WORK SAMPLING STUDY FORM
Pengamatan Work Idle
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Riduan. Analisa Beban Kerja Dan Jumlah Tenaga Kerja Yang Optimal Pada Bagian Produksi Dengan Pendekatan Metode Work Load Analysis (WLA) Di PT.Surabaya Perdana Rotopack. Teknik Industri, Fakultas
Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Asri, Raras Mayang dan Partiwi, Sri Gunani. 2012, Analisis Beban Kerja untuk Menentukan Jumlah Optimal Karyawan dan Pemetaan Kompetensi Karyawan Bedasarkan Pada Job Description. ITS.
Barnes, R.M. 1996. Motion and Time Study : Design and Measurement of Work. Fifth Edition. New York and London. John Willey and Son.
Salvendy. Gavriel.2012, Human Factors and Ergonomics. John Wiley & Sons Inc. Hoboken, New Jersey
Santoso, Gempur. 2004. Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan. Surabaya : Guna Widya
Septiyana, Diah. 2012. “Evaluasi Beban Kerja Departemen Call Center Dengan Pendekatan Workload Analysis Di PT. R”. Teknik Industri, Universitas
Mercu Buana Jakarta
Singgih, L. Moses, “Analisa Beban Kerja Karyawan Pada Departemen Umum dan Logistik dengan Metode Work Load Analysis di perusahaan Percetakan”, Tugas Akhir, Tekhnik Industri ITS, Surabaya.
Stanton, Neville. 2005 Handbook of Human Factor and Ergonomics Methode.London : CRC Press.
Sutalaksana,I, dkk. 2006. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung : Institut Teknologi Bandung.
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Ergonomi
Ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon yang berarti “kerja” dan nomos yang berarti “hukum alam”. Ergonomi dapat didefinisikan sebagai studi
tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain/perancangan (Nurmianto, 2004)1. Ergonomi ialah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif, aman dan nyaman (Sutalaksana dkk., 1979)2
Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah (Tarwaka, 2004) .
3 1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan
cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
:
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan
1
Eko Nurmianto, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, edisi kedua, Guna Widya, Surabaya, 1998
2
Sutalaksana, I.Z., dkk. 1979. ”Teknik Tata Cara Kerja”. Bandung. 3
meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.
Salah satu tujuan dari ergonomi adalah membuat suatu keadaan ataupun kegiatan menjadi efektif dan efisien yang hasil akhirnya agar dapat meningkatkan produktivitas. Produktivitas dapat dicapai bila ouput yang dihasilkan lebih besar. Dalam ergonomi, mengatasi keluhan MSDs pada pekerja pun merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas, oleh karena itu untuk mengurangi keluhan MSDs yang dirasakan pekerja, perlu diketahui terlebih dahulu sebab dan akibat ari keluhan MSDs tersebut.
3.2. Manusia dan Pekerjaannya4
Menurut (Sutalaksana,1982), sistem kerja yang terdiri atas manusia, bahan, mesin dan peralatan, serta lingkungan kerja baik tunggal maupun sebagai suatu kesatuan akan mempengaruhi hasil kerja. Kriteria yng digunakan untuk mengukur keberhasilan dapat berupa kriteria ongkos, kualitas dan waktu penyelesaian yang berhubungan dengan kuantitas keluaran. Manusia adalah pusat dari sistem itu, baik manusia sebagai pecinta sistem, maupun karena manusia harus berinteraksi dengan sistem guna untuk mengendalikan proses yang sedang berlangsung dalam proses tersebut, maka banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan kerjanya. Faktor tersebut dapat digolongkan menjadi dua kelompok,
yaitu kelompok faktor diri (individual) terdiri dari faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pekerja sendiri dan seringkali sudah ada sebelum pekerja tersebut memasuki lingkungan kerja tersebut. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah aptitude, sifat, sistem nilai, karakteristik fisik, minat, motivasi, usia, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman, dan lain-lain. Kecuali pendidikan dan pengalaman, semua faktor diatas tidak dapat diubah dan kelompok faktor luarterdiri atas faktor-faktor yang hampir sepenuhnya berada di luar diri pekerja dan umumnya dalam penguasaan pimpinan perusahaan untuk mengubahnya. Hampir semua faktor dalam kelompok ini dapat diubah dan diatur. Secara garis besar faktor situasional ini terbadi menjadi faktor-faktor fisik, seperti: mesin, peralatan kerja, bahan, lingkungan kerja, pengawasan, perupahan, lingkungan sosial dan sebagainya.
3.3. Beban Kerja5
Definisi beban kerja menurut beberapa ahli :
Menurut Simamora (1995:57), analisis beban kerja adalah mengidentifikasi baik jumlah karyawan maupun kwalifikasi karyawan yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi.
Menurut Menpan (1997), pengertian beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. Pengukuran beban kerja diartikan sebagai suatu teknik untuk mendapatkan informasi tentang efisiensi dan efektivitas kerja suatu unit organisasi, atau pemegang jabatan yang dilakukan secara sistematis dengan menggunakan teknik analisis jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen lainnya. Lebih lanjut dikemukakan pula, bahwa pengukuran beban kerja merupakan salah satu teknik manajemen untuk mendapatkan informasi jabatan, melalui proses penelitian dan pengkajian yang dilakukan secara analisis. Informasi jabatan tersebut dimaksudkan agar dapat digunakan sebagai alat untuk menyempurnakan aparatur baik di bidang kelembagaan, ketatalaksanaan, dan sumberdaya manusia.
Menurut T. Hani Handoko (1985:135), standar pekerjaan dapat diperoleh dari hasil pengukuran kerja atau penetapan tujuan partisipatip. Teknik pengukuran kerja yang dapat digunakan antara lain: studi waktu, data standar, data waktu standar yang telah ditetapkan sebelumnya, dan pengambilan sampel kerja (work sampling). Penetapan standar kerja dapat dilakukan melalui pembahasan antara manajer dengan para bawahannya, dimana materi pembahasan mencakup sasaran-sasaran pekerjaan, peranannya dalam hubungan dengan pekerjaan-pekerjaan lain, persyaratan-persyaratan organisasi, dan kebutuhan karyawan. Proses penentuan standar kerja seperti ini sering menimbulkan komitmen karyawan, semangat kerja, kepuasan, dan motivasi yang lebih besar. Standar kerja, kadang-kadang juga ditetapkan secara partisipatip dengan pemimpin organisasi buruh, hal ini karena para pemimpin serikat karyawan memahami pentingnya melakukan perundingan tentang standar-standar pelaksanaan berbagai pekerjaan, dan perjanjian-perjanjian hasil perundingan ditulis dalam kontrak kerja.
Menurut Moekijat (1995:58), analisis jabatan memberikan informasi tentang syarat-syarat tenaga kerja secara kualitatif serta jenis-jenis jabatan dan karyawan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas-tugas. Jumlah waktu yang dipergunakan untuk menyelesaikan pekerjaan adalah sama dengan jumlah keempat waktu berikut :
2. Waktu yang digunakan dalam kegiatan-kegiatan yang tidak langsung berhubungan dengan produksi (bukan lingkaran/non-cyclical time).
3. Waktu untuk menghilangkan kelelahan (fatigue time). 4. Waktu untuk keperluan pribadi (personal time).
Jumlah orang yang diperlukan untuk menyelesaikan jabatan/pekerjaan sama dengan jumlah waktu untuk menyelesaikan jabatan/pekerjaan dibagi dengan waktu yang diberikan kepada satu orang. Namun demikian, untuk menentukan jumlah orang yang diperlukan secara lebih tepat, maka jumlah tersebut perlu ditambah dengan prosentase tertentu akibat ketidakhadiran pegawai.
Menurut Irawan, Motik, dan Sakti (1997:63), dalam perencanaan sumberdaya manusia, selain kegiatan analisis jabatan juga diperlukan analisis beban kerja dan analisis kebutuhan tenaga kerja. Beban kerja adalah kapasitas produksi dikalikan waktu sedangkan kebutuhan tenaga kerja adalah beban kerja dibagi dengan rata-rata sumbangan tenaga karyawan perbulan.
kondisi berlebih atau kurang jika dikaitkan dengan beban kerja. Analisis tersebut dapat dilaksanakan jika sudah diketahui beban kerjanya. Dan analisis beban kerja sendiri memberikan arahan tentang produktivitas. Produktivitas kerja dapat digambarkan dalam efisiensi penggunaan tenaga kerja. Di mana tenaga kerja tersebut akan dapat digunakan secara efisien jika jumlah tenaga kerja yang ada seimbang dengan beban kerjanya.
