i
PENINGKATAN SIKAP DERMAWAN DALAM
PERSPEKTIF IMAM AL GHAZALI
(Studi Analisis dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin Jilid IV Bab Tazkiyatun Nafs)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Agama
dalam Ilmu Ushuluddin dan Humaniora Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi
Oleh :
ASADULLAH AL ASY’ARI NIM : 134411043
FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2018
ii
PENINGKATAN SIKAP DERMAWAN DALAM
PERSPEKTIF IMAM AL GHAZALI
(Studi Analisis dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin Jilid IV Bab Tazkiyatun Nafs)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Agama
dalam Ilmu Ushuluddin dan Humaniora Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi
Oleh :
ASADULLAH AL ASY’ARI NIM : 134411043
iii
PENGESAHAN
Skripsi saudara : Asadullah Al Asy‟ari, nomor induk mahasiswa
134411043 berjudul “PENINGKATAN SIKAP DERMAWAN
DALAM PERSPEKTIF IMAM AL-GHAZALI (Studi Analisis
dalam Kitab Ihya‟ Ulumuddin Bab IV Tazkiyatun Nafs)” telah di
munaqasahkan dewan penguji fakultas
Ushuluddin dan
Humaniora Universitas Negeri Walisongo Semarang, pada
tanggal :
11 juli2018
dan telah diterima serta disyahkan sebagai salah satu syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Agama dalam Ilmu Ushuluddin dan
Humaniora Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi.
iv
DEKLARASI
Yang bertanda tangan di sini :
Nama
: Asadullah Al Asy‟ari
NIM
: 134411043
Jurusan
: Tasawuf Psikoterapi
Fakultas
: Ushuluddin dan Humaniora
Judul Skripsi
: Peningkatan Sikap Dermawan dalam Perspektif
Imam Al Ghazali(Studi Analisis dalam Kitab ihya‟
Ulumuddin Jilid IV Bab Tazkiyatun Nafs)
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada
suatu perguruan tinggi, dan dalam pengetahuan saya juga tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini atau disebutkan dalam
daftar pustaka.
v
NOTA PEMBIMBING Lamp. : 3 (Tiga) Eksemplar
Hal. : Naskah Skripsi
Kepada Yth. :
Dekan Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Walisongo Semarang
Di Semarang
Asslammulaikum wr.wb
Setelah kami mengadakan koreksi dan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara :
Nama : Asadullah Al Asy‟ari
NIM : 134411043
Fakultas : Ushuluddin dan Humaniora
Jurusan : Tasawuf Psikoterapi
Judul Skripsi : Meningkatkan Sikap Dermawan dalam Perspektif Imam Al Ghazali(Studi Analisis dalam Kitab Ihya‟ Ulumuddin Jilid IV Bab Tazkiyatun Nafs)
Dengan ini kami mohon agar skripsi saudara tersebut agar segera dimunaqosahkan. Atas perhatianya terima kasih.
vi
MOTTO
هَّم
اَذ
ٱ
قُي يِرَّل
ُضِس
ٱ
سَق َ َّللَّ
نَسَح اًظ
َعُيَف ا
ُهَفِع
ۥ
ُهَل
ۥ
ظَأ
فاَع
ةَسيِثَك ا
َو
ٱ
قَي ُ َّللَّ
بَيَو ُطِب
ُ ص
ُػ
يَلِإَو
سُت ِه
َنوُعَج
٥٤٢
Artinya:“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik ( menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dankepada-Nya lah kamu dikembalikan.(QS Al- Baqarah ayat 245)
vii
TRANSLITERASI
TRANSLITERASI ARAB- LATIN
Penulisan ejaan Arab dalam Skripsi ini berpedoman pada keputusan Menteri Agama dan Menteri Departemen Pendidikan Republik Indonesia Nomor : 15 Tahun 1987, dan 0543b/U/1987. Transliterasi dimaksudkan sebagai pengalih hurufan dari abjad yang satu abjad yang lain. Transliterasi Arab-Latin di sini ialah penyalinan huruf-huruf Arab dengan huruf-huruf yang lain beserta perangkatnya. Tentang pedoman Transliterasi Arab-Latin, dengan beberpa modifikasi sebagai berikut :
A. Kosnsonan
Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan huruf dan sebagaian lagi dilambangkan dengan tanda, dan sebagaian lain lagi dengan huruf dan tanda sekaligus.
