• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAM DALAM HUKUM TATA NEGARA INDONESIA (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HAM DALAM HUKUM TATA NEGARA INDONESIA (1)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Nama: Bryan Patra Silitonga

NIM : 02011381621398

Mata Kuliah : Hukum Konstitusi

Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya 2016

HAM DALAM HUKUM TATA

NEGARA INDONESIA

Hak asasi manusia dalam pengertian umum adalah hak-hak dasar yang dimiliki setiap pribadi manusia sebagai anugerah Tuhan yang dibawa sejak lahir. Ini berarti bahwa sebagai anugerah dari Tuhan kepada makhluknya, hak asasi tidak dapat dipisahkan dari eksistensi pribadi manusia itu sendiri. Hak asasi tidak dapat dicabut oleh suatu kekuasaan atau oleh sebab-sebab lainnya, karena jika hal itu terjadi maka manusia kehilangan martabat yang sebenarnya menjadi inti nilai kemanusiaan.Hak asasi mencangkup hak hidup,hak kemerdekaan/kebebasan dan hak memiliki sesuatu. Ditinjau dari berbagai bidang, HAM meliputi :

a. Hak asasi pribadi (Personal Rights)

Contoh : hak kemerdekaan, hak menyatakan pendapat, hak memeluk agama.

b. Hak asasi politik (Political Rights) yaitu hak untuk diakui sebagai warga negara

Misalnya : memilih dan dipilih, hak berserikat dan hak berkumpul. c. Hak asasi ekonomi (Property Rights)

Misalnya : hak memiliki sesuatu, hak mengarahkan perjanjian, hak bekerja dan

mendapatkan hidup yang layak.

d. Hak asasi sosial dan kebuadayaan (Sosial & Cultural Rights).

Misalnya : mendapatkan pendidikan, hak mendapatkan santunan, hak pensiun,

hak mengembangkan kebudayaan dan hak berkspresi.

e. Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan Pemerintah

(Rights Of Legal Equality)

f. Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum.

(2)

secara kodrati melekat pada dan tidak terpisahkan dari manusia, yang harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan martabat kemanusiaan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan serta keadilan.”

Dalam Tata Hukum segala bentuk hak yang dimiliki setiap manusia akan selalu bergandengan dengan kewajiban. Begitu pula dengan “Hak Asasi” harus juga bergandengan dengan “Kewajiban Asasi”.

Seperti yang telah diketahui Hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang telah dipunyai seseorang sejak ia dalam kandungan. Sebagai makhluk sosial yang hidup ditengah masyarakat dan bergantung pada orang-orang disekitar maka dalam pencapaian perkembangan dan kemajuan haruslah menyeimbangkan hak dasar dengan kewajiban dasar.

Beberapa mendefinisikan bahwa Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun. Sebagai warga negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak asasi manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan, keturunan, jabatan, dan lain sebagainya.

Dalam ketentuan umum Undang – Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 1 yang dimaksud dengan Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dankeberadaan manusia sebagai makhlukTuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

Batasan tentang Hak Asasi atau yang biasa disebut Hak Dasar perjuangan tersebut bukan dimulai dari abad ke 13 sebagaimana sejarah peradaban barat menulisnya, namun lebih lampau daripada zaman tersebut. Kalau kita pelajari Kitab-kitab Suci Keagamaan (baik itu al-Qur’an, Injil dan lain sebagainya) tentang perlindungan Hak dan demikian pula tentang diwajibkannya Kewajiban atas tiap anak manusia, maka mudah kita temukan bahwasanya Kitab-kitab Suci tersebut telah terlebih dahulu mengemukakannya. Contohnya didalam Kitab Suci Umat Islam yaitu al-Qur’an surah al-Maidah ayat 32 disebutkan :

(3)

(membunuh) orang lain[411], atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya[412]. dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu[413] sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.”

Ayat tersebut menegaskan bahwa Islam telah memiliki hak perlindungan terhadap jiwa tiap-tiap manusia. Selanjutnya adalah contoh perlindungan keyakinan yang mana tertuang dalam ajaran La Iqrah fi-Dhien (tidak ada pemaksaan dalam beragama) atau Lakum dhienukum waliyadhien (bagimu agamamu, bagiku agamaku).

Ini artinya perjuangan atas Hak-hak Asasi yang dimiliki manusia telah lebih dahulu berlangsung ribuan tahun yang lalu, dengan demikian sesungguhnya adalah tidak tepat kalau sejarah perjuangan Hak-hak Asasi Manusia dimulai bersamaan dengan ditanda-tanganinya Magna Charta(tahun 1215), akan tetapi karena sejarah telah menentukannya demikian, jelasnya: bahwa saat-saat kelahiran Magna Charta dianggap sebagaitonggak pertama kemenangan Hak Asasi atau sebagai permulaan sejarah perjuangan Hak-hak Asasi manusia, maka dari itu kita ikuti saja kehendak para ahli sejarah tersebut.

Magna Charta ditandatangani oleh seorang Raja yang bernama John Lackland yang sejatinya dapat dikatakan belum merupakan bentuk perlindungan terhadap Hak Asasi manusia seperti apa yang kita kenal dewasa ini, sebab yang termuat di dalamnya hanyalah tentang jaminan-jaminan perlindungan terhadap kaum bangsawan dan gereja, oleh karenanya maka Magna Charta ini selalu dipandang sebagai kemenangan para bangsawan atas Raja Inggris.

Dalam Magna Charta tercantum penjelasan bahwa raja tidak lagi bertindak sewenang-wenang, karena dalam hal-hal tertentu raja di dalam tindakan atau kebijaksanaannya secara telebih dahulu harus mendapat persetujuan dari para bangsawan dan ini berarti bahwa hak-hak tertentu para bangsawan diakui oleh raja. Prinsip ini dirasa oleh para bangsawan sebagai sebuah kemenangan.

(4)

manusia dalam kaitannya dengan demokrasi dalam hal ini turut banyak mendorong terjadinya sebuah Revolusi yang mana diantaranya adalah Revolusi Amerika (1776) dan Revolusi Perancis (1789).

Selanjutnya setelah perang dunia kedua, mulai tahun 1946, disusunlah rancangan piagam hak-hak asasi manusia oleh organisasi kerja sama untuk sosial ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang terdiri dari 18 anggota. PBB membentuk komisi hak asasi manusia (commission of human right). Sidangnya dimulai pada bulan januari 1947 di bawah pimpinan Ny. Eleanor Rossevelt. Baru 2 tahun kemudian, tanggal 10 Desember 1948 Sidang Umum PBB yang diselenggarakan di Istana Chaillot, Paris menerima baik hasil kerja panitia tersebut. Karya itu berupa UNIVERSAL DECLARATION OF HUMAN RIGHTS atau Pernyataan Sedunia tentang Hak – Hak Asasi Manusia, yang terdiri dari 30 pasal. Dari 58 Negara yang terwakil dalam sidang umum tersebut, 48 negara menyatakan persetujuannya, 8 negara abstain, dan 2 negara lainnya absen. Oleh karena itu, setiap tanggal 10 Desember diperingati sebagai hari Hak Asasi Manusia.

Universal Declaration of Human Rights antara lain mencantumkan, Bahwa setiap orang mempunyai Hak Hidup, kemerdekaan dan keamanan badan, diakui kepribadiannya, memperoleh pengakuan yang sama dengan orang lain menurut hukum untuk mendapat jaminan hokum dalam perkara pidana, seperti diperiksa di muka umum, dianggap tidak bersalah kecuali ada bukti yang sah, masuk dan keluar wilayah suatu Negara, mendapatkan suatu kebangsaan, mendapatkan hak milik atas benda, bebas mengutarakan pikiran dan perasaan, bebas memeluk agama, mengeluarkan pendapat, berapat dan berkumpul, mendapat jaminan sosial, mendapatkan pekerjaan, berdagang, mendapatkan pendidikan, turut serta dalam gerakan kebudayaan dalam masyarakat, menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan keilmuan

Majelis umum memproklamirkan Pernyataan Sedunia tentang Hak Asasi Manusia itu sebagai tolak ukur umum hasil usaha sebagai rakyat dan bangsa dan menyerukan semua anggota dan semua bangsa agar memajukan dan menjamin pengakuan dan pematuhan hak-hak dan kebebasan- kebebasan yang termasuk dalam pernyataan tersebut. Meskipun bukan merupakan perjanjian, namun semua anggota PBB secara moral berkewajiban menerapkannya.

Hak Asasi Manusia pada dasarnya bersifat umum atau universal karena diyakini bahwa beberapa hak yang dimiliki manusia tidak memiliki perbedaan atas bangsa, ras, atau jenis kelamin.

(5)

a. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM merupakan bagian dari manusia secara otomatis

b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis, pandangan politik , atau asal usul social dan bangsanya c. HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk melanggar dan membatasi orang lain

Ruang lingkup HAM meliputi:

a. Hak pribadi: hak-hak persamaan hidup, kebebasan, keamanan, dan lain-lain;

b. Hak milik pribadi dan kelompok sosial tempat seseorang berada;

c. Kebebasan sipil dan politik untuk dapat ikut serta dalam

pemerintahan; serta

d. Hak-hak berkenaan dengan masalah ekonomi dan sosial

Tujuan Hak Asasi Manusia,yaitu sebagai berikut:

a. HAM adalah alat untuk melindungi orang dari kekerasan dan kesewenang-wenangan.

b. HAM mengenmbangkan saling menghargai antar manusia

c. HAM mendorong tindakan yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab untuk menjamin bahwa hak-hak orang lain tidak dilanggar

Sumber-sumber Hukum Tata Negara Indonesia 1. Undang-Undang Dasar 1945

UUD 1945 sebagai sumber hukum, yang merupakan hukum dasar tertulis yang mengatur masalah kenegaraan dan merupakan dasar ketentuan-ketentuan lainnya.

2. Ketetapan MPR

Dalam Pasal 3 UUD 1945 ditentukan bahwa Majelis Permusyawaratan Rakyat menetapkan Undang-Undang Dasar dan Garis-Garis Besar Haluan Negara. Dengan istilah menetapkan tersebut maka orang berkesimpulan, bahwa produk hukum yang dibentuk oleh MPR

disebut Ketetapan MPR.

3. Undang-undang/peraturan pemerintah pengganti undang-undang

(6)

a. Undang-undang dalam arti materiel yaitu peraturan yang

berlaku umum dan dibuat oleh penguasa, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

b. Undang-undang dalam arti formal yaitu keputusan tertulis

yang dibentuk dalam arti formal sebagai sumber hukum dapat dilihat pada Pasal 5 ayat (1) dan pasal 20 ayat (1) UUD 1945.

4. Peraturan Pemerintah

Untuk melaksanakan undang-undang yang dibentuk oleh Presiden dengan DPR, oleh UUD 1945 kepada presiden diberikan kewenangan untuk menetapkan Peraturan Pemerintah guna melaksanakan undang-undang sebagaimana mestinya. Dalam hal ini berarti tidak mungkin bagi presiden menetapkan Peraturan Pemerintah sebelum ada undang-undangnya, sebaliknya suatu undang-undang tidak berlaku efektif tanpa adanya Peraturan Pemerintah.

5. Keputusan Presiden

UUD 1945 menentukan Keputusan Presiden sebagai salah satu bentuk peraturan perundang-undangan. Bentuk peraturan ini baru dikenal tahun 1959 berdasarkan surat presiden no. 2262/HK/1959 yang ditujukan pada DPR, yakni sebagai peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Presiden untuk melaksanakan Penetapan Presiden. Kemudian melalui Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966, Keputusan Presiden resmi ditetapkan sebagai salah satu bentuk peraturan perundang-undanganmenurut UUD 1945. Keputusan Presiden berisi keputusan yang

bersifatkhusus (einmalig) adalah untuk melaksanakan UUD 1945,

Ketetapan MPR yang memuat garis-garis besar dalam bidang eksekutif dan Peraturan Pemerintah.

6. Peraturan pelaksana lainnya

Yang dimaksud dengan peraturan pelaksana lainnya adalah seperti Peraturan Menteri, Instruksi Menteri dan lain-lainnya yang harus dengan tegas berdasarkan dan bersumber pada peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

7. Convention (Konvensi Ketatanegaraan).

Konvensi Ketatanegaraan adalah perbuatan kehidupan ketatanegaraan yang dilakukan berulang-ulang sehingga ia diterima dan ditaati dalam praktek ketatanegaraan. Konvensi Ketatanegaraan mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan undang-undang, karena diterima dan dijalankan, bahkan sering kebiasaan (konvensi) ketatanegaraan menggeser peraturan-peraturan hukum yang tertulis.

DAFTAR PUSTAKA

Prof.Dr.Moh. Mahfud MD dan Dr. H. Imam Anshori Saleh , S.H., M. Hum .

(7)

Moh Kusnardi, dkk.1988. Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia. (Jakarta Selatan. CV Sinar Bakti)

R.G. Kartasapoetra. 1987.Sistematika Hukum Tata Negara. (Jakarta:BINA AKSARA,)

Undang – Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Titik Triwulan Tutik. 2008. Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 4.7 Tindakan yang Diambil Konsumen Ketika Mengalami Situasi Vending 55 Machine Bermasalah Gambar 4.8 Alasan Konsumen Tidak Ingin Menghubungi Customer service

Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan subyek penelitian adalah siswa kelas XII TPHP SMK Putra Wilis Kecamatan Sendang

Prototip reaktor VK-300 jenis BWR daya 250 MW(e) merupakan unit kogenerasi yang dapat memasok uap panas bersuhu 285 o C ke turbin ekstraksi untuk menghasilkan tenaga listrik sebesar

izin dari Pengadilan agama. 2) Perkawinan yang dilakukan dengan istri kedua, ketiga atau keempat. tanpa izin ari pengadilan agama, tidak memiliki

Realizing the importance of reflective practice in professional development of pre-service teachers, all teacher education institutions in Malaysia have put an emphasis

masyarakat Mandar di Kecamatan Sendana Kabupaten Majene ialah diantaranya: (1) penentuan calon dilihat dari akhlaknya yang baik (agama); (2) penjajakan dengan maksud

Pelatihan pencatatan dan pelaporan keuangan merupakan salah satu yang ditawarkan dari tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Universitas Muhammadiyah Profesor