• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Akhir Penyusunan Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Kota Binjai Tahun 2010 KATA PENGANTAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Akhir Penyusunan Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Kota Binjai Tahun 2010 KATA PENGANTAR"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i

KATA PENGANTAR

Sampai pada bulan Desember ini Laporan SPPIP Kota Binjai telah sampai pada penyusunan LAPORAN AKHIR. Adapun isi laporan tersebut, sesuai dengan buku PANDUAN PELAKSANAAN PENYUSUNAN SPPIP DAN RPKPP Versi Mei 2010, berisi laporan konsultasi publik untuk perumusan strategi pengembangan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan dan penyepakatan kebutuhan program strategis, program strategis pengembangan permukiman dan infrastruktur perkotaan dan hasil kegiatan diseminasi.

Laporan Akhir SPPIP ini merupakan bagian dari berbagai rangkaian laporan dari kegiatan penyusunan SPPIP. Untuk penyempurnaan penyusunan Strategi Pengembangan Pemukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Kota Binjai Tahun 2010 ini masih memerlukan banyak masukan dari para pembaca untuk kesempurnaannya.

Kami banyak berterima kasih atas masukan dan koreksinya demi kesempurnaan penyusunan SPPIP tersebut.

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...

i

DAFTAR ISI...

ii

DAFTAR TABEL ...

iv

DAFTAR GAMBAR ...

vi

BAB I PROSES PERUMUSAN KEBUTUHAN PENANGANAN STRATEGIS

MELALUI

FOCUSED GROUP DISCUSSION

(FGD) IV ...

I-1

1.1 PENDAHULUAN ... I-1

1.2 PELAKSANAAN KEGIATAN FGD 4 ... I-3

1.3 MATERI PEMBAHASAN ... I-4

1.4 DISKUSI DAN TANYA JAWAB ... I-6

BAB II RUMUSAN KEBIJAKAN, STRATEGI DAN PROGRAM SPPIP KOTA

BINJAI ...

II-1

2.1 RUMUSAN MASALAH, POTENSI, KENDALA, PELUANG

REKOMENDASI PERMUKIMAN DAN INFRSATRUKTUR KOTA BINJAI II-3

2.2 RUMUSAN KEBIJAKAN DAN PROGRAM STRATEGIS SPPIP KOTA

BINJAI... II-15

2.3 VISI, MISI, STRATEGI DAN PROGRAM STRATEGIS SPPIP KOTA

BINJAI... II-18

2.4 PROGRAM STRATEGIS PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN

INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) KOTA BINJAI ... II-33

BAB III SOSIALISASI

HASIL

PENYUSUNAN

SPPIP

KOTA

BINJAI

MELALUI DISEMINASI ...

III-1

(4)

iii 3.2 PELAKSANAAN DISEMINASI ... III-1

3.2.1 Persiapan Sosialisasi / Diseminasi ... III-1

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1: Rumusan Potensi Dan Masalah Permukiman Dan Infrastruktur Perkotaan

Kota Binjai ... II-4

Tabel 2.2: Rumusan Potensi Dan Masalah Air Bersih Kota Binjai ... II-6

Tabel 2.3: Rumusan Potensi Dan Masalah Drainase Kota Binjai ... II-7

Tabel 2.4: Rumusan Potensi Dan Masalah Sanitasi/Limbah Kota Binjai ... II-8

Tabel 2.5: Potensi Dan Masalah Persampahan Kota Binjai ... II-10

Tabel 2.6: Potensi Dan Masalah Jalan Akses Kota Binjai... II-12

Tabel 2.7: Potensi Dan Masalah Ruang Terbuka Hijau Kota Binjai ... II-14

Tabel 2.8: Visi, Misi, Permasalahan, Strategi dan Indikasi Program Sektor

Perumahan SPPIP Kota Binjai ... II-19

Tabel 2.9: Visi, Misi, Permasalahan, Strategi dan Indikasi Program Sektor Air Minum

SPPIP Kota Binjai ... II-21

Tabel 2.10: Visi, Misi, Permasalahan, Strategi dan Indikasi Program Sektor Drainase

SPPIP Kota Binjai ... II-23

Tabel 2.11: Visi, Misi, Permasalahan, Strategi dan Indikasi Program Sektor Limbah

Rumah Tangga SPPIP Kota Binjai ... II-25

Tabel 2.12: Visi, Misi, Permasalahan, Strategi dan Indikasi Program Sektor

Persampahan SPPIP Kota Binjai... II-27

Tabel 2.13: Visi, Misi, Permasalahan, Strategi dan Indikasi Program Sektor Jalan

Lingkungan dan Transportasi SPPIP Kota Binjai ... II-29

Tabel 2.14: Visi, Misi, Permasalahan, Strategi dan Indikasi Program Sektor Ruang

Terbuka Hijau (RTH) SPPIP Kota Binjai... II-31

Tabel 2.15: Program Kegiatan Dan Pentahapan Pelaksanaan Bidang Pengembangan Permukiman Strategi Pengembangan Permukiman Dan Infrastruktur

(6)

v Tabel 2.16: Program Kegiatan Dan Pentahapan Pelaksanaan Bidang Penataan

Bangunan dan Lingkungan Permukiman Strategi Pengembangan

Permukiman Dan Infrastruktur Perkotaan Kota Tahun 2010-2030... II-37

Tabel 2.17: Program Kegiatan Dan Pentahapan Pelaksanaan Bidang Air Minum Strategi Pengembangan Permukiman Dan Infrastruktur Perkotaan Kota

Binjai Tahun 2010-2030 ... II-39

Tabel 2.18: Program Kegiatan Dan Pentahapan Pelaksanaan Bidang Drainase Dan Pengendalian Banjir Strategi Pengembangan Permukiman Dan

Infrastruktur Perkotaan Kota Binjai Tahun 2010-2030 ... II-42

Tabel 2.19: Program Kegiatan Dan Pentahapan Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Rumah Tangga Strategi Pengembangan Permukiman Dan Infrastruktur

Perkotaan Kota Binjai Tahun 2010-2030... II-45

Tabel 2.20: Program Kegiatan Dan Pentahapan Pelaksanaan Bidang Persampahan Strategi Pengembangan Permukiman Dan Infrastruktur Perkotaan Kota

Binjai Tahun 2010-2030 ... II-47

Tabel 2.21: Program Kegiatan Dan Pentahapan Pelaksanaan Bidang Jalan Lingkungan dan Transportasi Strategi Pengembangan Permukiman Dan

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1: Saat-saat awal acara berupa presentasi mengenai maksud dan tujuan dari kegiatan FGD 4 serta suasana peserta yang hadir pada kegiatan

diskusi ... I-1

Gambar 1.2: Peserta yang hadir menyimak penjelasan dari narasumber mengenai

materi yang akan dibahas dalam kegiatan FGD 4 ... I-3

Gambar 1.3: Suasana pada saat berlangsungnya sesi tanya jawab dan tanggapan

dari peserta kegiatan diskusi ... I-5

Gambar 1.4: Meskipun acara kegiatan FGD 4 telah berakhir namun beberapa peserta masih melakukan diskusi ringan mengenai hasil yang telah dicapai pada

kegiatan tersebut ... I-7

Gambar 2.1: Diagram Penyusunan Strategi dan Program Strategis SPPIP Kota Binjai II-1

Gambar 3.1: Spanduk atau Banner Sebagai Latar Belakang (Bag ground)

Pelaksanaan Diseminasi SPPIP Kota Binjai ... III-2

Gambar 3.2: Contoh Banner Yang Menjadi Bahan Untuk Sosialisasi SPPIP Kota

Binjai (ukuran 60 cm X 160 cm) ... III-3

Gambar 3.3: Contoh Poster Yang Digunakan Sebagai bahan Sosialisasi SPPIP Kota

Binjai (ukuran A2) ... III-4

Gambar 3.4: Contoh Leaflet Sebagai Bahan Sosialisasi SPPIP Kota Binjai (ukuran

F4) ... III-5

Gambar 3.5: Sekretaris Daerah Kota Binjai dalam Sambutannya Mewakili Walikota .... III-7

Gambar 3.6: Satker Pengembangan Permukiman dan Wilayah Perbatasan Sumatera

Utara Memberikan Sambutannya ... III-7

Gambar 3.7: Serah Terima Hasil Penyusunan SPPIP Sebagai Simbol Telah

(8)

vii Gambar 3.8: Acara Penjelasan Dan Diskusi Yang Dipandu Oleh Pokjanis dan

Konsultan Pendamping SPPIP Kota Binjai ... III-8

Gambar 3.9: Satker PPWT SU dan wakil dari Dir Bangkim Dirjen Cipta Karya Kemen

(9)

BAB I

PROSES PERUMUSAN KEBUTUHAN

PENANGANAN STRATEGIS MELALUI FOCUSED

GROUP DISCUSSION (FGD) IV

1.1 PENDAHULUAN

Focus Group Discussion (FGD) merupakan diskusi terarah dengan tujuan untuk mendapatkan masukan dalam upaya mengatasi permasalahan dengan melibatkan berbagai pihak yang terkait, selain itu merupakan bagian dari kegiatan peningkatan kapasitas dan keterlibatan stakeholder dalam Penyusunan Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Kota Binjai.

Pada pelaksanaan FGD ke 4 ini dilakukan proses diskusi untuk mendapatkan perumusan strategi dalam penyusunan Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan yang mencerminkan karakteristik dan kebutuhan daerah serta untuk mendapatkan masukan dari semua pihak terkait atau stakeholder

mengenai strategi pembangunan permukiman di daerah yang membutuhkan penanganan bidang permukiman dan infrastruktur perkotaan.

Selain untuk mendapatkan perumusan strategi, maka pada kegiatan diskusi ini pula untuk mendapatkan perumusan program strategis sebagai tindak lanjut dari perumusan strategi. Proses dalam menghasilkan perumusan tersebut merupakan materi diskusi yang disampaikan pada pelaksanaan kegiatan FGD ini.

Gambar 1.1: Saat-saat awal acara berupa presentasi mengenai maksud dan tujuan dari kegiatan FGD 4 serta

(10)

I -2 Maksud dari pelaksanaan kegiatan FGD ke 4 ini adalah untuk mendapatkan masukan mengenai perumusan strategi dan program strategis dalam upaya menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan permukiman dan infrastruktur perkotaan.

Adapun tujuannya adalah: a)untuk mendapatkan rumusan strategi pengembangan permukiman dan infrastruktur perkotaan dengan mencerminkan karakteristik dan kebutuhan daerah dalam penanganan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang akan digunakan sebagai landasan dalam penyusunan strategi pengembangan permukiman dan infrastruktur perkotaan dan b)untuk mendapatkan masukan dari semua pihak terkait atau stakeholder mengenai perumusan program strategis pembangunan permukiman yang dibutuhkan dalam penanganan bidang permukiman dan infrastruktur perkotaan.

Sedangkan sasaran FGD 4 ini adalah : a) terwujudnya kesepakatan mengenai strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan dan b) terwujudnya kesepakatan mengenai program strategis yang akan dijalankan dalam pelaksanaan kegiatan.

