• Tidak ada hasil yang ditemukan

Advokasi SKA-PKPA (Sanggar Kreativitas Anak – Pusat Kajian dan Perlindungan Anak) Dalam Penanggulangan Kekerasan Pada Anak Jalanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Advokasi SKA-PKPA (Sanggar Kreativitas Anak – Pusat Kajian dan Perlindungan Anak) Dalam Penanggulangan Kekerasan Pada Anak Jalanan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Fenomena anak jalanan di Indonesia merupakan persoalan sosial yang kompleks. Anak jalanan merupakan salah satu persoalan dari beberapa permasalahan anak yang memerlukan penanganan secara cepat dan tepat. Hidup menjadi anak jalanan bukanlah suatu pilihan yang menyenangkan bagi seorang anak. Keberadaan anak jalanan tidak jarang menjadi sebuah masalah tersendiri bagi banyak pihak seperti keluarga, masyarakat maupun negara. Banyak faktor yang melatarbelakangi seorang anak menjadi anak jalanan.

(2)

yang lebih luas ataupun kebijakan sosial yang berkaitan dengan anak jalanan. Biasanya pada masyarakat miskin, anak-anak menjadi aset dalam membantu meningkatkan penghasilan dalam keluarganya. Anak-anak diajarkan untuk bekerja yang sering sekali mengakibatkan putus sekolah.

Jika disimpulkan dari penjelasan di atas, maka anak jalanan dilihat dari sebab mereka berada di jalanan tidak bisa di sama ratakan. Dilihat dari sebab, sangat dimungkinkan tidak semua anak jalanan berada dijalanan karena tekanan ekonomi keluarga, bisa jadi karena pergaulan, pelarian, atau atas dasar pilihannya sendiri.UNICEF mendefinisikan anak jalanan sebagai “street child are those who have abandoned their home, schools, and immediate communities before they are

sixteen years of age have drifted into a nomadic street life” (anak-anak berumur

di bawah 16 tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat terdekat, larut dalam kehidupan yang berpindah-pindah).

(3)

pembangunan yang akan memelihara dan mengembangkan hasil pembangunan yang ada dimasa depan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2008 menyebutkan terdapat 154.861 jiwa anak jalanan di Indonesia. Kemudian, pada tahun 2009 meningkat menjadi sebanyak 230.000 anak jalanan. Tahun 2010 jumlah anak jalanan di Indonesia diperkirakan mencapai 200.000 anak dan tahun 2012 menjadi 230.000 anak. Jika dilihat dari data tersebut, pada tahun 2010 anak jalanan yang ada di Indonesia mengalami penurunan, namun kembali meningkat di tahun 2012. Itu artinya, jumlah anak jalanan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Sama halnya dengan kota Medan, yang juga menghadapi permasalahan anak jalanan dan setiap tahunnya juga mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara, menyatakan pada tahun 2008 jumlah anak jalanan di kota Medan ada 663 anak dan menjelang akhir tahun 2009 mencapai 500-an anak. Sedangkan pada tahun 2011 jumlah anak jalanan meningkat menjadi 745 anak, dan pada tahun 2012 jumlah anak jalanan meningkat menjadi 837 anak. Jumlah ini juga diprediksi akan meningkat karena faktor ekonomi keluarga yang semakin hari menjadi semakin buruk. Kementerian Sosial RI pernah menegaskan bahwa akhir tahun 2014 Indonesia akan bebas dari masalah anak jalanan, dan sejak tahun 2011 Kementerian Sosial RI telah melakukan penanganan sekitar 80 persen anak jalanan. Namun kenyataannya, sampai saat ini masih banyak dijumpai anak jalanan di persimpangan jalan maupun tempat-tempat umum lainnya. Ada beberapa lokasi di kota Medan yang sering dijadikan anak jalanan sebagai tempat untuk beraktivitas yaitu sekitar Terminal Terpadu Amplas, Terminal Pinang Baris, Simpang Sei Sikambing, Simpang Ramayana-Katamso, Simpang Pos, Titi Kuning/Simpang Tritura, Krakatau/Cemara, dan

Persimpangan Halat/Sisingamangaraja.

(4)

Jika melihat kondisi yang ada, tampaknya nasib anak-anak khususnya anak jalanan belum menjadi kesadaran bersama. Anak jalanan masih dipandang sebagai urusan keluarganya dan komunitas lokal. Dalam kenyataannya, pelaksanaan perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak kerap diabaikan. Anak yang seharusnya dilindungi bersama justru terabaikan sehingga rentan terhadap diskriminasi dan kekerasan. Berbagai bentuk kekerasan yang terjadi pada anak yaitu berupa kekerasan secara fisik, kekerasan emosional, dan kekerasan seksual, bahkan penelantaran anak.

(5)

perilaku seks menyimpang, kejahatan narkoba, penggunaan alkohol dan kejahatan lainnya.

Kekerasan sudah menjadi bagian kehidupan yang tidak terpisahkan yang dialami oleh setiap anak jalanan. Berbagai bentuk kekerasan terhadap anak jalanan telah memperburuk kondisi kehidupan anak jalanan. Kasus kekerasan terhadap anak semakin hari semakin banyak terjadi apabila kita memperhatikan di berbagai media. Kasus kekerasan terhadap anak banyak terjadi di dalam keluarga dan pada umumnya dilakukan oleh orang yang paling dekat dengan mereka yang seharusnya melindungi mereka. Hal itu sering dilakukan dengan alasan untuk mendisiplinkan anak supaya anak tidak menjadi pembangkang, namun kenyataannya tidak semua perlakuan keras terhadap anak menjadikan anak semakin lebih baik.

(6)

perempuan masih sering mendapat perlakuan tak semestinya, sedangkan untuk anak laki-laki tercatat 38%.

Peran pemerintah sebagai pemegang regulasi sangatlah diharapkan oleh masyarakat yang memiliki suatu kebijakan akan permasalahan anak jalanan. Jika dilihat, berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk memberikan perlindungan kepada anak termasuk anak jalanan. Salah satunya dengan mensahkan UU No. 3 tentang peradilan anak pada tahun 1999. Pemerintah juga membentuk UU No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak yang saat ini telah mengalami perubahan dan disempurnakan menjadi UU No. 35 tahun 2014 dalam rangka meningkatkan perlindungan terhadap anak. Namun tampaknya upaya tersebut tidak terealisasikan dengan baik. Perlindungan terhadap anak jalanan haruslah diberikan karena anak jalanan sangat rentan terhadap kekerasan.

(7)

tersebut,ditambah dengan semakin meningkatnya jumlah anak-anak jalanan setiap tahunnya.

(8)

Advokasi dapat diartikan sebagai tindakan atau proses untuk membela atau memberi dukungan. Pembelaan atau dukungan biasanya diberikan kepada kelompok masyarakat yang lemah atau kelompok marginal. Advokasi pada hakekatnya adalah apa yang ingin kita ubah, siapa yang akan melakukan perubahan tersebut, seberapa besar dan kapan perubahan itu bermula. Walaupun tidak ada jangka waktu yang absolute untuk mencapai tujuan dari advokasi tersebut, namun pada umumnya kegiatan pencapaian tujuan advokasi tersebutlah yang dilihat dan diperhatikan.

Salah satu LSM yang ada di kota Medan adalah SKA-PKPA (Pusat Kajian dan Perlindungan Anak). SKA adalah unit layanan PKPA khusus anak jalanan yang didirikan sejak tahun 1998 dan sudah beroperasi sejak tahun 2001, yang berlokasi di daerah Terminal Pinang Baris, Medan. SKA mengkhususkan kegiatannya pada kegiatan pencegahan, perlindungan terhadap tindak kekerasan pada anak jalanan serta pengembangan minat dan bakat anak jalanan. Terminal Pinang Baris merupakan terminal terbesar kedua di Medan setelah Terminal Amplas. Terminal ini menjadi salah satu lokasi strategis bagi aktivitas anak jalanan di kota Medan.

