Pengaruh Sertifikasi Guru dan Karakteristik Kepemimpinan Terhadap Kinerja
Kepala sekolah
Dudy Fernadez Ganteng Kali
Program Studi Pendidikan Dasar Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung
Email:[email protected]
ABSTRAK
Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif akan mempengaruhi partisipasi bawahan untuk melakukan apa yang menjadi tanggung jawabnya dengan perasaan puas dan dapat bekerja sesuai dengan konteknya. Tujuan dalam penelitian ini adalah : Untuk mengetahui dan menganalisa kondisi Sertifikasi Guru Sekolah Dasar Negeri, Untuk mengetahui dan menganalisa kondisi Karakteristik Kepala Sekolah Dasar Negeri, Untuk mengetahui dan menganalisa kondisi Kinerja Kepala Sekolah Dasar Negeri, Untuk mengetahui dan menganalisa kondisi pengaruh Sertifikasi Guru dan Karakteristik Kepemimpinan terhadap Kinerja Kepala Sekolah Dasar Negeri yang ada di Kabupaten Purwakarta. Disain penelitian menggunakan penelitian korelasi. Subjek dan Lokasi Penelitian adalah Kepala Sekolah Sekolah Dasar Negeri se-Kabupaten Purwakarta di bawah Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Purwakarta. Instrumen penelitian mnggunakan kuisioner yang berisi prnyataan dari variable-variabel yang diteliti, setelah itu di bobotkan dengan skala likert. Hasil penelitian Persamaan Regresi Linear Y = 3,195 + 0,241X1 + 0,564X2. Hasil Uji F di atas didapat F hitung sebesar 22,173 dengan tingkat probabilitas 0.001 (signifikan). Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0.05, maka model regresi dapat digunakan. Koefisien determinasi 99,1 % sedangkan sisanya dipengaruhi variabel lain. Saran Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Purwakarta harus meperhatikan dan meningkatkan Sertifikasi Guru dan Karakteristik Kepemimpinan dan berdampak pada peningkatan Kinerja Kepala Sekolah.
A. Pendahuluan
Rendahnya mutu pendidikan sering disangkutpautkan dengan kinerja guru. Guru sebagai makhluk sosial juga memerlukan kebutuhan yang lain untuk dapat bekerja dengan baik. Untuk dapat berpikir serta bekerja secara maksimal dalam kerjanya, guru sangat dipengaruhi oleh lingkungan kerja dimana mereka berada serta kepala sekolah yang profesional. Mungkin dengan guru berada dalam lingkungan kerja yang baik dimana didalamnya terdapat suatu kondisi yang memacu bekerja dengan baik, mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi, serta gotong royong yang baik, maka akan dapat menciptakan suatu kondisi kerja yang baik sehingga akan dapat lebih meningkatkan kinerja seorang guru untuk bekerja. Selain itu, guru juga akan dapat melaksanakan kegiatan PBM, membangkitkan potensi siswa dalam melaksanakan tugas-tugasnya dengan penuh tanggung jawab apabila didukung oleh kondisi tubuh, suasana kejiwaan, sarana prasarana serta proses pengelolaan organisasi sekolah yang ada mendukung bagi timbulnya semangat kerja yang tinggi.
para pengikutnya, yaitu dengan memberikan pengarahan dan panduan, melatih dan membimbing serta memberikan umpan balik.
Setelah melihat uraian di atas, tampak bahwa mutu proses pendidikan di sekolah dipengaruhi oleh sinergisnya proses interaksi antara faktor-faktor dari peran kepala sekolah sebagai pemimpin dan manager sekolah, kompetensi kepala sekolah, lingkungan sekolah terhadap faktor kinerja guru. Lemahnya manajemen atas faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi pencapaian tingkat mutu pendidikan pada sekolah menjadi kurang optimal diantaranya tampak dalam hasil UN para siswa yang rendah dan berdampak pada kualitas SDM yang tidak mampu bersaing. Hal ini harus di sadari oleh Kepala Sekolah yang berperan penting sebagai pemimpin dan manager sekolah dalam proses pencapaian kualitas kerja guru dalam mendidik para siswa dan pencapaian kualitas belajar siswa dalam menerima pelajaran dari guru berjalan dengan optimal.
Hal tersebut dapat terlihat pada beberapa Sekolah Dasar Negeri yang ada di Karawang, pelaksanaan kepemimpinan belum sesuai dengan hal yang diharapkan. Hal tersebut dapat terlihat dari kebiasaan yang dilakukan oleh kepala sekolah ketika melakukan monitoring hanya sekedar keliling kelas saja tanpa mencoba untuk memastikan kondisi kelas tersebut. Kemudian terdapat kepala sekolah yang kurang cepat tanggap terhadap permasalahan yang dihadapi guru maupun siswa sehingga terkesan kepala sekolah tersebut kurang bijaksana dalam pengambilan keputusan. Dalam kaitannya dengan sertifikasi guru dan karakteristik kepemimpinan dalam meningkatkan kinerja kepala sekolah dasar negeri, perlu dipahami bahwa setiap pemimpin atau kepala sekolah bertanggung jawab mengarahkan apa yang baik bagi guru dan karyawan, serta dia sendiri harus berbuat baik. Pemimpin dalam hal ini kepala sekolah harus juga memberi contoh, sabar, dan penuh pengertian. Fungsi pemimpin hendaknya diartikan seperti motto Ki Hadjar Dewantara: ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani (di depan menjadi teladan, di tengah memberi kemauan, dibelakang menjadi pendorong atau memberi daya).
Tujuan dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui dan menganalisa kondisi Sertifikasi Guru Sekolah Dasar Negeri yang ada di Kabupaten Purwakarta. Untuk mengetahui dan menganalisa kondisi Karakteristik Kepala Sekolah Dasar Negeri yang ada di Kabupaten Purwakarta. Untuk mengetahu dan menganalisa kondisi Kinerja Kpala Sekolah Dasar Negeri yang ada di Kabupaten Purwakarta. Untuk mengetahui dan menganalisa kondisi pengaruh Sertifikasi Guru dan Karakteristik Kepemimpinan terhadap Kinerja Kepala Sekolah Dasar Negeri yang ada di Kabupaten Purwakarta. Maka dari fenomena yang terjadi diatas maka penulis tertarik mngambil judul Pengaruh Sertifikasi Guru dan Karakteristik Kepemimpinan terhadap Kinerja Kepala Sekolah Dasar Negeri yang ada di Kabupaten Karawang.
mengembangkan wawasan dan materi dalam bidang setifikasi guru, kepemimpinan dan kinerja kepala sekolah dasar negeri yang ada di Kabupaten Purwakarta. Dan manfaat praktis bagi Kepala sekolah, sebagai masukan bagi kepala sekolah tentang pentingnya sertifikasi guru dan karakteristik kepemimpinan terhadap kinerja kepala sekolah dasar negeri yang ada di Kabupaten Purwakarta. Sehingga mampu untuk mengembangkan dan memajukan sekolah yang di kelolanya.
B. Metode Penelitian 1. Sertifikasi Guru
Menurut Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, diamanatkan bahwa guru mempunyai fungsi, peran dan kedudukan yang strategis dalam pembangunan nasional di bidang pendidikan dan karenanya perlu dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat. Tenaga profesional guru dituntut mampu melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat dan berilmu, cakap dan kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, diadakan sertifikasi berupa pemberian sertifikat pendidik yang diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran.
Sertifikasi pendidik diberikan kepada seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan profesi pendidik dan lulus uji sertifikasi pendidik. Adapun tujuan dari adanya sertifikasi pendidik atau sertifikasi guru menurut Departemen Pendidikan Nasional adalah untuk menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran, meningkatkan profesionalisme guru, meningkatkan proses dan hasil pendidikan, dan mempercepat terwujud tujuan pendidikan nasional.
Menurut Wibowo (E. Mulyasa, 2008: 35), bahwa sertifikasi guru bertujuan untuk hal-hal sebagai berikut:
1) Melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan.
2) Melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak kompeten, sehingga merusak citra pendidik dan tenaga kependidikan.
3) Membantu dan melindungi lembaga penyelenggara pendidikan, dengan menyediakan rambu-rambu dan instrumen untuk melakukan seleksi terhadap pelamar yang kompeten.
4) Membangun citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga kependidikan.
5) Memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan. Selanjutnya manfaat sertifikasi pendidik dan tenaga kependidikan menurut E. Mulyasa (2008: 35) adalah sebagai berikut:
1) Pengawasan Mutu
a) Lembaga sertifikasi yang telah mengidentifikasi dan menentukan seperangkat kompetensi yang bersifat unik.
c) Peningkatan profesionalisme melalui mekanisme seleksi, baik pada waktu awal masuk organisasi profesi maupun pengembangan karier selanjutnya.
d) Proses seleksi yang lebih baik, program pelatihan yang lebih bermutu maupun usaha belajar secara mandiri untuk mencapai peningkatan profesionalisme.
2) Penjaminan Mutu
a) Adanya proses pengembangan profesionalisme dan evaluasi terhadap kinerja praktisi akan menimbulkan persepsi masyarakat dan pemerintah menjadi lebih baik terhadap organisasi profesi beserta anggotanya. Dengan demikian pihak berkepentingan, khususnya para pelanggan/pengguna akan lebih menghargai organisasi profesi dan sebaliknya organisasi profesi dapat memberikan jaminan atau melindungi para pelanggan/pengguna.
b) Sertifikasi menyediakan informasi yang berharga bagi para pelanggan/pengguna yang ingin mempekerjakan orang dalam bidang keahlian dan keterampilan tertentu.
Adapun manfaat sertifikasi guru menurut Departemen Pendidikan Nasional adalah sebagai berikut:
1) Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten, yang dapat merusak citra profesi guru.
2) Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan tidak profesional.
3) Menjaga Lembaga Penyelenggara Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dari keinginan internal dan tekanan eksternal yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang berlaku.
Adapun manfaat sertifikasi guru menurut Departemen Pendidikan Nasional adalah sebagai berikut:
1) Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten, yang dapat merusak citra profesi guru.
2) Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan tidak profesional.
3) Menjaga Lembaga Penyelenggara Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dari keinginan internal dan tekanan eksternal yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang berlaku.
4) Meningkatkan kesejahteraan guru. Peningkatan kualitas guru lewat program sertifikasi ini merupakan upaya peningkatan kualitas pendidikan. Apabila kompetensi guru bagus yang diikuti dengan penghasilan yang bagus, maka ini diharapkan akan menciptakan kinerja yang bagus juga. Dengan demikian kinerja yang bagus otomatis kegiatan belajar mengajar pun akan bagus.
2. Karakteristik Kepemimpinan
Menurut Wahjosumidjo (2007:17) kepemimpinan di terjemahkan kedalam istilah sifat- sifat, perilaku pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola- pola, interaksi, hubungan kerja sama antarperan, kedudukan dari satu jabatan administratif, dan persuasif, dan persepsi dari lain- lain tentang legitimasi pengaruh.
Miftah Thoha (2010:9) kepemimpinan adalah kegiatan untuk memengaruhi perilaku orang lain, atau seni memengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok. Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu organisai karena sebagian besar keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi ditentukan oleh kepemimpinan dalam organisasi tersebut.
Menurut C. Turney (1992) dalam Martinis, Yamin dan Maisah (2010:74) mandefinisikan kepemimpinan sebagai suatu group proses yang dilakukan oleh seseorang dalam mengelola dan menginspirasikan sejumlah pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi melalui aplikasi teknik-teknik manajemen.
George R. Terry (Miftah Thoha, 2010:5) mengartikan bahwa Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
3. Kinerja Kepala Sekolah 1) Pengertian Kinerja
Kinerja berasal dari pengertian performance. Selain itu diartikan sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Namun, kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya hasil kerja atau prestasi kerja saja, tetapi juga bagaimana proses pekerjaan tersebut berlangsung. Mangkunegara (2010:9) mengemukakan bahwa Kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang). Kinerja adalah prestasi kerja atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai sumber daya manusia persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Sedangkan menurut Kane, kinerja bukan merupakan karakteristik seseorang, seperti bakat atau kemampuan, tetapi merupakan perwujudan dari bakat atau kemampuan itu sendiri. Dalam hal ini berarti bahwa kinerja merupakan perwujudan dari kemampuan dalam bentuk karya nyata. Jika kinerja dikaitkan dengan jabatan berarti kinerja itu adalah sebagai hasil yang dicapai yang berkaitan dengan fungsi jabatan dalam periode waktu tertentu.