Penyelenggara FGD adalah : a) S

atker Pengembangan Kawasan Permukiman

dan Perbatasan Provinsi Sumatera Utara, b) Direktorat Pengembangan

Permukiman – DJCK – KEMEN PU dan c) Konsultan PT. Karsa Haryamulya

Sedangkan peserta dari kegiatan FGD ini adalah :

1. Unsur DPRD Kota Binjai 2. Sekretaris Daerah 3. Kepala Bappeda

4. Pokjanis (Kelompok Kerja Teknis)

5. Penyedia Jasa (Konsultan PT. Karsa Haryamulya)

6. Satker Pengembangan Permukiman dan Wilayah Perbatasan Sumatera Utara 7. Satker PBL Sumatera Utara

8. Kepala Dinas/instansi lain yang terkait, diantaranya: a) PDAM Tirtasari

b) Bapedalda

c) Dinas Perhubungan d) DKP Kota Binjai e) DPU Kota Binjai

f) Dinas Tarukim Kota Binjai 9. Camat Binjai Kota

(11)

11. Unsur Tokoh Masyarakat/Pemuda 12. Unsur LSM Lokal

13. Unsur Lembaga Pendidikan

Sebagai Narasumber dalam FGD ini adalah : a) Satker Pengembangan Kawasan Permukiman dan Perbatasan Provinsi Sumatera Utara dan b) Direktorat Pengembangan Permukiman – DJCK – KEMEN PU

Materi pokok yang disampaikan adalah : a) Penyampaian Umum FGD 4, yaitu penyampaian materi secara umum diantaranya mengenai kondisi, potensi, permasalahan, hambatan, peluang, dan rekomendasi pembangunan permukiman dan infrastruktur Kota Binjai, b) perumusan Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Kota Binjai, yang memuat hal-hal penting dalam perumusan strategi pengembangan, lingkup aspek pengembangan, dan lingkup wilayah pengembangan dan c) perumusan program strategis pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan.

1.2 PELAKSANAAN KEGIATAN FGD 4

Dalam pelaksanaan kegiatan FGD 4 ini dipaparkan gambaran mengenai kondisi, potensi, dan permasalahan pada pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan Kota Binjai, yang melingkupi permasalahan umum Kota Binjai dan permasalahan yang berkaitan dengan perumahan dan infrastrukturnya melalui presentasi, selain itu digambarkan pula hambatan, peluang, dan rekomendasi yaitu rekomendasi berupa kebijakan dalam pengembangan permukiman dan infrastruktur

Kota Binjai.

Gambar 1.2: Peserta yang hadir menyimak penjelasan dari narasumber mengenai materi yang akan dibahas dalam

(12)

I -4 Pelaksanaan kegiatan tersebut dilengkapi pula dengan perumusan strategi dalam pengembangan perumahan permukiman dan infrastruktur perkotaan, yang memuat penjelasan mengenai hal-hal penting dalam perumusan strategi pengembangan, aspek-aspek yang melingkupi pengembangan tersebut, serta lingkup wilayah pengembangan. Kegiatan FGD 4 ini membahas pula mengenai kebijakan umum, strategi, dan program strategis dalam pengembangan pemukiman dan infrastruktur perkotaan.

Pelaksanaan kegiatan FGD 4 diakhiri dengan adanya kesamaan persepsi mengenai perumusan dan penyusunan strategi berdasarkan masukan yang diperoleh dari hasil diskusi.

1.3 MATERI PEMBAHASAN

Materi pembahasan yang disampaikan dalam kegiatan FGD 4 meliputi:

1. Penyampaian materi umum FGD 4

Materi yang disampaikan diantaranya dengan memberikan gambaran tentang kondisi, potensi, permasalahan, hambatan, peluang, dan rekomendasi berupa kebijakan dalam pembangunan permukiman dan infrastruktur Kota Binjai, yaitu pada bidang perumahan dan permukiman, air bersih, persampahan, pembuangan limbah, saluran drainase, jalan, dan RTH (ruang terbuka hijau).

2. Perumusan Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan

Pembahasan mengenai perumusan strategi yang memuat tentang:

a) Hal-hal penting yang berkaitan dengan perumusan strategi pengembangan, diantaranya:

 Penyusunan SPPIP ini akan menghasilkan strategi pengembangan yang kemudian diturunkan dalam bentuk program strategis.

 Strategi yang disusun memuat langkah-langkah riil dan terukur yang harus diambil untuk merealisasikan tujuan pengembangan permukiman dan infrastruktur perkotaan.

 Strategi disusun atas pertimbangan mengenai kondisi umum infrastruktur yang ada sekarang, peran dan fungsi untuk pencapaian tujuan pembangunan wilayah perkotaan/perdesaan, kajian terhadap kemampuan pemerintah kota, dan peluang yang dimungkinkan untuk mengoptimalkan berbagai sumber.

(13)

 Hasil dari perumusan strategi akan menjadi masukan bagi penyusunan rencana aksi program dalam rencana pengembangan kawasan permukiman prioritas.

b) Lingkup aspek pengembangan.

Lingkup aspek pengembangan yaitu pada bidang:

 Perumahan dan permukiman, yaitu pengembangan perumahan, peningkatan kualitas rumah, kelembagaan, dan pendanaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) atau rumah tangga miskin (RTM).

 Infrastruktur permukiman, yaitu infrastruktur jalan dan infrastruktur drainase.

 Sanitasi lingkungan permukiman, yaitu air bersih, persampahan, dan pembuangan limbah.

 Ruang terbuka hijau (RTH)

Dalam pelaksanaan strategi maupun program strategis maka pada seluruh aspek tersebut mempertimbangkan beberapa hal yaitu kondisi sosial, ekonomi, kelembagaan, kemampuan pendanaan, pelibatan masyarakat dalam upaya pemberdayaan masyarakat, dan pelibatan sektor swasta maupun sektor lainnya.

c) Lingkup wilayah pengembangan, yaitu pada lingkup kota dan lingkup kawasan prioritas pengembangan atau kawasan lainnya.

Gambar 1.3: Suasana pada saat berlangsungnya sesi tanya jawab dan tanggapan dari peserta kegiatan diskusi

3. Mekanisme FGD

a) Presentasi oleh narasumber, dengan memberikan gambaran atau penjelasan mengenai kondisi, potensi, dan permasalahan umum terkait permasalahan dalam pembangunan perumahan dan infrastruktur Kota

(14)

I -6 Binjai, serta penjelasan mengenai hambatan, peluang, dan rekomendasi berupa kebijakan dalam pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan .

b) Penjelasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan perumusan strategi pengembangan permukiman dan infrastruktur perkotaan, yaitu:

 Perumusan strategi untuk permukiman dan infrastruktur (jalan dan drainase)

 Perumusan strategi untuk sanitasi lingkungan permukiman (air bersih, sampah, dan limbah)

c) Diskusi dan tanya jawab (feedback) untuk mendapatkan tanggapan, masukan, saran, dan informasi dari peserta yang dalam menyusun atau merumuskan strategi pengembangan dan program strategis.

Dalam kegiatan FGD ini disampaikan pula materi dalam bentuk modul dan handout

yang berfungsi diantaranya sebagai bahan acuan dan pegangan bagi peserta, sebagai bahan informasi, bahan koreksi, dan bahan untuk memberikan masukan. Modul tersebut terbagi atas 3 (tiga) bagian, yaitu:

1. Modul 1 : Visi dan Misi SPPIP Kota Binjai

2. Modul 2 : Kondisi, Potensi, Masalah, Hambatan, Peluang, dan Rekomendasi.

3. Modul 3 : Rumusan Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Kota Binjai.

4. Modul 4 : Kebijakan, Strategi, dan Program Strategis SPPIP Kota Binjai.

Sedangkan pada handout memuat beberapa bahan yang berisikan Kondisi, Potensi, Masalah, Hambatan, Peluang, dan Rekomendasi, kemudian Perumusan Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Kota Binjai Tahun 2010, serta Kebijakan Umum, Strategi, dan Program Strategis dimana dalam penyusunan kebijakan umum mencakup segala hal yang berkaitan dengan pengembangan di segala bidang yang dijelaskan pula strategi yang akan diambil dan program-program strategis yang akan dilaksanakan, selain itu dilengkapi dengan pelaku pembangunan yaitu dinas atau instansi yang terkait dengan program pengembangan permukiman dan infrastruktur perkotaan.

(15)

1.4 DISKUSI DAN TANYA JAWAB

Pada sub bab berikut dicantumkan beberapa penjelasan dan tanggapan dari hasil diskusi dan tanya jawab. Setelah melalui tahap penjelasan dan presentasi maka dapat dirangkum beberapa tanggapan dan masukan mengenai permasalahan

permukiman, diantaranya:

Gambar 1.4: Meskipun acara kegiatan FGD 4 telah berakhir namun beberapa peserta masih melakukan diskusi ringan mengenai hasil yang telah dicapai pada kegiatan tersebut

1. Satker

a) Dalam mengidentifikasi kawasan permukiman juga harus memperhatikan kultur sosial masyarakat, serta strategi tidak hanya untuk permukiman tetapi juga untuk infrastruktur pada permukiman tersebut.

b) Mengajukan pertanyaan mengenai strategi dan desain yang sesuai dengan kondisi kawasan prioritas.

Tanggapan Tim Konsultan:

a) Tanggapan tersebut merupakan saran dan dapat diterima dan dijadikan sebagai masukan, bahwa kultur sosial masyarakat perlu diperhatikan dalam kegiatan identifikasi kawasan permukiman. Tanggapan mengenai strategi tidak hanya untuk permukiman tetapi juga untuk infrastruktur pada permukiman adalah sesuai dengan visi dan misi Penyusunan SPPIP Kota Binjai yang didasarkan atas beberapa pertimbangan diantaranya kondisi dan permasalahan yang sedang dihadapi saat ini, sehingga dalam pengembangan permukiman dan infrastrukturnya juga harus memiliki kebijakan dan strategi. Apabila disusun suatu strategi untuk pengembangan permukiman maka disusun pula strategi untuk infrastrukturnya.

b) Strategi dan desain yang disusun bagi pengembangan kawasan prioritas akan disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik kawasan tersebut.

(16)

I -8 Kawasan yang diprioritaskan adalah kawasan yang termasuk ke dalam kawasan kumuh perkotaan melalui strategi permukiman dan peningkatan infrastruktur.

2. Komisi C

a) Memberikan saran agar tim konsultan dan Bappeda harus mempunyai pemahaman yang sama dan saling menguatkan.

b) Memberikan saran bahwa dalam menyusun visi dan misi harus mempertimbangkan karakteristik lokasi.

Tanggapan Tim Konsultan:

a) Saran tersebut dapat diterima dan dijadikan sebagai sebuah masukan, bahwa tim konsultan dan Bappeda harus mempunyai pemahaman yang sama dan saling menguatkan agar tercipta kesesuaian dan sinkronisasi dalam Penyusunan SPPIP Kota Binjai. Salah satu upaya agar sinkronisasi tersebut dapat tercapai adalah melalui diskusi internal secara rutin.

b) Saran yang telah disampaikan bahwa dalam menyusun visi dan misi harus mempertimbangkan karakteristik lokasi, adalah merupakan sebuah masukan yang dapat diterima untuk kemudian ditindaklanjuti secara mendalam.

