BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rasio Keuangan
Setiap perusahaan selalu memberikan data dan analisa terhadap data keuangan yang tercermin dalam laporan keuangan. Dalam mengadakan interpretasi dan analisa laporan keuangan suatu perusahaan, maka diperlukan adanya ukuran tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam analisa keuangan adalah rasio keuangan.
Menurut Harahap (2008:297), Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandigan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Misalnya antara hutang dan modal, antara kas dan total aset, antara harga pokok produksi dengan total penjualan dan sebagainya. Kemudian menurut Sawir (2009:6), Rasio keuangan merupakan salah satu alat untuk menilai kinerja dan kondisi keuangan perusahaan.
Analisa rasio keuangan dapat memungkinkan manajer keuangan memperkirakan reaksi para kreditur dan investor dan memberikan pandangan tentang bagaimana kira-kira dana dapat diperoleh. Analisa rasio keuangan meliputi dua jenis perbandingan.
mendapatkan gambaran apakah tujuan perusahaan sudah dapat dicapai (Luviarman, 2006).
Perbandingan pertama dalam analisa rasio keuangan adalah memperbandingkan rasio sekarang dengan yang lalu dan yang akan datang untuk perusahaan yang sama (perbandingan internal). Jika rasio keuangan disajikan dalam bentuk suatu daftar untuk periode beberapa tahun, analisa dapat mempelajari komposisi perubahan-perubahan dan menetapkan apakah telah terdapat suatu perbaikan atau bahkan sebaliknya didalam kondisi keuangan dan prestasi perusahaan selama jangka waktu tersebut. Rasio keuangan juga dapat diperhitungkan berdasarkan laporan keuangan performa atau proyeksi dan diperbandingkan dengan rasio sekarang atau masa lalu.
Perbandingan kedua adalah perbandingan meliputi perbandingan rasio perusahaan dengan perusahaan lainnya yang sejenis atau dengan rata-rata industri pada suatu titik yang sama (perbandingan eksternal). Perbandingan tersebut dapat memberikan gambaran relatif tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan hanya dengan cara membandingkan rasio keuangan suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis seorang analis dapat memberikan pertimbangan yang realistis.
Menurut Riyanto (2001:331), pengelompokan rasio-rasio keuangan yaitu sebagai berikut:
2. Rasio Leverage adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai berapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang (Debt to Total Assets Ratio, Net Worth to Debt Ratio dan lain sebagainya).
3. Rasio-rasio Aktivitas, yaitu rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai berapa besar efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber dananya (Inventory Turnover, Average Collection Period dan lain sebagainya).
4. Rasio-rasio Profitabilitas, yaitu rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan (Profit Margin on Sales, Return on Total Assets, Return on Net Worth dan lain sebagainya). 2.1.1 Profitabilitas
Profitabilitas memiliki beberapa rasio, yang mana dapat menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba, seperti dari kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, dan sebagainya. Berikut adalah beberapa jenis rasio profitabilitas, antara lain:
1. Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor)
Gross profit margin merupakan rasio yang mengukur efisiensi
pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan
kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien (Sawir, 2009:18).
Gross Profit Margin merupakan persentase laba kotor dibandingkan
dengan sales. Semakin besar Gross Profit Margin semakin baik keadaan
operasi perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa harga pokok
penjualan relatif lebih rendah dibandingkan dengan sales, demikian pula
sebaliknya, semakin rendah gross profit margin semakin kurang baik
operasi perusahaan (Syamsuddin, 2009:61).Gross Profit Margin dihitung
dengan formula:
����������������� =��������� − �������������������
���������
2. Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)
Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan.
Semakin tinggi Net Profit Margin semakin baik operasi suatu
perusahaan.Net Profit Margin dihitung dengan rumus:
3. Rentabilitas Ekonomi / Daya Laba Besar / Basic Earning Power
Rentabilitas ekonomi merupakan perbandingan laba sebelum pajak
terhadap total asset. Jadi rentabilitas ekonomi mengindikasikan seberapa
besar kemampuan asset yang dimiliki untuk menghasilkan tingkat
pengembalian atau pendapatan atau dengan kata lain Rentabilitas Ekonomi
menunjukkan kemampuan total aset dalam menghasilkan laba.
