• Tidak ada hasil yang ditemukan

POST SC

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "POST SC"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan laporan kasus individu yang berjudul ” Asuhan Kebidanan Pada Ny”I” P1011 Post Sectio Saesaria Hari Ke 2 Dengan Nyeri Jahitan Di Ruang Nifas RS Syuhada’ Haji Kota Blitar Tahun 2017” tepat pada waktunya.

Makalah ini dapat diselesaikan dengan adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini saya menyampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada:

1. Direktur RS Syuhada’Haji Kota Blitar

2. Nuryati S.ST selaku C1 dan kepala ruangan di ruang bersalin RS Syuhada’Haji Kota Blitar

3. Siswi Wulandari, S.ST., S.Pd., M.Keb selaku Ketua Prodi DIV Kebidanan Universitas Kadiri

4. Dewi afifi SST, M.Kes selaku Pembimbing Institusi DIV Kebidanan Universitas Kadiri

5. Rekan-rekan praktek dan semua pihak yang telah membantu dan memberikan semangat serta dorongan dalam penyusunan makalah ini

Penulis menyadari makalah masih ini jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan agar penyusunan selanjutnya menjadi lebih baik.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan berkat kepada semua pihak yang telah membantu, dan kita semua selalu dalam rahmat dan lindunganNya

Blitar, Desember 2017

Nola Vita Yanthy Fongiman

(2)

Halaman Judul...i

Lembar Pengesahan...ii

Kata Pengantar...iii

Daftar isi...iv

BAB I :Pendahuluan...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Tujuan...3

1.3 Teknik Pengumpulan Data...3

1.4 Sistematika Penulisan...3

BAB II : Tinjauan teori...5

2.1 Konsep Dasar Nifas...5

2.2 Konsep Dasar Sectio Caeseria...12

2.3 Konsep Asuhan Kebidanan...17

BAB 3 : Tinjauan Kasus...19

BAB 4 : Pembahasan...27

BAB 5 : Penutup ...28

5.1 Kesimpulan...28

(3)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Badan kesehatan dunia memperkirakan bahwa angka persalinan dengan Sectio Caesaria (SC) adalah sekitar 10 % sampai 15 %, dari semua proses persalinan negara– negara berkembang. Pada tahun 2003, di Kanada memiliki angka 21 %, Britania Raya 20 % dan Amerika Serikat 23 %, dengan berbagai pertimbangan seringkali SC dilakukan bukan karena komplikasi medis saja, melainkan permintaan dari beberapa pasien dikarenakan tidak ingin mengalami nyeri persalinan normal (Wikipedia, 2009). Dari hasil penelitian Bensons dan Pernolls yang dikutip oleh Fuadi (2008), menjelaskan bahwa angka kesakitan ibu pada tindakan SC lebih tinggi dari pada persalinan normal, dimana angka kematian pada tindakan SC adalah 40-80 setiap 100.000 kelahiran hidup, angka ini menunjukkan resiko 25 kali lebih besar daripada persalinan normal.Angka kesakitan pada post SC lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan normal atau per vagina, sedangkan angka kesakitan pralahir, pada sectio caesaria jauh lebih rendah dibandingkan dengan persalinan normal atau per vagina (Fuadi, 2008). Kejadian melahirkan SC berisiko mengalami postpartum blues daripada postpartum normal, maka ibu SC perlu dilakukan dukungan fisik dan psikologis dalam pencegahan postpartum blues, dengan alasan lama perawatan SC.

(4)

pembedahan maupun keadaan yang mengindikasikan suatu SC (Chesnut, dalam Mulyono2008).

SC perawatannya lebih lama dibandingkan dengan persalinan normal. Seorang pasien yang baru menjalani SC lebih aman bila diperbolehkan pulang pada hari keempat atau kelima post partum dengan syarat tidak terdapat komplikasi selama masa puerperium. Komplikasi setelah tindakan pembedahan dapat memperpanjang lama perawatan di rumah sakit dan memperlama masa pemulihan bahkan dapat menyebabkan kematian (Cunningham dkk, 2005).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan post SC adalah perawatan luka insisi, tempat perawatan post SC, pemberian cairan, diit, nyeri, kateterisasi, pemberian obat-obatan dan perawatan rutin (Yuni, 2008).

Luka insisi post SC biasanya dapat menimbulkan nyeri. Setiap individu pasti pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri adalah suatu sensori yang tidak menyenangkan dari suatu emosional disertai kerusakan jaringan secara aktual maupun potensial atau kerusakan jaringan secara menyeluruh nyeri merupakan alasan yang paling umum orang mencari perawatan kesehatan. Walaupun merupakan salah satu dari gejala yang paling sering terjadi di bidang medis, nyeri merupakan salah satu yang paling sedikit dipahami. Individu yang merasakan nyeri merasa menderita dan mencari upaya untuk menghilangkannya.