Di bawah ini daftar huruf Arab itu dan transliterasinya dengan huruf latin.
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
ا Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan ب Ba B Be ت Ta T Te ث Sa Ṡ Es (dengan titik di atasnya) ج Jim J Je
viii
ح Ha Ḥ Ha (dengan titik di
bawahnya)
خ Kha Kh ka dan ha
د Dal D De
ذ Zal Ż Zet (dengan titik
di atasnya)
ر Ra‟ R Er
ز Zai Z Zet
س Sin S Es
ش Syin Sy es dan ye
ص Sad Ṣ Es (dengan titik di
bawah)
ض Dad Ḍ De (dengan titik di
bawah)
ط Ta Ṭ Te (dengan titik di
bawah)
ظ Za Ẓ Zet (dengan titik
di bawah)
ع „ain „ Koma terbalik (di
atas)
غ Gain G Ge
ف Fa F Ef
ق Qaf Q Qi
ix ل Lam L El م Mim M Em ن Nun N En و Wau W We ه Ha H Ha ء Hamzah „ Apostrof ي Ya Y Ye B. Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
a. Vokal tunggal
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harkat, transliterasinya sebagai berikut:
Tanda Nama Huruf Latin Nama
َ Fathah A A َ Kasrah I I َ Ẓammah U U Contoh : ََبَتَك - kataba ََلَعَف - fa‟ala b. Vokal Rangkap
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harkat dan huruf, transliterasinya gabungan huruf yaitu:
x
Tanda dan Huruf Nama Huruf Latin Nama
Fathah dan Ya Ai a dan i
Fathah dan Wawu Au a dan u
Contoh:
ََفْىَك -kaifa
ََل ْو َح -haula
C.Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:
Harkat dan
Huruf Nama
Huruf dan
Tanda Nama
Fathah dan alif atau ya Ā a dan garis di atas
Kasrah dan ya Ī i dan garis di atas
Ẓammah dan wawu Ū u dan garis di atas
Contoh :
ََلاَق - Qāla
َُل ْوُقَي - Yaqūlu
D.Ta’ Marbuṭah
Transliterasi untuk ta marbutah ada dua:
a. Ta Marbuṭah Hidup
Ta Marbuṭah yang hidup atau mendapat harokat fathah, kasrah dan ẓammah, transliterasinya adalah /t/.
xi
Ta marbuṭah yang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinya adalah /h/.
c. Kalau pada suatu kata yang akhir katanya ta marbutah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al, serta bacaan kedua kata itu terpisah maka ta marbutah itu ditransliterasikan dengan ha (h).
Contoh: ْلاَفْغَ ْلْاُتَظْوَز - rauḍah al-aţfāl - rauḍatul aţfāl ُةَزَّوَنُمْلاُتَنْيِدَملَا - al-Madīnah al-Munawwarah - al-Madīnatul Munawwarah E. Syaddah
Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab
dilambangkan dengan sebuah tanda, tanda syaddah atau tasydid. Dalam
transliterasi ini tanda syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu
huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Contoh:
اَنَّبَز - rabbanā
ّسِبْلَا - al-birr
F. Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu لا.Namun, dalam transliterasinya kata sandang itu dibedakan antara kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah dengan kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah.
xii
a. Kata sandang yang diikuti huruf syamsiyah
Kata sandang yang diikuti huruf syamsiyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu.
b. Kata sandang yang diikuti huruf qamariyah
Kata sandang yang diikuti huruf qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya.