Dari semua uraian pemikiran sebagaimana tersebut di atas, tersirat makna bahwa dalam melaksanakan analis beban kerja diperlukan hal-hal sebagai berikut:
1. Hasil analisis jabatan yang berupa informasi jabatan. 2. Menetapkan jumlah jam kerja per hari.
3. Adanya satuan hasil.
4. Waktu penyelesaian dari tugas-tugas/produk. 5. Adanya standar waktu kerja.
6. Adanya beban kerja yang akan diukur.
7. Perhitungan jumlah pegawai yang dibutuhkan.
3.4. Pengukuran Kerja6
Purnomo.(2004) mengatakan Pengukuran kerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, kebijakan, sasaran, dan tujuan yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi dan misi satu kesatuan organisasi / kerja. Pendapat lain mengatakan pengukuran kerja adalah suatu alat manajemen yang
digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas serta manilai pencapaian tujuan dan sasaran (goals and obyectives). Whittaker (2005)
Pengukuran kerja yang dilakukan secara berkelanjutan memberikan umpan
balik, yang merupakan hal yang penting dalam upaya perbaikan secara terus menerus. Salah satu kriteria pengukuran kerja adalah pengukuran waktu (time study). Pengukuran kerja yang dimaksudkan adalah pengukuran waktu standar
atau waktu baku. Pengertian umum pengukuran kerja adalah suatu aktivitas untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seseorang operator dalam melaksanakan kegiatan kerja dalam kondisi dan tempo kerja yang normal. Proses pengukuran waktu dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu pengukuran waktu secara langsung dan pengukuran waktu secaratidak langsung. Disebut secara langsung karena pengamat berada di tempat di mana objek sedang diamati. Pengamat secara langsung melakukan pengukuran atas waktu kerja yang dibutuhkan oleh seorang operator (obyek pengamatan) dalam menyelesaikan pekerjaannya. Pengukuran secara langsung terdiri dari dua cara, yaitu pengukuran dengan menggunakan stop watch dan sampling kerja. Sedangkan pengukuran waktu secara tidak langsung adalah pengamat tidak berada secara langsung di lokasi (objek) pengukuran. Secara garis besar pengukuran kerja mempunyai peran sangat penting untuk :
a. Memastikan tercapainya rencana kerja yang telah disepakati.
dengan rencana kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja c. Menjadi Alat komunikasi antar bawahan dan pimpinan dalam rangka upaya memperbaiki kinerja organisasi.
3.5. Pengukuran Waktu Kerja (Work Measurement)
Work Measurement merupakan metode untuk mengukur kapasitas kerja,
waktu kerja, standar waktu dan hal lainya yang terkait dengan pengukuran standar kerja. Work measurement memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Penentuan jadwal dan perencanaan kerja. 2. Perencanaan kebutuhan tenaga kerja.
3. Estimasi biaya-biaya untuk upah karyawan / pekerja.
4. Indikasi keluaran / output yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja. 5. Penentuan efektifitas pekerja atau mesin.
Work measurement digunakan untuk menentukan waktu baku yang
di bayar sesuai dengan performance yang ditunjukan oleh pekerja tersebut. Metode ini akan memberikan informasi mengenai pengalokasian sumber daya, prioritas dalam berkomunikasi dan identifikasi kemampuan dan pelatihan yang dibutuhkan oleh karyawan untuk menyelesaikan beban kerja.
Pengukuran waktu dapat dikelompokan menjadi dua kelompok proses besar, yaitu :
1. Pengukuran waktu secara langsung.
Disebut secara langsung karena pengamat berada ditempat dimana objek sedang diamati. Pengamat secara langsung melakukan pengukuran atas waktu kerja yang dibutuhkan oleh seorang operator (objek pengamatan) alam menyelesaikan pekerjaannya. Pengukuran secara langsung terdiri dari dua cara, yaitu pengukuran dengan menggunakan stop-watch dan sampel kerja.
2. Pengukuran waktu secara tidak langsung.
Sedangkan pengukuran waktu secara tidak langsung adalah pengamat tidak berada secara langsung di lokasi (objek) pengukuran sehingga metode pengukuran ini sering disebut dengan PTS (Predetermined Time System).
3.6. Pengukuran Kerja dengan Metode Sampling Kerja (Work Sampling) 7 Sampling kerja atau work sampling adalah suatu teknik untuk mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap aktifitas kerja dari mesin, proses atau pekerja/ operator. Pengukuran kerja dengan metode sampling kerja
diklasifikasikan sebagai pengukuran kerja secara langsung karena pelaksanaan kegiatan pengukuran harus secara langsung di tempat kerja yang diteliti. Bedanya dengan cara jam henti adalah bahwa pada cara sampling pekerjaan pengamat tidak terus menerus berada ditempat pekerjaan melainkan mengamati hanya pada waktu-waktu yang telah ditentukan secara acak.
Teknik sampling kerja ini pertama kali digunakan oleh seorang sarjana Inggris bernama L.H.C Tippet dalam aktifitas penelitiannya di industri tekstil. Selanjutnya cara atau metode sampling kerja ini telah terbukti sangat efektif dan efisien untuk digunakan dalam mengumpulkan informasi mengenai kerja dari mesin atau operator. Dikatakan efetktif karena dengan cepat dan mudah cara ini dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pendayagunaan waktu tenaga kerja, mesin, proses, penentuan waktu longgar (allowance time) yang tersedia untuk satu pekerjaan. Dibandingkan dengan metode kerja yang lain, metode sampling kerja lebih efisien karena informasi yang dikehendaki akan didapatkan dalam waktu relatif lebih singkat dan dengan biaya yang tidak terlalu besar. Secara garis besar metode sampling kerja akan dapat digunakan untuk :
1. Mengukur ratio delay dari tenaga kerja, operator, mesin atau fasilitas kerja lainnya. Sebagai contoh ialah untuk menentukan persentase dari jam atau hari dimana tenaga kerja benar-benar terlibat dalam aktifitas kerja dan persentase dimana sama sekali tidak ada aktifitas kerja yang dilakukan (menganggur atau idle).
3. Menentukan persentase produktif tenaga kerja seperti halnya yang dapat dilaksanakan oleh pengukuran kerja lainnya.
3.6.1 Pelaksanaan Sampling Kerja8
Sebelum melakukan sampling kerja dilakukan langkah-langkah persiapan awal yang terdiri atas pencatatan segala informasi dari semua fasilitas yang ingin diamati serta merencanakan jadwal waktu pengamatan berdasarkan prinsip randomisasi. Setelah itu barulah dilakukan sampling yang terdiri dari tiga langkah yaitu melakukan sampling pendahuluan, uji keseragaman data dan menghitung jumlah kunjungan kerja.
Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang dapat dipertanggungjawabkan secara statistik, langkah-langkah yang dijalankan sebelum sampling dilakukan, yaitu :
1. Penetapan tujuan pengukuran, yaitu untuk apa sampling dilakukan. Hal ini akan menentukan besarnya tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan.
2. Jika sampling dilakukan untuk mendapatkan waktu baku, dilakukan penelitian untuk mengetahui ada tidaknya suatu sistem kerja yang baik, jika belum ada maka dilakukan perbaikan atas kondisi dan cara kerja terlebih dahulu.
3. Dipilih operator yang dapat bekerja normal dan dapat diajak bekerja sama.
4. Dilakukan latihan bagi operator yang dipilih agar bisa dan terbiasa dengan sistem kerja yang dilakukan.
5. Dilakukan pemisahan kegiatan sesuai yang ingin didapatkan sekaligus mendefinisikan kegiatan kerja yang dimaksud.
6. Persiapan peralatan yang diperlukan berupa papan atau lembaran-lembaran pengamatan.
Cara melakukan sampling pengamatan dengan cara sampling pekerjaan terdiri dari tiga langkah yaitu :
1. Dilakukan sampling pendahuluan 2. Uji keseragaman data
3. Dihitung jumlah kunjungan yang diperlukan.
3.6.2 Penentuan Jadwal Waktu Pengamatan Secara Acak (Random)
Pada langkah ini dilakukan sejumlah pengamatan terhadap aktifitas kerja untuk selang waktu yang diambil secara acak. Untuk ini biasanya satu hari kerja dibagi kedalam satuan-satuan waktu yang besarnya ditentukan oleh pengukur. Biasanya panjang satu satuan waktu tidak terlalu panjang. Berdasarkan satu satuan waktu inilah saat-saat kunjungan ditentukan.
Pada tabel bilangan acak, angka-angka pada tabel ini diikuti dua-dua sampai 36 kali. Syaratnya adalah bahwa pasangan-pasangan dua buah bilangan itu besarnya tidak boleh terjadi pengulangan. Berdasarkan waktu yang telah di random tersebut maka pengamatan dilakukan dimana pengamat mengelompokkan kegiatan bekerja dan kegiatan menganggur (idle). Tentu dalam hal ini ditentukan terlebih dahulu defenisi work dan idle itu sendiri.
