• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PTPN III Untuk Mendukung Pembangunan Berkelanjutan (Studi Pada PTPN III Sei Batanghari Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PTPN III Untuk Mendukung Pembangunan Berkelanjutan (Studi Pada PTPN III Sei Batanghari Medan)"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KERANGKA TEORI

II.1 Kebijakan Publik

Menurut Graycar dalam Kaban (2008 : 59) kebijakan dapat dipandang dari empat perspektif, yaitu filosofis, produk, proses, dan kerangka kerja. Sebagai suatu konsep filosofis, kebijakan dipandang sebagai prinsip atau kondisi yang diinginkan. Sebagai suatu produk, kebijakan diartikan sebagai serangkaian kesimpulan atau rekomendasi. Sebagai suatu proses, kebijakan menunujuk pada cara dimana melalui cara tersebut suatu organisasi dapat mengetahui apa yang diharapkan darinya yaitu program dan mekanisme dalam mencapai produkunya. Sedangkan sebagai suatu kerangka kerja, kebijakan merupakan suatu proses tawar-menawar dan negoisasi untuk merumuskan isu-isu dan metode implementasinya.

Adapun menurut W. Wilson dalam bukunya Parsons (2008 : 15) memandang hal lain dari makna modern gagasan “kebijakan” yaitu seperangkat

(2)

Hal diatas dapat dipahami bahwa kebijakan adalah keputusan yang mengandung nilai-nilai dari banyak pertimbangan yang meliputi dari berbagai aspek dan pada akhirnya diimplementasikan guna kepentingan orang banyak.

II.1.1 Tahapan Kebijakan Publik

(3)
(4)

Pada tahap evaluasi kebijakan Dunn menyatakan bahwa tahap ini tidak hanya menghasilkan kesimpulan mengenai seberapa jauh masalah telah diselesaikan namun juga memberikan klarifikasi sekaligus kritik bagi nilai-nilai yang mendasari kebijakan, serta membantu penyesuaian dan perumusan kembali masalah. Dalam hal ini evaluasi juga memberikan feedback bagi perumusan masalah.

II.2 Implementasi

Implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitu to implement yang berarti mengimplementasikan. Implementasi merupakan penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu. Sesuatu tersebut dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat itu dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan dan kebijakan yang dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam kehidupan kenegaraan. Webster dalam Wahab (2004).

Sedangkan menurut Pressman dan Wildavsky dalam (Tangkilisan,2003), implementasi diartikan sebagai interaksi antara penyusunan tujuan dengan sarana-sarana tindakan dalam mencapai tujuan tersebut, atau kemampuan untuk menghubungkan dalam hubungan kausal antara yang diinginkan dengan cara untuk mencapainya. Implementasi mengatur kegiatan-kegiatan yang mengarah pada penempatan suatu program ke dalam tujuan kebijakan yang diinginkan.

(5)

Pertamana adalah penafsiran, yaitu merupakan kegiatan yang menerjemahkan makna program ke dalam pengaturan yang dapat diterima dan dapat dijalankan. Kedua adalah organisasi, yaitu merupakan unit atau wadah untuk menempatkan program ke dalam tujuan kebijakan. Dan yang terakhir penerapan yang berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan, upah, dan lain-lainnya.

Menurut Wahab (2004) dalam setiap perumusan kebijakan apakah menyangkut program maupun kegiatan-kegiatan selalu diiringi dengan suatu tindakan pelaksanaan atau implementasi. Betapa pun baiknya suatu kebijakan tanpa implementasi maka tidak akan banyak berarti. Implementasi kebijakan bukanlah sekedar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam prosedur rutin lewat saluran-saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu, ia menyangkut masalah konflik, keputusan dan siapa yang memperolehapa dari suatu kebijakan. Pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan jauh lebih penting daripada pembuatan kebijaksanaan. Kebijaksanaan hanya sekedar impian atau rencana bagus yang tersimpan dalam arsip kalau tidak mampu diimplementasikan.

(6)

II.2.1 Implementasi Kebijakan

Implementasi Kebijakan Menurut Carl. J. Friedrich kebijakan publik adalah suatu arah tindakan yang diusulkan pada seseorang, golongan, atau pemerintah dalam suatu lingkungan dengan halangan-halangan dan kesempatan-kesempatannya, yang diharapkan dapat memenuhi dan mengatasi halangan tersebut di dalam rangka mencapai suatu cita-cita atau mewujudkan suatu kehendak serta tujuan tertentu.

