EVALUASI PENDIDIKAN DALAM HADITS BAB I
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Dalam menjalankan misi pendidikan, untuk melihat tingkat atau kadar penguasaan
sahabat terhadap materi pelajaran, nabi SAW juga mengevaluasi sahabat-sahabatnya. Dengan
mengevaluasi sahabat-sahabat, rasulullah mengetahui kemampuan para sahabat dalam
memahami ajaran agamaatau dalam menjalankan tugas. Untuk melihat hasil pengajaran yang
dilaksanakan, rasulullah SAW sering mengevaluasi hafalan para sahabat dengan cara
menyuruh para sahabat membacakan ayat-ayat al-qur’an dihadapannya dengan membetulkan
hafalan dan bacaan mereka yang keliru1.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana cara mengevaluasi pendidikan?
1.3. Batasan Pembahasan
Dari rumusan masalah diatas, maka dapat diambil batasan pembahasan sebagai berikut?
1. Menjelaskan tentang evaluasi pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
EVALUASI PENDIDIKAN DALAM HADITS 2.1. Evaluasi Pendidikan
Evaluasi pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan atau harga atau nilai
berdasarkan kriteria tertentu. Proses belajar dan mengajar adalah proses yang bertujuan.
Tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan tingkah laku yang diharapkan dimiliki siswa
setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya. Hasil yang diperoleh dari penilaian
dinyatakan dalam bentuk hasil belajar. Oleh karena itu tindakan atau kegiatan tersebut
dinamakan hasil belajar2.
Dalam menjalankan misi pendidikan, untuk melihat tingkat atau kadar penguasaan sahabat
terhadap materi pelajaran, nabi SAW juga mengevaluasi sahabat-sahabatnya. Dengan
mengevaluasi sahabat-sahabat, rasulullah mengetahui kemampuan para sahabat dalam
memahami ajaran agamaatau dalam menjalankan tugas. Untuk melihat hasil pengajaran yang
dilaksanakan, rasulullah SAW sering mengevaluasi hafalan para sahabat dengan cara
menyuruh para sahabat membacakan ayat-ayat al-qur’an dihadapannya dengan membetulkan
hafalan dan bacaan mereka yang keliru3.
Evaluasi juga dapat dilakukan dengan cara bertanya tentang suatu masalah hukum
secara langsung kepada rasulullah, lalu rasulullah menjawabnya. Sebagaimana terdapat
dalam riwayat berikut ini.
,
,
,
,
لاق لاق رمع ىبا نع رانيد نب هللادبع نع رفعج نب ليعامسا انثدج ةبيتق انثدح
,
" ,
لثم اهنإو اهقرو طقسي ل ةرجش رجش نم نا ملسو هيلع هللا ىلص هللا لوسر
,
,
,
,
ىسفن ىف عقوو هللادبع لاق ىداويلا ةرجش ىف سانلا عقوف ؟ىهام ىنوثدحف ملسملا
2 Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Milennium Baru, Jakarta; PT Logis, 1999 hal. 97
".
ةلخنلا يه
" ,
لاق هللا لوسراي يهام انثدح
".
" ,
اولاق مث تييحتساف ةلخنلا اهنأ
.
,
)
ىراخبلا هاور
(
.
Artinya : menceritakan kepada kami Qutaibat, menceritakan kepada kami Ismail ibn Ja’far,
dari Abdullah Ibn Dinar, dari Ibn Umar, ia berkata, Rasulullah SAW Bersabda, “
Sesungguhnya diantara pepohonan ada satu pohon yang daunnya tidak jatuh ke tanah (secara
berguguran). Pohon itu bagaikan seorang muslim. Jelaskanlah kepadaku pohon apa itu? “
orang-orang mengatakan pohon itu terdapat di pedalaman. ‘Abdullah Berkata, “ dalam
benakku terbetik pikiran bahwa yang dimaksud adalah pohon kurma. Akan tetapi aku malu
menjawabnya. “ Orang-orang barkata “ beritahukanlah kepada kami, pohon apakah itu wahai
Rasulullah? Beliau menjawab Pohon kurma.” (HR. Bukhari)4.
Disamping menguji pemahaman sahabat, tentang ajaran agama, rasulullah juga di
evaluasi oleh allah melalui malaikat jibril. Sebagaimana kisah kedatangan malaikat jibril
kepada nabi Muhammad SAW. Ketika beliau sedang mengejar sahabat di suatu majlis.
Malaikat jibril menguji dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut pengetahuan beliau
tentang iman, islam dan ihsan.