3.6.3 Rating Factor
Setelah pengukuran berlangsung, pengukur harus mengamati kerja yang ditunjukkan operator. Ketidakwajaran dapat saja terjadi misalnya bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-olah diburu waktu, atau karena menjumpai kesulitan-kesulitan seperti karena kondisi ruangan yang buruk. Sebab-sebab seperti ini mempengaruhi kecepatan kerja yang berakibat terlalu singkat atau terlalu panjangnya waktu penyelesaian. Hal ini jelas tidak diinginkan karena waktu baku yang dicari adalah waktu yang diperoleh dari kondisi dan cara kerja yang baku yang diselesaikan secara wajar.
Biasanya penyesuaian dilakukan dengan mengalikan waktu siklus rata-rata atau waktu elemen rata-rata dengan suatu harga p yang disebut faktor penyesuaian. Besarnya harga p tentunya sedemikian rupa sehingga hasil perkalian yang diperoleh mencerminkan waktu yang sewajarnya atau yang normal. Bila pengukur berpendapat bahwa operapor bekerja di atas normal (terlalu cepat) maka harga p lebih besar dari satu (p1), sebaliknya jiak operator dipandang bekerja di bawah normal maka harga p akan lebih kecil dari satu (p). Seandainya pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan wajar maka harga p nya sama dengan 1 (p=1).
Ada beberapa cara untuk menentukan faktor penyesuaian, yaitu : 1. Cara Shumard
2. Cara Westinghouse
Cara Shumard memberikan patokan-patokan penilaian melalui kelas-kelas kinerja kerja dengan setiap kelas mempunyai nilai sendiri-sendiri seperti pada Tabel 2.1. Pengukur diberi patokan untuk menilai performansi kerja operator menurut kelas-kelas superfast, fast+, fast, fast-, excelent, dan seterusnya.
Seseorang yang dipandang bekerja normal diberi nilai 60, dengan kinerja yang lain dibandingkan untuk menghitung faktor penyesuaian. Bila kinerja seorang operator dinilai excelent maka ia mendapat niali 80, maka faktor penyesuaiannya adalah : p = 80/60 = 1,33
Tabel 3.1. Penyesuaian Menurut Cara Shumard Sumber : Teknik Perancangan Sistem Kerja
Berbeda dengan cara Shumard diatas, cara Westinghouse mengarahkan penilaian pada 4 faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu keterampilan, usaha, kondisi kerja, dan konsisten. Untuk keperluan penyesuaian, keterampilan dibagi menjadi enam kelas dengan cirri-ciri dari setiap kelas sebagai berikut :
Super skill :
3. Tampak seperti telah terlatih dengan sangat baik
4. Gerakan-gerakannya halus tetapi sangat cepat sehingga sangat sulit untuk diikuti.
5. Kadang-kadang terkesan tidak berbeda dengan gerakan-gerakan mesin.
6. Perpindahan dari suatu elemen pekerjaan ke elemen lainnya tidak terlampau terlihat karena lancarnya.
7. Tidak terkesan adanya gerakan-gerakan berfikir dan merencana tentang apa yang dikerjakan.
8. Secara umum dapat dikatakan bahwa pekerja yang bersangkutan adalah pekerja yang sangat baik.
Excelent skill :
1. Percaya pada diri sendiri
2. Tampak cocok dengan pekerjaanya 3. Terlihat telah terlatih baik
4. Bekerjanya teliti dengan tidak banyak melakukan pengukuran atau pemeriksaan lagi.
5. Gerakan-gerakan kerjanya beserta urutan-urutannya dijalankan tanpa kesalahan.
6. Menggunakan peralatan dengan baik.
7. Bekerjanya cepat tanpa mengorbankan mutu 8. Bekerjanya cepat tapi halus
Good skill :
1. Kualitas hasil baik
2. Bekerjanya tampak lebih baik daripada kebanyakan pekerja pada umumnya. 3. Dapat memberi petunjuk-petunjuk pada pekerja lain yang keterampilannya
lebih rendah.
4. Tampak jelas sebagai pekerja yang cakap. 5. Tidak memerlukan banyak pengawasan. 6. Tiada keragu-raguan
7. Bekerjanya stabil
8. Gerakan-gerakannya terkoordinasi dengan baik 9. Gerakan-gerakannya cepat.\
Averange skill :
1. Tampak adanya kepercayaan pada diri sendri 2. Gerakannya cepat tetapi tidak lambat
3. Terlihat adanya pekerjaan-pekerjaan perencanaan. 4. Tampak sebagai pekerja yang cakap.
5. Gerakan-gerakannya cukup menunjukkan tidak ada keragu-raguan. 6. Mengkoordinasi tangan dan pikiran dengan cukup baik
7. Tampak cukup terlatih dan karenanya mengetahui seluk beluk pekerjaannya. 8. Bekerja cukup teliti
Fair skill :
1. Tampak terlatih tetapi belum cukup baik.
2. Mengenal peralatan dan lingkungan secukupnya.
3. Terlihat adanya perencanaan-perencanaan sebelum melakukan gerakan-gerakan.
4. Tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup.
5. Tampaknya seperti tidak cocok dengan pekerjaannya tetapi telah dipekerjakan dibagian itu sejak lama.
6. Mengetahui apa-apa yang dilakukan tapi tampak tidak selalu yakin. 7. Sebagian waktunya terbuang karena kesalahan-kesalahan sendiri.
8. Jika tidak bekerja secara sungguh-sungguh outputnya akan sangat rendah. 9. Biasanya tidak ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-gerakannya.
Poor skill :
1. Tidak bisa mengkoordinasikan tangan dan pikiran. 2. Gerakan-gerakannya kaku
3. Kelihatan ketidakyakinannya pada urutan-urutan gerakan
4. Seperti yang tidak terlatih untuk pekerjaan yang tidak bersangkutan. 5. Tidak terlihat adanya kecocokan antara pekerjaannya.
6. Ragu-ragu dalam melaksanakan gerakan-gerakan kerja. 7. Sering melakukan kesalahan-kesalahan.
9. Tidak bisa mengambil inisyatif sendiri.
Secara keseluruhan tampak pada kelas-kelas diatas bahwa yang membedakan kelas keterampilan seseorang adalah keragu-raguan, ketelitian gerakan, kepercayaan diri, koordinasi, dan irama gerakan. Dengan bagian ini penguku akan lebih terarah dalam menilai kewajaran pekerjadilihat dari segi keterampilannya. Karenanya faktor penyesuaiannya yang nantinya diperoleh dapat lebih objektif.
Untuk usaha atau effort cara Westinghouse membagi juga kelas-kelas dengan ciri-ciri tersendiri. Yang dimaksud usaha disini adalah kesungguhan yang ditunjukkan atau diberikan operator ketika melakukan pekerjaannya. Berikut ini ada enam kelas usaha dengan cirri-cirinya, yaitu :
Excessive effort :
1. Kecepatan sangat berlebihan
2. Usahanya sangat bersungguh-sungguh tetapi dapat membahayakan kesehatannya.
3. Kecepatan yang ditimbulkannya tidak dapat dipertahankan sepanjang hari kerja.
Excellent effort :
1. Jelas terlihat kecepatannya sangat tinggi.
2. Gerakan-gerakan lebih ekonomis daripada operator-operator biasa. 3. Penuh perhatian pada pekerjaanya.
4. Banyak member saran
6. Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu. 7. Tidak bertahan lebih dari beberapa hari
8. Gerakan-gerakan yang salah terjadi jarang sekali. 9. Bekerjanya sangat sistematis.
10. Karena lancarnya, perpindahan dari suatu elemen ke elemen lain tidak terlihat.
Good effort :
1. Bekerja berirama.
2. Saat-saat menganggur sangat sedikit. 3. Penuh perhatian pada pekerjaannya. 4. Sengang pada pekerjaannya.
5. Kecepatannya baik dapat dipertahankan sepanjang hari. 6. Percaya pada kebaikan waktu pengukuran waktu. 7. Menerima saran-saran dan petunjuk dengan senang. 8. Dapat memberi saran-saran dan petunjuk dengan senang. 9. Tempat kerjanya diatur baik dan rapi.
10. Menggunakan alat-alat yang tepat dan baik 11. Memelihara kondisi peralatan dengan baik. Averange effort :
1. Tidak sebaik good, tetapi lebih baik baik dari poor 2. Bekerja dengan stabil
5. Melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan. Fair effort :
1. Saran-saran perbaikan diterima dengan kesal.
2. Kadang-kadang perhatian tidak ditujukan pada pekerjaannya. 3. Kurang sungguh-sungguh.
4. Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya. 5. Terjadi sedikit penyimpangan dari cara kerja baku. 6. Alat-alat yang dipakai tidak selalu yang terbaik.
7. Terlihat adanya kecendrungan kurang perhatian pada pekerjaannya. 8. Sistematika kerjanya sedang-sedang saja.
9. Gerakan-gerakannya tidak terencanya. Poor effort :
1. Banyak membuang-buang waktu.
2. Tidak memperhatikan adanya minat pekerja. 3. Tidak mau menerima saran-saran.
4. Tampak malas dan lambat bekerja.
5. Melakukan gerakan-gerakan yang tidak perlu untuk mengambil alat-alat dan bahan.
6. Tidak peduli pada cocok/baik tidaknya pada peralatan yang dipakai. 7. Mengubah-ubah tata letak tempat kerja yang telah diatur.
8. Set up kerjanya terlihat tidak baik.
Tabel 3.2. Penyesuaian Menurut Westinghouse
Faktor Kelas Lambang Penyesuaian
Keterampilan Sumber : Teknik Perancangan Sistem Kerja
3.6.4. Allowance
Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi menghilangkan rasa fatique, dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan. Ketiganya ini merupakan hal-hal yang secara nyata dibutuhkan oleh pekerja, dan yang selama pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat ataupun dihitung. Karenanya sesuai pengukuran dan setelah mendapatkan waktu normal, kelonggaran perlu ditambahkan.
Langkah pertama menentukan kelonggaran dalam perhitungan waktu baku adalah menentukan besarnya kelonggaran untuk ketiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa kelelahan, dan hambatan yang tidak terhindarkan.
Tabel 3.3. Besarnya Kelonggaran Berdasarkan Faktor-faktor yang Berpengaruh
Faktor Contoh Pekerjaan Ekivalen Beban
Kelonggaran (%) Pria Wanita A. Tenaga yang dikeluarkan
1. Dapat diabaikan 2. Sangat ringan
Mengayun palu yang berat Memanggul beban
2. Berdiri diatas dua kaki 3. Berdiri diatas satu kaki 4. Berbaring
5. Membungkuk
Bekerja duduk, ringan Badan tegak, ditumpu dua kaki Satu kaki mengerjakan alat control
Pada bagian sisi, belakang atau depan badan Badan dibungkukkan bertumpu pada kedua kaki
4. Pada anggota-anggota badan terbatas
5. Seluruh anggota badan terbatas
Ayunan bebas dari palu Ayunan terbatas dari palu
Membawa beban berat dengan satu tangan Bekerja dengan tangan diatas kepala
Bekerja dilorong pertambangan yang sempit
0 0-5 0-5 5-10
Tabel 3.3. Besarnya Kelonggaran Berdasarkan Faktor-faktor yang Berpengaruh (Lanjutan)
D. Kelelahan mata *
1. Pandangan yang terputus-putus
2. Pandangan yang hampir terus menerus
3. Pandangan terus menerus dengan focus tetap
4. Pandangan terus menerus dengan focus berubah-ubah 5.Pandangan terus menerus
dengan konsentrasi tinggi dan focus tetap
6.Pandangan terus menerus dengan konsentrasi tinggi dan focus berubah-ubah
Membawa alat ukur
Pekerjaan-pekerjaan yang teliti
Pemeriksaan yang sangat teliti
Memeriksa cacat-cacat pada kain
Pencahayaan
E. Keadaan suhu tempat kerja **
F. Keadaan atmosfer *** 1.Baik
2.Cukup
3.Kurang baik
4.Buruk
Ruang yang berventilasi baik, udara segar Ventilasi kurang baik, ada bau-bauan
Adanya debu-debuan beracun atau tidak
beracun tetapi banyak adanya bau-bauan yang
berbahaya yang mengaharuskan
G. Keadaan lingkungan yang kurang baik 1.Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah 2.Siklus kerja berulang-ulang antara 5-10 detik 3.Siklus kerja berulang-ulang antara 0-5 detik 4.Sangat bising
5.Jika faktor-faktor berpengaruh dapat menurunkan kualitas 6.Terasa adanya getaran lantai
Keadaan-keadaan yang luar biasa (bunyi, kebersihan, dll)
0
* Kontras antara warna hendaknya diperhatikan ** Tergantung juga pada keadaan ventilasi
*** Dipengaruhi juga oleh ketinggian tempat kerja dari permukaan laut dan keadaan iklim
Catatan pelengkap : Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi bagi: Pria = 0-2,5% Wanita = 2-5 % 3.6.5. Perhitungan Persentase Waktu Produktif dan Uji Keseragaman Data
Perhitungan persentase waktu produktif bertujuan untuk mengetahui persentase waktu yang digunakan masing-masing karyawan untuk bekerja selama jam kerja berlangsung. Persentase waktu produktif dapat diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Uji keseragaman data bisa dilaksanakan dengan cara visual dan/ atau mengaplikasikan peta kontrol (control chart). Uji keseragaman data secara visual dapat dilakukan dengan mudah dan cepat dengan melihat data yang terkumpul dan mengidentifikasikan data yang terlalu ekstrim. Data ekstrim adalah data yang terlalu besar atau terlalu kecil dan jauh menyimpang dari trend rata-ratanya. Data terlalu ekstrim dibuang dan tidak dimasukkan dalam perhitungan selanjutnya.
seragam yaitu berasal dari sistem sebab yang berbeda, jika berada diluar batas kontrol.
Dimana:
p = persentase waktu produktif rata-rata operator
n = jumlah pengamatan yang dilaksanakan per siklus waktu kerja Tingkat kepercayaam 68% memiliki harga k = 1
Tingkat kepercayaan 95% memiliki harga k = 2 Tingkat kepercayaan 99% memiliki harga k = 3
3.6.6. Penentuan Jumlah Pengamatan yang Diperlukan9
9
Wignjosoebroto, Sritomo.2006. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu.Jurusan Teknik Industri ITS. Untuk mengetahui jumlah pengamatan yang dilakukan telah mencukupi atau belum maka dilakukan uji kecukupan data. Banyaknya pengamatan yang harus dilakukan dalam sampling kerja akan dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu :
Dengan asumsi bahwa terjadinya kegiatan seorang operator saat bekerja atau menganggur mengikuti pola distribusi normal. Untuk mendapatkan jumlah pengamatan yang harus dilakukan dapat dicari dengan rumus :
Dimana : N’ = Jumlah pengamatan yang harus dilakukan untuk sampling kerja S = Tingkat ketelitian yang dikehendaki
P = Persentase waktu produktif yang diamati
k = Harga indeks yang besarnya tergantung pada tingkat kepercayaan yang diambil.
Tingkat kepercayaam 68% memiliki harga k = 1 Tingkat kepercayaan 95% memiliki harga k = 2 Tingkat kepercayaan 99% memiliki harga k = 3
Untuk menetapkan berapa jumlah pengamatn yang seharusnya dilakukan (N) maka harus diputuskan terlebih dahulu berapa tingkat kepercayaan
(convidende level) dan derajat ketelitian (degree of accuracy) untuk pengukuran kerja tersebut. Didalam aktifitas pengukuran kerja biasanya akan diambil 95% convidence level dan 5% degree of accuracy. Hal ini berarti bahwa
sehingga data bisa memberikan tingkat keyakinan dan ketelitian yang sesuai dengan yang diharapkan.
3.6.7. Penentuan Tingkat Ketelitian Hasil Pengamatan
Setelah studi secara lengkap telah dilakukan, dilakukan perhitungan untuk menentukan apakah hasil pengamatan yang didapatkan bisa dikategorikan cukup teliti. Untuk itu cara yang dipakai adalah dengan menghitung harga S pada rumus yang sama yaitu :
Dimana : S = Tingkat ketelitian yang dikehendaki p = persentase waktu produktif yang diamati
N = jumlah pengamatan yang telah dilakukan untuk sampling kerja k = harga indeks yang besarnya tergantung pada tingkat kepercayaan
yang diambil
Tingkat kepercayaam 68% memiliki harga k = 1 Tingkat kepercayaan 95% memiliki harga k = 2 Tingkat kepercayaan 99% memiliki harga k = 3
3.7 Work Load Analysis ( WLA )10
kerja yang menunjukkan jumlah-jumlah yang dipekerjakan untuk masing-masing jabatan. Lebih lanjut dikatakan bahwa analisis beban kerja ini dapat digunakan sabagai alat menentukan atau meramalkan kebutuhan tenaga kerja yang sebernanya dibutuhkan sehingga tidak terjadi kesengajaan jumlah.
