• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kajian Masalah yang Relevan Sebelumnya. penelitian yang pernah dilakukan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kajian Masalah yang Relevan Sebelumnya. penelitian yang pernah dilakukan."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Masalah yang Relevan Sebelumnya

Penelitian tentang kemampuan siswa dalam menulis narasi sudah banyak dikaji oleh orang lain. Berikut ini adalah uraian singkat hasil penelitian yang pernah dilakukan.

“Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) pada Siswa Kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011”. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) apakah dengan metode peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis narasi pada siswa kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta tahun pelajaran 2010/2011? (2) apakah dengan metode peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan kemampuan menulis narasi pada siswa kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta tahun pelajaran 2010/2011?. Bentuk dan strategi dalam penelitian ini adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu memuaskan, di mana metode peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa oleh Eny Sulistiyaningsih tahun 2010. Berdasarkan penelitian yang dikemukakan di atas, menandakan bahwa penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang diajukan. Penelitian tersebut lebih menititikberatkan pada peningkatan

(2)

kemampuan menulis narasi siswa dengan metode peta pikiran. Sedangkan penelitian yang diajukan memfokuskan pada kemampuan menulis paragraf narasi pada siswa.

“Kemampuan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas X MA Al-Manar Prambon Nganjuk Tahun 2012/2013”. Masalah yang diangkat dari penelitian ini adalah: (1) bagaimana kemampuan menulis karangan narasi dilihat dari aspek isi pada siswa Kelas X MA Al-Manar Prambon Nganjuk Tahun 2012/2013? (2) bagaimana kemampuan menulis karangan narasi dilihat dari aspek kebahasaan pada siswa Kelas X MA Al-Manar Prambon Nganjuk Tahun 2012/2013?. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu siswa masih belum mampu membuat karangan narasi dengan baik oleh Shandy Nugraha Putra tahun 2012. Penelitian yang dikemukakan di atas lebih memfokuskan pada kemampuan siswa menulis karangan narasi. Sedangkan penelitian yang diajukan lebih memfokuskan pada kemampuan menulis paragraf narasi pada siswa.

Perbedaan kedua masalah yang relevan sebelumnya dengan penelitian yang diajukan terdapat perbedaan, yaitu penelitian yang sama sebelumnya lebih mengarah pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) khususnya penelitian oleh Eny Sulistyaningsih dan penelitian yang sama sebelumnya oleh Shandy Nugraha Putra difokuskan pada kemampuan menulis karangan narasi siswa. Sedangkan pada penelitian yang diajukan lebih memfokuskan pada kemampuan menulis paragraf narasi pada

(3)

siswa. Penelitian yang diajukan peneliti jelas memiliki sedikit persamaan dengan penelitian yang sama sebelumnya oleh Shandy Putra Nugraha. Tapi tempat penelitiannya berbeda. tempat penelitian oleh Shandy Putra Nugraha adalah MA Al-Manar Prambon Nganjuk. Sedangkan tempat penelitian yang diajukan adalah Madrasah Aliyah Muhammadiyah kota Gorontalo.

2.2 Pengertian Menulis

Pengertian menulis dapat diuraikan berdasarkan pendapat para pakar di bawah ini sebagai berikut.

Pertama, Menurut Tarigan (2008:3) menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Kedua, menulis menurut Langan dalam Pateda (2010:76) adalah “di dalam tulisan, setiap ide yang dikemukakan harus didukung oleh alasan yang cukup”. Sedangkan

Ketiga, menurut DePorter dan Hernacki (2001:179) menulis adalah aktivitas seluruh otak yang menggunakan belahan otak kanan (emosional) dan belahan otak kiri (logika).

Perbedaan pendapat ketiga pakar di atas terdapat pada tujuan menulis. Tarigan lebih memfokuskan tujuan menulis digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain seacara tidak langsung atau tanpa tatap muka. Sedangkan Langan lebih memfokuskan tujuan dari menulis harus didukung oleh alasan

(4)

yang cukup. Sementara itu, DePortter dan Hernacki memfokuskan pada cara kerja otak dalam beraktivitas.

Berdasarkan pendapat pakar di atas, menurut hemat peneliti menulis bertujuan untuk menyampaikan informasi dengan memperhatikan kejelasan dan alasan yang dapat dipahami oleh pembaca secara tidak langsung. Jadi, menulis yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah suatu proses belajar siswa untuk menuangkan ide-ide mereka ke dalam bentuk tulisan menjadi sebuah paragraf narasi.

2.3 Tujuan Menulis

Berdasarkan pengertiannya, dalam menulis terdapat tujuan. Tujuan menulis dapat diuraikan sebagai berikut.

