• Tidak ada hasil yang ditemukan

52 paper - AHS014 - LD safuan 408-415

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "52 paper - AHS014 - LD safuan 408-415"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH DOSIS PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN

DAN PRODUKSI TANAMAN MELON (Cucumis melo L.)

La Ode Safuan, Laode Sabaruddin, dan Tresjia C. Rakian Jurusan Agroteknologi Faperta Universitas Haluoleo

ABSTRACT

The objective of this research was to determine the effect of liquid organic fertilizer on the growth and production of melon. This research was arranged in a Randomized Block Design (RBD) that consist of six treatments with four replications. The treatments inchiding application of liquid organic fertilizer (B0), 75 l ha-1 (B1), 150 l ha-1 (B2), 225 l ha-1 (B3), 300 l ha-1 (B4), 375 l ha-1 (B5). The observed parameter included leaf area index at the age of 25 and 45 DAP, flowering age of 50%, fruit

diameter (cm), fruit weight (kg), and production (ton ha-1). The result of research showed that there were an effect of liquid organic fertilizer with different volume is very significant to the leaf area index at the age of 20 and 40 days after planting (DAP), and flowering age of 50%. While on the fruit weight had significant effect. The optimum dosage of liquid organic fertilizer on the production of melon was obtained at 275 l ha-1 .

Key words: Effect, Liquid Organic, Growth, Production, Melon

PENDAHULUAN

Tanaman melon (

Cucumis melo

L.) merupakan tanaman semusim yang tumbuh

menjalar. Tanaman melon dikonsumsi sebagai buah segar, dengan kandungan gizi dalam tiap

100 g buah melon dari bagian yang biasa dikonsumsi terdapat energi 23 kalori, protein 0,6 g,

kalsium 17 mg, vitamin A 2,400 IU, vitamin C 30 mg, thiamin 0,045 mg, riboflavin 0,065 mg,

niacin 1,0 mg, karbohidrat 6,0 g, besi 0,4 mg, nicotinamida 0,5 mg, air 93 ml, dan serat 0,4 g

(Samadi,1995). Melon banyak diminati masyarakat karena manfaat yang bisa didapatkan cukup

beragam. Kandungan kalori, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral buah melon banyak

dimanfaatkan untuk terapi kesehatan. Melon berkhasiat membantu sistem pembuangan, anti

kanker, menurunkan resiko stroke dan penyakit jantung, serta mencegah penggumpalan darah

(Prajananta, 2003).

Pengembangan tanaman melon di luar pulau jawa mempunyai kendala kesuburan tanah,

karena lahan pertanian didominasi oleh jenis tanah ultisol yang mempunyai tingkat kesuburan

rendah. Unsur hara makro seperti unsur hara N, P, K ketersediaanya di dalam tanah rendah,

mempunyai kandungan bahan organik yang rendah, sedangkan konsentrasi Fe, Mn dan Al

sangat tinggi sehingga dapat meracuni tanaman (Pietraszewska, 2001). Sementara tanaman

melon membutuhkan unsur hara makro (seperti N, P, K, Mg, S dan Ca) dan mikro (seperti Fe,

Mo, Cu, Zn, Mn, dan Cl) yang seimbang serta pH tanah netral (pH 6,0-7,0). Selanjutnya SOPIB

(2009) melaporkan bahwa tanaman melon membutuhkan 80 – 120 kg N, 60 – 80 kg P

2

O

5

dan

150 – 200 kg K

2

O, sedangkan pertanaman intensif di rumah kaca membutuhkan 400 kg N, 200

kg P

2

O

5

dan 700 kg K

2

O.

Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan kesuburan tana-tanah marginal masam

adalah antara lain melalui upaya perbaikan kesuburan tanah melalui pengapuraan dan

pemupukan baik pupuk organik maupun anorganik. Siswanto

et al.