Beban kerja Menurut Sutalaksana, (1979) dapat dihitung sebagai berikut : Beban kerja = P x ( 1 + RF ) x ( 1 + ALL x 0,01 )
Dimana : RF = performance ALL = allowance P= % produktif
Banyak perusahaan saat ini yang memberi perhatian khusus pada efisiensi, efektifitas, dan produktivitas. Karena dari ketiga hal tersebut perusahaan dapat melihat penggunaan optimal dari sumber daya yang dimiliki serta pencapaiannya terhadap target yang diinginkan perusahaan. Metode workload analysis merupakan gambaran deskriptif dari beban kerja yang dibutuhkan dalam satu unit organisasi. Metode ini memberikan informasi tentang alokasi sumber daya karyawan untuk menyelesaikan beban kerja. Dalam prakteknya, penerapan workload analysis mempunyai beberapa manfaat diantaranya yaitu :
1. Cara strategis untuk menaikkan produktivitas operasional. 2. Menentukan jumlah tenaga kerja operasi secara lebih akurat.
3. Menghitung beban kompensasi yang dibutuhkan, karena dari sini bisa dihitung beban jam lembur yang dibutuhkan oleh tenaga operasional.
pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. Pengukuran beban kerja diartikan sebagai suatu teknik untuk mendapatkan informasi tentang efisiensi dan efektifitas kerja suatu unit organisasi, atau pemegang jabatan yang dilakukan secara sistematis dengan menggunakan teknik analisis jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen lainnya. Lebih lanjut dikemukakan pula, bahwa pengukuran beban kerja merupakan salah satu teknik manajemen untuk mendapatkan informasi jabatan, melalui proses penelitian dan pengkajian yang dilakukan secara analisis. Informasi jabatan tersebut dimaksudkan agar dapat digunakan sebagai alat untuk menyempurnakan aparatur baik di bidang kelembagaan, ketatalaksanaan, dan sumber daya manusia.
Dari uraian-uraian yang telah disebutkan diatas maka metode workload analysis dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menghitung beban kerja pada suatu posisi/sub-posisi; dan juga kebutuhan jumlah orang untuk mengisi posisi/sub posisi tersebut.
Dalam metode ini terdapat tiga hal utama yang akan harus ditentukan yaitu,
1. Menentukan output / keluaran utama dari suatu fungsi / sub-fungsi dan kemudian mengidentifikasi rangkaian aktifitas kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan output tersebut.
3. Menghitung waktu baku yang dibutuhkan untuk menyelesaikan per kelompok tugas tersebut.
Kegunaan dari Work Load Analysis adalah : - Alat Manajemen dalam mengambil keputusan
- Menganalisa beban kerja berdasarkan kegiatan, disiplin yang dibutuhkan pengelokasian tenaga ahli, penempatan staf pada possisi yang mendesak
- Menganalisa proses-proses kerja yang ada dan mencari jalan yang potensial untuk meningkatkan efisien dan efektifitas
- Menyediakan data pendukung dalam meningkat dana progam-progam social, ekonomi dan penelitian
- Memfasilitasi diskusi dan pengkajian ulang yang berhubungan dengan produk hasil
- Proyek yang timbul dari program-program baru/tambahan serta tugas-tugas yang berdasarkan pada beban kerja maupun kekuatan kerja (work force) saat ini dan mendatang
- Menyediakan data untuk mengkorelasikan beban kerja degan kebutuhan personal degan tujuan pengalokasian sumber daya yang lebih komprehensif - Membantu manajer menentukan bagaimana mengurangi kelebihan atau ketidak
seimbangan beban kerja
- Membantu dalam penyusunan kebutuhan pelatihan untuk karyawan
- Merancang disiplin ilmu apa yang dibutuhkan oleh pekerja dimasa yang akan datang
- Membantu pengembangan dan evaluasi dari pengukuran performasi - Menyediakan data pendukung dalam keputusan alokasi sumber daya
- Menghasilkan data base dari proses kerja untuk referensi pada masa yang akan datang
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian merupakan bagian dari penelitian yang di dalamnya membahas mengenai sistematika dan tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan sebelum pembahasan dan pemecahan masalah. Metodologi penelitian dibuat dengan maksud agar pembahasan serta analisa permasalahan menjadi lebih tersusun dan terarah dengan baik.
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Pos Kelas II Medan yang berlokasi di Jalan Pos No. 1 Medan, Sumatera Utara, 20111. Penelitian dilakukan di bagian logistik. Waktu penelitian ini dimulai dari bulan Juni 2013 sampai dengan bulan November 2013.
4.2. Jenis Penelitian
4.4. Instrumen Penelitian 1. Penunjuk Waktu
Penunjuk waktu digunakan untuk melakukan pengukuran waktu kerja terhadap 7 orang karyawan tetap fungsi EMS, Paket Dalam Negeri,Paket Luar Negeri, Bungkus dan Register Paket Besar di PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Pos Kelas II Medan.
2. Lembar pengamatan dan alat tulis
Lembar pengamatan dan alat tulis digunakan pada kegiatan pengamatan waktu kerja 7 orang karyawan tetap fungsi EMS, Paket Dalam Negeri,Paket Luar Negeri, Bungkus dan Register Paket Besar. Adapun lembar pengamatan yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran.
4.5. Populasi dan Sampel
Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah karyawan yang bekerja pada bagian logistik PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Pos Kelas II Medan.
4.6. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir penelitian menggambarkan konsep berpikir dalam melakukan penelitian secara sistematis. Pada penelitian ini yang menjadi inti permasalahan adalah tingginya beban kerja yang dialami oleh para karyawan pada bagian logistik PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Pos Kelas II Medan. Hal ini terjadi dikarenakan jumlah paket atau kiriman yang datang tinggi dan juga dipengaruhi oleh minimnya karyawan yang ada pada bagian logistik PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Pos Kelas II Medan sehingga terjadi kelebihan beban kerja (over capacity). Oleh karena itu untuk mengukur beban kerja dari karyawan dan untuk mengatasi jumlah kurangnya karyawan bagian logistik PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Pos Kelas II Medan menggunakan metode WLA (Work Load Analysis)
4.7. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dalam melakukan pengamatan dan pengumpulan data dilaksanakan dengan urutan kegiatan sebagai berikut.
1. Pengamatan pendahuluan pada bagian logistik PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Pos Kelas II Medan.
Perumusan Masalah
Penetapan Tujuan
Studi Pendahuluan 1. Kondisi PT. Pos Indonesia 2. Informasi pendukung
Data Sekunder 1. Gambaran umum PT Pos Indonesia - Struktur organisasi
- Visi dan misi
- Sejarah PT. Pos Indonesia
Pengolahan Data
I. Perhitungan beban kerja II.Penentuan Jumlah karyawan
Analisis Pemecahan Masalah
Kesimpulan dan Saran
Studi Literatur 1. Metode pemecahan masalah 2. Teori pendukung
Data Primer 1. Data waktu pengamatan
2. Hasil pengamatan work sampling 3. Allowance
Pengumpulan Data
4.8. Sumber Data
Adapun sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang didapat dari hasil wawancara secara langsung untuk mengukur beban kerja. Serta data pengamatan waktu kerja dari setiap bagian yang dipilih.
2. Data Sekunder
Data sekunder berisikan data umum perusahaan yang menyangkut visi, misi, sejarah perusahaan, struktur organisasi dan informasi-informasi lainnya. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara informal secara tidak langsung yang digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang kondisi secara umum yang berlangsung di perusahaan. Setelah data dikumpulkan, dilakukan pengolahan data untuk digunakan sebagai sumber informasi dalam melaksanakan analisa terhadap masalah.
4.9. Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini metode pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Teknik observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung pada objek penelitian.
3. Teknik kepustakaan, yaitu mencatat dan mempelajari data-data yang berasal dari perusahaan serta teori-teori yang berhubungan dengan pemecahan masalah dari berbagai buku yang sesuai dengan permasalahan yang diamati.
4.10. Pengolahan Data
Setelah dilakukan pengumpulan data, baik berupa data primer yaitu data pengukuran beban kerja karyawan bagian logistik dan data pengukuran waktu kerja karyawan bagian logistik. Maupun data sekunder berupa gambaran umum perusahaan maka langkah selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan perhitungan beban kerja dengan metode WLA dan work sampling. Dari beban kerja yang didapat maka dapat ditentukan jumlah karyawan yang dibutuhkan. Langkah-langkah pengolahan data pengukuran beban kerja sebagai berikut:
a. Penjelasan job description tiap jabatan
b. Penentuan aktifitas dan waktu penyelesaian aktifitas tiap posisi jabatan c. Melakukan pengamatan untuk menghitung besarnya persentase produktif
dan non produktif dengan menggunakan metode work sampling. Tahapan dalam melakukan work sampling
1. Mengambil preliminary sample untuk mendapatkan estimasi dari parameter value.
2. Menghitung sample size yang diperlukan
d. Menghitung beban kerja
e. Penentuan jumlah pekerja yang dibutuhkan tiap posisi jabatan yang diperoleh dari pembulatan keatas dari hasil perhitungan besar beban kerja f. Melakukan perbandingan jumlah pegawai awal dan jumlah pegawai
rekomendasi
Penjelasan Job description tiap bagian
Perhitungan besarnya persentase produktif dan non produktif
Penentuan Allowance dan Performance Rating
Perhitungan beban kerja dengan menggunakan WLA
Penentuan jumlah karyawan optimal
Selesai Mulai
Perhitungan Uji Keseragaman Data dan Perhitungan Tingkat Ketelitian
4.11. Analisis Pemecahan Masalah
Semua data yang diperoleh, baik dari pengumpulan data maupun dari hasil pengolahan data mengenai pengukuran beban kerja dengan mengunakan metode WLA dilakukan analisis pemecahan masalah terhadap beban kerja karyawan sehingga dapat diusulkan jumlah karyawan yang dibutuhkan pada bagian logistik PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Pos Kelas II Medan.
4.12. Kesimpulan dan Saran
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini terbagi atas data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengamatan langsung dengan metode work sampling terhadap karyawan tetap bagian EMS, Paket Dalam Negeri,Paket Luar Negeri, Bungkus dan Register Paket Besar di PT. Pos Indonesia (Persero). Pengamatan work sampling ini dilakukan selama 15 hari kerja yang dimulai pada hari Senin, 16 Oktober 2013 sampai dengan hari Jumat, 01 November 2013. Pengamatan dimulai pada pukul 07.30 WIB sampai dengan pukul 15.30 WIB dengan menentukan allowance setiap karyawan terlebih dahulu. Sedangkan pengumpulan data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen perusahaan yang meliputi sejarah perusahaan, gambaran umum perusahaan, struktur organisasi, jumlah karyawan aktual, jam kerja dan uraian tugas pokok masing-masing karyawan.
Tabel 5.1 Tabel Jumlah Karyawan Bagian Logistik
Bagian Jumlah Karyawan
Paket EMS 2
Paket Dalam Negeri 2
Paket Luar Negeri 2
5.1.1. Penentuan Jadwal Pengamatan Work Sampling
Penentuan jadwal pengamatan bertujuan untuk mendapatkan waktu pengamatan secara random yang akan digunakan untuk mengetahui kegiatan kerja yang dilakukan oleh karyawan. Pengamatan dilakukan mulai pukul 07.30 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB (istirahat pukul 12.00-13.00 WIB) kemudian dilanjutkan lagi pada pukul 13.00 WIB sampai dengan pukul 15.30 WIB dengan interval waktu pengamatan selama 5 menit, maka satu hari kerja (7 jam) memiliki 84 satuan waktu. Berikut tabel pengamatan dengan interval waktu 5 menit :
Tabel 5.2. Waktu Pengamatan dengan Interval Waktu 5 Menit
Tabel 5.2. Waktu Pengamatan dengan Interval Waktu 5 Menit (Lanjutan)
Hal ini menunjukkan bahwa jumlah pengamatan dalam satu hari tidak lebih dari 84 kali. Dalam penelitian ini diambil 70 kali pengamatan dalam satu hari secara randomisasi dengan bantuan Microsoft Excel untuk menentukan waktu-waktu pengamatan tersebut.
N = n
=
=
=
Berikut tabel waktu pengamatan terpilih dalam satu hari kerja :
Tabel 5.3. Waktu Pengamatan Terpilih dalam Satu Hari Kerja
Tabel 5.3. Waktu Pengamatan Terpilih dalam Satu Hari Kerja (Lanjutan)
(Sumber : Hasil Randomisasi)
5.1.2. Pengamatan Work Sampling
Pengamatan Work Sampling dilakukan terhadap karyawan tetap bagian EMS, Paket Dalam Negeri,Paket Luar Negeri, Bungkus dan Register Paket Besar
Adapun aktivitas yang termasuk kedalam kategori productive untuk masing-masing karyawan adalah sebagai berikut :
1. Bagian EMS
Aktivitas yang termasuk dalam kategori work pada karyawan bagian EMS adalah :
a. Mengambil kantong paket dari bagian pengolahan b. Membuka dan mensortir kantong paket berdasar daerah c. Membuat PPKP dan PP22A
d. Memproses paket ke bea cukai e. Memberikan paket ke bagian antaran f. Mematikan laporan do (delivery order) 2. Bagian Paket Dalam Negri
Aktivitas yang termasuk dalam kategori work pada karyawan bagian Paket Dalam Negri adalah :
a. Mengambil kantong paket dari bagian pengolahan b. Membuka dan mensortir kantong paket berdasar daerah
c. Memberikan penomoran paket/nomor kota baik lokal dan phase d. Memberikan paket ke bagian antaran
e. Mematikan laporan do (delivery order) 3. Bagian Paket Luar Negri
Aktivitas yang termasuk dalam kategori work pada karyawan bagian Paket Luar Negri adalah :
b. Membuka dan mensortir kantong paket berdasar daerah c. Membuat PPKP dan PP22A
d. Memproses paket ke bea cukai e. Memberikan paket ke bagian antaran f. Mematikan laporan do (delivery order) 4. Bagian Paket Bungkusan
Aktivitas yang termasuk dalam kategori work pada karyawan bagian Paket Bungkusan adalah
a. Mengambil kantong paket dari bagian pengolahan b. Membuka dan mensortir kantong paket berdasar daerah c. Membuat PPKP dan PP22A
d. Memproses paket ke bea cukai e. Memberikan paket ke bagian antaran f. Mematikan laporan do (delivery order)
Aktivitas non produktif (idle) yang dilakukan oleh karyawan bagian EMS, Paket Dalam Negeri,Paket Luar Negeri, Bungkus dan Register Paket Besar
merupakan aktivitas yang berada di luar kategori aktivitas produktif yang dilakukan, seperti menelepon atau menerima telepon yang bersifat pribadi, membaca koran, dsb.
Tabel 5.4. Hasil Pengamatan Work Sampling di Bagian Logistik
Bagian Aktifitas Hari
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Paket Luar Negeri 1
Work 61 60 60 62 61 60 62 62 61 60 62 61 62 62 61 Idle 9 10 10 8 9 10 8 8 9 10 8 9 8 8 9 Total 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 Paket Luar Negeri 2
5.1.3. Penentuan Penentuan Rating Factor
Penentuan rating factor menggunakan metode wastinghouse yang mengarahkan penilaian pada empat faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja. Maka penentuan rating factor sesuai dengan metode wastinghouse untuk masing-masing karyawan dapat dilihat sebagai berikut.