Menurut M. Atar Semi (2007:14) tujuan menulis antara lain: a) untuk menceritakan sesuatu, b) untuk memberikan petunjuk atau pengarahan, c) untuk menjelaskan sesuatu, d) untuk meyakinkan, dan e) untuk merangkum. Sedangkan menurut Elina, Zulkarnaini, dan Sumarno (2009:6) tujuan menulis adalah: a) menginformasikan, b) membujuk c) mendidik d) menghibur. Selain itu, D’Angelo dalam Tarigan (2008:24-25) menguraikan tujuan menulis sebagai berikut;

a. Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar disebut wacana informatif.

b. Tulisan yang bertujuan mendesak atau meyakinkan disebut wacana persuasif.

(5)

c. Tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan yang estetik disebut tulisan literer (wacana kesastraan).

d. Tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api disebut wacana ekspresif.

Dari pendapat tersebut dapat diuraikan tujuan dari menulis yaitu: 1. Untuk memberikan informasi

Seorang penulis dapat menyebarkan informasi melalui tulisannya seperti wartawan di koran, tabloid, majalah atau media massa cetak yang lain. Tulisan yang ada pada media cetak tersebut seringkali memuat informasi tentang kejadian atau peristiwa.

2. Untuk memberikan keyakinan kepada pembaca

Melalui tulisan seorang penulis dapat mempengaruhi keyakinan pembacanya. Seseorang yang membaca informasi di koran mengenai anak terlantar dapat tergerak hatinya untuk memberikan bantuan. Hal tersebut karena penulis melalui tulisannya berhasil meyakinkan pembaca.

3. Untuk sarana pendidikan

Menulis dapat bertujuan sebagai sarana pendidikan karena seorang guru dan siswa tidak akan pernah jauh dari kegiatan menulis seperti: mencatat di buku, merangkum, menulis soal, mengerjakan soal.

(6)

Menulis untuk memberikan keterangan terhadap sesuatu baik benda, barang, atau seseorang. Tulisan tersebut berfungsi untuk menjelaskan bentuk, ciri-ciri, warna, bahan, dan berbagai hal yang perlu disebutkan dari objek tersebut. (Muchlisin Riadi. 2013)

2.4 Jenis-jenis Tulisan

Jenis-jenis tulisan diuraikan oleh beberapa pakar di bawah ini sebagai berikut.

Menurut Machmud (dalam Pateda, 2010:80) menyebutkan jenis-jenis atau tipe tulisan sebagai berikut.

1. Eksposisi sederhana 2. Cerita (narasi) 3. Laporan 4. Deskripsi

5. Laporan pustaka 6. Argumentasi dan opini 7. Komposisi kritik dan analisis.

Berdasarkan bentuknya Weayer dalam Tarigan (2008:28) membuat klasifikasi sebagai berikut.

1. Eksposisi yang mencakup definisi dan analisis.

2. Deskripsi yang mencakup deskripsi ekspositori dan deskripsi literer. 3. Narasi yang mencakup urutan waktu, motif, konflik, titik pandang dan

pusat minat.

(7)

2.5 Pengertian Paragraf Narasi

Pengertian paragraf narasi dapat diuraikan sebagai berikut.

Pertama, menurut Pateda (2009:138) Paragraf adalah rangkaian kalimat yang utuh dan koheren yang berisi ide, gagasan, konsep atau pokok pikiran yang mendukung atau berkaitan dengan topik yang sedang dibahas.

Kedua, menurut Brotowidjoyo (2002:83) Paragraf ialah kesatuan yang lebih besar, yang tersusun dari satu atau lebih kalimat dan merupakan kesatuan yang utuh untuk menyampaikan suatu gagasan. Sedangkan yang ketiga,

menurut Harjasujana dan Mulyati (1996:184) “Paragraf ialah sekelompok kalimat yang secara bersama-sama membicarakan hanya satu pikiran utama”. Selain itu, Djago Tarigan (2008:7) mengatakan bahwa paragraf adalah satu kesatuan ekspresi yang terdiri atas seperangkat kalimat yang dipergunakan oleh pengarang sebagai alat untuk menyatakan dan menyampaikan jalan pikirannya kepada para pembaca.

