• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Program PONED di Puskesmas Labuhan Bilik Kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017 Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelaksanaan Program PONED di Puskesmas Labuhan Bilik Kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017 Chapter III VI"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif ini

digunakan untuk mengetahui pelaksanaan progam PONED di Puskesmas PONED

Labuhan Bilik Kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017.

Metode kualitatif sangat cocok digunakan untuk meneliti ketika suatu

permasalahan belum jelas dan dilakukan pada situasi sosial yang tidak begitu luas,

sehingga hasil penelitian lebih mendalam dan bermakna.(Saryono, 2010).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas PONED Labuhan Bilik

Kecamatan Panai Tengah, Kabupaten Labuhan Batu. Alasan pemilihan lokasi ini

adalah karena jumlah persalinan dengan komplikasi yang ditangani meningkat

setiap tahunnya serta frekuensi kunjungan dalam pemanfaatan pelayanan PONED

di Puskesmas Labuhan Bilik masih rendah.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Januari 2017 sampai selesai.

3.3 Informan Penelitian

Informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kepala Puskesmas,

Tim Inti pelaksana PONED (Dokter, Bidan Koordinator dan Perawat yang telah

dilatih PONED), Bidan Desa, Pasien yang pernah memeriksakan kehamilan di

(2)

Penentuan informan dalam penelitian ini dengan menggunakan purposive

sampling. Tehnik sampling dengan purposive sampling yaitu bahwa dalam

penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu dimana informan ini adalah

orang-orang yang terlibat secara langsung terhadap permasalahan yang sedang

diteliti (Saryono, 2010).

3.4 Metode Pengumpulan Data

Ada dua jenis data dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah

data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer diperoleh melalui metode teknik wawancara mendalam

dengan informan yang dipandu dengan menggunakan pedoman

wawancara dan direkam dengan menggunakan alat perekam. Pedoman

wawancara mendalam terdiri atas daftar pertanyaan mengenai pelayanan

PONED yang dilihat dari kerangka pikir dari penelitian ini.

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dengan cara mengumpulkan data dari Dinas

Kesehatan Kabupaten Labuhan, Profil Puskesmas Labuhan Bilik, studi

kepustakaan dan telaah dokumen. Dalam studi kepustakaan, penelit

imempelajari dan mengumpulkan keterangan maupun bahan yang

berkaitan dengan masalah yang dibahas.. Sedangkan telaah dokumen

dilakukan untuk membandingkan hasil wawancara dengan data-data

seperti data kunjungan K1 dan K4, data persalinan normal yang ditangani,

(3)

neonatus dan dokumen lain yang digunakan terkait dengan pelaksanaan

pelayanan PONED.

Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dimaksudkan untuk

memperoleh bahan-bahan, keterangan, kenyataan-kenyataan dan informasi yang

dapat dipercaya. Proses pengumpulan data dilakukan melalui : dokumentasi,

pengamatan, dan wawancara (Basrowi, 2008).

Adapun metode dalam pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini, antara lain:

a. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan fakta-fakta dan data yang tersimpan didalam

bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia

adalah berbentuk surat-surat, buku, catatan harian, dokumen pemerintah

ataupun swasta, laporan, artefak, foto, data dari flashdisk dan sebagainya

(Saryono, 2010).

Dokumentasi yang diambil dalam penelitian ini adalah dokumen laporan

bulanan pelayanan PONED di Puskesmas Labuhan Bilik.

b. Observasi

Observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan

pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau

mengamati individu atau kelompok secara langsung (Basrowi, 2008).

Observasi pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengamatan

(4)

c. Wawancara mendalam (in-depth interview).

Wawancara mendalam adalah cara dalam mengumpulkan data melalui

wawancara, menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan

terbuka, dan sebagian besar berbasis pada interaksi antara 1 pewawancara

dengan 1 responden (Saryono, 2010).

Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini ditujukan kepada Kepala

Puskesmas dan Tim PONED yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan

pelayanan PONED yaitu Dokter, Bidan Koordinator dan Tenaga

Kesehatan yang telah dilatih PONED.

3.5 Instrumen Pengambilan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman

wawancara mendalam (in-depth interview) dan alat perekam suara (voice

recorder).

3.6 Uji Validitas Data

Uji validitas data dalam penelitian kulitatif disebut dengan triangulasi.

Triangulasi digunakan sebagai tehnik pemeriksaan, keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau

sebagai pembanding terhadap data itu (Saryono, 2010).

Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber

yaitu melalui wawancara mendalam dengan pasien yang pernah perikasa

kesehatan di Puskesmas Labuhan Bilik dan pasien yang tidak pernah periksa

(5)

3.7 Metode Analisis Data

Data yang telah terkumpul dianalisis secara manual, yaitu dengan

menuliskan hasil penelitian dalam bentuk tabel hasil wawancara mendalam,

kemudian meringkas dalam bentuk matriks yang disusun sesuai bahasa baku

jawaban informan. Ringkasan ini kemudian diuraikan kembali dalam bentuk

narasi dan melakukan penyimpulan terhadap analisa yang telah didapat secara

(6)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Labuhan Bilik

Puskesmas Labuhan Bilik didirikan sejak tahun 1907, yang terletak di

Jalan Kesehatan Kelurahan Labuhan Bilik Kecamatan Panai Tengah Kabupaten

Labuhan Batu. Sejak tahun 2003 Puskemas Labuhan Bilik sudah menjadi rawat

inap dan pada tahun 2013 menyusul menjadi Puskesmas Mampu PONED. Letak

Puskesmas bersebelahan dengan kantor Lembaga Permasyarakatan Labuhan

Bilik Kecamatan Panai Tengah dan SMP N 1 Panai Tengah yang berada tepat di

belakang Puskesmas.

Kecamatan Panai Tengah merupakan salah satu daerah yang berada di

Kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis Kecamatan Panai

Tengah berada pada 2027‟42.78,‟‟N Lintang Utara dan 100014‟31.49‟‟E Lintang Selatan dengan ketinggian 0-700 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Panai

Tengah menempati area seluas 483,74 Km2.

Adapun batas batas wilayah Kecamatan Panai Tengah adalah sebagai

berikut:

a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Panai Hilir

b. Sebelah Timur : Berbataasn dengan Riau

c. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamtan Kampung Rakyat

(7)

4.1.2 Wilayah Kerja Puskesmas Labuhan Bilik

Kecamatan Panai Tengah terdiri dari 10 desa dan 72 dusun. Keterangan

jumlah desa dan dusun dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Jumlah Desa, Dusun, dan Luas (Km)2 di Kecamatan Panai Tengah tahun 2015

Pada tahun 2015 penduduk Kecamatan Panai Tengah berjumlah 35.976

jiwa dengan rincian 18.380 jiwa yang berjenis kelamin laki-laki dan 17.596 jiwa

perempuan. Jumlah rumah tangga yang ada di Kecamatan Panai Tengah sebanyak

7.924 KK.

4.1.3 Sumber Daya Manusia Puskesmas Labuhan Bilik

Tabel 4.2 Sumber Daya Manusia Puskesmas Labuhan Bilik

No. Tenaga Kesehatan Jumlah

1. Dokter Umum 6

2. Dokter Gigi 1

3. Perawat 36

5. Bidan 14

6. Tenaga Ahli Kesehatan Masyarakat 2

7. Tenaga Ahli Sanitasi 1

8. Tenaga Teknisi Medis (Lab) 1

9. Umum 2

(8)

4.2 Peralatan dan Obat Puskesmas Mampu PONED Labuhan Bilik

Tabel 4.3 Hasil Observasi Ketersediaan Peralatan Maternal Puskesmas Mampu PONED Labuhan Bilik

No. Alat maternal Keterangan

1. Meja instrumen 2 rak √

2. Bak instrumen tertutup kecil √

3. Bak instrumen tertutup medium √

4. Bak instrumen tertutup besar √

5. Tromol kasa √

6. Nierbekken/kidney disk diameter 20-21 cm √ 7. Nierbekken/kidney disk diameter 23-24 cm X

8. Timbangan injak dewasa √

9. Pengukuran tinggi badan X

10. Standar infus √

11. Lampu periksa halogen √

12. Tensimeter/ sphygmomanometer dewasa √

13. Stetoskop dupleks dewasa √

14. Termometer klinik (elektrik) X

15. Tabung oksigen + regulator √

16. Masker oksigen + kanula nasal √

17. Tempat tidur periksa (examination bed) √

18. Rak alat serbaguna X

19. Penutup baki rak alat serbaguna X

20. Lemari obat √

21. Meteran/ metline √

22. Pita pengukur lengan atas √

23. Stetoskop janin pinard/ laenec √

24. Pocet fetal hearth rate monitor (doppler) √

25. Tempat tidur untuk persalinan √

26. Klem kasa √

27. Tempat klem kasa √

28. Spekulum sims kecil √

29. Spekulum sims medium √

30. Spekulum sims besar √

31. Spekulum cocor bebek grave kecil √

32. Spekulum cocor bebek grave medium √

33. Spekulum cocor bebek grave besar √

(9)