Nyeri post SC adalah nyeri yang di timbulkan oleh luka insisi SC. Pada luka insisi post SC tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (2011). Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Upaya perawat dalam mengatasi nyeri Post SC selama ini yaitu dengan memberikan analgetik untuk megurangi rasa nyeri.

(5)

1.2 Tujuan Penulisan 1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas post sectio saesarea dengan nyeri luka jahitan.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pasien yang meliputi data subjektif dan objektif pada ibu nifas post sectio sesarea dengan nyeri luka jahitan.

2. Mampu menegakkan diagnosa dan masalah data pada ibu nifas ssectio saesarea. 3. Mampu mengantisipasi masalah potensial yang mungkin terjadi pada ibu nifas

sectio saesarea dengan nyeri luka jahitan.

4. Mampu melakukan identifikasi kebutuhan segera terhadap klien jika terjadi masalah pada ibu nifas sectio saesarea dengan nyeri luka jahitan.

5. Mampu maembuat rencana asuhan atau intervensi yang telah dibuat atau implementasi pada ibu nifas sectio saesarea dengan nyeri luka jahitan

6. Mampu melaksanaan rencana asuhan yang telah dibuat

( implementasi) pada ibu nifas sectio saesarea dengan nyeri luka jahitan. 7. Mampu melaksanakan evaluasi yang telah dilakukan dan melakukan asuhan

selanjutnya pada ibu nifas sectio saesarea dengan nyeri luka jahitan.

1.3 Teknik Pengumpulan Data

Metode penulisan yang digunakan dalam proses penyusunan laporan ini adalah :

1. Metode pendekatan deskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan peristiwa dan gejala yang terjadi.

2. Teknik pengumpulan data dan pengidentifikasian data melalui observasi, wawancara, pemeriksaan fisik, studi dokumen dan studi kepustkaan.

3. Sumber data primer dari klien dan data sekunder dari keluarga dan petugas kesehatan.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan ini terdiri dari : Lembar Judul

(6)

Kata Pengantar Daftar Isi

BAB I Pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan, teknik pengumpulan data serta sistematika penulisan.

BAB II Landasan teori meliputi konsep dasar kehamilan dan asuhan kebidanan pada kehamilan.

BAB III Tinjauan kasus meliputi pengkajian data, diagnosa/ masalah, diagnosa potensial, tindakan segera, rencana tindakan dan rasional, pelaksanaan rencana tindakan dan evaluasi.

BAB IV Pembahasan

(7)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 KONSEP DASAR POST PARTUM 2.1.1 Nifas

1. Pengertian

Masa nifas adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil, lamanya 6-8 minggu (Sarwono, 2010).

Masa nifas adalah masa yang di mulai setelah kelahiran plasenta dan ketika berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Manuaba, 2008).

Masa nifas adalah masa yang diperlukan untuk pemulihan alat kandungan dan penanganan komplikasi masa nifas ± 6 minggu (Chapman, 2011).

2. Klasifikasi masa nifas

a. Puerperium Dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

b. Puerperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu

c. Remote Puerperium yaitu waktu yang di perlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.

3. Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas A. Perubahan Fisik

1) Uterus

Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil atau involusi, sehingga pada akhirnya akan kembali seperti sebelum hamil. Ini menunjukkan perubahan-perubahan retrogresif yang sedang terjadi dalam semua organ-organ pada struktur reproduksi (Varney, 2010).

(8)

a) Lochea rubra

Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, vernik kaseosa, mekonium dan hilang pada 2 hari post partum.

b) Lochea sanguinolenta

Berwarna kuning berisi darah dan lendir, hilang pada hari ketiga sampai tujuh post partum.

c) Lochea Serosa

Berwarna kuning, cairan ini tidak berisi darah, hilang pada hari ketujuh sampai 2 minggu post partum.

d) Lochea Alba

Cairan berwarna putih hilang setelah 2 minggu post partum. e) Lochea Purulenta

Cairan yang terkena infeksi seperti nanah berbau busuk. 2) Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus. Setelah persalinan ostium eksterna dapat dimasuki oleh dua hingga tiga jari tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks menutup.

3) Vulva dan Vagina

Vulva dan Vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini berada dalam keadaan kendur. Setelah tiga minggu vulva dan vagina kembali seperti semula.

4) Perineum

Segera setelah melahirkan perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari kelima perineum sudah kembali.

(9)

Perubahan pada payudara meliputi :

a) Kolostrum sudah ada saat persalinan, produksi ASI terjadi pada hari kedua atau hari ketiga setelah persalinan.

b) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi. B. Perubahan Psikologis

Fase-fase yang dilalui pada masa puerperium 1) Fase taking in

Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai hari ke-2 setelah melahirkan pada saat ini fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri dan ibu sering menceritakan pengalaman proses persalinan kelelahannya membuat ibu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya pada fase ini perlu diperhatikan pemberian ekstra proses pemulihannya.