Perbedaan beberapa pendapat di atas mengenai paragraf terdapat pada pengetian paragraf. Pateda lebih memfokuskan isi paragraf terdapat ide yang bekaitan dengan topik yang sedang dibahas. Sedangkan Brotowijoyo mengemukakan paragraf tersusun dari satu atau lebih kalimat dan menjadi kesatuan yang utuh untuk menyampaikan suatu gagasan. Harjasujana dan Mulyati berpendapat bahwa paragraf ialah sekelompok kalimat yang membicarakan hanya satu pikiran utama saja. Jadi, beberapa pakar di atas sama-sama berpendapat bahwa paragraf terdiri dari beberapa kalimat yang

(8)

berisi ide. Tapi dalam penyampaian ide tersebut berbeda. Pateda berpendapat bahwa paragraf berisi ide atau gagasan, dan ide atau gagasan yang disampaikan hanya pada topik yang sedang dibahas. Sedangkan Brotowijoyo mengemukakan bahwa fungsi paragraf ialah menyampaikan suatu gagasan. Sementara Harjasujana dan Mulyati berpendapat bahwa paragraf hanya membicarakan satu pikiran utama saja.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa paragraf yang dimaksud dalam penelitian ini adalah susunan kalimat yang utuh yang berisi ide atau topik yang dibicarakan dalam sebuah narasi.

Pendapat para pakar tentang narasi adalah:

Pertama, menurut Kuncoro (2009:77) “Narasi berasal dari kata to narrate, yang berarti bercerita. Cerita adalah rangkaian peristiwa atau kejadian secara kronologis”. Kedua, menurut Gorys Keraf (2007:136) “Narasi adalah suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang dalam suatu kesatuan waktu”. Ketiga, menurut Arifin dan Tasai (2009:132-133) bahwa “Karangan narasi biasanya dihubung-hubungkan dengan cerita. Oleh sebab itu, sebuah paragraf narasi atau karangan narasi hanya kita temukan dalam novel, cerpen, atau hikayat. Keempat, paragraf narasi menurut Kosasih (2012:12) adalah paragraf yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian.

(9)

Dari pemaparan keempat pendapat pakar di atas mengenai narasi, jelas memiliki perbedaan. Menurut Kuncoro narasi adalah rangkaian peristiwa secara kronologis. Sedangkan narasi menurut Keraf narasi ialah sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu yang sasaran utamanya adalah tindak tanduk yang terjalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa. Selanjutnya, Arifin dan Tasai mengemukakan bahwa karangan narasi dihubungkan dengan cerita dan hanya ditemukan dalam novel, cerpen dan hikayat. Selain itu Kosasih mengemukakan bahwa paragraf narasi adalah paragraf yang menceritakan peristiwa.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas menurut hemat peneliti, narasi adalah sebuah karangan yang menjelaskan sebuah cerita atau peristiwa berdasarkan urutan waktu atau secara kronologis.

2.5 Ciri-ciri Paragraf Narasi

Ciri-ciri dari paragraf narasi dapat diuraikan berdasarkan pendapat kedua pakar di bawah ini.

Menurut Keraf (2000:136) ciri-ciri paragraf narasi sebagai berikut. 1) Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan.

2) Dirangkai dalam urutan waktu.

3) Berusaha menjawab pertanyaan, apa yang terjadi? 4) ada konflik.

Narasi dibangun oleh sebuah alur cerita. Alur ini tidak akan menarik jika tidak ada konflik. Selain alur cerita, konflik dan susunan kronlogis,

(10)

ciri-ciri narasi lebih lengkap lagi diungkapkan oleh Atar Semi (2003:31) sebagai berikut:

1) Berupa cerita tentang peristiwa atau pengaalaman penulis.

2) Kejadian atau peristiwa yang disampaikan berupa peristiwa yang benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi atau gabungan keduanya.

3) Berdasarkan konflik, karena tanpa konflik biasanya narasi tidak menarik.

4) Memiliki nilai estetika.

5) Menekankan susunan secara kronologis.

Ciri yang dikemukakan Keraf memiliki persamaan dengan Atar Semi, bahwa narasi memiliki ciri berisi suatu cerita, menekankan susunan kronologis atau dari waktu ke waktu dan memiliki konflik. Perbedaannya, Keraf lebih memilih ciri yang menonjolkan pelaku. (Isjustyogaa. 2011).

2.7 Jenis-jenis Paragraf Narasi

Berdasarkan tujuan dan sasarannya narasi terbagi atas narasi ekspositoris dan narasi sugestif ( Keraf, 1992:135-140).

1. Narasi ekspositoris

Narasi ekspositoris bertujuan untuk menggugah pikiran pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan, sasaran utamanya adalah rasio. Sebagai sebuah bentuk narasi, narasi ekspositoris mempersoalkan tahap-tahap kejadian, rangkaian-rangkaian perbuatan

(11)

kepada para pembaca atau pendengar. Runtun kejadian atau peristiwa yang disajikan itu dimaksudkan untuk menayampaikan informasi untuk memperluas pengetahuan atau pengertian pembaca, tidak peduli apakah disampaikan secara tertulis atau secara lisan.

Narasi ekspositoris dapat bersifat khas atau khusus dan dapat pula bersifat generalisasi. Pertama, Narasi ekspositoris yang bersifat khas atau khusus adalah narasi yang berusaha menceritakan suatu peristiwa yang khas, yang terjadi hanya satu kali. Peristiwa yang khas adalah peristiwa yang tidak dapat diulang kembali, karena ia merupakan pengalaman atau kejadian pada suatu waktu tertentu saja. Contohnya: pengalaman seseorang pertama kali masuk perguruan tinggi, pengalaman seorang gadis yang pertamakali jatuh cinta, kedua contoh tersebut merupakan peristiwa yang khas yang dikisahkan dalam sebuah narasi yang khusus. Kedua, narasi ekspositoris yang bersifat generalisasi adalah narasi yang menyampaikan suatu proses yang umum, yang dapat dilakukan siapa saja, dan dapat pula dilakukan secara berulang-ulang, maka seseorang dapat memperoleh kemahiran yang tinggi mengenai hal itu. Contohnya: suatu wacana naratif yang menceritakan bagaimana seorang menyiapkan nasi goreng, bagaimana membuat roti dan sebagainya.

2. Narasi sugestif

Narasi sugestif bertujuan berusaha memberi makna atas peristiwa atau kejadian itu sebagai suatu pengalaman, sasarannya adalah makna

(12)

peristiwa, maka narasi sugestif selalu melibatkan daya khayal/imajinasi. Narasi sugestif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sekian macam sehingga merangsang daya khayal para pembaca. Pembaca menarik suatu makna di luar apa yang diungkapkan secara eksplisit. Sesuatu yang eksplisit adalah sesuatu yang tersurat mengenai obyek atau subyek yang bergerak dan bertindak, sedangkan makna baru adalah sesuatu yang tersirat. Semua obyek dipaparkan sebagai suatu rangkaian gerak, kehidupan para tokoh dilukiskan dalam satuan gerak yang dinamis, bagaimana kehidupan itu berubah dari waktu ke waktu. Makna yang baru akan jelas dipahami sesudah narasi itu selesai dibaca, karena ia tersirat dalam seluruh narasi itu.

Contoh narasi sugestif

Malam itu ayah kelihatan benar-benar marah. Aku sama sekali dilarang berteman dengan Syairul. Bahkan ayah mengatakan bahwa aku akan diantar dan dijemput ke sekolah. Itu semua gara-gara Slamet yang telah memperkenalkan aku dengan Siti.

Berdasarkan penjelasan tentang jenis-jenis paragraf di atas. Maka dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada penulisan paragraf narasi ekspositoris yang bersifat khas atau khusus.

(13)

Berdasarkan jenis-jenis paragraf narasi di atas, narasi dapat dibedakan atas bentuk narasi yang fiktif dan nonfiktif. Menurut Keraf, (1992:141-144) bentuk-bentuk narasi yang terkenal yang biasa dibicarakan dalam hubungan dengan kesusateraan adalah roman, novel, cerpen dan dongeng (semuanya termasuk dalam narasi yang fiktif). Sedangkan sejarah, biografi dan autobiografi (termasuk narasi bersifat nonfiktif), ada beberapa jenis narasi yang belum mendapat tempat yang layak dalam kepustakaan kita, seperti anekdot, insiden, sketsa dan profil.

1. Autobiografi dan Biografi

Pengertian autobiografi dan biografi sudah sering diungkapkan. Perbedaannya terletak dalam masalah naratornya (pengisahnya), yaitu siapa yang berkisah dalam bentuk wacana ini. Pengisah dalam autobiografi adalah tokohnya sendiri, sedangkan pengisah dalam biografi adalah orang lain. Namun keduanya mempunyai kesamaan, yaitu menyampaikan kisah yang menarik mengenai kehidupan dan pengalaman-pengalaman pribadi.

Karena bentuk wacana ini mengisahkan pengalaman-pengalaman dan kehidupan pribadi seseorang, maka pola umum yang dikembangkan di sana adalah riwayat hidup pribadi seseorang, urutan-urutan peristiwa atau tindak-tanduk yang mempunyai kaitan dengan kehidupan seorang tokoh. Sasaran utama autobiografi dan biografi adalah menyajikan atau

(14)

mengemukakan peristiwa-peristiwa yang dramatis, dan berusaha menarik manfaat dari seluruh pengalaman pribadi yang kaya-raya itu bagi pembaca.

2. Anekdot dan Insiden

Anekdot adalah semacam cerita pendek yang bertujuan menyampaikan karakteristik yang menarik atau aneh mengenai seseorang atau hal lain. Anekdot yang menjadi bagian dari narasi yang lebih luas, sama sekali tidak menunjang gerak umum dari narasi tadi, namun perhatian sentral yang dibuatnya dapat menambah daya tarik bagi latar belakang dan suasana secara keseluruhan. Daya tariknya itu tidak terletak pada penggelaran dramatik, tetapi pada suatu gagasan atau suatu amanat yang ingin disingkapkannya, dan biasanya muncul menjelang akhir kisah.

