BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sebelum penulis melaksanakan penelitian ini, penulis akan membaca serta
memahami beberapa skripsi yang terkait dengan judul yang penulis ajukan
sebagai bandingan dalam menulis skripsi ini, antara lain yaitu:
1. Skripsi karya Elisya Budiawati, angkatan 2004 mahasiswi Sastra
Indonesia Fakultas Sastra Universitas Diponegoro, Semarang, dengan
judul “SYAIR KUMBANG DAN MELATI :SUNTINGAN TEKS DAN
ANALISIS SEMIOTIK”. Hasil penelitiannya berupa suntingan teks
dalam bentuk transliterasi dan mengungkapkan makna atau nilai-nilai
sosial dengan menggunakan dua teori, yaitu teori filologi oleh Baried
dan teori semiotik oleh Riffaterre.
2. Skripsi karya Desy Natalia Pinem, angkatan 2005 mahasiswi Program
Studi Bahasa dan Sastra Batak Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Sumatera Utara, dengan judul “KAJIAN FILOLOGI TERHADAP
NASKAH BATAK No.Inv.943/07124/2075 KOLEKSI MUSEUM
NEGRI PROVINSI SUMATERA UTARA”.Penelitian ini menghasilkan
sebuah suntingan teks dengan menggunakan teori Baried. Skripsi ini
juga membahas tentang kedudukan dan fungsi teks dalam masyarakat,
kebudayaan dan pendidikan.
3. Skripsi karya Muhammad Ali Ritonga, angkatan 2006 mahasiswa
Program Studi Bahasa dan Sastra Melayu Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara, dengan judul “SUNTINGAN TEKS DAN
NILAI-NILAI RELIGIUS DALAM HIKAYAT KIAMAT”. Penelitian ini
juga menghasilkan sebuah suntingan teks dengan menggunakan teori
4. Skripsi karya Muhyiddin, angkatan 2008 mahasiswa Jurusan Aqidah
dan Filsafat Fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan Pemikiran Islam
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, dengan judul
“PEMIKIRAN K.H.R. AS’AD SYAMSUL ARIFIN TENTANG TAUHID
DAN THARIQAT (KAJIAN FILOLOGIS TERHADAP RISALAH
AS’ADIYAH)”. Penelitian ini menghasilkan sebuah suntingan teks dan
analisis isi dengan menggunakan dua teori, yaitu teori kodikologi dan
teori tekstologi.
Untuk Departemen Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Sumatera Utara sejauh yang penulis ketahui hingga saat ini belum ditemukan
penelitian tentang kajian Filologi ini.Adapun yang membedakan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya adalah bahwa selain menghasilkan transliterasi
filologi dari satu edisi naskah tahun 1968 M yang mudah dibaca dan dipahami
oleh masyarakat dengan menggunakan teori Siti Baroroh Baried, penelitian ini
juga mengungkapkan isi dan pesan pada naskah
ڬ
ﺮﺷ ﻢﻟﺍﺩ
۲
ﻖﻧﺎﻛ ﺮﻴﻌﺷ
/SyairKanak-Kanak Dalam Syurga/ Karya Al-Husni.
Menurut Wikipedia bahasa Indonesia, filologi adalah ilmu yang
mempelajari bahasa dalam sumber-sumber sejarah yang ditulis, yang merupakan
kombinasi dari kritik sastra, sejarah, dan linguistik.
Berdasarkan etimologi, kata filologi berasal dari bahasa Yunani philologia yang berupa gabungan kata dari philos yang berarti ‘teman’ dan logos yang berarti ‘pembicaraan’ atau ‘ilmu’. Dalam bahasa Yunani philologia berarti ‘senang berbicara’ yang kemudian berkembang menjadi ‘senang belajar’, ‘senang kepada ilmu’, ‘senang kepada tulisan-tulisan’, dan kemudian ‘senang kepada tulisan-tulisan yang bernilai tinggi’ seperti karya-karya sastra (Baried,1994:2).
