• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA.docx (5)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA.docx (5)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA

Diajukan sebagai Tugas Kelima

Mata kuliah

ENERGI TERBARUKAN DAN SMARTGRID

Disusun oleh :

NUR FITRYAH

062.13.009

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT serta Nabi Muhammad SAW karena penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Pembangkit Listrik Tenaga Surya”. Penulis menulis makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelima dalam mata kuliah Energi Terbarukan dan Smartgrid.

Dalam penyelesaian penulisan makalah ini, penulis mendapat arahan dan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu penulis untuk menyelesaikan makalah ini.

Segala usaha telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini, namun penulis menyadari bahwa makalah ini memungkinkan untuk ditemukannya kesalahan atau kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat dijadikan masukan guna perbaikan di masa mendatang.

Jakarta, 3 April 2015

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar...1

Daftar Isi...2

BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang...3

I.2. Rumusan Masalah...3

I.3. Tujuan Penulisan...3

I.4. Metodologi Penulisan...4

BAB II. PEMBAHASAN II.1. Sejarah Solar Cell………...5

II.2. Prinsip Kerja Solar Cell...……...6

II.3. Kompenen Pembangkit Listrik Tenaga Surya………8

II.4. Jenis – jenis Solar Cell...10

II.5. Sistem Perhitungan Solar Cell……….12

II.5.A. Perhitungan Kapasitas Daya Modul Surya………..14

II.5.B. Perhitungan Kapasitas Battery Charge Regulator………...16

II.5.C. Perhitungan Kapasitas Inverter………....17

II.5.D. Perhitungan PLTS Terpasang………..17

II.6. Perkembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Indonesia…………..18

BAB III. PENUTUP KESIMPULAN...19

DAFTAR PUSTAKA...19

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu Negara yang terletak pada garis khatulistiwa. Bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu Negara tropis di dunia. Sebagai Negara tropis, Indonesia memiliki intensitas paparan sinar Matarhari yang tinggi. Indonesia juga salah satu Negara berkembang, karena masih banyak kelebihan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan tetapi tidak dimanfaatkan. Selain itu, masih banyak masyarakat pedalaman yang terisolasi belum tersentuh dan mengenal listrik. Banyak masyarakat yang tertinggal jauh akan kemajuan teknologi yang ada. Teknologi yang dapat merubah sinar Matahari sebagai sumber energy listrik atau kita biasa mengenalnya dengan solar cell, berkembang pesat. Dengan dikaruniai intensitas sinar Matahari yang tinggi harusnya membuat Indonesia mengembangkan teknologi solar cell sendiri.

I.2. Rumusan Masalah

Yang menjadi rumusan masalah pada makalah ini adalah

1. Bagaimana tenaga surya yang Indonesia punya dimanfaatkan menjadi potensi pambangkit listrik?

2. Bagaimana prinsip kerja Sel Surya?

3. Bagaimana efisiensi dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya?

I.3. Tujuan Penulisan

(5)

I.4. Metodologi Penelitian

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

II.1. Sejarah Solar Cell

Tenaga listrik dari cahaya matahari pertama kali ditemukan oleh Alexandre – Edmund Becquerel seorang ahli fisika Perancis pada tahun 1839. Temuannya ini merupakan cikal bakal teknologi solar cell. Percobaannya dilakukan dengan menyinari 2 elektrode dengan berbagai macam cahaya. Elektrode tersebut di balut (coated) dengan bahan yang sensitif terhadapcahaya, yaitu AgCl dan AgBr dan dilakukan pada kotak hitam yang dikelilingi dengan campuran asam. Dalam percobaanya ternyata tenaga listrik meningkat manakala intensitascahaya meningkat. Selanjutnya penelitian dari Bacquerel dilanjutkan oleh peneliti-peneliti lain. Tahun 1873 seorang insinyur Inggris Willoughby Smith menemukan Selenium sebagai suatu elemen photo conductivity. Kemudian tahun 1876, William Grylls dan Richard Evans Day membuktikan bahwa Selenium menghasilkan arus listrik apabila disinari dengan cahaya matahari. Hasil penemuan mereka menyatakan bahwa Selenium dapat mengubah tenaga matahari secara langsung menjadi listrik tanpa ada bagian bergerak atau panas. Sehingga disimpulkan bahwa solar cell sangat tidak efisien dan tidak dapat digunakan untuk menggerakkan peralatan listrik. Tahun 1894 Charles Fritts membuat Solar Cell pertama yang sesungguhnya yaitu suatu bahan semi conductor (selenium) dibalut dengan lapisan tipis emas. Tingkat efisiensi yang dicapai baru 1% sehingga belum juga dapat dipakai sebagai sumber energi, namun kemudian dipakai sebagai sensor cahaya. Tahun 1905 Albert Einstein mempublikasikan tulisannya mengenai photoelectric effect. Tulisannya ini mengungkapkan bahwa cahaya terdiri dari paket-paket atau “quanta of energi” yang sekarang ini lazim disebut “photon.” Teorinya ini sangat sederhana tetapi revolusioner. Kemudian tahun 1916 pendapat Einstein mengenai photoelectric effect dibuktikan oleh percobaan Robert Andrew Millikan seorang ahli fisika berkebangsaan Amerika dan ia mendapatkan Nobel Prize untuk karya photoelectric effect. Tahun 1923 Albert Einstein akhirnya juga mendapatkan Nobel Prize untuk teorinya yang menerangkan photoelectric effect yang

