• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep biaya dan laba doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Konsep biaya dan laba doc"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

Ekonomi menejerial telah mendefinisikan biaya sebagai “suatu nilai tukar, pengeluaran, atau pengorbanan yang dilakukan untuk menjamin perolehan manfaat. Dalam proseskeu angan, pengeluaran atau pengorbanan pada tanggal akuisisi dicerminkan oleh penyusutan atas kas atau asset lain yang terjadi pada saat ini atau di masa yang akan datang. Biaya dan beban memiliki perbedaan yang terkadang tidak disadari oleh beberapa orang. Beban dan biaya berbeda satu sama lain baik pengertian, penyajian, penyampaian yang berbeda.

Pengertian biaya dikemukakan oleh Prawironegoro dan Purwanti (2009:19), bahwa biaya merupakan pengorbanan untuk memperoleh harta, sedangkan beban merupakan pengorbanan untuk memperoleh pendapatan. Biaya dan beban merupakan pengorbanan, namun tujuannya berbeda. Oleh karena itu, perlu diketahui perbedaan dari pengertian biaya dan beban.

Pengertian biaya menurut Supriyono (2011:14), biaya dalam arti cost (harga pokok) adalah jumlah yang dapat diukur dalam satuan uang dalam rangka pemilikan barang dan jasa yang diperlukan perusahaan, baik pada masa lalu (harga perolehan yang telah terjadi) maupun pada masa yang akan datang (harga perolehan yang akan terjadi).

Sprouse and Moonitz dalam Carter (2009:2-1), mendefinisikan biaya sebagai “an exchange price, a forgoing, a sacrifice made to secure benefit. In financial accounting, the forgoing or sacrifice at date of acquisition is represented by a current or future diminution in cash or other assets”. Ony Widilestariningtyas, Sony W.F, Sri Dewi Anggadini (2012:10), menyatakan biaya adalah biaya sebagai nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh manfaat.

Menurut Mulyadi (2010:8), pengertian luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.

(2)

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep biaya merupakan konsep yang terpenting dalam akuntansi manajemen dan akuntansi biaya. Adapun tujuan memperoleh informasi biaya digunakan untuk proses perencanaan, pengendalian dan pembuatan keputusan.

Menurut lkatan Akuntan lndonesia (1994), pengertian biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu, sehingga biaya dalam arti luas diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva.

Menurut Supriyono (2000) biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau yang digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan atau revenue dan akan dipakai sebagai pengurang penghasilan. Menurut Mulyadi (2005) dalam arti luas biaya adalah : pengorbanan sumber ekonomis, yang diukur dalam satuan uang, yang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam arti sempit diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva yang disebut dengan istilah harga pokok, atau dalam pengertian lain biaya merupakan bagian dari harga pokok yang dikorbankan didalam suatu usaha untuk memperoleh penghasilan.

Menurut Simamora (2002) biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat pada saat ini atau di masa mendatang bagi organisasi, dalam hal ini, perusahaan .

Jadi menurut beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan seperti menurut Hansen dan Mowen (2001) bahwa biaya merupakan kas atau nilai ekuivalen kas yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan guna untuk memberikan suatu manfaat yaitu peningkatan laba.

(3)

1.1 Pengertian Biaya

Secara umum, dapat dikatakan bahwa cost yang telah dikorbankan dalam rangka menciptakan pendapatan disebut dengan biaya. FASB (1980) mendefinisikan biaya sebagai berikut :

“Biaya adalah Aliran Keluar (out flows) atau pemakaian aktiva atau timbulnya hutang (atau kombinasi keduanya) selama satu periode yang berasal dari penjualan atau produksi barang, atau penyerahan jasa atau pelaksanaan kegiatan yang lain yang merupakan kegiatan utama suatu entitas”. Sedang IAI (1994) mendefinisikan biaya (beban) sebagai berikut :

“Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanaman modal”. Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa biaya pada akhirnya merupakan aliran keluar aktiva meskipun kadang-kadang harus melalui hutang lebih dahulu.