Baik diikuti huruf syamsiyah maupun huruf qamariyah, kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda sambung/ hubung.
Contoh:
َُلُجَّرلَا - ar-rajulu
َُمَلَقْلَا - al-qalamu
G.Hamzah
Dinyatakan di depan daftar transliterasi Arab latin bahwa hamzah di transliterasikan dengan apostrof. Namun, itu hanya terletak di tengah dan di akhir kata. Bila hamzah itu terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab berupa alif.
Contoh:
Hamzah di awal
َُت ْرِمُا - umirtu
ََلَكَأ - akala
xiii ََن ْوُذُحْأَت - Ta‟khużūna ََن ْوُلُكْأت - ta‟kulūna Hamzah di akhir َ ء ْيَش - Syai‟un َُء ْوَّنلا - an-nau‟u H. Penulisan Kata
Pada dasarnya setiap kata, baik fi’il, isim maupun huruf, ditulis terpisah. Bagi kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab yang sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan maka dalam transliterasi ini penulisan kata tersebut bisa dilakukan dengan dua cara, bisa dipisah per kata dan bisa pula dirangkaikan. Contoh:
رلاُرْي َخ َوُهَلََاللهَ َّنِا َو
ا
ََنْيِق ِز - Wa innallāha lahuwa khair ar-rāziqīn
- Wa innallāha lahuwa khairur-rāziqīn
I. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam transliterasi ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf kapital seperti apa yang berlaku dalam EYD, diantaranya huruf kapital digunakan untuk menuliskan huruf awal, nama diri dan permulaan kalimat. Bila nama diri itu didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya.
xiv
َ ل ْوُسَرَّلاِأ دَّم َحُماَم َو - Wa mā Muhammadun illā rasūl.
Penggunaan huruf awal kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisan itu disatukan dengan kata lain sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan, huruf kapital tidak dipergunakan.
Contoh:
xv
UCAPAN TERIMAKASIH Bissmillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, bahwa atas taufiq dan hidayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi yang berjudul Meningkatkan Sikap Dermawan dalam Perspektif Imam al Ghazali. (Studi Analisis dalam Kitab Ihya‟ Ulumuddin Bab IV Tazkiyatun Nafs), disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata satu (S.1) Fakultas Ushuluddin dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang. Pada penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak sehingga penyususnan skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :
A. Rektor UIN Walisongo Semarang Bapak Prof. Dr. H. Muhibbin, M. Ag,
B. Dekan Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Walisongo Semarang
Bapak Dr. H. Mukhsin Jamil, M.Ag, serta Wakil Dekan I: Dr. Ahmad Musyafiq, M.Ag, Wakil Dekan II: Rokhmah Ulfah, M.Ag dan Wakil Dekan III: Moh. Masrur, M.Ag.
C. Bapak Dr. H. Sulaiman, M.Ag dan Ibu Fitriyati, S.Psi, M.Si,selaku
Ketua dan Sekretaris Jurusan Tasawuf Dan Psikoterapi Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Walisongo Semarang yang telah menyetujui judul skripsi ini.
D. Bapak Prof. Dr. H. M. Amin Syukur, M.A, dan Ibu Dr. Hj. Arikhah,
xvi
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
E. Bapak/Ibu Pimpinan dan karyawan perpustakaan yang telah
memberikan ijin dan layanan kepustakaan yang diperlukan dalam menyusun skripsi ini.
F. Segenap Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh karyawan di lingkungan
Fakultas Ushuluddin UIN Walisongo Semarang yang telah membekali berbagai pengetahuan dan pemahaman, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
G. Ucapan terimakasih juga saya berikan untuk kedua orang tuaku tercinta
yaitu Bapak Hasanuddin dan Ibu Musyafa‟ah.
