BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1. Pengertian Bank
Menurut Triandaru dan Budisantoso, (2006:5) bank adalah lembaga
keuangan yang menghimpun dan menyalurkan dana. Penghimpunan dana secara langsung berupa simpanan dana masyarakat yaitu tabungan, giro dan deposito dan secara tidak langsung berupa pinjaman. Penyaluran dana dilakukan dengan tujuan
modal kerja, investasi dan deposito dan untuk jangka panjang dan jangka
menengah.
Bank adalah salah satu lembaga keuangan yang berperan penting di dalam perekonomian suatu Negara sebagai lembaga perantara keuangan, bank juga sebagai suatu industri yang dalam kegiatan usahanya mengandalkan kepercayaan
masyarakat sehingga seharusnya tingkat kesehatan bank perlu dipelihara
(Merkusiwati, 2007). Bagi sektor perbankan di Indonesia umumnya, krisis disebabkan oleh terbatasnya likuiditas dalam mata uang asing, langkanya fasilitas kredit sebagai akibat dari kebijakan konsolidasi yang dilakukan oleh perbankan
atas portofolio kredit mereka, kenaikan tingkat suku bunga dan kenaikan biaya kredit seiring dengan naiknya resiko kredit (info bank dalam Fitriyana, 2011).
Menurut Kuncoro, (2002:68), definisi dari bank adalah lembaga keuangan
yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan jasa-jasa dalam lalu
kegiatan usahanya sehari-hari ban harus mempunyai dana agar dapat memberikan
kredit kepada masyarakat.
Secara umum fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai
tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik fungsi bank dapat sebagai agent of trust, agent of development, dan agen of services (Triandaru dan Budisantoso, 2008:9).
1. Agen of Trust
Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau kepercayaan, baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan.
2. Agen of Development
Tugas bank sebagai penghimpun dan penyaluran dana sangat diperlukan
untuk kelancaran kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan
investasi-distribusi-konsumsi berkaitan dengan penggunaan uang. 3. Agen of Services
Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank
juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada
kegiatan memberikan jasa-jasa bank lainnya hanyalah merupakan pendukung
dari kedua kegiatan di atas.
2.1.2. Jenis- jenis Bank di Indonesia
Berdasarkan Undang-undang RI No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah di ubah dengan Undang-undang RI No.10 Tahun 1998 tentang
perbankan. Maka Jenis-jenis bank di Indonesia ditinjau dari berbagai segi antara
lain (Taswan, 2010:9) : 1. Berdasarkan jenisnya : a. Bank Umum
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran 2. Berdasarkan kepemilikannya : (Taswan, 2010:9):
a. Bank milik pemerintah adalah bank yang akte pendirian dan modalnya
dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank tersebut merupakan milik pemerintah. Contohnya: Bank Negara Indonesia 46 (BNI 46), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Tabungan Negara (BTN), dan Bank
b. Bank milik swasta nasional, merupakan bank yang seluruh atau sebagian
besar modalnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungan diambil oleh pihak swasta juga. Contohnya: Bank Central Asia (BBCA), Bank Danamon, Bank
Bukopin, Bank Sinarmas, dan bank swasta nasional lainnya.
c. Bank milik asing, adalah bank yang merupakan cabang dari bank yang berada di luar negeri, baik milik swasta asing maupun pemerintah asing suatu
negara. Contohnya: American Express Bank, Hongkong Bank, Bangkok Bank
dan bank asing lainnya.
d. Bank milik campuran, adalah bank yang sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional, kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang
oleh warga negara Indonesia. Contohnya: Inter Pasifik Bank, Ba nk Finconesia, dan bank campuran lainnya.
3. Bank berdasarkan kegiatan devisa (Triandaru dan Budisantoso, 2006:76-77) :
a. Bank Devisa, adalah bank yang dapat melaksanakan kegiatan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara
keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, travelers cheque, pembukuan dan pembayaran Letter of Credit (L/C) dan transaksi luar negeri lainnya. Untuk menjadi bank devisa harus memenuhi semua
persyaratan yang telah ditetapkan Bank Indonesia.
2.1.3. Permodalan Bank
Penggunaan modal bank dimaksudkan untuk memenuhi segala kebutuhan guna menunjang kegiatan operasi bank. Fungsi utama dari modal bank adalah melindungi para penyimpan uang (deposan ) dari kerugian yang timbul. Modal
bank digunakan untuk menjaga kepercayaan masyarakat, khususnya masyarakat peminjam. Kepercayaan masyarakat akan terlihat dari besarnya dana giro, deposito dan tabungan yang harus melebihi jumlah setoran modal dari pemegang
saham. Kepercayaan masyarakat amat penting artinya bagi bank, karena dengan
demikian bank akan dapat menghimpun dana untuk keperluan operasional. Ini berarti modal dasar bank akan bisa digunakan untuk menjaga posisi likuiditas dan investasi dalam aktiva tetap (Sinungan, 2000:158).
Pengertian Modal Bank Berdasarkan ketentuan BI, pengertian modal bank dibedakan antara: Bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia dan
Kantor Cabang Bank Asing yang beroperasi di Indonesia. Dalam bab ini hanya diuraikan modal bank Yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia. Modal bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia terdiri atas modal inti dan
modal pelengkap (Dendawijaya, 2001:46 ).
2.1.3.1. Modal Inti
Menurut Ali (2004 : 453-455 ) komponen modal inti pada prinsipnya terdiri
atas modal disetor dan cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak,
dengan perincian sebagai berikut: 1. Modal disetor
Modal disetor adalah modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya.
Agio saham adalah selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank
sebagai akibat dari harga saham yang melebihi nilai nominalnya. 3. Cadangan umum
Cadangan umum adalah cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba ditahan
atau bersih setelah dikurangi pajak dan mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota sesuai anggaran dasar masingmasing. 4. Cadangan tujuan
Cadangan tujuan adalah bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan
untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota saham.
5. Laba ditahan
Laba ditahan adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan.
6. Laba tahun lalu
Laba tahun lalu adalah laba bersih tahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak dan belum ditentukan penggunaannya oleh rapat umum pemegang saham atau
rapat anggota. Jumlah laba tahun lalu diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar lima puluh persen. Jika bank mempunyai saldo rugi pada tahun-tahun lalu, seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.
7. Laba tahun berjalan
mengalami kerugian pada tahun berjalan, seluruh kerugian tersebut menjadi
faktor pengurang dari modal inti.
8. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya dikonsolidasi. Bagian kekayaan bersih tersebut adalah modal inti anak
perusahaan setelah dikompensasikan nilai penyertaan bank pada anak perusahaan tersebut. Yang dimaksud dengan anak perusahaan adalah bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) lain yang mayoritas sahamnya
dimiliki oleh bank.
2.1.3.2. Modal Pelengkap
Modal pelengkap ini terdiri dari cadangan-cadangan yang tidak dibentuk dari laba setelah pajak dan pinjaman yang sifatnya dapat dipersamakan dengan
modal. Secara terperinci modal pelengkap dapat berupa sebagai berikut (Ali, 2004:456) :
1. Cadangan Revaluasi Aktiva Tetap
Cadangan revaluasi aktiva tetap adalah cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap mendapat persetujuan dari Direktorat Jenderal
Pajak.
2. Cadangan Penghapusan Aktiva yang Diklasifikasikan
Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan adalah cadangan yang
dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan. Hal ini
3. Modal Kuasi
Modal kuasi adalah modal yang didukung oleh istrumen atau warkat yang memiliki sifat seperti modal.
4. Pinjaman Subordinasi
Pinjaman subordinasi adalah pinjaman yang harus memenuhi beberapa syarat, seperti ada perjanjian tertulis antara bank dan pemberi pinjaman, mendapat persetujuan dari Bank Indonesia, minimal berjangka lima tahun dan pelunasan
sebelum jatuh tempo harus ada persetujuan BI. ATMR terdiri atas jumlah
ATMR yang dihitung berdasarkan masing –masing nilai pos aktiva pada rekening administrative bank dikalikan dengan bobot risikonya masing – masing. Komponen pembentuk ATMR :
1. Penempatan pada bank lain (bobot 20 %) 2. Surat berharga ( bobot 100 % )
3. Tagihan derivatif (bobot 100 %) 4. Kredit yang diberikan (bobot 100 %) 5. Penyertaan (bobot 100 %)
6. Aktiva tetap (bobot 100 %) 7. Aktiva lain – lain (bobot 100 %)
8. Fasilitas kredit yang belum ditarik nasabah (bobot 100 %)
9. Bank Garansi yang belum diberikan (bobot 100 %)
2.1.4. Penilaian Kesehatan Bank
Penilaian Kesehatan Bank dalam (Silhol dan Pangaribuan, 2007) tingkat kesehatan bank dapat diukur dengan metode CAMEL yaitu capital, asset, quality, management, earnings dan liquidity. Faktor-faktor CAMEL terdiri dari:
a. Faktor Permodalan (capital)
Penilaian terhadap faktor permodalan didasarkan pada rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko yang diatur dalam surat Keputusan
Direksi Bank Indonesia No.26/20/KEP/DIR tentang Kewajiban Penyediaan
Modal Minimum Bank. b. Kualitas aset (asset)
Penilaian terhadap rasio kualitas aktiva produktif didasarkan pada dua rasio,
yaitu :
1) Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif.
2) Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif yang dibentuk oleh bank terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif yang wajib dibentuk oleh bank.
c. Manajemen (management)
Penilaian faktor manajemen dalam ketentuan lama didasarkan pada manajemen permodalan, kualitas aset, rentabilitas dan likuiditas, diubah
menjadi manajemen umum, penerapan sistem manajemen resiko yang
d. Earning
Penilaian didasarkan kepada rentabilitas suatu bank yaitu melihat kemampuan suatu bank dalam menciptakan laba. Penilaian dalam unsur ini didasarkan kepada 2 macam yaitu:
1) Rasio laba terhadap total asset (Return on Assets)
2) Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional. (BOPO) e. Liquidity
Yaitu untuk menilai likuiditas bank. Penilaian likuiditas bank di dasarkan
kepada 2 macam rasio yaitu:
1) Rasio Kewajiban Bersih Antar Bank terhadap Modal Inti 2) Rasio Kredit terhadap Dana Yang Diterima oleh Bank.
Kemudian ketentuan lain yang akan mempengaruhi tingkat kesehatan bank
adalah:
1) Pelaksanaan pemberian Kredit Usaha Kecil (KUK) harus sesuai ketentuan yang berlaku.
2) Pelaksanaan pemberian kredit ekspor sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.
3) Pelanggaran terhadap ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK).
2.1.5. Rasio Keuangan Perbankan
Menurut Abdullah (2005:124) rasio keuangan yang dibentuk memiliki tujuan yang ingin dicapai masing-masing. Ini berarti tidak dijumpai batasan yang jelas dan tegas berapa rasio yang terdapat pada setiap aspek yang dianalisis.
Rasio Keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Rasio Permodalan
Menurut Abdullah (2005:124) rasio permodalan digunakan untuk
mengetahui kemampuan kecukupan modal dalam mendukung kegiatan bank
secara efisien. Untuk dapat mengukur kemampuan permodalan tersebut dapat digunakan dengan rumus seperti berikut:
a . Capital Adequacy Ratio (CAR)
Menurut Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono (2002:562) Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang
mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh
terhadap besarnya modal bank”.
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank di
samping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana
masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain. Dengan kata lain, capital adequacy ratio (CAR) adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan
merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan
aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko (Dendawijaya, 2009:121). Semakin tinggi Capital Adequacy Ratio (CAR) maka semakin baik kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko
dari setiap kredit atau aktiva produktif yang berisiko.
Besarnya Capital Adequacy Ra tio (CAR) diukur dari rasio antara modal bank terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Menurut PBI No.
10/15/PBI/2008 Pasal 2 Bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8%
(delapan persen) dari Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Sebuah bank mengalami risiko modal apabila tidak dapat menyediakan modal minimum sebesar 8%. Dengan penetapan Capital Adequacy Ratio (CAR) pada tingkat
tertentu dimaksudkan agar bank memiliki kemampuan modal yang cukup untuk meredam kemungkinan timbulnya resiko sebagai akibat berkembang atau
meningkatnya ekspansi aset terutama aktiva yang dikategorikan dapat memberikan hasil dan sekaligus mengandung resiko sebagaimana yang dikutip oleh Argo Asmoro dalam Hesti Werdaningtyas (2002).
Besarnya Capital Adequacy Ratio (CAR) suatu bank dapat dihitung dengan rumus berikut. (Lukman Dendawijaya, 2009 :144).
CAR = x 100%
Modal Bank terdiri atas modal inti dan modal pelengkap. Komponen modal inti meliputi modal disetor, agio saham, cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak (cadangan umum), dan laba ditahan. Modal pelengkap antara lain adalah
ATMR dihitung dari aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva
yang bersifat administratif (tidak tercantum dalam neraca). Menurut Dendawijaya (2009:144) ATMR aktiva neraca dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal masing-masing aktiva yang bersangkutan dengan bobot risiko dari masing-masing
pos aktiva neraca tersebut. ATMR aktiva administratif dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal rekening administratif yang bersangkutan dengan bobot risiko dari masing-masing pos rekening tersebut (resiko aktiva administratif).
Aktiva yang paling tidak berisiko diberi bobot 0% dan aktiva yang paling berisiko
diberi bobot 100%. ATMR ini menunjukkan nilai aktiva berisiko yang memerlukan antisipasi modal dalam jumlah yang cukup (Arthesa dan Handiman, 2006 : 147).
Setelah mengetahui cara perhitungan Capital Adequacy Ratio (CAR) maka dapat diambil kesimpulan tentang hal-hal yang dapat mempengaruhi Capital
Adequacy Ratio (CAR) adalah sebagai berikut sebagaimana yang dikutip dalam Ginanjar (2007).
1. Tingkat kualitas manajemen bank dan kualitas sistem dan prosedur
operasionalnya.
2. Tingkat kualitas dan jenis aktiva serta besarnya risiko yang melekat padanya.
3. Kualitas dan tingkat kolektibilitasnya.
4. Struktur posisi dan kualitas permodalan bank.
5. Kemampuan bank untuk meningkatkan pendapatan dan laba. 6. Tingkat likuiditas yang dimilikinya.
2. Rasio Likuiditas
Menurut Darsono (2004:51) rasio likuiditas adalah rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek. Menurut Siamat (2004:157) suatu bank dianggap likuid apabila:
a. Memiliki sejumlah likuiditas sama dengan jumlah kebutuhan likuiditasnya. b. Memiliki likuiditas kurang dari kebutuhan tetapi bank mempunyai
surat-surat berharga yang dapat dialihkan menjadi kas.
c. Memiliki kemampuan untuk meemperoleh likuiditas dengan cara
menciptakan hutang.
Rasio Likuiditas perbankan sebagai berikut: a. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Loan to deposit ratio merupakan rasio yang dipergunakan untuk melihat likuiditas perusahaan. Rasio ini mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan
dibandingkan dengan jumlah dana yang diterima bank. Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan oleh deposan dengan mengandalkan kredit yang
diberikan sebagai sumber likuiditasnya. LDR dapat pula digunakan menilai strategi manajemen bank. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, disebabkan
jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar.
