• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan (PTSP) adalah salah satu jurusan di Fakultas Tenik (FT) Universitas Negeri Makassar (UNM). UNM merupakan salah satu universitas unggulan di Indonesia, ikut memainkan peran untuk dapat memberikan sumbangan pikiran dan tindakan nyata sebagai pemasok Sumber Daya Manusia (SDM) dalam penyelesaian berbagai masalah, baik lokal, nasional, regional, maupun global. Selaras dengan tujuan FT, jurusan PTSP bertujuan menghasilkan tenaga kependidikan dalam bidang teknik sipil dan perencanaan dengan berorientasi pada keterpaduan pendidikan dan profesional. Dalam bidang kurikulumnya yang bersifat fleksibel, lulusan PTSP tidak hanya diarahkan menjadi tenaga kependidikan saja tetapi juga diharapkan dapat bekerja di industri bahkan mampu menciptakan lapangan kerja.

Guna mencapai tujuan tersebut, dalam Kurikulum PTSP tahun 2016 mencantumkan mata kuliah Praktik Industri sebagai salah satu mata kuliah paket keahlian dan merupakan syarat kelulusan bagi mahasiswa. Melalui mata kuliah Praktik Industri mahasiswa diharapkan dapat memahami konsep budaya kerja dan tuntutan keahlian tenaga kerja atau kompetensi yang dibutuhkan di industri atau instansi sehingga kelak akan merasa lebih siap untuk terjun langsung ke dunia industri.

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis selaku mahasiswa jurusan PTSP FT-UNM melaksanakan praktik industri pada salah satu proyek konstruksi bangunan selama dua bulan. Proyek yang penulis pilih adalah Proyek “Pembangunan Kolam Regulasi Nipa-Nipa”. Proyek ini bertujuan untuk mengatasi banjir di kota Makassar akibat luapan sungai Tallo bagian hilir. Proyek ini dibangun oleh Pemerintah Provinsi Sulsel bersama Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang (BBWSPJ) sebagai usaha untuk

(2)

mengatasi persoalan banjir yang terjadi di Kota Makassar akibat luapan Sungai Tallo bagian hilir.

Sumber dana digunakan dalam pembangunan kolam ini keseluruhan bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), dengan total Rp. 547 milliar. Anggaran ini terbagi dua, yaitu untuk pembebasan lahan sekitar Rp. 200 milliar dan untuk pengerjaan fisik Rp. 347.192.511.000, yang bersifat multi years mulai dari 2015-2019. Konsultan pengawas dan kontraktor yang diaplikasikan dalam bentuk Kerjasama Operasional yang selanjutnya disingkat KSO, merupakan kerjasama dengan prinsip bagi hasil yang saling menguntungkan antara mitra kerjasama, dimana BUMN ikut terlibat dalam manajemen pengelolaan. Pelakasanaan Pekerjaan fisik Kolam Regulasi Nipa-Nipa diawasi oleh konsultan pengawas oleh PT. Daya Cipta Dianrancana – PT. Bintang Tirta Pratama, KSO dan dilaksanakan oleh Kontraktor PT.Adhi – KaryaRezeki – Nur Ali Mandiri, KSO. Pekerjaan yang dilakukan PT. KaryaRezeki dan PT. Nur Ali Mandiri yaitu pekerjaan galian tanah pada lokasi kolam retensi, sedangkan PT. Adhi mengerjakan pekerjaan bangunan struktur.

Tahap pelaksanaan merupakan tahap untuk mewujudkan setiap rencana yang dibuat oleh pihak perencana. Pada tahap pelakasanaan fisik suatu proyek sangat mungkin timbul masalah-masalah yang tidak terduga dan tidak sesuai dengan gambar rencana yang telah direncanakan. Permasalahan tersebut tidak dapat diatasi oleh satu pihak saja. Untuk itulah diperlukan adanya rapat koordinasi antara pihak owner, konsultan pengawas dan kontraktor untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah bersama-sama. Permasalahan tersebut harus dicari pemecahan dan solusi terbaik dengan segala pertimbangannya.

Soeharto dalam Sopa (2013), mengungkapkan bahwa keberhasilan suatu proyek dapat diukur dari keuntungan yang didapat serta ketepatan waktu penyelesaian. Keduanya tergantung pada perencanaan yang cermat terhadap metode pelaksanaan, penggunaan alat dan penjadwalan. Pemilihan peralatan yang tepat memegang peranan yang sangat penting. Peralatan dianggap

(3)

tinggi atau optimal tetapi dengan biaya yang rendah. Menurut Asianto (2008), alat berat merupakan alat yang sengaja dibuat agar mampu melaksanakan salah satu kegiatan pada proses kontruksi yang sifatnya berat bila dikerjakan tenaga manusia, seperti mengangkut, mangangkat, mamuat, memindahan, menggali, mencampur, dan seterusnya dengan cara mudah, cepat, hemat dan aman.

Secara umum alat berat merupakan faktor penting dalam proyek konstruksi dengan skala yang besar maupun kecil. Namun bila skala pekerjaan cukup besar dan membutuhkan kecepatan dalam pelaksaan pekerjaan, maka pekerjaan tanah tersebut dilakukan dengan cara mekanis atau dengan kata lain menggunakan bantuan tenaga mesin atau peralatan mekanis lainnya (alat-alat berat). Pemilihan alat berat yang akan digunakan sangat berpengaruh pada kelancaran suatu proyek konstruksi. Kesalahan pemilihan alat berat dapat mengakibatkan proyek tidak berjalan lancar, sehingga dapat mengakibatkan kebutuhan biaya yang akan membengkak, produktifitas yang kecil dan tenggang waktu yang di butuhkan untuk pengadaan alat berat yang tidak sesuai bahkan lebih lama (Sopa, R, M. Permana, S. dan Farida. 2013). Menurut Rostiyanti, Susy F (2008) alat berat yang umum dipakai di dalam proyek konstruksi antara lain dozer, alat gali (excavator) seperti backhoe, front shovel, clamshell; alat pengangkut seperti loader, truck dan conveyor belt; alat pemadat tanah seperti roller dan compactor, dan lain-lain. Tujuan penggunaan alat-alat berat tersebut untuk memudahkan manusia dalam mengerjakan pekerjaannya sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan lebih mudah pada waktu yang relatif lebih singkat.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiawati dan Maddeppungeng (2013) menyatakan bahwa terdapat perbedaan produktifitas alat berat di lapangan dengan kondisi ideal. Demikian dikarenakan hal-hal tertentu seperti topografi, keahlian operator, pengoperasian dan pemeliharaan alat. Produktifitas per jam alat yang harus diperhitungkan dalam perencanaan adalah produktifitas standar alat pada kondisi ideal dikalikan suatu faktor yang disebut efisiensi kerja. Besarnya nilai efisiensi kerja ini sulit ditentukan secara tepat

(4)

tetapi berdasarkan pengalaman-pengalaman dapat ditentukan efisiensi kerja yang mendekati kenyataan.

Pada pelaksanaan pekerjaan, kontraktor dibatasi oleh dana dan waktu serta harus menaati peraturan-peraturan teknis, manajemen, keuangan serta hukum yang berlaku. Padahal pada prinsipnya kontraktor harus bisa mendapatkan keuntungan yang cukup, tanpa mengurangi kualitas dan fungsi hasil pekerjaannya. Untuk dapat melaksanakan pekerjaannya dengan pembatasan-pembatasan, persyaratan-persyaratan serta tujuan seperti diatas, kontraktor harus memikirkan efisiensi semua komponen pekerjaannya. Salah satu dari komponen tersebut adalah penggunaan peralatan. Efisiensi penggunaan peralatan dikonsentrasikan pada pemanfaatan waktu yang tidak lepas dari efisiensi mesin atau alat, efisiensi tenaga kerja, efisiensi administrasi untuk operasi atau pengelolaan terhadap bahan bakar, pelumas, suku cadang dan sebagainya (Saefudin, A, H. Arif Mudianto, A. danWiranto, P. 2016).

Pada penjelasan diatas, kaitannya dengan praktik industri yang merupakan program belajar mengajar di jurusan Pendidikan Teknik Sipil & Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar, dimana dari Lembaga Pendidikan Tinggi ini menghasilkan SDM yang memiliki kemampuam profesional diberbagai bidang ilmu pengetahuan serta mengupayakan penggunaanya untuk mendukung pembangunan Nasional untuk kehidupan masyarakat Indonesia pada umumnya. Oleh karena itu, penulis menganggap perlu menyusun laporan dengan judul “Operasional Penggunaan Alat Berat Untuk Pekerjaan Tanah Pada Proyek Pembangunan Kolam Regulasi Nipa-Nipa”.

B. Ruang Lingkup

Praktik industri merupakan salah satu kegiatan yang harus diikuti untuk memenuhi sebagian dari kurikulum untuk membandingkan dan menerapkan pengetahuan yang diperoleh dari bangku kuliah dengan keadaan sebenarnya di lapangan. Mengingat banyaknya item pekerjaan serta

(5)

kesempatan ini penulis hanya meninjau khusus penggunaan alat berat pada proyek pembangunan kolam regulasi Nipa-Nipa. Terdapat beberapa item pekerjaan (terlampir), anatara lain:

1. Kolam Retensi 2. Pekerjaan Spillway

3. Pekerjaan Sluiceway

4. Pekerjaan Stasiun Pompa 5. Pekerjaan Gedung Operasi 6. Pekerjaan Instrument

7. Pekerjaan Pekerjaan Saluran Gendong 8. Normalisasi Sungai

9. Pekerjaan Rumah Jaga OP

10. Pekerjaan Rekonstruksi Jembatan 11. Pekerjaan Jembatan Shypon

Pada saat kegiatan praktik industri dimulai, ada beberapa item pekerjaan diatas yang telah dikerjakan, sementara dikerjakan, dan adapun yang belum dikerjakan, antara lain :

1. Item pekerjaan yang telah selesai dikerjakan pada saat kegian PI dimulai yaitu pekerjaan Spillway, Sluiceway, Stasiun pompa, Rekonstruksi Jembatan, dan pekerjaan jembatan Syphon.

