• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN ENGINE SISTEM PAKAR UNTUK SISTEM PAKAR YANG DIBANGUN MENGGUNAKAN METODE CASE-BASED REASONING BERHIERARKI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN ENGINE SISTEM PAKAR UNTUK SISTEM PAKAR YANG DIBANGUN MENGGUNAKAN METODE CASE-BASED REASONING BERHIERARKI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

DIBANGUN MENGGUNAKAN METODE CASE-BASED REASONING BERHIERARKI

Fadlan Arief Dwinanda¹, Ririn Dwi Agustin², Mahmud Dwi Suliiyo³

¹Teknik Informatika, Fakultas Teknik Informatika, Universitas Telkom

Abstrak

Pada umumnya tidak setiap orang ahli dalam setiap bidang, maka dari itu diperlukanlah jasa seorang pakar. Akan tetapi jumlah pakar juga kadang tidak mencukupi kebutuhan pengguna jasa pakar. Dan hal ini lah yang menyebabkan perkembangan sistem pakar. Salah satu metode yang umum digunakan adalah case-based reasoning namun untuk dapat menangani kasus-kasus bermodelkan hierarki yang biasanya ditemukan untuk kasus yang memiliki banyak Feature maka metode ini dapat dikembangkan ke dalam struktur pengerjaan hierarki. sistem pakar terdiri atas 3 komponen utamanya, yaitu interface konsultasi, inference engine, dan knowledge base.

Inference engine merupakan otak dari sistem pakar yang melakukan penalaran terhadap kasus yang ditemui hingga didapatkan solusi. Engine ini. Engine ini bersifat flexible dan dalam pengembangannya dapat ditambahkan dengan algoritma-algoritma sistem pakar lain. Namun, agar perawatan dan pengembangan engine ini lebih mudah dilakukan diperlukan suatu standar untuk mengetahui tingkat kehandalan dari engine tersebut yang bisa diperoleh melalui software measurement untuk melihat code metrics yang terdiri dari Maintainability Index, Cyclomatic Complexity, Depth of Inheritance, Class Coupling, dan Lines of Code.

Nilai code metrics yang baik dapat memudahkan developer dalam menjaga dan melakukan pegembangan sementara nilai buruk cenderung meningkatkan potensial risk yang dapat menurunkan kualitas suatu software.

Kata Kunci : sistem pakar, case-based reasoning, inference engine, code metrics

Abstract

In general, not everyone is an expert in every field, and therefore require the services of an expert. However, the number of experts sometimes not sufficient for users who seek the services. And this is what led to the development of expert systems. One method commonly used is case-based reasoning, but to be able to handle cases with hierarchy model that usually found in the case with many feature then this method can be developed into a hierarchical structured case-based reasoning. expert system consists of three main components, namely consultation interface, inference engine and knowledge base.

Inference engine act as the brain of an expert system that does the reasoning of cases

encountered until a solution is found. This engine must be flexible and in its development can be added to the algorithms of other expert systems. However, for maintenance and development of this engine required an easier standard to determine the level of reliability of engines that can be obtained through the software measurement to see the code metrics that consists of

Maintainability Index, cyclomatic Complexity, Depth of Inheritance, Class Coupling, and Lines of code.

The good code metrics value can facilitate developers an easy maintaining and developing, while a bad score tends to increase the potential risk that can degrade the quality of a software.

(2)

1.

Pendahuluan

1.1

Latar belakang

Pada umumnya tidak setiap orang menguasai semua bidang ilmu dan hanya berfokus pada cabang ilmu tertentu saja, hal ini menyebabkan orang membutuhkan bantuan untuk pemecahan masalah yang ditemuinya ke pakar yang bersangkutan. Namun, perkembangan teknologi saat ini dapat dimanfaatkan untuk mempermudah dalam memecahkan masalah tersebut, yaitu dengan membangun sebuah sistem pakar.

Dalam sistem pakar terdapat beberapa elemen penting seperti interface engine, inference engine (core/ shell engine), dan knowledge. Platform baru banyak bermunculan sesuai dengan perkembangan teknologi mengakibatkan kebutuhan

interface selalu berubah. Dengan demikian diperlukan inference engine yang merupakan otak sistem pakar yang mudah di diterapkan di berbagai interface development.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam membangun sistem pakar, antara lain case-based reasoning, rule-based reasoning, model-based reasoning, dll. Diantara metode-metode tersebut case-based reasoning merupakan mesin yang memiliki kecerdasan dengan mempelajari pengalaman-pengalaman yang lalu atau sudah pernah terjadi, maka metode ini cocok untuk diterapkan pada kasus – kasus yang berulang [1].

Case-Based Reasoning yang ditujukan untuk computer reasoning dibagi menjadi empat proses utama, yaitu retrieve, reuse, revise, retain [2]. Retrieve

menerima dan mecocokan masalah dengan kasus-kasus sebelumnya yang relevan.

Reuse mengalokasikan solusi kasus hasil retrieve untuk diterapkan pada masalah.

Revise perbaikan solusi jika solusi hasil kurang tepat digunakan di kehidupan nyata. Retain hasil solusi yang telah sesuai dijadikan pengalaman baru untuk menangani kasus-kasus yang akan datang [3].

Kenyataannya penerapan case-based reasoning di dunia nyata menemui kendala dimana seorang pakar biasanya melakukan analisa secara bertahap dari pertanyaan-pertanyaan yang umum lalu ke pertanyaan yang lebih spesifik sesuai dengan hipotesa awal. Sedangkan pada case-based reasoning dalam melakukan pencarian solusi sistem membutuhkan seluruh data atau fitur yang ada dalam sebuah kasus untuk dibandingkan kemiripannya dengan kasus-kasus yang pernah terjadi [4].

Dari penelitian yang dilakukan terhadap metode ini, ada 2 langkah yang cocok diterapkan untuk mengatasi masalah ini. Pertama, adalah dengan mengkomputasi beberapa bagian secara terpisah, misalnya dengan mengelompokan kasus-kasus ke dalam susunan hierarki dengan subgraph relations [5]. Kedua, dengan

(3)

membangun kasus abstraksi dari kasus-kasus spesifik yang memiliki persamaan

[6].

Oleh karena itu di tugas akhir ini akan membahas tentang penerapan metode

Case-Based Reasoning berhierarki sebagai sistem pemecahan masalah di dunia nyata.

1.2

Perumusan masalah

Dari latar belakang yang telah disampaikan terdapat 2 masalah yang dapat disimpulkan dalam perancangan engine sistem pakar case-based reasoning

berhierarki, yaitu:

Bagaimana merancang sebuah inference engine yang mudah di kembangkan dan di terapkan serta bagaimana menstrukturkan pengetahuan dari kasus-kasus yang telah ada kedalam bentuk case-based reasoning berhierarki.

Dari perumusan masalah di atas, maka hipotesa awal yang diajukan adalah sebagai berikut :

Dalam pengembangan sebuah engine diperlukan suatu pengukuran yang dapat menyatakan apakah software yang di bangun mudah untuk dikembangkan dan beradaptasi dengan kemajuan teknologi, ukuran tersebut bisa didapatkan dengan melakukan software meassurement (Calculating Code Metriks) [12]. Untuk meningkatkan hasil pengukuran dapat diterapkan beberapa design pattern yang sesuai dengan kebutuhan.

Setiap masalah mempunyai suatu properti yang dinamakan Downward Refinement Property [7]. Dari properti ini suatu masalah bisa dicabangkan berdasarkan komponen-komponen atau berdasarkan tingkat spesifikasi dari tiap-tiap kasusnya. Pada metode case-based reasoning pencarian nilai similiarity dilakukan secara berurutan untuk setiap kasus di case library, sedangkan pada pembangunan hierarki, kasus-kasus terdahulu akan dibagi menjadi kumpulan node yang dihubungkan sesuai dengan struktur hierarkinya dan pencarian nilai

similiarity dilakukan dengan mengaplikasikan Deep-First Search

sehingga kompleksitas algoritma menjadi meningkat.

Sedangkan batasan masalah yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah :  Kasus yang dijadikan acuan selama penelitian ini adalah kasus

kerusakan pada pesawat televisi berjenis tabung.

 Proses pemisahan fitur-fitur untuk di-hierarki-kan dilakukan oleh

expert user atau pakar di bidang tersebut.

 Daftar kasus atau pengetahuan disimpan dalam bentuk file teks.  Tugas Akhir ini tidak berfokus di pembuatan interface karena

(4)

1.3

Tujuan

Tujuan Tugas Akhir ini adalah :

Membangun sebuah engine yang dapat digunakan dalam pengembangan Sistem Pakar dengan metode case-based reasoning untuk kasus-kasus bermodelkan hierarki.

1.4

Metodologi penyelesaian masalah

Uraian metodologi penyelesaian masalah dapat berupa variabel-variabel dalam penelitian, model yang digunakan, rancangan penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data, cara penafsiran dan penyimpulan hasil penelitian.

Metodologi yang digunakan dalam penyelesaian masalah pada Tugas Akhir ini adalah:

Studi Literatur

Melakukan pencarian referensi dan landasan teori yang berkaitan dengan Problem Solving System, Inference Engine, CBR System dan hal – hal yang berkaitan dengan tugas akhir ini.

Identifikasi Masalah

Dalam tugas akhir ini permasalahan yang diteliti adalah langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk memodifikasi metode Case-Based Reasoning menjadi sistem berhierarki.

Akuisisi Pengetahuan

Mencari data dan informasi mengenai permasalahan-permasalahan kerusakan TV dengan cara melakukan survey dan wawancara ke narasumber yang ahli pada masalah ini.

Perancangan Sistem

(5)

Modifikasi dilakukan pada proses retrieval yang merupakan proses untuk mencari kemiripan kasus baru terhadap kasus-kasus terdahulu.

Implementasi Sistem

Sistem akan dibuat dalam bentuk library untuk dotnet C# menggunakan Visual Studio 2010. Langkah pertama adalah dengan pembangunan engine case-based reasoning (CBR) standar dengan referensi google open code untuk case-based reasoning dengan fungsionalitas utama seperti pada usecase di gambar 2.

Kemudian memodelkan pengetahuan pada metode retrieval agar berjalan sesuai dengan pemodelan hierarki yang telah dibangun.

Pengujian Sistem

Untuk meneliti apakah pengaruh penerapan struktur hierarki pada CBR sesuai seperti apa yang telah menjadi hipotesa, maka akan dilakukan skenario pengujian sebagai berikut:

 Pengujian terhadap input dan output dari sistem berdasarkan knowledge dan skenario pengujian yang berbeda.

 Melakukan pengukuran software meassurement terhadap produk akhir, dan meneliti hasil yang dikeluarkan.

Analisis

Menganalisis hasil pengujian yang didapat kemudian dibandingkan dengan hipotesa awal, faktor apa saja yang berpengaruh jika ternyata hasil yang didapat berbeda.

Pembuatan Laporan

Menyusun laporan tertulis mengenai langkah-langkah penelitian dan hasil penelitian serta memberikan kesimpulan dan saran mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan.

Case-Based Engine

SolvingProblem

ReviseSolution

RetainKnowledge

(6)

1.5

Sistematika Penulisan

Struktur Pembahasan Tugas Akhir ini disusun sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, hipotesa awal, batasan masalah, tujuan pembahasan, metodologi penyelesaian, dan sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teori

Membahas dasar teori yang berhubungan dengan sistem pakar, metode case-based reasoning dan kasus bermodelkan hierarki.

BAB III Analisa Perancangan Sistem

Bab ini membahas proses perancangan engine sistem pakar dengan menggunakan metode case-based reasoning berhierarki.

BAB IV Pengujian

Membahas tentang analisis dari hasil pengujian ataupun percobaan pada implementasi engine sistem pakar dengan metode

case-based reasoning berhierarki.

BAB V Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini menjelaskan kesimpulan dan saran sebagai hasil dari analisa dan implementasi tugas akhir.

(7)

5.

Kesimpulan dan Saran

5.1

Kesimpulan

Dari serangkaian pengujian perangkat lunak dan analisis yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan :

 Fungsionalitas sistem berjalan sesuai dengan baik sesuai dengan apa yang telah dirancang sebelumnya.

 Pada Metode Case-Based Reasoning Berhieraki pengolahan

knowledge dalam bentuk node-node hierarki selain hanya dikhususkan untuk kasus-kasus bermodelkan hierarki juga dapat diterapkan untuk flat knowledge yang biasa digunakan pada metode Case-Based Reasoning standar.

 Dari pengujian Software Measurements disimpulkan bahwa Penggunaan Design Pattern “Class Factory” dapat mengurangi nilai dari Class Coupling sehingga penambahan suatu modul tidak akan begitu mempengaruhi modul-modul lain yang telah diterapkan sebelumnya. Serta datuan Maintainability Index pada pengukuran code metrics sangat diperlukan untuk membantu developer dalam me-maintain system yang telah di kembangkannya. Karena jika sebuah sistem dikembangkan dengan terus memperhatikan nilai ini, pencarian masalah seperti bug/error

pada sistem dapat lebih mudah dilakukan. Dan berdasarkan pengamatan nilai ini dipengaruhi oleh 2 faktor utama yaitu

Cyclomatic Complexity dan Lines of Codes.

5.2

Saran

Engine ini dibuat dengan tujuan memudahkan developer dalam melakukan pengembangan untuk algoritma-algoritma lain di metode case-based reasoning. Maka saran yang dapat diberikan adalah :

1. Menggabungkan dengan algoritma pengenalan gambar agar dapat menangani kasus dengan feature bertipe file gambar.

2. Melakukan penambahan algoritma case-based lainnya untuk membuktikan apakah engine ini mudah dalam dikembangkan dan di maintain dari sudut pandang developer.

(8)

Referensi

[1] Aamodt,Agnar 1994, Case Based Reasoning ; Foundational Issues, Methodological Variation and System Approaches.AI Communication, IOS Press, Vol.7:1

[2] Althoff, Klaus-Dieter, Ralph Bergmann, and L. Karl Branting, eds.

Case-Based Reasoning Research and Development: Proceedings of the Third International Conference on Case-Based Reasoning. Berlin: Springer Verlag, 1999

[3] Artificial Intelligence Review 6, 3--34, 1992. An Introduction to

Case-Based Reasoning* Janet L. Kolodner** College of Computing, Georgia Institute of Technology, Atlanta.

[4] Watson. 1997. Applaying Case Based Reasoning : technique for enterprise system : Morgan Kauffman.

[5] Watson & F.Marir (1994), Cased Based Reasoning : A review, The Knowledge Engineering Review, Vol. 9, No. 3.

[6] Levinson, R. (1991) . Pattern associativity and the retrieval of semantic networks (Technical Report UCSC-CRL-91-14) . Department of Computer Science, University of California, Santa Cruz.

[7] Hammond, K. (1989). Case-Based Planning : Viewing Planning as a Memory Task, San Diego, California: Academic Press, Inc. [8] Booch, Grady, James Rumbaugh, Ivar Jacobson.1999 The Unified

Modeling Language user Guide.

[9] Schidlt, Herbert. 1987. Artificial Intelegence Using. Osborne Mc Graw Hill. California

[10] Turban, Efraim. Decision Support System and Expert System

.Prientice Hall International

[11] http://en.wikipedia.org/wiki/Expert_system diakses tanggal 5 November 2011

[12] http://msdn.microsoft.com/en-us/ diakses tanggal 7 November 2011

[13] http://www.codeproject.com/KB/architecture/Cyclomatic_Complexity.aspx

Gambar

Gambar 1-1 : Gambaran Umum Sistem
Gambar 1-2 : Rancangan Use Case

Referensi

Dokumen terkait

dan tepung beras berpengaruh terhadap sifat fisik kosmetik bedak dingin, dilihat dari : rasa dingin, aroma, warna, tekstur dan daya lekat. 2) Hasil kosmetik bedak dingin yang

Pasar Uang Antar bank Ber- dasarkan Prinsip Syariah (PUAS) adalah kegiatan investasi jangka pendek dalam rupiah antar peserta pasar berdasarkan prinsip Mudha- rabah,

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2011Tentang Prasarana dan Lalu Lintas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 61). Peraturan

2009, ‘Pengaruh Ekstrak Herba Putri Malu (Mimosa pudica Linn.) terhadap Efek Sedasi pada Mencit BALB/C’, Skripsi, Sarjana Fakultas Kedokteran, Universitas

Memeriksa kelengkapan yang diperlukan - Copy Identitas Diri atau Surat Kuasa di atas materai - Sket Lokasi - Jaminan Instalasi untuk syarat penyambungan Melaksanakan penelitian

✓ ✓ Requirement ini bersifat “Fit” sehingga tidak perlu Customizing/ Developing Sistem memiliki kemampuan untuk melakukan pengurangan stock barang sesuai dengan

Agak sulit menentukan nama ulama yang tepat yang menjadi rujukan Syeikh Nawawi, sebab Al-Ghazali yang disebut-sebut dalam Qami’ al-Tugyan tidak menyebut redaksi

Poligami dalam Islam pada dasarnya tidak mengharamkan poligami. Karena pada kondisi tertentu poligami dapat dibenarkan dan malah boleh jadi dianjurkan. Akan tetapi,