(2010) melaporkan bahwa

untuk mendapatkan kualitas buah melon terbaik maka diberikan pengapuran, bahan organik dan

kalium. Safuan (2009) melaporkan bahwa dosis bahan organik yang optimal untuk tanaman

melon 12 ton per hektar, pupuk fosfor 114 kg P

2

O

5

per hektar, dan kalium 150 kg K

2

O per

(2)

Jenis pupuk dan waktu pemupukkan akan mempengaruhi produksi dan kualitas buah

melon. Tang

et al

. (2012) mengemukakan bahwa kalium dapat meningkatkan padatan terlarut

total dari buah melon, sedangkan Castelanos

et al

. (2011) mengemukakan bahwa nitrogen yang

berlebihan dapat mengurangi kualitas buah, total padatan terlarut, rongga buah dan mengurangi

bagian yang dapat dimakan. Dalam banyak kasus, nitrogen tidak mempengaruhi sifat-sifat yang

berhubungan dengan kualitas buah seperti kadar padatan terlarut total (Rodriguez

et al.

, 2005).

Selanjutnya Kirnak

et al

. (2005) melaporkan bahwa pada umumnya pemberian N hanya sedikit

atau tidak berpengaruh terhadap padatan terlarut total.

Alternatif untuk memperbaiki kesuburan tanah yaitu dengan melakukan pemupukan.

Pemupukan merupakan penambahan unsur hara pada tanah yang diperlukan oleh tanaman agar

tanah menjadi lebih subur (Hardjowigeno, 2003). Pemupukan dapat dilakukan dengan

menggunakan pupuk organik. Pemberian pupuk organik dapat memperbaiki sifat fisik, kimia

dan biologi tanah. Penggunaan pupuk organik dapat menggemburkan lapisan top soil tanah,

meningkatkan populasi jasad renik, mempertinggi daya serap dan daya simpan air yang pada

akhirnya meningkatkan kesuburan tanah (Sutanto, 2002).

Pemupukan dengan bahan organik secara konvensional mempunyai kendala karena

dibutuhkan dalam jumlah banyak untuk memenuhi kebutuhan tanaman dan memerlukan waktu

lebih lama untuk proses dekomposisi dan mineralisasi bahan organik agar unsur hara yang

terkandung dapat tersedia dan diserap oleh tanaman. Salah satu cara untuk mengatasi masalah

tersebut adalah menggunakan pupuk organik cair. Pemberian pupuk organik cair merupakan

salah satu alternatif lain yang dinilai lebih memungkinkan baik dari segi teknis, ekonomis,

sosial juga lebih menguntungkan bagi lingkungan untuk meningkatkan produksi tanaman

melon. Pupuk organik cair dimaksud merupakan campuran antara larutan katalisator (ecotan)

dengan tinja sapi segar yang diinkubasi selama tujuh hari dengan bantuan aerator. Aerator

berfungsi sebagai penghasil oksigen yang akan dimasukan ke dalam larutan sehingga gas

metana dan amoniak yang terdapat pada tinja sapi segar lambat laun hilang karena proses

oksidasi (Sabaruddin, 2007).

Pupuk organik cair dapat diberikan melalui tanah ataupun disemprotkan melalui daun.

Efektivitas pupuk sebagai sumber unsur hara bagi pertumbuhan tanaman dapat diukur dengan

respon hasil tanaman dan dapat pula melalui serapan unsur hara dari tanaman (Sutjihno, 1988).

Sehubungan dengan hal tersebut maka penggunaan pupuk organik cair sangat diutamakan

dibandingkan dengan penggunaan pupuk buatan terutama untuk mensubtitusi penggunaan

pupuk buatan. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan yang bertujuan untuk mengetahui

pengaruh pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman melon.

BAHAN DAN METODE

Lokasi penelitian berada pada ketinggian tempat 53 m dpl, dengan letak geografis pada

koordinat 04

0

01´56´´LS dan 122

0

33´23´´BT, di Lahan Kelompok Tani Lampareng Kelurahan

Rahandouna, Kecamatan Poasia Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian

dilaksanakan selama tiga bulan, yakni mulai bulan November 2010 sampai dengan Januari

2011.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih melon varietas Amanta (F1),

pupuk organik cair, air, kapur dolomit, furadan 3G, dan mulsa plastik. Alat yang digunakan

pada penelitian ini adalah gembor, handsprayer, cangkul, tugal, pisau, parang, polibag, meteran,

timbangan, kamera, ajir dari bambu, label, tali pengikat, dan alat tulis-menulis.