2. Item pekerjaan yang sedang dikerjakan pada saat kegian PI dimulai yaitu pekerjaan kolam retensi, saluran gendong, dan normalisasi sungai. 3. Item pekerjaa yang belum dikerjakan pada kegiatan PI yaitu Instrument.

Dari ketiga item pekerjaan diatas, fokus pekerjaan yang diamati penulis yaitu pekerjaan galian pada kolam retensi.

(6)

C. Tujuan Kegiatan

Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan dari praktik industri pada proyek “Pembangunan Kolam Regulasi Nipa-Nipa” yaitu:

1. Untuk mengetahui metode operasional penggunaan alat berat untuk pekerjaan penggalian tanah pada proyek pembangunan kolam regulasi Nipa–Nipa.

2. Untuk mengetahui perbandingan antara perencanaan produktifitas alat berat dengan produktifitas yang terealisasi di lapangan untuk pekerjaan galian tanah pada proyek pembangunan kolam regulasi Nipa–Nipa.

D. Manfaat Kegiatan

Manfaat dari praktik industri yaitu dapat mengamati secara langsung pelaksanaan proyek “Pembangunan Kolam Regulasi Nipa-Nipa” di lapangan yang meliputi :

1. Manfaat Teoretis

a. Bagi Penulis, laporan ini dapat menambah pengetahuan penulis tentang metode penggunaan alat berat untuk pekerjaan galian tanah. b. Bagi Masyarakat, laporan ini dapat dijadikan sebagai informasi

tentang metode penggunaan alat berat untuk pekerjaan galian tanah. c. Laporan ini dapat dijadikan referensi dalam operasional penggunaan

alat berat pada pekerjaan galian tanh. 2. Manfaat Praktis

a. Mengetahui tindakan terhadap permasalahan terkait penggunaan alat berat pada pekerjaan galian tanah.

b. Sebagai bahan pertimbangan perencana proyek mengenai penggunaan alat berat pada pekerjaan galian tanah.

(7)

E. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan praktik industri pada Proyek “Pembangunan Kolam Regulasi Nipa-Nipa” selama dua bulan terhitung sejak tanggal 10 Juni 2019 sampai dengan 3 Agustus 2019. Proyek ini terletak diantara dua kabupaten dan satu kota madya yaitu Kabupaten Maros, Kabupaten Gowa dan Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan.

F. Batasan Masalah

Agar penulisan laporan ini tidak menyimpang dan mengambang dari tujuan yang semula direncanakan, sehingga mempermudah mendapatkan data informasi yang diperlukan maka penulis menetapkan batasa-batasan sebagai berikut:

1. Penggunaan alat berat pada Proyek pembangunan Kolam Regulasi Nipa– Nipa untuk pekerjaan galian tanah.

2. Metode pelaksanaan Penggunaan alat berat pada Proyek pembangunan Kolam Regulasi Nipa–Nipa untuk pekerjaan galian tanah.

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk

Tabel hasil Pengujian kekerasan (VHN) dapat dilihat pada tabel hasil dari masing-masing sampel yang telah dilakukan Pengujian kekerasan (Sampel 1 hingga sampel 6)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul ―pengaruh mentoring agama islam terhadap perubahan konsep

Guru pamong dalam menyampaikan materi pembelajaran tidak selalu terfokus pada RPP yang sudah ada, tetapi guru mempunyai cara sendiri untuk mengembangkan potensi

underwear rules ini memiliki aturan sederhana dimana anak tidak boleh disentuh oleh orang lain pada bagian tubuhnya yang ditutupi pakaian dalam (underwear ) anak dan anak

Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik kepemim- pinan pengurus diikuti dengan peningkatan kinerja Gapoktan pada pencapaian tujuan dan perkembangan usaha tapi tidak

Karbon aktif adalah suatu padatan berpori yang mengandung 85-95% karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi.Bahan

Hasil-hasil penelitian yang telah dihasilkan menyimpulkan bahwa peremajaan kelapa dengan tebang bertahap sebesar 20%/tahun dan diikuti dengan teknologi pengusahaan tanaman sela