(9)

segala bentuk diskriminasi atau tekanan dalam bentuk fisik, psikologis (mental) dan seksual yang pernah dialami oleh anak jalanan baik dari keluarga, lingkungan kerja ataupun aparat pemerintahan (Satpol PP). Berdasarkan data dari PKPA, adapun bentuk-bentuk kekerasan yang terjadi pada anak diantaranya pencabulan, pemerkosaan, kekerasan fisik terhadap anak, penelantaran anak, penculikan, persetubuhan anak, kekerasan psikologis, serta trafficking. Menurut data dari SKA-PKPA, setiap tahunnya anak jalanan yang mengalami tindak kekerasan lebih kurang sebanyak sepuluh orang yang didampingi dan ditangani secara hukum maupun tidak. SKA sendiri tidak memiliki data yang pasti jumlah dari anak-anak jalanan yang mengalami kekerasan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan mengambil judul “Advokasi SKA-PKPA (Sanggar Kreativitas Anak – Pusat Kajian dan Perlindungan Anak) Dalam Penanggulangan Kekerasan Pada Anak Jalanan”.

1.2.Perumusan Masalah

(10)

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan bagaimana SKA-PKPA (Sanggar Kreativitas Anak – Pusat Kajian dan Perlindungan Anak) mengadvokasi penanggulangan kekerasan pada anak jalanan.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi

tentang tentang SKA-PKPA mengadvokasi penanggulangan kekerasan pada anak jalanan.

b. Secara akademis, penelitian ini diharapkan bermanfaat dan dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu sosiologi dan juga sebagai bahan referensi atau bacaan yang serupa di hari dan masa yang akan datang.

(11)

1.5. Definisi Konsep 1.5.1. Advokasi

Advokasi didefinisikan sebagai upaya nyatauntuk memperbaiki atau mengubah suatu kebijakan publik sesuai dengankehendak dan kepentingan mereka yang mendesak terjadinya perbaikandan perubahan tersebut. Secara sederhana, kerja advokasi adalah mempengaruhi serta mengubah. Ini adalah kata kunci yang selalu ada dalam kerja advokasi. Dalam bahasa Inggris, to advocate tidak hanya berarti to defend (membela), melainkan pula to promote (mengemukakan atau memajukan), to create (menciptakan) dan to change (melakukan perubahan). Dalam konteks pemberdayaan anak jalanan, advokasi tidak hanya berarti membela atau mendampingi anak jalanan, melainkan pula bersama-sama dengan mereka melakukan upaya-upaya perubahan sosial secara sistematis dan strategis. Advokasi yang dimaksud di dalam penelitian ini adalah advokasi sosial.

1.5.2. Anak

(12)

1.5.3. Anak Jalanan

Menurut PBB, anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya dijalanan untuk bekerja, bermain atau beraktivitas lain. Dapat dikatakan juga, anak jalanan ialah anak yang melewatkan atau memanfaatkan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari di jalanan. Selain itu juga, anak jalanan ada yang masih bersekolah dan ada yang tidak bersekolah, serta ada yang masih berhubungan dengan keluarga dan ada yang sudah lepas dari keluarga.

1.5.4. Kekerasan

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Nur (2001), motivasi merupakan salah satu unsur paling penting dari pengajaran efektif atau pengajaran yang berhasil. Sehingga

Perusahaan dengan pertumbuhan yang besar akan memperoleh kemudahan untuk memasuki pasar modal karena investor menangkap sinyal yang positif terhadap perusahaan yang

2) Penyelenggaraan Penilaian Angka Kredit Jabatan Fungsional Peneliti. Dengan kewenangan ini, LIPI melalui Pusbindiklat Peneliti harus dapate. merumuskan akreditasi penilaian

Approximately 30 out of 80 caregivers enrolled in this study reported that services and formal supports helped them better understand their children, eased stressors placed on

Pada hari ini Senin tanggal Tujuh bulan Juli tahun Dua Ribu Empat Belas kami Pokja Pengadaan Jasa Konsultansi Pekerjaan Jalan dan Jembatan Provinsi Jawa Tengah

Pokja Bidang Konstruksi 3 ULP Kabupaten Klaten akan melaksanakan [Pelelangan Umum/Pemilihan Langsung] dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan konstruksi secara

[r]

kongres IV pada tahun 1921, bahwa anggota SI tidak dapat merangkap menjadi. anggota partai politik lainnya, maka Semaun dikeluarkan