3. Camat Binjai Kota

a) Apakah program yang diusulkan akan dilaksanakan?

b) Menyampaikan informasi bahwa sebagian besar warga terkesan tidak peduli terhadap banjir yang sering terjadi.

Tanggapan Tim Konsultan:

a) Program yang telah diusulkan akan dilaksanakan, dimana pekerjaan Penyusunan SPPIP merupakan kegiatan yang telah ditetapkan dari Pusat, maka diharapkan masyarakat agar tetap interest terhadap program-program pengembangan kawasan, selain itu Penyusunan SPPIP Kota Binjai berdasarkan atas pemikiran yang dalam dan terperinci melalui serangkaian konsultasi dan diskusi bersama Pokjanis (Kelompok Kerja Teknis) dalam menentukan Kebijakan Umum SPPIP Kota Binjai, termasuk strategi dan program strategis bagi pengembangan permukiman dan infrastruktur Kota Binjai. Berdasarkan hal tersebut maka kegiatan ini sekaligus sebagai media untuk memberikan pemahaman mengenai SPPIP.

b) Hal tersebut harus segera diatasi dengan melibatkan unsur dan tokoh masyarakat pada kawasan yang bersangkutan untuk melakukan sosialisasi

(17)

dalam upaya mengatasi banjir agar kualitas lingkungan dapat terjaga, diantaranya melalui perawatan dan normalisasi saluran drainase, serta sosialisasi mengenai pengelolaan persampahan.

4. Jurnalis

Memberikan saran berupa masukan bahwa dalam misi perlu ditambahkan pula tentang program penghijauan.

Tanggapan Tim Konsultan:

Salah satu misi dari Penyusunan SPPIP Kota Binjai adalah Mewujudkan Keserasian Kawasan dan Lingkungan Hunian di Kawasan Permukiman. Misi tersebut dapat dijelaskan bahwa pengembangan permukiman dan infrastruktur memperhatikan kualitas lingkungan agar kualitas lingkungan tersebut dapat tetap terjaga. Kualitas lingkungan tidak hanya mengenai pembuangan limbah ataupun persampahan tetapi juga berkaitan dengan penghijauan sesuai dengan salah satu Kebijakan Umum SPPIP Kota Binjai dalam penyusunan SPPIP ini yaitu Meningkatkan Kualitas Lingkungan Permukiman dan Perkotaan, melalui strategi Meningkatkan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik Maupun Privat Baik Secara Kuantitas Maupun Kualitas. Berdasarkan dari strategi tersebut maka program penghijauan sudah tercantum di dalam penjabaran misi dari Penyusunan SPPIP Kota Binjai.

5. LSM

a) Memberikan saran dan masukan bahwa tipologi pada daerah-daerah tertentu perlu diinformasikan agar ekosistem dan ekologi daerah tersebut tetap terjaga.

b) Memberikan saran bahwa terminal terpadu agar segera diwujudkan. c) Memberikan saran bahwa fungsi landscape harus selalu dijaga.

d) Memberikan saran bahwa perlu adanya penanganan terhadap ruang terbuka hijau (RTH) di Kota Binjai.

Tanggapan Tim Konsultan:

a) Tipologi pada daerah-daerah tertentu memang perlu untuk diperhatikan sesuai karakter daerah tersebut dan sejauh masih berada di dalam koridor pengembangan permukiman dan infrastruktur perkotaan. Salah satu upaya agar ekosistem dan ekologi daerah tersebut tetap terjaga adalah melalui pengendalian dampak lingkungan akibat pembangunan permukiman, dimana upaya tersebut merupakan penjabaran dari salah satu misi SPPIP

(18)

I -10 Kota Binjai yaitu Mewujudkan Keserasian Kawasan dan Lingkungan Hunian di Kawasan Permukiman.

b) Pembangunan terminal terpadu dapat dijadikan sebagai masukan tetapi harus memperhatikan kondisi transportasi Kota Binjai agar terminal tersebut dapat berfungsi secara maksimal. Untuk mewujudkan terminal terpadu berkaitan dengan bidang transportasi, dimana dalam peningkatan bidang transportasi ini sudah tercantum di dalam salah satu Kebijakan Umum SPPIP Kota Binjai, yaitu Meningkatkan Aksesibilitas dan Kenyamanan Transportasi di Perkotaan. Sedangkan untuk pembangunan, peningkatan, dan pengelolaan prasarana dan sarana transportasi telah disusun secara detail, baik di dalam strategi maupun di dalam program strategis pada bidang transportasi.

c) Saran tersebut merupakan masukan, dan dapat diterima bahwa fungsi

landscape harus selalu dijaga dalam Penyusunan SPPIP Kota Binjai.

d) Penanganan terhadap ruang terbuka hijau (RTH) di Kota Binjai sudah tercantum di dalam rekomendasi, yakni berupa kebijakan yang didasarkan atas kondisi saat ini dan melalui analisis yang terperinci. Kebijakan dalam penanganan bidang RTH diantaranya peningkatan RTH itu sendiri, peningkatan peran instansi terkait, peningkatan peran sektor swasta dan masyarakat dalam pengelolaan dan pengembangan RTH. Oleh sebab itu penanganan RTH Kota Binjai dapat pula dilandasi oleh kebijakan tersebut. Untuk lebih jelasnya analisis yang digunakan dalam merekomendasikan kebijakan tersebut yaitu analisis terhadap potensi dan peluang, analisis terhadap potensi dan hambatan, analisis terhadap permasalahan dan peluang, serta analisis terhadap permasalahan dan hambatan.

Hasil dari FGD 4 berupa kesepakatan yang berisi tentang rumusan strategi dan program strategis SPPIP Kota Binjai. adapun rumusan strategi dan program strategis dapat dilihat pada tabel 2.8 sampai dengan 2.14 pada bab berikut.

(19)

BAB II

RUMUSAN KEBIJAKAN, STRATEGI DAN

PROGRAM

SPPIP KOTA BINJAI

Sebagai tindak lanjut dari visi dan misi SPPIP Kota Binjai, maka agar lebih mudah dalam mengimplementasikannya disusun suatu strategi dan program strategis. Untuk menyusun strategi dan program strategis, paling tidak dibutuhkan sasaran dan kebijakan yang menjadi frame utama dalam penyusunan strategi yang nantinya akan di perjelas dalam program strategis.

(20)

II -2 Hal – hal yang penting dalam perumusan strategi pengembangan adalah :

1. Penyusunan SPPIP ini akan menghasilkan strategi pengembangan yang kemudian diturunkan dan didetailkan dalam bentuk program strategis

2. Strategi yang disusun memuat langkah – langkah riil dan terukur yang harus diambil untuk merealisasikan tujuan pengembangan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang diatur dalam kebijakan pengembangan.

3. Strategi ini disusun dengan mepertimbangkan beberapa hal :

a. Kondisi umum infrastruktur yang ada sekarang (jumlah, kualitas dan tingkat pelayanan).

b. Peran dan fungsi yang diharapkan dalam pencapaian tujuan pembangunan wilayah perkotaan / perdesaan, sebagaimana tercantum dalam RUTR dan RPJM Kota Binjai

c. Kajian terhadap kemampuan pemerintah kota dalam penyediaan, dan

d. Peluang yang dimungkinkan untuk mengoptimalkan berbagai sumber yang dapat digali.

4. Hasil dari perumusan strategi pengembangan permukiman dan infrastruktur perkotaan ini akan menjadi masukan bagi penyusunan rencana aksi program dalam rencana pengembangan kawasan permukiman prioritas.

Lingkup aspek yang menjadi pertimbangan meliputi :

1. Perumahan dan permukiman : a. Pengembangan perumahan b. Peningkatan kualitas rumah

c. Pendanaan perumahan bagi MBR/RTM d. Kelembagaan

2. Infrastruktur jalan dan drainase a. Infrastruktur jalan,

b. Infrastruktur drainase,

3. Sanitasi lingkungan permukiman a. Air bersih

b. Persampahan c. Pembuangan limbah 4. Ruang terbuka hijau / RTH

Seluruh aspek tersebut didalam pelaksanaan strategi maupun program strategis mempertimbangkan

(21)

1. Kondisi sosial, 2. Ekonomi 3. Kelembagaan,

4. Kemampuan pendanaan

5. Pelibatan masyarakat dalam upaya pemberdayaan masyarakat 6. Pelibatan sektor swasta maupun sektor lainnya.

2.1 RUMUSAN MASALAH, POTENSI, KENDALA, PELUANG

REKOMENDASI PERMUKIMAN DAN INFRSATRUKTUR KOTA

BINJAI

Pada bab sebelumnya telah dibahas dan disinggung tentang beberapa permasalahan permukiman dan infrastruktur Kota Binjai. Dan pada bab yang sama telah dianalisis baik kondisi, kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunities) dan tantangan (threat) atau analisis SWOT tentang permukiman dan infrastruktur Kota Binjai. Dari hasil analisis tersebut kemudian disusun suatu rekomendasi terhadap pemecahan masalah dan sekaligus sebagai dasar dalam menentukan kebijakan bagi penanganan permasalahan permukiman dan infrastruktur Kota Binjai.

(22)

II -4

Tabel 2. 1: Rumusan Potensi Dan Masalah Permukiman Dan Infrastruktur Perkotaan Kota Binjai

Kondisi, Masalah Dan Potensi Bidang Perumahan Dan Permukiman

Kondisi Eksisting

Masalah/Kelemahan/Weakness

Potensi/Kekuatan/Strength

1. JUMLAH RUMAH DI KOTA BINJAI BERDASARKAN PROFIL KESEHATAN KOTA BINJAI TAHUN 2010 SEBESAR 42.422. DARI JUMLAH TERSEBUT JUMLAH RUMAH SEHAT SEBANYAK 78,3 % MERUPAKAN RUMAH SEHAT. 2. PROSENTASE RUMAH NON PERMANEN DAN SEMI PERMANEN MASIH

TINGGI

3. PENYEBARAN PERMUKIMAN KURANG MERATA DAN HANYA TERPUSAT DI PUSAT KOTA (KECAMATAN BINJAI KOTA MENYEBABKAN KEPADATAN PUSAT KOTA MENJADI TINGGI

4. TERJADI ADANYA KETIMPANGAN ANTARA JUMLAH DAN KEPADATAN PERMUKIMAN DENGAN PELAYANAN PRASARANA DAN SARANA KOTA 5. TERJADI EMBRIO PERMUKIMAN KUMUH DI BEBERAPA SPOT

PERMUKIMAN KHUSUSNYA DI PUSAT KOTA

6. MASIH TERJADI ADANYA PELANGGARAN PERMUKIMAN KHUSUSNYA DI BANTARAN SUNGAI DAN DI BEBERAPA PERMUKIMAN (RUMAH BERDIRI DIATAS PRASARANA DRAINASE, DLL)

7. DALAM HAL PERIJINAN MASIH BANYAK RUMAH YANG TIDAK PUNYA IMB (IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN)

8. ADA KECENDERUNGAN PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN KHUSUSNYA DI LINGKARAN PUSAT KOTA (INNER CITY) 9. ADANYA KAWASAN YANG KURANG MENDAPAT PERHATIAN DAN

CENDERUNG TERKESAN ADANYA PEMBIARAN SEHINGGA

DIMUNGKINKAN ADANYA DEGRADASI KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN (KELURAHAN PEKAN BINJAI – RUMAH-RUMAH WALET) 10. PEMERINTAH KURANG MEMPERHATIKAN SEKTOR PERMUKIMAN

KHUSUSNYA PERMUKIMAN KUMUH DAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH /MBR (BELUM ADA BATUAN

CREDIT SCHEME BAGI MASYARAKAT YANG MENGINGINKAN PENGADAAN MAUPUN PEMBANGUNAN RUMAH.