LDR = x 100%
Menurut Dendawijaya (2009:147) jumlah kredit yang diberikan dalam rumus tersebut adalah kredit yang diberikan bank yang sudah direalisir / ditarik /
dicairkan. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia tanggal 29 Mei 1993, yang termasuk dalam pengertian dana yang diterima bank (Dendawijaya, 2009:116),
adalah sebagai berikut:
1. Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) (jika ada) adalah volume pemberian pinjaman (kredit) yang diberikan Bank Indonesia kepada bank
yang bersangkutan.
2. Giro adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, dan surat perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.
3. Deposito adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian antara nasabah dan bank.
4. Tabungan masyarakat adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang
disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu.
5. Pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan, tidak
termasuk pinjaman subordinasi.
6. Deposito dan pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari 3
7. Surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka waktu lebih dari 3
bulan.
8. Modal pinjaman
9. Modal inti bank terdiri atas modal yang telah disetor pemilik bank, agio
saham (terutama untuk bank yang telah go publik), berbagai cadangan, laba ditahan (setelah diputuskan oleh rapat umum pemegang saham bank), serta laba tahun berjalan.
Sesuai SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 LDR dapat dirumuskan
sebagai berikut:
LDR =
Kredit merupakan total kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk antar Bank). Dana Pihak Ketiga mencakup giro, tabungan, dan deposito
(tidak termasuk antar Bank). b. Quick Ratio (QR)
Menurut Abdullah (2005:126) Quick Ratio (QR) merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih. Dengan kata lain dapat membayar kembali
pencairan dana deposannya pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yag diajukan. Cash Asset terdiri dari kas, giro pada Bank Indonesia, giro pada bank lain dan aktiva likuid dalam valuta asing.
Rasio ini dihitung dengan rumus:
c. Loan to Asset Ratio (LAR)
Menurut Dendawijaya (2009:144) Loan to Asset Ratio (LAR) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan
menggunakan total asset yang dimiliki bank. Semakin tinggi rasio ini, tingkat likuiditasnya semakin kecil karena jumlah asset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya menjadi semakin besar.
Rasio ini dihitung dengan rumus:
LAR = x 100%
d. Investing Policy Ratio (IPR)
Investing Policy Ratio (IPR) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan suatu bank di dalam melunasi kewajiban kepada para deposannya
dengan cara melikuidasi surat-surat berharga yang yang dimilikinya (Zulian Yamit, 2005:3).
Rasio ini dihitung dengan rumus:
IPR =
e. Liquidity Risk Ratio (LRR)
Liquidity Risk Ratio merupakan risiko yang digunakan untuk mengukur
risiko yang akan dihadapi bank apabila gagal dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya kepada para deposannya dengan harta likuid yang dimilikinya (
Muldjono, 2002:132).
Rasio ini dihitung dengan rumus:
f. Credit Risk Ratio (CRR)
Credit Risk Ratio (CRR) merupakan risiko yang paling signifikan yang
dihadapi pebankan, dan keberhasilan bisnis mereka tergantung pada pengukuran yang akurat dan tingkat efisiensi yang lebih tinggi terhadap pengelolaan risiko ini
daripada risiko lainnya , Risiko kredit akan dihadapi oleh bank ketika nasabah (customer) gagal dalam membayar hutang atau kredit yang diterimanya pada saat jatuh tempo (Siamat, 2005:349). Menurut Muldjono (2002:132) Credit Risk Ratio
(CRR) adalah risiko yang digunakan untuk mengukur risiko terhadap kredit yang disalurkan dengan membandingkan kredit macet dengan jumlah kredit yang
disalurkan.
Rasio ini dihitung dengan rumus:
CRR = x 100%
g. Banking Ratio
Banking Ratio bertujuan untuk mengukur likuiditas bank dengan
membandingkan jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah deposit yang
dimiliki, Semakin tinggi rasio ini maka semakin rendah tingkat likuiditas bank, karena jumlah dana yang digunakan untuk membiayai kredit semakin kecil Menurut Muldjono (2002:132).
2.1.6. Pengaruh Rasio-rasio Keuangan Terhadap Capital Adequacy Ratio
Penelitian ini mengulas mengenai pengaruh rasio Likuiditas yang terinci dalam Loan to Deposit Ratio (LDR), Quick Ratio (QR), Investing Policy Ratio (IPR), Loan to Asset Ratio (LAR), Liquidity Risk Ratio (LRR) Credit Risk Ratio
(CRR). Pengaruh rasio-rasio tersebut terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) dapat diuraikan sebagai berikut.
2.1.6.1. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Suatu kesepakatan pertama pada tahun 1988 adalah tentang “ketentuan
permodalan“ dengan menetapkan Capital Adequacy Ratio (CAR), yaitu rasio
minimum perbandingan antara modal risiko dengan aktiva yang mengandung risiko (Sinungan, 2000: 160). Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko
(kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank di samping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar
bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lainlain. Dengan kata lain, Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung
atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. capital adequacy ratio
(CAR) merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko (Dendawijaya, 2009:121). Semakin tinggi capital
Besarnya capital adequacy ratio (CAR) diukur dari rasio antara modal bank
terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Menurut PBI No. 10/15/PBI/2008 Pasal 2 Bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% (delapan persen) dari Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Sebuah bank
mengalami risiko modal apabila tidak dapat menyediakan modal minimum sebesar 8%.