1. Bagian EMS (Pria 1)
Tabel 5.5. Rating Factor Bagian EMS (Pria 1)
No. Rating factor Kategori Nilai
1 Keterampilan Good (C1) 0.06
2 Usaha Good (C1) 0.05
3 Kondisi Kerja Good (C) 0.02
4 Konsistensi Excelent (B) 0.03
Jumlah 0.16
2. Bagian EMS (Pria 2)
Tabel 5.6. Rating Factor Bagian EMS (Pria 2)
No. Rating factor Kategori Nilai
1 Keterampilan Good (C1) 0.06
2 Usaha Good (C1) 0.05
3 Kondisi Kerja Good (C) 0.02
4 Konsistensi Excelent (B) 0.03
3. Bagian Paket Dalam Negri (Pria 1)
Tabel 5.7. Rating Factor Bagian Paket Dalam Negeri (Pria 1)
No. Rating factor Kategori Nilai
1 Keterampilan Good (C1) 0.06
2 Usaha Good (C1) 0.05
3 Kondisi Kerja Good (C) 0.02
4 Konsistensi Good (C) 0.01
Jumlah 0.14
4. Bagian Paket Dalam Negri (Pria 2)
Tabel 5.8. Rating Factor Bagian Paket Dalam Negeri (Pria 2)
No. Rating factor Kategori Nilai
1 Keterampilan Good (C1) 0.06
2 Usaha Good (C1) 0.05
3 Kondisi Kerja Good (C) 0.02
4 Konsistensi Good (C) 0.01
Jumlah 0.14
5. Bagian Paket Luar Negri (Pria 1)
Tabel 5.9. Rating Factor Bagian Paket Luar Negeri (Pria 1)
No. Rating factor Kategori Nilai
1 Keterampilan Good (C1) 0.06
2 Usaha Good (C1) 0.05
3 Kondisi Kerja Good (C) 0.02
4 Konsistensi Excellent (B) 0.03
6. Bagian Paket Luar Negri (Pria 2)
Tabel 5.10. Rating Factor Bagian Paket Luar Negeri (Pria 2)
No. Rating factor Kategori Nilai
1 Keterampilan Good (C1) 0.06
2 Usaha Good (C1) 0.05
3 Kondisi Kerja Good (C) 0.02
4 Konsistensi Excellent (B) 0.03
Jumlah 0.16
7. Bagian Paket Bungkus dan Register
Tabel 5.11. Rating Factor Bagian Paket Bungkus dan Register (Wanita)
No. Rating factor Kategori Nilai
1 Keterampilan Excellent (B2) 0.08
2 Usaha Good (C1) 0.05
3 Kondisi Kerja Good (C) 0.02
4 Konsistensi Excellent (B) 0.03
Jumlah 0.18
5.1.4. Penentuan Allowance (Kelonggaran)
1. Bagian EMS (Pria 1)
Tabel 5.12. Allowance (Kelonggaran) Bagian EMS (Pria 1)
Allowance %
Tenaga yang dikeluarkan 4
Sikap kerja 1
Gerakan kerja 0
Kelelahan mata 4
Keadaan temperatur tempat kerja 0
Keadaan atmosfer 0
Keadaan lingkungan 0
Kebutuhan pribadi 1
Total 10
2. Bagian EMS (Pria 2)
Tabel 5.13. Allowance (Kelonggaran) Bagian EMS (Pria 2)
Allowance %
Tenaga yang dikeluarkan 4
Sikap kerja 1
Gerakan kerja 0
Kelelahan mata 4
Keadaan temperatur tempat kerja 0
Keadaan atmosfer 0
Keadaan lingkungan 0
Kebutuhan pribadi 1
3. Bagian Paket Dalam Negeri (Pria 1)
Tabel 5.14. Allowance (Kelonggaran) Bagian Paket Dalam Negeri (Pria 1)
Allowance %
Tenaga yang dikeluarkan 2
Sikap kerja 1
Gerakan kerja 0
Kelelahan mata 2
Keadaan temperatur tempat kerja 0
Keadaan atmosfer 0
Keadaan lingkungan 0
Kebutuhan pribadi 1
Total 6
4. Bagian Paket Dalam Negeri (Pria 2)
Tabel 5.15. Allowance (Kelonggaran) Bagian Paket Dalam Negeri (Pria 2)
Allowance %
Tenaga yang dikeluarkan 2
Sikap kerja 1
Gerakan kerja 0
Kelelahan mata 2
Keadaan temperatur tempat kerja 0
Keadaan atmosfer 0
Keadaan lingkungan 0
Kebutuhan pribadi 1
5. Bagian Paket Luar Negeri (Pria 1)
Tabel 5.16. Allowance (Kelonggaran) Bagian Paket Luar Negeri (Pria 1)
Allowance %
Tenaga yang dikeluarkan 2
Sikap kerja 1
Gerakan kerja 0
Kelelahan mata 6
Keadaan temperatur tempat kerja 0
Keadaan atmosfer 0
Keadaan lingkungan 0
Kebutuhan pribadi 1
Total 10
6. Bagian Paket Luar Negeri (Pria 2)
Tabel 5.17. Allowance (Kelonggaran) Bagian Paket Luar Negeri (Pria 2)
Allowance %
Tenaga yang dikeluarkan 2
Sikap kerja 1
Gerakan kerja 0
Kelelahan mata 6
Keadaan temperatur tempat kerja 0
Keadaan atmosfer 0
Keadaan lingkungan 0
Kebutuhan pribadi 1
7. Bagian Bungkus dan Register (Wanita)
Tabel 5.18. Allowance (Kelonggaran) Bungkus dan Register (Wanita)
Allowance %
Tenaga yang dikeluarkan 2
Sikap kerja 1
Gerakan kerja 0
Kelelahan mata 4
Keadaan temperatur tempat kerja 0
Keadaan atmosfer 0
Keadaan lingkungan 0
Kebutuhan pribadi 2
Total 9
5.2. Pengolahan Data
5.2.1 Perhitungan Waktu Produktif Karyawan
Perhitungan waktu produktif karyawan dilakukan untuk mengetahui persentase waktu produktif masing-masing karyawan sehingga dapat diketahui rata-rata persentase waktu yang digunakan karywan untuk bekerja selam jam kerja berlangsung. Juga dapat diketahui persentase besarnya aktifitas non-produktif (idle). Persentase waktu produktif karyawan dapat diketahui menggunakan rumus sebagai berikut :
Tabel 5.19. Rekapitulasi Persentase Waktu Produktif Bagian Logistik
Karyawan Aktifitas Hari
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
EMS 1
Work 63 62 63 64 63 62 64 64 63 62 62 63 64 63 62
Idle 7 8 7 6 7 8 6 6 7 8 8 7 6 7 8
Total 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
%p 0.900 0.886 0.900 0.914 0.900 0.886 0.914 0.914 0.900 0.886 0.886 0.900 0.914 0.900 0.886
Rata-rata 0.899
EMS 2
Work 64 65 64 63 65 64 63 64 65 64 65 64 64 63 65
Idle 6 5 6 7 5 6 7 6 5 6 5 6 6 7 5
Total 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
%p 0.914 0.929 0.914 0.900 0.929 0.914 0.900 0.914 0.929 0.914 0.929 0.914 0.914 0.900 0.929
Rata-rata 0.916
Paket Dalam Negeri 1
Work 62 62 63 62 61 63 61 62 61 61 63 62 61 62 63
Idle 8 8 7 8 9 7 9 8 9 9 7 8 9 8 7
Total 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
%p 0.886 0.886 0.900 0.886 0.871 0.900 0.871 0.886 0.871 0.871 0.900 0.886 0.871 0.886 0.900
Tabel 5.19. Rekapitulasi Persentase Waktu Produktif Bagian Logistik (Lanjutan)
Karyawan Aktifitas Hari
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Paket Dalam Negeri 2
Work 63 63 63 61 63 62 61 63 61 62 61 62 62 62 61
Idle 7 7 7 9 7 8 9 7 9 8 9 8 8 8 9
Total 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
%p 0.900 0.900 0.900 0.871 0.900 0.886 0.871 0.900 0.871 0.886 0.871 0.886 0.886 0.886 0.871
Rata-rata 0.886
Paket Luar Negeri 1
Work 61 60 60 62 61 60 62 62 61 60 62 61 62 62 61
Idle 9 10 10 8 9 10 8 8 9 10 8 9 8 8 9
Total 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
%p 0.871 0.857 0.857 0.886 0.871 0.857 0.886 0.886 0.871 0.857 0.886 0.871 0.886 0.886 0.871
Rata-rata 0.873
Paket Luar Negeri 2
Work 62 63 62 63 63 62 62 64 62 63 64 62 64 62 63
Idle 8 7 8 7 7 8 8 6 8 7 6 8 6 8 7
Total 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
%p 0.886 0.900 0.886 0.900 0.900 0.886 0.886 0.914 0.886 0.900 0.914 0.886 0.914 0.886 0.900
Tabel 5.19. Rekapitulasi Persentase Waktu Produktif Bagian Logistik (Lanjutan)
Karyawan Aktifitas Hari
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Bungkus dan Register
Work 64 63 63 64 62 64 63 63 64 64 62 64 62 63 62
Idle 6 7 7 6 8 6 7 7 6 6 8 6 8 7 8
Total 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
%p 0.914 0.900 0.900 0.914 0.886 0.914 0.900 0.900 0.914 0.914 0.886 0.914 0.886 0.900 0.886
5.2.2 Uji Keseragaman Data
Untuk mengetahui apakah data yang dikumpulkan sudah seragam atau belum maka dilakukan uji keseragaman data. Ditandai dengan tidak adanya data yang out of control. Uji keseragaman data pada penelitian ini dilakukan pada tingkat keyakinan 95% karena tingkat kepercayaan peneliti terhadap hasil pengukuran sebesar 95% dan tingkat ketelitian yang menunjukkan penyimpangan maksimal dari hasil pengukuran sebesar 5%. Adapun rumus yang digunakan untuk uji keseragaman data adalah sebagai berikut :
Dimana :
p = produktif rata-rata operator
n = jumlah pengamatan yang dilaksanakan per siklus waktu kerja Berdasarkan rumus diatas maka hasil perhitungan uji keseragaman data masing-masing karyawan adalah sebagai berikut :
Dari data diatas maka peta kontrol uji keseragaman data Bagian EMS (Pria 1) dapat dilihat pada Gambar 5.1.