1. KEPADATAN PERMUKIMAN KURANG MERATA DAN TERPUSAT DI PUSAT KOTA

2. TINGKAT PELAYANAN PRASARANA DAN SARANA YANG MASIH KURANG MEMADAHI

3. ADANYA PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI DA DIATAS SALURAN DRAINASE

4. ADA KECENDERUNGAN PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN KHUSUSNYA DI LINGKARAN PUSAT KOTA (INNER CITY)

5. PERHATIAN PEMERINTAH TERHADAP

PERMUKIMAN MASIH BELUM MAKSIMAL

6. BELUM ADA PROGRAM YANG BERKAITAN DENGAN PENATAAN DAN PENINGKATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

7. ADANYA KAWASAN PERMUKIMAN YANG MENGARAH PADA PERMUKIMAN KUMUH

8. BELUM ADANYA PROGRAM BANTUAN

PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS

RUMAH / PERUMAHAN MASYARAKAT

BERPENGHASILAN RENDAH (MBR)

1. KONDISI LAHAN DI KOTA BINJAI RELATIF DATAR SEHINGGA SANGAT SESUAI UNTUK PENGEMBANGAN PERMUKIMAN 2. DAYA DUKUNG LAHAN YANG MASIH MENCUKUPI UNTUK

MENAMPUNG PERTUMBUHAN PERMUKIMAN SAMPAI TAHUN 2029 (RTRW KOTA BINJAI)

3. BANYAKNYA PENGEMBANG YANG MENGINGINKAN SERTA MEMBANGUN PERMUKIMAN DI KOTA BINJAI

4. DALAM KONSTELASI KOTA MEBIDANGRO, KOTA BINJAI MERUPAKAN HINTERLAND BAGI KOTA MEDAN, MERUPAKAN POTENSI YANG SANGAT BESAR BAGI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN SKALA KECIL MAUPUN SKALA BESAR BAIK MELALUI KASIBA – LISIBA MAUPUN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN SWADAYA

5. BANYAKNYA PENGEMBANG MAU BERINVESTASI

MEMBANGUN PERUMAHAN – PERUMAHAN BARU

6. IKLIM EKONOMI YANG KONDUSIF MENIMBULKAN DAYA SAING YANG KONDUSIF UNTUK PENGEMBANGAN PERMUKIMAN YANG BERKUALITAS

7. ADANYA CADANGAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN SKALA BESAR DI KECAMATAN BINJAI TIMUR DAN BINJAI UTARA SERTA BINJAI SELATAN.

(23)

Hambatan, Peluang Dan Rekomendasi Bidang Perumahan Dan Permukiman

Hambatan/Threat

Peluang/Opportunities

Rekomendasi

1. TERBATASNYA JANGKAUAN PELAYANAN PRASARANA DAN SARANA PERMUKIMAN

2. DAYA BELI MASYARAKAT , UNTUK MENDAPATKAN PERUMAHAN SEHAT, YANG MASIH RENDAH

3. TINGKAT KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN RUMAH DAN LINGKUNGAN MASIH RENDAH

4. PENGENDALIAN TERHADAP PERTUMBUHAN PERMUKIMAN YANG BELUM SESUAI DENGAN TATA RUANG BARU MENCAKUP DI DAERAH PUSAT KOTA (TERBATASNYA TENAGA PENGENDALI BANGUNAN)

5. TERBATASNYA PENDANAAN DAERAH BAGI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN MASYARAKAT

6. TARIK ULUR KEPENTINGAN ANTARA PENGUSAHA DAN “PENGUASA” TERHADAP KAWASAN PETERNAKAN BURUNG WALET YANG BERADA DI PUSAT KOTA (KELURAHAN PEKAN BINJAI) YANG CENDERUNG KUMUH

1. PENGEMBANGAN KASIBA DAN LISIBA

2. PENGEMBANGAN SCHEME CREDIT LUNAK UNTUK PERBAIKAN RUMAH

3. PROGRAM BANTUAN PERBAIKAN RUMAH BAGI MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH (MBR)

4. PERBAIKAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH 5. RELOKASI PERMUKIMAN YANG BERADA DI

DAERAH LARANGAN PEMBANGUNAN RUMAH (BANTARAN KALI, REL, JARINGAN SUTET, DLL) 6. URBAN RENEWAL BAGI KAWASAN PERMUKIMAN

KUMUH DI PUSAT KOTA

7. KERJASAMA DENGAN PIHAK SWASTA DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PERMUKIMAN MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH/MBR (MIS: PT. PERTAMINA, PT. PERKEBUNAN DLL)

1. MENINGKATKAN AKSES MASYARAKAT MISKIN DAN BERPENDAPATAN RENDAH TERHADAP SCHEME KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH TINGGAL (KPR)

2. MENDORONG SEKTOR SWASTA DALAM PENYEDIAAN PERMUKIMAN BAGI MASYARAKAT KHUSUSNYA MBR

3. MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN MELALUI PENINGKATAN PERAN SEKTOR SWASTA DAN MASYARAKAT

4. MENINGKATKAN KINERJA PEMERINTAH / SKPD YANG BERKAITAN DENGAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PERMUKIMAN

5. MENINGKATKAN AKSES MASYARAKAT KOTA BINJAI TERHADAP LAYANAN PRASARANA DAN SARANA KOTA, TERMASUK LAYANAN PRASARANA DAN SARANA INFORMASI

DAN KOMUNIKASI, YANG AKAN MENDORONG

PRODUKTIVITAS DAN PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA DENGAN TETAP MEMPERHATIKAN KEMANFAATAN ASPEK SOSIAL DAN KOMERSIAL.

(24)

II -6

Tabel 2.2: Rumusan Potensi Dan Masalah Air Bersih Kota Binjai

Kondisi, Masalah Dan Potensi Bidang Air Bersih

Kondisi Eksisting

Masalah/Kelemahan/Weakness

Potensi/Kekuatan/Strength

1. JUMLAH RUMAH TANGGA YANG MENDAPAT AKSES AIR BERSIH SEBESAR ± 80 % DARI JUMLAH RUMAH TANGGA YANG ADA

2. MASIH BANYAK RUMAH DAN PERMUKIMAN DIKOTA BINJAI YANG BELUM TERLAYANI AIR BERSIH DARI PDAM TIRTASARI BINJAI, HANYA 23 % PENDUDUK YANG MERUPAKAN PELANGGAN PDAM TIRTASARI KOTA BINJAI.

3. TINGKAT PELAYANAN PDAM MASIH RENDAH ± 22,49 % (13.398 SAMBUNGAN)

4. SUNGAI JUGA MASIH DIANDALKAN SEBAGIAN MASYARAKAT UNTUK KEBUTUHAN AIR SEHARI-HARI,

1. TINGKAT PELAYANAN PDAM TIRTASARI YANG MASIH SANGAT RENDAH YAKNI MASIH SEBESAR 23 % TERHADAP KESELURUHAN KOTA BINJAI.

2. KONDISI AIR YANG DIALIRKAN SERING KURANG JERNIH

3. TINGKAT PELAYANAN BELUM SELURUHNYA 24 JAM 4. SERING TERJADI PEMADAMAN ALIRAN

5. TERBATASNYA PERALATAN PEMELIHARAAN

6. TINGKAT KEBOCORAN / KEHILANGAN AIR MASIH TINGGI ±28 %

7. RASIO KARYAWAN – PELANGGAN/SAMBUNGAN 14 : 1.000

8. KETERBATASAN PDAM DALAM PENYEDIAAN AIR MINUM KHUSUSNYA HIDRAN UMUM (HU)

1. SUMBER DAYA AIR YANG ADA DIKOTA BINJAI MELIPUTI AIR SUNGAI, AIR TANAH DAN JUGA AIR HUJAN.

2. KUALITAS SUMBER DAYA AIR DIPERKIRAKAN MASIH DALAM TAHAP YANG MENCUKUPI.

3. KUANTITAS SUNGAI DARI KETIGA SUNGAI YANG MELEWATI KOTA BINJAI SECARA TOTAL DIPERKIRAKAN ADALAH SEBESAR 1,5 M3/DETIK.

4. SAMPAI SAAT INI AIR SUNGAI YANG DIGUNAKAN ADALAH SUNGAI BINGAI BINGAI YANG MEMILIKI DEBIT 0.7 M3/DETIK. 5. SISTEM PRODUKSI AIR BERSIH OLEH PDAM SUDAH

DILENGKAPI DENGAN PENAMPUNG LUMPUR

6. INSTALASI PENGOLAHAN AIR BERSIH PDAM SEBANYAK 3 UNIT

Hambatan, Peluang Dan Rekomendasi Bidang Air Bersih

Hambatan/Threat

Peluang/Opportunities

Rekomendasi

1. BANYAKNYA MASYARAKAT YANG MENGGUNAKAN SUMUR DALAM UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN AIR BERSIH

2. PENGGUNAAN AIR TANAH YANG BISA DAN DAPAT

MENGAKIBATKAN DAMPAK TERHADAP PENURUNAN MUKA AIR TANAH

3. KURANGNYA DUKUNGAN PEMDA MAUPUN DPRD KHUSUSNYA DALAM PERSETUJUAN PENYESUAIAN TARIF

4. PENINGKATAN BIAYA OPERASIONAL PDAM TIAP TAHUN 5. PELAKSANAAN PERDA TENTANG PEMANFAATAN AIR TANAH

KURANG EFEKTIF 6.

1. MASIH ADA SUMBER AIR KHUSUSNYA SUNGAI – SUNGAI DI BINJAI YANG DAPAT DIOLAH SEBAGAI AIR BERSIH

2. MENINGKATNYA KESADARAN MASYARAKAT DALAM MENGGUNAKAN AIR BERSIH

3. BANYAKNYA JUMLAH PENDUDUK YANG

MEMBUTUHKAN PELAYANAN AIR BERSIH DARI PDAM (PENINGKATAN PELANGGAN PDAM ± 500 UNIT PERTAHUN)

4. TOPOGRAFI BINJAI YANG RELATIF DATAR SEHINGGA TIDAK MENYULITKAN DALAM SISTEM JARINGAN AIR BERSIH

5. TIDAK ADA KETERGANTUNGAN PDAM KEPADA DAERAH LAIN

1. PENINGKATAN PELAYANAN PDAM KEPADA MASYARAKAT DALAM HAL KUANTITAS DAN KUALITAS AIR BERSIH

2. PEMBATASAN PENGGUNAAN AIR TANAH (PELAKSANAAN PERDA YANG EFEKTIF DAN TEGAS)

3. DUKUNGAN POLITIS/KEBIJAKAN PEMDA MAUPUN DPRD TERHADAP OPERASIONAL PDAM KHUSUSNYA DALAM PENYESUAIAN TARIF

4. PENINGKATAN KESADARAN DAN PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT DALAM HAL SANITASI LINGKUNGAN

5. PENINGKATAN KERJASAMA DENGAN DAERAH LAIN DALAM UPAYA MENJAGA KELESTARIAN LINGKUNGAN UNTUK MENJAGA KUANTITAS DAN KUALITAS AIR SUNGAI BINGAI DAN SUNGAI – SUNGAI LAIN YANG MENGALIR DI KOTA BINJAI

6. PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT DALAM MENJAGA LINGKUNGAN DAN KEBERSIHAN SUNGAI

(25)

Tabel 2.3: Rumusan Potensi Dan Masalah Drainase Kota Binjai

Kondisi, Masalah Dan Potensi Bidang Drainase

Kondisi Eksisting

Masalah/Kelemahan/Weakness

Potensi/Kekuatan/Strength

1. SEBAGIAN KONDISI SALURAN DRAINASE KURANG BERFUNGSI BAIK TERUTAMA SALURAN DRAINASE LINGKUNGAN

2. PERENCANAAN DAN PENANGANAN SISTEM DRAINASE MASIH BERSIFAT LOKAL DAN PARSIAL / BELUM MENYELURUH

3. SUNGAI MENCIRIM DAN BINGAI DIMANFAATKAN MASYARAKAT UNTUK PERIKANAN KERAMBA DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA (INCOME GENERATE)

4. PADA DAERAH TERTENTU MASIH MENGALAMI GENANGAN SAAT MUSIM HUJAN

5. MASIH ADANYA PENGGUNAAN TANAH NON PERMUKIMAN (PERKEBUNAN DAN PERSAWAHAN) SEHINGGA BELUM ADA SALURAN DRAINASE

6. SALURAN DRAINASE DAN SALURAN IRIGASI BELUM TERPISAH KHUSUSNYA DI WILAYAH KECAMATAN BINJAI SELATAN, BINJAI TIMUR DAN BINJAI KOTA SERTA BINJAI UTARA DIMANA MASIH TERDAPAT LAHAN PERTANIAN MAUPUN PERKEBUNAN

1. RENCANA SISTEM DRAINASE KOTA BINJAI BELUM ADA (MASTERPLAN DRAINASE)

2. TUMPANG TINDIH PENGELOLAAN SALURAN DRAINASE (KOTA DAN LINGKUNGAN)

3. MASIH ADANYA DAERAH GENANGAN AKIBAT SALURAN DRAINASE YANG KURANG MAMPU MELAYANI AREA TANGKAPANNYA (CATCHMENT AREA).

4. BELUM ADA PROGRAM YANG BERKAITAN DENGAN DRAINASE DAN PELIBATAN MASYARAKAT

5. ADANYA PENYEMPITAN DIMENSI SALURAN KARENA SEDIMENTASI LUMPUR DAN SAMPAH

6. PEMELIHARAAN DAN PENGAWASAN SALURAN DRAINASE KURANG MAKSIMAL

7. KONDISI SEPADAN SALURAN DAN SUNGAI YANG TERTUTUP BANGUNAN LIAR

8. KONDISI JARINGAN YANG BURUK YANG MENYEBABKAN BELUM BERFUNGSINYA SYSTEM DRAINASE YANG ADA SEHINGGA TIDAK BEKERJA SECARA EFEKTIF DALAM MENGENDALIKAN BANJIR.

1. ADANYA 3 SUNGAI BESAR YANG MELINTASI KOTA BINJAI SEBAGAI BAGIAN DARI SISTEM DRAINASE KOTA

2. ADANYA KELEMBAGAAN YANG MENANGANI DRAINASE

Hambatan, Peluang Dan Rekomendasi

Hambatan/Threat

Peluang/Opportunities

Rekomendasi

1. KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP KEBERSIHAN LINGKUNGAN MASIH KURANG, MASIH ADA MASYARAKAT YANG MEMBUANG SAMPAH DAN LIMBAH DI SALURAN DRAINASE 2. KETERLIBATAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN

SALURAN DRAINASE MASIH LEMAH

3. MASIH ADANYA BANGUNAN RUMAH MAUPUN BANGUNAN LAIN YANG BUKAN BANGUNAN AIR DIATAS SALURAN DRAINASE 4. PENDANAAN PEMBANGUNAN MASIH TERGANTUNG PADA

DANA DARI PEMERINTAH YANG TERBATAS

5. TOPOGRAFI YANG RELATIF DATAR MENIMBULKAN SEULITAN TERSENDIRI DALAM SISTEM DRAIN

6. PERDA YANG BERKAITAN DENGAN DRAINASE BELUM OPTIMAL DIBERLAKUKAN DAN DIJALANKAN

1. ADANYA PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT DALAM PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN SANITASI LINGKUNGAN 2. ADANYA KELEMBAGAAN / INSTANSI YANG MENANGANI /

MENGELOLA SALURAN DRAINASE

1. PENYUSUNAN MASTERPLAN DRAINASE KOTA BINJAI 2. PENINGKATAN EFEKTIFITAS PELAYANAN DAN

PENGELOLAAN DRAINASE

3. PENINGKATAN KESADARAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN DRAINASE LINGKUNGAN

4. DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DIUPAYAKAN SEIMBANG DENGAN BEBAN PENDUDUK.

5. EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PENGENDALIAN BANGUNAN TERUTAMA YANG BERADA DI BANTARAN / SEMPADAN SUNGAI DAN DIATAS SALURAN DRAINASE 6. EFEKTIFITAS AKURASI PRAKIRAAN BANJIR DAN

PELAKSANAAN PERINGATAN DINI KEPADA

(26)

II -8

Tabel 2.4: Rumusan Potensi Dan Masalah Sanitasi/Limbah Kota Binjai

Kondisi, Masalah Dan Potensi Bidang Sanitasi/Limbah

Kondisi Eksisting

Masalah/Kelemahan/Weakness

Potensi/Kekuatan/Strength

1. JUMLAH SARANA JAMBAN KELUARGA DI KOTA BINJAI SEBAGAI BERIKUT :

No Kecamatan

Jumlah Rumah Tangga

Tempat Pembuangan Air Besar Tangki Septic Jamban Cemplung Lain-Nya Jumlah 1 Binjai Selatan 11.509 16.527 1.024 24 17.575 2 Binjai Kota 8.744 8.169 197 438 8.804 3 Binjai Timur 12.846 1.487 1.039 425 2.951 4 Binjai Utara 16.690 403 689 46 1.138 5 Binjai Barat 9.793 1.694 301 1 1.996 JUMLAH 59.582 28.280 3.250 934 32.464

SUMBER : BINJAI DALAM ANGKA 2009

1. PENGELOLAAN SEPTIC TANK MASIH BERSIFAT INDIVIDU, PEMERINTAH HANYA MENYEDIAKAN PRASARANA IPAL DAN MOBIL TINJA DENGAN TARIF TERTENTU

2. SEBAGIAN BESAR MASYARAKAT YANG TINGGAL DI PINGGIR SUNGAI TIDAK MEMILIKI JAMBAN DAN MEREKA MEMBUANG LIMBAH KE SUNGAI 3. PROGRAM KALI BERSIH (PROKASIH) YANG DICANANGKAN BEBERAPA

TAHUN LALU BELUM BERHASIL SECARA MAKSIMAL

4. PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI MASIH DILAKUKAN OLEH INDUSTRI YANG BERSANGKUTAN

5. PENGELOLAAN LIMBAH DENGAN SISTEM KOMUNAL TELAH DITERAPKAN DI PERMUKIMAN KELURAHAN PEKAN BINJAI, SETIA DAN KOMPLEK PERUMAHAN BINJAI INDAH KECAMATAN BINJAI UTARA

1. KURANGNYA PELAYANAN PEMERINTAH BERKAITAN DENGAN SANITASI LIMBAH RUMAH TANGGA YANG MASIH SEBATAS PADA PEMBUANGAN TINJA KE INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH (IPAL)

2. BELUM ADANYA PROGRAM PEMERINTAH TERKAIT DENGAN PENINGKATAN SANITASI MASYARAKAT (SANIMAS) DI KOTA BINJAI

3. PROGRAM PENINGKATAN SYSTEM SANITASI (SEPTIC

TANK) SECARA KOMUNAL MAUPUN TERPUSAT MASIH

TERBATAS PADA AREA TERTENTU (2 AREA)

4. BELUM ADA / EFEKTIF PELAKSANAAN PERDA BERKAITAN DENGAN PEMBUANGAN LIMBAH RUMAH TANGGA

5. BELUM ADA SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH B3 UNTUK INDUSTRI

6. PELAKSANAAN PERDA YANG BERKAITAN DENGAN PEMBUANGAN / PENGELOLAAN LIMBAH BELUM EFEKTIF

1. PENGEMBANGAN SISTEM PEMBUANGAN LIMBAH RUMAH TANGGA SECARA TERPUSAT MAUPUN KOMUNAL DI PERKOTAAN ATAU PERMUKIMAN PADAT 2. ADANYA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH (IPAL) DI

KAWASAN TPA MENCIRIM

3. ADANYA MOBIL TINJA YANG MELAYANI PEMBUANGAN LIMBAH RUMAH TANGGA

4. ADANYA PERUNTUKAN LAHAN INDUSTRI SEHINGGA

BERPOTENSI UNTUK MEMBUAT PRASARANA

(27)

Hambatan, Peluang Dan Rekomendasi Bidang Sanitasi/Limbah

Hambatan/Threat

Peluang/Opportunities

Rekomendasi

1. RENDAHNYA KESADARAN MASYARAKAT DALAM MENGGUNAKAN JAMBAN SEHAT

2. MASIH BANYAK MASYARAKAT MEMANFAATKAN SUNGAI SEBAGAI PRASARANA PEMBUANGAN LIMBAH RUMAH TANGGA

3. PELIBATAN MASYARAKAT TERHADAP SANITASI LINGKUNGAN DAN KELUARGA BELUM MAKSIMAL

4. BELUM EFEKTIFNYA PROGRAM PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT DALAM HAL SANITASI LINGKUNGAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP

5. BELUM SEMUA INDUSTRI YANG ADA MENERAPKAN SISTEM PEMBUANGAN / PENGELOLAAN LIMBAH YANG SESUAI DENGAN STANDAR YANG BERLAKU

1. MENINGKATNYA KESADARAN MASYARAKAT AKAN SANITASI LINGKUNGAN KHUSUSNYA DALAM PEMBUANGAN LIMBAH RUMAH TANGGA

2. DIMUNGKINKAN DIKEMBANGKANNYA SISTEM PENGELOLAAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH SECARA KOMUNAL MAUPUN TERPUSAT KHUSUSNYA DI PERMUKIMAN PADAT DI PUSAT KOTA MAUPUN DI PENGEMBANGAN PERUMAHAN BARU

