• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 7.1. Kepentingan aktor dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambar 7.1. Kepentingan aktor dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

7.1 Kepentingan Aktor Pengembangan

Kawasan Agrowisata Bina Darma merupakan kawasan wisata agro yang terdapat di Kabupaten Ogan Ilir yang karena potensi alam yang dimilikinya dapat dimanfaatkan sebagai kawasan wisata. Pengembangan kawasan wisata ini, tentu sangat tergantung dari dukungan/kepentingan semua aktor yang terkait di lokasi. Aktor yang berkepentingan tersebut, diantaranya pemerintah daerah (PEMDA), pengelola kawasan, wisatawan, lembaga pembina/pendamping, dan aparat desa (kepala desa). Oleh karena itu, sejauhmana kepentingan setiap aktor tersebut akan menentukan strategi yang tepat untuk pengembangan Agrowisata Bina Darma. Gambar 7.1 menyajikan hasil analisis kepentingan setiap aktor terkait bagi pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan di Kabupaten Ogan Ilir, sedangkan Tabel 7.1 menyajikan susunan nilai rasio kepentingan (bobot) dan prioritasnya.

Abbreviation Definition

Goal Strategi Pengembangan Agrowisata Bina Darma Berkelanjutan PEMDA Pemerintah Daerah

PNGELOLA Pengelola Agrowisata WSTAWAN Wisatawan

LMBGBINA Lembaga Pembina/Pendamping KPLDESA Kepala Desa

(2)

Tabel 7.1. Hasil analisis rasio dan prioritas kepentingan setiap aktor dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma

Aktor Pengembangan Rasio Kepentingan Prioritas

Pengelola Agrowisata 0,353 1 Pemerintah Daerah 0,208 2 Lembaga Pendamping/ Pembina 0,206 3 Wisatawan 0,167 4 Kepala Desa 0,066 5

Berdasarkan Gambar 7.1 dan Tabel 7.1, pengelola Agrowisata Bina Darma mempunyai tingkat kepentingan yang paling tinggi bagi pengembangan Agrowisata Bina Darma di Kabupaten Ogan Ilir, yang ditunjukkan oleh nilai rasio kepentingan (RK) 0,353. Informasi ini dapat dipercaya karena mempunyai inconsistency ratio (IR) 0,09. Sedangkan secara statistik, batas inconsistency yang diperbolehkan adalah tidak lebih dari 0,1. Nilai RK tersebut memberi petunjuk bahwa kepentingan pengelola harus menjadi prioritas pertama dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma baik dengan skenario pengelolaan per wahana maupun skenario pengelolaan tiket terusan.

Besarnya kepentingan pengelola wisata agro sangat wajar karena mereka merupakan pelaku langsung usaha wisata yang maju mundurnya sangat tergantung pada kemampuan mereka dalam mengelola dan memberi pelayanan terbaik kepada pengunjung (wisatawan). Menurut Jamieson dan Noble (2000), pengelola pariwisata mempunyai kepentingan mempertahankan eksistensi obyek wisata, manfaat dan dampak pengelolaan pariwisata, serta bersama-sama dengan masyarakat menjalin pertalian yang erat antara usaha lokal dengan pariwisata. Pemerintah Daerah (PEMDA) Kabupaten Ogan Ilir dan lembaga pembina/pendamping mempunyai kepentingan tertinggi kedua dan ketiga bagi pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan di Kabupaten Ogan Ilir, yang ditunjukkan oleh nilai rasio kepentingan (RK) masing-masing 0,208 dan 0,206 pada incosistency terpercaya 0,09. Menurut Depdagri (2005), dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, PEMDA diberi kewenangan untuk menetapkan bentuk pengelolaan terhadap daerah, mengatur dan mengontrol jenis kegiatan yang prospektif bagi daerah, dan mendorong peluang pengembangan usaha yang mendukung pengembangan

(3)

daerah. Terkait hal tersebut, maka cukup wajar bila PEMDA Kabupaten Ogan Ilir mempunyai kepentingan tinggi terhadap pengembangan Agrowisata Bina Darma. Untuk lembaga pembina/pendamping, mereka juga berperan penting dalam memberikan pelatihan, pendampingan, dan mendukung pembiayaan yang dibutuhkan Agrowisata Bina Darma, sehingga kepentingan mereka juga cukup besar di kawasan Agrowisata Bina Darma.

Aparat desa (kepala desa) mempunyai tingkat kepentingan paling rendah bagi pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan di Kabupaten Ogan Ilir, yang ditunjukkan oleh nilai rasio kepentingan (RK) 0,066 pada incosistency terpercaya 0,09. Rendahnya tingkat kepentingan aparat desa (kepala desa) ini bisa jadi karena pengembangan wisata agro ini dapat membawa manfaat langsung kepada anggota masyarakat desa tersebut, sehingga strategi manapun yang terpilih dengan tujuan mendapatkan manfaat lebih bagi anggota masyarakat, aparat desa akan sangat senang meskipun secara institusi tidak banyak dirasakan. Disamping itu, pengembangan wisata agro ini tidak banyak melibatkan aparat desa karena semua perijinan dan pembiayaan tergantung PEMDA dan pengelola, serta pola pengembangannya dikonsultasikan dengan lembaga pembina/ pendamping. Sayogyo (1977) menyatakan bahwa pola pemerintahan desa lebih menunjukkan keramahan, keluwesan, dan penerimaan yang baik, daripada sifat birokratis terhadap suatu program pembangunan. Mereka umumnya mendukung penuh berbagai kegiatan yang membangun dan memajukan wilayah desanya.

7.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan

1. Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Menurut PEMDA

Untuk memilih strategi yang tepat bagi pengembangan Agrowisata Bina Darma, PEMDA Kabupaten Ogan Ilir mempunyai penilaian tersendiri terhadap faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk mendukung pengembangan. Hal ini wajar karena setiap aktor mempunyai interest/penilaian tersendiri yang didasarkan pada pengalaman atau apa yang dipahami tentang suatu faktor pengembangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan wisata agro, termasuk di kawasan Agrowisata Bina Darma Kabupaten Ogan Ilir, diantaranya kualitas SDM, investasi, potensi pasar, dan fasilitas pendukung. Gambar 7.2 menyajikan hasil

(4)

analisis kepentingan faktor terkait dalam mendukung pengembangan Agrowisata Bina Darma menurut pandangan PEMDA.