Insiden (kejadian atau peristiwa) sebaliknya memiliki karakter yang lebih bebas lagi dari anekdot. Daya tariknya terletak pada karakter-karakter yang khas dan hidup-hidup, yang menjelaskan perbuatan atau kejadian itu sendiri. Apa yang diceritakan biasanya mengasyikkan. Dan semua ciri tersebut tadi semata-mata untuk kepentingan insiden itu sendiri, dan bukan untuk menunjang sebuah struktur dramatik atau suatu interpretasi. Suatu peristiwa kecil tetapi menegangkan mengenai kecelakaan di laut dan usaha penyelamatannya, penggerebekan ole polisi

(15)

terhadap suatu komplotan, perkelahian massal antara dua pihak, semuanya dapat menjadi bahan insiden yang menarik.

3. Sketsa

Sketsa adalah suatu bentuk wacana yang singkat, yang selalu dikategorikan dalam tulisan naratif, walaupun kenyataannya unsur perbuatan atau tindakan yang berlangsung dalam suatu unit waktu itu tidak menonjol atau kurang sekali diungkapkan. Sketsa dikembangkan dengan mempergunakan detail-detail yang terpilih berdasarkan suatu kerangka perbuatan yang naratif. Sketsa dapat juga mempergunakan tindak tanduk yang bergerak dari satu bagian ke bagian lain.

Tujuan utama sebuah sketsa adalah menyajikan hal-hal yang penting dari suatu peristiwa atau kejadian secara garis besar dan selektif, dan bukan untuk memaparkan sesuatu secara lengkap. Seperti halnya dengan anekdot dan insiden, sketsa dapat dipergunakan untuk menyiapkan suatu latar belakang atau menciptakan suatu suasana bagi sebuah karangan yang lebih panjang.

4. Profil

Profil pertama-tama bukan suatu bentuk narasi murni. Bentuk wacana ini adalah suatu wacana moderen yang berusaha mengabungkan narasi, deskripsi dan eksposisi yang dijalin dalam bermacam-macam proporsi. Seperti yang tercermin dalam istilah

(16)

yang dipergunakan untuk menyebut wacana ini, profil memperlihatkan ciri-ciri utama dari seorang tokoh yang dideskripsikan berdasarkan suatu kerangka yang telah digariskan sebelumnya. Kata profil itu sendiri diturunkan dari kata latin:

pro+filo; pro yang berarti di muka, ke muka, sedangkan filum= garis, benang, kerangka.

Bagian yang terpenting yang dimasukkan dalam sebuah profil adalah sebuah sketsa karakter, yang disusun sedemikian rupa untuk mengembangkan subyeknya. Penggarapannya tidak dibuat tergesa-gesa, tetapi memberi kesan seolah-olah dibuat seenaknya. Penggarapannya dilakukan secara cermat berdasarkan kerangka yang telah disusun tadi, dengan memanfaatkan fakta-fakta utama mengenai kehidupan dan watak tokohnya, sehingga terciptalah suatu perincian yang hidup dan wajar. Dengan memanfaatkan semua upaya itu, profil sering berhasil meninggalkan suatu kesan yang dominan mengenai subyeknya. Bila kita selesai membaca sebuah profil yang baik, kita merasakan bahwa kita telah berjumpa dengan suatu kepribadian dari individu yang sesungguhnya.

Berdasarkan pemaparan bentuk-bentuk narasi di atas, maka peneliti lebih memfokuskan bentuk narasi yang akan dijadikan peneliti sebagai penelitian pada siswa kelas X1 Madrasah Aliyah kota Gorontalo yaitu bentuk narasi autobiografi yang termasuk

(17)

dalam narasi nonfiktif dengan tema menulis pengalaman pribadi yang paling berkesan.

2.9 Unsur-unsur Paragraf Narasi

Unsur-unsur dari paragraf narasi menurut Kosasih, (2012:12), bahwa Paragraf narasi memiliki tiga unsur utama yang merupakan karakteristik dari narasi; pertama, adanya tokoh-tokoh, kedua, adanya latar atau ruang dan waktu, dan ketiga, adanya urutan kejadian. Ketiganya disebut dengan unsur pokok paragraf narasi. Akan lebih bagus lagi kalau dalam paragraf tersebut tersaji konflik.

2.10 Struktur Paragraf Narasi

Struktur dari paragraf narasi menurut Keraf, (1992:145-172) sebagai berikut.