Menurut Gilbert (1977), yang dikutip Notoatmodjo (2009:124) mengemukakan bahwa : “Kinerja adalah apa yang dapat dikerjakan oleh seseorang sesuai dengan tugas dan fungsinya.” 2) Kepala Sekolah
kanak-kanak luar biasa (TKLB), sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI), sekolah dasar luar biasa (SDLB), sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs), sekolah menengah pertama luar biasa (SMPLB), sekolah menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA), sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK), atau sekolah menengah atas luar biasa (SMALB) yang bukan sekolah bertaraf internasional (SBI) atau yang tidak dikembangkan menjadi sekolah bertaraf internasional (SBI).
4. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dsain penelitian Penelitian Korelasi (Corellational Research). Menurut Greener dan Martelli (2015:48) Penelitian korelasional mencari hubungan antara variabel. Hubungan ini mungkin korelasional dalam arti statistik yang berarti bahwa ketika salah satu variabel bervariasi, yang lainnya juga bervariasi, meskipun tidak harus dalam arah yang sama. Korelasi adalah hubungan variabel tetapi itu tidak berarti hubungan adalah salah satu sebab dan akibat. Sebagai contoh mungkin akan menemukan bahwa lebih banyak kesalahan terjadi di kantor ketika bos hadir. Itu tidak berarti kehadiran bos memiliki efek menyebabkan suatu kejadian secara langsung pada kesalahan. (mungkin! Tapi itu tidak terbukti kecuali penelitian yang berbeda dilakukan). Menentukan sebab dan akibat antara dan di antara variabel adalah sebagian jenis penelitian ditunjukkan pada contoh tersebut.
5. Subjek dan Lokasi Penelitian
Subjek yang terlibat dalam penelitian adalah Kepala Sekolah Sekolah Dasar Negeri
se-Kabupaten Purwakarta di bawah Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga se-Kabupaten
Purwakarta yang berjumlah 477 orang, yang diambil dari 477 Sekolah Dasar Negeri
se-Kabupaten Purwakarta
1.
6. Instrument Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Pada tahap ini kuisioner telah disusun kemudiaan disebarkan kepada responden. Kuisioner terdiri dari tiga macam yaitu:
1) Kuisioner tentang kondisi sertifikasi guru (X1)
2) Kuisioner tentang kondisi Karakteristik kepemimpinan (X2) 3) Kuisioner tentang kondisi kinerja kepala sekolah (Y)
Sulistyo (2011: 12-13) Dalam kuisioner ini digunakan skala likert, yaitu skala 1 sampai dengan 5 yang diggunakan untuk mengukur bobot kondisi sertifikasi guru, kondisi karakteristi kepemimpinan dan kondisi kinerja kepala sekolah.
Tabel 1 Bobot Jawaban
Jawaban Bobot
Sangat Tidak Baik
(STB) 1
Tidak Baik (TB) 2 Cukup Baik (CB) 3
Baik (B) 4 Sangat Baik (SB) 5
7. Prosedur Penelitian
1) Mengidentifikasi Masalah
Yang dimaksud dengan mengidentifikasi masalah ialah peneliti melakukan tahap pertama dalam melakukan penelitian, yaitu merumuskan masalah yang akan diteliti. Tahap ini merupakan tahap yang paling penting dalam penelitian, karena semua jalannya penelitian akan dituntun oleh perumusan masalah. Tanpa perumusan masalah yang jelas, maka peneliti akan kehilangan arah dalam melakukan penelitian.
2) Membuat Hipotesa
Hipotesa merupakan jawaban sementara dari persoalan yang kita teliti. Perumusan hipotesa biasanya dibagai menjadi tiga tahapan: pertama, tentukan hipotesa penelitian yang didasari oleh asumsi penulis terhadap hubungan variable yang sedang diteliti. Kedua, tentukan hipotesa operasional yang terdiri dari Hipotesa 0 (H0) dan Hipotesa 1 (H1). H0 bersifat netral dan H1 bersifat tidak netral. Perlu diketahui bahwa tidak semua penelitian memerlukan hipotesa, seperti misalnya penelitian deskriptif. Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai masalah ini akan dibahas pada BAB V.
3) Studi Literature
Pada tahapan ini peneliti melakukan apa yang disebut dengan kajian pustaka, yaitu mempelajari buku-buku referensi dan hasil penelitian sejenis sebelumnya yang pernah dilakukan oleh orang lain. Tujuannya ialah untuk mendapatkan landasan teori mengenai masalah yang akan diteliti. Teori merupakan pijakan bagi peneliti untuk memahami persoalan yang diteliti dengan benar dan sesuai dengan kerangka berpikir ilmiah.