2) Fase talking hold

Fase ini berlangsung antara 3-10 hari. Setelah melahirkan pada fase ini, ibu merasa kuatir akan kemampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi oleh karena ibu memerlukan dukungan. Saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri.

3) Fase taking go

Periode ini umumnya terjadi setelah ibu baru kembali kerumah, ini melibatkan waktu terorganisasi keluarga. Ibu menerima tanggung jawab untuk perawatan bayi baru lahir harus beradaptasi terhadap kebutuhan ketergantungan bayinya dan beradaptasi terhadap penurunan anatomi, kemandirian dan interaksi sosial 2.1.2 Kebutuhan Ibu Nifas

1. Mobilisasi

(10)

diperbolehkan duduk, hari ketiga sudah bisa jalan-jalan, dan hari keempat atau kelima sudah diperbolehkan pulang.

2. Diet

Makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori. Sebaiknya makan-makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.

3. Defekasi

Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obat per oral atau per rektal.

4. Perawatan Payudara (Mammae)

Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu menjadi lemas, tidak keras sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Dianjurkan sekali supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayinya. Perawatan payudara selain untuk menjaga jangan sampai terkena infeksi oleh kuman penyakit dan memeperbanyak bentuk payudara yang baik, juga untuk memberi rangsangan pada kelenjar pembuat air susu.

5. Laktasi

Untuk menghadapi masa laktasi (menyusukan) produksi ASI dapat keluar sesudah 2-3 hari pasca persalinan (www.brestfeeding.com, 21 Juni 2008).

2.1.3 Adaptasi Psikologi Pada Masa Nifas

1. Periode masa nifas merupakan waktu untuk terjadi stress, terutama ibu primipara. 2. Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi menjadi

orang tua.

3. Respon dan support dari keluarga dan teman dekat. 4. Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan yang lalu.

2.1.4 Tujuan Asuhan Masa Nifas

Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas untuk :

1.Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.

(11)

3.Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari.

4.Memberikan pelayanan keluarga berencana.

5.Mendapatkan kesehatan emosi.

2.1.5 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :

1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.

2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.

3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.

4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu

nifas maupun bayinya.

Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjungan masa nifas:

Kunjungan Waktu Asuhan

I 6-8 jam

post partum

Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.

Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.

Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri.

Pemberian ASI awal.

Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir. Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.

(12)

keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan baik.

II 6 hari post partum

Memastikan involusi uterus barjalan dengan normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada

perdarahan abnormal.

Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan. Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.

Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui.

Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.

III 2 minggu post partum

Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan 6 hari post partum.

IV 6 minggu

post partum

Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas. Memberikan konseling KB secara dini.

2.1.6 Komplikasi Masa Nifas 1. Perdarahan Pervaginam

Perdarahan pervaginam yang melebihi 500ml setelah bersalin didefinisikan sebagai perdarahan pasca persalinan, terdapat beberapa masalah mengenai definisi ini. Perkiraaan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang hanya setengah dari biasanya. Darah tersebut bercampur dengan cairan amnion atau dengan urine, darah juga tersebar pada spon, handuk dan kain di dalam ember.

(13)

Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu beberapa jam dan kondisi ini dapat tidak dikenali sampai terjadi syok.Penilaian resiko pada saat antenatal tidak dapat memperkirakan akan terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penanganan aktif kala III sebaiknya dilakukan pada semua wanita yang bersalin karena hal ini dapat menurunkan insiden perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri. Semua ibu pasca bersalin harus dipantau dengan ketat untuk mendiagnosa perdarahan pasca persalinan.

2. Infeksi Masa Nifas

Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah persalinan, Infeksi masa nifas masih merupakanpenyebab tertinggi AKI. Infeksi alat genital merupakan komplikasi masa nifas. Infeksi yang meluas kesaluran urinary, payudara, dan pasca pembedahan merupakan salah satu penyebab terjadinya AKI tinggi. Gejala umum infeksi berupa suhu badan panas, malaise, denyut nadi cepat. Gejala lokal dapat berupa Uterus lembek, kemerahan dan rasa nyeri pada payudara atau adanya disuria.

3. Sakit Kepala, Nyeri Epigastrik, Penglihatan Kabur

Gejala-gejala ini merupakan tanda-tanda terjadinya Eklampsia post partum, bila disertai dengan tekanan darah yang tinggi.