Rentabilitas ekonomi mengukur efektifitas perusahaan dalam
memanfaatkan seluruh sumberdaya yang menunjukkan rentabilitas
ekonomi perusahaan (Sawir, 2009:19).
Rentabilitas Ekonomi dihitung dengan rumus:
�������������������= ���������ℎ������������
�����������
Menurut Sawir, (2009:19), Rentabilitas ekonomi dapat ditentukan dengan
mengalikan Operating Profit Margin dengan Asset Turnover. Rendahnya
Rentabilitas Ekonomi tergantung dari
• Asset Turnover
• Operating Profit Margin
Operating Profit Margin merupakan perbandingan antara laba usaha dan
penjualan. Operating Profit Margin merupakan rasio yang
menggambarkan apa yang biasanya disebut pure profit yang diterima atas
setiap rupiah dari penjualan yang dilakukan (Syamsuddin, 2009:61).
Operating Profit disebut murni (pure) dalam pengertian bahwa jumlah
tersebutlah yang benar-benar diperoleh dari hasil operasi perusahaan
kewajiban terhadap pemerintah berupa pembayaran pajak. Apabila
semakin tinggi Operating Profit Margin maka akan semakin baik pula
operasi suatu perusahaan.Operating Profit Margin dihitung sebagai
berikut:
�������������������� =���������ℎ������������
���������
4. Return on Investment
Return on Investment merupakan perbandingan antara laba bersih
setelah pajak dengan total aktiva. Return on Investment adalah merupakan
rasio yang mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam
menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia
didalam perusahaan (Syamsuddin, 2009:63).
Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan suatu perusahaan. Return
on Investmentmerupakan rasio yang menunjukkan berapa besar laba bersih
diperoleh perusahaan bila di ukur dari nilai aktiva (Syafri, 2008:63).
Return on Investment dihitung dengan rumus:
��� =���������ℎ������ℎ����� �����������
��� =��������������� × ��������������
5. Return on Equity
Return on Equity merupakan perbandingan antara laba bersih
sesudah pajak dengan total ekuitas. Return on Equity merupakan suatu
pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik
preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan
(Syafri, 2008:305).Return on Equity adalah rasio yang memperlihatkan
sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara
efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan
pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan (Sawir
2009:20). ROE menunjukkan rentabilitas modal sendiri atau yang sering
disebut rentabilitas usaha.Return on Equity dapat dihitung dengan formula:
�������������� =���������ℎ������ℎ����� �������
6. Earning per share (EPS)
Earning per Share adalah rasio yang menunjukkan berapa besar
kemampuan perlembar saham dalam menghasilkan laba (Syafri, 2008:306).
Earning per Share merupakan rasio yang menggambarkan jumlah rupiah
yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa (Syamsuddin, 2009:66).
Oleh karena itu pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham
biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik akan Earning per
Share. Earning per Share adalah suatu indikator keberhasilan perusahaan.
Earning per Share dihitung dengan rumus:
���=���������ℎ������ℎ����� − ���������ℎ����������
�����ℎ��ℎ������������������
penghasilan bagi pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan dalam perusahaan.
2.1.2 Likuiditas
Selain daripada profitabilitas, likuiditas merupakan salah satu hal yang wajib diketahui dalam analisa rasio keuangan, dikarenakan rasio likuiditas merupakan salah satu indikator pengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya. Hal ini penting untuk diketahui investor sehingga investor mengetahui bagaimana kemampuan perusahaan untuk terus beroperasi, tumbuh dan berkembang.
Riyanto (2008:25) menyatakan bahwa likuiditas adalah masalah yang
berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi.Suatu perusahaan yang
mempunyai alat-alat likuid sedemikian besarnya sehingga mampu memenuhi
segala kewajiban finansialnya yang segera harus terpenuhi, dikatakan bahwa
perusahaan tersebut likuid, dan sebaliknya apabila suatu perusahaan tidak
mempunyai alat-alat likuid yang cukup untuk memenuhi segala kewajiban
finansialnya yang segera harus terpenuhi dikatakan perusahaan tersebut
insolvable.
Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui
sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang
lancar. Dengan demikian rasio likuiditas berpengaruh dengan kinerja keuangan
perusahaan. Likuiditas memiliki beberapa rasio, antara lain adalah:
1. Current Ratio (Rasio Lancar)
Current Ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan
kewajiban lancar dan merupakan ukuran yang paling umum digunakan
untuk mengetahui kesanggupan suatu perusahaan memenuhi kewajiban
jangka pendeknya.Current Ratio menunjukkan sejauh mana aktiva lancar
menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva
lancar dan kewajiban lancar semakintinggi kemampuan perusahaan
menutupi kewajiban jangka pendeknya.Current Ratio yang rendah
biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuidasi,
sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karean
menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat
mengurangi kemampulabaan perusahaan (Sawir, 2009:10).
Apabila mengukur tingkat likuiditas dengan menggunakan current
ratio sebagai alat pengukurnya, maka tingkat likuiditas atau current ratio
suatu perusahaan dapat dipertinggi dengan cara (Riyanto, 2001:28):
1. Dengan utang lancar tertentu, diusahakan untuk menambah aktiva
lancar.
2. Dengan aktiva lancar tertentu, diusahakan untuk mengurangi
jumlah utang lancar.
3. Dengan mengurangi jumlah utang lancar sama-sama dengan
mengurangi aktiva lancar.
������������= ������������
������������
2. Quick Ratio (Rasio Cepat)
Rasio ini disebut juga acid test rasio yang juga digunakan untuk
mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya. Penghitungan quick ratio dengan mengurangkan aktiva
lancar dengan persediaan.Hal ini dikarenakan persediaan merupakan unsur
aktiva lancar yang likuiditasnya rendah dan sering mengalami fluktuasi
harga serta menimbulkan kerugian jika terjadi likuiditas. Jadi rasio ini
merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling
likuid mampu menutupi hutang lancar.Sawir (2009:10) mengatakan bahwa
quick ratio umumnya dianggap baik adalah semakin besar rasio ini maka
semakin baik kondisi perusahaan.Quick ratio dapat dihitung dengan
formula:
����������= ������������ − ����������
������������
3. Cash ratio (Rasio Kas)
Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan posisi kas yang
dapat menutupi hutang lancar dengan kata lain cash ratio merupakan rasio
yang menggambarkan kemampuan kas yang dimiliki dalam manajemen
kewajiban lancar tahun yang bersangkutan.Cash Ratio dapat dihitung
dengan formula:
���ℎ����� = ���
2.1.3 Leverage
Rasio leverage merupakan rasio untuk mengukur seberapa bagus struktur permodalan perusahaan. Struktur permodalan merupakan pendanaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Wahyono, 2002:12).
Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan pengimbangan antar hutang jangka panjang dan modal sendiri. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan, laba) atau berasal dari mengambil bagian, peserta, atau pemilik (modal saham, modal peserta dan lain-lain) (Riyanto, 2008:22).
Jadi dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio merupakan perbandingan antara total hutang (hutang lancar dan hutang jangka panjang) dan modal yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dengan menggunakan modal yang ada. Rasio hutang modal dapat dihitung dengan formula:
����������������� = �����������
����� (������)
2.1.4 Total Asset Turn Over
Total assets turn over merupakan rasio yang menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Jadi semakin besar rasio ini semakin baik yang berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba dan menunjukkan semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Dengan kata lain jumlah asset yang sama dapat memperbesar volume penjualan apabila assets turn over-nya ditingkatkan atau diperbesar.
Total assets turn over ini penting bagi para kreditur dan pemilik perusahaan, tapi akan lebih penting lagi bagi manajemen perusahaan, karena hal ini akan menunjukkan efisien tidaknya penggunaan seluruh aktiva dalam perusahaan.Total assets turn over dihitung sebagai berikut:
������������������ = ���������
�����������
2.1.5 Rasio Pasar
Price to Book Value (PBV) adalah rasio yang menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan (Tjiptono dan Hendry, 2001: 141). Semakin tinggi rasio ini berarti pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut.Apabila rata-rata PBV perusahaan yang melakukan stock split lebih tinggi dari pada rata-rata PBV perusahaan yang tidak melakukan stock split maka harga saham tersebut dapat dikatakan overpriced, begitu pula sebaliknya.
Price to Book Value dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
���������������� = ������������ℎ��
Dimana nilai buku per lembar saham menunjukkan aktiva bersih (net asset) yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham (Jogiyanto, 1996: 63).Adanya asumsi aktiva bersih sama dengan total ekuitas pemegang saham, maka nilai buku per lembar saham adalah total ekuitas dibagi dengan jumlah saham yang beredar, sehingga nilai buku per lembar saham dapat dirumuskan sebagai berikut:
��������������������ℎ��= ������������
�����ℎ��ℎ�������������
2.2 Ukuran Perusahaan
Menurut Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston (2001:117-119), mengemukakan bahwa ukuran perusahaan yaitu rata-rata total aset untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Maka dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan merupakan nilai aset suatu perusahaan pada suatu tahun tertentu. Dalam penelitian ini, ukuran perusahaan dinilai dengan aset perusahaan selama satu tahun tertentu. Mengingat nilai total aset yang cukup besar, maka dalam pengukurannya dikonversikan dalam logaritma natural (Ln).
������������ℎ���= ln����������
2.3 Arus Kas
Laporan arus kas dimaksudkan untuk memberikan ikhtisar arus kas masuk dan arus kas keluar untuk suatu periode.Rasio ini digunakan untuk menunjukan tingkat kemampuan perusahaan menghasilkan kas dari aktifitas operasi yang dapat digunakan untuk aktifitas pendanaan dan investasi. Arus kas dihitung dengan formula:
�������= ���ℎ������������������
�����
2.4 Pendapatan per Lembar Saham (Earning per Share)
Menurut Gibson (1996:429) earnings per share adalah rasio yang menunjukan pendapatan yang diperoleh setiap lembar saham. Sedangkan menurut Weygandt et. al.(1996:805-806) dan Elliot dan Elliot (1993:250) earnings per share menilai pendapatan bersih yang diperoleh setiap lembar saham biasa. Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk mendapatkan deviden, jika nilai laba per saham kecil maka kecil pula kemungkinan perusahaan untuk membagikan deviden. Maka dapat dikatakan investor akan lebih meminati saham yang memiliki earnings per share tinggi dibandingkan saham yang memiliki earnings per share rendah. Earnings per share yang rendah cenderung membuat harga saham turun. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
��� =���������ℎ������ℎ����� –���������ℎ����������
���� − ���������ℎ��ℎ�������������
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Shinta (2014) dengan judul Pengaruh Kinerja Keuangan, Ukuran Perusahaan, dan Arus Kas Operasi terhadap Earning per Share (Studi Kasus pada Perusahaan Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012), dengan variabel yang diteliti yakni Rasio Keuangan yang diproksikan kepada Current Ratio, Total Asset Turn Over, Debt to Equity Ratio, Net Profit Margin, Return on Equity, Price to Book Value, kemudian Ukuran Perusahaan, dan Arus Kas Operasi terhadap Earning per Share. Metode yang digunakan adalah Analisis Regresi Berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Total Asset Turnover, Debt Equity Ratio, Net Profit Margin, Return on Equity, Price to Book Valuedan Operating Cash Flow berpengaruh signifikan terhadap Earning per Share, Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap Earning per Share, dan tidak ada pengaruh signifikan antara current ratio dengan Earning per Share.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Muhfiatun (2011) dengan judul penelitian yaitu Pengaruh Financial Leverage dan Profitabilitas terhadap Earning per Share (Studi pada perusahaan yang masuk Daftar Efek Syariah tahun
2009). Variabel yang digunakan adalah Debt to Equity ratio, Return on Asset, Net
Profit Margin terhadap Earning per Share. Metode yang digunakan adalah
Analisis regresi Berganda. Hasil penelitian menunjuukan bahwa secara simultan
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Pramadika (2011) dengan judul Pengaruh Current ratio, Leverage, dan Dividen Payout Ratio terhadap Price Earning Ratio pada perusahaan Otomotif yang GO Public di BEI. Dengan Variabel yang digunakan adalah Current Ratio, Leverage, Dividen Payout Ratio terhadap Price Earning Ratio. Metode yang digunakan adalah Analisis regresi Berganda. Hasil penelitian menunjuukan bahwa variabel current ratio berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap price earning ratio, begitu juga dividen payout ratio berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap price earning ratio, sedangkan leverage menunjukkan berpengaruh positif dan signifikan terhadap price earning ratio.