dipublikasikan 18 tahun sebelumnya.

(7)

II.2. Prinsip Kerja Solar Cell

Sel surya adalah dioda semikonduktor yang dapat mengubah cahaya menjadi listrik dan merupakan komponen utama dalam sistem PLTS. sehingga PLTS dapat tetap memasok daya listrik ketika tidak ada cahaya matahari.

Pembangkitan energi listrik pada sel surya terjadi berdasarkan efek fotolistrik, atau disebut juga efek fotovoltaik, yaitu efek yang terjadi akibat foton dengan panjang gelombang tertentu yang jika energinya lebih besar daripada energi ambang semikonduktor, maka akan diserap oleh elektron sehingga elektron berpindah dari pita valensi (N) menuju pita konduksi (P) dan meninggalkan hole pada pita valensi, selanjutnya dua buah muatan, yaitu pasangan elektron-hole, dibangkitkan. Aliran elektron-hole yang terjadi apabila dihubungkan ke beban listrik melalui penghantar akan menghasilkan arus listrik.

Apakah pada kalkulator bertenaga surya atau stasiun ruang angkasa internasional, panel surya (solar panel) yang digunakan menghasilkan listrik menggunakan prinsip yang relatif sama. Elemen dasar panel surya adalah unsur yang juga digunakan untuk menciptakan revolusi komputer yaitu silikon murni. Ketika dilucuti dari semua pengotor, silikon menjadi sebuah platform netral yang ideal untuk transmisi elektron. Atom silikon memiliki tempat untuk delapan elektron dalam kulit terluarnya, tetapi hanya membawa empat elektron dalam keadaan alami.

(8)

Panel surya dibuat dengan menggabungkan silikon dengan unsur-unsur lain yang memiliki muatan positif atau negatif. Fosfor, misalnya, memiliki lima elektron yang bisa ditawarkan ke atom lain. Jika digabungkan secara kimia, silikon dan fosfor akan menghasilkan delapan elektron stabil dengan masih memiliki satu elektron bebas. Elektron bebas ini tidak bisa pergi karena terikat pada atom fosfor, namun tidak diperlukan oleh silikon. Oleh karena itu, lempeng silikon-fosfor ini lantas bermuatan negatif.

Namun, agar listrik mengalir, muatan positif juga harus tersedia. Hal ini dicapai dengan menggabungkan silikon dengan unsur seperti boron, yang hanya memiliki tiga elektron untuk ditawarkan. Sebuah lempeng paduan silikon-boron masih memiliki satu tempat tersisa untuk elektron lain. Ini berarti lempeng tersebut memiliki muatan positif. Dua lempeng negatif dan positif diatas diletakkan berdekatan dalam panel surya, dengan kabel konduktif menghubungkan antar panel surya.

Lantas apa peran matahari? Sinar matahari memiliki banyak partikel energi yang berbeda, dengan salah satunya disebut foton. Pada panel surya, foton bertindak seperti palu. Ketika pelat negatif sel surya ditempatkan pada sudut yang tepat terhadap matahari, foton akan membombardir atom silikon-fosfor. Akhirnya, elektron ke-9 pada pelat silikon-fosfor menjadi bebas. Elektron bebas ini lantas ditarik oleh pelat silikon-boron untuk mengisi satu tempat kosong yang mereka miliki.

Seiring foton memutus lebih banyak elektron, listrik lantas dihasilkan. Listrik yang dihasilkan oleh satu sel surya mungkin tidak mengesankan, tetapi ketika banyak panel surya saling dihubungkan, listrik yang dihasilkannya cukup untuk menghidupkan motor atau peralatan elektronik lainnya. Salah satu kendala utama panel surya adalah hanya sejumlah kecil listrik yang bisa dihasilkan dibandingkan dengan ukurannya.

Kalkulator mungkin hanya memerlukan sel surya tunggal, tetapi mobil bertenaga surya akan membutuhkan beberapa ribu. Jika sudut panel surya berubah sedikit saja, efisiensi bisa turun hingga 50 persen.

(9)

II.3. Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Untuk instalasi listrik tenaga surya sebagai pembangkit listrik, diperlukan komponen sebagai berikut:

1. Panel Surya (Solar Cell)

Solar panel mengkonversikan tenaga matahari menjadi listrik. Sel silikon (disebut juga solar cells) yang disinari matahari/ surya, membuat photon yang menghasilkan arus listrik. Sebuah solar cells menghasilkan kurang lebih tegangan 0.5 Volt. Jadi sebuah panel surya 12 Volt terdiri dari kurang lebih 36 sel (untuk menghasilkan 17 Volt tegangan maksimun)

Apa arti Solar Cell 50 WP ?

Solar cell 50 wp artinya solar cell tersebut mempunyai 50 watt peak ( pada saat matahari terik )

Peak 1 hari di asumsikan 4,5 jam (hitungan aman adalah 4 jam) sehingga 50 x 4,5 = 225 watt hour / day

itu kapasitas maksimal untuk pemakaian 1 hari.

Contoh

Total penggunaan daya per day adalah 225 watt hour Lampu teras 5 watt x 12 jam = 60 watt hour/ day matahari di siang hari, rangkaian charger controller ini otomatis bekerja dan mengisi (charge ) battery dan menjaga tegangan battery agar tetap stabil .

(10)

Bila kita menggunakan battery 12V, maka rangkaian ini akan menjaga agar tegangan charger 12 10% , tegangan charger yang di butuhkan antara 13,2 – 13,4 Volt.

dan bila sudah mencapai tegangan tersebut, rangkaian ini otomatis akan menghentikan proses pengisian battery tersebut.

Sebaliknya apabila tegangan battery turun / drop hingga 11 Volt , maka controller akan memutus tegangan sehingga battery tidak sampai habis.

Secara keseluruhan Fungsi dari Controller ini yaitu dapat menjaga agar battery tidak kelebihan (over charger) dan kehabisan tegangan (under charger) dengan begitu maka umur dari battery bertambah lama.

3. Battery

Fungsi battery adalah sebagai tempat untuk menyimpan daya (power storage).

Untuk battery yang digunakan sebaiknya menggunakan battery gel atau yang selama ini kita kenal dengan istilah battery kering.

Battery gel ini adalah yang paling direkomendasikan untuk digunakan pada applikasi solar system. Kelemahannya adalah harganya yang mahal.

3. Inverter / Converter (Optional)

adalah perangkat elektrik yang mengkonversikan tegangan searah (DC - direct current) menjadi tegangan bolak balik (AC - alternating current).

(11)

II.4. Jenis – jenis Solar Cell

Ditinjau dari konsep struktur kristal bahannya, terdapat tiga tipe utama sel surya, yaitu sel surya berbahan dasar monokristalin, poli (multi) kristalin, dan amorf. Ketiga tipe ini telah dikembangkan dengan berbagai macam variasi bahan, misalnya silikon, CIGS, dan CdTe.

Berdasarkan kronologis perkembangannya, sel surya dibedakan menjadi sel surya generasi pertama, kedua, dan ketiga. Generasi pertama dicirikan dengan pemanfaatan wafer silikon sebagai struktur dasar sel surya; generasi kedua memanfaatkan teknologi deposisi bahan untuk menghasilkan lapisan tipis (thin film) yang dapat berperilaku sebagai sel surya; dan generasi ketiga dicirikan oleh pemanfaatan teknologi bandgap engineering untuk menghasilkan sel surya berefisiensi tinggi dengan konsep tandem atau multiple stackes.

Kebanyakan sel surya yang diproduksi adalah sel surya generasi pertama, yakni sekitar 90% (2008). Di masa depan, generasi kedua akan makin populer, dan kelak akan mendapatkan pangsa pasar yang makin besar. European Photovoltaic Industry Association (EPIA) memperkirakan pangsa pasar thin film akan mencapai 20% pada tahun 2010. Sel surya generasi ketiga hingga saat ini masih dalam tahap riset dan pengembangan, belum mampu bersaing dalam skala komersial.

Jenis-jenis sel surya digolongkan berdasarkan teknologi pembuatannya. Secara garis besar sel

surya dibagi dalam tiga jenis, yaitu:

1. Monocrystalline

Jenis ini terbuat dari batangan kristal silikon murni yang diiris tipis-tipis. Kira-kira hampir sama seperti pembuatan keripik singkong. Satu singkong diiris tipis-tipis, untuk menghasilkan kepingan-kepingan keripik yang siap digoreng. (Ah...jadi ngilerrrr ingat keripik singkong). Itu singkong yang mudah diiris tipis-tipis, beda dengan kristal silikon murni yang membutuhkan teknologi khusus untuk mengirisnya menjadi kepingan-kepingan kristal silikon yang tipis. Dengan teknologi seperti ini, akan dihasilkan kepingan sel surya yang identik satu sama lain dan berkinerja tinggi. Sehingga menjadi sel surya yang paling efisien dibandingkan jenis sel surya

lainnya, sekitar 15% - 20%.

(12)

Keterangan gambar: identik satu sama lain dan efisiensinya lebih rendah, sekitar 13% - 16% . Tampilannya nampak seperti ada motif pecahan kaca di dalamnya. Bentuknya yang persegi, jika disusun membentuk panel surya, akan rapat dan tidak akan ada ruangan kosong yang sia-sia seperti susunan pada panel surya monocrystalline di atas. Proses pembuatannya lebih mudah dibanding monocrystalline, karenanya harganya lebih murah. Jenis ini paling banyak dipakai saat ini.

3. Thin Film Solar Cell (TFSC)

Jenis sel surya ini diproduksi dengan cara menambahkan satu atau beberapa lapisan material sel surya yang tipis ke dalam lapisan dasar. Sel surya jenis ini sangat tipis karenanya sangat ringan

dan fleksibel.

(13)

Berdasarkan materialnya, sel surya thin film ini digolongkan menjadi:

3.1. Amorphous Silicon (a-Si) Solar Cells.

Sel surya dengan bahan Amorphous Silicon ini, awalnya banyak diterapkan pada kalkulator dan jam tangan. Namun seiring dengan perkembangan teknologi pembuatannya penerapannya menjadi semakin luas. Dengan teknik produksi yang disebut "stacking" (susun lapis), dimana beberapa lapis Amorphous Silicon ditumpuk membentuk sel surya, akan memberikan efisiensi

yang lebih baik antara 6% - 8%.

3.2. Cadmium Telluride (CdTe) Solar Cells.

Sel surya jenis ini mengandung bahan Cadmium Telluride yang memiliki efisiensi lebih tinggi dari sel surya Amorphous Silicon, yaitu sekitar: 9% - 11%.

3.3. Copper Indium Gallium Selenide (CIGS) Solar Cells. Dibandingkan kedua jenis sel surya thin film di atas, CIGS sel surya memiliki efisiensi paling tinggi yaitu sekitar 10% - 12%. Selalin itu jenis ini tidak mengandung bahan berbahaya

Cadmium seperti pada sel surya CdTe.

Teknologi produksi sel surya thin film ini masih baru, masih banyak kemungkinan di masa mendatang. Ongkos produksi yang murah serta bentuknya yang tipis, ringan dan fleksibel sehingga dapat dilekatkan pada berbagai bentuk permukaan, seperti kaca, dinding gedung dan genteng rumah dan bahkan tidak menutup kemungkinan kelak dapat dilekatkan pada bahan seperti baju kaos.

II.5. Sistem Perhitungan Solar Cell

Energi baru dan yang terbarukan mempunyai peran yang sangat penting dalam memenuhi

kebutuhan energi. Hal ini disebabkan penggunaan bahan bakar untuk pembangkit-pembangkit

(14)

dan batu bara yang makin menipis dan juga dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan. Salah

satunya upaya yang telah dikembangkan adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). PLTS

atau lebih dikenal dengan sel surya (sel fotovoltaik) akan lebih diminati karena dapat digunakan

untuk berbagai keperluan yang relevan dan di berbagai tempat seperti perkantoran, pabrik,

perumahan, dan lainnya. Di Indonesia yang merupakan daerah tropis mempunyai potensi energi

matahari sangat besar dengan insolasi harian rata-rata 4,5 - 4,8 KWh/m² / hari. Akan tetapi energi

listrik yang dihasilkan sel surya sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari yang

diterima oleh sistem.

Dalam merencanakan pembangunan PLTS terlebih dahulu diperhitungkan beban dari

PLTS sehingga kita dapat menghitung kapasitas listrik tenaga surya yang akan dibangun. Berikut

ini merupakan contoh perhitungan beban pada perumahan tipe 36 sebanyak 10 unit rumah.

(15)

Asumsi rugi-rugi (losses) pada sistem dianggap sebesar 15%, karena keseluruhan komponen sistem yang digunakan masih baru (Mark Hankins, 1991: 68).

Total energi sistem yang disyaratkan adalah sebesar :

ET = EA + rugi-rugi system ET : Energi total termasuk rugi-rugi yang diperhitungkan

= EA + (15% x EA) EA : Energi total tanpa rugi-rugi

= 51860 WH + (15% x 51860WH)

= 59639 WH

Jadi total energi sistem yang disyaratkan sebesar 59639 WH

II.5.A. Perhitungan Kapasitas Daya Modul Surya

Kapasitas daya modul sel surya dapat diperhitungkan dengan memperhatikan beberapa

faktor, yaitu kebutuhan energi sistem yang disyaratkan, insolasi matahari, dan faktor penyesuaian

(adjustment factor). Kebutuhan energi sistem hasil perhitungan, yaitu sebesar 59639 WH. Insolasi matahari bulanan yang terendah adalah pada bulan Januari yaitu 3,91 (sumber BMG,

BPPT). Diambil data insolasi matahari yang terendah agar PLTS dapat memenuhi kebutuhan

beban setiap saat. Berikut merupakan tabel insolasi matahari untuk daerah Jakarta dalam kurun

(16)

Tabel Insolasi Matahari

No BULAN

INSOLASI

MATAHARI

1 JANUARI 3.91

2 FEBRUARI 4.03

3 MARET 4.48

4 APRIL 4.62

5 MEI 4.37

6 JUNI 4.17

7 JULI 4.44

8 AGUSTUS 4.48

9 SEPTEMBER 5.05

10 OKTOBER 4.85

11 NOVEMBER 4.43

12 DESEMBER 4.21

13 rata-rata 4.42

Faktor penyesuaian pada kebanyakan instalasi PLTS adalah 1,1 (Mark Hankins, 1991

Small Solar Electric System for Africa page 68). Kapasitas daya modul surya yang dihasilkan

adalah:

Kapasitas Daya Modul Surya = ( ET / insolasi matahari ) x faktor penyesuaian

= ( 59639 / 3.91 ) x 1.1

= 16702.27 ≈ 16800 WP

(17)

Satuan energi (dalam WH) dikonversikan menjadi Ah yang sesuai dengan satuan

kapasitas baterai sebagai berikut:

AH = ET/Vs AH : kapasitas AH yang dibutuhkan

= 59639 Wh / 24h ET : Energi total termasuk rugi-rugi

= 2484,95 AH yang diperhitungkan

Hari otonomi yang ditentukan adalah satu hari, jadi baterai hanya menyimpan energi dan

menyalurkannya pada hari itu juga. Besarnya deep of discharge (DOD) pada baterai adalah 80% (Mark Hankins, 1991: 68).

Kapasitas baterai yang dibutuhkan adalah:

Cb = (AH x d) / DOD Cb : kapasitas batrei

= (2484.95 x 1) / 0.8 AH : kapasitas AH yang dibutuhkan

= 3107 AH d : day (hari)

II.5.B. Perhitungan Kapasitas Battery Charge Regulator (BCR)

Beban pada sistem PLTS mengambil energi dari BCR. Kapasitas arus yang mengalir pada

BCR dapat ditentukan dengan mengetahui beban maksimal yang terpasang. Beban maksimal

yang terjadi pada sore hari adalah 4750 watt pukul 17.00. Dengan beban maksimal tegangan

sistem adalah 24 volt maka kapasitas arus yang mengalir di BCR:

I maks = P maks / Vs = 4750 W / 24V = 197.9 A

(18)

II.5.C. Perhitungan Kapasitas Inverter

Spesifikasi inverter harus sesuai dengan Battery Charge Regulator (BCR) yang digunakan. Berdasarkan tegangan sistem dan perhitungan BCR, maka tegangan masuk (input) dari inverter 24 V DC. Tegangan keluaran (output) dari inverter yang tersambung ke beban adalah 220 V AC. Arus yang mengalir melewati inverter juga harus sesuai dengan arus yang

melalui BCR. Berdasarkan perhitungan kapasitas BCR, arus maksimal yang dapat melewati

BCR sebesar 197,9 ampere. Berarti kapasitas arus Inverter yang digunakan harus lebih besar

dari 197,9 ampere.

II.5.D. Kapasitas PLTS Terpasang

A. Modul Surya

Modul photovoltaik yang akan digunakan mempunyai spesifikasi sebagai

berikut:

Kapasitas Daya : 100 WP

Arus Maksimum : 6 Ampere

Tegangan maksimum : 16,5 Volt

Karena kapasitas daya modul surya dibutuhkan 16800 W dan kapasitas daya 1 unit photovoltaik

100 WP dapat dibuat persamaan:

∑m = kapasitas daya / kapasitas per unit

= 16800 / 100

(19)

Modul surya terdiri dari 168 modul PV yang dihubungkan secara seri dan paralel, 2

modul dipasang secara seri, kemudian 84 kelompok seri dipasang dipasang secara paralel. Array

PV mempunyai Im = 504 A dan Vm = 33V yang setara dengan daya keluaran (Pm) 16632 watt.

B. Baterai

Kapasitas baterai yang digunakan adalah 200 AH dengan tegangan 12V. Karena tegangan

sistem yang digunakan adalah 24V, dan kapasitas baterai 3107 ≈ 3200 AH maka baterai

sebanyak 16 buah baterai, 2 buah dipasang secara seri dan 8 kelompok seri di paralelkan.

C. Battery Charge Regulator

Battery Charge Regulator (BCR) mempunyai dua fungsi utama. Fungsi utama sebagai titik pusat sambungan ke beban, modul sel surya dan beterai. Fungsi yang kedua adalah sebagai

pengatur system agar penggunaan listriknya aman dan efektif, sehingga semua

komponen-komponen system aman dari bahaya perubahan level tegangan. BCR yang digunakan adalah

BCR dengan kapasitas arus 200A, dan tegangan 24V.

II.6. Perkembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Indonesia

Indonesia, sebagai negara yang terletak di kawasan katulistiwa, memiliki potensi energi surya yang melimpah. Dengan matahari yang bersinar sepanjang tahun, diperkirakan energi surya dapat menghasilkan hingga 4.8 KWh/m2, atau setara dengan 112.000 GWp. Sayangnya pemanfaatan salah satu jenis energi terbarukan ini masih belum maksimal. Indonesia baru mampu memanfaatkan sekitar 10 MWp.

Umumnya pemanfaatan energi matahari melalui Pembangkit Listrik Tenaga Surya digunakan pada daerah pedesaan dengan skala kecil yakni menggunakan Solar Home System (SHS). Solar Home System adalah pembangkit listrik skala kecil yang dipasang secara desentralisasi (satu rumah satu pembangkit). Listrik harian yang dihasilkannya berkisar antara 150-300 Wp.

(20)

Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terbesar di Indonesia, yakni di Karangasem dan Bangli (Bali) masing-masing kapasitasnya hanya 1 MW.

Diantara beberapa Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Indonesia tersentralisasi yang memiliki skala besar antara lain adalah :