Abbreviation Definition

Goal Strategi Pengembangan Agrowisata Bina Darma Berkelanjutan PEMDA Pemerintah Daerah

SDM Kualitas Sumberdaya Manusia INVSTASI Investasi

PASAR Potensi Pasar FSLITAS Fasilitas

Gambar 7.2. Kepentingan faktor pendukung menurut pandangan PEMDA

Menurut pandangan PEMDA, potensi pasar merupakan faktor pendukung yang paling penting dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma, Kabupaten Ogan Ilir. Hal ini ditunjukkan oleh rasio kepentingan (RK) potensi pasar dibandingkan tiga faktor pendukung lainnya, yaitu sekitar 0,389 pada inconsistency terpercaya 0,06. Menurut pandangan PEMDA, investasi merupakan faktor pendukung yang penting kedua (RK = 0,303 pada incosistency terpercaya 0,06) dan harus menjadi perhatian berikutnya setelah potensi pasar dikelola dengan baik.

Penilaian PEMDA yang baik terhadap potensi pasar dan investasi ini, bisa jadi karena PEMDA melihat bahwa pasar yang baik akan lebih menjamin keberlanjutan suatu kegiatan pengembangan, dan investasi menjadi faktor penting dalam aktualisasinya. Bila dikaitkan dengan manfaat yang bisa diterima oleh PEMDA yaitu pendapatan asli daerah (PAD), maka penekanan terhadap potensi pasar dan investasi wajar dan memang sangat dibutuhkan untuk menggerakkan ekonomi sekaligus peningkatan kontribusi terhadap PAD.

Fasilitas tidak menjadi perhatian penting PEMDA yang ditunjukkan oleh nilai RK yang paling kecil (0,130) pada inconsistency terpercaya 0,06. Fasilitas pengembangan kawasan wisata agro umumnya dibangun oleh investor dalam hal

(5)

ini pihak Agrowisata Bina Darma. Menurut PEMDA, bila dukungan investor kuat maka dengan sendirinya fasilitas akan tersedia dengan baik. Untuk infrastruktur jalan masih cukup memadai ke lokasi Agrowisata Bina Darma, sehingga dianggap belum merupakan kebutuhan mendesak oleh PEMDA. Penilaian PEMDA ini sebenarnya tidak bertentangan dengan Spillane (1994) yang menyatakan bahwa fasilitas merupakan satu dari lima unsur penting (atraksi, fasilitas, infrastrukur, transportasi, dan rumah sakit) yang perlu diperhatikan untuk pengembangan kawasan wisata. PEMDA beranggapan bahwa kondisi fasilitas yang ada saat ini masih bagus dan bila ada kekurangan akan ditangani langsung investor, sehingga PEMDA tidak perlu turun tangan langsung.

2. Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Menurut Pengelola

Bagi pengelola, kawasan Agrowisata Bina Darma perlu diperhatikan dengan optimal agar dapat menjadi aset penting daerah dan juga banyak membantu ekonomi dan kehidupan masyarakat sekitar. Dalam kaitan dengan pengembangan, pengelola mempunyai penilaian tersendiri terkait faktor-faktor apa yang perlu diperhatikan untuk mendukung pengembangan Agrowisata Bina Darma tersebut, dan hasilnya disajikan pada Gambar 7.3.

Abbreviation Definition

Goal Strategi Pengembangan Agrowisata Bina Darma Berkelanjutan PNGELOLA Pengelola Agrowisata

SDM Kualitas Sumberdaya Manusia INVSTASI Investasi

PASAR Potensi Pasar FSLITAS Fasilitas

Gambar 7.3. Kepentingan faktor pendukung menurut pandangan pengelola

Menurut pengelola, potensi pasar merupakan faktor paling penting yang perlu diperhatikan untuk mengembangkan kawasan Agrowisata Bina Darma. Penilaian pengelola ini ditunjukkan oleh nilai rasio kepentingan (RK) potensi

(6)

pasar tersebut yang mencapai 0,487 pada inconsistency terpercaya 0,06. Dalam kaitan ini maka menurut pengelola, strategi pengembangan yang dipilih haruslah strategi yang dapat memanfaatkan secara optimal potensi pasar dari wisata agro tersebut, baik yang ada di Kabupaten Ogan Ilir maupun di luar Kabupaten Ogan Ilir. Untuk wilayah Kabupaten Ogan Ilir, potensi pasar tersebut dapat mencakup penduduk kota, masyarakat kecamatan terdekat, kelompok pencinta alam, dan pengawai/ karyawan instansi pemerintah dan swasta. Menurut pengelola, strategi pengembangan yang terpilih haruslah yang dapat mengoptimalkan potensi pasar tersebut, dan menjadikan obyek lokal sebagai tujuan utama wisatanya.

Fasilitas dan investasi merupakan faktor pendukung kedua dan ketiga yang perlu diperhatikan menurut pandangan pengelola, namun tingkat kepentingannya sangat jauh di bawah potensi pasar. Menurut pandangan pengelola, rasio kepentingan fasilitas dan investasi masing-masing hanya sekitar 0,223 dan 0,162 pada inconsistency terpercaya 0,06. Bank Indonesia (2007) menyatakan bahwa investasi menjadi kebutuhan utama dalam pengembangan suatu wilayah, namun bila biaya investasi tersebut bisa disiapkan secara mandiri, maka investasi menjadi komponen yang mengikuti kegiatan pengembangan tersebut. Terkait dengan ini, bisa jadi pengelola Agrowisata Bina Darma mempunyai kemampuan finansial yang baik, dengan adanya pihak Universitas Bina Darma sebagai penyandang dana, sehingga tidak terlalu mengkhawatirkan masalah investasi dalam pengembangan kegiatan wisata agro yang dikelolanya.

Kualitas SDM merupakan faktor pendukung yang tidak terlalu penting menurut pandangan pengelola, yaitu dengan rasio kepentingan 0,127 pada inconsistency terpercaya 0,06. Pengelola beranggapan bahwa wisata agro di kawasan Agrowisata Bina Darma ini difokuskan pada pemanfaatan wahana permainan dan pengembangan aktifitas di bidang pertanian dalam arti luas. Syamsu, dkk (2001) menyatakan unsur keunikan dan kelangkaan menjadi daya tarik penting dalam pengembangan suatu kawasan wisata agro, sehingga keunikan suatu kegiatan pola tanam, kelangkaan suatu hamparan tanaman perlu dilestarikan dan dibina terus di kawasan wisata agro.

(7)

3. Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Menurut Wisatawan

Wisatawan merupakan perorangan atau kelompok orang yang melakukan kegiatan wisata pada suatu obyek wisata dengan tujuan untuk mendapatkan kepuasan tertentu. Terkait dengan ini, maka dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma harus juga memperhatikan kepentingan atau penilaian wisatawan terkait faktor-faktor pendukung yang perlu diperhatikan dalam pengembangan. Hasil penilaian wisatawan terkait pengembangan Agrowisata Bina Darma secara berkelanjutan yang diolah menggunakan program AHP (Expert Choice 9.5) disajikan pada Gambar 7.4.

Abbreviation Definition

Goal Strategi Pengembangan Agrowisata Bina Darma Berkelanjutan WSTWAN Wisatawan

SDM Kualitas Sumberdaya Manusia INVSTASI Investasi

PASAR Potensi Pasar FSLITAS Fasilitas

Gambar 7.4. Kepentingan faktor pendukung menurut pandangan wisatawan

Dalam pandangan wisatawan, fasilitas dan investasi merupakan faktor pendukung yang paling penting yang harus diperhatikan dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma secara berkelanjutan di Kabupaten Ogan Ilir. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rasio kepentingan (RK) masing-masing 0,309 pada inconsistency terpercaya 0,06. Penilaian ini cukup beralasan karena kepuasan dalam berwisata akan didapat oleh wisatawan bila mereka menikmati dan merasa nyaman dengan fasilitas yang ada. Investasi akan mendukung pengadaan fasilitas yang dimaksud, sehingga wisatawan memberi perhatian penting terhadap faktor investasi ini. Terkait dengan ini, maka wisatawan akan lebih menyukai strategi pengembangan yang dapat membenahi secara maksimal fasilitas wisata yang ada, pengembangan investasi untuk mempertahankan keberlanjutannya. Pada kondisi

(8)

tertentu, fasilitas yang ada mungkin sudah memadai/menarik hanya kebanyakan wisatawan tidak menyadari atau belum mengetahui. Strategi pengembangan yang mengakomodir hal ini tentu sangat baik sehingga fasilitas dan obyek menarik yang terdapat di kawasan Agrowisata Bina Darma dapat diketahui semua calon wisatawan.

Kualitas SDM merupakan faktor pendukung ketiga yang perlu diperhatikan dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma menurut pandangan wisatawan. Meskipun urutan ketiga, tetapi perhatian wisatawan relatif tinggi terhadap kualitas SDM ini dibandingkan aktor lainnya yang ditunjukkan oleh nilai RK 0,241 pada inconsistency terpercaya 0,06. Ini bisa jadi supaya pihak pengelola Agrowisata Bina Darma semakin kreatif dan inovatif dalam mengelola areal wisata agronya. Potensi pasar menjadi faktor pendukung yang paling rendah tingkat kepentingannya menurut wisatawan, yaitu dengan RK 0,142 pada inconsistency terpercaya 0,06. Pandangan wisatawan tentang faktor pendukung tersebut menjadi pertimbangan penting dalam penentuan prioritas strategi yang akan digunakan untuk mengembangkan kawasan Agrowisata Bina Darma, Kabupaten Ogan Ilir.

4. Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Menurut Lembaga Pembina/Pendamping

Di kawasan Agrowisata Bina Darma, keterlibatan lembaga pembina/ pendamping disamping berperan sebagai pembina dan pendamping dalam pengelolaan kawasan wisata, lembaga ini juga membantu pengelola wisata agro bila kesulitan dalam keuangan. Lembaga pembina/pendamping ini telah menjadi bagian penting dalam pengembangan kawasan Agrowisata Bina Darma Kabupaten Ogan Ilir.

Dalam kaitan dengan pengembangan tersebut, lembaga pembina/ pendamping ini mempunyai penilaian tersendiri terkait faktor-faktor apa yang perlu diperhatikan untuk mendukung pengembangan Agrowisata Bina Darma secara berkelanjutan. Hasil penilaiannya yang diolah menggunakan program AHP (Expert Choice 9.5) disajikan pada Gambar 7.5.

(9)

Abbreviation Definition

Goal Strategi Pengembangan Agrowisata Bina Darma Berkelanjutan LMBGBINA Lembaga Pembina/Pendamping

SDM Kualitas Sumberdaya Manusia INVSTASI Investasi

PASAR Potensi Pasar FSLITAS Fasilitas

Gambar 7.5. Kepentingan faktor pendukung menurut pandangan lembaga pembina/pendamping

Berdasarkan Gambar 7.5, potensi pasar merupakan faktor pendukung yang pertama yang harus diperhatikan dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma secara berkelanjutan menurut pandangan lembaga pembina/pendamping. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rasio kepentingan (RK) 0,365 pada inconsistency terpercaya 0,08. Kepentingan potensi pasar ini tidak terlalu dominan dibandingkan menurut penilaian pengelola (Bagian 2). Hal ini lebih karena lembaga pembina/pendamping tidak berinteraksi langsung dengan aktivitas wisatanya dibandingkan dengan pengelola yang bisa merugi bila wisata agro kurang diminati pasar. Penilaian lembaga pembina/pendamping terhadap potensi pasar ini menjadi pertimbangan penting dalam penentuan strategi terbaik untuk pengembangan Agrowisata Bina Darma, Kabupaten Ogan Ilir. Kompas (2003) menyatakan bahwa pasar produk merupakan penyebab utama pengembangan suatu usaha termasuk di bidang pariwisata, dan strategi pengembangan usaha tersebut sangat ditentukan oleh trend pasar bagi produk yang dihasilkan.

Ketersediaan fasilitas merupakan faktor pendukung kedua yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kawasan wisata agro tersebut dengan RK 0,260 pada inconsistency terpercaya 0,08. Lembaga pembina/pendamping melihat bahwa fasilitas yang ada termasuk infrastruktur jalan ke lokasi perlu dibenahi lagi, sehingga kegiatan wisata agro di Agrowisata Bina Darma semakin nyaman. Kualitas SDM merupakan faktor pendukung yang dianggap tidak begitu penting

(10)

oleh lembaga pembina/pendamping, yang ditunjukkan oleh rasio kepentingannya paling kecil, yaitu 0,139 pada inconsistency terpercaya 0,08.

5. Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Menurut Aparat Desa

Sebagaimana aktor lainnya, aparat desa juga mempunyai harapan tersendiri terkait pengembangan kawasan Agrowisata Bina Darma Kabupaten Ogan Ilir, meskipun mereka mempunyai tingkat kepentingannya rendah seperti ditunjukkan pada Gambar 7.6. Harapan ini ada karena aparat desa (kepala desa) ingin melihat masyarakatnya lebih sejahtera bila kawasan Agrowisata Bina Darma akan dikembangkan lebih lanjut. Harapan atau penilaian aparat desa (kepala desa) terkait faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma secara berkelanjutan yang diolah lebih lanjut menggunakan program AHP (Expert Choice 9.5) disajikan pada Gambar 7.6.

Abbreviation Definition

Goal Strategi Pengembangan Agrowisata Bina Darma Berkelanjutan KPLDESA Kepala Desa

SDM Kualitas Sumberdaya Manusia INVSTASI Investasi

PASAR Potensi Pasar FSLITAS Fasilitas

Gambar 7.6. Kepentingan faktor pendukung menurut pandangan aparat desa (kepala desa)

Menurut pandangan aparat desa (kepala desa), pembenahan fasilitas merupakan faktor paling penting yang perlu diperhatikan dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma, yang ditunjukkan oleh nilai rasio kepentingan (RK) 0,358 pada inconsistency terpercaya 0,02. Investasi menjadi menjadi faktor paling penting kedua yang perlu diperhatikan yang ditunjukkan oleh nilai rasio kepentingan (RK) 0,302 pada inconsistency terpercaya 0,02. Menurut aparat desa (kepala desa), kedua hal ini perlu dibenahi lebih awal karena menjadi daya tarik

(11)

pengelolaan Agrowisata Bina Darma secara jangka panjang. Keberadaan investor akan menjamin keberlanjutan pemeliharaan fasilitas wisata yang ada.

Bila kedua faktor tersebut sudah dibenahi, maka menurut aparat desa, pasar akan tercipta dengan sendirinya, karena bila wisatawan tertarik, maka mereka akan datang. Potensi pasar ini menjadi faktor pendukung ketiga yang perlu diperhatikan menurut pandangan aparat desa, yang ditunjukkan oleh nilai rasio kepentingan (RK) 0,230 pada inconsistency terpercaya 0,02. Kualitas SDM tidak penting menurut aparat desa (RK = 0,110) pada inconsistency terpercaya 0,02). Pearce dan Moran (1994) menyatakan bahwa tradisi masyarakat yang unik dan potensi sumberdaya alam lokal merupakan potensi dasar yang dimiliki oleh suatu kawasan, yang keberadaannya tidak membutuhkan investasi besar, tetapi hanya membutuhkan kearifan manusia.

Secara keseluruhan, kepentingan setiap faktor terkait dalam mendukung pengembangan Agrowisata Bina Darma menurut pandangan setiap aktor terkait di lokasi disajikan pada Tabel 7.2.

Tabel 7.2. Hasil analisis rasio kepentingan (bobot) setiap faktor pendukung menurut pandangan aktor terkait

Aktor Pengembangan

Rasio Kepentingan Faktor Pembatas Inconsistency Ratio

SDM INVESTASI PASAR FASILITAS

Pemerintah Daerah 0,178 0,303 0,389 0,130 0,06 Pengelola Agrowisata 0,127 0,162 0,487 0,223 0,06 Wisatawan 0,241 0,309 0,142 0,309 0,06 Lembaga Pendamping/ Pembina 0,139 0,237 0,365 0,260 0,08 Kepala Desa 0,110 0,302 0,230 0,358 0,02

Pada Tabel 7.2, terlihat bahwa setiap faktor pendukung mempunyai urgensi tersendiri bagi setiap aktor dalam mendukung pengembangan Agrowisata Bina Darma. Untuk faktor fasilitas misalnya, pemerintah daerah memandangnya tidak begitu penting dibandingkan tiga faktor pendukung lainnya, sedangkan aparat desa (kepala desa), menjadikan fasilitas sebagai faktor pembatas yang

(12)

paling menentukan dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma. Untuk faktor investasi, pengelola agrowisata memandangnya tidak begitu penting (RK = 0,162), tetapi bagi aktor lainnya termasuk faktor pendukung yang lumayan penting. Perbedaan pandangan ini cukup wajar terjadi karena perbedaan kepentingan masing-masing aktor dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma. Hal ini menjadi pertimbangan penting dalam pemilihan strategi yang paling tepat untuk pengembangan kawasan wisata agro tersebut.

7.3 Prioritas Strategi Pengembangan Agrowisata Bina Darma

Pemilihan opsi strategi pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan ini ditentukan melalui pertimbangan integral terhadap kepentingan semua aktor dan kepentingan setiap faktor pendukung pengembangan. Bila melihat hasil analisis Bagian 7.1 dan bagian 7.2, maka setiap aktor mempunyai kepentingan dan peran yang berbeda-beda, begitu juga dengan penilaian terhadap faktor yang dianggap penting dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma, Kabupaten Ogan Ilir. Hasil analisis terkait kepentingan setiap aktor (5 aktor), dan penilaian terhadap setiap faktor pendukung (4 faktor) akan mempengaruhi pemilihan strategi pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan di Kabupaten Ogan Ilir.

Mengacu kepada jumlah aktor yang berkepentingan dan jumlah faktor yang mempengaruhi kegiatan pengembangan, maka jumlah pertimbangan untuk memilih setiap opsi strategi pengembangan yang ditawarkan ada sekitar 20 pertimbangan. Bila mengacu kepada Saaty (1991), maka kombinasi pertimbangan yang menyeluruh (integratif) ini memberi indikasi bahwa strategi pengembangan Agrowisata Bina Darma yang dipilih akan lebih dapat mengakomodir semua kepentingan, kondisi/keterbatasan yang ada untuk pengembangan kegiatan wisata agro yang lebih baik di Agrowisata Bina Darma, Kabupaten Ogan Ilir.

Berdasarkan rancangan hirarki dalam metodologi yang di cek kembali kesesuaiannya dengan kondisi dilapangan, maka ada 5 (lima) opsi strategi pengembangan Agrowisata Bina Darma yang ditawarkan, yaitu :

a. Meningkatkan promosi tentang Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI)

(13)

c. Melestarikan tradisi dan budaya masyarakat lokal (S-TRABUD) d. Mencegah kerusakan dan kehancuran lokasi wisata (S-CEGAH) e. Mengedepankan kualitas wisata agro (S-KUALIT)

Hasil analisis pemilihan strategi pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan tersebut setelah diolah menggunakan sofware Team EC ditunjukkan pada Gambar 7.7, sedangkan hasil penetapan prioritas strategi berdasarkan nilai rasio kepentingan disajikan pada Tabel 7.3.

Gambar 6.17. Hasil analisis pemilihan strategi pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan

Gambar 7.7 Hasil analisis pemilihan strategi pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (berdasarkan urutan prioritas)

Tabel 7.3. Hasil analisis rasio dan prioritas kepentingan setiap opsi strategi dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma

Strategi Pengembangan Rasio Kepentingan Prioritas

S-PRMOSI 0,248 1

S-CEGAH 0,229 2

S-KUALIT 0,205 3

S-PENDIK 0,168 4

S-TRABUD 0,150 5

Berdasarkan Gambar 7.7 dan Tabel 7.3, opsi strategi meningkatkan promosi tentang Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI) mempunyai rasio kepentingan paling tinggi dibandingkan empat opsi strategi lainnya, yaitu sekitar 0,248 pada inconsistency terpercaya 0,07. Secara statistik, batas inconsistency yang diperbolehkan tidak lebih dari 0,1. Tabel 7.4 dan Tabel

(14)

7.5 menyajikan contoh hasil analisis yang menunjukkan strategi meningkatkan promosi tentang Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI) lebih baik dari strategi lainnya terkait beberapa faktor pendukung dalam pandangan aktor terkait.

Tabel 7.4. Perbandingan berpasangan diantara opsi strategi terkait investasi dalam pandangan PEMDA

Berdasarkan Tabel 7.4, strategi meningkatkan promosi tentang Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI) lima kali lebih penting daripada strategi melestarikan tradisi dan budaya masyarakat lokal (S-TRABUD) dan strategi mengedepankan kualitas wisata agro KUALIT). Strategi promosi (S-PRMOSI) tiga kali lebih penting daripada strategi mengembangkan wisata agro berbasis pendidikan (S-PENDIK) dan strategi mencegah kerusakan dan kehancuran lokasi wisata (S-CEGAH). Terkait dengan ini, maka dalam pandangan PEMDA, untuk meningkatkan investasi maka strategi promosi tentang Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI) jauh lebih baik dari semua strategi lainnya.

(15)

Tabel 7.5. Perbandingan berpasangan diantara opsi strategi terkait potensi pasar dalam pandangan Pengelola

Berdasarkan Tabel 7.5, strategi meningkatkan promosi tentang Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI) lima kali lebih penting daripada strategi mengembangkan wisata agro berbasis pendidikan (S-PENDIK) dan strategi melestarikan tradisi dan budaya masyarakat lokal (S-TRABUD). Strategi promosi (S-PRMOSI) tiga kali lebih penting daripada strategi mencegah kerusakan dan kehancuran lokasi wisata (S-CEGAH) dan dan strategi mengedepankan kualitas wisata agro (S-KUALIT). Terkait dengan ini, maka strategi meningkatkan promosi tentang Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI) merupakan strategi yang paling tepat bagi pengembangan Agrowisata Bina Darma di Kabupaten Ogan Ilir (prioritas pertama). Hal ini sesuai dengan pendapat Tamba (2004) yang menyatakan bahwa promosi merupakan ujung tombak pemasaran produk (termasuk wisata), dan oleh karenanya pengembangan usaha harus memberikan perhatian khusus kepada kegiatan promosi sehingga produk yang dihasilkan dapat dikenal luas dan diterima dengan baik oleh pasar. Hasil analisis perbandingan lainnya ditunjukkan pada Lampiran 13 – 22, sedangkan hasil analisis perbandingan dalam memenuhi harapan/kepentingan aktor terkait disajikan pada Lampiran 23 – 26.

(16)

Opsi strategi mencegah kerusakan dan kehancuran lokasi wisata (S-CEGAH) menjadi strategi prioritas kedua untuk pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan di Kabupaten Ogan Ilir (RK = 0,229 pada inconsistency terpercaya 0,07). Strategi mencegah kerusakan dan kehancuran lokasi wisata (S-CEGAH) dapat menjadi back-up bagi pengembangan kegiatan wisata agro di Agrowisata Bina Darma, terutama bila banyak kendala untuk mengembangkan kegiatan promosi wisata, seperti dana promosi yang minim, konflik pengelolaan, dan isu destruksi lingkungan yang menyebabkan kegiatan promosi tidak menarik.

Opsi strategi mengedepankan kualitas wisata agro (S-KUALIT) dan Mengembangkan wisata agro berbasis pendidikan (S-PENDIK) menjadi strategi prioritas ketiga dan keempat untuk pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan. Kedua opsi strategi mempunyai rasio kepentingan (RK) masing-masing 0,205 dan 0,168 pada inconsistency terpercaya 0,07. Sedangkan opsi strategi melestarikan tradisi dan budaya masyarakat lokal (S-TRABUD) menjadi strategi prioritas terakhir untuk pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan di Kabupaten Ogan Ilir (RK = 0,150 pada inconsistency terpercaya 0,07). Pelestarian tradisi dan budaya masyarakat lokal tidak menjadi prioritas, bisa jada karena tradisi dan budaya tersebut telah menyatu dengan kehidupan dan kegiatan pertanian yang dilakukan oleh masyarakat sekitar, sehingga tanpa diprogramkan tradisi dan budaya tersebut tetap lestari.

7.4 Hasil Analisis Vertikal Strategi Pengembangan Agrowisata Bina Darma yang Berkelanjutan

Pada bagian ini, semua elemen yang terkait dengan penentuan strategi pengembangan Agrowisata Bina Darma akan dibahas secara menyeluruh dan vertikal mulai dari aktor yang dominan berperan, faktor pendukung dominan yang mempengaruhi pengembangan, sampai terpilihnya satu strategi terbaik (prioritas) untuk pengembangan kegiatan wisata agro di kawasan Agrowisata Bina Darma. Hal ini supaya implementasi strategi terpilih lebih efektif dan tepat sasaran dengan mengoptimalkan peran aktor serta faktor pendukung yang dominan.

Hasil analisis vertikal pada level pertama (tingkat aktor) menunjukkan bahwa kepentingan pengelola mempunyai rasio paling tinggi, yaitu mencapai

(17)

0,353. Hal ini menunjukkan bahwa peran pengelola sangat penting dalam mendukung keberlanjutan pengembangan Agrowisata Bina Darma, dimana maju mundurnya kegiatan wisata agro sangat tergantung pada pola pengelolaan yang dikembangkan oleh mereka. Untuk mengelola Agrowisata Bina Darma, pihak Universitas Bina Darma (pemilik lokasi), menunjuk pengelola khusus yang mempunyai kewenangan untuk menetapkan jenis kegiatan wisata yang dikembangkan, lama kunjungan, jenis atraksi, menetapkan tarif tiket, serta pengadaan dan perawatan berbagai fasilitas yang dibutuhkan. Terkait ini, maka cukup wajar bila pengelola mempunyai peran dan kepentingan dominan bagi maju mundurnya kegiatan wisata agro di kawasan Agrowisata Bina Darma.

Untuk level kedua (tingkat faktor pembatas), potensi pasar mempunyai rasio kepentingan paling tinggi, yaitu mencapai 0,323. Hal ini menunjukkan bahwa faktor pendukung berupa potensi pasar sangat dominan dalam mendukung pengembangan kegiatan wisata agro di lokasi. Hasil identifikasi lapang menunjukkan bahwa anak-anak sekolah, masyarakat Kota Palembang, dan masyarakat kota terdekat lainnya menjadi pasar potensial bagi kegiatan wisata agro di kawasan Agrowisata Bina Darma. Hal ini cukup realistis karena jarak yang dekat dan sifat wisata yang mendekatkan masyarakat dengan alam. Anak sekolah dan masyarakat kota biasanya ingin mencari ketenangan dan meninggalkan sejenak kepenatan serta hiruk-pikuknya kota atau aktivitas yang ramai. Hasil analisis vertikal yang memberi rasio kepentingan tinggi bagi potensi pasar ini dapat menjadi arahan bagi pengelola untuk mengembangkan pasar, sehingga aktivitas kunjungan lebih meningkat dan keberlanjutan Agrowisata Bina dapat lebih terjamin. Musim libur harus dimanfaatkan dengan baik untuk menarik minat pengunjung dari kalangan anak sekolah dan pekerja kantoran.

Dengan memperhatikan peran aktor dan faktor pendukung yang dominan, maka pada analisis vertikal level ketiga, didapatkan strategi prioritas untuk pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan. Strategi prioritas tersebut adalah meningkatkan promosi tentang Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI) dengan rasio kepentingan 0,248. Strategi promosi dianggap sebagai strategi yang paling tepat untuk memanfaatkan pasar potensial Agrowisata Bina Darma lebih karena paling cocok untuk memberi informasi dan

(18)

pengertian kepada masyarakat calon pengunjung, sehingga mereka dapat mengetahui jenis-jenis obyek wisata yang dapat dinikmati di kawasan Agrowisata Bina Darma, dan kemudahan untuk mengunjunginya.

Implementasi strategi Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI) akan efektif, bila memperhatikan :

1. Dukungan PEMDA baik dalam kemudahan ijin, penyertaan dan pelibatan Agrowisata Bina Darma dalam berbagai kegiatan promosi daerah, dan kegiatan daerah lainnya harus dipertahankan.

2. Pengelola wisata agro harus tetap menjalankan kegiatan pelayanan wisata agro secara rutin dan selalu memelihara obyek wisata yang ada baik pada kondisi ramai maupun sepi pengunjung (manfaat finansial kecil).

3. Kegiatan promosi dapat memanfaatkan wisatawan yang berkunjung dengan member pelayanan yang baik, selebaran pamflet serta promosi lewat media elektronika, surat kabar, internet, dan lainnya.

4. Kemitraan dengan lembaga pembina/pendamping perlu terus dipertahankan dalam bentuk memberikan pendampingan pengelolaan. Secara keseluruhan, hasil analisis vertikal penentuan strategi pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan disajikan pada Gambar 7.8. Berdasarkan Gambar 7.8, untuk keberlanjutan pengembangan Agrowisata Bina Darma, maka strategi prioritas pertama pengembangan kegiatan wisata adalah meningkatkan promosi tentang Agrowisata Bina Darma. Hal ini perlu dilakukan dengan memberi perhatian penting pada pengembangan potensi pasar serta mengakomodir secara maksimal kepentingan pengelolaan. Menurut Tamba (2004) dan Spillane (1994), upaya promosi yang dilakukan selaras dengan potensi pasar yang ada merupakan aktivitas penting yang perlu dilakukan oleh pengelola wisata alam secara terus menerus, sehingga kawasan selalu menarik minat pengunjung (wisatawan). Kepentingan pengelola juga perlu diberi perhatian utama, karena mereka adalah pelaku langsung kegiatan wisata agro dan menjadi penentu akhir maju-mundurnya Agrowisata Bina Darma ke depan.

(19)

Gambar 7.8. Hasil analisis vertikal strategi pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan

Pada saat intensitas strategi promosi (S-PRMOSI) dikurangi, strategi yang menjadi back-up dapat dintensifkan implementasinya. Seperti dijelaskan sebelumnya, strategi mencegah kerusakan dan kehancuran lokasi wisata (S-CEGAH) merupakan strategi kedua/back-up utama dari strategi promosi tersebut (RK = 0,229). Strategi mencegah kerusakan dan kehancuran lokasi wisata (S-CEGAH) dapat dilakukan, misalnya dalam bentuk memperbaiki fasilitas wisata yang rusak, melakukan konservasi pada lingkungan sekitar yang kurang terawat, dan membangun wahana/obyek wisata tambahan di lokasi.

Strategi mengedepankan kualitas wisata agro (S-KUALIT) menjadi strategi prioritas ketiga untuk pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (RK = 0,205). Oleh karena semua fasilitas termasuk masih baru, maka kualitas pelaksanaan kegiatan wisata agro diduga dapat berjalan dengan baik dalam beberapa tahun ke depan. Pada waktu tertentu nantinya fasilitas tersebut mungkin sudah ada yang rusak dan kurang maksimal dalam operasinya, maka perlu menjadi perhatian bagi pengelola untuk memberikan penanganan perbaikan secara cepat dan terus-menerus melakukan perawatan rutin. Bila hal ini

Mewujudkan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan Pemerintah Daerah (0,208) Aktor Pengelola (0,353) Wisatawan (0,167) Lembaga Pembina/ Pendamping (0,206) Kepala Desa (0,066) Tujuan yang dicapai

Kualitas SDM (0,159) Faktor-faktor Investasi (0,263) Potensi Pasar (0,323) Fasilitas (0,256) Strategi yang dapat ditempuh Meningkatkan promosi tentang Agrowista Bina Darma yang berkelanjutan (0,248) Mengembangkan wisata agro berbasis program pendidikan (0,168) Melestarikan tradisi dan budaya masyarakat lokal (0,150) Mencegah kerusakan dan kehancuran lokasi wisata (0,229) Mengedepan kan kualitas wisata agro (0,205)

(20)

dapat dilakukan dengan baik, maka kualitas pelakasanaan kegiatan wisata agro terus terjaga hingga di masa datang.

Strategi mengembangkan wisata agro berbasis pendidikan dan strategi melestarikan tradisi dan budaya masyarakat lokal merupakan strategi prioritas keempat dan kelima yang dapat dikembangkan di kawasan Agrowisata Bina Darma. Fasilitas yang masih baik terutama kebun buah dan taman satwa dapat mendukung peningkatan pendidikan bagi pengunjung terutama dari kalangan anak-anak, dan hal ini harus terus dipertahankan. Tradisi dan tata nilai budaya lokal dapat diintroduksi dalam paket wisata nantinya, sehingga kegiatan wisata lebih variatif dan lebih menarik minat. Kedua strategi ini tidak begitu mendesak sehingga bisa dilakukan bila kegiatan promosi, dan kualitas layanan sudah dimaksimalkan. Wisata dengan basis edukasi dan muatan budaya lokal dapat menjadi variasi atau pilihan baru bagi pengunjung nantinya untuk berwisata di kawasan Agrowisata Bina Darma. Bila hal ini dapat dilakukan dengan baik, maka keberlanjutan kegiatan Agrowisata Bina Darma dapat dipertahankan hingga masa mendatang.

7.5 Implementasi Strategi Pengembangan Agrowisata Bina Darma Terpilih Pada Bagian 7.3 dinyatakan bahwa strategi meningkatkan promosi tentang Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI) terpilih sebagai strategi yang paling tepat (prioritas pertama) untuk pengembangan kegiatan wisata agro di Agrowisata Bina Darma Kabupaten Ogan Ilir. Dalam implementasinya, strategi terpilih ini perlu ditunjukkan untuk memecahkan berbagai permasalahan yang terjadi di kawasan Agrowisata Bina Darma.

Untuk tahap pertama, implementasi strategi terpilih dapat dilakukan dalam bentuk pemberian pembekalan kepada pegawai yang dimiliki oleh Agrowisata Bina Darma. Hal ini karena pegawai merupakan SDM yang sudah tersedia, berinteraksi langsung dengan calon pengunjung/wisatawan, serta menjadi ikon dalam promosi, terutama terkait dengan layanan. Bila pegawai diberi pemahaman promosi atau diberi pembekalan yang maksimal, yang memudahkan mereka dalam menjelaskan obyek wisata yang bisa dikunjungi secara lengkap, maka akan sangat mungkin mereka dapat menyakinkan dan menarik pengunjung/wisatawan. Keberhasilan penempaan pegawai sehingga mampu meningkatkan daya tarik bagi

(21)

pengunjung, merupakan hal penting dalam salah satu keberhasilan implementasi strategi peningkatan promosi (strategi terpilih). Keberhasilan ini juga sekaligus memecahkan masalah manajerial usaha yang belum stabil di Agrowisata Bina Darma, karena pegawai terlatih tentu akan lebih siap pakai, ulet, dan lebih kuat bertahan terhadap berbagai krisis pengelolaan yang terjadi.

Pelaksanaan strategi promosi (strategi terpilih) dapat juga didekati dengan rekrutmen dan pembinaan tenaga operator, pemeliharaan fasilitas serta perbaikan bangunan/fasilitas yang sudah tua, menjadi bagian penting dari obyek kegiatan wisata agro. Kekurangan operator dan pemeliharaan fasilitas serta umur bangunan yang sudah tua menjadi masalah di Agrowisata Bina Darma selama ini. Bila sebagian dari anggaran program promosi dapat digunakan pada pembenahan hal ini, maka kegiatan wisata dan berbagai atraksi di setiap obyek wisata dapat berjalan maksimal karena operator dapat berperan aktif sesuai tugasnya dan fasilitas wisata berfungsi baik. Aksi nyata dari hal ini adalah dengan menambah tenaga operator sesuai kebutuhan setiap obyek wisata, kemudian mereka dilatih bagaimana cara mengoperasikan obyek wisata dengan baik termasuk mengenai perawatan rutin harian, perawatan rutin mingguan dan bulanan, serta teknik cepat mengatasi masalah mendadak yang terjadi pada mesin.

Selama masa rekrutmen dan pelatihan, perbaikan fasilitas utama, fasilitas penunjang, dan pembangunan fasilitas utama yang baru perlu terus dikebut, sehingga tersedia pada waktu yang tepat dan peningkatan pelayanan lebih maksimal dan signifikan. Perbaikan dan pembangunan tersebut dapat mencakup : perbaikan area wahana yang masih becek dan tergenang air, perbaikan area dan pembangunan stand penjualan souvenir, pembangunan unit pengolahan di rumah jamur, penambahan area kebun agro, dan pembangunan fasilitas pelayanan medis. Operator yang terampil dan fasilitas wisata yang baik dan memadai tentu dapat meningkatkan kenyamanan dalam berwisata, ini merupakan hal positif dalam peningkatan promosi, sehingga secara tidak langsung hal ini juga merupakan implementasi dari strategi terpilih (peningkatan promosi).

Strategi peningkatan promosi (strategi terpilih) berikutnya juga dapat dikembangkan melalui pemberdayaan potensi masyarakat sekitar, misalnya dengan memperkenalkan dan menampung hasil industri kerajinan, pertanian dan

(22)

budaya masyarakat lokal. Selama ini, hasil usaha dari petani sayuran/palawija, kerajinan tenun songket, keranjang bambu, anyaman kipas dari bambu, anyaman tikar purun, sangkek dan tampa, serta hasil industri makanan seperti kemplang ikan belum banyak dijajakan di sekitar Agrowisata Bina Darma. Padahal ini dapat meningkatkan daya tarik pengunjung, karena selain berekreasi di obyek wisata, mereka juga dapat berwisata jalan-jalan dan berbelanja beberapa hasil usaha dan kerajinan masyarakat lokal yang disukai. Stand souvenir yang telah dibangun pada tahap sebelumnya dari pelaksanaan strategi terpilih ini akan sangat menentukan dan mendukung keberhasilan hal ini. Untuk bidang kesenian, potensi masyarakat seperti rebana ibu-ibu, seropal anam, kelompok campur sari, kuda lumping, dan lainnya juga dapat dipentaskan sebagai bagian dari kegiatan wisata di kawasan Agrowisata Bina Darma.

Pengembangan promosi dengan melibatkan potensi masyarakat lokal tersebut akan sangat positif, selain meningkatkan daya tarik wisata juga dapat membantu ekonomi masyarakat lokal. Pada kondisi ini juga permasalahan berupa harga tiket dan makan di restoran yang dirasa mahal, dapat langsung terpecahkan, dimana dengan adanya hal ini, pengunjung/wisatawan dapat menikmati banyak hal dan mendapat kepuasan lebih, sehingga biaya tiket dan makan di restoran terasa wajar. Strategi meningkatkan promosi tentang Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI) melalui pemberdayaan potensi lokal cukup mudah diimplementasikan karena birokrasi yang ada di desa sekitar tidak sulit dan bahkan aparat desa cenderung mendukung.

Pada tahap selanjutnya, strategi peningkatan promosi ini dapat dilakukan dengan menjalinkan kerjasama dengan PEMDA terkait (PEMDA Kabupaten Ogan Ilir). Bila selama ini belum banyak komunikasi yang dilakukan dengan Dinas Pariwasata Kabupaten Ogan Ilir, melalui implementasi strategi, hal ini dapat ditingkatkan. Kondisi ini dapat dipahami karena pemilik wilayah (termasuk PEMDA), akan selalu menginginkan kemajuan, pembangunan, peningkatan ekonomi masyarakat di wilayahnya, sehingga semua upaya yang mempromosikan atau memperkenalkan potensi wilayah akan selalu didukung dan dianggap sebagai upaya yang sangat baik. Menurut Sayogyo (1977) dan Syamsu (2001), ikatan emosional suatu kelompok usaha masyarakat dengan suatu wilayah (PEMDA)

(23)

akan menyebabkan mereka terus berupaya mengembangkan dan memperkenalkan potensi wilayah tersebut, meskipun secara individu mereka tidak memperoleh manfaat banyak. Promosi yang mengintegrasikan potensi obyek wisata, potensi masyarakat lokal (kerajinan, makanan, dan kesenian) merupakan ikatan emosional yang dikembangkan dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma di Kabupaten Ogan Ilir.

Gambar

Gambar 7.3. Kepentingan faktor pendukung menurut pandangan pengelola
Gambar  7.8.  Hasil  analisis  vertikal  strategi  pengembangan  Agrowisata  Bina  Darma yang berkelanjutan

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa Motivasi Guru (X1) yang ada di di SMA dan SMK Wachid Hasyim I Surabaya, mempunyai pengaruh yang positif terhadap Peningkatan

 2ama pasien < 2y.. 5)8 dengan Gastroenteritis didapatkan kesimpulan bahwa dalam pengkajian telah dilakukan anamnesa yang meliputi data subjektif dan obyektif. Dari

Menurut Sudjana (1992: 8), angket adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan daftar isian atau cara daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan dan disusun

Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan skripsi dengan judul “Upaya Mengembangkan Kemampuan Berhitung Melalui Permainan Dakon Pada Anak Usia 5-6 Tahun di RA Amal

Aplikasi media interaktif berbasis komputer dapat menjadi alat bantu pada proses belajar mengajar yang mampu memberikan beberapa keuntungan, yaitu media interaktif

PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS SEKOLAH DAN

Dengan menggunakan aplikasi ini pengunjung yang baru akan merasa tidak diabaikan jika kursi dan meja yang telah penuh karena dapat melihat kursi dan meja yang