Tabel 2.1
Total Asset Turnover, Debt Equity Ratio, Net profit Margin, return on equity, Price to Book value and operating cash flow berpengaruh
signifikan terhadap earning per share. Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap earning per share
terhadap
on asset, dan net profit margin berpengaruh terhadap earning per share. Secara parsial variabel independen yang berpengaruh terhadap earning per share hanya satu yaitu return on asset Pramadika penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa variabel current ratio berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap price earning ratio, begitu juga dividen payout ratio berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap price earning ratio, sedangkan leverage menunjukkan berpengaruh positif dan signifikan terhadap price earning ratio.
Sumber: Penelitian terdahulu 2.6 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu hubungan atau kaitan yang mencerminkan hubungan antara variabel satu dengan variabel lainnya dari penelitian yang sedang diteliti. Kerangka konseptual atau kerangka pikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan. Suatu kerangka pemikiran akan menghubungkan secara teoretis antar variabel penelitian, yaitu antara variabel bebas dan terikat. (Sekarang dalam Sumarni dan Wahyuni, 2006:27).
penelitian ini diproksikan kepada Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Turnover dan Rasio Pasar.
Menurut G. Sugiyarso dan F. Winarni (2005:118) profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri. Dalam penelitian ini Profitabilitas diproksikan kedalam Net Profit margin yang mana merupakan rasio pengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi Net profit margin semakin baik
operasi suatu perusahaan dengan begitu maka juga akan mempengaruhi
pendapatan perlembar saham perusahaan. Selain itu, Profitabilitas juga
diproksikan kedalam Return on Equitymerupakan perbandingan antara laba bersih
sesudah pajak dengan total ekuitas dengan kata lain sebagai pengukur kemmpuan
perusahaan dalam memperoleh keuntungan berdasarkan modalnya sendiri, dengan
begitu para investor dapat menilai kemampuan perusahaan tersebut dengan
kemampuannya yang mampu menghasilkan laba dengan modalnya sendiri
sehingga investor dapat menilai bahwa apabila laba perusahaan tersebut bagus
maka pendapatan per lembar saham yang dihasilak juga akan demikian.
Likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas berpengaruh dengan kinerja
keuangan perusahaan sehingga rasio ini memiliki hubungan dengan harga saham
perusahaan.
Leveragemerupakan rasio untuk mengukur seberapa bagus struktur
tersebut juga memiliki kemampuan yang bagus dalam memperoleh keuntungan sehingga pendapatan per lembar saham juga dapat diartikan bagus.
Total assets turn over merupakan rasio yang menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Jadi semakin besar rasio ini semakin baik yang berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba dan menunjukkan semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Dengan begitu juga mencerminkan bahwa pendapatan perlembar saham perusahan juga dapat dikatakan baik.
Rasio pasar diukur dengan nilai buku per lembar saham menunjukkan aktiva bersih (net asset) yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham (Jogiyanto, 1996: 63).Adanya asumsi aktiva bersih sama dengan total ekuitas pemegang saham, maka nilai buku per lembar saham adalah total ekuitas dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Dengan begitu rasio pasar erat kaitannya dengan pendapatan per lembar saham perusahaan.
Ukuran Perusahaan merupakan nilai aset suatu perusahaan pada suatu tahun tertentu. Apabila nilai asset suatu perusahaan tersebut cukup besar maka juga mempengaruhi total nilai pendapatan perlembar saham perusahaan tersebut.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.7 Hipotesis
Preposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya, mengenai konsep atau construct yang menjelaskan atau mendeskripsikan fenomena-fenomena. Preposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris disebut dengan hipotesis (Indriantoro dan Supomo, 1999:72). Hipotesis menyatakan hubungan yang secara logis diduga antara dua variabel atau lebih dalam rumusan preposisi yang dapat diuji secara empiris.