Sementara Kam (1990) mendefinisikan biaya sebagai penurunan nilai aktiva atau kenaikan hutang ekuitas pemegang saham (stock holder’s equity) sebagai akibat pemakaian barang atau jasa oleh suatu unit usaha untuk menghasilkan pendapatan pada periode berjalan. Dari definisi-definisi di atas, definisi yang dikemukakan IAI sejalan dengan definisi yang diajukan KAM. Keduanya mendefinisikan biaya dari sudut pandang peristiwa moneter (penurunan aktiva, kenaikan hutang / kenaikan ekuitas). Sebaliknya definisi yang dikemukakan FASB cenderung agak berbeda dengan definisi yang dikemukakan Kam. Perbedaan sudut pandang tersebut dapat dianalisis sebagai berikut :

1. Pertama, definisi yang diajukan FASB tidak menunjukkan perbedaan yang jelas antara peristiwa moneter dan peristiwa fisik. Perlu diketahui bahwa laba, pendapatan, dan biaya saling berkaitan erat dengan nilai dari suatu obyek ekonomi tertentu (jumlah rupiah aktiva yang dihasilkan dan dijual).

2. Kedua, pemakaian aktiva harus menunjukkan adanya suatu cost yang dinyatakan keluar (dikonsumsi) sebagai biaya. Hal ini sesuai dengan alasan yang dikemukakan sebelumnya bahwa biaya menunjukkan adanya perubahan nilai.

3. Ketiga, apabila dilihat dari pandangan tradisional, definisi yang dikemukakan FASB menunjukkan bahwa biaya hanya dihasilkan dari pemakaian aktiva untuk tujuan menghasilkan pendapatan pada periode berjalan.

(4)

1.Menurut fungsi pokok dalam perusahaan, biaya dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu :

a. Biaya Produksi, semua biaya yang berhubungan dengan fungsi roduksi atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi barang jadi. Biaya produksi dapat digolongkan kedalam biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

b. Biaya Pemasaran, adalah biaya – biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk, contohnya biaya iklan, biaya promosi, biaya sampel, dan lain – lain.

c. Biaya administrasi dan umum, yaitu biaya – biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan – kegiatan produksi dan pemasaran produk.

2.Menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai ada dua golongan, yaitu :

a. Biaya langsung (direct cost), merupakan biaya yang terjadi dimana penyebab satu – satunya adalah karena ada sesuatu yang harus dibiayai. Dalam kaitannya dengan produk, biaya langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. b. Biaya tidak langsung (indirect cost), biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai, dalam hubungannya dengan produk, biaya tidak langsung dikenal dengan biaya overhead pabrik.

3. Menurut perilaku dalam kaitannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya dibagi menjadi empat, yaitu :

a. Biaya Tetap (fixed cost), biaya yang jumlahnya tetap konstan tidak dipengaruhi perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai tingkat kegiatan tertentu.

b. Biaya Variabel (variable cost), biaya yang jumlah totalnya berubah secara sebanding dengan perubahan volume kegiatan atau aktivitas.

c. Biaya Semi Variabel, biaya yang jumlah totalnya berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan biaya semi variabel mengandung unsur biaya tetap dan biaya variabel.

d. Biaya Semi Fixed, biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.

Menurut Kuswadi (2005), untuk tujuan perencanaan dan pengendalian biaya digolongkan juga menjadi dua jenis, biaya ini digolongkan pada saat penetapannya, yaitu :

1. Biaya yang Ditetapkan (Predetermined Cost)

Biaya yang ditetapkan (predetermined cost) adalah biaya yang besarnya telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan analisis masa lalu atau prediksi masa datang. Biaya yang ditetapkan dilakukan untuk penyusunan standar atau anggaran.

(5)

Biaya historis adalah biaya yang besarnya dihitung setelah ada realisasi.

Konsep Biaya Produksi

Biaya atau Cost adalah pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh suatu barang ataupun jasa yang diukur dengan nilai uang, baik itu pengeluaran berupa uang, melalui tukar menukar ataupun melalui pemberian jasa. ( Prinsip Akuntansi Indonesia dalam Rony, 1990). Pada pengertian lain tentang biaya atau cost ini dinyatakan pengeluaran untuk memperoleh barang/jasa yang mempunyai manfaat bagi perusahaan lebih dari satu periode operasi dan sebaliknya. (Rony,1990).

Menurut Mulyadi (2005), biaya produksi merupakan biaya – biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Menurut Hansen dan Mowen (2001), biaya produksi adalah biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa biaya produksi adalah biaya – biaya yang dikorbankan untuk mengolah bahan baku yang diukur dengan nilai uang untuk memperoleh produk jadi berupa barang dan jasa yang siap untuk dijual dan menghasilkan manfaat dimasa mendatang.

Klasifikasi Biaya Produksi

Biaya produksi dapat diklasifikasikan lebih lanjut menjadi tigajenis biaya, yaitu (Rony, 1990) :

1. Biaya Bahan Baku Langsung (Direct Material Cost)

a. Suatu biaya produksi disebut biaya bahan baku langsung apabila bagian tersebut merupakan bagian yang integral, dapat dilihat dan diukur secara jelas dan mudah serta ditelusuri baik fisik maupun nilainya dalam wujud produk yang dihasilkan.

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labour Cost)

(6)

dipergunakannya dalam keikutsertaannya secara langsung membentuk produksi akhir.

3. Biaya Overhead Pabrik (Factory Overhead Cost)

Biaya ini adalah semua biaya pabrik yang bukan bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung yang timbul dan dibebankan terhadap pabrik karena sifatnya baik sebagai bagian yang memiliki eksistensi dalam produksi akhir maupun hanya memberikan pelayanan guna menunjang, memperlancar, mempermudah atau sebagai penggerak kegiatan itu sendiri. Umumnya biaya ini sukar ditelusuri secara konkrit dalam produk akhir.

Penggolongan Biaya

Penggolongan adalah proses pengelompokan atas seluruh elemen yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu, yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi biaya yang lebih berarti (Supriyono, 2011:16).

Penggolongan Biaya menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2010:12) adalah suatu proses pengelompokkan biaya secara sistematis atas keseluruhan elemen biaya yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih ringkas dan penting. Penggolongan biaya menurut Mulyadi (2010:13-19) dengan berbagai cara. Umumnya penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut, karena dalam akuntansi biaya dikenal konsep: “different costs for different purposes”. Biaya dapat digolongkan menurut:

1. Objek pengeluaran

2. Fungsi pokok dalam perusahaan

3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai

4. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahaan volume kegiatan 5. Jangka waktu manfaatnya

A. Penggolongan Biaya menurut Objek Pengeluaran

Dalam penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama objek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut “biaya bahan bakar”. Contoh penggolongan biaya atas dasar objek pengeluaran dalam perusahaan sepatu adalah sebagai berikut: biaya desai, biaya sablon, biaya gaji dan upah, biaya jahit, biaya depresiasi mesin, biaya asuransi, biaya bunga, biaya zat warna.

(7)

Dalam perusahaan manufaktur, ada 3 fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi dan umum. Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok:

1.Biaya produksi

Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan equipment, biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagianbagian, baik yang langsung maupun yang tidak langsung berhubungan dengan proses produksi.

2.Biaya Pemasaran

Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya iklan, biaya promosi, biaya angkutan dari gudang perusahaan ke gudang pembeli, gaji karyawan bagian-bagian yang melakukan kegiatan pemasaran.

3.Biaya administrasi dan umum

Merupakan biaya-biaya untuk mengkordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah biaya gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi, personalia, dan bagian hubungan masyarakat, biaya pemeriksaan akuntan, biaya fotocopy. Jumlah biaya pemasaran dan biaya administasi dan umum sering pula disebut dengan istilah biaya komersial (comersial expenses). Biaya komersial biasanya merupakan biaya gaji-gaji karyawan atau pegawai kantor yang tetap maupun tidak tetap guna mempertahankan eksistensi operasional perusahaan.

C. Penggolongan Biaya Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang Dibiayai

Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi 2 golongan:

1. Biaya langsung (direct cost)

2. Biaya tidak langsung (indirect cost)

Dalam hubungannya dengan produk, biaya produksi dibagi menjadi dua : biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. Dalam hubungannya dengan departemen, biaya dibagi menajdi dua golongan: biaya langsung departemen dan biaya tidak langsung departemen.

(8)

Biaya tidak langsung, biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk tersebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik (factory overhead costs). Biaya ini tidak mudah diidentifikasikan dengan produk tertentu. Gaji mandor yang mengawasi pembuatan produk A, B, dan C merupakan biaya tidak langsung bagi A, B, maupun C, karena gaji mandor tersebut terjadi bukan hanya karena perusahaan memproduksi salah satu produk tersebut melainkan karena memproduksi ketiga jenis produk tersebut

2.3 Biaya Kualitas

Biaya Kualitas (the cost of quality) merupakan biaya untuk mencapai kualitas yang tinggi suatu produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan, biaya yang dikeluarkan karena adanya produk yang kurang berkualitas.

Kualitas atau kualitas dapat diukur melalui berapa besarnya biaya yang dikeluarkan. Perusahaan pasti menginginkan biaya kualitas yang rendah untuk mencapai kualitas yang lebih tinggi, setidaknya mencapai target kualitas tertentu. Bila kerusakan produk mencapai nol, maka perusahaan harus menanggung biaya pencegahan dan penilaian produk yang tergolong dalam jenis biaya kualitas.

Biaya kualitas sebagai pengeluaran yang dikeluarkan perusahaan untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas suatu produk yang dihasilkan. Biaya kualitas yang terjadi dalam suatu perusahaan dapat digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana pengendalian kualitas yang di terapkan oleh perusahaan, apakah pengendalian terhadap produktivitas perusahaan sudah berjalan dengan efektif. Biaya kualitas mengacu pada semua biaya yang dikorbankan untuk mencegah terjadinya barang cacat atau biaya yang harus dikeluarkan karena adanya barangcacat (Garrison et al., 2008: 82). Menurut James R.Evans dan William M,Lindsay dalam buku An Introduction to Six Sigma & Process Improvement (2007:80) bahwa biaya tinggi, banyaknya kecacatan, keluhan pelanggan yang kasar, atau rendahnya kepuasan pelanggan sering sekali mencirikan kualitas dan kinerja yang berantakan.

Jenis-jenis Biaya Kualitas

(9)

biaya-biaya yang timbul untuk mencegah terjadinya kualitas yang rendah. Jenis Biaya kualitas dapat dikelompokkan ke dalam 3 penggolongan besar :

1. Biaya pencegahan (prevention cost). 2. Biaya penilaian (appraisal cost)

3. Biaya kegagalan internal ( failure cost)

Berdasarkan ketiga jenis biaya kualitas di atas, maka diuraikan satu persatu sebagai berikut:

1. Biaya pencegahan (prevention cost)

Biaya yang terjadi untuk mencegah terjadinya kegagalan produk atau produksi produk-produk yang tidak sesuai denga spesifikasi yang

ditetapkan. Biaya pencegahan adalah biaya yang di kerluarkan untuk mendesai produk dan sistem produksi berkualitas tinggi, termasuk biaya untuk menerapkan dan memelihara sistem tersebut. Pencegahan kegagalan produk dimulai dengan mendesain kualitas ke dalam produk dan proses produksi. Biaya ini dapat meliputi :

a. Biaya perencanaan kualitas (quality planning cost) Biaya-biaya yang berkaitan dengan perencanaan kualitas produk dan sistem pengembangan kualitas produk. Misalnya biaya kebijakan untuk mendesain prosedur sejak mulai (set up) sampai operasi berjalan sesuai dengan (berkaitan dengan kualitas produk), pengembangan perencanaan inspeksi (development of inspection planning), dan biaya komunikasi kepada karyawan berkaitan dengan perencanaan kualitas produk (sebagai kegiatan sosialisasi kualitas produk yang harus ditetapkan).

b. Biaya desain produk dan tinjau ulang (product design and review cost) Kenaikan biaya yang berkaitan dengan membuat desain produk dalam rangka memperbaiki kualitas produk (product improvement). Dengan istilah kenaikan (increment) biaya berarti tidak termas uk biaya orisinalnya untuk mendesain produk (not included the basic cost of the original product design).

(10)

d. Biaya desain tugas dan pelatihan (cost of job design and training) Biaya-biaya tersebut adalah biaya untuk mengembangkan metode kerja baru (developing work method) dan biaya implementasinya dalam bentuk biaya pelatihan untuk para karyawan dalam rangka perbaikan kualitas produk. Termasuk di dalamnya adalah biaya persiapan pelatihan dan manualnya (petunjuknya).

e. Biaya kendali proses (cost of process control) Biaya kendali untuk mencapai kualitas yang direncanakan dalam pengertian kualitas yang lebih baik (product quality improvement). Misalnya pengendaliannya memerlukan alat baru yang lebih canggih (sophisticated), maka harga alat kendali tersebut dimasukkan sebagai biaya kendali proses.

f. Biaya koleksi, analisis, dan laporan (cost of data collection analysis, and report) Biaya-biaya pengumpulan data yang berkaitan dengan perbaikan kualitas, termasuk data produk rusak

g. (defect product), masalah kualitas, biaya kualitas penghentian produksi (down time), dan biaya analisis serta biaya penyusunan laporannya.

h. program perbaikan kualitas (cost of quality improvement program) Biaya kegiatan khusus atau proyek yang dibentuk untuk memonitor dan memperbaiki kualitas produk, seperti program pengurangan tingkat kerusakan produk atau lingkaran kualitas (quality circle).

2. Biaya penilaian (appraisal cost)

Biaya penilaian adalah biaya yang terjadi untuk menentukan apakah produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yangditetapkan. Biaya ini dapat meliputi :

a. Biaya pemeriksaan bahan yang datang (incoming material inspection cost) Biaya pemeriksaan atas bahan baku yang masuk dari pemasok.

b. Biaya pemeriksaan selama proses produksi (in process inspection and testing cost) Pemeriksaan (inspeksi dan pengetesan) atas komponen-komponen barang yang dalam proses produksi (work in process) untuk menjamin adanya kesesuaian (conforming) kualitas dengan kualitas yang telah ditetapkan. Mungkin termasuk biaya kecocokan kualitas yang dilakukan oleh beberapa konsumen dan laboratorium pihak ketiga (third party laboratories).

(11)

working condition) termasuk biaya kalibrasi untuk menjamin ukuran produk yang tepat karena peralatan test yang juga tepat ukuran.

d. Biaya evaluasi persediaan (cost of evaluation stock) Biaya untuk mengevaluasi kondisi bahan baku dan bahan pembantu dan juga produk akhir yang berada digudang.

3. Biaya Kegagalan (failure cost)

Biaya kegagalan adalah biaya yang terjadi saat produk gagal, kegagalan tersebut dapat terjadi secara internal dan eksternal.

A. Kegagalan internal (internal failure cost)

Kegagalan internal adalah biaya yang terjadi ketika produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi dapat dideteksi sebelum dikirim ke konsumen (selama proses produksi). Biaya kegagalan internal

meliputi :

a. Biaya disposisi

Biaya untuk menentukan langkah kegiatan atau tindakan yang harus dilaksanakan sehubungan dengan adanya kerusakan pada suatu produk yang ditemukan. Bentuk tindakan tersebut antara lain mengerjakan ulang (rework), membuangnya (scrap), atau memperbaiki melalui proses.

b. Biaya membuangnya menjadi barang apkir (scrap cost)

Biaya ini timbul karena kualitas suatu barang buruk sekali sehingga lebih baik dibuang atau apkir. Biaya yang harus dihitung selain biaya bahan, juga upah dan biaya lain yang terkait dengan scrap tersebut.

c. Biaya mengerjakan kembali (ulang) atau rework cost

Biaya yang dikeluarkan untuk mengoreksi atau memperbaiki produk atau bagian dari produk yang cacat atau rusak, agar barang tersebut dapat digunakan dan dapat dijual. Jadi, ini adalah biaya koreksi atas produk yang rusak, agar produk tersebut layak dijual.

d. Biaya tes ulang (retest cost)

Biaya untuk mengetes kembali atas produk yang mengalami pengerjaan ulang. Sebenarnya bukan saja biaya terulang, tetap juga biaya inspeksi ulang selama proses pengerjaan ulang.

(12)

Biaya atas bahan-bahan sisa yang secara teknis tidak dapat dihindarkan, mau tidak mau harus ada bahan yang terbuang.

f. Biaya menganggur (down time cost)

Biaya yang harus dikeluarkan untuk buruh yang terpaksa “menganggur” (idle) akibat adanya fasilitas atau proses produksi terhenti karena masalah kualitas produk (quality problem). Misalnya proses produksi ditentukan karena perlunya mesin disesuaikan (adjusting time) agar mesin tersebut berfungsi sesuai dengan kualitas yang direncanakan. Misalnya produksi terhenti di percatakan, karena adanya kertas yang macet dalam mesin, atau karena adanya barang setengah jadi yang rusak.

g. Biaya persediaan cadangan penyelamat (inventory safety stock cost)

Biaya yang harus dikeluarkan akibat perusahaan harus mengadakan persediaan penyelamat agar proses produksi tidak terhenti akibat kehabisan bahan (out of stock). Dalam hal ini sebenarnya biaya ekstra yang harus dikeluarkan karena perusahaan harus menyimpan cadangan 20 persediaan ekstraakibat harus membuat komponen-komponen atau produk yang rusak.

h. Biaya lembur akibat produk rusak

Biaya lembur yang harus dikeluarkan karena pekerja harus melakukan kerja lembur akibat adanya komponen atau produk yang rusak (product defect).

i. Biaya kelebihan kapasitas (excess capacity cost)

Biaya kelebihan kapasitas yang harus dipelihara (to be maintained) untuk menutupi kapasitas yang hilang (loss capacity) akibat membuat komponen atau produk yang rusak. Biaya-biaya ini meliputi biaya pengadaan fasilitas ekstra atauperalatan ekstra yang diperlukan agar proses produksi terbebas dari kerusakan produk (defect free). Hal ini mungkin biaya yang tersembunyi, tetapi merupakan biaya yang besar.

B. Biaya kegagalan eksternal (external failure cost)

Biaya kegagalan eksternal terjadi karena produk-produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi dideteksi setelah dikirim kepelanggan. Biaya kegagalan eksternal (external failure cost) terdiri atas:

a. Biaya keluhan konsumen (the cost complaint, investigation

(13)

b. Biaya penggantian (the cost of return, replace or allowance)

Biaya ini dikeluarkan untuk mengganti barang yang rusak dengan barang yang baru, meliputi biaya pengiriman kembali dan biaya kompensasi kepada konsumen berupa allowance (tunjangan kerugian karena tidak puas menggunakan produk rusak). c. Biaya jaminan (warranty expenses)

Biaya yang dikeluarkan karena terjadi keluhan selama masa garansi, misalnya biaya perbaikan dan atau biaya sewa ganti selama barang yang rusak sedang diperbaiki. Yang dimaksud terakhir adalah selama mesin rusak diperbaiki, diberi pinjam mesin yang sama atau produksi berjalan terus, atau selama TV sedang diperbaiki, konsumen diberi pinjam TV agar konsumen tetap dapat menikmatinya.