Sedangkan menurut Dimock, kebijakan publik adalah perpaduan dan kristalisasi daripada pendapat-pendapat dan keinginan-keinginan banyak orang atau golongan dalam masyarakat (Soenarko, 2003).

Menurut Anderson dalam Nyimas (2004) kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan yang dibangun oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah, di mana implikasi dari kebijakan itu adalah :

1. Kebijakan publik selalu mempunyai tujuan tertentu atau mempunyai tindakan-tindakan yang berorientasi pada tujuan.

2. Kebijakan publik berisi tindakan-tindakan pemerintah. Kebijakan publik merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah, jadi bukan merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk dilakukan.

(7)

negatif dalam arti merupakan keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu.

4. Kebijakan pemerintah setidak-tidaknya dalam arti yang positif didasarkan pada peraturan perundangan yang bersifat mengikat dan memaksa (otoritatip).

Secara sederhannya menurut Nyimas (2004) tentang implementasi kebijakan dapat dipandang sebagai suatu proses melaksanakan keputusan kebijaksanaan, biasanya dalam bentuk Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Peradilan, Perintah Eksekutif, atau Instruksi Presiden.

Menurut Wibawa (1994), implementasi kebijakan merupakan pengejahwantahan keputusan mengenai kebijakan yang mendasar, biasanya tertuang dalam suatu Undang-Undang namun juga dapat berbentuk instruksi-instruksi eksekutif yang penting atau keputusan perundangan.

Idealnya keputusan-keputusan tersebut menjelaskan masalah-masalah yang hendak ditangani, menentukan tujuan yang hendak dicapai dan dalam berbagai cara “menggambarkan struktur” proses implementasi tersebut. Tujuan

(8)

II.3 Corporate Social Responbility

II.3.1 Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)

Wibisono (2007) menjelaskan bahwa CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan (sesuai kemampuan perusahaan tersebut) sebagai bentuk tanggung jawab mereka terhadap sosial/lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada. Contoh bentuk tanggung jawab itu bermacam-macam, mulai dari melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan lingkungan, pemberian beasiswa untuk anak tidak mampu, pemberian dana untuk pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak, khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan fenomena strategi perusahaan yang mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan stakeholder-nya. CSR timbul sejak era dimana kesadaran akan sustainability perusahaan jangka panjang adalah lebih penting daripada sekedar

(9)

Menurut Reza Rahman (2009) memberikan pendapat defenisi CSR sebagai tindakan sosial (termasuk kepedulian terhadap lingkungan hidup, lebih dari batas-batas yang dituntut dalam peraturan perundang-undangan) dengan memiliki komitmen usaha dan bisnis yaitu untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal, dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal, dan masyarakat yang lebih luas, juga secara bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komunitas setempat dan masyarakat secara keseluruhan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup. CSR diartikan oleh Bowen (1953) sebagai defenisi tertua, bahwa CSR adalah tanggung jawab seorang pengusaha mencoba menunjukkan nilai-nilai sosial. CSR ini memang pada dasarnya dibuat untuk memperoleh dampak positif dari perusahaan untuk masyarakat. Adapun menurut Johnson (2011) mendefinisikan tanggungjawab sosial bahwa pada dasamya berangkat dari filosofi bagaimana cara mengelola perusahaan, baik sebagian maupun secara keseluruhan memiliki dampak yang positif bagi perusahaan dan lingkungan. Oleh karena itu, perusahaan harus mampu mengelola bisnis operasinya dengan menghasilkan produk yang berorientasi secara positif terhadap masyarakat dan lingkungan.

(10)

pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Jadi dengan kata lain penerapan CSR ini merupakan investasi yang tidak terlihat bagi perusahaan yang menerapkan nya, karena apabila penerapan CSR dapat berhasil dilakukan maka citra baik perusahaan akan tetap terjaga di mata para stakeholder nya sehingga perusahaan nantinya akan semakin maju dan berkembang dengan dukungan yang kuat dari para stakeholder yang telah merasakan hasil dari pengimplementasian program CSR yang di lakukan oleh perusahaan.