Gambar 5.1. Peta Kontrol Keseragaman Data Bagian EMS (Pria 1) Berdasarkan perhitungan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa data pengamatan seragam karena berada diantara Batas Kontrol Atas dan Batas Kontrol Bawah.
b. Bagian EMS (Pria 2)
Gambar 5.2. Peta Kontrol Keseragaman Data Bagian EMS (Pria 2) Berdasarkan perhitungan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa data pengamatan seragam karena berada diantara Batas Kontrol Atas dan Batas Kontrol Bawah.
c. Paket Dalam Negeri (Pria 1)
Dari data diatas maka peta kontrol uji keseragaman data Paket Dalam Negeri (Pria 1) dapat dilihat pada Gambar 5.3.
Berdasarkan perhitungan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa data pengamatan seragam karena berada diantara Batas Kontrol Atas dan Batas Kontrol Bawah.
d. Paket Dalam Negeri (Pria 2)
Dari data diatas maka peta kontrol uji keseragaman data Paket Dalam Negeri (Pria 2) dapat dilihat pada Gambar 5.4
Gambar 5.4. Peta Kontrol Keseragaman Data Paket Dalam Negeri (Pria 2) Berdasarkan perhitungan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa data pengamatan seragam karena berada diantara Batas Kontrol Atas dan Batas Kontrol Bawah.
Dari data diatas maka peta kontrol uji keseragaman data Paket Luar Negeri (Pria 1) dapat dilihat pada Gambar 5.5.
Gambar 5.5. Peta Kontrol Keseragaman Data Paket Luar Negeri (Pria 1) Berdasarkan perhitungan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa data pengamatan seragam karena berada diantara Batas Kontrol Atas dan Batas Kontrol Bawah.
f. Paket Luar Negeri (Pria 2)
Gambar 5.6. Peta Kontrol Keseragaman Data Paket Luar Negeri (Pria 2) Berdasarkan perhitungan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa data pengamatan seragam karena berada diantara Batas Kontrol Atas dan Batas Kontrol Bawah.
g. Bagian Bungkus dan Register (Wanita)
Dari data diatas maka peta kontrol uji keseragaman data Bagian Bungkus dan Register (Wanita) dapat dilihat pada Gambar 5.7.
Berdasarkan perhitungan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa data pengamatan seragam karena berada diantara Batas Kontrol Atas dan Batas Kontrol Bawah.
5.2.3 Uji Kecukupan Data
Untuk mengetahui apakah data yang dikumpulkan telah mencukupi atau belum maka dilakukan uji kecukupan data. Jika N’ > N maka data belum mencukupi sehingga harus dilakukan pengamatan lagi hingga data telah mencukupi. Adapun rumus yang digunakan untuk uji kecukupan data adalah sebagai berikut :
Dimana : N’ = Jumlah pengamatan yang harus dilakukan untuk sampling kerja S = Tingkat ketelitian yang dikehendaki (bentuk desimal)
P = Produktif karyawan rata-rata (bentuk desimal)
k = Harga indeks yang besarnya tergantung pada tingkat kepercayaan
Untuk bagian EMS
nilai N’ < N atau 179,661 < 1050 maka data telah mencukupi.
Tabel 5.20 Hasil Uji Kecukupan Data Masing-masing Karyawan
Karyawan %p N N' Keterangan
EMS (Pria 1) 0.899 1050 179.661 Cukup
EMS (Pria 2) 0.916 1050 146.362 Cukup
Paket Dalam Negri (Pria 1) 0.885 1050 208.396 Cukup Paket Dalam Negri (Pria 2) 0.886 1050 206.452 Cukup Paket Luar Negeri (Pria 1) 0.873 1050 232.061 Cukup Paket Luar Negeri (Pria 2) 0.896 1050 185.335 Cukup Bungkus dan Register (Wanita) 0.902 1050 185.335 Cukup
5.2.4 Perhitungan Tingkat Ketelitian Hasil Pengamatan
Setelah studi secara lengkap dilakukan, suatu perhitungan akan dibuat untuk menentukan apakah hasil pengamatan yang didapatkan bisa dikategorikan cukup teliti. Adapun perhitungan tingkat ketelitian pengamatan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :
Dimana : S = Tingkat ketelitian yang dikehendaki
p = persentase produktif rata-rata karyawan (dalam bentuk decimal) N = jumlah pengamatan yang telah dilakukan untuk sampling kerja k = harga indeks yang besarnya tergantung pada tingkat kepercayaan
Nilai S = ±2,13 % atau lebih kecil dari 5% yaitu tingkat ketelitian yang dikehendaki, maka pengamatan yang telah dilakukan sebanyak 1050 kali jauh lebih teliti dari syarat ketelitian yang ditetapkan sebelumnya.
5.2.5 Perhitungan Beban Kerja
Setelah melakukan uji kecukupan data langkah selanjutnya yaitu melakukan perhitungan beban kerja fisik dari para karyawan, perhitungan beban kerja fisik karyawan dipengaruhi oleh rating factor dan allowance. Beban kerja dikatakan normal dan tidak perlu adanya penangulangan apabila nilai dari beban kerja berada pada rentang 70%-100%. Berikut perhitungan beban kerja fisik dari para karyawan.
Beban kerja = P x ( 1 + RF ) x ( 1 + ALL )
Dimana : P = Produktif rata-rata karyawan ( bentuk desimal) RF = Rating Factor
ALL= Allowance
Sehingga di peroleh hasil perhitungan untuk beban kerja. Dibawah ini merupakan contoh perhitungan beban kerja untuk bagian EMS(Pria 1)
Beban kerja = 0,899 x ( 1 + 0,16 ) x ( 1 + 10 x 0,01 ) = 1,1471 ≈ 114
Berdasarkan dari perhitungan beban kerja diatas, karyawan bagian EMS 1 tergolong dalam beban kerja berlebih dan perlu dilakukan tindakan.
Tabel 5.21. Rekapitulasi Total Beban Kerja Karyawan Bagian Logistik di PT POS
Indonesia Kantor Pos Kelas II Medan
Bagian Produktif % Beban Kerja %
EMS (Pria 1) 0.899 1.1471
EMS (Pria 2) 0.916 1.1691
Paket Dalam Negri (Pria 1) 0.885 1.0691 Paket Dalam Negri (Pria 2) 0.886 1.0703 Paket Luar Negeri (Pria 1) 0.873 1.1144 Paket Luar Negeri (Pria 2) 0.896 1.1435 Bungkus dan Register (Wanita) 0.902 1.1695
5.2.6 Perhitungan Jumlah Karyawan yang Dibutuhkan 1. Bagian Paket EMS
Rata – rata beban kerja bagian EMS mempunyai beban kerja yang tinggi sehingga diperlukan penambahan karyawan, untuk menentukan jumlah karyawan yang dibutuhkan dapat diformulasikan sbb:
Rata – rata beban kerja pada bagian EMS :
a. Total Beban Kerja = 114,71% + 116,91% = 231,62%
b. Rata –rata Beban Kerja (kondisi riil) = 231,62% / 2 = 115,81% c. Rata –rata Beban Kerja (usulan) = 231,62% / 3
2. Bagian Paket Dalam Negeri
Rata – rata beban kerja bagian paket dalam negeri mempunyai beban kerja yang tinggi sehingga diperlukan penambahan karyawan, untuk menentukan jumlah karyawan yang dibutuhkan dapat diformulasikan sbb:
Rata – rata beban kerja pada bagian paket dalam negeri :
a. Total Beban Kerja = 106,91% + 107,03% = 213,94%
b. Rata –rata Beban Kerja (kondisi riil) = 213,94% / 2 = 106,97% c. Rata –rata Beban Kerja (usulan) = 213,94% / 3
= 71,313% 3. Bagian Paket Luar Negeri
Rata – rata beban kerja bagian paket luar negeri mempunyai beban kerja yang tinggi sehingga diperlukan penambahan karyawan, untuk menentukan jumlah karyawan yang dibutuhkan dapat diformulasikan sbb:
Rata – rata beban kerja pada bagian luar negeri :
a. Total Beban Kerja = 111,44% + 114,35% = 225,79%
4. Bagian Bungkus dan Register
Rata – rata beban kerja bagian paket bungkus dan register mempunyai beban kerja yang tinggi sehingga diperlukan penambahan karyawan, untuk menentukan jumlah karyawan yang dibutuhkan dapat diformulasikan sbb:
Rata – rata beban kerja pada bagian bungkus dan register : a. Total Beban Kerja = 116,95% b. Rata –rata Beban Kerja (kondisi riil) = 116,95% / 1
= 116,95% c. Rata –rata Beban Kerja (usulan) = 116,95% / 2
= 58,475%
Dari perhitungan beban kerja diatas maka jumlah karyawan yang diperlukan untuk tiap bagiannya dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 5.22 Tabel Perhitungan Jumlah Karyawan Tiap Bagian