1. Alur/plot

Setiap narasi memiliki sebuah plot atau alur yang didasarkan pada kesambung-sinambungan peristiwa-peristiwa dalam narasi itu dalam hubungan sebab akibat. Ada bagian yang mengawali narasi itu, ada bagian yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari situasi awal, dan ada bagian yang mengakhiri narasi itu. Alurlah yang menandai kapan sebuah narasi itu mulai dan kapan berakhir.

(18)

Bagian pendahuluan, bagian pendahuluan yang menyajikan situasi dasar, memungkinkan pembaca memahami adegan-adegan selanjutnya. Karena bagian pendahuluan menentukan daya tarik dan selera pembaca terhadap bagian-bagian berikutnya, maka penulis harus menggarapnya dengan sungguh-sungguh secara seni. Bagian pendahuluan harus merupakan seni tersendiri yang berusaha menjaring minatdan perhatian pembaca.

Bagian perkembangan, bagian tengah adalah batang tubuh yang utama dari seluruh tindak-tanduk para tokoh. Bagian ini merupakan rangkaian dari tahap-tahap yang membentuk seluruh proses narasi. Bagian ini mencakup adegan-adegan yang berusaha meningkatkan ketegangan, atau menggawatkan komplikasi yang berkembang dari situasi asli.

Bagian penutup, nama teknis bagian terakhir dari suatu narasi disebut juga peleraian atau denouement. Dalam bagian ini komplikasi akhirnya dapat diatasi dan diselesaikan. Namun demikian tidak selalu terjadi, bahwa bagian peleraian betul-betul memecahkan masalah yang dihadapi. Seringkali terjadi, bahwa penyelesaian itu bersifat semu dengan mematikan sang tokoh atau lawan tokoh utama. Hal ini yang memberi kemungkinan pada beberapa kritikus untuk mengatakan, bahwa sebenarnya penyelesaian itu tidak ada; yang ada adalah diskusi, yang menjadi pangkal bagi persoalan baru yang akan timbul. Namun sudah ditegaskan dalam bagian ini bahwa dalam pengertian alur di sini, dalam

(19)

peleraian tetap dicapai akhir dari rangkaian tindakan; bahwa akhir dari tindakan ini menjadi awal dari persoalan berikutnya, itu merupakan alur dari peristiwa berikutnya.

2. Struktur perbuatan

1) Perbuatan dan motivasi

Suatu unsur lain yang perlu diperhatikan pada sebuah narasi adalah motivasi. Sebuah laporan mengenai proses-proses yang terjadi jelas mengandung suatu tujuan tertentu. Tetapi belum tentu laporan itu mengandung sebuah motivasi. Jika kita menyaksikan sebuah film yang dimulai dengan suatu adegan yang memperlihatkan seseorang yang tengah mengayunkan langkah di suatu jalan ramai, kita akan berusaha untuk memahami adegan ini dengan mengajukan pertanyaan, “apa maksud adegan ini? Apakah ia baru kembali dari pekerjaannya? Atau apakah ia lagi pergi ke toko untuk suatu keperluan? Atau barangkali orang itu lagi melihat-lihat kota karena ia seorang asing?” adegan itu hanya dapat diikuti dengan sejumlah pertanyaan. Tetapi jelas penulis skenarionya tentu mempunyai motivasi tertentu, mempunyai dasar atau maksud tertentu.

Motivasi merupakan suatu tenaga atau kekuatan yang berada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Ia dapat berbentuk sebuah gagasan, emosi, atau suatu suasana yang mendorong seseorang melakukan suatu tindakan. Suatu motivasi tertentu dalam sebuah narasi merupakan suatu keharusan, karena

(20)

motivasi inilah yang dapat dianggap sebagai sendi persambungan dari seluruh narasi. Tidak ada seorang pun akan menulis sejarah, bila tidak ada motivasi tertentu, entah motivasi sang raja, motivasi cinta tanah air, motivasi bagi seorang penguasa. Unsur motivasi atau maksud yang terselubung harus disimpulkan untuk melengkapi suatu narasi.

2) Perbuatan dan kausalitas

Tindak-tanduk bukan hanya merupakan rangkaian peristiwa, tetapi lebih tepat lagi kalau dikatakan bahwa narasi merupakan suatu rangkaian dari sebab akibat. Suatu hal atau tindakan terdahulu mengakibatkan hal yang lain atau tindakan yang timbul kemudian. Inilah wujud yang sebenarnya dari narasi. Oleh sebab itu, kalau kita berbicara mengenai sebuah narasi, kita sebenarnya berbicara pula mengenai kausalitas, kita berbicara mengenai sebab akibat.