Objek dari filologi adalah teks atau naskah, sedangkan hasil kegiatannya
antara lain berupa suntingan naskah. Secara tradisional masalah-masalah variasi
teks menjadi obyek studi cabang ilmu sastra yang disebut filologi (Teeuw,
1988:252). Sastra pada umumnya memiliki pengertian sebagai kata-kata dan
ungkapan yang indah yang dirangkai sastrawan untuk disampaikan kepada
pendengar (Sofyan, 2004:8). Robson menyebut bahwa sastra klasik merupakan
sastra yang diciptakan sebelum timbulnya bahasa kesatuan (Fadillah dkk,
2005:94).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi kedua, ada empat pengertian
naskah, yaitu (1) karangan yang masih ditulis dengan tangan, (2) karangan
seseorang sebagai karya asli, (3) bahan-bahan berita yang siap untuk diset, dan (4)
rancangan (Kridalaksana, 1995:684).
Menurut wikipedia.com, suatu naskah manuskrip (bahasa Latin
manuscript: manu scriptus ditulis tangan), secara khusus adalah semua dokumen tertulis yang ditulis tangan, dibedakan dari dokumen cetakan atau
perbanyakannyadengan cara lain.
Kata naskah merupakan padanan bahasa Indonesia untuk kata ‘manuskrip’
yang berasal dari bahasa Latin, yakni: manu dan scriptus, dan secara harfiah
Teks menurut Baried, (1994:57) adalah kandungan atau muatan naskah, sesuatu yang abstrak yang hanya dapat dibayangkan saja. Perbedaan naskah dan teks menjadi jelas apabila terdapat naskah yang muda tetapi mengandung teks yang tua. Teks terdiri atas isi, yaitu ide-ide atau amanat yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca, dan bentuk yaitu cerita dalam teks yang dapat dibaca dan dipelajari menurut berbagai pendekatan melalui alur, perwatakan, gaya bahasa dan sebagainya.
Penjelasan yang sama dijumpai juga dalam keterangan Mulyadi yang
menyatakan bahwa teks ialah apa yang terdapat dalam suatu naskah. Dengan
perkataan lain teks merupakan isi naskah atau kandungan naskah, sedangkan
naskah adalah wujud fisiknya (Mulyadi, 1994:3).
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, teks adalah naskah yang berupa (a) kata-kata asli dari pengarang,(b) kutipan dari kitab suci untuk pangkal ajaran atau alasan,(c) bahan tertulis untuk dasar memberikan pelajaran, berpidato, dan sebagainya (Kridalaksana, 1995:1024). Dalam sebuah teks lama, seringkali dijumpai kata atau istilah yang mungkin sudah tidak dikenal lagi oleh pembaca masa kini. Karenanya, sebuah daftar kata (glossary) atau istilah yang disusun secara alfabetis dan disertai dengan sebuah penjelasan singkat sangat diperlukan, setidaknya untuk kata atau istilah yang dianggap ‘sulit’. Daftar kata ini dapat dianggap sebagai ‘kamus kecil’ terkait dengan teks yang disunting (Fathurahman, 2010:41).
Kajian ahli filologi terhadap naskah-naskahnusantara bertujuan untuk
menyunting, membahas serta menganalisis isinya, atau untuk kedua-duanya. Pada
taraf awal kajian terhadap naskah-naskah itu terutama untuk tujuan penyuntingan
(Baried, 1994:50). Djamaris dalam Istadiyantha,(2008:16) menyebutkan ada
beberapa masalah pokok yang perlu dilakukan dalam penelitian filologi itu,
diantaranya, yaitu : (1)inventarisasi naskah, (2)deskripsi naskah, (3)perbandingan
naskah, (4)dasar-dasar penentuan naskah yang akan ditransliterasi, (5)singkatan
naskah, (6)transliterasi naskah.
Semua tahapan di atas diperlukan jika ada dua naskah yang akan diteliti.
Jika terdapat lebih dari satu naskah,maka akan dilakukan perbandingan naskah.
Karena pada penelitian ini hanya terdapat satu naskah saja yang akan diteliti,
deskripsi naskah dan transliterasi naskah.
Menurut Mulyadi (1994:38), analisis identifikasi naskah dilakukan dengan
menjaring berbagai data dari naskah yang hendak dideskripsikan, yaitu:
a. Judul Naskah
b. Tempat Penyimpanan Naskah
c. Ukuran naskah
d. Jumlah Halaman
e. Jumlah Baris
f. Panjang Baris
g. Huruf
h. Bahasa
i. Pengarang, Penyalin, Tempat, dan Tanggal Penulisan Naskah (jika ada)
j. Pemilik Naskah
k. Pemerolehan Naskah
l. Isi Naskah
m. Penghitungan jarak antar baris
n. Pengukuran panjang baris
1. Inventarisasi Naskah
ڬ
ﺮﺷ ﻢﻟﺍﺩ
۲
ﻖﻧﺎﻛ ﺮﻴﻌﺷ
/Syair Kanak-Kanak DalamSyurga/ Karya Al-Husni.
Naskah
ڬ
ﺮﺷ ﻢﻟﺍﺩ
۲
ﻖﻧﺎﻛ ﺮﻴﻌﺷ
/Syair Kanak-Kanak Dalam Syurga/ karyaAl-Husni ini disimpan di surau Simauang,Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat,
Indonesia. Pada naskah ini tidak dicantumkan tahun berapa naskah ini ditulis.
Naskah ini dibeli oleh seorang datuk yang bernama Abdul Rauf yang berasal dari
Sijunjung, Sumatera Barat, tepatnya di Desa Air Hangat pada tanggal 6 bulan 6
tahun 1968 M atau bertepatan dengan tahun 1388 H. Naskah ini tidak disewakan.
Naskah ini belum mempunyai nomor katalog.
alim ulama mengajarkan tentang islam kepada siapa saja yang ingin belajar. Di surau ini juga tempat aktifitas penulisan dan penyalinan naskah-naskah keagamaan berlangsung, misalnya surau Nurul Huda yang terletak di Batang Kabung, Tabing, Padang. Surau ini memiliki 25 koleksi naskah yang disalin dan ditulis oleh Imam Maulana Abdul Manaf. Kemudian ada juga surau Darussalam, terletak di Kecamatan Sungai Puar Kabupaten Agam. Di sini terdapat 5 koleksi naskah yang cukup tebal. Naskah-naskah ini awalnya merupakan koleksi pribadi masyarakat yang tinggal di sekitar surau. Kemudian naskah-naskah tersebut dikumpulkan oleh pengurus surau (Anton, 30 tahun) untuk disimpan dengan tujuan agar lebih terawat (Fathurahman, 2010:244).
Namun seiring perkembangan zaman, masyarakat Minangkabau sudah
mulai meninggalkan tradisi atau kebudayaan lama,dan surau-surau yang dulunya
sebagai tempat belajar agama sekarang sudah mulai tidak berfungsi lagi,
walaupun masih ada beberapa surau yang masih digunakan sebagai tempat belajar
agama.Di surau-surau inilah banyak terdapat naskah-naskah lama disimpan
sebagai bukti sejarah dan untuk bahan ajar kepada murid-murid yang masih
menuntut ilmu disana.
2. Deskripsi Naskah
ڬ
ﺮﺷ ﻢﻟﺍﺩ
۲
ﻖﻧﺎﻛ ﺮﻴﻌﺷ
/Syair Kanak-Kanak DalamSyurga/ Karya Al-Husni.
Naskah
ڬ
ﺮﺷ ﻢﻟﺍﺩ
۲
ﻖﻧﺎﻛ ﺮﻴﻌﺷ
/Syair Kanak-Kanak Dalam Syurga/ iniberbentuk syair yang cara penulisannya seperti bentuk syair Arab. Menurut
Husein (2005:309), syair adalah:
ﻮﻫ ﺮﻌﺸﻟﺍ
ﻝﺍ
ﻡﻼﻛ
ﻝﺍ
.
ﺔﻴﻓﺎﻘﻟﺍﻭ ﻥﺯﻮﻟﺍ ﻰﻓ ﻡﻮﻈﻨﻣ
/asy-syi’ru huwa al-kalāmu al-manẓūmu fi al-wazni wa al-qāfiyati/'syair adalah
kata-kata yang teratur dalam bentuk wazan dan qafiyah'.
Syair dalam bahasa Arab disebut dengan
ﺮﻌﺸﻟﺍ
/asy-syi’ru/ 'syair, pantun,berarti: 1. Puisi lama yang tiap-tiap bait terdiri atas empat larik (baris) yang
berakhir dengan bunyi yang sama; 2. Sajak; puisi (Kridalaksana, 1995:983).
Syair itu sendiri dibagi menjadi lima golongan menurut isinya, yaitu :
1. Syair Panji
2. Syair Romantis
3. Syair Kiasan
4. Syair Sejarah
5. Syair Agama.
Syair agama terdiri dari empat bagian, yaitu: syair sufi, syair tentang ajaran Islam,
syair riwayat cerita nabi, dan syair nasihat.
Menurut Eti, (2008:22) syair biasa digunakan untuk menceritakan hal-hal
yang panjang seperti dongeng, suatu kejadian, dan sebagainya. Isi syair
mengandung nasihat, kiasan, khayalan, unsur-unsur agama atau kepercayaan.
Adapun ciri-ciri syair adalah sebagai berikut:
1. Setiap bait terdiri dari empat baris
2. Setiap baris terdiri dari empat atau lima kata
3. Setiap baris terdiri dari delapan sampai dengan dua belas suku kata
4. Bersajak aaaa
5. Seluruh bait berupa isi
6. Tidak mempunyai sampiran
7. Setiap bait memberi arti sebagai satu kesatuan
8. Isi syair berupa nasihat, petuah, dongeng, cerita, atau ajaran agama.
Pada halaman pertama sampai halaman kedua naskah terdapat pembukaan
atau kata pengantar dari pengarang. Pada halaman terakhir terdapat ralat atau
pembetulan dari kesalahan penulisan pada syair sebanyak satu lembar. Naskah
ﻖﻧﺎﻛ ﺮﻴﻌﺷ
۲
ﺮﺷ ﻢﻟﺍﺩ
ڬ
/Syair Kanak-Kanak Dalam Syurga/ini menggunakan aksara Arab Melayu (jawi). Naskah ini terdiri dari 36 halaman. Dalam satu halamanterdiri dari beberapa baris yang berbeda-beda, dan dipisahkan di bagian tengah
samping, meneruskan baris pertama dan dilanjutkan dengan baris ke dua. Naskah
ini memiliki panjang: 20,5 cm, lebar: 14,7 cm, ketebalan: 0,3 cm. Alas naskah
berupa kertas putih, dan tulisan pada naskah masih cukup bagus. Pada bagian
depan naskah terdapat judul syair danbeberapa tulisan lain, yaitu keterangan siapa,
dimana dan tahun berapa naskah ini dibeli.
Pada halaman pertama terdapat porolog yang diawali dengan tulisan
basmalah dan diberi bingkai atau yang disebut dengan iluminasi. Iluminasi adalah
hiasan naskah yang bersifat abstrak, berfungsi sebagai hiasan yang
“memperterang” teks yang disajikan (Fathurahman, 2010:200). Terdiri dari
delapan belas baris pada halaman pertama, dan 18 baris pada halaman kedua.
Pada bagian akhir porolog terdapat ayat Al-Qur’an. Di bagian bawah porolog
terdapat kata Wassalamdan tercantum nama penulis naskah.
Naskah
ڬ
ﺮﺷ ﻢﻟﺍﺩ
۲
ﻖﻧﺎﻛ ﺮﻴﻌﺷ
/Syair Kanak-Kanak Dalam Syurga/iniadalah sebuah karya sastra berbentuk Syair yang bercerita tentang kehidupan
orang tua yang anaknya telah meninggal dunia diwaktu kecil. Bercerita tentang
kesabaran dan buah dari kesabaran. Bercerita tentang dosa dan pembalasan untuk
dosa. Tentang doa yang dipanjatkan anak untuk kedua orang tuanya dan doa orang
tua untuk anaknya. Syair ini banyak mengandung pelajaran, nasehat-nasehat dan
pandangan agama. Dalam cerita ini juga terdapat ayat-ayat Al-Quran dan Hadis.
Dengan demikian syair ini termasuk jenis syair agama bagian nasihat.
3. Transliterasi Naskah
ڬ
ﺮﺷ ﻢﻟﺍﺩ
۲
ﻖﻧﺎﻛ ﺮﻴﻌﺷ
/Syair Kanak-Kanak DalamSyurga/ Karya Al-Husni.
Transliterasi artinya penggantian jenis tulisan, huruf demi huruf dari abjad
yang satu ke abjad yang lain (Baried, 1994:63).Untaian syair pada naskah
ﺮﻴﻌﺷ
ﻖﻧﺎﻛ
۲
ﺮﺷ ﻢﻟﺍﺩ
ڬ
/Syair Kanak-Kanak Dalam Syurga/ini dimulai pada halaman ketiga,sedangkan halaman satu dan dua berisi pendahuluan atau kata pengantar.Naskah ini akan penulis transliterasikan dari huruf jawi, aksara Arab
yaitu mentransliterasikan apa yang ada pada naskah tanpa menambah atau
mengurangi sesuatu, kecuali pada naskah yang rusak (korup) namun masih
mungkin untuk dibaca dengan sedikit perbaikan dan akan diperbaiki
transliterasinya.
Untuk kepentingan transliterasi, maka dikemukakan beberapa kaidah transliterasi. Tulisan Jawi merangkum seluruh abjad Arab (29 huruf) seraya menambahkan enam abjad tambahan, sehingga jumlahnya menjadi 35 huruf. Enam abjad tambahan tersebut tentu saja dimaksudkan untuk mengakomodasi bunyi dalam bahasa daerah yang tidak dikenal dalam bahasa dan tulisan Arab. 29 huruf yang berasal dari abjad Arab adalah: ﺍ (a), ﺏ (b),
ﺕ(t), ﺙ (tha), ﺝ (j), ﺡ (ḥ), ﺥ (kh), ﺩ (d), ﺫ (dh), ﺭ (r), ﺯ (z), ﺱ(s),
ﺵ(sh), ﺹ (ṣ), ﺽ (ḍ), ﻁ (ṭ), ﻅ (ẓ), ﻉ (‘), ﻍ (g), ﻑ (f), ﻕ (q), ﻙ (k),
ﻝ(l), ﻡ (m), ﻥ(n), ﻭ (w), ﻩ (h), ء ('), ﻱ (y). Sedangkan enam abjad lainnya yang merupakan bentuk modifikasi adalah: ڧ(v), چ(c),
ﻍ(ng), ڤ(p),
ڬ
(g), پ(ny) (Fathurahman, 2010:86).Sistem tulisan Arab adalah abjad konsonan, jadi terdiri atas tanda-tanda yang mewakili konsonan, sedangkan vokal ditandai dengan huruf saksi atau tanda diakritik, tetapi penandaan vokal hanya diberikan dalam Al-Qur’an dan teks-teks tertentu. Selebihnya tidak ada vokalisasi. Dalam penyesuaian tata aksara yang baru untuk penulisan bahasa Nusantara, terjadi sejumlah pengurangan dan penambahan, tetapi bentuk aksaranya tidak mengalami perubahan yang besar dan berlanjut (Ikram, 2009:308).
Terlihat dari ragam dan jumlah abjadnya, tulisan Jawi dapat disebut sebagai bentuk domestikasi (baca : penyesuaian) aksara Arab ke dalam bahasa daerah di Indonesia, khususnya Melayu. Domestikasi yang dimaksud terutama berkaitan dengan perubahan di sana sini agar sesuai dengan sistem fonologi bahasa lokal yang digunakan (Fathurahman, 2010:85).
Dalam mentransliterasi penulis mengetik ulang dari naskah yang ada.
Huruf-huruf yang tidak ada dalam bahasa Arab, tetapi hanya ada dalam bahasa
Arab Melayu penulis ambil dari symbol, tetapi penulis tidak memberi baris
dengan alasan panjangnya naskah dan naskah asli nantinya akan dilampirkan
(Syair Kanak-Kanak Dalam SyurgaKarya Al-Husni, hal: 3)
Syair kanak2 di dalam syurga (3)
Wahai sahabat serta saudara
Syair kanak2 di dalam syurga
Jangan dipikir dimenung-menungkan
Tetapi adalah tanda kesayangan
Ada tersebut sabda nabi
Diterima dengan rida dan lapang hati
Anaknya itu terus ke syurga
Kepada Tuhan yang maha kuasa
Bila ayah bunda masuk neraka
Kepada Tuhan Yang Maha Esa
Hendaklah pula dipikiri
Baik perempuan maupun laki-laki
Siapa yang sabar menerimanya
Berlipat ganda tak terkira
Tersebut sudah dalam Quran
Pahala yang banyak Tuhan sediakan
Tuhan selalu akan bersama
Menerima segala apa yang menimpa
Bersifat sabar tuntunan iman
Agar dikasihi Tuhan yang Rahman
Inilah sifat wajib dimiliki
Setiap yang hidup pastikan mati
Aku bersyair dengarkan bersama
Menghibur hati menenangkan jiwa
Kematian anak bukannya siksaan
Dari pada Allah yang bersifatRahman
Siapa kematian anak sijantung hati
Mujurlah ia di akhirat nanti
Siang dan malam terus berdo’a
Supaya ayah bunda ke syurga bersama
Kanak kanak mendo’a bersama-sama
Ayah dan bunda keluarkan segera
Kematian anak belahan diri
Tanda kesayangan Allah Maha Tinggi
Akan mendapat banyak pahala
Demikian khabar nabi bersabda
Siapa yang sabar menerima cobaan
Kemuliaan yang tinggi Tuhan berikan
Dengan yang sabar berhati rida
Baik diri maupun harta
Wajib dipakai sepanjang zaman
Pahalanya besar Tuhan janjikan
Wahai saudara taman bestari
Telaah Isi dan Pesan Naskah
ڬ
ﺮﺷ ﻢﻟﺍﺩ
۲
ﻖﻧﺎﻛ ﺮﻴﻌﺷ
/Syair Kanak-Kanak DalamSyurga/ Karya Al-Husni
Hasil penelitian sementara dari penelitian ini adalah:
a. Pada halaman pertama dan kedua terdapat porolog atau kata pengantar.
Pada kata pengantar ini pengarang sedikit menjelaskan tentang syair yang
ia tulis, dan pengarang ingin menyampaikan kepada pembaca bahwa syair
yang ditulis ini baik dibaca oleh ibu bapak yang anaknya sudah meninggal
dunia sewaktu kecil. Pengarang juga menjelaskan bahwa pada syair berisi
gambaran bagaimana azab siksaan di padang mahsyar dan neraka.
Pengarang menyebutkan pada akhir naskah ini sengaja ditambah beberapa
hadist tentang ruh anak yang sudah meninggal dan beberapa ayat
al-Qur’an mengenai kesabaran.
b. Pada halaman ketiga barulah pengarang mulai bersyair.
- Baris pertama dan kedua merupakan porolog pada syair.
- Baris ketiga dan keempat berisi tentang pujian terhadap Allah sang
pencipta, bahwa kematian seorang anak itu bukanlah siksaan dari
Allah, tapi itu menandakan kasih sayang Allah yang bersifat Rahman.
- Baris kelima dan keenam merupakan hadist atau sabda nabi yang
artinya barang siapa yang kematian anak, jika diterima dengan ridha
dan lapang hati maka akan selamat di akhirat kelak.
- Baris tujuh sampai sepuluh bercerita tentang anak-anak yang berdoa
didalam syurga agar ibu dan bapaknya bisa masuk syurga, dan
dijauhkan dari api neraka.
- Baris sebelas sampai dua puluh dua menjelaskan tentang kesabaran
dan pahala jika seseorang bersifat sabar, ridha dan lapang dada dalam
menghadapi kematian seorang anak.
Pesan yang disampaikan pada halaman ketiga ini adalah barang siapa yang sabar
dalam menghadapi cobaan maka Allah menjajikan pahala yang besar, dan Allah