4) Mengidentifikasi dan Menamai Variabel
Melakukan identifikasi dan menamai variable merupakan salah satu tahapan yang penting karena hanya dengan mengenal variabel yang sedang diteliti seorang peneliti dapat memahami hubungan dan makna variable-variabel yang sedang diteliti.
5) Membuat Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi yang menjadikan variable-variabel yang sedang diteliti menjadi bersifat operasional dalam kaitannya dengan proses pengukuran variable-variabel tersebut. Definisi operasional memungkinan sebuah konsep yang bersifat abstrak dijadikan suatu yang operasional sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan pengukuran.
6) Mengidentifikasi dan Menyusun Alat Observasi dan Pengukuran
Yang dimaksud pada bagian ini ialah tahap dimana seorang peneliti harus melakukan identifikasi alat apa yang sesuai untuk mengambil data dalam hubungannya dengan tujuan penelitannya. Pada penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif biasanya peneliti menggunakan kuesioner, khususnya dalam penelitian-penelitian jenis Ex Post Facto.
7) Membuat Kuesioner dan Jadwal Interview
dengan interview. Cara-cara melakukan interview diatur secara sistematis agar dapat memperoleh informasi dan/atau data yang berkualitas dan sesuai dengan yang diinginkan oleh peneliti. 8) Melakukan Analisa Statistik
Salah satu cirri yang menonjol dalam penelitian yang menggunanakan pendekatan kuantitatif ialah adanya analisa statistik. Analisa statistik digunakan untuk membantu peneliti mengetahui makna hubungan antar variable. Sampai saat ini, analisa statistik merupakan satu-satunya alat yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah untuk menghitung besarnya hubungan antar variable, untuk memprediksi pengaruh variable bebas terhadap variable tergantung, untuk melihat besarnya pesentase atau rata-rata besarnya suatu variable yang kita ukur.
9) Menulis Laporan Hasil Penelitian
Tahap terakhir dalam penelitian ialah membuat laporan mengenai hasil penelitian secara tertulis. Laporan secara tertulis perlu dibuat agar peneliti dapat mengkomunkasikan hasil penelitiannya kepada para pembaca.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian pendahuluan ini dilakukan dan hanya di sebarkan ke 10 (sepuluh) orang responden yang menjadi subjek penelitian ini yaitu kepala sekolah, Data dari Kuisoner yang terkumpul diolah dengan menggunakan SPSS 20 untuk mendapatkan hasil penelitian ini lalu dideskripsikan agar mudah untuk di mengerti.
1. Kondisi Sertifikasi Guru di Kabupaten Karawang Tabel 2
Dari data tabel 2 rekapitulasi kusioner variabel sertifikasi guru diatas dapat di deskripsikan sebagai berikut:
1) Kopentensi Propesional
Dari jawaban 10 orang responden tentang indikator kopetensi propesional yang menjawab Sangat Baik (SB) sebanyak 3 orang atau dalam persentase sebesar 30%, yang menjawab Baik (B) sebanyak 3 orang atau dalam persentase sebesar 30%, yang menjawab Cukup Baik (CB) sebanyak 3 orang atau dalam persentase sebesar 30%, dan yang menjawab Tidak Baik (TB) sebanyak 1 orang atau dalam persentase sebesar 10%.
2) Kopentensi Pendagogik
Dari jawaban 10 orang responden tentang indikator kopetensi pendagogik yang menjawab Sangat Baik (SB) sebanyak 3 orang atau dalam persentase sebesar 30%, yang menjawab Baik (B) sebanyak 5 orang atau dalam persentase sebesar 50%, yang menjawab Cukup Baik (CB) sebanyak 2 orang atau dalam persentase sebesar 20%.
3) Kopentensi Kepribadian
Dari jawaban 10 orang responden tentang indikator kopetensi kepribadian yang menjawab Sangat Baik (SB) sebanyak 3 orang atau dalam persentase sebesar 30%, yang menjawab Baik (B) sebanyak 4 orang atau dalam persentase sebesar 40%, yang menjawab Cukup Baik (CB) sebanyak 2 orang atau dalam persentase sebesar 20%.
4) Kopentensi Sosial
Dari jawaban 10 orang responden tentang indikator kopetensi sosial yang menjawab Sangat Baik (SB) sebanyak 3 orang atau dalam persentase sebesar 30%, yang menjawab Baik (B) sebanyak 4 orang atau dalam persentase sebesar 40%, yang menjawab Cukup Baik (CB) sebanyak 3 orang atau dalam persentase sebesar 30%.
2. Kondisi Karakteristik Kepemimpinan di Kabupaten Karawang
Tabel 3
Rekapitulasi Kuisoner Variabel Karakteeristik Kepemimpinan
Responden
Rendah
9 Responden
10 TB 2 SB 5 SB 5 B 4 SB 5 TB 2
Total 40 40 42 39 40 40
Sumber : Kuisioner (data diolah sendiri)
Dari Tabel 3 rekapitulasi kusioner variabel karakteristik kepemimpinan diatas dapat di deskripsikan sebagai berikut:
1) Rendah Hati dan Sederhana
Dari jawaban 10 orang responden tentang indikator rendah hati dan sederhana yang menjawab Sangat Baik (SB) sebanyak 3 orang atau dalam persentase sebesar 30%, yang menjawab Baik (B) sebanyak 5 orang atau dalam persentase sebesar 50%, yang menjawab Cukup Baik (CB) sebanyak 1 orang atau dalam persentase sebesar 10%, dan yang menjawab Tidak Baik (TB) sebanyak 1 orang atau dalam persentase sebesar 10%.
2) Bersifat Suka Menolong
Dari jawaban 10 orang responden tentang indikator bersifat suka menolong yang menjawab Sangat Baik (SB) sebanyak 3 orang atau dalam persentase sebesar 30%, yang menjawab Baik (B) sebanyak 5 orang atau dalam persentase sebesar 50%, yang menjawab Cukup Baik (CB) sebanyak 1 orang atau dalam persentase sebesar 10%, dan yang menjawab Tidak Baik (TB) sebanyak 1 orang atau dalam persentase sebesar 10%.
3) Sabar dan Memiliki Kestabilan Emosi
Dari jawaban 10 orang responden tentang indikator sabar dan memiliki kestabialan emosi yang menjawab Sangat Baik (SB) sebanyak 4 orang atau dalam persentase sebesar 40%, yang menjawab Baik (B) sebanyak 4 orang atau dalam persentase sebesar 40%, yang menjawab Cukup Baik (CB) sebanyak 2 orang atau dalam persentase sebesar 20%.
4) Percaya pada Diri Sendiri
Dari jawaban 10 orang responden tentang indikator percaya pada diri sendiri yang menjawab Sangat Baik (SB) sebanyak 2 orang atau dalam persentase sebesar 20%, yang menjawab Baik (B) sebanyak 6 orang atau dalam persentase sebesar 60%, yang menjawab Cukup Baik (CB) sebanyak 1 orang atau dalam persentase sebesar 10%, dan yang menjawab Tidak Baik (TB) sebanyak 1 orang atau dalam persentase sebesar 10%.
5) Jujur, Adil dan Dapat Dipercaya 6) Keahlian dalam Jabatan
Dari jawaban 10 orang responden tentang indikator keahlian dalam jabatan yang menjawab Sangat Baik (SB) sebanyak 3 orang atau dalam persentase sebesar 30%, yang menjawab Baik (B) sebanyak 5 orang atau dalam persentase sebesar 50%, yang menjawab Cukup Baik (CB) sebanyak 1 orang atau dalam persentase sebesar 10%, dan yang menjawab Tidak Baik (TB) sebanyak 1 orang atau dalam persentase sebesar 10%.
3. Kondisi Kinerja Kepala Sekolah di Kabupaten Karawang.
Tabel 4
Rekapitulasi Kuisoner Variabel Kinerja Kepala Sekolah
Responde
Sumber : Kuisioner (data diolah sendiri)
Dari tabel 4 rekapitulasi kusioner variabel kinerja kepala sekolah diatas dapat di deskripsikan sebagai berikut:
1) Kepribadian
Dari jawaban 10 orang responden tentang indikator kepribadian yang menjawab Sangat Baik (SB) sebanyak 3 orang atau dalam persentase sebesar 30%, yang menjawab Baik (B) sebanyak 6 orang atau dalam persentase sebesar 60%, yang menjawab Cukup Baik (CB) sebanyak 1 orang atau dalam persentase sebesar 10%.
2) Manajerial
Dari jawaban 10 orang responden tentang indikator manajerial yang menjawab Sangat Baik (SB) sebanyak 3 orang atau dalam persentase sebesar 30%, yang menjawab Baik (B) sebanyak 5 orang atau dalam persentase sebesar 50%, yang menjawab Cukup Baik (CB) sebanyak 1 orang atau dalam persentase sebesar 10%, dan yang menjawab Tidak Baik (TB) sebanyak 1 orang atau dalam persentase sebesar 10%.
3) Kewirausaan
Dari jawaban 10 orang responden tentang indikator kopetensi kewirausahaan yang menjawab Sangat Baik (SB) sebanyak 4 orang atau dalam persentase sebesar 40%, yang menjawab Baik (B) sebanyak 4 orang atau dalam persentase sebesar 40%, dan yang menjawab Cukup Baik (CB) sebanyak 2 orang atau dalam persentase sebesar 30%.
4) Supervisi
Dari jawaban 10 orang responden tentang indikator supervisi yang menjawab Sangat Baik (SB) sebanyak 3 orang atau dalam persentase sebesar 30%, yang menjawab Baik (B) sebanyak 6 orang atau dalam persentase sebesar 60%, dan yang menjawab Cukup Baik (CB) sebanyak 1 orang atau dalam persentase sebesar 10%.
5) Sosial
atau dalam persentase sebesar 50%, yang menjawab Cukup Baik (CB) sebanyak 1 orang atau dalam persentase sebesar 10%, dan yang menjawab Tidak Baik (TB) sebanyak 1 orang atau dalam persentase sebesar 10%.
4. Kondisi Pengaruh Sertifikasi Guru dan Kepemimpinan Teerhadap Kinerja Kepala Sekolah 1) Uji T
Tabel VIII.1 Uji T
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 3.195 2.660 1.201 .269
Sertifikasi_Guru_X1 .241 .113 .307 2.133 .070
Karakteristik_Kepemimpinan_X2 .564 .101 .806 5.604 .001
a. Dependent Variable: Kinerja_Kepala_Sekolah_Y
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan terhadap variabel Sertifikasi Guru dan Karakteristik Kepemimpinan Terhadap Kinerja Kepala Sekolah maka dapat dirumuskan persamaan regresi bergandanya sebagai berikut :
Y = 3,195 + 0,241X1 + 0,564X2 Dimana :
Y = Kinerja Kepala Sekolah X1 = Sertifikasi Guru
X2 = Karakteristik Kepemimpinan
Dengan menggunakan persamaan regresi pada model regresi berganda di atas maka dapat diuraikan sebagai berikut :
a) β1 = 0,307 β1 bertanda positif yang berarti bahwa bila Sertifikasi Guru ditingkatkan maka berpengaruh terhadap peningkatan Kinerja Kepala Sekolah.
b) β2 = 0,806 β2 bertanda positif yang berarti bahwa bila Karakteristik Kepemimpinan ditingkatkan maka berpengaruh terhadap peningkatan Kineerja Kepala Sekolah.
2) Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 43.529 2 21.765 22.173 .001a
Residual 6.871 7 .982
Total 50.400 9
a. Predictors: (Constant), Karakteristik_Kepemimpinan_X2, Sertifikasi_Guru_X1
b. Dependent Variable: Kinerja_Kepala_Sekolah_Y
Dari tampilan tabel Hasil Uji F di atas didapat F hitung sebesar 22,173 dengan tingkat probabilitas 0.001 (signifikan). Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0.05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi bahwa:
Secara bersama-sama Sertifikasi Guru dan Karakteristik Kepemimpinan berpengaruh terhadap Kinerja Kepala Sekolah.
3) Koefisien Determinan (Uji R)
Tabel VIII.3
Koefisien Determinan (Uji R)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .929a .864 .825 .991 2.029
a. Predictors: (Constant), Karakteristik_Kepemimpinan_X2, Sertifikasi_Guru_X1
b. Dependent Variable: Kinerja_Kepala_Sekolah_Y
Koefisien determinasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai Adjusted R Square yaitu sebesar 0,991 atau sebesar 99,1%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen (Sertifikasi Guru dan Karakteristik Kepala Sekolah) mampu menjelaskan variasi yang terjadi pada Kienerja Kepala Sekolah sebesar 99,1 % sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
5. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengujian terhadap hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dengan menggunakan uji t dan uji F regresi berganda menunjukkan bahwa hipotesis dapat diterima ataupun ditolak dan dibuktikan secara statistik seperti tabel dibawah ini.
