1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tebu merupakan salah satu tanaman perkebunan yang turut berperan
dalam pembangunan ekonomi nasional dan memberikan kontribusi yang besar
pada sektor perkebunan. Hal ini dikarenakan gula sebagai salah satu kebutuhan
pokok dan sumber kalori bagi masyarakat Indonesia. Disamping itu, komoditas ini
juga mampu menyerap jutaan tenaga kerja dan juga merupakan sumber
penghasilan bagi ratusan ribu keluarga petani (Kencanaputra, 2014).
Produksi tebu dari tahun 2013 hingga 2015 mengalami kenaikan 2,3 %
(2014) dan 6,4 % (2015) dari total produksi sebelumnya, tetapi masih belum
mencukupi kebutuhan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
pengalihan alih fungsi lahan dari yang sebelumnya tebu sekarang menjadi lahan
perkebunan kelapa sawit dan ada juga disebabkan oleh hama dan penyakit
tanaman tebu itu sendiri (BPS Komoditas Perkebunan Tebu, 2015)
Kendala terbesar pada tanaman tebudi Sumatera Utara adalah serangan
hamadari spesies penggerek batang yakniChilo sacchariphagus, C. auricilius,Sesamia inferens dan Phragmatoeciacastaneae (Untung, 1996).
Penggerek batang tebu bergaris (Chilo sacchariphagusBoj.) adalah hama
yang sangat berbahaya pada pertanaman tebu karena hama ini menyerang
tanaman tebu dari awal tumbuh hingga panen dengan larva pada stadia awal
hingga akhir (Murthy & Rajeshwari, 2011).
Upaya pemanfaatan parasitoid di Indonesia sebagai agens biokontrol
dalam pengendalian hayati hama telah banyak dilakukan karena pemanfaatan
parasitoid sangat efektif dalam pertanian berkelanjutan (Herlina, 2012).
2
Pengendalian hama dengan menggunakan insektisida tidak direkomendasikan
karena kebiasaan hama ini yang hidup bersembunyi sehingga penggunaan
insektisida tidak efektif (Soma & Ganeshan, 1988).
Trichogramma merupakan famili yang terkenal sebagai agens pengendali
hayati berbagai serangga hama. Genera yang terkenal sebagai parasitoid telur
adalah Trichogramma dan Trichogrammatoidea. Pemanfaatan parasitoid telur ini telah lama dilakukan dalam bidang pertanian dan kehutanan. Pemanfaatan
Trichogramma dalam skala besar difokuskan pada tanaman pangan dan tanaman industri (Li, 1994).
Trichogramma sangat susah untuk di identifikasi karena memiliki ukuran yang sangat kecil dan memiliki banyak macam-macam karakter morfologi yang
berbeda. Demikianlah,adanya perbedaan karakteristik seperti warna tubuh dan
ukuran dan panjang bulu-bulu yang memberi bentuk tubuh, siklus, suhu ideal dan
inang dewasa yang diparasitnya (Agritech, 2012).
Perkembangbiakan melalui inang utama yaitu telur Chilo sp sulit untuk
ditemukan dipertanaman tebu maka dari itu adanya inang alternatif yang
digunakan dalam perkembangbiakan Trichogramma spp. Pada perbanyakan
massal Trichogramma spp. ini biasanya digunakan inang alternatif, yaitu telur serangga hama gudang yang dapat tersedia sepanjang waktu. Salah satu spesies
serangga hama yang dapat digunakan sebagai inang alternatif dan telah banyak
digunakan di Indonesia adalah Corcyra cephalonica (Alba, 1989). Dalam
perkembangan ini menggunakan telur Corcyra cephalonica karena lebih mudah
dan lebih murah. Mudah dalam anti bahwa perbanyakan Trichogramma sp. dapat
dilakukan dengan metode sederhana antara lain dengan menggunakan inang
3
alternatif. Murah berarti bahwa makanan serangga inang alternatif mudah
didapatkan serta dengan harga yang terjangkau (Herlinda, 2002).
Selain itu, Trichogramma menyukai telur yang baru diletakkan yaitu yang
berumur sekitar satu sampai tiga hari karena embrio di dalamnya belum
berkembang (Jervis & Kidd, 1996). Salah satu cara untuk mengatasi masalah
tersebut adalah menghambat proses embrionisasi telur sebelum proses parasitasi,
antara lain dengan menggunakan sinar ultraviolet (Goldstein et al., 1983).
Adanya kendala dalam perbanyakan Trichogramma spp dari segi biaya
dan tingginya kebutuhan pias starter Trichogramma di perkebunan Sei Semayang
yang beberapa tahun terakhir diserang oleh hama Chilo sacchariphagus. Oleh
karena itu, dilakukanlah penelitian perbanyakan Trcihogramma spp (Hymenoptera: Trichogrammatidae) dengan perbandingan jumlah pias starter dan
pias inang serta lama penyinaran sinar Ultra Violet di laboratorium untuk
mendapatkan perbandingan yang efektif antara jumlah starter dan jumlah pias
inangnya dalam proses pembiakan massal Trichogramma.
Tujuan penelitian
Untuk mendapatkan perbandingan jumlah pias dan lama penyinaran yang
efektif dalam perbanyakan Trichogramma.
Hipotesis Penelitian
Adanya perbandingan jumlah pias dan lama penyinaran yang efektif dalam
perbanyakan Trichogramma tersebut.
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
4
2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.