3) Karakter dan karakterisasi

Perwatakan (karakterisasi) dalam pengisahan dapat diperoleh dengan usaha memberi gambaran mengenai tindak-tanduk dan ucapan-ucapan para tokohnya (pendukung karakter), sejalan tidaknya kata dan perbuatan. Seorang tokoh yang telah diciptakan oleh penulisnya untuk memiliki kepribadian sesuai dengan kerangka yang telah digariskan harus bertindak sesuai dengan kerangka tadi. Tetapi penulis dapat lupa atau khilaf akan karakter utama tadi, sehingga perkembangan tindakan, ucapan dan suasana tidak sesuai lagi dengan karakter tokoh. Penulis dapat juga menggambarkan tokoh-tokoh itu dalam suatu perkembangan

(21)

atau perubahan watak nyata, menjadi lebih baik atau menjadi lebih jelek karena pengaruh lingkungan yang dimasukinya.

Sebuah karakter dapat diungkapkan secara baik, kalau penulis mengetahui segala sesuatu mengenai karakter itu. Cara mengungkapkan sebuah karakter dapat dilakukan melalui pernyataan-pernyataan langsung, melalui peristiwa-peristiwa, melalui pidato, melalui percakapan, melalui monolog batin, melalui tanggapan atas pernyataan atau perbuatan dari karakter-karakter lain, dan melalui kiasan atau sindiran-sindiran.

4) Konflik

Dari kehidupan nyata, kita sering mengalami bahwa jika timbul suatu perkelahian di jalan raya, maka segera akan terhimpun suatu massa di tempat kejadian itu. Hal ini menarik karena mengandung konflik, mengandung pertikaian yang mewarnai dan menjadi dasar pokok permasalahan itu. Konflik yang melibatkan manusia, dan dengan demikian menjadi faktor utama pertimbangan untuk mengangkat permasalahan itu dalam sebuah narasi, dapat dibagi atas tiga macam, yaitu: konflik berupa pertarungan melawan alam, konflik berupa pertarungan antara manusia dengan manusia, dan konflik dalam diri seseorang atau konflik batin.

Konflik melawan alam adalah suatu pertarungan yang dilakukan oleh seorang tokoh atau manusia secara sendiri-sendiri atau bersama-sama melawan kekuatan alam yang mengancam hidup manusia itu

(22)

sendiri. Misalnya pertarungan seorang pelaut melawan ombak samudra yang dahsyat membalikkan perahu tempat bergantung nyawanya.

Konflik antar manusia adalah pertarungan seorang melawan seorang manusia lain, seorang melawan kelompok yang lain yang berkuasa, suatu kelompok melawan kelompok yang lain, sebuah negara melawan negara yang lain, karena hak-hak mereka diperkosa. Konflik semacam itu timbul dalam bentuk peperangan antara satu negara melawan negara lain.

Konflik batin yaitu suatu pertarungan individual melawan dirinya sendiri. Dalam konflik ini timbul kekuatan-kekuatan yang saling bertentangan dalam batin seseorang, keberanian melawan ketakutan, kejujuran melawan kecurangan, kekikiran melawan kedermawanan dan sebagainya.

5) Waktu

Seni mengisahkan sebuah narasi dalam bentuk yang sederhana bagi kebanyakan orang adalah mengurutkan kejadian secara alamiah (natural order) atau mengurutkan proses dalam urutan waktu kejadiannya (kronologis). Seorang anak kecil biasanya sanggup menyampaikan berita mengenai pengalamannya dengan tetap mengikuti urutan alamiah, walaupun dengan terputus-putus dan tak lengkap. Ia misalnya mengisahkan bahwa ia telah kembali ke kampung halamannya dalam liburan yang lalu mengunjungi kakeknya; mula-mula melihat sapi-sapi, melihat perahu menangkap ikan paus, kemudian

(23)

mendapat luka ketika bermain-main di batu-batu karang di tepi laut sewaktu pasang surut.

Dalam menyajikan suatu gerakan waktu harus dibedakan dua hal,

pertama, bagaimana penulis memperlakukan urutan waktu, dan kedua,

bagaimana urutan waktu itu sebenarnya dalam gerak waktu. Penulis dapat mulai dengan A-B-C-D dan seterusnya, dan dapat pula mulai dengan E-F-G-H untuk menarik perhatian pembaca kemudian kembali ke A-B-C-D.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa sebuah narasi dapat disajikan dalam dua macam pola urutan, yaitu:

a. Urutan alamiah (natural order) atau urutan kronologis (urutan waktu alamiah).

b. Urutan pengisahan (narrative order).

2.11 Kemampuan Menulis Paragraf Narasi

Kemampuan menulis menurut Pateda, (2010:76) “Seorang guru yang mengajarkan kemampuan menulis, sesungguhnya ia menolong peserta didik mengembangkan keterampilan berbahasa secara aktif. Berdasarkan pendapat pakar tersebut tentang kemampuan menulis. Maka penelitian ini difokuskan pada kemampuan siswa menulis paragraf narasi.