d. Ganti rugi (liability)

Biaya yang dikeluarkan perusahaan karena konsumen mengalami kecelakaan (bahkan sampai tingkat kematian). Biaya ini termasuk biaya rumah sakit, bahkan kerugian usaha (business losses).

e. Nama baik (goodwill)

Biaya yang dikeluarkan atau kehilangan keuntungan masa depan (future profit) akibat kerusakan produk berkualitas rendah. Biaya ini memang sulit dihitung, tetapi bisa dapat jumlah yang besar dan berimplikasi luas, misalnya produk selalu mendapat complaint dalam berbagai media massa yang akan merusak citra produk tersebut.

2.4 Konsep Laba

Pengertian dan Karakteristik Laba

Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap dan Kumala (2008) “kelebihan penghasilan di atas biaya selama satu periode akuntansi”. Sementara pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah selisih pengukuran pendapatan dan biaya. Besar kecilnya laba sebagai pengukur kenaikan sangat bergantung pada ketepatan pengukuran pendapatan dan biaya.

(14)

keputusan, dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di masa yang akan datang, dasar dalam perhitungan danpenilaian efisiensi dalam menjalankan perusahaan, serta sebagai dasar dalam penilaian prestasi atau kinerja perusahaan.Chariri dan Ghozali (2003) menyebutkan bahwa laba memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut:

a. laba didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi,

b. laba didasarkan pada postulat periodisasi, artinya merupakan prestasi perusahaan pada periode tertentu,

c. laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan,

d. d.laba memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk biaya historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan tertentu, dan

e. laba didasarkan pada prinsip penandingan (matching) antar pendapatan dan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut.

(15)

BAB IV PENUTUP 3.1 kesimpulan

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Hamanto,M.Soc.Sc.,Akt.,Drs.,1992,akutansi biaya untuk perhitungan biaya Mulyadi,2007,Akutansi Biaya.Yogyakarta:BPFE-UGM

Baridwan,zaki.2008.intermediate Accounting. Edisi kedelapan. Penerbit fakultas ekonomi universitas gajah mada.Yogyakarta

Norfitri,Y.,2014.Evaluasi penerapan dalam laporan laba rugi pada PT.megatras buana samudra.Jurnal Ilmu dan riset Akutansi,1(3).Vol.1 no.3 juni 2013,hal.576-584. Supriyono (2000), Prawironegoro dan Purwanti (2009:19), Sprouse and Moonitz dalam

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil kuisioner, program sistem pakar ini dapat dikatakan layak untuk digunakan oleh unit pegawai di pusat perawatan “Epiderma”, hal ini dapat dilihat

Maka memang benar bahwa sudah saatnya umat Islam mempunyai mata uang sendiri yang solid seperti yang dilakukan bangsa eropa dengan mata uang Euro-nya untuk memperlihatkan

Pada tahun 2019 capaian sasaran kinerja Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Kepulauan Riau dapat dicapai dengan capaian target 100% pada capaian periode rencana

AIPNI Peran perawat dalam menunjang kesehatan pariwisata berbasis masyarakat di Bali Lombok, Oktober tahun 2015 10 Udayana International Nursing Conference. Analisis

Nilai adjusted R 2 hasil estimasiyang ditunjukkan pada tabel 1 nilainya sebesar 0,852, yang berarti bahwa 85,20% variasi variabel dependen Tingkat

Likuiditas adalah kemampuan seseorang atau perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau utang yang harus segra dibayar dengan harta lancarnya. Bank disebut likuid, apabila bank

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan tahapan pelaksanaan yang meliputi: perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Subjek dalam penelitian

Kendala yang ditemui di lokasi Praktek Kerja Lapang adalah minimnya pengetahuan terhadap penyakit yang menyerang udang vaname, tidak lengkapnya fasilitas yang sesuai