35. Endotracheal tube dewasa 6,0 X

36. Endotracheal tube dewasa 7,0 X

37. Endotracheal tube dewasa 8,0 X

38. Stilet untuk pemasangan ETT no. 1 X

47. Perebus instrumen (destilasi tingkat tinggi) √

48. Sterilisator kering √

60. Jarum jahit tajam (cutting) G11 √

61. Bak/ baskom plastik tempat plasenta √

62. Ekstraktor vakum manula X

63. Aspirator vakum manula √

64. Waskom √

65. Kleem kelly/ klem kocher lurus √

66. Klem fenster/ klem ovum √

67. Mangkok iodin √

68. Tenakulum schroeder X

69. Klem kasa lurus (sponge foster straight) √

70. Gunting mayo CVD √

71. Aligator ekstraktor AKDR √

72. Klem penarik benang AKDR √

(10)

74. Hemoglobin meter elektronik √ 75. Tes celup urinariris glukose dan protein √

76. Tes celup Hcg (tes Kehamilan) √

77. Tes golongan darah (ABO, rhesus) √

78. Benang chromic (jarum tapper 0) 2/0 X

79. Benang chromic (jarum tapper 0) 3/0 √

80. Spuit disposable (steril) 1ml √

81. Spuit disposable (steril) 3 ml √

82. Spuit disposable (steril) 5 ml √

83. Spuit disposable (steril) 10 ml √

84. Spuit disposable (steril) 20 ml √

85. Three-why stopcock (steril) √

86. Infused dewasa √

87. Kateter intravena 16 G √

88. Kateter intravena 18 G √

89. Kateter intravena 20 G √

90. Kateter penghisap lendir dewasa 8 √

91. Kateter penghisap lendir dewasa 10 √

92. Kateter folley dewasa 16 g √

98. Sarung tangan panjang 8 (manual plasenta) X 99. Sarung tangan rumah tangga (serba guna) √

100. Plester non woven √

101. Sabun cair untuk cuci tangan √

102. Providon iodin 10% √

103. Alkohol 75% √

104. Cuvette hemoglobin meter elektronik X

Tabel 4.4 Hasil Observasi Peralatan Neonatal Puskesmas Mampu PONED

No. Alat Neonatal Keterangan

1. Tensimeter/ sphygmomanometer √

2. Tensimeter/ sphygmomanomaeter neonatus X

3. Stetoskop dupleks bayi √

(11)

5. Termometer klinik (elektrik) X

6. Timbangan neonatus + bayi √

7. Ari timer standar (respiratory rate timer) √

8. Lampu emergensi √

9. Meja resusitasi dengan pemanas √

10. Kit resusitasi neonatus √

11. Balon resusitasi neonatus mengembang sendiri dengan selang reservoir

12. Sungkup resusitasi √

13. Laringoskop neonatus bilah lurus (3 ukuran) X

14. T piece resusitator X

15. Endotracheal tube anak X

16. Nasogastric tube neonatus X

17. Tabung oksigen + regulator √

18. Pompa penghisap lendir elektrik √

19. Penghisap lendir delee (neonatus) X

20. Handuk pembungkus neonatus √

21. Kotak kepala neonatus X

22. Klem arteri kocher mosquito lurus X

23. Klem arteri kocher mosquito lengkung X

24. Klem arteri pean mosquito X

25. Pinset sirurgis √

26. Pinset jaringan kecil X

27. Pinset bengkok kecil √

28. Needle holder √

29. Gunting jaringan mayo ujung tajam √

30. Gunting jaringan mayo ujung tumpul √

31. Gunting jaringan iris lengkung X

32. Skalpel √

40. Pinset jaringan sirurgis √

41. Gunting iris lengkung X

(12)

43. Retraktor finsen tajam X

44. Klem mosquito halsted lurus √

45. Klem mosquito halsted lengkung √

46. Klem linen backhauss √

47. Klem pemasang klip hegen barth √

48. Kantong metode kanguru √

49. Inkobator ruangan dengan termostat sederhana √

50. Infus set pediatrik √

51. Three-why stopcock √

52. Kanula penghisap lendir neonatus √

53. Klem tali pusat √

54. Kateter intravena √

55. Kateter umbilicus √

Tabel 4.5 Hasil Observasi Ketersediaan Obat PONED

PERDARAHAN KETERANGAN

Ringer laktat (500 ml) √

NaCl 0.9% (500 ml) √

Dextran 70.6% (500 ml) √

Metil ergometrin maleat injeksi 0.2 mg (1 ml) √ Metil ergometrin maleat tablet 75 mg (tablett) X

Oksitosin injeksi 10 IU (1 ml) √

Glokonas kalsikus 10 % injeksi (20 ml) √

Nifedipin 10 mg (tablet) √

Hidralazin 5 mg injeksi X

Labetolol 10 mg injeksi X

(13)

Transfusi set dewasa √

Metil ergometrin maleat injeksi 0.2 mg (1 ml) √ Metil ergometrin maleat tablet 75 mg (tablett) √

(14)

NaCl 0.9% (500 ml) √

Lidokain HCL 2% injeksi (2 ml) √

Oksitosin injeksi 10 IU (1 ml) √

Metil ergometrin maleat injeksi 0.2 mg (1 ml) √

Amoksilin 500 mg (tablet) √

Asam mefenamat 500 mg(tablet) √

Chromic catgut no. 1, atraumatic (saset) √

Chromic catgut no. 2/0 atau 3/0, atraumatic (saset) √

Infus set dewasa √

Difenhidramin HCL 10 mg injeksi (1 ml) √

Dexametason 5 mg injeksi (1 ml) √

Karakteristik dari masing-masing informan pada penelitian ini, dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6 Karakteristik Informan

Informan Jabatan Umur Pendidikan

Informan 1 Kepala Puskesmas 40 tahun SKM

Informan 2 Bidan Koordinator/ Bidan Inti PONED

43 tahun DIII Kebidanan

(15)

Informan 4 Perawat Inti PONED 38 tahun DIII Keperawatan

Informan 5 Bidan Desa 35 tahun DIII Kebidanan

Informan 6 Pasien (pernah periksa kehamilan)

33 tahun SMP

Informan 7 Pasien (tidak pernah periksa kehamilan)

21 tahun SMA

Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa jumlah informan penelitian ini

adalah 7 orang, yeng terdiri dari Kepala Puskesmas berumur 40 tahun dengan

pendidikan Sarjana Kesehatan Masyarakat, Bidan Koordinator/ Bidan Inti

PONED berumur 43 tahun dengan pendidikan DIII Kebidanan, Dokter inti

PONED berumur 41 tahun dengan pendidikan Dokter, Perawat inti PONED

berumur 38 tahun dengan pendidikan DIII Keperawatan, Bidan desa berumur 35

tahun dengan pendidikan DIII Kebidanan, Pasien yang pernah memeriksakan

kehamilan di puskesmas berumur 33 tahun dengan pendidikan SMP, dan Pasien

yang tidaak pernah memeriksakan kehamilan di puskesmas berumur 21 tahun

dengan pendidikan SMA.

4.4 Ketersediaan SDM

Hasil penelitian mengenai ketersediaan SDM dalam pelaksanaan

pelayanan PONED, diperoleh informasi bahwa tim inti yang melaksanakan

pelayanan PONED di Puskesmas Labuhan Bilik sudah mendapatkan pelatihan

pada tahun 2013. Pelatihan untuk tim inti PONED dilakukan pada tahun 2013

yang terdiri dari 1 dokter, 1 bidan dan 1 perawat. Tim inti PONED langsung

(16)

Tabel 4.7 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Jumlah Petugas yang Terlatih PONED

Informan Pernyataan

Informan 1 Kalok ibuk ndak salah dakhi tahun 2013. Iyo, ada dilatih. Tapi lobeh jolasnya elok tanyak sama buk wani sajo, kan ia penanggungjawabnya. Lagian ibuk kan bakhu 2 bulan ja jadi kapus di sika jadi kukhang tau jua.

(Kalau ibu gak salah sejak tahun 2013. Iya, ada pelatihan. Tapi untuk lebih jelasnya bagus tanya sama bu Wani aja, beliau kan penanggungjawab bidang tersebut, lagian ibu kan baru 2 bulan jadi Kapus di sini. Jadi kurang tahu juga).

