• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL COOPERATIF LEARNING BERB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN MODEL COOPERATIF LEARNING BERB"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL

COOPERATIF LEARNING

BERBASIS VCT UNTUK

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKn DAN SIKAP SOSIAL PADA

SISWA KELAS X AP 1 SMK NEGERI 1 KUBU TAHUN PELAJARAN

2013/2014

OLEH

Drs. I Putu Astika

Guru PKn SMK N 1 Kubu

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar dan sikap social siswa kelas X AP 1 di SMK Negeri 1 Kubu dalam pembelajaran PKn. Penelitian ini dilaksnakan karena terjadi kemerosotan proses pembelajaran di kelas yang Nampak dari rendahnya sikap siswa dalam pembelajaran dan rendahnya hasil belajar siswa. Peneliti sebagai guru di kelas X AP 1 melakukan perbaikan pembelajaran dengan menerapakan Model Cooperatif Learning Berbasis VCT. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X AP 1 yang berjumlah 29 orang siswa. Objek penelitian ini meliputi prestasi belajar dan sikap social siswa. Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Penerapan Model

Cooperatif Learning Berbasis VCT dapat Meningkatkan Prestasi Belajar PKn Siswa Kelas X AP 1 SMK Negeri 1 Kubu Tahun Pelajaran 2015/2016. Secara kuantitatif tampak bahwa pada siklus I rata-rata prestasi belajar siswa 78,8; ketuntasan klasikal 79,3%; meningkat pada siklus II menjadi rata-rata 87,1; ketuntasan klasikal 96,6. Hasil ini menunjukkan terjadi peningkatan prestasi belajar sebesar 10,5%. 2) Penerapan Model Cooperatif Learning Berbasis VCT dapat Meningkatkan Sikap Sosial Siswa Kelas X AP 1 SMK Negeri 1 Kubu Tahun Pelajaran 2015/2016. Secara kuantitatif tampak bahwa pada siklus I rata-rata sikap sosial siswa 80,2; meningkat pada siklus II menjadi rata-rata 89,8. Hasil ini menunjukkan terjadi peningkatan sikap sosial sebesar 11,90%, dan secara kualitatif terjadi peningkatan kualitas sikap sosial siswa dari kategori sedang pada siklus I menjadi tinggi pada siklus II.

Kata-kata kunci : Model Cooperatif Learning Berbasis VCT, Prestasi Belajar PKn dan Sikap Sosial

PENDAHULUAN

Pada era reformasi bangsa Indonesia berjuang menuju tatanan masyarakat, bangsa dan negara yang lebih demokratis, berbudaya dan menghormati hak asasi manusia. Hal ini sesuai dengan apa yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia yaitu tercapainya masyarakat civil (Civil Society) dengan tetap menjadikan Pancasila sebagai landasan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Keadaan yang demikian akan memberikan implikasi bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila bukanlah semata-mata diajarkan sebagai tuntunan perilaku antar individu, tetapi perlu ditekankan sebagai tuntunan perilaku antara individu sebagai warganegara dengan negara.

Sejalan dengan hal tersebut, maka pembelajaran yang cocok untuk mewujudkan

tercapainya masyarakat civil (Civil Society) yang berdasarkan Pancasila adalah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Selain itu, melalui pembelajaran PKn juga diharapkan terbentuknya warganegara Indonesia yang mengetahui dan memahami serta mampu mengamalkan nilai-nilai moral Pancasila dalam berbagai tingkat dan lingkungan kehidupan baik sebagai individu warganegara, organisasi dan bahkan sebagai penyelenggara pemerintahan.

(2)

warganegara yang mampu mengamalkan nilai-nilai moral Pancasila. Tetapi jika melihat realita pembelajaran PKn di sekolah dewasa ini, masih banyak ditemui permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan pemilihan dan penerapan model pembelajaran yang tidak sesuai dengan karakteristik pembelajaran PKn. Seperti misalnya; kecendrungan pembelajaran PKn yang dilakukan oleh guru lebih banyak menekankan pada penguasaan materi yang cukup padat dengan kemampuan berpikir pada tingkat informasi verbal, yaitu kemampuan menghafal, memahami konsep secara terbatas, dan kemampuan memberi ilustrasi/contoh-contoh. Pembelajaran seperti ini disebut sebagai pembelajaran esensialistik.

Pembelajaran esensialistik dimaksudkan untuk membantu siswa lebih memahami materi pelajaran secara optimal, sehingga prestasi belajar mereka meningkat atau mendapat skor nilai yang lebih tinggi dalam tes sumatif akhir semester atau pada ujian akhir. Pembelajaran seperti itu memang baik bagi siswa untuk mendapatkan skor atau nilai yang tinggi, tetapi nilai yang tinggi bukan merupakan tujuan akhir dari pembelajaran PKn. Sesuai visi dan misi serta paradigma baru pembelajaran PKn seperti yang ditegaskan oleh Abijhani (2006), sebagian besar pakar PKn meyakini bahwa keniscayaan kurikuler esensialistik semacam itu dapat menghambat perkembangan modalitas akademik dan modalitas moral-sosial siswa, serta mendistorsi ”genuine concepts” atau ”indigenous science” mereka tentang nasionalisme dan loyalitas sosial yang dibangun dan dikembangkan dari keseharian pengalaman sosial-kulturalnya.

Kondisi seperti itu menyebabkan pengajaran PKn di sekolah menjadi kurang bermakna bagi siswa, serta minat dan motivasi belajar siswa menjadi rendah. Semua itu akan bermuara pada rendahnya prestasi belajar siswa sesuai dengan nilai-moral Pancasila. Ini terungkap berdasarkan hasil ulangan akhir semester ganjil di kelas X AP 1 SMK Negeri 1 Kubu tahun pelajaran 2015/2016. Hasil belajar siswa baru mencapai rata-rata 60 dengan ketuntasan klasikal 65,5% artinya baru 19 orang siswa dari 29 orang siswa yang memiliki nilai di atas 75. KKM yang ditetapkan di SMK Negeri 1 Kubu pada pelajaran PKn di kelas X AP adalah

75. Hasil ini masih jauh dari harapan yang diinginkan dalam pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas secara rinci dapat diidentifikasi beberapa masalah pembelajaran PKn di SMK secara umum yang layak di kedepankan, yaitu: (1) kualitas proses pembelajaran yang rendah karena pariasi/metode mengajar guru kurang, asumsi pembelajaran yang dianut guru salah, tidak adanya dialog kreatif selama pembelajaran berlangsung, layanan pembelajaran individual yang kurang, model pembelajaran yang dianut oleh guru cenderung konvensional, dan (2) kualitas produk yang rendah sebagai akibat dari kurangnya kesempatan belajar dan membelajarkan diri dari peserta didik, sumber belajar yang terbatas pada guru dan buku teks, serta pola evaluasi yang mendewakan tes sebagai instrumennya.

Berdasarkan realitas di atas, maka melalui penelitian ini, urgen ditawarkan suatu pendekatan Coopretarif Learning yang berbasis Value Clarification Technique yang lazim disingkat VCT ditinjau dari sikap sosial siswa (Student Social Attitude). Model Coopretarif Learning yang berbasis VCT ini dalam pengajaran PKn dirasa cukup relevan karena dapat menjadikan siswa lebih kreatif dan aktif. Pembelajaran ini berangkat dari pemilihan Getting Better Together yang menekankan pada pemberian kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif kepada siswa untuk mengembangkan sikap, nilai dan keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.

(3)

dan berkembang secara wajar agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Model Coopretarif Learning yaitu: strategi pembelajaran yang banyak dipengaruhi psikologi belajar kognitif holistik, yang menekankan bahwa belajar pada dasarnya adalah proses berfikir (Sanjaya, 2008) demikian juga psikologi humanistik yang mendasari strategi pembelajaran ini. Ada empat unsur penting dalam Coopretarif Learning yaitu: (1) Adanya peserta dalam kelompok, (2) Adanya aturan kelompok, (3) Adanya upaya belajar setiap anggota kelompok dan (4) Adanya tujuan yang harus dicapai. Menelaah argumentasi di atas, adapun bentuk penelitian yang akan dilakukan difokuskan pada Penerapan Model Cooperatif Learning Berbasis VCT Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar PKn dan Sikap Sosial Pada Siswa Kelas X AP 1 Smk Negeri 1 Kubu Tahun Pelajaran 2015/2016.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bertujuan meningkatkan dan memperbaiki proses pembelajaran di sekolah tempat berlangsungnya penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan colaboratif action research sebagaimana yang dikedepankan oleh Sudijono (2003). Penelitian ini lebih memfokuskan pada masalah yang dikaji dan proses refleksi seperti yang diungkapkan Lasmawan (2003). Rasional dari pemilihan pendekatan action research lebih disandarkan pada jenis data dan fokus masalah yang akan dikaji dalam penelitian yaitu phenomena didaktik metodik yang berintikan pada dinamika sosial yang menuntut sejumlah data dan verifikasi kejadian. Subjek penelitian adalah siswa kelas X AP 1 SMK Negeri 1 Kubu semester dua tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 29 siswa. Objek dari penelitian tindakan kelas ini adalah: (1) peningkatan prestasi belajar dalam pembelajaran PKn yang terjadi pada siswa kelas X AP 1 di SMK Negeri 1 Kubu, dan (2) peningkatan sikap sosial siswa dalam pembelajaran PKn setelah diterapkan model pembelajaran Kooperatif berbasis VCT dalam proses pembelajaran. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) , rencananya akan dilakukan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan.

Gambar 1 Rancangan Penelitian Tindakan Kelas

Data yang dikumpulkan melalui penelitian ini adalah: prestasi belajar dan sikap sosial siswa setelah diimplementasikan model pembelajaran Kooperatif berbasis VCT. Alat pengumpulan data untuk masing-masing jenis data dalam penelitian adalah sebagai berikut. Tabel 1 Jenis Data dan Instrumen Penelitian

N

o Jenis Data

Instrumen Penelitian 1 Prestasi Belajar Tes 2 Sikap Sosial Kuesioner

Siswa dikatakan tuntas jika

X

≥ 75; KK ≥ 85% . Untuk memenuhi kriteria di atas, maka data yang diperoleh harus dikonversi ke dalam skala 100 dengan rumus

Nilai

=

skor yang diperoleh siswa

skor maksimum

x 100%

. Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila sikap sosial siswa berada pada kategori tinggi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan hasil penelitian antara siklus I, dan siklus II dapat dilihat kembali pada prestasi belajar siswa selama siklus I, dan siklus II yang meliputi: 1) sikap sosial, dan 2) prestasi belajar. Perbandingan hasil penelitian antara siklus I, dan siklus II disajikan sebagai berikut.

(4)

belajar ini diberikan pada akhir pembelajaran untuk setiap siklus belajar. Berdasarkan hasil analisis tes prestasi belajar, maka hasil prestasi belajar siswa ditunjukkan pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2 Perbandingan data prestasi belajar

Keteranga n

Siklus

Awal Siklus I Siklus II Nilai

rata-rata siswa 60 78,8 87,1

Kategori Tidak

Kategori TuntasTidak TuntasTidak Tuntas

Profil prestasi belajar pada masing-masing siklus disajikan pada Gambar 4.5 berikut ini.

Awal Siklus I Siklus II 0

Gambar 2 Perbandingan data prestasi belajar siswa

Berdasarkan Tabel 2 dan Gambar 2, secara kuantitatif tampak bahwa pada siklus I rata-rata prestasi belajar siswa 78,8; ketuntasan klasikal 79,3%; meningkat pada siklus II menjadi rata-rata 87,1; ketuntasan klasikal 96,6. Hasil ini menunjukkan terjadi peningkatan prestasi belajar sebesar 10,5%, dan secara kualitatif terjadi peningkatan kualitas prestasi belajar siswa dari kategori tidak tuntas pada siklus I menjadi tuntas pada siklus II. Hasil ini mengindikasikan Penerapan Model Cooperatif

Learning Berbasis VCT dapat Meningkatkan Prestasi Belajar PKn Siswa Kelas X AP 1 tahun pelajaran 2015/2016.

Data tentang sikap sosial siswa dikumpulkan dengan teknik kuesioner, dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner sikap sosial. Lembar kuesioner sikap sosial disebarkan di akhir tiap siklus penelitian. Data tentang sikap sosial siswa dikumpulkan setiap akhir kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis pada masing-msing siklus data sikap sosial disajikan seperti Tabel 3 berikut ini. Tabel 3 Perbandingan data sikap sosial

SIKLUS RATA-RATA KATAGORI

Awal 65,0 Rendah

I 80,2 Sedang

II 89,8 Tinggi

Profil sikap sosial pada masing-masing siklus disajikan pada Gambar 3 berikut ini.

Awal I II

Gambar 3 Perbandingan data sikap sosial siswa

(5)

Kelas X AP 1 SMK Negeri 1 Kubu Tahun Pelajaran 2015/2016.

PENUTUP

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Penerapan Model Cooperatif Learning Berbasis VCT dapat Meningkatkan Prestasi Belajar PKn Siswa Kelas X AP 1 SMK Negeri 1 Kubu Tahun Pelajaran 2015/2016. Secara kuantitatif tampak bahwa pada siklus I rata-rata prestasi belajar siswa 78,8; ketuntasan klasikal 79,3%; meningkat pada siklus II menjadi rata-rata 87,1; ketuntasan klasikal 96,6. Hasil ini menunjukkan terjadi peningkatan prestasi belajar sebesar 10,5%. 2) Penerapan Model Cooperatif Learning Berbasis VCT dapat Meningkatkan Sikap Sosial Siswa Kelas X AP 2 SMK Negeri 1 Kubu Tahun Pelajaran 2015/2016. Secara kuantitatif tampak bahwa pada siklus I rata-rata sikap sosial siswa 80,2; meningkat pada siklus II menjadi rata-rata 89,8. Hasil ini menunjukkan terjadi peningkatan sikap sosial sebesar 11,90%, dan secara kualitatif terjadi peningkatan kualitas sikap sosial siswa dari kategori sedang pada siklus I menjadi tinggi pada siklus II.

DAFTAR PUSTAKA

Abijhani, P.V. 2006. The Social Studies

Breaking Concepts.

http://www.spartan.ac.brocu.ca.com

(diakses tanggal 10 Januari 2006). Lasmawan, W.2003. Pengembangan Model

Jurisprudensi sosial Dalam Pembelajaran.PPKn di SMU Negeri 1 Bangli. Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). Singaraja: Lemlit IKIP Negeri Singraja.

Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Edisi pertama , cetakan ke 4 Kencana Jakarta.

Gambar

Gambar 1 Rancangan
Gambar 3 Perbandingan  data

Referensi

Dokumen terkait

Pada proses pemilihan desain rumah, proses pemilihan ini dilakukan dengan memilih kriteria data-data mengenai desain rumah yang diinginkan oleh user, kemudian dari data

[r]

Pejabat Pengadaan pada Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Musi Banyuasin Tahun Anggaran 2014, telah melaksanakan Proses Evaluasi Kualifikasi

[r]

Ini adalah UnitOp ke-2 yang terdapat pada kasus pertama, cara menampilkan kotak dialog sama seperti di atas dengan double-klik UnitOp tersebut.. Akan muncul kotak dialog seperti

Peserta adalah Badan Usaha Jasa Perencana Non Konstruksi yang memiliki Sertifikat Badan Usaha (SBU) bidang sipil/ sub Bidang Jasa Nasehat/ Pra Desain dan Desain

STUDI PEMBINAAN KETERAMPILAN MENULIS BAGI SISWA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ARAB. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Menurut Komaruddin (1996:235), analisa beban kerja adalah proses untuk menetapkan jumlah jam kerja orang yang digunakan atau dibutuhkan untuk merampungkan suatu pekerjaan dalam