• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO KRED (6)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO KRED (6)"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO KREDIT DAN INSTRUMEN DERIVATIF PADA PT. BANK CENTRAL ASIA TBK

Shintia Tri Yunita Universitas Trilogi

1. Latar Belakang Masalah

Pada masa ini BCA menerapkan manajemen risiko sebagai fondasi utama untuk mendukung kinerja bisnis dan menciptakan nilai tambah yang berkesinambungan. Selain itu, BCA menerapkan juga manajemen risiko secara disiplin dan mengacu pada ketentuan regulator terbaru maupun international best practices. Secara berkala, BCA melakukan stress testing dengan berbagai skenario serta mengkaji faktor-faktor dan parameter dalam stress testing. Risk awareness dilakukan secara berkesinambungan di organisasi BCA, melalui program pelatihan manajemen risiko dan sertifikasinya serta program on the job training jangka pendek.

Melalui penerapan manajemen risiko, secara hati-hati BCA berupaya menjaga kualitas portofolio kredit. BCA secara cermat mewaspadai risiko penurunan kualitas asset dan menerapkan early warning system untuk memantau perubahan kemampuan bayar debitur dan mengambil langkah-langkah preventif dalam mencegah terjadinya kredit bermasalah. Secara periodik BCA memantau kinerja usaha maupun kinerja keuangan para debitur dan segera mengambil tindakan yang dipandang perlu apabila debitur mengalami kesulitan usaha maupun kesulitan keuangan. Salah satu langkah yang diambil adalah melakukan proses restrukturisasi kredit secara prudent bagi para debitur yang memiliki prospek bisnis positif dalam jangka panjang. Di tahun 2017, aktivitas restrukturisasi kredit mereda yang tercermin pada pergerakan saldo kredit yang direstrukturisasi. Guna mengantisipasi berbagai perkembangan eksternal, Pada tahun 2017 manajemen risiko BCA diarahkan dalam menjaga kualitas kredit, posisi likuiditas dan kecukupan permodalan, serta sebagai bank transaksi tetap memperhatikan pengelolaan risiko operasional.

2. Tujuan Penulisan

Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah menentukan dan menganalisis instrument derivatif untuk mengatasi resiko kredit pada Bank Central Asia Tbk.

3. Literatur

(2)

Dibandingkan 3 tahun sebelumnya, rasio NPL (Net Performing Loans) industri perbankan meningkat menjadi 2,6% di tahun 2017 dibandingkan 2,2% di tahun 2014. Selanjutnya BCA menilai adanya tekanan peningkatan rasio NPL industri perbankan telah mereda pada tahun 2017, namun faktor kualitas kredit tetap perlu mendapat perhatian, khususnya daya tahan perusahaan terhadap proses pemulihan ekonomi Indonesia yang lebih lama dari perkiraan semula. Menutup tahun 2017, BCA berhasil membukukan portofolio kredit sebesar Rp 467,5 triliun, meningkat 12,4%. Rasio NPL BCA tercatat sebesar 1,5% pada akhir tahun 2017, dibandingkan 1,3% pada akhir 2016 dan 0,7% pada akhir 2015. Rasio NPL tersebut masih dalam batasan risk appetite BCA. Adapun sebagian besar NPL berasal dari sektor jasa angkutan laut; kredit konsumer; distribusi peralatan telekomunikasi; bahan bangunan dan besi konstruksi lainnya; properti dan konstruksi. Formasi pembentukan NPL tersebut sebagian besar terjadi pada tahun 2016. Pada tahun 2017, BCA membentuk tambahan biaya cadangan atas kredit bermasalah sebesar Rp 1,8 triliun, lebih rendah dibandingkan Rp 4,5 triliun di tahun 2016. Meskipun demikian, rasio cadangan terhadap total kredit bermasalah tetap berada pada tingkat yang memadai, mencapai 190,7% pada akhir tahun 2017.

Bank mendefinisikan risk appetite sebagai tingkat dan jenis risiko yang bersedia diambil oleh Bank dalam rangka mencapai sasaran bisnis Bank. Risk appetite yang ditetapkan oleh BCA tercermin dalam strategi dan sasaran bisnis Bank. Pada latar belakang diatas juga menjelaskan bahwa BCA melakukan stress testing dengan berbagai skenario serta mengkaji faktor-faktor dan parameter dalam stress testing. Secara umum, skenario dalam pelaksanaan stress test mempertimbangkan beberapa variabel makroekonomi seperti suku bunga, tingkat inflasi, Produk Domestik Bruto (PDB), nilai tukar, harga BBM dan lainnya. Metode yang digunakan dalam melakukan stress test selain menggunakan model statistik yang berdasarkan data historis, juga menggunakan metode judgment dengan memperhatikan faktor risiko kualitatif. Semua itu dilakukan untuk melihat dampak perubahan faktor makroekonomi di atas terhadap berbagai indikator utama, termasuk tingkat NPL, profitabilitas, likuiditas dan permodalan. Selain secara bank only, BCA juga telah melakukan stress test secara terintegrasi dengan anak-anak usaha. Hasil stress test yang telah dilakukan oleh Bank untuk risiko kredit, pasar dan likuiditas adalah cukup baik, dimana modal serta likuiditas Bank masih cukup memadai untuk mengantisipasi estimasi potensi kerugian berdasarkan skenario yang dibangun.

BCA merumuskan strategi manajemen risiko sesuai strategi bisnis secara keseluruhan dengan memperhatikan risk appetite dan risk tolerance. Strategi manajemen risiko disusun untuk memastikan bahwa eksposur risiko BCA dikelola secara terkendali sesuai dengan kebijakan kredit, prosedur internal BCA, peraturan dan perundang-undangan, serta ketentuan lain yang berlaku.

(3)

• Strategi manajemen risiko harus berorientasi jangka panjang untuk memastikan kelangsungan usaha BCA dengan mempertimbangkan kondisi/siklus ekonomi,

• Strategi manajemen risiko secara komprehensif harus dapat mengendalikan dan mengelola risiko BCA dan anak-anak usaha, dan

• Posisi permodalan yang diharapkan harus dijaga dan sumber daya yang memadai perlu dialokasikan untuk mendukung penerapan manajemen risiko.

Strategi manajemen risiko disusun dengan mempertimbangkan faktor-faktor berikut:

• Perkembangan ekonomi dan bisnis serta dampak yang mungkin terjadi akibat risiko yang dihadapi oleh BCA.

• Struktur organisasi BCA termasuk kecukupan sumber daya manusia dan infrastruktur pendukung.

• Kondisi keuangan BCA termasuk kemampuan untuk menghasilkan laba dan kemampuan BCA mengelola risiko yang timbul sebagai akibat perubahan faktor eksternal dan faktor internal.

• Komposisi serta diversifikasi portofolio BCA.

Dalam melakukan evaluasi terhadap efektivitas sistem manajemen risiko BCA, Dewan Komisaris dan Direksi dibantu oleh komite-komite di bawah Dewan Komisaris maupun Direksi. Secara berkala, komite-komite tersebut mengadakan pertemuan untuk membahas dan memberikan masukan dan rekomendasi kepada Dewan Komisaris dan Direksi.

Bank juga melakukan evaluasi berkala terhadap:

• Kebijakan serta metodologi yang digunakan dalam penilaian berbagai jenis risiko • Kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit

• Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko • Efektivitas sistem pengendalian internal yang menyeluruh

(4)

4. Rekomendasi

Penerapan manajemen risiko dan sistem pengendalian internal menjadi tanggung jawab bersama seluruh manajemen dan karyawan BCA. Kesadaran akan risiko (risk awareness) harus terus ditanamkan di setiap jenjang organisasi dan hal tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari budaya Bank.

5. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penilaian sendiri (self-asessment), pada tahun 2017 peringkat profil risiko BCA secara individu maupun secara terintegrasi dengan entitas anak adalah “low to moderate”. Peringkat profil risiko tersebut merupakan hasil penilaian dari peringkat risiko inheren “low to moderate” dan peringkat kualitas penerapan manajemen risiko “satisfactory”.

6. References

1) Kisman, Z. Model For Overcoming Decline in Credit Growth (Case Study of Indonesia with Time Series Data 2012M1-2016M12). Journal of Internet Banking and Commerce.Vol.22, No. 3,2017.

2) Kisman, Z., & Shintabelle Restiyanita, M. The Validity of Capital Asset Pricing Model (CAPM) and Arbitrage Pricing Theory (APT) in Predicting the Return of Stocks in Indonesia Stock Exchange. American Journal of Economics, F inance and Management Vol. 1, No. 3, 2015, pp. 184-189

3) Kisman, Z. Disappearing Dividend Phenomenon: A Review of Theories and Evidence. Transylvanian Review. Vol XXIV, No. 08,2016.

4) Annual Report PT. Bank Central Asia, Tbk tahun 2017

Referensi

Dokumen terkait

195, yang mengatakan bahwa Pener apan atur an-atur an konstitusi mengenai pembuatan undang-undang dapat di jamin secar a efekti f hanya jika suatu or gan selain or gan legislatif

memperoleh jawaban yang tepat. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar.. merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti berhasil atau

Berkembangnya system ke- percayaan ini ketika Pangeran Madrais tinggal di Cireundeu dan bertemu den- gan Haji Ali, kakek dari abah Emen (ket- ua adat Cireundeu) pada tahun

Untuk mengawali input data pada transaksi pinjaman ini, diawali dengan menekan tombol tambah yang secara otomatis akan menampilkan kode angsuran. Sama seperti pada

Penggunaan metode inquiry dalam penelitian ini untuk meningkatkan dan mengembangkan keterampilan hasil belajar chest pass dalam pembelajaran pendidikan jasmani (Penjas). Oleh

Sebagian besar dari transformator tenaga memiliki kumparan- kumparan yang intinya direndam dalam minyak transformator, terutama pada transformator-transformator tenaga yang

Berikut ini yang bukan faktor pendorong masuk dan berdirinya perusahaan asing di Indonesia adalah ..... tenaga kerja

Hasil penelitian menggunakan analisis faktor menunjukkan terdapat 21 indikator yang membentuk 5 faktor yaitu faktor produk, harga, promosi, fasilitas fisik dan pelayanan,