4. Pembengkakan di Wajah atau Ekstrenitas 5. Demam, Muntah, Rasa Sakit Waktu Berkemih

Pada masa nifas dini sensitifitas kandung kemih terhadap tegangan air kemih di dalam vesika sering menurun akibat trauma persalinan serta analgesia epidural atau spinal. Sensasi peregangan kandung kemih juga mungkin berkurang akibat rasa tidak nyaman, yang ditimbulkan oleh epiosomi yang lebar, laserasi, hematom dinding vagina.

6. Payudara yang Berubah Menjadi Merah, Panas, dan Terasa Sakit.

Disebabkan oleh payudara yang tidak disusu secara adekuat, putting susu yang lecet, BH yang terlalu ketat, ibu dengan diet jelek, kurang istirahat, anemia.

7. Kehilangan Nafsu Makan Dalam Waktu Yang Lama.

(14)

mengembalikan tenaga yang hilang. Berikanlah makanan yang sifatnya ringan,karena alat pencernaan perlu istirahat guna memulihkan keadaanya kembali.

8. Rasa sakit,merah,lunak dan pembengkakan di kaki

Selama masa nifas dapat terbentuk thrombus sementara pada vena-vena manapun di pelvis yang mengalami dilatasi.

9. Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan dirinya sendiri.

Penyebabnya adalah kekecewaan emosional bercampur rasa takut yang dialami kebanyakan wanita hamil dan melahirkan, rasa nyeri pada awal masa nifas,kelelahan akibat kurang tidur selama persalinan dan setelah melahirkan, kecemasan akan kemampuannya untuk merawat bayinya setelah meninggalkan rumah sakit, ketakutan akan menjadi tidak menarik lagi.

2.2 KONSEP DASAR SECTIO CAESERIA 2.2.1 Pengertian Cectio Caeseria

Persalianan Sc adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suati insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram ( Prawirohardjo, 2012 )

Persalinan Sc adalah persalinan melalui sayatan pada dinding abdomen dan uterus yang masih utuh dengan berat janin > 1000 gram atau UK > 28 minggu. ( Manuaba, 2012 )

2.2.2 Jenis-jenis sectio caesaria 1. Sectio caesarea transperitoneal

a. Sectio Caesarea kasik atau korporal

Yaitu dengan melakukan sayatan / insisi melintang dari kiri kekanan pada segmen bawah rahim dan diatas tulang kemaluan.

b. Sectio Caesarea Ismika atau profunda

Yaitu melakukan sayatan / insisi melintang dari kiri kekanan pada segmen bawah rahim dan diatas tulang kemaluan

(15)

Yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum abdominal

2.2.3 Indikasi section caeseria 1. Indikasi pada ibu

a. panggul sempit absolute b. tumor jalan lahir

c. nyeri pada luka jahitan d. stenosis serviks atau vagina e. plasenta previa

3. Pada umunya SC tidak dilakukan pada : a. janin mati

b. Syok anemia berat

c. kelainan congenital berat 2.2.4 Komplikasi

1. Pada Ibu

a. Infeksi Puerperalis/nifas bias terjadi dari infeksi ringan yaitu kenaikan suhu beberapa hari saja, sedang yaitu kenaikan suhu lebih tinggi disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung, berat yaitu dengan peritonitis dan ileus paralitik. b. Perdarahan akibat atonia uteri atau banyak pembuluh darah yang terputus dan

terluka pada saat operasi

c. Trauma kandung kemih akbat kandung kemih yang terpotong saat melakukan sectio caesarea.

d. Resiko rupture uteri pada kehamilan berikutnya karena jika pernah mengalami pembedahan pada didind rahim insisi yang dibuat menciptakan garis kelemahan yang sangat berisiko untuk rupture pada persalinan berikutnya. 2. Pada Bayi

1. Dianjurkan jangan hamil selama lebih kurang satu tahun dengan menggunakan kontrasepsi

(16)

3. Dianjurkan untuk persalinan selanjutnya dilakukan di Rumah Sakit besar (lengkap)

2.2.6 Perawatan Post Partum Dengan Post Sc 1. Istirahat

Setelah menjalani SC, istirahat ibu tidak maksimal karena nyeri pada luka operasi. Hal ini terjadi kurang lebih 3 hari post SC

2. Gizi

Makanan harus bermutu dan bergizi, cukup kalori, protein, banyak cairan, sayuran dan buah – buahan. Yang harus dipenuhi saat ibu menyusui adalah mengkonsumsi makanan tambahan 500 kalori tiap hari, makan dengan diet berimbang, minum sedikitnya 3 liter tiap hari, pil zat besi untuk menambah zat gizi (selama 40 hari), minum kapsul vitamin A 200.000 unit.

3. Miksi

Pada ibu yang menjalani SC sejak persiapan operasi sampai 24 post SC terpasang dower cateter.

