• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) di Puskesmas Sukaramai Kecamatan Medan Area Tahun 2017 Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) di Puskesmas Sukaramai Kecamatan Medan Area Tahun 2017 Chapter III VI"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Menurut Moleong (2010), penelitian kualitatif adalah penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara

holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu

konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode

alamiah. Bogdan dan Taylor (1992) mendefinisikan “metodologi kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Sukaramai Kecamatan Medan

Area, Kota Medan, Sumatera Utara.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dari survei pendahuluan yang dilaksanakan pada

bulan Juni 2016 sampai dengan selesai.

3.3 Informan Penelitian

Pemilihan informan pada penelitian kualitatif berdasarkan kesesuaian dan

kecukupan. Prinsip kesesuaian informan dipilih berdasarkan pengetahuan dan

(2)

mampu menggambarkan dan memberikan informasi yang cukup mengenai topik

penelitian.

Berdasarkan kedua prinsip tersebut, informan dalam penelitian ini

berjumlah 6 (enam) orang yang terdiri dari:

a. Kepala Puskesmas

b. Petugas SP2TP

c. Petugas KIA

d. Petugas Gizi

e. Petugas Kesling

f. Petugas Promkes

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah wawancara mendalam

kepada informan penelitian.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara mendalam

yang menggunakan panduan wawancara.

3.6 Pengujian Keabsahan Data

Peneliti melakukan triangulasi dalam menguji keabsahan data dalam

penelitian ini. Triangulasi yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah

triangulasi sumber. Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan

dengan mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber (Sugiyono,

(3)

3.7 Analisis Data

Pada penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di

lapangan bersamaan dengan pengumpulan data (Sugiyono, 2008). Tiga jalur

analisis data yang digunakan adalah dengan reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan.

1. Reduksi data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan polanya. Pada penelitian

ini, reduksi data dilakukan dengan memilah hasil wawancara, observasi dan

telaah dokumen sesuai dengan tema penelitian, lalu dari hasil tersebut disusun

suatu rangkuman.

2. Penyajian data

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilaksanakan dalam

bentuk uraian singkat, bagan, hubungannya antar kategori, flow chart dan

jenisnya. Pada penelitian ini penyajian data dilaksanakan dalam bentuk uraian

singkat.

3. Penarikan kesimpulan

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan

Huberman (2007) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal

yang ditemukan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan

bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Tahap akhir analisis data pada penelitian ini adalah menarik suatu kesimpulan

(4)

3.8Definisi Operasional

a. Sumber Daya Manusia (SDM) adalah orang-orang yang terlibat dalam

pekerjaan dan pengelolaan SIMPUS (berupa Kepala Puskesmas, petugas

SP2TP, dan para petugas pemegang program) di Puskesmas Sukaramai

Kecamatan Medan Area, Kota Medan, Sumatera Utara.

b. Teknologi adalah program yang digunakan dalam pengelolaan data di

Puskesmas Sukaramai Kecamatan Medan Area, Kota Medan, Sumatera

Utara.

c. Kualitas sistem berkaitan dengan kemudahan untuk dipelajari serta

kemudahan ketepatan informasi dalam menggunakan SIMPUS.

d. Data adalah fakta atau gambaran kasar tentang keadaan pasien yang belum

diolah yang dikumpulkan dari berbagai sumber data.

e. Data yang lengkap adalah lembar formulir isian terisi semua.

f. Data yang akurat adalah data yang diperoleh dari sumber yang tepat.

g. Data yang tepat waktu adalah data yang diserahkan sesuai dengan jadwal

yang ditetapkan.

h. Pengelolaan data merupakan proses yang dilakukan setelah data terkumpul.

i. Pengumpulan adalah semua proses yang berkaitan dengan terkumpulnya data

dari berbagai sumber.

j. Pengolahan data adalah proses yang berkaitan dengan cara mengolah data

menjadi informasi.

k. Penyajian dan penyebarluasan data adalah proses yang berkaitan dengan cara

(5)

l. Penataan dokumentasi adalah proses yang berkaitan dengan menyimpan data

dan proses pencarian kembali data yang sudah tersimpan.

m. Informasi yang dihasilkan berupa informasi yang bisa digunakan sebagai

dasar pengambilan keputusan dikaitkan dengan perencanaan.

n. Informasi yang akurat adalah informasi yang tepat (jelas, tidak bias).

o. Informasi yang tepat waktu adalah informasi yang dihasilkan tidak terlambat.

p. Informasi yang relevan adalah informasi yang mempunyai manfaat untuk

pihak Puskesmas.

q. Informasi yang lengkap adalah informasi yang dihasilkan cukup untuk proses

(6)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Sukaramai terletak di Jalan Ar-Hakim Gg. Kantil Kelurahan

Tegal Sari I Kecamatan Medan Area, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara

dengan letak geografis :

Sebelah Utara : Kelurahan Sukaramai II

Sebelah Selatan : Kelurahan Sukaramai I

Sebelah Barat : Kelurahan Pasar Merah Barat

Sebelah Timur : Kecamatan Medan Denai

Dalam melaksanakan kegiatannya, Puskesmas Sukaramai mempunyai

empat wilayah kerja yaitu Kelurahan Tegal Sari I, Kelurahan Tegal Sari II,

Kelurahan Tegal Sari III, dan Kelurahan Pasar Merah Timur. Luas wilayah

Puskesmas Sukaramai adalah 153,1 Ha dengan jumlah lingkungan 43 serta jumlah

penduduk 46.245 jiwa.

Adapun visi dan misi Puskesmas Sukaramai adalah sebagai berikut :

a. Visi : Tercapainya Kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat.

b. Misi : Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah

kerjanya, mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat

di wilayah kerjanya, memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan, dan

keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, serta memelihara

dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat beserta

(7)

Jumlah tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Sukaramai adalah seperti

yang tertlihat pada tabel di bawah :

Tabel 4.1 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Sukaramai, Kecamatan Medan Area, Kota Medan

No Tenaga Jumlah

Sumber : Puskesmas Sukaramai Kecamatan Medan Area Kota Medan

Tahun 2017

4.2 Distribusi Informan Berdasarkan Karakteristik

Berikut adalah distribusi informan berdasarkan karakteristik yang

merupakan petugas di Puskesmas Sukaramai, Kecamatan Medan Area, Kota

Medan :

Tabel 4.2 Distribusi Informan Berdasarkan Karateristik

(8)

4.3 Pelaksanaan SIMPUS di Pusesmas Sukaramai, Kecamatan Medan Area, Kota Medan

Bentuk sederhana suatu sistem terdiri atas input, proses, dan output.

Adapun gambaran dari ketiga unsur ini di Puskesmas Sukaramai, Kecamatan

Medan Area, Kota Medan adalah sebagai berikut :

4.3.1 Input

Merupakan unsur masukan dari suatu sistem. Pada penelitian ini, peneliti

memfokuskan pada SDM (Kepala Puskesmas, petugas SP2TP, dan para

pemegang program), teknologi, dan data (lengkap, akurat, dan tepat waktu).

1. SDM

Sejak SIMPUS diterapkan di Puskesmas Sukaramai, Kecamatan Medan

Area, Kota Medan tahun 2014 belum mengalami pergantian personil. Petugas

yang menjabat sekarang berlatar belakang pendidikan keperawatan, sampai

sekarang ia sudah menjabat selama kurang lebih 8 tahun dan belum pernah

mengikuti pendidikan atau pelatihan tentang SIMPUS. Berikut adalah hasil

wawancara dengan informan :

Tabel 4.3 Matriks Pernyataan Informan tentang Pelaksanaan SIMPUS

Informan Pernyataan

(9)

Kepala Puskesmas

untuk menginput data secara online. Namun saya pernah mendengar pada saat rapat di Dinas Kesehatan bahwasanya akan diadakan pelatihan mengenai SIMPUS tetapi kapan pastinya pihak Dinas Kesehatan sendiri belum memastikan.

SIMPUS ya memang sangat diperlukan, tetapi di Puskesmas Sukaramai belum terlaksana secara baik. Kebanyakan masih diolah secara manual. Padahal dengan adanya SIMPUS yang dimanfaatkan dengan baik tentunya akan sangat bermanfaat. Data-data yang diolah akan lebih akurat. Wah kalau dari Dinas Kesehatan mengadakan pelatihan ya tentu saya sangat bersedia mengikutsertakan staf untuk mengikuti pelatihan tersebut. Karena itulah gunanya untuk menyimpan informasi dan menyimpan data agar datanya akurat, dan juga dengan sistem online diharapkan dapat menghindari pengumpulan data yang tertunda.

Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa petugas SP2TP yang

menjabat sekarang memiliki latar pendidikan dari keperawatan yang selama

menjabat lebih kurang 8 tahun belum pernah mendapatkan pelatihan tentang

SIMPUS.

a. Alasan menggunakan SIMPUS

Perkembangan kemajuan teknologi dan informasi yang semakin pesat,

mendorong Puskesmas Sukaramai, Kecamatan Medan Area, Kota Medan untuk

menggunakan SIMPUS sejak tahun 2014. Alasan dari informan dalam

menggunakan SIMPUS adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4 Matriks Pernyataan Informan tentang Alasan Menggunakan SIMPUS

Informan Pernyataan

(10)

Petugas SP2TP

dengan apa yang diinstruksikan oleh Dinas Kesehatan dan juga undang-undang tentang Pengembangan Jaringan Komputer Online Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS Online), jadi kita juga harus bisa beradaptasi dengan aturan yang berlaku saat ini selain juga membantu kita dalam bekerja. Karena kan dengan sistem online dapat membuat pekerjaan kita lebih mudah.

Karena adanya peraturan dari Dinas Kesehatan yang mengharuskan pencatatan dan pelaporan dikumpul dalam bentuk laporan dan juga dengan sistem online, jadi ya mau tak mau kita disini harus bisa menyesuaikan dengan keterampilan kita dalam menggunakan komputer untuk menginput data.

Pelaksanaan SIMPUS didasari oleh tuntutan perkembangan kemajuan

teknologi dalam menghasilkan informasi yang harus cepat, akurat, dan up to date.

b. Peran Kepala Puskesmas sebagai manajer dalam pelaksanaan SIMPUS

Komunikasi merupakan tahap awal yang dilakukan pada penerapan

pelayanan yang diberikan ke masyarakat atau komunikasi antara para petugas di

Puskesmas dalam merencanakan program pelayanan kesehatan masyarakat.

Kepala Puskesmas harus bisa mengobservasi berbagai keterlamabatan maupun

ketidakakuratan dalam pengumpulan data oleh para pemegang program.

Tabel 4.5 Matriks Pernyataan Informan tentang Peran Kepala Puskesmas sebagai Manajer dalam Pelaksanaan SIMPUS

Informan Pernyataan

(11)

dihadapi petugas di lapangan, adanya pegawai yang sering absen sehingga menyebabkan pekerjaan terbengkalai. Selain itu di setiap minggunya kita juga mengadakan briefing kepada para petugas agar mereka bekerja lebih sigap dan juga tepat waktu.

Tugas dari seorang pimpinan adalah melakukan pengawasan, evaluasi,

serta juga harus bisa memotivasi bawahannya. Hal tersebut harus tercermin dalam

diri seorang Kepala Puskesmas agar para petugas bekerja dengan lebih giat dan

tepat waktu untuk mencapai visi dan misi Puskesmas tersebut.

2. Teknologi

Pada dasarnya SIMPUS mudah untuk dipelajari bagi para pengguna,

walaupun terkadang masih ditemui masalah, masalah tersebut masih bisa diatasi

seperti yang diungkapkan oleh informan :

Tabel 4.6 Matriks Pernyataan Informan tentang Kualitas SIMPUS

Informan Pernyataan

Petugas SP2TP

Kepala Puskesmas

Sejauh ini saya rasa mudah untuk dipelajari, meskipun pertama-tama agak kesulitan, tetapi lama-kelamaan bisa menyesuaikan. Tidak ada masalah dalam mengoperasikan sistem online-nya, waktu pertama kali wajar saja masih bingung karena hal yang baru, tetapi bisa diatasi. Ya memang butuh waktu yang agak lama karena kita harus teliti agar tidak salah.

Saya lihat petugas SP2TP tidak ada kendala dalam menginput data secara online. Masalahnya ya palingan kalau konektivitas jaringan internetnya lambat ataupun kendala pada waktu proses upload-nya.

Masalah lain yang sering dihadapi adalah dengan adanya SIMPUS

(12)

Tabel 4.7 Matriks Pernyataan Informan tentang Masalah yang Dihadapi dengan Adanya SIMPUS

Informan Pernyataan

Kepala Puskesmas

Petugas SP2TP

SIMPUS itu kan suatu sistem yang dikembangkan supaya bisa lebih akurat pelaporan dengan memanfaatkan teknologi tentunya, dibalik itu kerjaannya nya jadi double karena kan manual juga, dimasukkan ke SIMPUS juga. Kendalanya ya itu tadi kalau jaringannya lambat jadi ya input data juga lama.

Kita tetap dua kali kerja, satu secara manual baru kita input ke programnya, agak ribet memang, apalagi peran jaringan komputer juga sangat penting, karena kalau jaringan bagus laporan cepat sampainya dibanding dengan manual.

Ketepatan informasi yang dihasilkan dengan menggunakan SIMPUS

tergantung pada data yang dimasukkan ke dalamnya serta ketelitian petugas

dalam proses entry. Hal ini diungkapkan oleh informan sebagai berikut :

Tabel 4.8 Matriks Pernyataan Informan tentang Ketepatan Informasi yang Dihasilkan oleh SIMPUS

Informan Pernyataan

Kepala Puskesmas

Petugas SP2TP

Data yang dimasukkan tentunya harus tepat, karena nantinya akan memberikan output yang sesuai dengan yang dimasukkan. Jika salah memasukkan data, otomatis hasil juga salah.

Tergantung data yang diinput, kalau datanya yang direkap tepat dan benar, hasilnya pun tentu benar, petugas juga berperan, kalau laporan yang diberikan salah informasi yang dihasilkan juga salah.

Di balik SIMPUS yang mudah untuk dipelajari dan data yang diolah

(13)

ditemukan beberapa kendala yaitu berkaitan dengan input data secara online yang

memakan waktu lama, pekerjaan menjadi bertambah, karena harus dua kali kerja

(manual dan entry data secara online). Kondisi jaringan yang tidak menentu juga

menghambat cepat tidaknya laporan sampai kepada pihak yang terkait,

bahkan terkadang kondisi jaringan yang tidak bagus menyebabkan halaman yang

diakses tidak dapat muncul.

3. Data

Untuk menghasilkan informasi yang akurat, tepat waktu dan relevan

tentunya dibutuhkan data yang lengkap, akurat dan tepat waktu.

a. Lengkap

Data dikatakan sudah lengkap karena formulir LB1 yang ada sudah diisi

dengan lengkap. Pernyataan informan yang mendukung hal tersebut adalah

sebagai berikut :

Tabel 4.9 Matriks Pernyataan Informan tentang Kelengkapan Data

Informan Pernyataan

Kepala Puskesmas

Petugas SP2TP

Tentunya lengkap ya. kan kita udah ada format LB1 tersendiri untuk diisi, jadi lebih mudah untuk dilihat lengkap ata tidaknya.

(14)

b. Akurat

Sama halnya dengan kelengkapan data, data yang diperoleh juga sudah

akurat karena berasal dari sumber dan cara pengisian formulir yang tepat.

Berikut pernyataan informan berdasarkan hasil wawancara :

Tabel 4.10 Matriks Pernyataan Informan tentang Keakuratan Data

Informan Pernyataan

Kepala Puskesmas

Petugas SP2TP

Kita sudah ada format tersendiri untuk di isi oleh para pemegang program, jadi selain memudahkan untuk mengecek kelengkapan, akurat atau tidaknya juga dapat dipakai.

Kalau dibilang akurat sih ya akurat, karena kan diisi oleh mereka yang diberi tanggungjawab dan sudah sesuai dengan form yang diberikan.

c. Tepat waktu

Data belum dapat terkumpul dengan tepat waktu. Berikut pernyataan yang

menguatkan dari masing-masing informan :

Tabel 4.11 Matriks Pernyataan Informan tentang Ketepatan Waktu Pengumpulan Data

Informan Pernyataan

Kepala Puskesmas

Petugas SP2TP

Kadang-kadang tepat waktu, kadang-kadang telat.

Terkadang tepat waktu, terkadang masih ada yang terlambat mengumpulkan.

4.3.2 Proses

1. Pengumpulan data

Data-data yang berasal dari para pemegang program diserahkan langsung

(15)

1 setiap bulannya. Laporan ini berisikan data-data yang diisi sesuai dengan format

dari masing-masing pemegang program.

Masalah yang sering muncul pada proses pengumpulan data ini adalah

keterlambatan penyerahan data kepada petugas SP2TP dan format laporan oleh

petugas kesling yang sering mengalami kendala pada saat di lapangan, yaitu

masyarakat yang dikunjungi banyak yang mengadakan penolakan untuk disurvei.

Hal ini menyebabkan data yang terkumpul tidak lengkap. Berikut paparan dari

para informan :

Tabel 4.12 Matriks Pernyataan Informan tentang Proses Pengumpulan Data pemegang program sudah harus mengumpulkan laporan kepada petugas SP2TP sebelum tanggal 1 setiap bulannya. Karena nanti tanggal 1 petugas SP2TP sudah mulai mengirim laporan secara online kepada Dinas Kesehatan Kota Medan, baru kemudian sebelum tanggal 5 kita juga sudah harus mengantarkan print out laporan ke Dinas Kesehatan.

Pengumpulan data oleh para pemegang program terkadang masih ada yang mengalami keterlambatan, terutama pada bagian petugas kesling.

(16)

Petugas KIA

Petugas Gizi

Petugas Promkes

mencari masyarakat lain yang bersedia untuk disurvei sehingga dari kesling sendiri masih sering terlambat mengumpulkan data.

Dari KIA sendiri kami tidak pernah mengalami kendala dalam pengumpulan data. Kami selalu mengumpulkan data tepat sebelum tanggal 1 kepada petugas SP2TP.

Sejauh kami mengumpulkan data tiap bulannya kami tidak mengalami kendala keterlambatan. Hanya saja memang data yang mau diisi diform memang banyak yaitu mengenai kasus yang berhubungan dengan penyakit pada balita, tetapi karena para Ibu disini sangat berkoordinasi jadi pendataan yang dilakukan juga mudah.

Kalau promkes itu kita langsung turun ke lapangan. Kita melihat PHBS masyarakat dan juga pelaksanaan posyandu. Dari situ data yang kita dapatkan dari lapangan misalnya kita melihat bagaimana PHBS di masyarakat disitu kita mengisi sesuai form yang disediakan, setelah itu data yang diperoleh kita rekapitulasi secara manual. Lalu kita kumpulkan ke petugas SP2TP pada awal bulan sebelum tanggal 5 karena petugas SP2TP kan juga mau merekap datanya. Kami tidak mengalami kendala yang menyebabkan keterlambatan pada saat pengumpulan data.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses pengumpulan

data yang dilakukan oleh para pemegang program kepada petugas SP2TP yang

harus diserahkan paling lambat sebelum tanggal 1 setiap bulannya, akan tetapi,

keterlambatan dalam pengumpulan data masih sering terjadi, terutama pada

(17)

2. Pengolahan Data

Data yang terkumpul dari para pemegang program direkap secara manual

oleh petugas SP2TP. Setelah itu hasil rekapan di input secara online dengan

format laporan yang telah disediakan. Hal ini berdasarkan hasil wawancara

dengan informan :

Tabel 4.13 Pernyataan Informan tentang Proses Pengolahan Data

Informan Pernyataan

Kepala Puskesmas

Petugas SP2TP

Ketika para pemegang program sudah merekap laporannya, maka kemudian mereka akan mengumpulkan kepada petugas SP2TP. Lalu petugas SP2TP merekap data yang dikumpulkan tadi secara manual dulu baru kemudian datanya dientry secara online ke komputer.

Saya merekap data dua kali, pertama saya rekap secara manual kemudian baru saya entry data-datanya ke komputer.

Akibat keterlambatan petugas kesling dalam pengumpulan data, terkadang

proses pengolahan juga menjadi telat bahkan ada laporan yang tidak

terekapitulasi, sehingga tidak masuk dalam laporan.

Tabel 4.14 Matriks Pernyataan Informan tentang Keterlambatan dalam Pengumpulan Data waktu yang ditetapkan belum terkumpul, otomatis data tersebut tidak ikut diinput sehingga tidak masuk ke dalam laporan.

(18)

terkadang ada yang tidak kita dimasukkan. Tentu laporannya menjadi kurang lengkap.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari pernyataan di atas adalah proses

pengolahan dilakukan dengan dua cara, yaitu manual dan juga dengan

menggunakkan komputer secara online. Akibat keterlambatan pengumpulan data,

hal tersebut juga menyebabkan keterlambatan proses pengolahan data, bahkan

data ada yang tidak diolah sama sekali.

3. Penyajian dan penyebarluasan informasi

Data yang sudah diolah disajikan dalam bentuk laporan yang terangkum

dengan laporan lain dalam bentuk laporan terpadu Puskesmas yaitu laporan

SP2TP (Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Tingkat Kota Medan).

Selanjutnya laporan akan dikirim ke Dinas Kesehatan Kota secara online juga

disertai dengan print out.

Tabel 4.15 Matriks Pernyataan Informan tentang Penyajian dan Penyebarluasan Informasi

Informan Pernyataan

Kepala Puskesmas

Petugas SP2TP

Laporan akan dikirim secara online dan juga disertai dengan pengumpulan print out ke Dinas Kesehatan Kota Medan.

Kita mengirimkan laporan dua kali, pertama secara online baru kemudian kita mengantar print out ke Dinas Kesehatan Kota Medan.

Berdasarkan hasil wawancara dapat dilihat bahwa informasi yang

(19)

langsung berupa print out) kepada pihak Dinas Kesehatan Kota Medan dalam

bentuk laporan SP2TP.

4. Penataan Dokumentasi

Proses penataan dokumentasi, termasuk didalamnya proses penyimpanan

dan pencarian kembali data. Proses penyimpanan dilakukan setelah data yang

terkumpul di input ke dalam komputer. Data disimpan dalam 2 bentuk yaitu file

untuk hasil print out sebagai pertinggal.

Tabel 4.16 Matriks Pernyataan Informan tentang Penataan Dokumentasi

Informan Pernyataan

Kepala Puskesmas

Petugas SP2TP

Setelah diinput, nanti hasilnya akan tersimpan sesuai dengan jenis laporan yang kita kerjakan, lalu kita print kemudian hasilnya kita simpan untuk pertinggal kita sendiri dan juga untuk dikirim ke Dinas.

Di Puskesmas sendiri kita juga membuat pertinggal, kalau yang untuk pertinggal dan dikirim ke Dinas kita print, di komputer pun laporan juga sudah tersimpan.

4.3.3 Output

Output yang dihasilkan berupa informasi yang harapannya informasi

tersebut akurat, relevan, tepat waktu dan lengkap.

1. Akurat

Input data dilakukan oleh petugas SP2TP setelah data tersebut direkap

(20)

diatasi. Informasi dinilai akurat, karena sesuai dengan data (hasil rekapan)

dimasukan tanpa ada yang diubah sebelumnya.

Tabel 4.17 Matriks Pernyataan Informan tentang Keakuratan Informasi yang Dihasilkan

Informan Pernyataan

Kepala Puskesmas

Petugas SP2TP

Kalau data yangdimasukkan akurat, secara tidak langsung infomasi yang dihasilkan juga akurat.

Akurat, karena data yang diasukkan tetap itu yang jadi informasi, tidak ada yang di ubah-ubah.

Berdasarkan hasil wawancara di atas, informasi yang dihasilkan sudah

akurat karena data yang dimasukkan tidak ada yang diubah.

2. Tepat waktu

Informasi dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota Medan paling lambat

tanggal 5 setiap bulannya. Permasalahan yang ada berkaitan dengan

keterlambatan dalam pengiriman data, disebabkan karena proses pengumpulan

data oleh pemegang program yang tidak tepat waktu.

Tabel 4.18 Matriks Pernyataan Informan tentang Ketepatan Waktu Informasi yang Dihasilkan

Informan Pernyataan

Kepala Puskesmas

Petugas SP2TP

Dilaporkan pada pihak Dinas Kesehatan Kota pada tanggal 5 setiap bulannya pernah juga telat, tetapi tidak sering.

(21)

Kesimpulan yang dapat di ambil adalah proses pengumpulan data yang

terlambat mengakibatkan informasi yang dihasilkan juga tidak tepat waktu.

3. Relevan

Informasi yang dihasilkan sudah relevan, karena informasi yang digunakan

untuk pengambilan keputusan dalam hal ini berkaitan dengan perencanaan,

walaupun hanya sebatas merencanakan dan harus mengikuti panduan yang telah

disediakan oleh Dinas Kesehatan Kota.

Tabel 4.19 Matriks Pernyataan Informan tentang Relevansi Informasi yang Dihasilkan

Informan Pernyataan

Kepala Puskesmas

Petugas SP2TP

Hal ini tentu ada kaitannya dengan pembuatan POA dari masing-masing program dan yang menentukan tetaplah Dinas. Jadi kita ikuti saja prosedur yang ada.

Dari Dinas sendiri kan memang sudah membuat panduan perencanaan kegiatan apa saja yang diperuntukkan kepada masing-masing pemegang program di Puskesmas, bukan Puskesmas sendiri yang membuat karena memang panduannya tersebut sudah disediakan oleh Dinas.

Hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa informasi yang

dihasilkan oleh SIMPUS sudah relevan karena digunakan sebagai dasar

perencanaan di Puskesmas, dimana panduan perencanaannya memang sudah

diberikan oleh Dinas Kesehatan.

4. Lengkap

Jika dikaitkan dengan kebutuhan informasi dalam proses perencanaan

(22)

atasi dengan pemakaian informasi yang dihasilkan dengan cara pengelolaan

secara manual.

Tabel 4.20 Matriks Pernyataan Informan tentang Kelengkapan Informasi yang Dihasilkan

Informan Pernyataan

Kepala Puskesmas

Petugas SP2TP

Seharusnya memang cukup ya karena rasanya sudah menggambarkan program, wilayah kerja, apa kendala-kendala yang dihadapi, namun masih ada yang belum terpenuhi untuk kelengkapan data oleh karena kendala di lapangan tadi.

Misalnya ada informasi yang kurang, misalnya penyakit karena formatnya sudah kayak gitu, jadi ya tidak bisa ditambahkan, kalau manual kan bisa ditambahkan di bawahnya dengan cara kita tulis.

Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian di atas adalah, informasi yang

dihasilkan oleh SIMPUS belum lengkap, hal ini disebabkan karena keterlambatan

proses pengumpulan data sehingga proses pengolahan data juga menjadi terlambat

(23)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Pelaksanaan SIMPUS di Puskesmas Sukaramai Kecamatan Medan Area Kota Medan

Menurut Sutanta (2003), Sistem Informasi Manajemen (SIM) merupakan

kumpulan subsistem yang saling berhubungan, berinteraksi, bekerjasama untuk

melakukan fungsi pengolahan data, menerima masukan (input) berupa data-data,

kemudian mengolahnya (processing) dan menghasilkan keluaran (output) berupa

informasi sebagai dasar bagi pengambilan keputusan. Sabarguna (2007) juga

menyatakan bahwa bentuk sederhana suatu sistem adalah masukan, proses dan

keluaran.

5.1.1 Input

1. Sumber Daya Manusia

Berdasarkan hasil wawancara oleh Kepala Puskesmas, petugas SP2TP,

dan beberapa pemegang program di Puskesmas Sukaramai, Kecamatan Medan

Area, Kota Medan, sejauh ini laporan bulanan yang dikirim ke Dinas Kesehatan

Kota dilakukan secara online dan juga diserahkan dalam bentuk print out.Namun

mereka belum mendapatkan pelatihan tentang SIMPUS oleh Dinas Kesehatan

Kota Medan. Walaupun sampai sejauh ini kendala yang muncul masih bisa

diatasi, pelatihan tentang SIMPUS seharusnya ada karena sangat penting bagi

petugas untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sehingga kinerja

dan produktivitas petugas lebih baik lagi, seperti yang diungkapkan oleh Siagian

(24)

cermatnya prosedur kerja dirancang, lengkapnya infrastuktur fisik, canggihnya

teknologi perangkat keras dan mutakhirnya perangkat lunak yang tersedia, pada

analisis terakhir kesemuanya itu sangat tergantung pada unsur manusia yang

memanfaatkan dan menggunakannya.

Ditambah lagi dengan para petugas yang kurang menguasai IT, pelatihan

tentang SIMPUS tentunya sangat dibutuhkan dalam melaksanakan tugasnya,

karena pendidikan dan pelatihan merupakan upaya pembinaan dan pengembangan

untuk meningkatkan produktivitas, tingkat kinerja yang baik dan ini adalah suatu

bagian yang utama dalam manajemen yang strategis di institusi pelayanan

kesehatan (Hatta, 2008). Pembinaan dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan

pelatihan, pengkajian, bimbingan teknis dan kerja sama internal dan eksternal

yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam memberikan pelayanan

informasi (Sutabri, 2005).

Pengggunaan SIMPUS di Puskesmas Sukaramai, Kecamatan Medan Area,

Kota Medan didasari oleh tuntutan perkembangan kemajuan teknologi dalam

menghasilkan informasi yang harus cepat, akurat, dan up to date. Ini sesuai

dengan salah satu latar belakang SIMPUS (Sutanto dalam Barsasella) : yaitu

Memasuki era otonomi daerah mutlak diperlukan informasi yang tepat, akurat dan

up to date berkenaan dengan data orang sakit, ketersedian obat, jumlah ibu hamil,

masalah imunisasi dan lain-lain. Selain itu, hal tersebut juga didukung oleh

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang

Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Sistem Laporan Informasi Kesehatan

(25)

128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat,

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 511 tahun 2002 tentang Strategi

Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS), serta Keputusan

Menteri Kesehatan No 837 tahun 2007 tentang Pengembangan Jaringan Komputer

Online Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS Online).

2. Teknologi

Penerapan SIMPUS di Puskesmas Sukaramai, Kecamatan Medan Area,

Kota Medan memiliki kekurangan dan kelebihan. Berdasarkan hasil wawancara,

meskipun para petugas belum pernah mendapatkan pelatihan dari Dinas

Kesehatan, namun mereka dapat beradaptasi dengan sistem online tersebut.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Barsasella (2012), bahwa salah satu

keunggulan dari SIMPUS adalah mudah dipelajari. Sejalan dengan itu Verbeek

(2009) menyebutkan bahwa teknologi dapat membantu kehidupan yang lebih

baik. Pada dasarnya teknologi sangat berpengaruh terhadap manusia terutama

kondisi emosional manusia. Semakin mudah teknologi untuk dipelajari dan

digunakan maka manusia akan semakin sering menggunakan teknologi tersebut.

Ketepatan data yang diolah oleh SIMPUS tergantung dengan data yang

dimasukkan, jika data yang dimasukkan tepat maka, hasil yang diperoleh juga

(26)

dimasukkan. Ini sesuai dengan pernyataan Sabarguna (2007) bahwa salah satu

manfaat SIM adalah ketepatan informasi yang didapat.

Dibalik kelebihannya, SIMPUS juga memiliki kelemahan berupa kendala

yang ditemukan saat pelaksanaan program tersebut, diantaranya yaitu beban kerja

menjadi bertambah, karena harus dua kali kerja, petugas merekapitulasi data

terlebih dahulu, lalu meng-input nya secara online. Kondisi jaringan yang tidak

menentu juga menghambat cepat tidaknya laporan sampai kepada pihak yang

terkait, bahkan terkadang kondisi jaringan yang tidak bagus menyebabkan

halaman yang diakses tidak dapat muncul akibatnya proses input data tidak dapat

dilakukan.

Kenyataan ini tentunya bertolak belakang dengan pendapat Sabarguna

(2007) bahwa manfaat SIM yaitu kecepatan informasi yang didapat, kemudahan

pengoperasian, dan mengurangi beban kerja.

3. Data

Menurut Hatta (2008), ketersediaan data dan informasi yang akurat,

terjangkau dan tepat waktu merupakan syarat mutlak pengambilan keputusan

manajemen (evidence-based decisi on making). Weiskopf dan Weng (2013)

mengidentifikasi lima dimensi kualitas suatu data yaitu : lengkap (completeness),

akurat/tepat (correctness), dapat dipercaya (plausibility) dan umum (currency).

(27)

a. Lengkap

Data yang diperoleh petugas SP2TP dari para pemegang program sudah bisa

dikatakkan lengkap karena data mudah untuk didapatkan (sumber data jelas dan

tetap) dan form laporan terisi dengan lengkap.

b. Akurat

Data sudah akurat atau tepat karena didapat dari sumber yang tepat

(memang mereka yang berkecimpung di dalamnya) dan cara pengisian form

laporan yang tepat.

c. Tepat waktu

Ketepatan waktu pengumpulan data masih kurang, hal ini terlihat

dalam proses pengumpulan data yang masih sering terlambat tentunya akan

berakibat pada keterlambatan proses pengolahan yang pada akhirnya akan

berlanjut pada keterlambatan informasi yang dihasilkan.

5.1.2 Proses

Menurut Sutabri (2005), transformasi informasi adalah komponen proses

dalam pengelolaan sistem informasi yang berfungsi memproses data menjadi

informasi sehingga dapat dihasilkan produk informasi yang diperlukan bagi para

pemakai informasi. Terdiri dari :

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilaksanakan sesuai dengan jenis data, objek dan

sumber data serta persiapan pengumpulan data. Cara memperoleh data ialah bisa

(28)

Proses pengumpulan data dilakukan oleh sumber data (para petugas

pemegang program kepada petugas SP2TP berupa laporan bulanan yang harus

diserahkan paling lambat tanggal 1 setiap bulannya. Berdasarkan teori di atas,

pengumpulan data sudah sesuai dengan objek dan sumber data yaitu berasal dari

para petugas pemegang program di Puskesmas Sukaramai. Proses pengumpulan

data dilaksanakan secara tidak langsung berupa pengisian form laporan. Dalam

pelaksanannya berbagai kendala yang dihadapi diantaranya pengumpulan data

yang masih sering terlambat oleh petugas pemegang program yang menyebabkan

data yang terkumpul tidak lengkap.

2. Pengolahan Data

Pengolahan data ialah proses mengubah bentuk dan makna data menjadi

informasi dan dapat digunakan dalam mendukung berbagai kegiatan manajemen

bisnis termasuk kegiatan pengambilan keputusan (Siagian, 2000).

Pengolahan data dapat dilakukan secara manual ataupun dengan bantuan

komputer (Sutabri, 2005). Pengolahan data dari sumber data dilakukan secara

manual dengan bantuan komputer oleh petugas SP2TP. Hasil rekapan data

tersebut dimasukkan ke dalam program SIMPUS. Masalah yang muncul adalah

akibat keterlambatan pengumpulan data oleh para pemegang program bisa

menyebabkan keterlambatan proses pengolahan data jika petugas tetap menunggu

sampai semua data terkumpul atau data bisa tidak diolah sama sekali karena

petugas sudah merekapitulasi dan melakukan input data secara online sehingga

(29)

terhadap waktu pengolahan dan kelengkapan data yang di-input ke dalam

komputer.

Cara pengolahan data sudah sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh

Sutabri (2005) akan tetapi mengenai kendala di lapangan tentang tidak rapinya

proses manual bertolak belakang dengan yang seharusnya, seperti yang di

ungkapkan oleh Sabarguna (2007) bahwa sistem informasi yang komputerisasi

tidak dapat dikembangkan secara baik tanpa mengembangkan sistem manual,

sebab kompterisasi juga memiliki keterbatasan, misalnya keterbatasan sistem

(harus jelas didasari oleh manual, jadi manual harus dirapikan dulu, baru sistem

yang komputerisasi dikembangkan).

3. Penyajian dan penyebarluasan data

Hasil penelitian menyebutkan bahwa penyajian data yang sudah diolah

menjadi informasi dalam bentuk laporan disebarluaskan secara langsung (online)

dan tidak langsung (diserahkan berupa print out) kepada pihak Dinas Kesehatan Kota

dalam bentuk laporan SP2TP yang didalamnya juga terdapat laporan lain. Ini sudah

sesuai dengan pernyataan Sutabri (2005) bahwa penyajian data dan informasi

dilakukan baik secara visual mapupun dalam bentuk publikasi dengan metode

komunikasi langsung atau tak langsung.

4. Penataan Dokumentasi

Pendokumentaian dapat dilakukan dengan cara yang lama (file) dan cara

baru (komputerisasi). Contohnya perpustakaan bertalian dengan upaya

pengumpulan, pemeliharaan, penyimpanan, pengaturan dan pendayagunaan

(30)

Pendokumentasian yang dilakukan terhadap informasi dilakukan dengan

kedua cara tersebut, yaitu dengan cara lama berupa hasil print out sebagai

pertinggal untuk Puskesmas dan juga Dinas Kesehatan Kota Medan dan dengan

cara baru yaitu informasi disimpan di dalam SIMPUS sesuai dengan jenis laporan

yang dipilih sebelum data di input.

Permasalahan yang terjadi di lapangan berkaitan dengan hilangnya data

di program komputer dengan sendirinya, tanpa diketahui penyebabnya, akibatnya

petugas harus meng-input kembali data yang hilang. Seperti yang diungkapkan

oleh Kusemadewi (2009) bahwa keamanan merupakan salah satu faktor penting

dalam pengembangan sistem yang berfungsi untuk mengamankan sistem dari

kemungkinan-kemungkinan gangguan dan ancaman dari luar yang akan

menggangu kinerja keseluruhan sistem, akan tetapi kenyataaannya keamanan

masih belum terlaksanakan.

Siagian (2000) menyatakan bahwa pentingnya penelusuran yang mudah

dan pengambilan dari tempat penyimpanan dengan cepat terlihat dari dua hal yaitu

untuk disampaikan kepada para pengambil keputusan dan sebagai bahan bagi

pihak-pihak lain dalam perusahaan untuk diproses lebih lanjut. Pada kenyataannya

di lapangan pencarian kembali data yang tersimpan tergantung pada kondisi

jaringan, jika jaringan bagus, data bisa dibuka, namun jika tidak data sudah untuk

dibuka bahkan terkadang tidak bisa dibuka sama sekali tentunya ini berbeda jauh

(31)

5.1.3 Output

Kualitas suatu informasi tergantung dari 3 (tiga) hal yaitu, informasi harus

akurat (accurate), tepat waktu (timelines) dan relevan (relevance) (Sutabri, 2005).

Siagian (2000), menambahakan informasi yang mampu mendukung proses

pengambilan keputusan adalah paling sedikit 5 (lima) persyaratan yaitu, lengkap,

mutakhir, akurat, dapat dipercaya dan disimpan sedemikian rupa.

1. Akurat (accurate)

Informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bias atau

menyesatkan. Akurat juga berarti informasi harus jelas mencerminkan

maksudnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa informasi yang dihasilkan oleh

SIMPUS sudah mencerminkan maksud dari laporan tersebut, karena informasi

sesuai dengan data yang dimasukkan tidak ada yang di ubah-ubah sebelumnya.

Data yang dimasukkan berupa data yang sudah direkap sebelumnya oleh petugas,

kemudian di input ke dalam SIMPUS sehingga didapatkan informasi dalam

bentuk laporan.

2. Tepat waktu (timelines)

Seharusnya informasi yang dihasilkan oleh SIMPUS dikirim ke Dinas

Kesehatan Kota setiap tanggal 5 setiap bulannya, akan tetapi dalam

pelaksanaannya pernah juga terjadi keterlambatan pengiriman informasi akibat

dari pengumpulan data yang tidak tepat waktu, kemudian petugas tetap menunggu

(32)

menjadi terlambat dan pada akhirnya informasi yang dihasilkan menjadi

terlambat, proses pengiriman juga menjadi tidak tepat waktu.

Hal ini bertolak belakang dengan pernyataan Kusumadewi (2009) bahwa

informasi yang datang pada si penerima tidak boleh terlambat, karena informasi

yang sudah usang tidak akan mempunyai nilai lagi apalagi untuk pengambilan

keputusan. Bila pengambilan keputusan terlambat, maka akan berkibat fatal bagi

organisasi. Dewasa ini, mahalnya informasi disebabkan karena harus cepatnya

informasi tersebut dikirim atau didapat sehingga diperlukan teknologi mutakhir

untuk mendapatkan, mengolah dan mengirimkannya.

3. Relevan (relevance)

Informasi tersebut mempunyai manfaat untuk pemakainya. Relevansi

informasi untuk orang satu dengan yang lain berbeda (Sutabri, 2005). Pada

kenyataannya informasi yang dihasilkan oleh SIMPUS digunakan sebagai salah

satu informasi dalam perencaaan di Puskesmas Sukaramai, Kecamatan Medan

Area, Kota Medan. Peran ini belum terlalu tampak, karena pihak Puskesmas

membuat perencanaan lebih berlandaskan pada panduan yang diberikan oleh

pihak Dinas Kesehatan.

4. Lengkap

Informasi yang dihasilkan oleh SIMPUS belum lengkap, ini disebabkan

karena keterlambatan proses pengumpulan data, kemudian petugas merekap dan

meng-input data dan menunggu sampai data yang terkumpul lengkap, sehingga

(33)

Jika dibandingkan dengan pernyataan Siagian (2000) yaitu informasi yang

mampu mendukung proses pengambilan keputusan adalah paling sedikit 5 (lima)

persyaratan yaitu, lengkap, mutakhir, akurat, dapat dipercaya dan disimpan

sedemikian rupa, maka informasi yang dihasilkan oleh SIMPUS belum mampu

(34)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Pelaksanaan SIMPUS dalam menghasilkan informasi yang digunakan sebagai

dasar pengambilan keputusan di Puskesmas Sukaramai, Kecamatan Medan Area,

Kota Medan masih belum maksimal karena masih ditemukan kendala dalam

pelaksanaannya, yaitu:

1. Petugas SP2TP di Puskesmas Sukaramai belum pernah mendapatkan pelatihan

tentang SIMPUS, data belum terkumpul tepat waktu, serta teknologi komputer

yang masih mengalami gangguan konektivitas sehingga belum memberikan

kemudahan seutuhnya kepada pengguna.

2. Pengumpulan data yang belum tepat waktu oleh pemegang program kepada

petugas SP2TP yang memberikan dampak pada proses pengolahan data yaitu

data yang diolah menjadi tidak tepat waktu.

3. Proses pengumpulan data yang terlambat menyebabkan proses pengolahan data

juga ikut terlambat dan pada akhirnya informasi yang dihasilkan juga menjadi

terlambat.

6.2 Saran

1. Bagi pihak Dinas Kesehatan Kota Medan agar mengupayakan pelatihan

tentang SIMPUS bagi para petugas SP2TP dalam meningkatkan pengetahuan

dan keterampilan.

2. Bagi Kepala Puskesmas Sukaramai agar lebih mengupayakan fungsi

(35)

program untuk lebih disiplin dan tepat waktu dalam mengumpulkan data,

karena proses pengumpulan data yang terlambat akan menyebabkan proses

pengolahan data juga terlambat dan pada akhirnya informasi yang dihasilkan

juga terlambat bahkan bisa menjadi tidak lengkap.

3. Bagi para pemegang program di Puskesmas Sukaramai agar lebih

mengupayakan tindakan disiplin dalam mengumpulkan data kepada petugas

SP2TP di Puskesmas Sukaramai, sehingga data yang dikumpulkan dapat

dikelola, serta informasi yang dihasilkan akurat, tepat waktu, relevan, dan

Gambar

Tabel 4.2 Distribusi Informan Berdasarkan Karateristik
Tabel 4.3 Matriks Pernyataan Informan tentang Pelaksanaan SIMPUS
Tabel 4.5 Matriks Pernyataan Informan tentang Peran Kepala
Tabel 4.6 Matriks Pernyataan Informan tentang Kualitas SIMPUS
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini pada hipotesis pertama diketahui Perkembangan kinerja PT Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Timur Tbk di Samarinda tahun 2010-2012

- Shin-Koto Incineration Plant was developed in order to accommodate waste management in Koto City, where the Japanese government policy to develop waste management

Elles doivent être adéquates, hygiéniques et sans danger selon el contexte local.. Des étagères pour les effets

By seeing the success of source and supply strategy in FP Corporation as one of the best efficiency Source and Supply Management practice in Japan, probably government and

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar dan sikap social siswa kelas X AP 1 di SMK Negeri 1 Kubu dalam pembelajaran PKn. Penelitian ini dilaksnakan

bagaimana menyelaraskan agar organisasi ini tidak bersifat Jawa sentris, karena dilihat dari namanya saja “Tri Koro Dharmo” (Tiga Tujuan Mulia) yang berarti Sakti, Budi, dan

Untuk kronologis menurut pendapat kami, peneliti sudah menjelaskan secara terperinci, hal tersebut dapat dilihat dari: Penjabaran peristiwa dilematis antara

Maka dari itu, percobaan teknik itu, percobaan teknik pembiakan mikroorganisme pembiakan mikroorganisme dan dan penentuan penentuan angka kuman sangat penting