Informan 2 Ada, batiga doluen kai yang pelatihan en. Bidannya, ibuk¸ kalo dokternya bu buk Budi, dan perawatnya buk Ulong. Kalok ibuk ndak salah pelatihannya tahun 2013. oooiiii. . . kalok en kriteria khusus ndak ada lah rasa ibuk, Cuma langsung saja dolu en ditunjok sama kapus. Pelatihan lanjutan ndak ada, Cuma sekali en saja lah.

(Ada, 3 orang kemarin kami yang ikut pelatihannya. Bidannya, ibu, kalau Dokternya bu Budi, dan perawatnya, bu Ulong. Kalau ibu tidak salah, pelatihannya tahun 2013. oooii.. kalau kriteria khusus rasa ibu tidak ada, cuma langsung saja kemarin ditunjuk sama Kapus. Pelatihan lanjutan tidak ada, cuma satu kali saja).

Informan 3 Sejak kapan ya? Saya agak lupa juga soalnya udah lama. Tahun 2012 atau 2013 gitulah. Sudah, tahun 2013. ada 3 orang. Saya, bu Wani sama bu Darlina. Gak ada kriteria khusus, Cuma ketepatan aja ditunjuk Kapus dan biasanya kan yang PNS didahuluankan. Pelatihan lanjutan gak ada, cuma itu aja. Tapi ibu udah gak di PONED lagi, ibu di Poli Umum. untuk bagian PONED tanya sama bu Wani aja.

(17)

(Sudah, tahun 2013. ada 3 orang. Ibu, bu Wani dan dokter Budi. Gak tau kalau kriteria, tapi yang pasti kemarin ditunjuk Kapus langsung. Pelatihan lanjutan gak ada, cuma sekali itu aja. Pelatihnya Profesor apa ya, lupa namanya siapa. Pelatihannya di Medan. kurang lebih semingguan lah. Sekarang di PONED bu Wani, beliau bikornya. Kalau ibu di lansia. Cuma kebetulan aja ikut pelatihan kemarin hahahaa).

4.5 Kesiapsiagaan Petugas Kesehatan PONED

Hasil penelitian mengenai kesiapsiagaan petugas kesehatan PONED

diperoleh informasi bahwa petugas kesehatan PONED telah siapsiaga selama 24

jam/hari dalam melayani PONED. Petugas dibagi menjadi 3 shhift kerja, yaitu

shift kerja pagi mulai pukul 08.00 s/d 14.00 WIB, siang mulai pukul 14.00 s/d

20.00 WIB dan malam mulai pukul 20.00 s/d 08.00. Setiap shift kerja terdiri dari

4 orang. Namun saat pasien shift malam tidak ada dokter.

Tabel 4.8 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Kesiapsiagaan Petugas Kesehatan PONED

Informan Pernyataan

Informan 1 Pasti len tong baya siapsiaga 24 jam. Namanya ukahng malaherkan, kan kita ndak tau pabila saja. Ada 3 shift jaga. Pagi, siang, sama malam. Siapa-siapa saja yang bajaga, tanya sama buk wani. Kalok dokter umum disika ada 6, tapi dokter obgyn ndak ada dan selama 2 bulan jadi kapus di sika bolum pornah ada kunjungan dokter obgyn, mudah-mudahan besok ada.

(Pastilah siapsiaga 24 jam. Namanya orang melahirkan, kan kita gak tau kapan. Jadi harus siap 24 jam. Ada 3 shift jaga, pagi, siang dan malam. Siapa-siapa aja yang jaga, tanya sama bu Wani. Kalau dokter umum ada 6, tapi dokter obgyn gak ada dan selama dua bulan saya jadi Kapus di sini belum pernah ada kunjungan dokter obgyn, mudah-mudahan nanti).

(18)

menjaganya ompat ukhang. Kalok pagi dakhi jam lapan pagi sampek jam dua siang, kalok siang dakhi jam dua siang sampek jam lapan malam, kalok malam dari jam lapan malam sampek jam lapan pagi. kalok dokter cuama jaga dakhi senin sampek kamis sajo ja, en pun malam jakhang jen jaga. Dokter umum ada anam. Dokter obgyn ndak ada.

(Iyalah, siapsiaga. Namanya orang melahirkan. Kan kita tidak tau jam berapa saja Hahahahha... Dibagi jadi tiga shift. Pagi, siang dan malam. Masing-masing shift yang jaga 4 orang. Kalau pagi dari jam delapan pagi sampai jam dua siang, kalau shift siang dari jam dua siang sampai jam delapan malam, dan shift malam dari jam delapan malam sampai jam delapan pagi Kalau dokter hanya jaga dari senin sampai kamis, itupun malam jarang ada dokter yang jaga. dokter umum ada 6. Dokter obgyn tidak ada).

Informan 3 iya, 24 jam. Kan udah ada shif-shiftnya. Tapi saya gak tau ya siapa aja. Soalnya kan saya di bagian poli umum. Jadi di dokter, bidan lah yang mangasi ubat sama suntikan. Padahal tau ja wak kan, prosedurnya mana buleh bagenen, hakhus prosedurnya tidak bisa seperti itu kan. Harus didampingi sama dokter, tapi ya mau gimana lagi. Kalau ibu sekarang sudah tidak di PONED lagi, ibu bagian lansia).

(19)

(Kalau bidan dan perawat sering jaga sih, tapi dokter kakak tidak pernah lihat. Kemarin juga waktu keluarga kakak mau melahirkan, dokter juga tidak ada. Memang harus sama dokter ya? Kakak kurang tau juga. Tapi kemarin dia dirujuk ke rumah sakit, kata bidannya takut nanti kenapa-napa. Soalnya anaknya gak keluar-keluar juga).

4.6 Ketersediaan Tim Pendukung PONED

Hasil penelitian mengenai ketersediaan tim pendukung PONED diperoleh

informasi bahwa tim pendukung sudah tidak ada. Persalinan hanya dibantu oleh

petugas jaga sesuai shiftnya masing-masing.

Tabel 4.9 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Ketersediaan Tim Pendukung PONED

Informan Pernyataan

Informan 1 Kukhang tau ibuk, dek. Cubakla tanyak sama bagian PONED langsung ato sama buk wani.

(Kurang tau ibu, dek. Coba tanya sama bagian PONED nya langsung atau sama bu Wani).

(20)

Informan 3 Gak ada. Dulu sih ada tapi sekarang sudah jarang, amburadul. Namanya real emergensi. Gak dilatih, tapi langsung peragaan.

Informan 4 Keknya dolu ada tim dakhi masyakhakat, maksudnya bidan desa tapi sakakhang ibuk ndak tau na.

(Sepertinya dulu ada tim dari masyarakat, maksudnya bidan desa tapi sekarang ibu tidak tau)..

4.7 Ketersediaan Peralatan PONED

Berdasarkan hasil wawancara mendalam terhadap informan diperoleh

informasi bahwa masih ada beberapa alat yang belum tersedia serta alat yang

sudah tidak berfungsi dalam menunjang pelaksanaan pelayanan PONED. Hal ini

juga sejalan dengan hasil observasi yang menyatakan bahwa ketersediaan

peralatan pelayanan PONED belum lengkap. Peralatan maternal yang belum

tersedia adalah : nierbekken, pengukur tinggi badan, endotracheal tube dewasa (6,

7, 8), nasogastric tube dewasa (5,8), ekstraktor vakum manula, aspirator vakum

manula, tenakulumschroeder, benang chromic (jarum tapper 0) 2/0, sarung tangan

panjang (manula plasenta), cuvette hemoglobin meter elektronik. Sedangkan

Peralatan Neonatal yang belum tersedia adalah : tensimeter/ sphygmomanometer

neonatus, stetoskop dupleks neonatus, termometer klinik (elektrik), laringoskop

neonatus bilah lurus (3 ukuran), T piece resusitator, Endotracheal tube anak,

nasogastric tube neonatus, kotak kepala neonatus (head box), klem arteri pean

mosquito, gunting jaringan iris lengkung, needle holder matheiu, jarum

ligasiknocher, doyeri probe lengkung, pinset jaringan semken, gunting iris

(21)

mosquito halsted lurus dan lengkung, klem pemasang klip hegenbarth. Peralatan

yang sudah tidak berfungsi adalah: pompa penghisap lendir dellee (neonatus).

Tabel 4.10 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Ketersediaan Peralatan PONED

Informan Pernyataan

Informan 1 Keknya udah longkaplah, paling yang bolum longkap alat-alat yang jakhang dipakek.

(Sepertinya udah lengkaplah, paling yang belum lengkap alat-alat yg jarang dipakai).

Informan 2 Alat-alatnya udah lumayan longkaplah, tapi alat penghisap londekh bayi yang udah khusak, ndak bisa dipakek lai. Kalok memang ada alat yang diporlukan tapi ndak ada di sika, pasiennya kita bawak ke khumah sakit PONEK di Ranto.

(Alat-alatnya sudah lumayan lengkap, tapi alat penghisap lendir udah rusak, gak bisa dipakai lagi. Kalau memang ada alat yang diperlukan tapi gak ada di sini, pasiennya ya kita rujuk ke Rumah Sakit PONEK di Ranto).

Informan 3 Udah lengkap kok.

Informan 4 Ibuk khasa udah longkap na, untuk lobeh jolasnya tanya la jang bu wani, ibuk kan di lansia ja bukan di PONED, Cuma kabotulan saja ja doluen ikut pelatehan PONED.

(Ibu rasa udah lengkap ya, untuk lebih jelasnya tanya bu Wani aja. Ibu kan bagian lansia bukan PONED. Cuma kebetulan aja dulu ikut pelatihan PONED).

Informan 5 Rasaku, udah longkap na. Paling bebekhapa lah yang ndak ada. Kan ndak mungkin disamakan sama rumah sakit.

(Menurut saya, sudah lengkap ya. Paling beberapalah yang gak ada. Kan gak mungkin disamakan sama rumah sakit).

4.8 Ketersediaan Obat PONED

Berdasarkan hasil wawancara mendalam terhadap informan diperoleh

(22)

pelaksanaan pelayanan PONED. Hal ini juga sejalan dengan hasil observasi yang

menyatakan bahwa ketersediaan obat pelayanan PONED belum lengkap.

Obat-obatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pelayanan PONED belum tersedia

adalah : metil ergometrin maleat tablet 75 mg (tablet), misoprostol (tablet),

diazepam 5 mg injeksi (2 ml), hidralazin 5 mg injeksi, labetolol 10 mg injeksi,

pethidin injeksi, adrenalin 0,1% (1 ml).

Tabel 4.11 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Ketersediaan Obat PONED

Informan Pernyataan

Informan 1 Lumayan longkaplah dek, tapi kalok memang ndak ada ubatnya disika, boli diluar la/apotik dengan resep dokter la tong. Sekarang kan udah ada askesda dan bpjs, jadi kalo berubat di sika uda ndak bayar lai.

(Lumayan lengkaplah dek. Tapi kalo memang obatnya gak manyadiakan ubatnya, jadi pasien ndak pokhlu lai susah-susah cakhi di luakh. Hakhganya pun sama ja sama di luakh. Tapi sekhang udah ndak buleh lai sama kapus. Dolu en ada yang manyobut “mangapa masih bayakh?”. Padahal ubatnya dari kai ja bukan dari puskesmas karna di puskesmas ndak ada. Tapi kalok pasien dan kaluakhganya udah nyarik kamana-mana ndk dapat jua, bisa ja minta tolong sama kai, kai carikkan.

(23)

sama kami, kami carikan. tapi itu atas permintaan pasien ya).

Informan 3 Sama kayak alat-alatnya, pasti obatnya pun udah lengkap lah.

Informan 4 Kalok masalah ubat-ubatnya ibuk ndak taula dek, tapi kalok udah namanya PONED pasti longkaplah ubatnya kan. Tanya sama buk wani sajalah dek na.

(Kalau masalah obat-obatnya ibu gak tau dek, tapi namanya PONED ya pasti lengkap lah kan. Tanya sama bu Wani aja ya).

Informan 5 Camanala dee, masih ada jua yang ndak ada. Tapi kalo memang ndak ada, kan bisa diboli di apotik.

(Gimana ya, masih ada juga yang gak ada. Tapi kalo memang gak ada, kan bisa beli di apotik).

Informan 6 Ndak tau na dek, karna kan baru 2 kali ja pariksa, torus ndak ada pornah sakit hebat sampek porlu ubat-uabt genen. pernah pun kakak ke puskesmas. Paling kalo sakit kayak anak kakak kemarin, berobat ke pak lambok aja. Orang-orangnya pun di sana sok-sok semua. Kakak maunya melahirkan di rumah aja dek tapi katanya sekarang udah gak boleh di rumah. Melahirkan di puskesmas pun percuma, nanti ujung-ujungnya disuruh ke rumah sakit juga dibilang lah darahnya tinggi, anaknya gak keluar-keluarlah. Yang iyanya orang itu yang gak pande. Anak kakak pertama lahir di rumah sehat kok. Nanti ujung-ujungnya duit juga.

4.9 Ketersediaan Alat Komunikasi untuk Merujuk Kasus PONED

Hasil penelitian mengenai ketersediaan alat komunikasi untuk merujuk

(24)

merujuk kasus pelayanan PONED sudah tidak tersedia lagi tetapi dulu ada di

berikan oleh Pemerintah. Cara untuk merujuk pasien adalah dengan melakukan

sms sesuai dengan program sijari EMAS ataupun dengan menelpon rumah sakit

yang akan dirujuk.

Tabel 4.12 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Ketersediaan Alat Komunikasi untuk Merujuk Kasus PONED

Informan Pernyataan

Informan 2 Cuma hp sajolah, en pun hp pribadi. Dolu ada dikasi sama si jari omas tapi udah pala rusak. Jadi sakarang pake hp pribadilah. Kai bisa on call dan sms. Kalok misalnya di sms ndak dibalas, kita bisa manelpun langsung ke RS PONEK, kan ada nomornya dan nomor kai pun bidan-bidan udah tadaftar jua ja di sanan. Jadi pas sampek rumah sakit, orangen udah tau dan pasien langsung ditangani.

(Cuma Hp. Itupun Hp pribadi. Dulu ada dikasi sama si Jari Emas tapi udah rusak. Jadi sekarang pake Hp pribadilah.Kita bisa On Call dan SMS. Kalau misalnya di sms gak dibalas, kita boleh nelpon langsung ke RS PONEK, kan ada nomornya dan nomor kita pun uda terdaftar di sana. Jadi pas sampe rumah sakit, mereka udah tau dan pasien langsung ditangani).

Informan 3 Ada, Hp. Namanya puskesmas PONED jadi pasti punya alat komunikasi untuk berhubungan dengan rumah sakit PONEK kalau ada pasien yang harus dirujuk.

Informan 4 Alat komunikasi ada baya, hp. Tapi keknya hp sendiri bukan puskesmas.

(Alat komunikasi ada, Hp tapi kayaknya milik pribadi bukan puskesmas).

Informan 5 Pastilah ada dek, pake hp. Kan porlu enen untok manelpon pas rujukan ka rumah sakit.

(25)

4.10 Ketersediaan Sarana Transportasi Rujukan

Hasil penelitian mengenai ketersediaan sarana transportasi kasus

pelayanan PONED, diperoleh informasi bahwa sarana transportasi untuk merujuk

kasus pelayanan PONED telah tersedia. Ambulance dapat dipakai kapan saja

selama 24 jam. Ambulance hanya dipakai untuk keperluan puskesmas ke

lapangan serta sarana rujukan bagi pasien yang tidak memiliki kendaraan pribadi.

Tabel 4.13 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Ketersediaan Sarana Transportasi Rujukan

Informan Pernyataan

Informan 1 Ada, kan kita punya ambulance. Namanya uda PONED jadi harus ada lah transportasi untuk merujuk ke rumah sakit kan. Selain merujuk kebutuhan pasien, ambulance juga dipake petugas kalo ke lapangan. Tiap hari diparkir di sini, gak boleh dibawa pulang.

Informan 2 Ada, ambulance. Tapi kalok misalnya ondak naek motor sandiri ya ndak mangaa. Kan samua tagantong sama pasien dan kaluarganya ondak naek apa dan ondak dirujuk kaman. (Ada, ambulance. Tapi kalo misalnya pasien mau naik mobil pribadi ya gak papa, kan semua tergantung sama pasien mau naik apa dan dirujuk kemana itu terserah pasien dan keluarganya).

Informan 3 Ada, ambulance.

Informan 4 Ada

Informan 5 Ada

Informan 6 Kalau gak punya mobil naik ambulance.

(26)

4.11 Ketersediaan Biaya Operasional Program PONED

Hasil penelitian mengenai ketersediaan biaya operasional pelayanan

PONED, diperoleh informasi bahwa biaya operasional pelayanan PONED dari

puskesmas tidak tersedia. Untuk keperluan PONED dalam hal ketersediaan

peralatan dan keperluan lainnya berasal dari APBD. Apabila ada kerusakan pada

alat atau belum lengkap maka biaya dari APBD, namun gaji tetap dari

Pemerintah.

Tabel 4.14 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Ketersediaan Biaya Operasional Program PONED

Informan Pernyataan

Informan 1 Semua obat dan perlengkapan di puskesmas semua dari APBD lah dek. Kalau untuk klem pasien kan sekarang udah ada askesda sama BPJS. Jadi masyarakat gak perlu bayar-bayar lagi.

Informan 2 Biaya operasionalnya dari dinkeslah, diambil dari APBD. Tapi kalau gaji kami yang PNS tetap dari pemerintah. Kalau biaya yang lainnya gak ada.

Informan 3 Gak tau, tapi setau saya semua obat dan perlengkapan di puskesmas ini dari APBD.

Informan 4 Kurang tau kalau masalah biaya dek.

4.12 Menerima Rujukan dari Fasilitas Rujukan di Bawah

Hasil penelitian mengenai rujukan dari fasilitas rujukan dibawahnya itu

terdapat bidan desa atau puskesmas non PONED. Puskesmas menangani kasus

yang datang namun apabila kasus tidak dapat diatasi maka di rujuk ke Rumah

(27)

Bidan desa atau puskesmas non PONED juga ada yang melakukan rujukan

langsung ke rumah sakit PONEK.

Tabel 4.15 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Menerima Rujukan dari Fasilitas Rujukan Dibawahnya

Informan Pernyataan

Informan 2 Biasanya sih bidan yang bawakkan pasien ke puskesmas dan dia juga nanti yang menolong persalinannya di sini. Selain sama bidan, ada juga pasien yang datang sendiri ke puskesmas sama keluarganya. Kalau yang kayak gitu bakal ditangani sama bidan yang kebetulan jaga. Tapi walaupun datang sendiri, biasanya pasien minta ditangani sama bidan yang uda dikenal dan biasa meriksa kehamilannya dari awal. Kalau gak bisa ditangani di puskesmas baru dirujuk ke rumah sakit.

Informan 3 Pasien datang ke puskesmas dengan keluarganya dan datang sama bidannya. Kalau sistem penanganan dan rujukannya saya kurang tau sekarang gimana, soalnya saya gak di bagian itu lagi. Sekarang saya kan di Poli Umum.

Informan 4 Sekarang kan semua persalinan harus di puskesmas. Kalau Pasien sudah merasa sakit mau melahirkan nanti datang sendiri atau sama datang sama bidan ke puskesmas, kalau misalnya gak bisa ditangani di sini baru dirujuk ke rumah sakit.

(28)

juga soalnya dekat dari rumah mamak. gak mau lahiran di sini. Katanya nanti ujung-ujungnya dibawa ke rumah sakit juga, kurang percaya lah dek sama petugasnya. ukung-ujungnya duit juga. Bagus di sana aja. Kalau ada apa-apa dekat sama rumah sakit gak mesti nyebrang naik bot lagi atau mutar dari Sei Rakyat kan jauh, keburu anaknya lahir di jalan baru sampek rumah sakit. Hahaaha

4.13 Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal

Hasil penelitian mengenai kasus yang pernah ditangani dalam

pelaksanaan pelayanan PONED, diperoleh bahwa kasus yang sering terjadi

adalah preeklamsi dan eklamsi. Selain itu kasus persalinan macet, kasus asfiksia

juga pernah ditangani pada kasus emergency neonatus. Kasus ditangani terlebih

dahulu, jika tidak sanggup maka puskesmas segera merujuk ke rumah sakit.

Tetapi sebelum di rujuk ke Rumah Sakit PONEK maka petugas kesehatan akan

melakukan stabilisasi, yaitu penanganan pertama sampai kondisi pasien mampu

di bawa ke Rumah Sakit. Puskesmas juga menghubungi pihak Rumah Sakit lewat

telefon bahwasanya akan membawa pasien dan memberitahu kasus yang

ditangani tidak dapat diatasi di puskesmas.

Tabel 4.16 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal

Informan Pernyataan

(29)

lain-lain, misalnya PEB, biasanya PEB kan karena tekanan darahnya tinggi, kalau dipaksakan pembuluh darahnya bisa pecah makanya pasien harus dirujuk. Takutnya kalau pendarahan hebat ditambah kejang-kejang, ibu dan bayi bisa meninggal.

Informan 3 Kalau masalah penangannya saya gak tau, karena saya gak di bagian itu. saya kan di poli umum. Tapi setau saya, kalau memang persalinanya bisa di puskesmas maka gak perlu dibawa ke rumah sakit.

Informan 4 Saya gak tau, saya kan di bagian lansia bukan di PONED, Cuma kebetulan aja kemarin ikut pelatihan.

Informan 5 Kalau gak ada keluhan dan ibunya sehat, persalinannya di puskesmas tapi kalau ada masalah misalnya tekanan darah ibunya tinggi, atau partus macet baru di bawa ke rumah sakit untuk dirujuk ke rumah sakit. Selama petugas masih mampu menolong persalinan, pasien gak akan di bawa ke rumah sakit. Kita lakukan semampu kita aja.

4.14 Pelaksanaan Rujukan Pelayanan PONED

Hasil penelitian mengenai pelaksanaan rujukan pelayanan PONED,

diperoleh bahwa rujukan di mulai dari bidan desa. Ketika bidan desa tidak

mampu menangani kasus emergency maternal dan neonatal, bidan desa merujuk

ke puskesmas dan jika puskesmas tidak mampu menanganinya maka akan di

rujuk ke rumah sakit. Selain terjadinya kasus preeklamsi dan eklamsi, rujukan

juga sering dilaksanakan atas permintaan pasien sendiri. Dari kasus yang ada

puskesmas berwenang dalam menangani kasus, namun puskesmas khawatir

dengan keadaan pasien apabila tiba-tiba semakin darurat karena alat yang belum

(30)

Kesehatan Nasional, pasien lebih sering meminta rujukan tanpa ada pemeriksaan

terlebih dahulu. Bidan desa juga melakukan rujukan langsung ke Rumah Sakit.

Tabel 4.17 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Pelaksanaan Rujukan PONED

Informan Pernyataan

Informan 2 Kasus yang sering dirujuk ke rumah sakit Preeklamsi dan Eklamsi karena memang tidak boleh ditangani di sini, kita hanya boleh stabilisasi. Walaupun kita mampu tapi kan kita harus berdasarkan Hb nya. Kalau memang Hbnya udah 7-8, harus dirujuklah. Sistem rujukannya melengkapi berkas dan rujukan, kemudian sms si Jari Emas. Maksudnya, setelah pasien distabilisasi, sudah dilakukan tindakan ini, ini, ini, dan sudah obat sudah diberikan, kita sms si Jari Emas lalu mereka akan membalasnya. Biasanya mereka akan balas, '' Yang anda lakukan sudah baik, tambahkan ini, ini, ini, lalu langsung rujuk ke rumah sakit". Setiap kita sms pasti langsung dibalas karena nomor kita bidan-bidan sudah terdaftar. Nanti di sms mereka lagi bilang, ''Pasien sudah sampai dimana?". Sampai di rumah sakit, pasien nama ini, mereka sudah tau karena udah disiapkan di sana. Obat-obtanya pun mereka sudah tau. Kita cuma tinggal melengkapi lembar DST, kepanjangannya kurang tau tapi

artinya lembar kerja rujukan. Kalau preeklamsi,

lembarannya pre eklamsi, kalau pendarahan lembarannya pendarahan. Misalnya ancaman persalinan bayi prematur, lembar ancaman persalinann yang ditanya, karena nanti selembar-selembar yang dikasi.

(31)
(32)

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Pelaksanaan Program PONED di Puskesmas Labuhan Bilik Kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhan Batu

Puskesmas Labuhan Bilik sudah menjadi rawat inap sejak tahun 2003,

kemudian pada tahun 2013 kualitasnya ditingkatkan menjadi Puskesmas mampu

PONED. Setelah menjadi Puskesmas mampu PONED, Kepala Puskesmas

mengutus beberapa petugas kesehatan untuk mengikuti pelatihan PONED yang

dilaksanakan di kota Medan, Sumatera Utara. Petugas kesehatan yang mengikuti

pelatihan PONED yaitu, 1 orang Dokter, 1 orang Bidan, dan 1 orang Perawat.

Pada tahun 2014, dari 570 puskesmas yang tersebar di seluruh kabupaten/

kota di Provinsi Sumatera Utara, terdapat 147 puskesmas yang menyelenggarakan

PONED atau 25,80%. Jumlah ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun

2013 yaitu 137 puskesmas, tahun 2012 yaitu 94 puskesmas dan tahun 2011 yaitu

98 Puskesmas PONED. Penurunan jumlah Puskesmas PONED yang terjadi di

tahun 2012 akibat pindahnya tenaga dokter dan perawat yang telah dilatih, hal ini

terjadi di Kabupaten Mandailing Natal, Samosir, Deli Serdang, Serdang Bedagai

dan Kota Binjai, masing-masing berkurang 1 Unit Puskesmas PONED. Jumlah

Puskesmas PONED di Kabupaten Labuhan Batu adalah 5 Puskesmas PONED dan

di antaranya Puskesmas Labuhan Bilik (DINKES Provinsi Sumatera Utara, 2015).

Sejak tahun 2013, Puskesmas Labuhan Bilik menjadi salah satu

Puskesmas mampu PONED yang ada di Kabupaten Labuhan Batu. Puskesmas

(33)

membantu masalah pemerintah dalam menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan

angka kematian bayi (AKB), khususnya untuk wilayah Kabupaten Labuhan Batu.

Sejalan dengan upaya pemerintah dalam penurunan AKI dan AKB, Badan

Pembangunan Internasional Amerika Serikat (United States Agency for International

Development) juga telah berupaya membantu Kementerian Kesehatan Indonesia

untuk menurunkan tingkat kematian ibu dan bayi lahir dengan meluncurkan program

EMAS (Expanding Maternal and Neonatal Survival). Program EMAS (Expanding

Maternal and Neonatal Survival) USAID di Indonesia adalah upaya lima tahun, yang

diluncurkan pada tahun 2011, yang mendukung Pemerintah Indonesia untuk

menurunkan tingkat kematian ibu dan bayi baru lahir. EMAS berupaya menurunkan

kematian ibu dan bayi baru lahir dengan memperbaiki kualitas PONED(EmONC) di

fasilitas kesehatan dan memperkuat jejaring rujukan untuk memastikan rujukan yang

efisien dan efektif dari puskesmas ke rumah sakit. Selama lima tahun, EMAS bekerja

dengan sedikitnya 150 rumah sakit (baik umum dan swasta) serta lebih dari 300

puskesmas di enam provinsi (Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah,

Jawa Timur dan Sulawesi Selatan) dimana hampir 50% kematian ibu dan anak

terjadi. EMAS mulai dengan 10 daerah di Fase 1 pada Mei 2012. Fase 2 memperluas

proyek ke 23 daerah dari Oktober 2013. Fase 3 mulai pada Oktober 2014 dan

menambahkan tujuh daerah lagi, salah satunya Kabupaten Labuhan Batu sehingga

(34)

5.2 Input

5.2.1 Ketersediaan SDM dalam Pelaksanaan Program PONED di Puskesmas Labuhan Bilik Kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhan Batu

Menurut Kuswenda (2013), dalam kebijakan PONED dari segi tenaga harus

terdiri dari dokter, perawat dan bidan. Hal ini sesuai dengan PERMENKES RI

(2013), Puskesmas mampu PONED harus mempunyai tim inti yang terdiri atas

Dokter, Bidan dan Perawat yang sudah dilatih PONED, bersertifikat dan mempunyai

kompetensi PONED, serta tindakan mengatasi kegawatdaruratan medik umumnya

dalam rangka mengkondisikan pasien emergensi/komplikasi siap dirujuk dalam

kondisi stabil. Tim inti pelaksana Puskesmas mampu PONED minimal terdiri dari 3

orang, yaitu Dokter Umum 1 orang, Bidan minimal D3 1 orang dan Perawat minimal

D3 1 orang. Tenaga tim inti pelaksana PONED tersebut harus selalu siap selama 24

jam/ hari dan 7 hari/minggu.

Berdasarkan hasil wawancara dengan seluruh informan, diperoleh informasi

bahwa petugas kesehatan sudah dilatih PONED pada tahun 2013. Petugas kesehatan

yang dilatih terdiri dari 3 orang yaitu 1 orang Dokter, 1 orang Bidan dan 1 orang

Perawat. Pelatihan diadakan seminggu, Penunjukkan perwakilan tenaga kesehatan

yang akan dilatih PONED berdasarkan perintah Kepala Puskesmas. Hal ini sesuai

dengan penelitian terdahulu yang dilakukan Mustain (2013), bahwa untuk menjadi

tim PONED tidak ditentukan dari lama kerjanya, tidak ada persaratan khusus untuk

menjadi tim PONED, karena tim PONED ditunjuk langsung oleh kepala puskesmas.

(35)

dan mahir dalam pelaksanaan PONED karena telah mengikuti pelatihan PONED.

Namun, pada pelaksanaannya setelah mendapatkan pelatihan PONED dokter dan

perawat yang telah dilatih PONED tidak berada di tempat pada saat yang dibutuhkan

karena dokter bertugas menangani pasien di bagian poli umum dan perawat yang

sudah dilatih PONED bertugas di bagian lansia. Sehingga pelaksanaan pelayanan

PONED hanya ditangani Bidan yang sudah dilatih dan petugas kesehatan pendukung

lainnya. Hal ini menjadi hambatan dalam pelaksanaan pelayanan PONED karena

kualitas tenaga kesehatan yang ada tidak sama dengan tim inti yang sudah dilatih

PONED.

Menurut KEMENKES RI (2013), apabila tenaga dalam tim inti tersebut

pindah tugas, Dinas Kesehatan wajib untuk menggantikan dengan tenaga kesehatan

(Dokter, Bidan dan Perawat) terlatih PONED melalui pelatihan atau rekrutmen

tenaga kesehatan terlatih.

Tenaga kerja yang bekerja pada organisasi atau perusahaan harus menguasai

pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya. Untuk itu diperlukan sesuatu

pembekalan agar tenaga kerja yang ada dapat lebih menguasai dan ahli dibidangnya

masing-masing serta meningkatkan kinerja yang ada (Syafrudin, 2009).

5.2.2 Kesiapsiagaan Petugas Kesehatan PONED dalam Pelaksanaan Program PONED di Puskesmas Labuhan Bilik Kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhan Batu

Berdasarkan hasil wawancara dengan semua informan di Puskesmas Labuhan

(36)

selama 24 jam. Mereka membagi shift kerja dalam melaksanakan pelayanan

PONED. Shift kerja dibagi 3, yaitu shift pagi, sihft siang dan shift malam. Shift pagi

mulai pukul 08.00 s/d 14.00 WIB, Shift siang mulai pukul 14.00 WIB s/d 20.00

WIB, dan shift malam mulai pukul 20.00 WIB s/d 08.00 WIB. Setiap shift kerja

terdiri dari empat orang petugas kesehatan.

Menurut KEMENKES RI (2013), tenaga tim pelaksana PONED harus selalu

siap selama 24 jam/hari dan 7 hari/ minggu. Namun kenyataan dilapangan, dokter

jarang berada di tempat pada saat yang dibutuhkan. Hal ini dikarenakan selain

bertanggung jawab dalam pelaksanaan pelayanan PONED, dokter inti PONED juga

bertanggung jawab pada poli umum selain itu dokter tidak bertempat tinggal di

wilayah kerja puskesmas Labuhan Bilik.

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat menyatakan bahwa, salah

satu yang membuat masyarakat tidak mau melahirkan di Puskesmas Labuhan Bilik

adalah petugas kesehatan yang tidak siapsiaga selama 24 jam dalam melayani.

Termasuk tidak adanya Dokter yang masuk shift kerja malam. Sedangkan

masyarakat mengharapkan pelayanan yang baik, pelayanan yang on time ketika

dibutuhkan, berkualitas dan memuaskan.

Layanan yang berkualitas dan memuaskan akan dapat membangun citra

layanan yang baik dimata konsumen/ sasaran pelayanannya, baik konsumen internal

maupun konsumen eksternal. Layanan di puskesmas dapat dikatakan berkualitas,

(37)

diperoleh dari pelayanan yang diterima sesuai dengan apa yang diharapkan ketika

akan mencari layanan yang dibutuhkannya (KEMENKES RI, 2013).

5.2.3 Ketersediaan Tim Pendukung PONED dalam Pelaksanaan Program PONED di Puskesmas Labuhan Bilik Kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhan Batu

Menurut KEMENKES RI (2013), untuk terselenggaranya PONED di

puskesmas dengan baik diperlukan tenaga-tenaga kesehatan pendukung. Kepala

Puskesmas, dibantu Dinas Kesehatan Kabupaten menyiapkan calon tenaga

pendukung PONED. Tenaga pendukung tersebut dapat diambil dari tenaga yang

ditugaskan di ruang rawat inap, bila perlu ditambah dengan tenaga yang bertugas di

fasilitas rawat jalan. Tenaga-tenaga kesehatan harus dapat memenuhi kriteria tertentu

untuk menjadi calon tenaga pendukung PONED. Kebutuhan tenaga kesehatan

sebagai tim pendukung terdiri dari Dokter umum minimal 1-2 orang, Perawat D3

minimal 5 orang, Bidan D3 minimal 5 orang, Analis Laboratorium 1 orang dan

Petugas Administrasi minimal 1 orang.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan diperoleh informasi bahwa

tim pendukung PONED sudah tidak ada. Sejak kepemimpinan puskesmas yang baru,

pelatihan kepada bidan-bidan desa sudah tidak berjalan. Hal ini dikarenakan

perencanaan anggaran dana belum selesai.