II.3.2 Landasan Teoretis Social Responsibility

a. Teori Legitimasi (Legitimacy Theory)

Menurut Dowling (1975) mengatakan bahwa legitimasi mengarah kepada manfaat atau sumber potensial bagi perusahaan untuk bertahan hidup. Legitimasi juga mengalamai pergeseran bersamaan dengan perubahan dan perkembangan lingkungan dan masyarakat di mana perusahaan itu berada. Maka legitimasi itu tidak dibatasi oleh ruang dan waktu tetapi sejalan dengan terjadinya perubahan yang ada.

b. Teori Stakeholder (Stakeholder Theory)

(11)

oleh perusahaan. Dengan demikian, stakeholder yang dikatakan diatas merupakan pihak internal maupun eksternal, seperti pemerintah, perusahaan pesaing, masyarakat sekitar, lingkungan internasional, lembaga di luar perusahaan (LSM dan sejenisnya), lembaga pemerhati lingkungan, para pekerja lingkungan perusahaan, kaum minoritas dan lain sebagainya yang keberadaannya sangat menpengaruhi dan dipengaruhi perusahaan. Pentingnya peranan pemangku kepentingan disini bukan berarti perusahaan dikuasai oleh pihak-pihak tertentu tetapi adanya kerjasama untuk melaksanakan CSR dengan baik dan benar.

c. Teori Kontrak Sosial (Social Contract Theory)

Kontrak sosial muncul karena adanya intereksi dalam kehidupan sosial masyarakat, agar terjadi keselarasan , keserasian dan keseimbangan termasuk terhadap lingkungan. Adapun pendapat dari Shocker dan Sethi dalam Chariri Anis (2006) dalam buku Nor Hadi (2011) yang menjelaskan konsep kontrak sosial bahwa untuk menjamin kelangsungan hidup serta kebutuhan masyarakat , kontrak di dasarkan pada hasil akhir (out put) yang secara sosial dapat di berikan kepada masyarakat luas dan distribusi manfaat ekonomi, sosial atau politik kepada kelompok sesuai dengan kekuatan yang dimiliki.

II.3.3Standarisasi Pelaksanaan CSR di Indonesia

(12)

1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.

2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

(13)

undang-undang dan peraturan dari BUMN, diharapkan mampu dilaksanakan sesuai dan mencapai tujuan yang diharapkan, bukan semata hanya formalitas tetapi memberi dampak positif bagi sekitarnya.

II.3.4 Prinsip Aktivitas Corporate Social Responsibility

Crowther David (2008) mengurai prinsip-prinsip tanggung jawab sosial perusahaan menjadi tiga, yaitu sustainability, accountability, transparency. Pertama, sustainability yang berkaitan dengan bagaimana perusahaan dalam melakukan aktivitasnya tetap memperhitungkan keberlanjutan sumberdaya di masa depan. Kedua, accountability yang merupakan upaya perusahaan terbuka dan bertanggungjawab atas aktivitas yang telah dilakukan. Akuntabilitas dapat dijadikan sebagai media bagi perusahaan untuk membangun citra dan relasi terhadap para pemangku kepentingan (stakeholders). Ketiga, transparency yang merupakan prinsip penting bagi pihak eksternal yang berperan untuk mengurangi asimetri informasi, kesalahpahaman, khususnya informasi dan pertanggungjawaban berbagai dampak dari lingkungan.

(14)

II.3.5 Jenis-jenis Program CSR

Kotler dan Lee (2005) menyebutkan enam kategori program CSR. Pemilihan program alternatif CSR yang akan dilaksanakan oleh perusahaan sangat bergantung kepada keenam jenis program tersebut adalah sebagai berikut :

1. Cause Promotions

Dalam program ini, perusahaan menyediakan dana atau sumber daya lainnya yang dimiliki perusahaan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap suatu masalah sosial atau untuk merndukung pengumpulan dana, partisipasi dari masyarakat, atau perekrutan tenaga sukarela untuk suatu kegiatan tertentu. Menurut Kotler dan Lee (2005) Berbagai benefit yang dapat diperoleh perusahaan dengan melaksanakan kegiatan cause promotions yaitu perusahaan akan memperkuat kedudukan merek perusahaan, memberikan peluang kepada para karyawan perusahaan untuk terlibat kegiatan sosial, menciptakan kerjasama dengan pihak-pihak lain seperti media, dan dapat meningkatkan citra perusahaan. Contoh dari cause promotions ini adalah Perusahaan DELL mensponsori pengumpulan komputer bekas untuk di donasikan kepada organisasi nonprofit dan organisasi publik(http://dosen.narotama.ac.id/wp-content/uploads/2012/03/Kajian- citra-perusahaan-melalui-kegiatan-Corporate-Social-Responsibility-pada-Bank-X-Bogor.pdf diakses pada tanggal 1 juni 2016)

2. Cause Related Marketing

(15)

sosial berdasarkan besarnya penjualan produk. Kegiatan ini biasanya didasarkan kepada penjualan produk tertentu, untuk jangka waktu tertentu, serta untuk aktivitas derma tertentu. Aktivitas Cause Related Marketing (CRM) yang biasanya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yaitu menyumbangkan sejumlah uang tertentu untuk setiap produk yang terjual.