3. TERWUJUDNYA KESERASIAN PEMANFAATAN DAN PENGENDALIAN RUANG DALAM SUATU SYSTEM PEMBANGUNAN YANG BERKELANJUTAN;

4. MENINGKATNYA UPAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH TANGGA DENGAN MENEMPATKAN PERLINDUNGAN LINGKUNGAN SEBAGAI SALAH SATU FAKTOR PENENTU KEBIJAKAN;

5. MENINGKATKAN KESADARAN MASYARAKAT AKAN PENTINGNYA MEMELIHARA SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP;

6. TERAKOMODASINYA KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM SETIAP KEBIJAKAN BAIK KEBIJAKAN PEMBANGUNAN (DEVELOPMENT POLICY) MAUPUN KEBIJAKAN TATA RUANG (SPATIAL POLICY)

1. MENGOPERASIONALKAN RENCANA TATA RUANG KOTA BINJAI SESUAI DENGAN HIRARKI PERENCANAAN SEBAGAI ACUAN KOORDINASI DAN SINKRONISASI PEMBANGUNAN KOTA YANG EFEKTIF;

2. MEMBANGUN SYSTEM PENGOLAHAN DAN

PENGELOLAAN LIMBAH MELALUI PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA

3. MENINGKATKAN KESADARAN DAN PARTISIPASI

MASYARAKAT DALAM PENGOLAHAN DAN

PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH TANGGA;

4. MENINGKATKAN UPAYA PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN AKIBAT KEGIATAN PEMBANGUNAN; 5. MENINGKATKAN KAPASITAS LEMBAGA PENGELOLA

LINGKUNGAN HIDUP KOTA, TERUTAMA DALAM MENANGANI PERMASALAHAN YANG BERSIFAT MUSIMAN DAN BENCANA;

6. MEMBANGUN KESADARAN MASYARAKAT AGAR PEDULI PADA ISU LINGKUNGAN HIDUP DAN BERPERAN AKTIF SEBAGAI CONTROL SOCIAL DALAM MEMANTAU KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP.

7. MENINGKATKAN SISTEM PEMBUANGAN LIMBAH

(28)

II -10

Tabel 2.5: Potensi Dan Masalah Persampahan Kota Binjai

Kondisi, Masalah Dan Potensi Bidang Persampahan

Kondisi Eksisting

Masalah/Kelemahan/Weakness

Potensi/Kekuatan/Strength

1. JUMLAH TIMBULAN SAMPAH PADA TAHUN 2009 SEBESAR 134,820 M3, YANG TERANGKAT SEBANYAK 92,610 M3 ATAU RATA-RATA SEBESAR 68,11%. 2. SUMBER DAN TIMBULAN SAMPAH YANG TERANGKUT DAN TIDAK

TERANGKUT :

TIMBULAN SAMPAH ORGANIK : 256,00 M3/HARI TIMBULAN SAMPAH NON ORGANIK : 116,50 M3/HARI

JUMLAH TIMBULAN SAMPAH PER HARI : 373,35 M3/HARI

SAMPAH ORGANIK TERANGKUT : 187,00 M3/HARI SAMPAH NON ORGANIK TERANGKUT : 78,00 M3/HARI

JUMLAH SAMPAH TERANGKUT : 246,57 M3/HARI

PERBANDINGAN SAMPAH ORGANIK DAN NON ORGANIK = 70% : 30%

3. SISA TIMBULAN SAMPAH DARI MASYARAKAT YANG BELUM / TIDAK

TERLAYANI SEBESAR 31,89 % ADA YANG DIBUANG KE SUNGAI, ADA YANG DITIMBUN ATAU ADA YANG DIBAKAR.

4. JUMLAH SARANA DAN PRASARANA PERSAMPAHAN YANG DIKELOLA DKP A PENGUMPULAN SAMPAH:

1. BECAK SAMPAH 0,75 M3 10 BUAH 2. GEROBAK DORONG 0,75 M3 22 BUAH B SARANA PEMINDAHAN :

1. TRANSFER DEPO 2 UNIT 2. KONTAINER 6 M3 8 UNIT 3. TPS KOTA KAYU 12 UNIT 4. TPS DRUM GANTUNG 55 UNIT

5. TPS BATU 3 UNTI

C SARANA PENGANGKUTAN :

1. DUMP TRUCK 6 M3 10 UNIT

2. PICK L.300 2 UNIT

3. ARM ROLL TRUCK 2 UNIT 4. DUMP TRUK 10 M3 1 UNIT D ALAT BERAT :

1. EXCAVATOR 1 UNIT

2. BULLDOZER 2 UNIT

3. INCINERATOR 1 UNIT

E TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) DI KELURAHAN MENCIRIM

1. LUAS TANAH 20 HA

2. PENGELOLAAN LEACHED 2 UNIT

5. JARANG ADANYA TEMPAT SAMPAH UMUM YANG DISEDIAKAN PEMDA DI SEPANJANG JALAN DI PERKOTAAN

6. MASIH BANYAK UNSUR SAMPAH YANG BELUM TERMANFAATKAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH BELUM MENGGUNAKAN 3R (REDUCE, REUSE, & RECYCLING)

1. MASIH TERDAPAT ± 31,89 % YANG BELUM TERLAYANI

2. TERBATASNYA SARANA ANGKUTAN SAMPAH

3. BELUM EFEKTIF PERDA YANG BERKAITAN DENGAN PERSAMPAHAN

4. MASYARAKAT MASIH MENGGUNAKAN SUNGAI SEBAGAI TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH

1. SISTEM PENGUMPULAN/TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH SEMENTARA (TPS), PENGANGKUTAN SAMPAI PADA PENIMBUNAN AKHIR (TPA) SAMPAH SUDAH ADA DAN BERJALAN SECARA RUTIN

2. ADANYA PETUGAS KEBERSIHAN (SAMPAH JALAN) YANG MEMBERSIHKAN SAMPAH DI JALAN

3. ADANYA PARTISIPASI MASYARAKAT DENGAN MEMBUANG SAMPAH DI TPS (TRANSFER DEPO)

4. TPA SUDAH MENGGUNAKAN SISTEM SANITARY LANDFILL

(29)

Hambatan, Peluang Dan Rekomendasi Bidang Persampahan

Hambatan/Threat

Peluang/Opportunities

Rekomendasi

1. ANGGARAN PENGELOLAAN SAMPAH DARI APBD TERBATAS

2. MASIH KURANGNYA KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP KEBERSIHAN LINGKUNGAN.

3. PELIBATAN PIHAK KETIGA (SWASTA) DALAM PENGELOLAAN SAMPAH BELUM OPTIMAL

4. MASYARAKAT BELUM DILIBATKAN DALAM SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH 5. TPA BERSEBELAHAN DENGAN SUNGAI MENCIRIM BERPOTENSI MENCEMARI

SUNGAI

6. MASYARAKAT MASIH BANYAK YANG MEMBUANG SAMPAH DI SUNGAI YANG BERPOTENSI MENIMBULKAN PENCEMARAN LINGKUNGAN, MENURUNKAN KUALITAS AIR DAN BAHAYA BANJIR DI DAERAH BAWAH.

1. ADANYA PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

2. ORGANISASI KEMASYARAKATAN KHUSUSNYA PKK, ORGANISASI KEAGAMAAN DAN ORGANISASI KEPEMUDAAN SEBAGAI KEKUATAN PERUBAHAN DI MASYARAKAT AKTIF DIJALANKAN DI MASING-MASING LINGKUNGAN. MEREKA DAPAT DIGUNAKAN

UNTUK MENGGUGAH DAN MENUMBUHKAN

KESADARAN MASYARAKAT TENTANG KEBERSIHAN LINGKUNGAN

3. MENINGKATNYA KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP SANITASI LINGKUNGAN

4. BANYAKNYA SEKTOR SWASTA YANG MERUPAKAN POTENSI DALAM PARTISIPASI PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

1. PENINGKATAN PELAYANAN PERSAMPAHAN BAIK KUALITAS MAUPUN KUANTITAS PELAYANAN DAN PRASARANA DAN SARANA PERSAMPAHAN

2. PENINGKATAN KESADARAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN 3. KERJASAMA ANTAR WILAYAH KECAMATAN DALAM

PENANGGULANGAN MASALAH SAMPAH, TERUTAMA DI WILAYAH PERKOTAAN;

4. PENEMPATAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SESUAI DENGAN PERSYARATAN TEKNIS DENGAN MEMPERHATIKAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN;

5. PENERAPAN 3R DALAM PENGELOLAAN

PERSAMPAHAN.

6. EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PERDA YANG BERKAITAN DENGAN PERSAMPAHAN

7. PELIBATAN SEKTOR SWASTA DALAM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

8. DUKUNGAN PEMDA MAUPUN DPRD DALAM KEBIJAKAN PERSAMPAHAN

9. KAJI ULANG TPA MENCIRIM AGAR SESUAI STANDAR YANG BERLAKU

(30)

II -12

Tabel 2.6: Potensi Dan Masalah Jalan Akses Kota Binjai

Kondisi, Masalah Dan Potensi Bidang Jalan Akses

Kondisi Eksisting

Masalah/Kelemahan/Weakness

Potensi/Kekuatan/Strength

1. JALAN NEGARA, JALAN PROPINSI MAUPUN JALAN KOTA, DALAM KONDISI BAIK (±89,46%) DAN PERMUKAAN JALAN DILAPIS DENGAN ASPAL (HOTMIX)

TABEL PANJANG JALAN MENURUT STATUS JALAN KOTA BINJAI TAHUN 2008 No Uraian Jalan Negara (Km) Jalan Propinsi (Km) Jalan Kab / Kota (Km) Jumlah A. Jenis Permukaan 1 Diaspal 12.000 14.840 303.354 330.194 2 Kerikil -- -- -- -- 3 Tanah -- -- -- -- 4 Tidak Dirinci -- -- -- -- Jumlah 12.000 14.840 303.354 330.194 B. Kondisi Jalan 1 Baik 12.000 14.840 263.561 290.401 2 Sedang -- -- 36.215 36.215 3 Rusak -- -- 35.312 35.312 4 Rusak Berat -- -- -- - Jumlah 12.000 14.840 335.088 361.928 C. Kelas Jalan 1 Kelas I 12.000 14.840 -- 26.840 2 Kelas Ii -- -- -- - 3 Kelas Iii -- -- -- - 4 Tidak Dirinci -- -- 335.088 335.088 Jumlah 12.000 14.840 335.088 361.928 Sumber : Dinas Pu Kota Binjai