Namun jika dilihat dari data SDM Puskesmas Labuhan Bilik, tim pendukung

(38)

1 Petugas Laboratorium. Namun, yang sering terlibat dalam PONED hanya bidan dan

Perawat.

5.2.4 Ketersediaan Peralatan dalam Pelaksanaan Program PONED di Puskesmas Labuhan Bilik Kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhan Batu

Hasil pelaksanaan kegiatan jasa pelayanan kesehatan dapat bermutu perlu

direncanakan sebaik-baiknya, di antaranya adalah kelengkapan fasilitas, peralatan

kedokteran dan obat-obatan yang cukup dan bermutu sehingga memberikan kepuasan

pada tenaga medis dan paramedis pelaksana pelayanan kesehatan (Wijayanto, 2004).

Selanjutnya Wijaya (2012) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa

salah satu faktor yang harus dipenuhi suatu puskesmas yang mampu menjalankan

program PONED seoptimal mungkin adalah sarana dan prasarana yang lengkap,

sehingga dapat menangani kasus persalinan dengan baik.

Bardasarkan hasil penelitian dengan informan mengenai ketersediaan

Peralatan dalam pelaksanaan program PONED, diperoleh informasi bahwa peralatan

PONED sudah memadai namun masih ada yang belum lengkap dan masih ada

beberapa peralatan yang belum tersedia. Hal ini juga sejalan dengan hasil observasi

yang menyatakan bahwa ketersediaan peralatan PONED belum lengkap.

Adapun Peralatan maternal yang belum tersedia dan fungsinya dalam PONED

adalah :

1. Nierbekken/ kidney disk 23-24 cm : Adalah alat yang digunakan untuk tempat

(39)

2. Pengukur tinggi badan : Adalah alat yang digunakan untuk mengukur tinggi

badan.

3. Termometer klinik (elektrik) : Adalah alat yang digunakan untuk mengukur

suhu tubuh.

4. Rak alat serbaguna : Adalah alat yang digunakan untuk menyimpan obat dan

peralatan PONED agar tahan dari suhu ruangan.

5. Penutup baki rak alat serbaguna : Adalah alat yang digunakan untuk menutup/

melindungi rak alat serbaguna.

6. Endotracheal tube dewasa (6, 7, 8) : Adalah alat yang digunakan untuk

membebaskan jalan nafas dan pemberian pernafasan mekanis (dengan

ventilator).

7. Stilet untuk pemasangan ETT No. 1

8. Nasogastric tube dewasa (5,8) : Adalah alat yang digunakan untuk

memasukkan nutrisi cair dengan selang plastik melalui hidung sampai

lambung.

9. Ekstraktor vakum manula : Adalah alat yang digunakan untuk membantu para

medis dalam proses melahirkan bayi. Alat ini digunakan ketika seorang

wanita telah didiagnosis dengan aborsi tidak lengkap.

10. Tenakulum schroeder : Adalah alat yang digunakan untuk meluruskan bagian

(40)

11. Benang chromic (jarum tapper 0) 2/0 : Adalah alat yang digunakan untuk

penjahitan luka terbuka.

12. Sarung tangan panjang 8 (manula plasenta) : Adalah alat yang digunakan

untuk melindungi petugas kesehatan saat bekerja.

13. Cuvette hemoglobin meter elektronik : Adalah alat yang digunakan untuk

mengukur konsentrasi Hemoglobin (Hb) dari sampel darah.

Peralatan Neonatal yang belum tersedia dan fungsinya dalam PONED adalah:

1. Tensimeter/ sphygmomanometer neonatus : Adalah alat yang digunakan

untuk mengukur tekanan darah secara manual.

2. Termometer klinik (elektrik) : Adalah alat yang digunakan untuk mengukur

suhu tubuh manusia.

3. Laringoskop neonatus bilah lurus (3 ukuran) : Adalah alat utama yang

digunakan untuk memeriksa bagian dalam laring (penghasil suara pda

manusia).

4. T piece resusitator

5. Endotracheal tube anak : Adalah alat yang digunakan untuk menjamin saluran

napas tetap bebas.

6. Nasogastric tube neonatus : Adalah alat yang digunakan untuk memasukkan

nutrisi cair dengan selang plastik yang dipasang melalui hidung sampai

(41)

7. Kotak kepala neonatus (head box) : Adalah alat yang digunakan untuk

suplementasi oksigen (bantuan pernafasan).

8. Klem arteri kocher mosquito (lurus, lengkung) : Adalah Alat yang digunakan

untuk menjepit pembuluh darah arteri yang kecil.

9. Gunting jaringan iris lengkung : Adalah alat yang digunakan untuk

membentuk bidang jaringan atau jaringan yang lembut, yang juga dapat

dipotong secara tajam.

10. Needle holder matheiu : Adalah alat yang digunakan untuk menjepit jarum

jahit serta menjahit luka terbuka seperti luka kecelakaan atau pembedahan.

11. Jarum ligasi knocher : Adalah alat yang digunakan untuk mengantarkan

benang pada saat melakukan penjahitan luka operasi.

12. Doyeri probe lengkung

13. Pinset jaringan semken : Adalah alat yang digunakan untuk tindakan bedah

minor, penjahit luka dan lain sebagainya. Juga berfungsi sebagai alat penjepit.

14. Gunting operasi lurus : Adalah alat yang digunakan untuk menggunting

bagian-bagian alat tubuh yang akan diamati, seperti usus, jantung, pembuluh

darah dan sebagainya.

15. Retraktor finsen tajam : Adalah alat yang digunakan untuk menarik bagian

yang dioperasi sehingga memudahkan operator melakukan tindakan operasi.

(42)

1. Pompa penghisap lendir delee (neonatus) : Adalah alat yang digunakan untuk

membersihkan hidung dan mulut bayi baru lahir dari lendir.

Hal ini sesuai dengan penelitian Susyanti (2016) yang menyatakan bahwa dari

71 jenis peralatan Puskesmas mampu PONED, rata-rata hanya tersedia 54,2% jenis

alat yang meliputi alat-alat maternal dan neonatal. Untuk ketersediaan obat, dari 42

jenis obat untuk program PONED, rata-rata hanya tersedia 61,8% obat.

Menurut hasil penelitian Surahwardy (2013), menyatakan bahwa yang

menjadi hambatan dalam pelaksanaan pelayanan PONED adalah beberapa alat yang

tidak tersedia.

5.2.5 Ketersediaan Obat dalam Pelaksanaan Program PONED di Puskesmas Labuhan Bilik Kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhan Batu

Berdasarkan hasil penelitian dengan informan mengenai ketersediaan obat

dalam pelaksanaan program PONED, diperoleh informasi bahwa sering terjadi

kekosongan obat di PONED. Berdasarkan hasil observasi juga menyatakan bahwa

ketersediaan obat pelayanan PONED belum lengkap. Menurut informan, sebelumnya

obat yang tidak tersedia di puskesmas tersebut akan disediakan oleh bidan atau

petugas lainnya dengan harga yang sama di luar puskesmas. Namun, sejak

kepemimpinan puskesmas yang baru, petugas tidak diperkenankan menjual obat

pribadi di puskesmas, karena kekhawatiran timbulnya pertanyaan dari masyarakat

tentang pembiayaan obat setelah adanya Askesda dan BPJS. Maka Pasien dan

keluargnya akan membeli sendiri obat yang tidak tersedia di puskesmas dengan resep

(43)

yang berlaku di Era JKN sekarang, bahwa pasien yang terdaftar sebagai pasien

Askesda dan BPJS tidak perlu membayar untuk memeroleh obat di puskesmas. Tapi,

karena kurangnya manajemen obat di puskesmas Labuhan Bilik menyebabkan

seringnya kekosongan obat sehingga pasien harus membeli obat di luar puskesmas

dengan uang pribadi.

Obat-obatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program PONED belum

tersedia adalah:

1. Metil ergometrin maleat tablet 75 mg (tablet) : Adalah obat yang berfungsi

untuk mengatasi perdarahan setelah melahirkan.

2. Misoprostol (tablet) : Adalah obat yang berfungsi untuk mencegah radang

lambung selama mengonsumsi NSAID (aspirin, ibuprofen, naproxen),

khususnya bagi yang berisiko terkena tukak lambung.

3. Diazepam 5 mg injeksi (2 ml) : Adalah obat yang berfungsi untuk mengobati

kecemasan, gejala putus alkohol, dan kejang. Obat ini juga digunakan untuk

melemaskan kejang otot dan sebagai obat penenang menjelang prosedur

medis.

4. Hidralazin 5 mg injeksi : Adalah obat yang berfungsi untuk mengatasi

tekanan darah tinggi, menurunkan tekanan darah tinggi, membantu mencegah

stroke, serangan jantung, dan masalah ginjal. Obat ini bekerja dengan

merelaksasi pembuluh darah, jadi darah bisa mengalir ke tubuh dengan lebih

(44)

5. Labetolol 10 mg injeksi : Adalah obat yang digunakan untuk mengobati

tekanan darah tinggi (hipertensi). Obat ini juga berfungsi untuk encegah

stroke, serangan jantung, dan permasalahan ginjal.

6. Pethidin injeksi (2 ml) : Adalah obat penahan sakit yang digunakan untuk

mengurangi rasa sakit saat melahirkan.

7. Adrenalin 0,1% (1 ml) : Adalah obat yang biasa digunakan untuk menangani

reaksi alergi akut yang bisa menyebabkan pembengkakan di mulut dan lidah

gangguan pernapasan, kolaps dan hilang kesadaran.

8. Disposible syringe 10 ml :

KEMENKES RI (2013), puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan

PONED harus menyediakan obat dan bahan habis pakai, baik jenis dan jumlahnya

harus cukup dengan buffer stock minimal sesuai dengan kebutuhan.

5.2.6 Ketersediaan Biaya Operasional

Menurut Mujiati (2014), Biaya merupakan salah satu standar input yang

dibutuhkan dalam upaya pelaksanaan puskesmas PONED yang berkualitas. Standar

Input Puskesmas PONED adalah kesesuaian dan kelengkapan infrastruktur dan

sumber daya kesehatan di suatu fasilitas kesehatan (Puskesmas) untuk melaksanakan

atau menyelenggarakan Pelayanan Obstetri-Neonatal Emergensi Dasar sesuai dengan

standar yang telah ditetapkan. Selanjutnya Achmad (2014) menjelaskan standar

kinerja PONED, yaitu kemampuan dalam menatalaksana atau melaksanakan

(45)

mengikuti dan memenuhi alur kerja, protokol klinik, dan prosedur operasional standar

Pelayanan Obstetri-Neonatal Emergensi Dasar.

Beradasarkan hasil wawancara dengan informan, diperoleh informasi bahwa

biaya operasional pelayanan PONED di puskesmas Labuhan Bilik tidak tersedia.

Untuk keperluan PONED dalam hal ketersediaan peralatan dan keperluan lainnya

berasal dari APBD. Apabila ada kerusakan pada alat atau belum lengkap maka biaya

dari APBD, namun gaji tetap dari Pemerintah.

Puskesmas mampu PONED yang merupakan bagian dari jaringan pelayanan

obstetrik dan neonatal di kabupaten/ kota sangat spesifik daerah, namun ada

beberapa kriteria pengembangan untuk menjamin kualitas, diantaranya adalah

ketersediaan, kelengkapan dan kecukupan alat kesehatan dan obat PONED.

Ketersediaan alat dan obat PONED menjadi salah satu syarat yang harus dipenuhi

oleh Puskesmas PONED.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Kismoyo (2012) juga menyatakan bahwa

Puskesmas PONED kurang menjamin ketersediaan obat–obat emergensi, dan

kurangnya suplai bahan dekontaminasi serta tidak lengkapnya alat pelindung diri

serta tidak memilki fasilitas alat yang lengkap.

Dari kondisi-kondisi tersebut, maka pembangunan Puskesmas mampu

PONED perlu dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai, hal itu dapat

dipenuhi dari penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang kesehatan. DAK

(46)

kesehatan. Kegiatannya diarahkan untuk peningkatan, rehabilitasi, perluasan,

pengadaan, dan pembangunan berbagai jenis unit pelayanan kesehatan serta

pengadaan peralatan kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dasar

terutama dalam rangka percepatan pencapaian target MDGs yang difokuskan pada

penurunan angka kematian ibu, bayi dan anak (Qibthiyyah, 2013).

5.3 Proses

5.3.1 Menerima Rujukan dari Fasilitas Rujukan di Bawah dalam

Pelaksanaan Program PONED di Puskesmas Labuhan Bilik Keacamatan Panai Tengah Kabupaeten Labuhan Batu

Berdasarkan hasil penelitan mengenai penerimaan rujukan di bawahnya tidak

sering terjadi. Fasilitas rujukan dibawahnya itu terdapat bidan desa atau puskesmas

non PONED namun tidak sering. Puskesmas menangani kasus yang datang namun

apabila kasus tidak dapat diatasi maka di rujuk ke Rumah Sakit PONEK. Rujukan

dari bawah juga dari lokasi yang dekat dari puskesmas. Bidan desa atau puskesmas

non PONED juga ada yang melakukan rujukan langsung ke

rumah sakit PONEK.

Pelayanan Obstetri Neonatus Emergensi Dasar (PONED) adalah puskesmas

rawat inap yang memiliki kemampuan serta fasilitas bersalin. PONED memberikan

pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil, bersalin, dan nifas. Selain itu juga

memberikan pelayanan kesehatan terhadap bayi yang baru lahir dengan komplikasi,

(47)

puskesmas dan PONED melakukan rujukan ke Rumah Sakit PONEK pada kasus

yang tidak mampu ditangani (KEMENKES RI, 2013).

Puskesmas telah dimanfaatkan masyarakat dalam/luar wilayah kerjanya

sebagai tempat pertama mencari pelayanan, baik rawat jalan ataupun rawat inap.

Puskesmas mampu PONED mempunyai komitmen untuk menerima rujukan kasus

kegawatdaruratan medis kasus obstetric dan neonatal dari Fasyankes di sekitarnya

(KEMENKES RI, 2013).

5.3.2 Penanganan Kasus Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal dalam Pelaksanaan Program PONED di Puskesmas Labuhan Bilik Kecamatan Panai Tengah

Jumlah persalinan dengan komplikasi yang ditangani pada tahun 2013

sebanyak 16 orang, tahun 2014 sebanyak 114 orang, tahun 2015 sebanyak 163 orang,

tahun 2016 bulan Januari sampai bulan Mei sebanyak 107 orang. Persalinan dengan

komplikasi di puskesmas Labuhan Bilik seperti pre eklampsi berat, KPD, partus

macet, partus lama, Bayi sungsang, Prematur, Infartus, abortus dan panggul sempit

(Puskesmas Labuhan Bilik, 2015).

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penanganan kegawatdaruratan yang

pernah ditangani dalam pelaksanaan program PONED, diperoleh bahwa kasus yang

sering ditangani adalah pre eklmasi dan eklamsi. Selain kasus persalinan pre eklmasi

dan eklamsi juga pernah ditangani, partus macet atau hipertensi dan kasus asfiksia

pada kasus emergency neonatus. Kasus ditangani terlebih dahulu, jika tidak sanggup

(48)

Sakit PONEK, petugas akan melakukan stabilisasi terlebih dahulu, yaitu penanganan

pertama sampai kondisi pasien stabil dan mampu dibawa ke rumah sakit.

5.3.3 Pelaksanaan Rujukan dalam Program PONED di Puskesmas Labuhan Bilik Kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhan Batu

Menurut KEMENKES RI (2013), layanan kesehatan di puskesmas berhasil

mencapai tujuan, kalau pasien yang berada dalam kondisi sakit cukup berat dan atau

dalam kondisi kegawatdaruratan medik yang dirujuk ke fasilitas Puskesmas mampu

PONED, sudah dilayani sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya berdasarkan

standar pelayanan medik dan SOP.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pelaksanaan rujukan pelayanan

PONED, diperoleh bahwa rujukan di mulai dari bidan desa. Ketika bidan desa tidak

mampu menangani kasus emergency maternal dan neonatal, bidan desa merujuk ke

puskesmas dan jika puskesmas tidak mampu menanganinya maka akan di rujuk ke

rumah sakit.

Jumlah kasus yang dirujuk pada tahun 2013 sebanyak 3 orang, tahun 2014

sebanyak 12 orang, tahun 2015 sebanyak 18 orang, tahun 2016 bulan Januari sampai

bulan Mei sebanyak 12 orang. Persalinan dengan komplikasi di puskesmas Labuhan

Bilik seperti pre eklampsi berat, KPD, partus macet, partus lama, Bayi sungsang,

Prematur, Infartus, abortus dan panggul sempit (Puskesmas Labuhan Bilik, 2015).

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, diperoleh informasi bahwa

kasus yang sering dirujuk adalah Pre eklamsi dn Eklamsi, partus macet, dan

Gambar

Tabel 4.1 Jumlah Desa, Dusun, dan Luas (Km)2 di Kecamatan Panai Tengah tahun 2015 2
Tabel 4.4 Hasil Observasi Peralatan Neonatal Puskesmas Mampu PONED
Tabel 4.5 Hasil Observasi  Ketersediaan Obat PONED
Tabel 4.6 Karakteristik Informan

Referensi

Dokumen terkait

Data yang telat diserahkan, otomatis data juga terlambat untuk diolah, jika sampai dengan batas waktu yang ditetapkan belum terkumpul, otomatis data tersebut tidak