4. Defekasi

BAB harus ada 3 – 4 hari post partum, bila belum BAB dan terjadi obstipasi apabila berak keras adalah berikan obat laksan peroral atau pareotal

5. Perawatan Payudara

a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama puting susu. b. Menggunakan BH yang menyokong.

c. Bila puting susu lecet oleskan colostrum / ASI yang keluar pada sekitar puting susu tiap kali selesai menyusui.

d. Bila sangat lecet dapat di istirahatkan selama 24 jam, ASI dikeluarkan dan di minumkan dengan menggunakan sendok.

e. Untuk menghilangkan nyeri,ibu dapat minum parasetamol1 tablet selama 4 – 6 jam.

f. Bila payudara bengkak akibat pembendungan ASI lakukan : - Pengompresan payudara.

- Urut payudara dari pangkal menuju puting susu / gunakan sisir untuk mengurut payudara dengan arah Z menuju puting.

2.2.7 Observasi dan perawatan ibu post partum

(17)

a. Pada anestesi lumbal : kesadaran penderita baik, karena ibu dapat mengetahui hampir semua proses persalinan

b. Pada anestesi umum : pulihnya kesadaran oleh ahli telah diatur dengan memberikan O2 di akhir operasi

2. Pengukuran dan pemeriksaan

a. Pengukuran nadi, tekanan darah, temperature dan pernapasan

b. Mengukur TFU dan kontraksi rahim untuk menutup pembuluh darah

c. Memeriksa bising usus yang menandakan berfungsinya usus dengan adanya flatus

d. Perdarahan local pada luka operasi e. Perdarahan pervaginam dengan

- Evaluasi pengeluaran lochea rubra - Atonia uteri meningkatkan perdarahan - Perdarahan berkepanjangan

3. Profilaksis Antibiotik

Infeksi selalu di perhitungkan dari adanya alat yang kurang steril, sehingga pemberian antibiotika sangat penting untuk menghindari terjadinya sepsis sampai kematian

4. Mobilisasi Penderita

Konsep mobilisasi dini tetap merupakan landasan dasar, karena perawatan mobilisasi dini mempunyai keuntungan :

a. melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi nifas b. mempercepat infolusi alat kandungan

c. melancarkan fungsi gastrointestinal dan alt perkemihan

d. meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme

Setelah ibu sadar, ibu boleh melakukan mobilisasi dini dengan miring kanan kiri , dan apabila ibu tidak pusing dan kondisi ibu baik, mobilisasi bisa dianjurkan dengan duduk, bhkan bisa jalan dengan infus. (Manuaba,2014)

5. Rawat Gabung

(18)

2.3 KONSEP ASUHAN KEBIDANAN

Adalah suatu system dalam perencanaan pelayanan yang menpunyai 7 tahap yaitu pengkajian data, analisa data, diagnosa masalah, diagnosa potensial, tindakan segera, perencanaan asuhan kebidanan, pelaksanaan asuhan kebidanan, dan evaluasi.

1. Pengkajian a. Biodata

Meliputi nama, umur suku bangsa, agama, pendidikan,pekerjaan, penghasilan dan alamat

b. Keluhan utama

Keluhan yang dirasakan oleh klien ketika datang menemeui petugas baik fisik maupun psikis

c. Riwayat Menstruasi

Menarche umur berapa, lamanya, banyaknya darah yang keluar, disminorea, kapan terakhir menstruasi, teratur atau tidak, adakan flour albus.

d. riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

kehamilan dulu cukup bulan atau pernah keguguran, lahir spontan atau dengan tindakan, lahir dimana aiapa yang menolong

e. riwayat penyakit keluarga

untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit keluarga f. Riwayat psikososial

Apakah keluarga terutama suami mendukung ibu mengikuti KB suntik 1 bulan g. Pola pemenuhan Nutrisi

1) nutirsi selam hamil dan setelah melahirkan

2) plaeliminasi, berapa kali, kapan dan bagaimana konsistensinya 3) pola istirahat

(19)

Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi i. pemeriksaan penunjang

pemeriksaan labolatorium 2. Aalisis Diagnosa

Menemukan diagnosa masalah data dikumpulkan dan dikelomp[okan, lalu di identifikasikan, sehingga di dapatkan suatu kesimpulan masalah yang dialami klien. 3. Diagnosa Potensial

masalah yang mungkin timbul dan bila tidak segera diatasi akan mengancam keselamtan kliaen

4. Tindakan segera

Tindakan yang harus secara cepat dan tepat tidak dapat ditunda karena bila terlambat datang menangani akan nerakibat fatal terhadap kesejahterahaan klien

5. Perencanaan

Menyusun rencana, menentukan tujuan dan criteria hasil 6. Pelaksanaan

Dilaksanakan sesuai dengan rencana tindkan yang telah ditetapkan, pelaksanan ini bidan harus secara mandiri dan apabila kasusu memerlukan tindakan diluar rencana dilakukan tindakan kolaborasi.

7. Evaluasi

(20)

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

Tanggal Pengkajian : 11 Desember 2017 Jam:09.00 WIB

Ruang : Nifas

A. Data Subyektif 1. Biodata

Nama Istri : Ny. "M" Nama suami : Tn. "H"

Umur : 29 th Umur : 28 th

Agama : Islam Agama : Islam

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa :Jawa/Indonesia Pendidikan : S1 Pendidikan : S1

Pekerjaan : PNS Pekerjaan : Karyawan

Alamat : Jln Sumba, Blitar 2. Keluhan Utama

Nyeri pada luka jahitan operasi seksio sesarea. 3. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan yang lalu

Tidak pernah menderita penyakit menular (TBC), DM, menurun seperti asma,hipertensi,ibu tidak ada keturunan kembar.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Tidak sedang menderita penyakit menahun seperti DM, menurun seperti asma,hipertensi dan menular seperti TBC, hepatitis.

(21)

Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menahun seperti DM,menurun Teratur / tidak : teratur

Banyaknya : 2-3 x ganti pembalut/ hari Dismenorhoea : tidak

Flour albus : tidak ada

HPHT :17-03-2017

HPL :24-12-2017

b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

NO

c. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas Sekarang 1) Kehamilan

Ini merupakan kehamilan yang ke dua dengan usia kehamilan 38 minggu Gerakan janin pertama dirasakan ibu pada usia 5 bulan. ANC 7 kali di Bidan 4 kali di dokter, Penyuluhan yang didapat Gizi, Tanda persalinan dan tanda bahaya kehamilan.

2) Persalinan

Melahirkan tanggal 9 Desember 2017 pukul 10.00 WIB dengan cara operasi sectio saesaria di RS Syuhada Haji. Jenis kelamin laki-laki, BB : 2900, langsung menangis.

(22)

Ada penyulit masa nifas ibu mengalami nyeri pada luka jahitan. Status Perkawinan : Sah 7. Riwayat Psikososial

Ibu gelisah dan cemas karena nyeri pada luka jahitan. 8. Riwayat Budaya

Selama hamil ibu tidak ada pantangan terhadap makanan tertentu. 9. Pola Kebiasaan Sehari – hari

a. Pola Nutrisi

Saat nifas : Makan3 x sehari/ hari dengan porsi sedang (nasi, sayur bayam, tahu, tempe, ikan)

Minum 7-8 gelas/ hari (tehmanisdan air putih) b. Pola Eliminasi

Saat nifas : BAB 1x/hari (konsistensi lembek) BAK 4-6x/ hari (warna kuning) c. Pola Istirahat/tidur

Saat nifas : Siang jarang Malam 6 jam d. Pola Aktivitas

Saat nifas : Ibu belajar jalan di sekitar kamar, belum menyusui bayinya

e. Pola Personal Hygiene

Saat nifas : Mandi 2x/ hari

Ganti pembalut 2 x/ hari f. Pola Seksual : Tidak dikaji

B. Data Oubjektif

(23)

Kesadaran : composmentis

Kepala :Simetris, tidak ada benjolan, bersih

Muka :tidak pucat, tidak oedem, tidak ada cloasma gravidarum Mata :simetris, konjungtiva tak pucat, sklera tidak kuning Hidung :Simetris, bersih, tidak ada secret, tidak ada polip

Mulut dan gigi:Bersih,lembab, tidak ada stomatitis, tidak caries, lidah bersih, tidak ada tonsillitis

Telinga :Simetris, bersih, tidak ada serumen

Leher :Tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid

Payudara :Simetris, ada hyperpigmentasi areola,putting susu menonjol. Abdomen :Terdapatbekas operasi sectio saesaria horisontal ± 7-10 cm. Genetalia :Ada pengeluaran lochea rubra

Ekstremitas atas & Ekstremitas bawah : Simetris, tidak ada oedem. b. Palpasi

Leher :Tidak ada pembesaran vena jugularis dan tidak ada pembesaran kelenjar thyroid

Payudara :Tidak ada benjolan, ada nyeri tekan, tegang, kolostrum +/+ Abdomen :Kontraksi uterus baik, TFU 1/2 pusat simpisis.

c. Auskultasi:Tidak ada wheezing

d. Perkusi :Reflek patella + / +

e. Pemeriksaa Penunjang

Dilakukan pada tanggal :Kadar HB: 11,2gr%, golongan darah : O 3.2 Interpretasi Data Dasar

(24)

Do : Keadaan umum ibu sedang Kesadaran : Composmentis

TTV : TD : 110/70 mmHg, S : 36,8ºC, N : 94x/m, R : 22x/m Muka : Terlihat kesakitan

Abdomen : Nyeri pada luka jahitan .

3.3Antisipasi Masalah Potensial Infeksi pada luka jahitan

3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera Kolaborasi dengan dokter.

3.5 Intervensi

Tgl : 11 Desember 2017 Jam : 09.20 WIB

DX : P1011 Nifas hari ke 2 seksio sesarea. Tujuan : tidak ada komplikasi

Kriteria hasil:

1. Keadaan umum baik 2. TTV dalam batas normal

TD :120/80 – 140/90 mmHg N :80 – 100x/mnt

(25)

4. Nyeri berkurang atau hilang Intervensi

1. Lakukan komunikasi terapeutik antara petugas kesehatan dengan pasien dan keluarga. Rasional

Dengan melakukan komunikasi terapeutik antara petugas dengan pasien dan keluarga pasien saling percaya dan bisa bekerja sama deanga baik

2. Jelaskan tentang nyeri pada jahitan oprasi dan komplikasinya Rasional

Dengan ibu tahu tentang keadaan ibu, akan lebih mudah lagi dalam pemberian pengobatan selanjutnya

3. Observasi TTV Rasional

TTV untuk mengetahui keadaan umum dan tanda – tanda vital yang normal dalam perkembangan kondisinnya

4. Anjurkan ibu untuk mobilisasi bertahap Rasional

Dengan mobilisasi bertahap dapat mempercepat proses involusio uteri. 5. Anjurkan ibu untuk minum yang banyak dan makan makanan yang bergizi.

Rasional

Makanan yang bergizi dapat membantu meningkatkan produksi ASI dan ibu lebih cepat sehat

6. Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya Rasional

Dengan ibu sering menyusui bayinya maka produksi ASI akan lebih banyak dan memperkuat bounding attecment antara ibu dan bayi.

7. Anjurkan ibu untuk memakai BH yang tidak terlalu ketat Rasional

(26)

8. Anjurkan ibu untuk cukup istirahat Rasional

Dengan istirahat yang cukup ibu akan lebih tenang 9. Ajarkan tentang perawatan luka jahitan

Rasional

Pemahaman yang benar membantu kemandirian ibu dalam merawat luka jahitan 10. Kolaborasi dengan dr.SPOG untuk pemberian terapi

Rasioanal

Mempercepat proses pemulihan .

3.6 Implementasi

Tgl : 11 Desember 2017 Jam : 09.30 WIB

Dx: P1011 Nifas hari ke 2 post sectio saesarea.

1. Melakukan komunikasi terapeutik antara petugas kesehatan dengan pasien dan keluarga pasien

2. Menjelaskan kepada ibu bahwa nyeri pada luka jahitan terjadinya infeksi karena kurangnya perawatan.

3. Mengobservasi TTV

TTV : TD : 110/70 mmHg

S : 36,80C N : 88 x/menit R : 20x/menit 4. Mobilisasi bertahap

Menganjurkan ibu untuk miring kanan, miring kiri. Untuk mempercepat involusi uterus 5. Menganjurkan ibu untuk makan, makanan yang sehat dan bergizi

(27)

7. Menganjurkan ibu untuk tidak memakai BH yang terlalu ketat.

8. Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup seperti tidur yang cukup, tidak melakukan pekerjaan berat

9. Mengajarkan cara perawatan luka jahitan setiap hari yaitu melindungi luka jahitan agar tetap kering

10. Kontrol ke dokter SPOG untuk perawatan luka jahitan dalam 1 kali seminggu.

3.7 Evaluasi

Tanggal : 11 Desember 2017 Jam : 10.00 WIB. S : Ibu mengatakan mengerti dan sudah merawat luka jahitan

Ibu mengatakan perasaannya lebih tenang dan nyeri pada luka jahitan mulai berkurang O :keadaan umum : Baik

TTV :TD :120/80 mmHg

N :84x/mnt

S : 36,2°C

RR : 20x/mnt

A : P1011 Nifas hari ke 2 sectio saesaria dengan nyeri luka jahitan P :

1. Menganjurkan ibu tetap menjaga kebersihan pada luka jahitan. Ibu mengerti tentang anjuran yang diberikan

2. Menganjurkan ibu untuk sering mobilisasi.

Ibu mengerti tentang anjuran yang diberikan dan bersedia melakukannya 3. Menganjurkan ibu untuk terap merawat luka jahitan agar tetap kering.

(28)

4. Menganjurkan ibu makan makanan bergizi.

Ibu mengerti tentang anjuran yang diberikan dan bersedia melakukannya 5. Menganjurkan ibu untuk tetap meminum obat yang diberikan.

Ibu mengerti tentang anjuran yang diberikan dan bersedia melakukannya 6. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.

Ibu mengerti tentang anjuran yang diberikan dan bersedia melakukannya. 7. Menjelaskan tanda bahaya masa nifas.

Ibu mengerti tentang anjuran yang diberikan

8. Menganjurkan ibu untuk kontrol bekas jahitan operasinya ke dr.SPOG Ibu mengerti dan mau mengikuti anjuran yang diberikan.

BAB IV PEMBAHASAN

Pembahasan ini dikelompokkan sesuai langkah-langkah manajemen kebidanan yang meliputi : Pengkajian, identifikasi, diagnosa, masalah, antisipasi masalah potensial, identifikasi kebutuhan segera, intervensi, implementasi dan evaluasi.

(29)

Pada interpretasi data antara teori dan kasus didapatkan tidak terdapat kesenjangan dan sudah sesuiai dengan manajemen. Pada praktek asuhan kebidanan pada Ny “ I “ P1011 post partum hari ke 2 sectio caesarea dengan nyeri luka jahitan, tidak ada kesenjangan antara teori dengan asuhan yang telah diberikan, semua tindakan telah dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada pada teori.

Pada intervensi data tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena pada asuhan kebidanan Ny “ I “ P1011 post partum hari ke 2 sectio caesarea dengan nyeri luka jahitan dilakukan sesuai dengan intervensi pada teori penanganan sectio saesarea dengan luka jahitan. Pada implementasi antara teori dan kasus yang ada tidak terdapat kesenjangan karena semua yang diintervensikan dilaksanakan sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan klien berdasarkan intervensi dan rasional yang telah dibuat karena klien kooperatif. Pada evaluasi antara teori dan kasus yang ada, tidak terdapat kesenjangan yaitu dalam evaluasi ibu mengatakan keadaanya sudah tenang.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Masa nifas adalah masa sesudah melahirkan terhitung dari selesai persalinan samapi pulihnya alat kandungan seperti keadaan sebelum hamil yang lamanya 6 minggu. Persalinan ada 3 macam yaitu :

(30)

g. persalinan dengan tindakan

Persalianan buatan misalnya dengan post Sectio Caesaria yaitu cara pengeluaran bayi dan plasenta melalui insisi perut dan dinding rahim

Tujuan perawatan masa nifas :

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikis

2. Melaksanakan skrining yang komprehensif mendeteksi masalah, mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya

3. Memberika pendidikan kesehatan tentang perawatan, nutrisi, KB dan menyusui 5.2 Saran

1. Mahasiswa

Agar mahasiswa belajar sesuai dengan teori sehingga memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang lebih baik.

2. Institusi

Diharapkan akan dapat membimbing dan mengevaluasi mahasiswa dalam memberikan pelayanan dan penanganan serta perawatan pada ibu nifas.

3. Tenaga kesehatan

Untuk meningkatkan kemampuan dan kietrampilan dengan meningkatkan peran penolong bidan dalam tugasnya sebagai pelaksana pelayanan pada asuhan masa nifas post SC.

4. Pemerintah

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Moctar Rustam, 2011, Sinopsis Obstetri Jilid 1, Jakarta

Mansjoer, Arief, 2008, Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Media Aesculapius, Jakarta

Prawiroharjo, Sarwono, 2009 Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta

Prawiroharjo, Sarwono, 2013, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, edisi

(32)

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Berdasarkan masalah penelitian yang telah ditetapkan maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengalaman ibu tentang nyeri post partum dengan riwayat Sectio Caesarea di

GAMBARAN PELAKSANAAN PERAWATAN LUKA POST OPERASI SECTIO CAESAREA (SC) DAN KEJADIAN INFEKSI.. DI RUANG MAWAR I

menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY R P1A0 POST SECTIO CAESAREA DENGAN INDIKASI PREEKLAMPSIA BERAT (PEB) DI

PENERAPAN KOMBINASI TERAPI GUIDED IMAGERY DAN INHALASI AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA POST PARTUM SECTIO CAESAREA DI RSUD Dr.R.GOETENG

Keluhan yang dialami Ny”P” tentang nyeri pada luka jahitan masih dalam batas normal tidak membutuhkan penanganan khusus, hanya perlu diberikan asuhan kebidanan untuk

Faktor yang berperan dalam kesembuhan luka post sectio caesarea menurut Harmono (2002) adalah: (1) Mikroorganisme penyebab, yaitu mikroorganisme penyebab infeksi luka dapat

Hasil : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 4 hari diperoleh hasil keadaan ibu baik, luka bersih, kering dan tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka jahitan post..

JURNAL KESEHATAN TAMBUSAI 6051 PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP PENURUNAN NYERI DAN PENGELUARAN KOLOSTROM PADA IBU POST PARTUM SECTIO CAESAREA HARI PERTAMA Sefrina Rukmawati1*