(3)

Pengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan pacul, pada kondisi tanah cukup

lembab agar pencakulan lebih mudah dilakukan, kemudian digemburkan dan dibersihkan dari

sisa-sisa tanaman dan gulma. Setelah itu dibuat petak-petak unit percobaan dengan ukuran 3 m

x 1,2 m, dan jarak antar petakan 50 cm. Jarak tanam tanaman melon adalah 50 cm x 60 cm.

Setelah pengolahan tanah maka dilakukan pemberian kapur Dolomit dengan dosis 1 t ha

-1

.

Pemberian kapur dilakukan dengan cara menaburkan kapur secara merata ke permukaan

bedengan, kemudian dicangkul agar kapur tercampur secara merata dengan tanah.

Sebelum penanaman, maka dilakukan pembibitan dengan cara benih direndam dengan

air hangat kurang lebih 2 jam kemudian ditiriskan dan ditutup dengan kain basah ±36 jam.

Kemudian benih dipindahkan ke polibag yang telah diisi tanah yang dicampur dengan pupuk

kandang dengan perbandingan 2:1. Bibit melon dipindahkan ke lapangan setelah berdaun 2-4

helai atau tanaman melon telah berusia 12 hari. Sehari Sebelum penanaman, dibuat lubang

tanam dengan tugal kemudian diberi Furadan 3G sebanyak 2 g perlubang tanam. Cara

pemindahan yaitu kantong plastik dibuang secara hati-hati lalu bibit berikut tanahnya ditanam

pada lubang tanam yang telah disediakan.

Pada pembuatan pupuk organik cair diawali dengan menyiapkan alat dan bahan yang

digunakan dalam pembuatan pupuk organik cair seperti: Gentong, Aerator, dan penggaruk.

Sedangkan bahan yang digunakan adalah : Air, Tinja segar sapi, dan Larutan enzim ecotan.

Cara pembuatan pupuk organik cair adalah dengan memasukan air ke dalam gentong sebanyak

50 l, selanjutnya memasukkan tinja segar sapi sebanyak 5 kg dan katalis sebanyak 11, kemudian

aduk merata. Larutan diaerasi dengan menggunakan aerator selama 7 x 24 jam.

Pemberian pupuk organik cair dilakukan sebanyak 2 kali dengan dosis yang sama pada

setiap pemberian, yaitu pertama diberikan pada saat tanaman melon berumur 15 hari sesudah

tanam (HST) dan pupuk kedua diberikan pada umur 30 HST. Cara pemberiannya adalah dengan

menyemprotkan larutan pupuk organik cair yang telah disaring dan diencerkan ke permukaan

daun pada pagi hari sekitar 07.00 WITA dengan dosis sesuai perlakuan.

Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyulaman dan pengendalian gulma.

Penyulaman dilakukan bila dalam waktu 1 minggu setelah tanam bibit tidak menunjukan

pertumbuhan yang normal. Tanaman dicabut beserta akarnya kemudian diganti dengan

bibit/tanaman baru. Hal ini dilakukan pada sore hari agar tanaman dapat lebih beradaptasi

dengan lingkungan barunya. Saat setelah penyulaman tanaman baru dilakukan pengairan.

Pengendalian gulma dilakukan dengan cara manual dengan mencabut setiap ada gulma yang

tumbuh diareal pertanaman. Tanaman melon menghendaki udara yang kering untuk

pertumbuhannya, tetapi tanah harus lembab. Untuk itu dilakukan penyiraman pada tanaman

melon apabila tidak hujan selama 2 hari.

Pada penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap sampel yang telah ditentukan secara acak

sebanyak 50 persen dari jumlah populasi setiap unit percobaan, beberapa parameter yang

diamati :

Luas Daun ditentukan dengan cara mengukur panjang dan lebar maximum daun yang telah

membuka sempurna dengan menggunakan rumus :

(4)

C = Bobot garis tengah kertas

B = Berat kertas contoh

A = Luas kertas contoh

P = Panjang maximum daun tanaman

L = Lebar maximum daun tanaman

Berdasarkan persamaan tersebut maka diperoleh nilai konstanta daun tanaman melon

sebesar 0,7851

2.

Umur berbunga (hari) dihitung pada saat tanaman berbunga 50%

3.

Diameter buah (cm) diukur pada saat panen

4.

Berat buah (g), ditimbang pada saat panen

5.

Produksi buah segar (ton per hektar)

Data hasil pengamatan terhadap variabel pertumbuhan dan produksi dianalisis dengan

sidik ragam untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap variabel yang diamati, apabila hasil

analisi menunjukkan pengaruh nyata pada taraf 0,05, dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil

(BNT) pada taraf nyata 0,05 serta analisis regresi untuk mengetahui dosis optimum pupuk

organik cair terhadap produksi tanaman melon.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Indeks Luas Daun

Pengaruh perlakuan pupuk organik cair terhadap indeks luas daun umur 20 HST dan 40

HST serta hasil uji BNT 0,05 disajikan pada Tabel 1. Hasil uji BNT 0,05 pada Tabel 1

menunjukan bahwa pada saat tanamana melon berumur 20 hari sesudah tanam (HST),

perlakuan pupuk organik cair 375 l ha

-1

(B5) memberikan rata-rata indeks luas daun tertinggi

yang berbeda nyata dengan perlakuan B0, B1, dan B2 (150 l ha

-1

), tetapi tidak berbeda nyata

dengan perlakuan B3 (225 l ha

-1

) dan B4 (300 l ha

-1

). Indeks luas daun terendah adalah pada

tanaman melon yang tidak beri pupuk (B0) yang tidak berbeda nyata dengan indeks luas daun

tanaman melon yang mendapat aplikasi pupuk organik cair sebanyak 75 l ha

-1

(B1).

Tabel 1. Pengaruh perlakuan berbagai dosis pupuk organik cair terhadap indeks luas daun

tanaman melon pada saat tanaman berumur 20 dan 40 hari sesudah tanam

Dosis pupuk organik cair

Nilai Indeks Luas Daun pada saat umur tanaman

20 Hari

40 Hari

(5)

Pada dosis tersebut ketersediaan unsur hara dalam keadaan cukup dan seimbang

sehingga tanaman mampu menyerap unsur hara makro maupun hara mikro untuk menunjang

pertumbuhan tanaman. Unsur tersebut merupakan unsur hara esensial, unsur hara makro (unsur

N, P, K, Ca, S, dan Mg) dan unsur yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit atau unsur hara mikro

(unsur Fe, Na, Zn, Mn, B, Cu dan Cl). Unsur hara makro dan mikro bekerja secara sinergis.

Fungsi suatu unsur akan bagus jika di dukung oleh keberadaan unsur lain dalam jumlah yang

seimbang. Sutedjo (1992) menyatakan bahwa unsur hara makro sangat dibutuhkan untuk

pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang, dan akar sedangkan unsur

hara mikro dibutuhkan untuk penunjang pertumbuhan tanaman.

Rizqiani

et al

. (2007) menyatakan bahwa aplikasi pupuk organik cair sebanyak 10 L ha

-1

dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman Buncis dibandingkan dengan tanpa pupuk organik

cair. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa pupuk organik cair yang diberikan mampu

meningkatkan ketersediaan unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan hara mikro (Mn,

Mo, Fe, Cu, Co, dan B) untuk tanaman. Secara kimia, pupuk organik cair mengandung unsur

hara makro dan mikro, dapat meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK), meningkatkan

katersediaan unsur hara dan meningkatkan proses pelapukan bahan mineral. Secara biologi

pupuk organik cair dapat menjadi sumber makanan bagi mikroorganisme tanah seperti fungi,

bakteri serta mikroorganisme menguntungkan lainnya sehingga perkembangan lebih cepat

(Hadisuwito, 2008)