2.1.6.2. Pengaruh LDR Terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR)
LDR disebut juga rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga yang digunakan untuk mengukur dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk
kredit. Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama bank, oleh karena itu sumber pendapatan utama bank berasal dari kegiatan ini. Semakin besarnya penyaluran dana dalam bentuk kredit dibandingkan dengan deposit atau simpanan masyarakat
pada suatu bank akan membawa konsekuensi semakin besarnya risiko yang harus ditanggung oleh bank yang bersangkutan. Semakin tinggi Loan to Deposit Ratio
(LDR), maka semakin tinggi dana yang disalurkan kepada pihak ketiga. Semakin tinggi rasio ini maka semakin rendah pula kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk
membiayai kredit menjadi semakin besar (suatu bank meminjamkan seluruh
dananya (loan-up). Sebaliknya, semakin rendah Loan to Deposit Ratio (LDR) menunjukkan kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan kredit. Loan to Deposit Ratio (LDR)yang rendah menunjukkan bank yang likuid dengan
yang diberikan lebih tinggi daripada pertumbuhan jumlah dana yang dihimpun
akan menyebabkan menurunnya nilai Capital Adequacy Ratio (CAR) suatu bank. Penurunan nilai Capital Adequacy Ratio (CAR) tersebut merupakan sebagai upaya bank dalam memberikan kepercayaan dan perlindungan kepada nasabahnya
dengan menambah dananya melalui modal sendiri untuk membiayai jumlah kredit yang diberikan. Hal ini senada dengan apa yang (Siamat, 2004:104) kemukakan
bahwa “Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam menilai kecukupan modal
bank antara lain Likuiditas. Penelitian yang dilakukan oleh Krisna (2008)
menunjukkan bahwa variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak memiliki pengaruh. Hasil penelitiannya menunjukkan semakin tinggi Loan to Deposit Ratio (LDR) menunjukkan semakin
riskan kondisi likuiditas bank, sebaliknya semakin rendah Loan to Deposit Ratio (LDR) menunjukkan kurangnya efektivitas bank dalam menyalurkan kredit. Karena semakin tinggi LDR maka CAR semakin menurun (kondisi likuiditas terancam), maka Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh negatif terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR).
H1 :LDRtidak berpengaruh terhadap Capital Adequacy Ratio
2.1.6.3. Pengaruh QR terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR)
Quick Ratio (QR) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar kewajibannya kepada para deposannya
(Sitanggang, 2012) menunjukkan bahwa Quick Ratio (QR) berpengaruh
signifikan terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR).
H2: QR berpengaruh signifikan terhadap Capital Adequacy Ratio
2.1.6.4. Pengaruh IPR terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR)
Investing Policy Ratio (IPR) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengetahui kemampuan pihak dalam membayar kembali kewajiban kepada
deposan yang bersumber dari pencairan surat berharga yang dimiliki bank (Arifin dan Syukri, 2006:42). Sejalan dengan penelitan yang dilakukan (Sefri, 2010), bahwa Investing Policy Ratio (IPR) berpengaruh positif terhadap Capital
adequacy Ratio (CAR), Dimana kenaikan Investing Policy Ratio (IPR) berarti kenaikan jumlah surat-surat berharga lebih besar dari kenaikan Dana Pihak Ketiga (DPK), mengakibatkan naiknya pendapatan bunga atas surat-surat berharga
tersebut. Kenaikan pendapatan surat berharga dapat meningkatkan laba bank, sehingga modal bank juga naik dan Capital Adequacy Ratio (CAR) juga
mengalami kenaikan.
H3 : IPR berpengaruh signifikan positif terhadap Capital Adequacy Ratio
2.1.6.5. Pengaruh LAR terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR)
Loan to Asset Ratio (LAR) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur tingkat likuiditas Bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk
bahwa Loan to Asset Ratio (LAR) tidak berpengaruh terhadap Capital Adequacy
Ratio (CAR) .Makin tinggi tingkat rasio menunjukkan makin rendah likuiditas bank.
H4: LAR tidak berpengaruh terhadap Capital Adequacy Ratio
2.1.6.6. Pengaruh LLR terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR)
Liquidity Risk Ratio (LLR) merupakan rasio yang menunjukkan risiko
yang dihadapi oleh bank apabila mengalami kegagalan untuk memenuhi kewajiban terhadap deposannya, dengan alat-alat likuid yang tersedia karena harus digunakan oleh bank yang bersangkutan untuk membayar kewajiban yang
harus segera dilunasi (callable liabilities) (Muldjono, 2002:12). Penelitian Aspal (2014) menemukan bukti empiris bahwa Liquidity Risk Ratio (LLR) tidak berpengaruh signifikan terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR). tingkat Liquidity
Risk Ratio (LLR) yang rendah mengindikasikan bahwa bank banyak terfokus pada pendanaan jangka panjang, sehingga dalam hal ini pemberian kredit ternyata lebih
besar daripada dana pihak ketiga yang diterima. Rata – rata liquidity Risk ratio (LLR) diatas 30% mengindikasikan bahwa bank cukup likuid untuk memenuhi kebutuhan operasional harian dalam hal ini seperti penarikan dana oleh nasabah.