1. PLTS di Kabupaten Karangasem, Bali dengan kapasitas 1 MW.

2. PLTS di Kabupaten Bangli, Bali dengan kapasitas 1 MW.

3. PLTS di Pulau Gili Trawangan (NTB) berkapasitas 600 kWp.

4. PLTS di Pulau Gili Air (NTB) dengan kapasitas 160 kWp.

5. PLTS di Pulau Gili Meno (NTB) dengan kapasitas 60 kWp.

6. PLTS di Pulau Medang, Sekotok, Moyo, Bajo Pulo, Maringkik, dan Lantung dengan total kapasitas 900 kWp.

7. PLTS Raijua (Kabupaten Sabu Raijua, NTT) dengan kapasitas 150 kWp.

8. PLTS Nule (Kab. Alor, NTT) dengan kapasitas 250 kWp.

9. PLTS Pura (Kab. Alor, NTT) dengan kapasitas 175 kWp.

10. PLTS Solor Barat (Kab. Flores Timur, NTT) dengan kapasitas 275 kWp.

11. PLTS Morotai (Maluku Utara) dengan kapasitas 600 kWp.

12. PLTS Kelang (Maluku) dengan kapasitas 100 kWp.

13. PLTS Pulau Tiga (Maluku) dengan kapasitas 75 kWp.

14. PLTS Banda Naira (Maluku) (Maluku) dengan kapasitas 100 kWp.

15. PLTS Pulau Panjang (Maluku) dengan kapasitas 115 kWp.

16. PLTS Manawoka (Maluku) dengan kapasitas 115 kWp.

17. PLTS Tioor (Maluku) (Maluku) dengan kapasitas 100 kWp.

(21)

21. PLTS Kabaena (Sulawesi Tenggara) dengan kapasitas 200 kWp.

Indonesia, melalui Perusahaan Listrik Negara (PLN) pun masih berusaha menambah jumlah Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Indonesia. Baik menambah jumlah pembangkitnya maupun kapasitas listrik yang dihasilkannya. PLTS-PLTS baru tersebut akan dibangun di pulau-pulau kecil Indonesia.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Sebenarnya Indonesia dapat mengurangi keterbelakangan masyarakat pedalaman yang terisolasi dengan menyediakan sumber daya energy listrik ke pedalaman dan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya sendiri di pedalaman tersebut. Selain itu, Indonesia dapat memproduksi sendiri modul surya karena sumber daya alam yang melimpah dapat diolah menjadi modul surya.

DAFTAR PUSTAKA

http://alamendah.org/2014/12/08/pembangkit-listrik-tenaga-surya-di-indonesia/ . Diakses pada

tanggal 3 April 2015

http://renewable-solarcell.blogspot.com/2014/06/sistem-perhitungan-solar-cell.html . Diakses

pada tanggal 3 April 2015

http://sanfordlegenda.blogspot.com/2013/10/Solar-cells-Jenis-jenis-sel-surya.html . Diakses pada

tanggal 3 April 2015

http://katalognatopringsewu.blogspot.com/2014/04/cara-menghitung-daya-tenaga-surya.html.

(22)

http://www.litbang.esdm.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=540:plts-plts&catid=129:plts-plts&Itemid=172 . Diakses pada tanggal 3 April 2015

http://www.amazine.co/27045/bagaimana-cara-kerja-panel-surya-kendala-kelemahannya/ .

Diakses pada tanggal 3 April 2015

https://tenagamatahari.wordpress.com/beranda/sejarah-solar-cell/ . Diakses pada tanggal 3 April

2015

VIDEO

Gambar

Gambar Sel Surya
Tabel Insolasi Matahari

Referensi

Dokumen terkait

Perubahan fisik selama tahap kedua adalah sebagai berikut pertumbuhan ukuran leher antar partikel, porositas menurun atau berkurang, pusat partikel bergerak semakin dekat secara

Dengan terdapat kualitas sinyal yang sangat buruk dapat pula diketahui bahwa jarak jangkau maksimal kualitas sinyal stasiun TVRI Pontianak yang masih bisa dinikmati

Adapun arahan pengelolaan kawasan budidaya kehutanan dan kawasan budidaya non kehutanan menurut Anonim (2000), meliputi: i) penetapan kawasan budidaya kehutanan dan

Antihemophilic faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan berpartisipasi dalam jalur intrinsik dari koagulasi, bertindak (dalam konser dengan faktor

Pada leukopenia karena aplasia sumsum tulang, asalkan tersedia waktu yang cukup, pasien diterapi dengan transfusi yang tepat, ditambah antibiotik dan obat-obatan lainnya untuk

Pemerintah daerah dapat berkerjasama dengan badan hukum atau badan usaha dalam memberikan pelayanan jaminan kesehatan bagi penyandang disabilitas dengan kualitas

Di Jawa Barat sendiri, Pekan Olahraga Daerah (PORDA) XII- 2014 yang dilaksanakan di Kabupaten Bekasi Merupakan Momentum yang sangat berharga menyongsong PON ke