Binjai Dalam Angka Tahun 2009

2. BEBERAPA JALAN UTAMA MASIH DALAM PERBAIKAN

3. JALAN LINGKUNGAN KONDISI BERVARIASI (BAIK SAMPAI RUSAK)

4. KONSTRUKSI JALAN LINGKUNGAN BERVARIASI (ASPAL, BETON, MAKADAM/TLASAH/BATU, JALAN TANAH)

5. DI PUSAT KOTA SEBAGIAN BESAR JALAN LINGKUNGAN SUDAH BAIK

6. PROGRAM PENINGKATAN LINGKUNGAN (PNPM) DITERAPKAN DI BEBERAPA KELURAHAN

1. SERING TERJADI KEMACETAN TERUTAMA DI PUSAT KOTA (CBD) AKIBAT DAYA TAMPUNG JALAN TIDAK SESUAI DENGAN JUMLAH KENDARAAN YANG LEWAT SERTA PENATAN PERPARKIRAN YANG KURANG BAIK 2. JALUR ALTERNATIF UNTUK MEMECAH KEMACETAN DI

PUSAT KOTA BELUM ADA SEHINGGA SEMUA JALUR TERKONSENTRASI DI PUSAT KOTA

3. ADANYA JALUR ANGKUTAN BERAT YANG MELEWATI KOTA (DI BINJAI SELATAN, BINJAI TIMUR DAN BINJAI BARAT) SEBAGAI AKIBAT DARI BELUM MAKSIMAL FUNGSI JALAN LINGKAR KOTA BINJAI

4. BANYAK JALAN LINGKUNGAN RANG RUSAK KARENA TIDAK DILENGKAPI SALURAN PEMBUANGAN / DRAINASE DISISI JALAN

5. BELUM MAKSIMALNYA PELAYANAN ANGKUTAN UMUM DALAM KOTA (ANTAR WILAYAH PERMUKIMAN DENGAN PUSAT PELAYANAN SKALA KOTA)

6. BELUM MAKSIMAL RETRIBUSI PENGGUNA JALAN DAN ANGKUTAN DALAM MENUNJANG PENDAPATAN DAERAH

1. DALAM SKALA KOTA SEMUA WILAYAH SUDAH DAPAT DIJANGKAU DENGAN BAIK (ACCESSIBLE)

2. SEBAGIAN BESAR JALAN KOTA DALAM KONDISI BAIK DAN DAPAT DILALUI ANGKUTAN UMUM

3. PEMELIHARAAN JALAN RUTIN DILAKSANAKAN SETIAP TAHUN ANGGARAN

(31)

Hambatan, Peluang Dan Rekomendasi Bidang Jalan Akses

Hambatan/Threat

Peluang/Opportunities

Rekomendasi

1. KESADARAN MASYARAKAT DALAM PEMELIHARAAN PRASARANA JALAN LINGKUNGAN MASIH RENDAH

2. TERBATASNYA ANGGARAN PEMERINTAH DALAM PEMELIHARAAN JALAN LINGKUNGAN

1. LAHAN MASIH TERSEDIA LUAS UNTUK PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN AKSES JALAN

2. KEBUTUHAN MASYARAKAT AKAN AKSESIBILITAS JALAN LINGKUNGAN MASIH BESAR

3. MENINGKATNYA PARTISIPASI DAN KESADARAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN PRASARANA LINGKUNGAN

1. EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN MANAJEMEN TRANSPORTASI KOTA BINJAI

2. EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN RETRIBUSI PENGGUNA JALAN DAN ANGKUTAN UMUM

3. EFISIENSI MANAJEMEN PERPARKIRAN

4. PENINGKATAN DAN PEMBERDAYAAN DALAM PENGELOLAAN PRASARANA JALAN LINGKUNGAN

5. PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS JALAN KHUSUSNYA PADA KAWASAN POTENSIAL / STRATEGIS YANG BELUM TERLAYANI PRASARANA JALAN DAN ANGKUTAN UMUM

6. PENINGKATAN PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA TRANSPORTASI KEPADA KAWASAN – KAWASAN PERMUKIMAN

7. PENINGKATAN KETERPADUAN KELEMBAGAAN YANG BERKAITAN DENGAN PENGELOLAAN JALAN DAN KELENGKAPAN JALAN (SIGN, DRAINASE, STREET FURNITURE, DAN HALTE)

(32)

II -14

Tabel 2.7: Potensi Dan Masalah Ruang Terbuka Hijau Kota Binjai

Kondisi, Masalah Dan Potensi Bidang Ruang Terbuka Hijau

Kondisi Eksisting

Masalah/Kelemahan/Weakness

Potensi/Kekuatan/Strength

1. SECARA UMUM KUANTITAS RUANG TERBUKA HIJAU (JALUR SEMPADAN, LAHAN PERTANIAN, PERKEBUNAN, TAMAN KOTA, TAMAN LINGKUNGAN, DAN LAPANGAN OLAH RAGA) KOTA BINJAI LEBIH DARI 30 %

2. KHUSUS TAMAN KOTA DAN LINGKUNGAN SECARA KUANTITAS DAN KUALITAS MASIH KURANG (- 30 %)

3. ADANYA INTERVENSI KEPENTINGAN EKONOMI KEPADA RUANG – RUANG TERBUKA PUBLIK

4. PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU BELUM MELIBATKAN PARTISIPASI SEKTOR SWASTA DAN MASYARAKAT

1. KESADARAN PEMDA MAUPUN MASYARAKAT AKAN PENTINGNYA RUANG TERBUKA HIJAU MASIH KURANG

2. KURANG EFEKTIFNYA ATURAN TENTANG PENGADAAN DAN PENGELOLAAN RTH DI TINGKAT LINGKUNGAN PERMUKIMAN MAUPUN DI TINGKAT KOTA

3. TERBATASNYA TENAGA PENGELOLA PADA DINAS YANG MEMBIDANGI RTH KOTA BINJAI

4. TERBATASNYA PERSONAL DAN PERALATAN UNTUK PEMELIHARAAN DAN PERLUASAN RUANG TERBUKA PUBLIK / TAMAN KOTA

1. MENINGKATNYA KESADARAN MASYARAKAT AKAN KEBUTUHAN RUANG – RUANG PUBLIK KHUSUSNYA RTH BERUPA TAMAN KOTA MAUPUN TAMAN LINGKUNGAN SERTA PRASARANA OLAH RAGA (LAPANGAN OLAH RAGA SKALA LINGKUNGAN)

2. ADANYA LEMBAGA / INSTANSI YANG MENANGANI TAMAN KOTA / RUANG PUBLIK KOTA

3. MENINGKATNYA PIHAK PENGEMBANGAN YANG MEMPERHATIKAN / PEDULI PADA KEBUTUHAN RUANG – RUANG PUBLIK SKALA LINGKUNGAN

Hambatan, Peluang Dan Rekomendasi Bidang Ruang Terbuka Hijau

Hambatan/Threat

Peluang/Opportunities

Rekomendasi

1. TERBATASNYA PENDANAAN PEMDA BERKAITAN DENGAN PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA PUBLIK

2. KURANGNYA KETERLIBATAN MASYARAKAT DALAM

PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK SKALA LINGKUNGAN

3. ADANYA INTERVENSI KEPENTINGAN EKONOMI KE RUANG TERBUKA PUBLIK (WARUNG, CAFE, KIOS DSB)

4.

1. MASIH ADANYA LAHAN TERBUKA YANG DAPAT DIMANFAATKAN UNTUK PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA UNTUK PUBLIK BAIK SKALA KOTA MAUPUN SKALA LINGKUNGAN

2. MENINGKATNYA SEKTOR SWASTA YANG DAPAT DILIBATKAN DALAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK

3. MENINGKATNYA KESADARAN MASYARAKAT AKAN KEBUTUHAN RUANG TEBUKA PUBLIK BERUPA TAMAN MAUPUN LAPANGAN OLAH RAGA

1. PENINGKATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK MAUPUN PRIVAT BAIK SECARA KUANTITAS MAUPUN KUALITAS

2. PENINGKATAN PERAN INSTANSI TERKAIT PENGELOLAAN RTH / TAMAN KOTA

3. PENINGKATAN PERAN SEKTOR SWASTA DAN

MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN DAN

PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU (TAMAN DAN LAPANGAN OLAH RAGA)

4. EFISIENSI PENERAPAN PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN BANGUNAN SESUAI DENGAN ATURAN YANG BERLAKU TENTANG GARIS SEMPADAN DAN KOEFISIEN BANGUNAN (GSB, KDB DAN KLB SERTA

(33)

2.2 RUMUSAN KEBIJAKAN DAN PROGRAM STRATEGIS SPPIP

KOTA BINJAI

Bertolak dari rumusan permasalahan dan rekomendasi penanganan permukiman dan infrastruktur Kota Binjai, maka disusun suatu kebijakan dan sasaran SPPIP Kota Binjai.

Rumusan kebijakan dan sasaran tersebut, adalah sebagai berikut;

1. Peningkatan penyediaan permukiman bagi masyarakat khususnya rumah tangga miskin / masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)

Berdasarkan kebutuhan perumahan (bag log) masyarakat Binjai yang relatif tinggi sampai dengan tahun 2030, maka perlu adanya upaya penyediaan perumahan, disisi lain banyaknya masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang juga membutuhkan perumahan harus diakomodir sehingga mereka mendapatkan rumah yang layak. Peningkatan penyediaan permukiman selain mempertimbangkan faktor kebutuhan akan perumahan juga harus mempertimbangkan kemampuan masyarakat, dalam hal ini MBR. Selain penyediaan melalui sistem 1,3,6 (1 rumah mewah, 3 rumah sedang dan 6 rumah sederhana) perlu juga sistem pendanaan baik melalui lembaga keuangan formal maupun non formal serta bantuan sistem likuidasi atau bantuan uang muka. Disisi lain peningkatan kualitas perumahan khususnya bagi MBR perlu dilakukan dengan sistem pendanaan bergulir maupun bantuan murni / grant.

2. Pengurangan kawasan / lingkungan permukiman kumuh

Di beberapa lokasi seperti sebagian kawasan perkotaan dan kawasan pinggiran terdapat beberapa kantong permukiman yang mengarah pada permukiman kumuh, kantong-kantong tersebut seperti yang terdapat di Kelurahan Setia, Kelurahan Tangsi, Kelurahan Binjai, Kelurahan Kartini, Kelurahan Tanah Seribu, Kelurahan Tanah Merah, Kelurahan Cengkeh Turi dan sebagainya. Kantong-kantong permukiman tersebut harus ditingkatkan kualitas lingkungan permukimannya agar tidak menjadi kawasan permukiman kumuh.

Kebijakan pengurangan kawasan / lingkungan permukiman kumuh dilakukan dengan peningkatan kualitas lingkungan permukiman dan peningkatan kualitas perumahan. Kebijakan ini harus didukung dengan kebijakan lain yang mengarah pada peningkatan kualitas kehidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi, pendidikan maupun dari sisi kesehatan masyarakat.

(34)

II -16 3. Peningkatan kualitas lingkungan permukiman dan perkotaan

Kawasan perkotaan sebagai kawasan yang menjadi pusat pelayanan baik dari sisi perdagangan, pemerintahan dan sosial dengan berbagai tingkat skala pelayanannya. Penurunan kualitas lingkungan permukiman perkotaan akan menurunkan citra kota itu sendiri dan semakin lama akan berdampak pada penurunan investasi dan pendapatan kota.