H5: LLR tidak berpengaruh terhadap Capital Adequacy Ratio
2.1.6.7. Pengaruh CRR terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR).
Menurut James dan John (2005) dalam Kasmir (2008:228) Credit Risk Ratio (CRR) merupakan rasio untuk mengukur risiko terhadap kredit yang disalurkan dengan membandingkan kredit macet dengan jumlah kredit yang
sebagian atau seluruh kredit yang diterima dari bank dan pada gilirannya akan
digolongkan sebagai kredit bermasalah. Oleh karena itu rasio ini memberikan gambaran tingkat kegagalan kredit bank, dimana kredit bermasalah yang semakin meningkat membuat bank mendapatkan penghasilan yang terus menurun,
sehingga sangat mempengaruhi perolehan keuntungan bank. Semakin besar nilai rasio ini menunjukkan risiko kredit yang dihadapi juga tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Tamimi (2013) menunjukkan bahwa Credit Risk Ratio (CRR)
tidak berpengaruh signifikan terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR).
H6: CRR tidak berpengaruh signifikan terhadap Capital Adequacy Ratio.
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian Krisna (2008) “Faktor-faktor yang mempengaruhi Capital
Adequacy Ratio (CAR) pada Bank-bank Umum di Indonesia. Penelitian Krisna menguji pengaruh Return on Investment (ROI), Return on Asset (ROA), Net
Interest Margin (NIM), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Capital
Adequacy Ratio (CAR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Return on Investment (ROI) tidak berpengaruh signifikan terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR). Return on Equity (ROE) berpengaruh signifikan positif terhadap Capital
Adequacy Ratio (CAR). BOPO berpengaruh signifikan negatif terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR). Net Interest Margin (NIM) berpengaruh signifikan positif
terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR). Loan to Deposit Ratio (LDR) tidak berpengaruh signifikan terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR). Non Performing Loa n (NPL) berpengaruh signifikan negatif terhadap Capital Adequacy Ratio
Penelitian Aspal (2014) yang berjudul “An Empirical Analysis Of Capital
Adequacy In The Indian Private Sector Banks”. Penelitian Aspal menguji
pengaruh Loans, Asset Quality, Manajemen Efeciency, Liquidity Risk, Sensitivity (GAP) terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR). Hasil penelitiannya
menunjukkan Loans beprngaruh negatif terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR). Asset Quality berpengaruh negatif terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR). Liquidity Risk Ratio (LLR) tidak berpengaruh signifikan terhadap Capital
Adequacy Ratio (CAR). Manajemen Eficiency berpengaruh negatif terhadap
Capital Adequacy Ratio (CAR). Sensitivity (GAP) berpengaruh positif terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR).
Penelitian Bateni (2014) berjudul “The Influential Factors on Capital
Adequacy Ratio (CAR) in Iranian Banks” penelitiannya menguji pengaruh Loan to Asset Ratio (LAR), EQR, Return on Equity (ROE), Deposit Asset Ratio (DAR),
Return on Asset (ROA), Risk Asset Ratio (RAR). Loan to Asset Ratio (LAR) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR). Equity Ratio (EQR) berpengaruh signifikan dan positif terhadap Capital
Adequacy Ratio (CAR), Return on Equity (ROE) berpengaruh signifikan dan positif terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR), Deposit Asset Ratio (DAR) tidak berpengaruh signifikan terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Asset
(ROA) berpengaruh signifikan dan positif terhadap Capital Adequacy Ratio
(CAR), Risk Asset Ratio (RAR) tidak berpengaruh signifikan terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR).
Penelitian Edginargada (2012) “Analisis Pengaruh Rasio Rentabilitas Dan
pengaruh Return on Asset (ROA), Biaya Operasi Terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR). Hasil penelitiannnya menguji pengaruh Return on Asset (ROA) Berpengaruh Signifikan Dan Positif Terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR).
BOPO berpengaruh signifikan dan negatif terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR). LDR berpengaruh signifikan negatif terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR).
Penelitian Sitanggang (2006) “Pengaruh Profitabilitas Dan Likuiditas
Terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) Pada Perusahaan Perbankan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”. Penelitiannya menguji pengaruh Interest
Margin Loans (IML), Return On Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan
Quick Ratio (QR) terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR). Hasil peneltiannya menunjukkan bahwa Interest Margin Loans (IML) berpengaruh signifikan dan
negatif terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Equity (ROE) berpengaruh signifikan dan negatif terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh negatif terhadap Capital Adequacy
Ratio (CAR), Quick Ratio (QR) berpengaruh signifikan dan negatif terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR).
Penelitian Sefri (2010), Berjudul “Pengaruh Risiko Usaha terhadap Capital
Adequacy Ratio (CAR)”. Penelitiannya menguji Independen : Loan to Deposits
Ratio (LDR), Investing Policy Ratio (IPR), Non Performing Loan (NPL), Interest Rate Risk (IRR), Posisi Devisa Netto (PDN),dan BOPO terhadap Capital
Adequacy Ratio (CAR). IPR berpengaruh signifikan positif terhadap Capital
Adequacy Ratio (CAR). NPL berpengaruh positif terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR). Interest Rate Risk (IRR) berpengaruh negatif terhadap CAR. PDN berpengaruh negatif terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR). BOPO berpengaruh
negatif terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR).