Hal ini sangat baik dilakukan oleh perusahaan karna sangat membantu pihak penerima yang akan melaksanakan kegiatan sosial. Contoh dari aktivitas CSR ini adalah Perusahaan DELL memberi 10% dari produk baru yang dipilihnya ketika tiga produk bekasnya dipergunakan kembali.

3. Corporate Social Marketing

Dalam program ini, perusahaan mengembangkan dan melaksanakan kampanye untuk mengubah perilaku masyarakat dengan tujuan meningkatkan kesehatan dan keselamatan publik, menjaga kelestarian lingkungan hidup, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kampanye Corporate Social Marketing (CSM) lebih banyak terfokus untuk mendorong perubahan perilaku yang berkaitan dengan beberapa isu-isu kesehatan, perlindungan terhadap kecelakaan/kerugian, lingkungan, serta keterlibatan masyarakat.

(16)

oleh perusahaan. Contoh dari kegiatan ini adalah McDonald menyelenggarakan imunisasi gratis untuk anak-anak.

4. Corporate Philanthropy

Dalam program ini, perusahaan memberikan sumbangan langsung dalam bentuk derma untuk kalangan masyarakat tertentu. Sumbangan tersebut biasanya berbentuk pemberian uang secara tunai, paket bantuan, atau pelayanan secara cuma-cuma Corporate Philanthropy biasanya berkaitan dengan berbagai kegiatan sosial yang dilaksanakan perusahaan, antara lain program dalam bentuk sumbangan tunai, dalam bentuk hibah, dalam bentuk penyediaan beasiswa, dalam bentuk pemberian produk, dalam bentuk pemberian layanan cuma-cuma, dalam bentuk penyediaan keahlian teknis oleh karyawan perusahaan secara cuma-cuma, program mengizinkan penggunaan fasilitas dan saluran distribusi yang dimiliki perusahaan untuk digunakan bagi kegiatan sosial dan program yang dilakukan perusahaan dengan cara menawarkan penggunaan peralatan yang dimiliki oleh perusahaan.

(17)

danau toba, sumbangan dalam bentuk hibah untuk rumah-rumah ibadah dll. (http://www.ptpn3.co.id/pdf_files/AR_2013.pdf)

5. Community Voluntering

Dalam program ini, perusahaan mendukung serta mendorong para karyawan, rekan pedagang eceran untuk menyisihkan waktu mereka secara sukarela guna membantu organisasi-organisasi masyarakat lokal maupun masyarakat yang menjadi sasaran program. Bentuk dukungan yang diberikan perusahaan kepada para karyawannya untuk melaksanakan program community volunteering adalah memasyarakatkan etika perusahaan melalui komunikasi

(18)

dalam bentuk uang untuk jumlah jam yang digunakan karyawan tersebut sebagai sukarelawan dan memberikan penghormatan kepada para karyawan yang terlibat dalam kegiatan sukarela seperti memberitakan karyawan yang bersangkutan dalam majalah internal perusahaan. Penghormatan bisa juga dengan memberikan penghargaan seperti penyematan pin maupun pemberian plakat, atau memberi kesempatan kepada karyawan yang menjadi sukarelawan untuk memberikan presentasi pada pertemuan tingkat departemen maupun rapat tahunan. Contoh dari aktivitas ini adalah PTPN III memberikan bantuan kepada musibah gunung sinabung sumatera utara (http://www.ptpn3.co.id/pdf_files/AR_2013.pdf)

6. Socially Responsible Business Practice (Community Development)

(19)

II.3.6 Konsep Penerapan dan Implementasi CSR

Menurut Wibisono (2007) Implementasi CSR di perusahaan pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Yang pertama adalah terkait dengan komitmen pimpinannya. Perusahaan yang pimpinanannya tidak tanggap dengan masalah sosial, jangan diharap akan mempedulikan aktivitas sosial. Kedua, menyangkut ukuran dan kematangan perusahaan. Perusahaan besar dan mapan lebih mempunyai potensi memberi kontribusi ketimbang perusahaan kecil dan belum mapan. Ketiga, regulasi dan sistem perpajakan yang diatur pemerintah. Semakin amburadul regulasi dan penataan pajak akan membuat semakin kecil ketertarikan perusahaan untuk memberikan donasi dan sumbangan sosial kepada masyarakat. Sebaliknya, semakin kondusif regulasi atau semakin besar insentif pajak yang diberikan, akan lebih berpotensi memberi semangat kepada perusahaan untuk berkontribusi kepada masyarakat.

(20)

perusahaan adalah bagian dari masyarakat dan oleh karenanya wajar bila perusahaan memperhatiakan kepentingan masyarakat. Perusahaan mesti menyadari bahwa mereka beroperasi dalam suatu tatanan lingkungan masyarakat. Kegiatan sosial ini berfungsi sebagai kompensasi atau upaya imbal balik atas penguasaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi oleh perusahaan yang kadang bersifat ekspansif dan eksploratif, disamping sebagai kompensasi sosial karena timbulnya ketidaknyamanan pada masyrakat. Disamping itu jugs kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan yang bersifat simbiosis mutualisme. Untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat, setidaknya ijin mengoperasikan perusahaan, wajar bila perusahaan juga dituntut untuk memberikan kontribusi positif kepada masyarakat, sehingga bias tercipta harmonisasi hubungan bahkan pendongkrakan citra dan performa perusahaan. Dan diperkuat dengan alasan bahwa kegiatan tanggung jawab sosial merupakan salah satu cara untuk meredam atau bahkan menghindari konflik sosial. Potensi konflik itu bias berasal akibat dampak operasional perusahaan ataupun akibat kesenjangan struktural dan ekonomis yang timbul antara masyarakat dengan komponen perusahaan.

(21)

halnya dengan CSR yang dilaksanakan sebagi kewajiban yang kurang memperdulikan manfaat CSR itu sendiri hanya sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban. CSR diimplementasikan karena memang ada regulasi, hukum, dan aturan yang memaksanya. Sedangkan CSR diimplementasikan karena memang ada dorongan yang tulus dari dalam, perusahaan meyakini bahwa program CSR merupakan investasi bagi pertumbuhan dan keberlanjutan (sustainability) usaha. Artinya, CSR bukan lagi dilihat sebagai sentra biaya melainkan sebagai sentra laba (dimasa mendatang). Secara sederhana, bila CSR diabaikan, kemudian terjadi insiden, maka biaya untuk menanggung resikonya jauh lebih besar ketimbang nilai yang hendak dihemat dari alokasi anggaran CSR itu sendiri. Belum lagi resiko non-finansial yang berpengaruh buruk pada citra korporasi dan kepercayaan masyarakat kepada perusahaan. Aktivitas CSR berada dalam koridor strategi perusahaan yang di arahkan untuk mencapai sasaran terhadap masyarakat yaitu mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. Implementasi CSR itu merupakan langkah-langkah pilihan sendiri, sebagai kebijakan perusahaan, bukan karena dipaksa oleh aturan dan tekanan masyarakat.

II.3.7 Manfaat Corporate Social Responsibility

(22)

lebih besar, infrastruktur dan lingkungan ekonomi yang lebih baik, menarik dan menjaga personel yang kompeten untuk memiliki komitmen yang tinggi dan yang terakhir menarik tenaga kerja, pemasok, pemberi jasa dan mungkin pelanggan lokal yang bermutu. Disamping itu manfaat yang diterima oleh masyarakat adalah peluang peciptaan kesempatan kerja, pengalaman kerja dan pelatihan pendanaan yang dimana pendanaan investasi masyarakat, pengembangan infrastruktur. Dan juga keahlian komersial, kompetisi teknis, individual pekerja yang terlibat serta representatif bisnis sebagai juru promosi bagi prakarsa-prakarsa masyarakat. Apabila CSR direncanakan dengan baik dan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan maka akan memungkinkan mencapai manfaat yang diinginkan.

II.4 Pembangunan

(23)

pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan, pembangunan telah mencapai sukses yang besar,akan tetapi jika ditinjau dan dikaji dari segi pengurangan tingkat kemiskinan, keadilan dan pengurangan tingkat pengangguran maka pembangunan itu mengalami kegagalan. ( Paul P.streeten, 1967 ). Tiap-tiap negara selalu mengejar dengan yang namanya pembangunan. Dengan tujuan semua orang turut mengambil bagian. Sedangkan kemajuan ekonomi adalah suatu komponen esensial dari pembangunan itu, walaupun bukan satu-satunya. Hal ini disebabkan pembangunan itu bukanlah semata-mata fenomena ekonomi.