,
لاق ةريره يبا نع ةعرز يبا نع يميتلا نايخ اوبا انربخا ميهاربا نب ليعامسا انثدح
,
لاق ؟ ناميلاام لاقف لجر هاتاف سانللا زراب موي ملسو هيلع هللا ىلص يبنلا ناك
,
"
,
لاق ؟ملسلام لاق ثعبلاب نمؤتو هلوسرو هئاقلبو هتكئلمو هللاب نمؤت نا ناميلا
" ,
" .
",
لاق ناضمر موصتو ةضورفملا ةاكولا ىدؤتو ةلصلا ميقتو هب كرشتلو هللا دبعت نا
.
,
,
,
:
,
"
؟ةعاسلا نم لاق زكري هنإف هارت نكت ملإف هارت كناك هللا دبعت نا لاق ؟ناسحلام
,
اهبر ةملا تدلو اذا اهطارشا نع كربخأسو لئاسلا نم ملعا اهنع لوئسملام
:
,
" :
لاق
,
,
ىبنلاللت مث هللالا نهملعي ل سمخ ىف تاينبلا ىف مهبلا لبلا ةاعر لواطت اذاو
:
نامقل
: ...
ةعاسلا ملع هدنع هللا نا
" :
ملسو هيلع هللا يلص
34
,
ربدا مث ةيلا
,
(
(
ىراخبلا هاور
) ".
مهنيد سانلا ملعي ءاج ليربج اذه لاقف ائيش وري ملف هودر لاقف
" ,
,
Artinya : menceritakan kepada kami ismail ibn ibrahim, memberikan kepada kami ibn
hayyan al tamimi dari abi zar’at dari abi hurairat, ia berkata “ pada suatu hari ketika nabi
duduk bersama sahabat, tiba-tiba datang seorang laki-laki yang bertanya, “apakah iman itu?
Jawab nabi, “iman adalah percaya kepada allah, percaya kepada malaikatnya, dan pertemanan
denganNya, para rasulNya, dan percaya kepada hari berbangkit dari kubur. Lalu laki-laki itu
bertanya kembali, apakah islam itu? Jawab Nabi SAW, “ islam adalah menyembah kepada
allah dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun, mendirikan sholat, menunaikan
zakat yang difardukan dan berpuasa di bulan ramadhan. Lalu laki-laki itu bertanya lagi, apa
ihsan itu? Nabi SAW menjawab “ ihsan adalah menyembah allah seolah-olah engkau
menyembahNya,jika engkau tidak melihatNya, ketahuilah bahwa allah melihatmu. Lalu
laki-laki itu bertanya lagi “ apakah hari kiamat itu? Nabi SAW menjawab “ Orang yang ditanya
tidak lebih mengetahui dari pada orang yang bertanya, tetapi saya beritahukan kepadamu
beberapa syarat (tanda-tanda) akan tiba hari kiamat, yaitu jika budak sahaya telah melahirkan
majikannya, dan jika pengembala onta dan ternak lainnya berlomba-lomba membangun
gedung. Dan termasuk dalam lima macam yang tidak mengetahuinya kecuali allah, yaitu
tersebut dalam ayat : “ sesungguhnya allah ahnya pada sisinya sajalah yang mengetahui hari
kiamat, dan dia pula yang menurunkan hujan dan mengetahui apa yang ada dalam rahim ibu,
dan tidak seorangpun yang mengetahui dimanakah ia akan mati. Sesungguhnya allah maha
mengetahui sedalam-dalamnya.” Kemudian pergilah orang itu. Lalu nabi menyuruh sahabat,
“ antarkanlah ornag itu. Akan tetapi sahabat tidak melihat bekas orang itu. Maka nabi SAW
Rasulullah SAW, juga menguji kemampuan saat pada waktu akan berangkat perang
sebagaimana riwayat berikut5.
,
,
,
,
ىبا نع عفان نع هللا دبع انثدج ىبأ انثدح ريمن نب هللا دبع نب دمحم انثدح
,
,
عبرأ نبا انأو لاتقلا ىف دحأ موي ملسو هيلع هللا ىلص هللا لوسر ىنضرع لاقرمع
) .
,
,
.
,
هاور ىنازجأف ةنس ةرشع سمخ نب اناو قدنخلا موي ينضرعو ينوجي ماف ةرشع
(
يراخبلا
.
