthesising research results, the Global Change and Terrestrial Ecosystems Core Project (GCTE) of the International

Fotocopy DP3/Penilaian Prestasi Kerja (SKP) dua tahun terakhir (DP3 tahun 2013 dan Pengukuran SKP tahun 2014) yang telah dilegalisasi oleh Kepala

[r]

• Disjunctive mandatory role merupakan role wajib dengan opsi, minimal satu dari role pada titik percabangan tersebut harus ada. Artinya: “etiap E ployee wajib e iliki minimal

Tindakan yang akan dilakukan : Melakukan kontrol atas dokumen yang dihasilkan dari kegiatan di masing-masing unit kerja oleh Jurusan melalui tenaga administrasi (Rahma

 Membuat Modul aplikasi terdiri dari 4 modul yaitu master, transaksi, pengelolaan user dan report..