II.4.1 Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan (Emil Salim,1990) bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia. Pembangunan yang berkelanjutan pada hekekatnya ditujukan untuk mencari pemerataan pembangunan antar generasi pada masa kini maupun masa mendatang. Menurut KLH (1990) pembangunan (yang pada dasarnya lebih berorientasi ekonomi) dapat diukur keberlanjutannya berdasarkan tiga kriteria yang mengacu pada tidak ada pemborosan penggunaan sumber daya alam, tidak ada polusi dan dampak lingkungan lainnya, serta kegiatannya harus dapat meningkatkan sumber daya alam dan menggantinya.

(24)

memperhatikan batas-batas yang wajar dalam kendali ekosistem atau sistem lingkungan serta diarahkan pada sumberdaya alam yang replaceable dan menekankan serendah mungkin eksploitasi sumber daya alam yang unreplaceable.

b. Pengamanan terhadap kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup yang ada dan pencegahan terjadi gangguan ekosistem dalam rangka menjamin kualitas kehidupan yang tetap baik bagi generasi yang akan datang.

c. Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam semata untuk kepentingan mengejar pertumbuhan ekonomi demi kepentingan pemerataan pemanfaatan sumberdaya alam yang berkelanjutan antar generasi.

d. Mempertahankan kesejahteraan rakyat (masyarakat) yang berkelanjutan baik masa kini maupun masa yang mendatang (inter temporal).

e. Mempertahankan manfaat pembangunan ataupun pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang mempunyai dampak manfaat jangka panjang ataupun lestari antar generasi.

f. Menjaga mutu ataupun kualitas kehidupan manusia antar generasi sesuai dengan habitatnya.

(25)

selanjutnya, sehingga tidak terjadinya penurunan kualitas tetapi menjaga keseimbangan lingkungan itu sendiri.

(26)

II.4.1 Strategi Pembangunan Berkelanjutan

Dari berbagai konsep yang ada maka dapat dirumuskan prinsip dasar dari setiap elemen pembangunan berkelanjutan. Dalam hal ini ada empat komponen yang perlu diperhatikan yaitu pemerataan, partisipasi, keanekaragaman, integrasi, dan perspektif jangka panjang (Askar Jaya : 2004).

a. Pembangunan yang menjamin pemerataan dan keadilan sosial pembangunan yang berorientasi pemerataan dan keadilan sosial harus dilandasi hal-hal seperti ; meratanya distribusi sumber lahan dan faktor produksi, meratanya peran dan kesempatan perempuan, meratanya ekonomi yang dicapai dengan keseimbangan distribusi kesejahteraan, Namun pemerataan bukanlah hal yang secara langsung dapat dicapai. Pemerataan adalah konsep yang relatif dan tidak secara langsung dapat diukur. Dimensi etika pembangunan berkelanjutan adalah hal yang menyeluruh, kesenjangan pendapatan negara kaya dan miskin semakin melebar, walaupun pemerataan dibanyak negara sudah meningkat. Aspek etika lainnya yang perlu menjadi perhatian pembangunan berkelanjutan adalah prospek generasi masa datang yang tidak dapat dikompromikan dengan aktivitas generasi masa kini. Ini berarti pembangunan generasi masa kini perlu mempertimbangkan generasi masa datang dalam memenuhi kebutuhannya.

(27)

pemeliharaan keanekaragaman budaya akan mendorong perlakuan yang merata terhadap setiap orang dan membuat pengetahuan terhadap tradisi berbagai masyarakat dapat lebih dimengerti.

c. Pembangunan yang menggunakan pendekatan integratif pembangunan berkelanjutan mengutamakan keterkaitan antara manusia dengan alam. Manusia mempengaruhi alam dengan cara yang bermanfaat atau merusak. Hanya dengan memanfaatkan pengertian tentang konpleknya keterkaitan antara sistem alam dan sistem sosial. Dengan menggunakan pengertian ini maka pelaksanaan pembangunan yang lebih integratif merupakan konsep pelaksanaan pembangunan yang dapat dimungkinkan. Hal ini merupakan tantangan utama dalam kelembagaan.

d. Pembangunan yang meminta perspektif jangka panjang masyarakat cenderung menilai masa kini lebih dari masa depan, implikasi pembangunan berkelanjutan merupakan tantangan yang melandasi penilaian ini. Pembangunan berkelanjutan mensyaratkan dilaksanakan penilaian yang berbeda dengan asumsi normal dalam prosedur discounting. Persepsi jangka panjang adalah perspektif pembangunan yang berkelanjutan. Hingga saat ini kerangka jangka pendek mendominasi pemikiran para pengambil keputusan ekonomi, oleh karena itu perlu dipertimbangkan.

(28)

kompleksitas antara sistem alam, sistem sosial dan manusia di dalam merencanakan, mengorganisasikan maupun melaksanakan pembangunan tersebut. Pembangunan berkelanjutan harus dilihat dalam perspektif jangka panjang. Hingga saat ini yang banyak mendominasi pemikiran para pengambil keputusan dalam pembangunan adalah kerangka pikir jangka pendek, yang ingin cepat mendapatkan hasil dari proses pembangunan yang dilaksanakan.

(29)

II.4.2 Pendekatan Pembangunan Berkelanjutan

Secara ideal keberlanjutan pembangunan membutuhkan pendekatan pencapaian terhadap keberlanjutan ataupun kesinambungan berbagai aspek kehidupan yang mencakup; keberlanjutan ekologis, ekonomi, sosial budaya, politik dan pertahanan keamanan (Askar Jaya : 2004). Berkenaan dengan itu Menurut Surna T. Djajadiningrat (2005) menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan memerlukan perspektif jangka panjang yang mencakup aspek tersebut.

1. Keberlanjutan Ekologis

Menurut Djajadiningrat (2005) tentang keberlanjutan ekologis merupakan prasyarat pembangunan demi keberlanjutan kehidupan karena akan menjamin keberlanjutan eksistensi bumi. Dikaitkan dengan kearifan budaya, masing-masing suku di Indonesia memiliki konsep yang secara tradisional dapat menjamin keberlangsungan ekologis..

(30)

keanekaragaman kehidupan yang menentukan keberlanjutan proses ekologis. Proses yang menjadikan rangkaian jasa pada manusia masa kini dan masa mendatang. Terdapat tiga aspek keanekaragaman hayati yaitu keanekaragaman genetika, spesies, dan tatanan lingkungan. Untuk mengkonversikan keanekaragaman hayati tersebut perlu hal-hal berikut yaitu “menjaga ekosistem alam dan area yang representatif tentang kekhasan sumberdaya hayati agar tidak dimodifikasikan, memelihara seluas mungkin area ekosistem yang dimodifikasikan untuk keanekaragaman dan keberlanjutan keanekaragaman spesies, konservatif terhadap konversi lahan pertanian.

(31)

Pengelolaan pembangunan yang berwawasan lingkungan merupakan hal penting untuk keberlanjutan ekosistem. Hal ini dapat dilaksanakan melalui pencegahan pencemaran lingkungan, rehabilitasi dan pemulihan ekosistem dan sumberdaya alam yang rusak, meningkatkan kapasitas produksi dari ekosistem alam dan binaan manusia. Banyak manfaat yang akan diterima perusahaan apabila melakukan usaha yang ramah lingkungan, selain tetap menjaga kelestarian lingkungan, juga menarik hati masyarakat.

2. Keberlanjutan Ekonomi

(32)

3. Keberlanjutan Ekonomi Sektoral

(33)

secara menyeluruh sumberdaya ini tidak menciut akan tetapi berpariasi sesuai dengan kualitasnya.

4. Keberlanjutan Sosial Budaya

Secara menyeluruh keberlanjutan sosial dan budaya dinyatakan dalam keadilan sosial, harga diri manusia dan peningkatan kualitas hidup seluruh manusia. Keberlanjutan sosial dan budaya mempunyai empat sasaran yaitu:

a. Stabilitas penduduk yang pelaksanaannya mensyaratkan komitmen politik yang kuat, kesadaran dan partisipasi masyarakat, memperkuat peranan dan status wanita, meningkatkan kualitas, efektivitas dan lingkungan keluarga.

b. Memenuhi kebutuhan dasar manusia, dengan memerangi kemiskinan dan mengurangi kemiskinan absolut. Keberlanjutan pembangunan tidak mungkin tercapai bila terjadi kesenjangan pada distribusi kemakmuran atau adanya kelas sosial. Halangan terhadap keberlajutan sosial harus dihilangkan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Kelas sosial yang dihilangkan dimungkinkannya untuk mendapat akses pendidikan yang merata, pemerataan pemulihan lahan dan peningkatan peran wanita.