Artinya : menceritakan kepada Muhammad ibn ‘Abdullah ibn Numair, menceritakan kepada
kami ayahku, menceritakan kepada kami ‘Abdullah, dari Nafi’, dari ibn Imar berkata, “
Rasulullah SAW menguji kemampuanku berperang pada hari perang uhud, ketika aku berusia
empat belas tahun, lalu beliau tidak mengizinkanku, dan beliau mengujiku kembali pada hari
perang khandaq ketika aku berusia lima belas tahun, lalu beliau mengizinkanku. (HR.
Muslim).
Jika dilihat dari teori taksonomi Benjamin S. Bloom maka jelaslah bahwa
psicolkogikal domains yang dijadikan sasaran evaluasi nabi sebagaimana pelaksdana perintah
tuhan sesuai wahyu yang diturunkan kepada beliau lebih menitik beratkan pada kemampuan
dan kesediaan manusia mengamalkan ajaranNya, dimana faktor psikomotorik menjadi
tenaga penggeraknya. Disamping itu, faktor konatif (kemauan) juga dijadikan sasarannya
(konatif psikomotorik).
Adapun sistem pengukuran (maesuramen) yang digunakan nabi sendiri tidak
menggunakan sistem laboratorial seperti dalam dunia ilmu pengetahuan modern sekarang.
Namun prinsip-prinsipnya menunjukkan bahwa sistem maenstrument juga terdapat dalam
hadits nabi. Nabi melakukan pengukuran terhadap prilaku manusia dengan memberikan
penjelasan tentang tanda-tanda seseorang yang beriman, misalnya mencintai saudaranya
seperti mencintai dirinya sendiri, ketika menyaksikan perbuatan mungkar, ia berusaha
mengubah dengan kekuatan fisiknya, lisannya atau dengan hatinya. Tapi yang terahir ini
menunjukkan selemah-lemahnya iman.
Ukuran orang munafik ada 3
1. Bila bicara pasti berdusta.
2. Bila berjanji mengingkarinya.
3. Jika diberi amanat, berkhianat.
Ukuran orang kafir antara lain tidak mensyukuri nikmat allah, mencaci maki
keturunan dan meratapi mayat, dan sebagainya. Jadi sistem pengukuran nabi terhadap prilaku
manusia bukan secara kuantitatif (dengan angka) akan tetapi kualitatif6.
Dengan demikian evaluasi yang diterapkan pada masa rasulullah SAW adalah secara
langsung melihat tingkah laku para sahabat. Mendengarkan bacaan sahabat tentang ayat-ayat
al-qur’an, tanpa menggunakan buku catatan sebagaimana sekarang ini. Bila belum sampai
kepada ukuran yang diharapkan, Rasulullah SAW memberikan penekanan dan penambahan
materi, berupa nasihat, arahan dan sebagainya7.
6 Esei-Esei Muslim dan Pendidikan Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999 hal. 28
BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.Evaluasi pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan atau harga atau nilai berdasarkan
kriteria tertentu. Proses belajar dan mengajar adalah proses yang bertujuan. Tujuan tersebut
dinyatakan dalam rumusan tingkah laku yang diharapkan dimiliki siswa setelah
menyelesaikan pengalaman belajarnya. Hasil yang diperoleh dari penilaian dinyatakan dalam
bentuk hasil belajar. Oleh karena itu tindakan atau kegiatan tersebut dinamakan hasil belajar.
2. Adapun sistem pengukuran (maesuramen) yang digunakan nabi sendiri tidak menggunakan
sistem laboratorial seperti dalam dunia ilmu pengetahuan modern sekarang. Namun
prinsip-prinsipnya menunjukkan bahwa sistem maenstrument juga terdapat dalam hadits nabi. Nabi
melakukan pengukuran terhadap prilaku manusia dengan memberikan penjelasan tentang
tanda-tanda seseorang yang beriman, misalnya mencintai saudaranya seperti mencintai
dirinya sendiri, ketika menyaksikan perbuatan mungkar, ia berusaha mengubah dengan
DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Milennium
Baru, Jakarta; PT Logis, 1999.
Badawi, A. Zaki, Mu’jam Musthalahat al-‘Ulum al-Ijtima’iyat, Beirut: Maktabah
Libnan, 1982.
Baihaqi, H., Mendidik Anak Dalam Kandungan, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1996.
..., Esei-Esei Muslim dan Pendidikan Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1999.
..., Surau, Pendidikan Islam Tradisional dalam Transisi dan Modernisasi, terj. Idin
Rasidin dari; The Rise and Decline of the Minangkabau; A. Tradisional Islamic Education in
West Sumatera During the Duck Colonial Goverenment, Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu,