PENGARUH DOSIS PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN PRODUKSI TANAMAN MELON (Cucumis melo L.)
La Ode Safuan, Laode Sabaruddin, dan Tresjia C. Rakian Jurusan Agroteknologi Faperta Universitas Haluoleo
ABSTRACT
The objective of this research was to determine the effect of liquid organic fertilizer on the growth and production of melon. This research was arranged in a Randomized Block Design (RBD) that consist of six treatments with four replications. The treatments inchiding application of liquid organic fertilizer (B0), 75 l ha-1 (B1), 150 l ha-1 (B2), 225 l ha-1 (B3), 300 l ha-1 (B4), 375 l ha-1 (B5). The observed parameter included leaf area index at the age of 25 and 45 DAP, flowering age of 50%, fruit
diameter (cm), fruit weight (kg), and production (ton ha-1). The result of research showed that there were an effect of liquid organic fertilizer with different volume is very significant to the leaf area index at the age of 20 and 40 days after planting (DAP), and flowering age of 50%. While on the fruit weight had significant effect. The optimum dosage of liquid organic fertilizer on the production of melon was obtained at 275 l ha-1 .
Key words: Effect, Liquid Organic, Growth, Production, Melon
PENDAHULUAN
Tanaman melon (
Cucumis melo
L.) merupakan tanaman semusim yang tumbuh
menjalar. Tanaman melon dikonsumsi sebagai buah segar, dengan kandungan gizi dalam tiap
100 g buah melon dari bagian yang biasa dikonsumsi terdapat energi 23 kalori, protein 0,6 g,
kalsium 17 mg, vitamin A 2,400 IU, vitamin C 30 mg, thiamin 0,045 mg, riboflavin 0,065 mg,
niacin 1,0 mg, karbohidrat 6,0 g, besi 0,4 mg, nicotinamida 0,5 mg, air 93 ml, dan serat 0,4 g
(Samadi,1995). Melon banyak diminati masyarakat karena manfaat yang bisa didapatkan cukup
beragam. Kandungan kalori, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral buah melon banyak
dimanfaatkan untuk terapi kesehatan. Melon berkhasiat membantu sistem pembuangan, anti
kanker, menurunkan resiko stroke dan penyakit jantung, serta mencegah penggumpalan darah
(Prajananta, 2003).
Pengembangan tanaman melon di luar pulau jawa mempunyai kendala kesuburan tanah,
karena lahan pertanian didominasi oleh jenis tanah ultisol yang mempunyai tingkat kesuburan
rendah. Unsur hara makro seperti unsur hara N, P, K ketersediaanya di dalam tanah rendah,
mempunyai kandungan bahan organik yang rendah, sedangkan konsentrasi Fe, Mn dan Al
sangat tinggi sehingga dapat meracuni tanaman (Pietraszewska, 2001). Sementara tanaman
melon membutuhkan unsur hara makro (seperti N, P, K, Mg, S dan Ca) dan mikro (seperti Fe,
Mo, Cu, Zn, Mn, dan Cl) yang seimbang serta pH tanah netral (pH 6,0-7,0). Selanjutnya SOPIB
(2009) melaporkan bahwa tanaman melon membutuhkan 80 – 120 kg N, 60 – 80 kg P
2O
5dan
150 – 200 kg K
2O, sedangkan pertanaman intensif di rumah kaca membutuhkan 400 kg N, 200
kg P
2O
5dan 700 kg K
2O.
Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan kesuburan tana-tanah marginal masam
adalah antara lain melalui upaya perbaikan kesuburan tanah melalui pengapuraan dan
pemupukan baik pupuk organik maupun anorganik. Siswanto
et al.
(2010) melaporkan bahwa
untuk mendapatkan kualitas buah melon terbaik maka diberikan pengapuran, bahan organik dan
kalium. Safuan (2009) melaporkan bahwa dosis bahan organik yang optimal untuk tanaman
melon 12 ton per hektar, pupuk fosfor 114 kg P
2O
5per hektar, dan kalium 150 kg K
2O per
Jenis pupuk dan waktu pemupukkan akan mempengaruhi produksi dan kualitas buah
melon. Tang
et al
. (2012) mengemukakan bahwa kalium dapat meningkatkan padatan terlarut
total dari buah melon, sedangkan Castelanos
et al
. (2011) mengemukakan bahwa nitrogen yang
berlebihan dapat mengurangi kualitas buah, total padatan terlarut, rongga buah dan mengurangi
bagian yang dapat dimakan. Dalam banyak kasus, nitrogen tidak mempengaruhi sifat-sifat yang
berhubungan dengan kualitas buah seperti kadar padatan terlarut total (Rodriguez
et al.
, 2005).
Selanjutnya Kirnak
et al
. (2005) melaporkan bahwa pada umumnya pemberian N hanya sedikit
atau tidak berpengaruh terhadap padatan terlarut total.
Alternatif untuk memperbaiki kesuburan tanah yaitu dengan melakukan pemupukan.
Pemupukan merupakan penambahan unsur hara pada tanah yang diperlukan oleh tanaman agar
tanah menjadi lebih subur (Hardjowigeno, 2003). Pemupukan dapat dilakukan dengan
menggunakan pupuk organik. Pemberian pupuk organik dapat memperbaiki sifat fisik, kimia
dan biologi tanah. Penggunaan pupuk organik dapat menggemburkan lapisan top soil tanah,
meningkatkan populasi jasad renik, mempertinggi daya serap dan daya simpan air yang pada
akhirnya meningkatkan kesuburan tanah (Sutanto, 2002).
Pemupukan dengan bahan organik secara konvensional mempunyai kendala karena
dibutuhkan dalam jumlah banyak untuk memenuhi kebutuhan tanaman dan memerlukan waktu
lebih lama untuk proses dekomposisi dan mineralisasi bahan organik agar unsur hara yang
terkandung dapat tersedia dan diserap oleh tanaman. Salah satu cara untuk mengatasi masalah
tersebut adalah menggunakan pupuk organik cair. Pemberian pupuk organik cair merupakan
salah satu alternatif lain yang dinilai lebih memungkinkan baik dari segi teknis, ekonomis,
sosial juga lebih menguntungkan bagi lingkungan untuk meningkatkan produksi tanaman
melon. Pupuk organik cair dimaksud merupakan campuran antara larutan katalisator (ecotan)
dengan tinja sapi segar yang diinkubasi selama tujuh hari dengan bantuan aerator. Aerator
berfungsi sebagai penghasil oksigen yang akan dimasukan ke dalam larutan sehingga gas
metana dan amoniak yang terdapat pada tinja sapi segar lambat laun hilang karena proses
oksidasi (Sabaruddin, 2007).
Pupuk organik cair dapat diberikan melalui tanah ataupun disemprotkan melalui daun.
Efektivitas pupuk sebagai sumber unsur hara bagi pertumbuhan tanaman dapat diukur dengan
respon hasil tanaman dan dapat pula melalui serapan unsur hara dari tanaman (Sutjihno, 1988).
Sehubungan dengan hal tersebut maka penggunaan pupuk organik cair sangat diutamakan
dibandingkan dengan penggunaan pupuk buatan terutama untuk mensubtitusi penggunaan
pupuk buatan. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan yang bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman melon.
BAHAN DAN METODE
Lokasi penelitian berada pada ketinggian tempat 53 m dpl, dengan letak geografis pada
koordinat 04
001´56´´LS dan 122
033´23´´BT, di Lahan Kelompok Tani Lampareng Kelurahan
Rahandouna, Kecamatan Poasia Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian
dilaksanakan selama tiga bulan, yakni mulai bulan November 2010 sampai dengan Januari
2011.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih melon varietas Amanta (F1),
pupuk organik cair, air, kapur dolomit, furadan 3G, dan mulsa plastik. Alat yang digunakan
pada penelitian ini adalah gembor, handsprayer, cangkul, tugal, pisau, parang, polibag, meteran,
timbangan, kamera, ajir dari bambu, label, tali pengikat, dan alat tulis-menulis.
Pengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan pacul, pada kondisi tanah cukup
lembab agar pencakulan lebih mudah dilakukan, kemudian digemburkan dan dibersihkan dari
sisa-sisa tanaman dan gulma. Setelah itu dibuat petak-petak unit percobaan dengan ukuran 3 m
x 1,2 m, dan jarak antar petakan 50 cm. Jarak tanam tanaman melon adalah 50 cm x 60 cm.
Setelah pengolahan tanah maka dilakukan pemberian kapur Dolomit dengan dosis 1 t ha
-1.
Pemberian kapur dilakukan dengan cara menaburkan kapur secara merata ke permukaan
bedengan, kemudian dicangkul agar kapur tercampur secara merata dengan tanah.
Sebelum penanaman, maka dilakukan pembibitan dengan cara benih direndam dengan
air hangat kurang lebih 2 jam kemudian ditiriskan dan ditutup dengan kain basah ±36 jam.
Kemudian benih dipindahkan ke polibag yang telah diisi tanah yang dicampur dengan pupuk
kandang dengan perbandingan 2:1. Bibit melon dipindahkan ke lapangan setelah berdaun 2-4
helai atau tanaman melon telah berusia 12 hari. Sehari Sebelum penanaman, dibuat lubang
tanam dengan tugal kemudian diberi Furadan 3G sebanyak 2 g perlubang tanam. Cara
pemindahan yaitu kantong plastik dibuang secara hati-hati lalu bibit berikut tanahnya ditanam
pada lubang tanam yang telah disediakan.
Pada pembuatan pupuk organik cair diawali dengan menyiapkan alat dan bahan yang
digunakan dalam pembuatan pupuk organik cair seperti: Gentong, Aerator, dan penggaruk.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah : Air, Tinja segar sapi, dan Larutan enzim ecotan.
Cara pembuatan pupuk organik cair adalah dengan memasukan air ke dalam gentong sebanyak
50 l, selanjutnya memasukkan tinja segar sapi sebanyak 5 kg dan katalis sebanyak 11, kemudian
aduk merata. Larutan diaerasi dengan menggunakan aerator selama 7 x 24 jam.
Pemberian pupuk organik cair dilakukan sebanyak 2 kali dengan dosis yang sama pada
setiap pemberian, yaitu pertama diberikan pada saat tanaman melon berumur 15 hari sesudah
tanam (HST) dan pupuk kedua diberikan pada umur 30 HST. Cara pemberiannya adalah dengan
menyemprotkan larutan pupuk organik cair yang telah disaring dan diencerkan ke permukaan
daun pada pagi hari sekitar 07.00 WITA dengan dosis sesuai perlakuan.
Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyulaman dan pengendalian gulma.
Penyulaman dilakukan bila dalam waktu 1 minggu setelah tanam bibit tidak menunjukan
pertumbuhan yang normal. Tanaman dicabut beserta akarnya kemudian diganti dengan
bibit/tanaman baru. Hal ini dilakukan pada sore hari agar tanaman dapat lebih beradaptasi
dengan lingkungan barunya. Saat setelah penyulaman tanaman baru dilakukan pengairan.
Pengendalian gulma dilakukan dengan cara manual dengan mencabut setiap ada gulma yang
tumbuh diareal pertanaman. Tanaman melon menghendaki udara yang kering untuk
pertumbuhannya, tetapi tanah harus lembab. Untuk itu dilakukan penyiraman pada tanaman
melon apabila tidak hujan selama 2 hari.
Pada penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap sampel yang telah ditentukan secara acak
sebanyak 50 persen dari jumlah populasi setiap unit percobaan, beberapa parameter yang
diamati :
Luas Daun ditentukan dengan cara mengukur panjang dan lebar maximum daun yang telah
membuka sempurna dengan menggunakan rumus :
C = Bobot garis tengah kertas
B = Berat kertas contoh
A = Luas kertas contoh
P = Panjang maximum daun tanaman
L = Lebar maximum daun tanaman
Berdasarkan persamaan tersebut maka diperoleh nilai konstanta daun tanaman melon
sebesar 0,7851
2.
Umur berbunga (hari) dihitung pada saat tanaman berbunga 50%
3.
Diameter buah (cm) diukur pada saat panen
4.
Berat buah (g), ditimbang pada saat panen
5.
Produksi buah segar (ton per hektar)
Data hasil pengamatan terhadap variabel pertumbuhan dan produksi dianalisis dengan
sidik ragam untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap variabel yang diamati, apabila hasil
analisi menunjukkan pengaruh nyata pada taraf 0,05, dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil
(BNT) pada taraf nyata 0,05 serta analisis regresi untuk mengetahui dosis optimum pupuk
organik cair terhadap produksi tanaman melon.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Indeks Luas Daun
Pengaruh perlakuan pupuk organik cair terhadap indeks luas daun umur 20 HST dan 40
HST serta hasil uji BNT 0,05 disajikan pada Tabel 1. Hasil uji BNT 0,05 pada Tabel 1
menunjukan bahwa pada saat tanamana melon berumur 20 hari sesudah tanam (HST),
perlakuan pupuk organik cair 375 l ha
-1(B5) memberikan rata-rata indeks luas daun tertinggi
yang berbeda nyata dengan perlakuan B0, B1, dan B2 (150 l ha
-1), tetapi tidak berbeda nyata
dengan perlakuan B3 (225 l ha
-1) dan B4 (300 l ha
-1). Indeks luas daun terendah adalah pada
tanaman melon yang tidak beri pupuk (B0) yang tidak berbeda nyata dengan indeks luas daun
tanaman melon yang mendapat aplikasi pupuk organik cair sebanyak 75 l ha
-1(B1).
Tabel 1. Pengaruh perlakuan berbagai dosis pupuk organik cair terhadap indeks luas daun
tanaman melon pada saat tanaman berumur 20 dan 40 hari sesudah tanam
Dosis pupuk organik cair
Nilai Indeks Luas Daun pada saat umur tanaman
20 Hari
40 Hari
Pada dosis tersebut ketersediaan unsur hara dalam keadaan cukup dan seimbang
sehingga tanaman mampu menyerap unsur hara makro maupun hara mikro untuk menunjang
pertumbuhan tanaman. Unsur tersebut merupakan unsur hara esensial, unsur hara makro (unsur
N, P, K, Ca, S, dan Mg) dan unsur yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit atau unsur hara mikro
(unsur Fe, Na, Zn, Mn, B, Cu dan Cl). Unsur hara makro dan mikro bekerja secara sinergis.
Fungsi suatu unsur akan bagus jika di dukung oleh keberadaan unsur lain dalam jumlah yang
seimbang. Sutedjo (1992) menyatakan bahwa unsur hara makro sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang, dan akar sedangkan unsur
hara mikro dibutuhkan untuk penunjang pertumbuhan tanaman.
Rizqiani
et al
. (2007) menyatakan bahwa aplikasi pupuk organik cair sebanyak 10 L ha
-1