Menurut (Kosasih, 2012:13-14), bahwa paragraf narasi disusun dengan langkah-langkah sebagai berikut.

(24)

1. Mendaftar topik-topik yang dapat dikembangkan menjadi paragraf narasi.

2. Menyusun kerangka paragraf narasi dengan memanfaatkan topik-topik yang ada dengan pola kronologis atau spasial.

3. Mengembangkan kerangka yang telah dibuat menjadi paragraf narasi. 4. Menyunting paragraf dengan memperhatikan kebenaran isinya,

(25)

2.12 Kerangka Berpikir Menulis Paragraf Narasi pada Siswa

Menulis Pengalaman Pribadi yang Paling berkesan

menuliMenulis Menulis Pengalaman Pribadi yang Paling berkesan

Siswa kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kota Gorontalo Tahun Pelajaran 2013/2014

Menulis Paragraf Narasi

Jenis Narasi Ekspositoris

Bentuk Narasi Nonfiktif (Autobiografi)

Soal

1. Tulislah paragraf narasi yang menceritakan pengalaman pribadi kamu yang paling berkesan, dengan memperhatikan penggunaan bahasa Indonesia yang benar sesuai ejaan dan memperhatikan unsur-unsur paragraf narasi sebagai berikut.

a) Apa pengalaman pribadi kamu yang paling berkesan yang akan kamu ceritakan? b) Dimanakah tempat terjadinya peristiwa yang akan kamu ceritakan?

c) Kapan terjadinya peristiwa yang akan kamu ceritakan?

d) Siapa saja yang ada dalam peristiwa yang akan kamu ceritakan? e) Mengapa peristiwa itu terjadi?

f) Bagaimanakah peristiwa itu terjadi?

2. Berdasarkan unsur-unsur narasi di atas, kembangkanlah menjadi paragraf narasi yang nenceritakan pengalaman pribadi kamu yang paling berkesan dengan memperhatikan urutan atau kronologis waktu, tempat dan peristiwa yang terjadi dari awal hingga akhir cerita dan memperhatikan penggunaan bahasa yang benar sesuai ejaan.

Siswa kelas X1 berjumlah 20 siswa

Data tersebut dianalisis

Tabel 1. Rambu-rambu Penilaian Paragraf Narasi dan rumus;

(Sudijono, 2009:318) Nilai = Skor Mentah

Skor Maksimum Idealx100

Dari hasil analisis data tersebut akan diperoleh hasil kemampuan menulis paragraf narasi pada siswa kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kota Gorontalo tahun pelajaran 2013/2014. 1. Bagaimanakah kemampuan

menyusun kerangka unsur-unsur paragraf narasi pada siswa kelas X Madrasah Aliayah

Muhammadiyah Kota Gorontalo? 2. Bagaimanakah kemampuan

mengembangkan paragraf narasi pada siswa kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kota Gorontalo?

3. Bagaimanakah kemampuan menggunakan bahasa Indonesia yang benar dalam menulis paragraf narasi pada siswa kelas X Madrasah Aliyah Kota Gorontalo?

Gambar

Tabel 1. Rambu-rambu Penilaian Paragraf  Narasi dan rumus;    (Sudijono, 2009:318)  Nilai = Skor  Mentah

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas, menurut Pemerintah ketentuan Pasal 98 ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4), Pasal 99 ayat (1) dan ayat (2)

Melangsungkan pernikahan dibawah umur di Jorong Galagah Nagari Alahan Panjang dilakukan dengan motif untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan,

Dari hasil diatas, maka dapat disimpulkan belajar passing sepakbola dengan penerapan possession game sudah terlaksana dengan baik, ini dibuktikan pada tabel 5 ada

Dalam penelitian ini untuk melihat hubungan antara konsumsi makanan protein hewani pada ibu nifas dengan penyembuhan luka perineum di wilayah kerja Puskesmas

Pada penelitian ini digunakan metode kuantitatif, dengan penggunaan data sekunder berupa data Citra MODIS surface reflectance bulan April tahun 2008, 8-harian

Penelitian ini lebih menekankan pada kesadaran merek & citra merek karena kedua komponen tersebut pada dasarnya memiliki hubungan yang sama-sama kuat & keduanya merupakan

Tujuan dan Manfaat dari penelitian ini adalah menerapkan sistem penilaian ujian essay secara otomatis berbasis web secara online menggunakan metode GLSA, menghasilkan

Hasil multivariat menunjukkan ada pengaruh antara pengetahuan dengan kepatuhan diet hipertensi dengan nilai P value 0,011 dan responden dengan pengetahuan rendah