Penelitian Tamimi (2013), berjudul “Determinants Of Capital Adequacy
Ratio In Commercial Banks Of Jordan An Empirical Study”. Penelitiannya menguji pengaruh Interest Rate, Liquidity Risks Ratio (LRR), Credit Risks (CRR),
Capital Risks, Revenues Power , Return on Equity dan Return on Assets berpengaruh terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR). Hasil penelitiannya menunjukkan Interest Rate tidak berpengaruh signifikan terhadap Capital
Adequacy Ratio (CAR), Liquidity Risk Ratio (LRR) tidak berpengaruh signifikan terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR), Credit Risks Ratio (CRR) tidak
berpengaruh Signifikan terhadap CAR Capital Risks tidak berpengaruh signifikan terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR), Revenues Power berpengaruh signifikan terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Equity berpengaruh positif
terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Asset berpengaruh positf terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR).
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Peneliti/
Tahun
Judul Variabel Hasil Peneltian
1 Bateni
(2014)
The Influentia l Fa ctors on Ca pita l
Adequa cy Ra tio in Irania n Ba nks
International Journal of Economics and Finance, Vol. 6, No. 11
Independen: LAR, EQR,ROE, DAR,ROA, RAR.
Dependent: Ca pita l Adequa cy Ra tio (CAR)
LAR tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap CAR.
EQR berpengaruh signifikan dan positif terhadap CAR,
ROE berpengaruh signifikan dan positif terhadap CAR,
DAR tidak berpengaruh signifikan terhadap CAR,
No Peneliti/ Tahun
Judul Variabel Hasil Peneltian
RAR tidak berpengaruh signifikan terhadap CAR
2 Tamimi
(2013)
Determinants Of Ca pita l Adequa cy Ra tio In
Commercia l Ba nks Of Jordan An Empirica l Study, International Journal of Academic Research in Economics and Management
SciencesVol. 2,
No. 4
Independen: Interest Rate, Liquidity Risk Ra tio, Credit Risk Ra tio, Capita l Risks, Revenues Power ,Return on Equity, Return on Assets Depende
Ca pita l Adequa cy Ra tio (CAR)
Interest Rate tidak berpengaruh signifikan terhadap CAR, Liquidity Risk berpengaruh signifikan dan positif terhadap CAR,
Credit Risks tidak berpengaruh Signifikan terhadap CAR
Ca pita l Risks tidak berpengaruh signifikan terhadap CAR,
Revenues Power signifikan terhadap CAR,
Return on Equity berpengaruh positif terhadap CAR,
Return on Asset berpengaruh positf terhadap CAR
3 Sefri
(2010)
Pengaruh Risiko Usaha terhadap Ca pita l Adequa cy Ra tio Pada Bank Pemerintah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol.2, No.3.
Independen : Loa n to Deposits Ra tio
(LDR), Non
Performing Loan (NPL), Interest Rate Risk (IRR), BOPO Investing Policy Ra tio
(IPR), Asset
Utilization (AU), Posisi Devisa Netto (PDN),dan Return On Asset (ROA)
Dependen: Ca pita l Adequa cy Ra tio (CAR)
LDR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap CAR. IPR berpengaruh positif terhadap CAR. NPL berpengaruh positif terhadap CAR.
IRR berpengaruh negatif terhadap CAR.
BOPO berpengaruh negatif terhadap CAR.
IPR tidak berpengaruh terhadap CAR AU berpengaruh positif terhadap CAR
ROA berpengaruh negatif terhadap CAR
PDN berpengaruh negatif terhadap CAR
4 Krisna
(2008)
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Ca pita l Adequa cy Ra tio pada Bank-bank
Umum di Indonesia
Independen : ROI, ROE, BOPO
Dependen : Ca pita l Adequa cy Ra tio (CAR)
ROI berpengaruh signifikan positif terhadap Capita l Adequa cy Ratio (CAR).
ROE berpengaruh signifikan positif terhadap Capita l Adequa cy Ratio (CAR).
BOPO berpengaruh signifikan negatif terhadap Capita l Adequa cy Ratio (CAR).
5 Sitanggang (2006)
Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas Terhadap Capita l Adequa cy Ra tio yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta
Independen : Interest Ma rgin Loans(IML), Return On Equity (ROE), Loan to
Deposit Ratio (LDR), Quick Ra tio (QR) Dependen: (CAR)
IML berpengaruh signifikan dan negatif terhadap CAR,
ROE berpengaruh signifikan dan negatif terhadap CAR,
LDR berpengaruh negatif terhadap CAR,
2.3. Kerangka Konseptual
Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan dalam penelitian ini, maka dapat disusun suatu kerangka konseptual yang menjelaskan tentang bagaimana hubungan antara variabel. Variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu
variabel dependen yang berupa Capital Adequacy Ratio (CAR) yang diproksikan dengan CAR. Sedangkan variabel independen dalam penelitian ini berupa Loan to
Deposit Ratio (LDR), Quick Ratio (QR), Loan to Asset Ratio (LAR), Investing Policy Ratio (IPR), Liquidity Risk Ratio (LRR), Credit Risk Ratio (CRR).
Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio yang digunakan untuk menilai seberapa besar bank dapat menyalurkan dana yang dihimpum dari masyarakat kepada pihak yang memerlukannya maka di proksi dengan LDR
(Loan To Deposit Ratio) yaitu perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank (Riyadi
2004:146). Bank Indonesia menetapkan bahwa maksimum Loan to Deposit Ratio (LDR) yang diperkenankan adalah sebesar 110 %. Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah posisi likuditas untuk menjaga kesehatan bank terutama dalam posisi
jangka pendek. Bahkan bagi dunia perbankan likuiditas merupakan jantungnya bank. Sebesar apapun aset suatu bank jika kondisi likuiditasnya terancam, maka saat itu juga bank akan mengalami kesulitan dalam penarikan dana yang
dilakukan oleh pihak deposan. Terlebih dalam menghadapi rush (penarikan secara
Quick Ratio (QR) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajibannya terhadap para deposan (pemilik simpanan giro, tabungan dan deposito), Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar
(Sawir 2009:10). Sejalan dengan penelitian Sitanggang (2006) menunjukkan bahwa Quick Ratio (QR) berpengaruh signifikan terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR). Quick Ratio (QR) yang umumnya dianggap baik adalah semakin besar
rasio ini maka semakin baik kondisi perusahaan.
Investing Policy Ratio (IPR) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam melunasi kewajibannya kepada para deposan dengan cara melikuidasi surat-surat berharga yang dimilikinya (Sawir, 2009:10).
Penelitian yang dilakukan oleh Sefri (2010) bahwa Investing Policy Ratio (IPR) Berpengaruh signifikan positif terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) yang
menyatakan kenaikan Investing Policy Ratio (IPR) menunjukkan naiknya jumlah surat-surat berharga lebih besar dari kenaikan Dana Pihak Ketiga, mengakibatkan naiknya pendapatan bunga atas surat-surat berharga tersebut. Kenaikan
pendapatan surat berharga dapat meningkatkan laba bank, sehingga modal bank juga naik dan CAR juga mengalami kenaikan.
Loan to Asset Ratio (LAR) ini untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan
rasio ini merupakan perbandingan seberapa besar kredit yang diberikan bank
dibandingkan dengan besarnya total asset yang dimiliki bank (Dendawijaya, 2009:119). Penelitian yang dilakukan Bateni (2014) bahwa Loan to Asset Ratio (LAR) tidak berpengaruh signifikan terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR).
Makin tinggi tingkat rasio ini menunjukkan makin rendahnya likuiditas bank. Menurut peraturan bank Indonesia No.11/25 (2009) Liquidity Risk Ratio (LRR) Merupakan risiko akibat ketidakmampuan bank untuk memenuhi
kewajiban yang jatuh tempo yang berasal dari sumber pendanaan arus kas atau
dari asset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank. Tujuan dari rasio ini adalah untuk mengukur kemungkinan pihak bank gagal untuk memenuhi kewajiban kepada deposan.
Liquidity Risk Ratio (LRR) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam melunasi kewajibannya kepada para deposannya dengan
cara melikuidasi surat-surat berharga yang dimilikinya. (Muldjono, 2002:12). Penelitian yang dilakukan oleh Aspal (2014) yang menyatakan Liquidity Risk Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap Capital Adqequacy Ratio (CAR).
Semakin tinggi rasio ini, semakin tinggi pula tingkat likuiditas bank tersebut Menurut peraturan bank Indonesia No.11/25 (2009) Credit Risk Ratio (CRR) adalah suatu resiko kerugian yang disebabkan oleh ketidakmampuan
(gagal bayar) dari debitur atas kewajiban pembayaran utangnya baik utang pokok
maupun bunganya atau keduanya. Resiko kredit ini diakibatkan kegagalan debitur atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank. Credit Risk Ratio (CRR) adalah ratio untuk mengukur risiko terhadap kredit dengan membandingkan kredit
dalam penelitiannya menunjukan bahwa Credit Risk Ratio (CRR) tidak
berpengaruh signifikan terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR). Semakin besar risiko keuangan bank merupakan sinyal negatif terhadap tingkat kesehatan bank tersebut dimasa depan.
Berdasarkan landasan teori, tujuan penelitian, dan hasil penelitian sebelumnya serta permasalahan yang telah dikemukakan maka sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis berikut disajikan kerangka konseptual yang
dituangkan dalam model penelitian pada Gambar 2.1. Kerangka konseptual
tersebut menunjukkan pengaruh variabel independen secara parsial maupun simultan terhadap Capital Adequacy Ratio perusahaan perbankan yang listing di BEI Periode tahun 2010-2014.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.4. Hipotesis Penelitian
Hipotesis atau jawaban sementara atas permasalahan yang dikemukakan adalah sebagai berikut:
Quick Ratio (X2)
Investing Policy Ratio (X3)
Loan to Asset Ratio (X4)
Liquidity Risk Ratio (X5)
Credit Risk Ratio (X6)
Capita l Adequacy Ra tio (Y)
1. Ada pengaruh yang signifikan antara likuiditas secara simultan terhadap
Capital Adequacy Ratio (CAR) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Ada pengaruh yang signifikan antara likuiditas secara parsial terhadap