Tabel VIII.3
Kesimpulan Pengujian Hipotsis
Hipotesis Kesimpulan Uji Hipotesis
Terdapat pengaruh positif antara Sertifikasi Guru terhadap Kinerja Kepala Sekolah
Terdapat pengaruh positif antara Karakteristik Kepemimpinan terhadap Kinerja Kepala Sekolah.
Diterima Uji t
Secara simultan terdapat pengaruh positif antara Sertifikasi Guru dan Karakteristik Kepemimpinan terhadap Kinerja Kepala Sekolah.
Diterima Uji F
D. Kesimpulan dan Saran 1) Kesimpulan
a) Persamaan Regresi Linear pada variabel Sertifikasi Guru dan Karakteristik Kepemimpinan Terhadap Kinerja Kepala Sekolah maka dapat dirumuskan persamaan regresi bergandanya sebagai berikut Y = 3,195 + 0,241X1 + 0,564X2.
b) Dari tampilan tabel Hasil Uji F di atas didapat F hitung sebesar 22,173 dengan tingkat probabilitas 0.001 (signifikan). Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0.05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi bahwa Secara bersama-sama Sertifikasi Guru dan Karakteristik Kepemimpinan berpengaruh terhadap Kinerja Kepala Sekolah.
c) Koefisien determinasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai Adjusted R Square yaitu sebesar 0,991 atau sebesar 99,1%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen (Sertifikasi Guru dan Karakteristik Kepala Sekolah) mampu menjelaskan variasi yang terjadi pada Kienerja Kepala Sekolah sebesar 99,1 % sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
2) Saran
a) Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Purwakarta harus meperhatikan dan meningkatkan Sertifikasi Guru dan Karakteristik Kepemimpinan dan berdampak pada peningkatan Kinerja Kepala Sekolah.
b) Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Purwakarta harus meperhatkan faktor-faktor lain selain Sertifikasi Guru dan Karakteristik Kepemimpinan untuk peningkatan Kinerja Kepala Sekolah.
c) Disarankan untuk menggunakan perhitungan lainnya selain regresi linear berganda untuk mengukur Kinerja Kepala sekolah.
Daftar Pustaka
Achtenghagen. 2016. Entrepreneurship and SME Management Accross Africa: Context, Challenges, Casees. Singapore: Springer Science+Business.
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. 2016. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Penduduk Usia 7-24 Tahun Menurut Kabupaten dan Kelompok Umur Tahun 2011-2015. dalam
https://jabar.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/102. Diakses pada 18 Desember 2016.
Dewan Perwakilan Rakyat Rpublik Indonesia dan Presiden Republik Indonesia. 2005. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.
Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga. 2016. Laporan Tahunan Indeks Pendidikan Kabuapaten Purwakarta 2015/2016. Purwakarta: Dinas Pendidkan, Pemuda dan Olahraga.
E. Mulyasa. 2008. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Fraenkel, J.R dan Wellen, N.E. 2008. How to Design and Evaluate research in Education. New York: McGraw-Hill.
Greener dan Martelli. 2015. An Introduction to Bussiness Reserch Method. Denmark: Bookboon.
Indrajit. 2011. Teknologi Informasi dan Perguruan Tinggi: Menjawab Tantangan Pendidikan Abad ke 21. Jakarta: Aptikom.
Martinis Yasmin dan Maisah. 2010. Standarisasi Kinerja Guru. Jakarta: Gaung Persada Press.
Mangkunegara. 2010. Manajemen Sumbr Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mentri Pendidkan Nasional. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 16 Tahun 2007, Tentang Kompetensi Guru.
Mentri Pendidikan Nasional. 2007. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah.
Mentri Pendidikan Nasional. 2010. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2010 Tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah/Madrasah.
Ngalim Purwanto. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Notoatmodjo. 2009. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Rizal, Sisdi dan Dharman. 2008. Dari Guru Konvensional Menuju Guru Profesional. Jakarta: Grasindo.
Sangadji, E.M. dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian (Pendekatan Praktisdalam Penelitian). Yogyakarta: Andi.
Sukumar, Tipi dan Revill. 2016. Applied Bussines Analysis. Denmark: Bookboon.
Sulistyo. 2011. 6 Hari Jago SPSS 17. Yogyakarta: Cakrawala.
Thoha, Miftah, 2010. Kepemimpinan Dalam Manajemen, Jakarta : Rajawali Pers.