Peningkatan kualitas lingkungan permukiman perkotaan perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas kehidupan warga kota. Dengan meningkatnya kualitas lingkungan permukiman perkotaan akan meningkatkan investasi dan kualitas masyarakat kota.

Peningkatan kualitas lingkungan permukiman dan perkotaan dilakukan dengan meningkatkan kualitas perumahan dan infrastruktur perkotaan. Baik melalui peningkatan jaringan sanitasi (air minum, persampahan dan pembuangan limbah rumahtangga), prasarana lingkungan baik jalan maupun drainase serta peningkatan kualitas ruang terbuka hijau perkotaan.

4. Peningkatan aksesibilitas dan kenyamanan transportasi di perkotaan

Permasalahan transportasi di perkotaan antara lain adalah terbatasnya kemampuan prasarana jalan serta meningkatnya pengguna jalan. Perlu adanya upaya pemecahan permasalahan transportasi khususnya di perkotaan. Disisi lain peningkatan kebutuhan aksesibilitas di kawasan pinggiran perlu dipertimbangkan seiring dengan peningkatan permukiman.

Peningkatan aksesibilitas dilakukan dengan peningkatan prasarana transportasi jalan dan peningkatan sarana transportasi berupa moda angkutan yang akan melayani masyarakat.

Peningkatan kenyamanan transportasi dilakukan dengan peningkatan kualitas prasarana jalan dan membuka akses terhadap kawasan terpencil dan terisolir. Peningkatan prasarana rambu lalulintas dan peningkatan kualitas pengguna jalan. Dengan meningkatkan disiplin pengguna jalan.

5. Peningkatan peran kelembagaan

Peran Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) dalam melayani masyarakat sangatlah penting. Dengan demikian kualitas pegawai perlu dilakukan untuk meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat. Upaya peningkatan peran kelembagaan khususnya kelembagaan pemerintah daerah (SKPD) dilakukan dengan meningkatkan prasarana pemerintahan serta upaya meningkatkan

(35)

kapasitas pegawai dengan beberapa pelatihan maupun kursus baik yang dilakukan secara reguler maupun yang khusus.

Berkaitan dengan permukiman dan infrastruktur perkotaan. Peningkatan kapasitas pegawai SKPD terkait akan mempercepat peningkatan kualitas lingkungan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang menjadi bidang tanggung jawabnya.

6. Peningkatan pemberdayaan dan partisipasi masyarakat

Paradigma pembangunan saat ini sudah tidak lagi dipusatkan pada pemerintah saja akan tetapi pelibatan masyarakat dilakukan untuk bersama membangun. Pelibatan masyarakat dalam pembangunan perlu dilakukan sebagai bagian dari pembangunan itu sendiri. Dengan melibatkan masyarakat akan mengurangi biaya pembangunan dan pemeliharaan. Disisi lain pelibatan masyarakat akan semakin memperpanjang usia suatu obyek pembangunan.

Disisi lain suatu kewajiban pemerintah didalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kesejahteraan dilakukan dengan meningkatkan pemberdayaan dan kapasitas masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi dan pendapatan.

Beberapa program pemerintah yang telah dilakukan seperti PNPM, SANIMAS, PAMSIMAS dan sebagainya.

7. Peningkatan peran swasta dalam pengelolaan infrastruktur perkotaan

Selain pelibatan masyarakat didalam pembangunan, peran swasta juga perlu dipertimbangkan. Sebagai pemilik modal baik berupa modal investasi maupun teknologi, peran swasta perlu dilibatkan untuk meningkatkan kualitas pembangunan. Sebagai pemegang salah satu peran (stakeholder), peran swasta perlu dilibatkan mulai dari proses perencanaan, pembangunan, sampai pada operasional dan pemeliharaan.

Sedangkan sasaran yang akan dicapai melalui penerapan kebijakan tersebut adalah :

1. Terlaksananya pembangunan permukiman dan infrastruktur Kota Binjai yang sesuai dengan tata ruang;

2. Terwujudnya pola-pola pengembangan dan penanganan masalah permukiman, infrastruktur perkotaan, sosial dan budaya secara partisipatif oleh seluruh stakeholder;

(36)

II -18 3. Terwujudnya upaya pengentasan kemiskinan perkotaan yang efektif meliputi pengembangan ekonomi lokal, penyediaan lapangan kerja yang layak, akses pada kepemilikan dan penggunaan lahan, perumahan, pelayanan dasar, modal/sumber pendanaan secara adil dan merata;

4. Terciptanya pola pembangunan Kota Binjai yang berkelanjutan melalui pola pemanfaatan, perlindungan, dan pelestarian sumber daya alam secara bertanggung jawab dan berhati-hati;

5. Terciptanya program pembangunan perkotaan yang terpadu dan sinergis antara pusat dan daerah dengan mengacu pada fungsi kota.

2.3 VISI, MISI, STRATEGI DAN PROGRAM STRATEGIS SPPIP

KOTA BINJAI

Untuk mengatasi permasalahan serta menampung peluang yang ada berkaitan dengan permukiman dan infrastruktur perkotaan Kota Binjai, serta tercapainya suatu kesinambungan antara program strategis pelaksanaan dengan visi dan misi SPPIP, maka dibuat suatu metrik sehingga akan dapat dilihat konsistensi antara visi, misi, kebijakan dan program strategis dalam upaya menangani permasalahan permukiman dan infrastruktur perkotaan Kota Binjai. matrik tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

(37)

Tabel 2.8: Visi, Misi, Permasalahan, Strategi dan Indikasi Program Sektor Perumahan SPPIP Kota Binjai

Bidang/Sektor

Visi

Misi

Permasalahan

Strategi

Indikasi Program

PERUMAHAN

“TERWUJUDNYA KAWASAN PERMUKIMAN KOTA BINJAI YANG LAYAK,

DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN”

1. MENINGKATKAN

PERAN PEMERINTAH KOTA DALAM PEMBANGUNAN PERMUKIMAN.

1

Belum Ada Dokumen Perencanaan Berkaitan Dengan Pengembangan Dan Pembangunan Perumahan Dan Permukiman A Penyusunan Dokumen Perencanaan Pengembangan Perumahan Dan Permukiman (RP4D)

PENYUSUNAN RP4D

2

Belum Adanya Program Bantuan Pemerintah Dalam Meningkatkan Kualitas Rumah / Perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) B Meningkatkan Akses Masyarakat Miskin Dan Berpendapatan Rendah (MBR/RTM) Terhadap Kepemilikan Rumah Tinggal

PENINGKATAN DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMN a) Pengembangan struktur kelembagaan pengelolaan permukiman b) Pengembangan sistem informasi c) Pengembangan Potensi pendanaan BANTUAN KEPEMILIKAN RUMAH BAGI MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH

2. MEWUJUDKAN

KAWASAN PERUMAHAN YANG SESUAI DENGAN TATA RUANG

3

Adanya Permukiman Di Sempadan Sungai, Rel Kereta Api Dan Di Atas Saluran Drainase

C

Pengendalian Bangunan Yang Berada Di Bantaran / Sempadan Sungai Dan Di atas Saluran Drainase Dan Rel Kereta Api

PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN a) Mensosialisasikan

Rencana Tata Ruang Kepada Masyarakat Dan Stakeholders Yang Terkait

b) Pembangunan Dan Pemeliharaan Infrastruktur Dengan Mempedomani Rencana Tata Ruang c) Pengawasan Mengenai Pemberian Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) Serta Hak Guna Bangunan (HGB)

3. MEWUJUDKAN

PERUMAHAN YANG AMAN DAN LAYAK HUNI

4

Jumlah Rumah Belum Mencukupi Kebutuhan Masyarakat

D

Peningkatan Kualitas Dan Kuantitas Perumahan Dan Permukiman

PENYEDIAAN PSD BAGI KAWASAN RSH a) Keamanan (tingkat

kriminal rendah) dan

ketertiban permukiman terjaga b) Memiliki konstruksi rumah standar minimal

(38)

II -20

Bidang/Sektor

Visi

Misi

Permasalahan

Strategi

Indikasi Program

fasilitas kebakaran yang baik (berfungsi dan mencukupi) d) Tingkat kepadatan yang optimal

e) Ketersediaan prasarana dan sarana dasar permukiman dengan kualitas yang

memadai

f) Tingkat pencemaran air dan tanah yang rendah dan terkontrol

4. MEWUJUDKAN

KETERPADUAN

PRASARANA DAN SARANA KAWASAN PERMUKIMAN 5 Adanya Kawasan Permukiman Yang Mengarah Pada Permukiman Kumuh E Penataan Kawasan Permukiman Kumuh / Kurang Layak Huni Kota Binjai

PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN

SEDERHANA

a) Terintegrasinya Sistem

Sarana dan Prasarana 6

Adanya Kecenderungan Penurunan Kualitas Lingkungan Permukiman Khususnya Di Lingkaran Pusat Kota (Inner City)

F Meningkatkan Kualitas Rumah Kurang Layak Huni

PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

REHAB RUMAH TIDAK LAYAK HUNI

b) Perencanaan

Pembangunan Sarana dan Prasarana Secara Menyeluruh Yang Saling Mendukung

7 Kepadatan Permukiman Terpusat Di Pusat Kota G

Pemerataan Penyebaran Permukiman PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

Gambar

Gambar 1.1: Saat-saat awal acara berupa presentasi  mengenai maksud dan tujuan dari kegiatan FGD 4 serta
Gambar 1.2: Peserta yang hadir menyimak penjelasan dari  narasumber mengenai materi yang akan dibahas dalam
Gambar 1.3: Suasana pada saat berlangsungnya sesi tanya  jawab dan tanggapan dari peserta kegiatan diskusi
Gambar 1.4: Meskipun acara kegiatan FGD 4 telah berakhir  namun beberapa peserta masih melakukan diskusi ringan  mengenai hasil yang telah dicapai pada kegiatan tersebut  1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka finalisasi tahapan dan proses Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Kabupaten Batang Hari Tahun Anggaran 2012, Satuan

infrastruktur perkotaan. Merumuskan Tujuan dan Kebijakan Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan dalam lingkup wilayah Kabupaten Polewali Mandar. Menyepakati Rumusan

Dari konsep yang telah dikembangkan, kemudian dilakukan perhitungan pada komponen – komponen yang dianggap kritis sebagai berikut: Tiang penahan beban maksimum 100Kg,

Parameter yang berpengaruh signifikan terhadap performa produksi dari hasil analisa sensitivitas dengan menggunakan metode modifikasi Boberg-Lantz adalah massa uap

Solusi yang peneliti usulkan berdasarkan permasalahan di atas adalah dengan mengembangkan sebuah aplikasi media pembelajaran untuk anak usia dini yang dikembangkan

Proses penciptaan sebuah karya melalui beberapa tahap antara lain identifikasi masalah yaitu bagaimana penerapan kulit perkamen yang dipadukan dengan kulit tersamak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi sudut kelengkungan sudu pada setiap kecepatan angin terhadap perubahan kecepatan putar kincir, untuk

Kegiatan Penyusunan Strategi Pengembangan Permukiman Dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Kota Serang ini diselenggarakan dengan maksud untuk memberikan pendampingan