Apabila tanaman dapat menghasilkan Indeks Luas Daun (ILD) yang tinggi, maka

tanaman tersebut akan dapat menyerap radiasi matahari yang lebih banyak untuk menghasilkan

karbohidrat melalui proses fotosintesis. Menurut Gardner

et al

. (1991) agar diperoleh hasil

panen yang tinggi, tanaman harus dapat menghasilkan ILD yang cukup dengan cepat untuk

menyerap sebagian besar cahaya guna mencapai produksi berat kering maksimum. ILD tersebut

masih lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman kacang tanah yang dapat mencapai 4

sampai 4,5 dan pada jagung 3,9 (Fitter dan Hay, 1998). Sifat tumbuh tanaman melon yang

indeterminat sehingga terus membentuk daun walaupun tanaman telah memasuki taraf generatif

sehingga ILD yang diperoleh terus meningkat.

Umur Tanaman Saat Berbunga dan Produksi Tanaman Melon

Pengaruh perlakuan pupuk organik terhadap rata-rata umur tanaman mulai berbunga

menunjukkan bahwa peningkatan dosis pupuk organik cair yang diaplikasikan kepada tanaman

melon sampai dengan dosis 375 l ha

-1

memberikan pengaruh terhadap percepatan tanaman

memasuki saat berbunga. Hal ini disebabkan karena tanaman yang meperoleh pupuk cair yang

banyak juga memnjukkan pertumbuhan yang lebih cepat, sehingga dapat mencapai fase

berbunga lebih awal jika dibandingkan dengan tanaman melon yang tidak diberi pupuk organik

cair, dan tanaman melon yang memperoleh pupuk organik cair dengan dosis yang lebih rendah.

Hasil uji BNT 0,05 pada Tabel 2, menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik cair 375 l ha

-1

(B5) memberikan rata-rata umur mulai berbunga lebih cepat yang berbeda nyata dengan

perlakuan B0, B1 dan B3, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan B4. Hal ini disebabkan

karena pupuk organik cair mengandung hormon florigen yaitu hormon yang berfungsi

merangsang pembuangaan, sehingga tanaman dapat berbunga lebih cepat dan berbuah lebih

lebat (Listyanto, 2008).

Tabel 2. Pengaruh perlakuan berbadai disis pupuk organik cair terhadap umur berbunga, berat

buah segar dan produksi per hektar anaman melon

(6)

BNT 0,05

0,502

0,123

Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata

berdasarkan uji BNT pada taraf nyata 0,05.

Pengaruh pupuk organik cair terhadap pertumbuhan tanaman melon, juga memberikan

pengaruh yang nyata terhadap hasil buah segar tanaman melon. Hasil uji BNT 0,05 pada Tabel

2, menunjukan bahwa pemberian pupuk organik cair sebanyak 75 l ha

-1

perlakuan (B1)

memberikan rata-rata berat buah segar yang lebih berat (1,69 kg), namun tidak berbeda nyata

dengan perlakuan yang lain, tetapi berbeda nyata dengan hasil buah segar yang dihasilkan oleh

tanaman melon yang tidak memperoleh pupuk organik cair (B0) yang menghasilkan buah

melon yang lebih ringan (1,45 kg) jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

Fotosintesis yang meningkat akan diikuti oleh meningkatnya jumlah fotosintat yang

dibutuhkan didalam metabolisme tanaman mulai dari respirasi, pembentukan sel-sel baru,

sampai penimbunan cadangan makanan (Salisbury dan Ross, 1995). Lebih lanjut sitompul dan

Guritno (1995) menyatakan bahwa dengan bertambahnya jumlah daun maka penyerapan cahaya

akan meningkatkan fotosintat yang dihasilkan. Fotosintat yang dihasilkan inilah yang nantinya

akan dimanfaatkan untuk pertumbuhan generatif tanaman yaitu pembentukan dan pengisian

buah. Keadaan tersebut merupakan pengaruh dari pertambahan jumlah daun dan indeks luas

daun sehingga terjadi peningkatan fotosintat yang kemudian ditranslokasikan ke pembentukan

bunga dan buah. Hal ini sejalan dengan Gardner

et al

. (1991) menyatakan bahwa inventasi hasil

asimilasi selama pertumbuhan dalam periode vegetatif menentukan produktivitas pada tingkat

perkembangan berikutnya. Hasil-hasil asimilasi (fotosintat) pada daun sebagian besar

ditranslokasikan ke tempat terbentuknya bunga dan buah. Jika pertumbuhan melon normal,

maka laju fotosintesis berjalan optimal sehingga hasil asimilasi meningkat. Dengan demikian

maka hasil-hasil asimilat yang ditranslokasikan ke tempat pembentukan bunga dan buah

meningkat.

Gambar 1. Kurva respons hubungan antara produksi buah segar (ton ha

-1

) dengan dosis pupuk

organik cair (L ha

-1

).

Hasil analisis regresi pada Gambar 1, menunjukkan bahwa dosis optimal pupuk organik

cair untuk mendapatkan produksi buah yang maksimal adalah sekita 275 liter per hektar, dan

pada dosis tersebut akan dihasilkan buah melon segar sebanyak 54,09 ton perhektar. Pemberian

pupuk organik cair yang melebihi dosis tersebut akan menyebabkan penurunan produksi

tanaman melon. Hal ini disebabkan karena pemberian pupuk organik yang yang lebih tinggi

cenderung memacu pertumbuhan daun dan komponen vegetatif tanaman lainnya, yang

menunjukkan bahwa partisi hasil fotositat lebih diarahkan untuk memacu pertumbuhan organ

vegetatif tanaman melon. Pengaruh lain sebagai akibat pemberian pupuk organik cair yang

(7)
(8)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1.

Pemberian pupuk organik cair dengan dosis 375 liter perhektar memberikan pengaruh yang

lebih baik terhadap indeks luas daun pada umur 20 dan 40 hari sesudah tanam.

2.

Pemberian pupuk organik cair dengan dosis 375 liter perhektar memberikan pengaruh

mempercepat umur berbunga tanaman melon. .

3.

Pemberian pupuk organik cair dengan dosis 75 liter perhektar memberikan pengaruh yang

lebih baik terhadap hasil buah segar tanaman melon.

4.

Dosis pupuk organik cair yang optimal untuk tanaman melon adalah 275 liter perhektar.

DAFTAR PUSTAKA

Castellanos, M.T., M.J. Cabello, Cartagena, Maria del Carmen, A.M. Tarquis, A. Arce and F.

Ribas, 2011. Growth dynamics and yield of melon as influenced by nitrogen fertilizer.

Sci. Agric. (Piracicaba, Braz.), 96(2): 191-199.

Fitter, A. H. dan R. K. M. Hay. 1998. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Diterjemakan oleh Sry

Andani dan E. D. Purbayanti. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Gardner, E.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan

Herawati. Universitas Indonesia. Press. Jakarta.

Hadi. 2006. Pupuk Organik Cair, Pembuatan dan Aplikasi. Penebar Swadaya.

Hadisuwito, S. 2008. Membuat kompos cair. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Hakim,N., M.Y. Nyakpa,A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.R. Saul, M.A. Diha, E.B. Hong dan

H.H. Bailay. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.

Hardjowigeno,S., 2003

.

Ilmu Tanah

.

Akademika Presindo. Jakarta.

Kirnak, H., D. Higg, C. Kaya and I. Tas, 2005. Effect of irrigation and nitrogen sates on growth,

yield and quality of melon in semiarid regions. Journal of Plant Nutrition, 28: 621-638.

Listyanto. 2008. Pupuk hayati organik cair Bio P 2000Z. PT. Alam Lestari Maju Indonesia. 38

hal.

Prajananta, F., 2003. Melon. Penebar Swadaya. Jakarta.

Purwendro, S dan Nurhidayat. 2007. Mengolah Sampah Untuk Pupuk dan Pestisida Organik.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Raharjo,A., 2000. Melon : Pilih “Ngawi atau Eksklusif. Trubus No. 374 November Th.XXXI :

30-31.0

Rizqiani, N., Ambarwati, E., dan Yuwono, N.W. 2007. Pengaruh Dosis dan Frekuensi

Pemberian Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Buncis (

Phaseolus

vulgaris

L.) Dataran Rendah. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 7. No. 1.

Redaksi Agromedia, 2007. Budidaya Melon. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Rodriguez, J.C., N.L. Shaw, D.J. Cantliffe and Z. Karchi, 2005. Nitrogen fertilization

scheduling of hydroponically grown nd “Galia” melon. Proceeding of the Florida State

Horticultural Society, 118: 106-112.

Sabaruddin, L. 2007. Respon Tanaman Kacang Tanah (

Arachys hypogaea

L.) terhadap

Pemberian Biokultur dan Frekuensi Penyiraman. Laporan Penelitian Program

Pascasarjana Unhalu. Kendari.

Safuan L.O. 2009. Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis Bahan Organik terhadap efektivitas

Pupuk Fosfor dan Kalium pada Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Melon. Lembaga

Penelitian Universitas Halu Oleo, Kendari..

Samadi, B. 1995. Usahatani Melon. Yogyakarta.

Salisburi, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Institit Teknologi Bandung.

Bandung.

(9)

Siswanto, Wisnu B. dan Purwadi. 2010. Karakteristik Lahan untuk Tanaman Melon (

Cucumis

melo

L.) dalam Kaitannya dengan Peningkatan Kadar Gula. Jurnal Pertanian. Mapeta

XII (2): 72-144.

Sitompul, S.M. dan Guritno, B. 1995. Analisis tumbuh Tanaman. Gadjah Mada University

Press. Yogyakarta.

SOPIB,

2009.

Sulfat

of

Potach

and

Melon

Production

.

Group

Fertilizer.

http://www.Tessenderlogroup.com.

Fertilizers@tesenderlo.com.

Sutanto, R., 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius: Yogyakarta.

Sutedjo, MM. K. dan R.B.S Sastroatmodjo, 2002. Mikrobiologi Tanah. PT. Rhineka Cipta.

Jakarta.

Sutjihno. 1988. Pengevaluasian Berbagai pupuk sumber N Berdasarkan Serapan N Padi Sawah.

Penelitian Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian

Tanaman Pangan Bogor.

Tang, M., H. Zhao, Z. Bie, Q. Li, J. Xie, X. Shi, H. Yi and Y. Sun, 2012. Effect of different

potassium levels on growth and quality in two melon cultivars and two growing-seasons.

Journal of Food Agric.and Environment, 10(2): 570-575.

Tjahadi, N., 1989. Bertanam Melon

.

Kanisius. Jakarata.

Wijoyo , M. Padmiarso. 2009. Panduan Praktis Budidaya Melon. Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis keragaman pengaruh pelarut, konsentrasi, dan isolat terhadap zona hambat pada mikroba uji E.. coli Post Hoc Test pelarut untuk mikroba

Laporan Manajemen Proyek Provinsi LMP Provinsi meliputi beberapa bagian, yaitu a Nama Kabupaten, Kecamatan dan Desa, b Kontrak atau Perjanjian Pemberian Bantuan antara Satker

Bagi Marx tujuan akhir dari suatu masyarakat adalah ketiadaan kelas (classless society). Namun sepertinya hal tersebut menghadapi kendala yang tidak mudah. Dalam dialektisismenya,

Maka dari itu makalah ini membahas pembangunan aplikasi pendaftaran yang dapat dilakukan oleh pasien di lokasi klinik maupun melalui peralatan android yang terhubung

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase (%) penyerapan yang efektif dari berbagai konsentrasi yang ditentukan dan tingkat yang paling efektif dengan

Hasil dari analisis ini adalah pembuatan program Sistem Informasi Surat Masuk Dan Keluar RSUD Kudus, dan dapat disimpulkan bahwa dalam perancangan aplikasi

PENGARUH PERAN TUTOR DAN PELATIHAN KERAJINAN ANYAMAN ECENG GONDOK TERHADAP PENGEMBANGAN BERWIRAUSAHA DI PKBM BINA MANDIRI CIPAGERAN (Study Deskriptif di PKBM Bina Mandiri Cipageran