(34)

d. Mendorong pertisipasi masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan. Beberapa persyaratan dibawah ini penting untuk keberlanjutan sosial yaitu : prioritas harus diberikan pada pengeluaran sosial dan program diarahkan untuk manfaat bersama, investasi pada perkembangan sumberdaya misalnya meningkatkan status wanita, akses pendidikan dan kesehatan, kemajuan ekonomi harus berkelanjutan melalui investasi dan perubahan teknologi dan harus selaras dengan distribusi aset produksi yang adil dan efektif, kesenjangan antar regional dan desa, kota, perlu dihindari melalui keputusan lokal tentang prioritas dan alokasi sumber daya.

5. Keberlanjutan Politik

Menurut Askar Jaya (2004) bahwa keberlanjutan politik diarahkan pada respek pada human right, kebebasan individu dan sosial untuk berpartisipasi dibidang ekonomi, sosial dan politik, demokrasi yang dilaksanakan perlu memperhatikan proses demokrasi yang transparan dan bertanggungjawab, kepastian kesediaan pangan, air, dan pemukiman. Adapun menurut Djajadiningrat (2005) dibidang keberlanjutan politik terdapat pokok pikiran seperti perhatian terhadap HAM, kebebasan individu, hak-hak sosial, politik dan ekonomi, demokratisasi serta kepastian ekologis.

(35)

tertentu. Dalam hal ini sangat pentingnya diperhatikan keberlanjutan politik yang mengedepankan kepentingan banyak orang banyak orang yang mampu dipertanggungjawabkan.

6. Keberlanjutan Pertahanan dan Keamanan.

Djajadiningrat (2005) Harmonisasi antar struktur (suprastruktur dan infrastruktur) dalam menghadapi atau melaksanakan idealisasi pembangunan yang berkelanjutan. Apabila selama ini terjadi ketimpangan, maka yang terjadi adalah disharmonisasi yang berdampak pada hal yang lebih luas yaitu yang menyangkut nasionalisme, rasa kebangsaan dan “pudarnya negara bangsa”.

Keberlanjutan keamanan seperti menghadapi dan mengatasi tantangan, ancaman dan gangguan baik dari dalam dan luar yang langsung dan tidak langsung yang dapat membahayakan integritas, identitas, kelangsungan negara dan bangsa perlu diperhatikan.

II.4 Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Tujuannya adalah untuk memudahkan pemahaman dan menghindari terjadinya interpretasi ganda dari variabel yang diteliti (Singarimbun, 1995).

(36)

1. Implementasi merupakan keputusan mengenai kebijakan yang mendasar, yang biasanya tertuang dalam suatu Undang-Undang namun juga dapat berbentuk instruksi-instruksi eksekutif yang penting atau keputusan perundangan. Peraturan Menteri bumn no.per-09/mbu/07/2015 tanggal 03 juli 2015 tentang program kemitraan dan program bina lingkungan badan usaha milik negara.

2. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen perusahaan dalam bertindak secara etis dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi dan sosial kepada seluruh stakeholder-nya serta memerhatikan lingkungan sekitar perusahaan dengan baik agar tercapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan

3. Pembangunan berkelanjutan adalah pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya alam secara maksimal tanpa merusak sumberdaya alam yang mengorbankan generasi selanjutan.

II.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang disusun dalam rangka memeparkan segala keseluruhan hasil penelitian ini secara singkat dapat diketahui sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

(37)

BAB II : KERANGKA TEORI

Bab ini berisi teori-teori yang dianggap penting dan memiliki hubungan dengan teori yang diperlukan selama melakukan penelitian, baik di lapangan maupun dalam analisis data.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini memuat tentang gambaran atau karakteristik lokasi penelitian.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisi tentang uraian data-data yang akan diperoleh setelah melaksanakan penelitian.

BAB VI : PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait

Komunikasi antar budaya adalah suatu proses komunikasi simbolik, interpretatif, transaksional, dan kontekstual yang dilakukan oleh sejumlah orang – yang karena memiliki

[r]

Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut, material baja di pilih sebagai material struktur utama dan dinding geser plat baja ( steel plate shear wall ) sebagai struktur kaku

[r]

Adalah Sistem pengelolaan sampah yang banyak dilakukan oleh warga terutama di pedesaan, di mana sampah dikumpulkan, kemudian dilakukan pembuangan atau pemusnahaan.

This research aims at finding out the correlation between the mastery of present tense and the ability I writing descriptive text of the eighth grade students of SMP N

Pada tahap perencanaan ada beberapa langkah yang dilakukan meliputi : (1) Melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan

Dalam jurnal ini, penulis mengemas hasil riset yang dilakukan penulis, dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi untuk perancangan desain karakter sebuah IP (intellectual