H. Tidak lupa teman-teman KSR UIN Walisongo Semarang. Karena
merekalah penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini, penulis tidak bisa memberikan sesuatu hanya bisa mengucapakan banyak terimakasih kepada mereka semua yang telah membantu selesainya skripsi ini. Hingga penulis dapat menyelesaikan kuliah di UIN Walisongo Semarang tingkat S-1 (Sarjana Strata 1), dengan skripsi judul MENINGKATKAN SIKAP DERMAWAN DALAM PERSPEKTIF IMAM AL GHAZALI. Pada akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi yang diselesaikan ini belum dalam taraf sempurna, dan penulis berharap dengan selesainya skripsi nantinya bisa bermanfaat bagi penulis dan para pembaca. Amin ya Rabbal’alamin....
xvii
Semarang, 12 April 2018
Penulis
` Asadullah Al Asy‟ari
xviii
PERSEMBAHAN
A. Teruntuk kedua orang tuaku, ayahanda tercinta Hasanuddin dan ibunda
tersayang Musyafa‟ah
B. Tak lupa pula teman-teman di UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) KSR
PMI unit UIN Walisongo Semarang dan teman-teman kelas TP-I angkatan 2013,
Semarang, 12 April 2018 Penulis
Asadullah Al asy‟ari 134411043
xix DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ... i PENGESAHAN ... ii DEKLARASI ... iv NOTA PEMBIMBING ... v MOTTO ... vi TRANSLITERASI ... vii UCAPAN TERIMAKASIH ... xv PERSEMBAHAN ... xviii DAFTAR ISI ... xix ABSTRAK ... xxii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah ... 8 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9 D. Tinjaun Pustaka ... 9 E. Metodologi Penelitian ... 14 F. Sistematika Penelitian ... 17
xx BAB II : SIKAP DERMAWAN
A. Sikap...19 1. Pengertian Sikap ... 19 2. Ciri-ciri Sikap ... 22 3. Komponen Sikap ... 25 4. Faktor yang Mempengaruhi sikap ... 28 B. Dermawan... ...34 1. Pengertian Dermawan ... 34 2. Metode Menggapai Sikap Dermawan ... 40
3. Nilai-nilai Pendidikan Karakter Membentuk Kedermawanan 53
4. Sikap Dermawan yang dicontohkan Rasulullah saw ... 55
5. Larangan Kikir dalam Islam ... 61
BAB III : IMAM AL GHAZALI DAN PEMIKIRAN TENTANG SIKAP DERMAWAN
A. Biografi Imam Al Ghazali ... 66
B. Kondisi Sosial Kehidupan Imam Al Ghazali ... 74 C. Sikap Kedermawanan Menurut Imam Al Ghazali ... 76
xxi
BAB IV :PEMIKIRAN IMAM AL GHAZALI TENTANG SIKAP DERMAWAN
A. Kandungan Nilai-Nilai dalam Sikap Dermawan...101 B. Relavansi Pemikiran Imam Al Ghazali Tentang
Sikap Dermawan Untuk Zaman Sekarang ... 121
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ... 135
B. Saran ... 136
xxii ABSTRAK
Manusia selalu mementingkan dirinya sendiri terlebih berkaitan dengan hal kebutuhan hidup duniawi, padahal manusia itu makhluk sosial yang saling membutuhkan, antara satu dengan lainnya, apa lagi di zaman sekarang sudah jarang ada manusia yang menolong sesamanya untuk kepentingan di akhirat, jika ada sosok yang dermawan di kehidupan, seringkali ada tujuan politis dari apa yang sudah diberikan dengan meminta timbal balik penerima bantuan/pertolongan. sedangkan agama memerintahkan sikap dermawan dalam kehidupan sehari hari. Kedermawanan merupakan sikap, karakter yang jarang ditemukan pada diri seseorang. Dalam Islam mengajarkan kepada umatnya untuk memiliki karakter atau sikap kedermawanan dengan tujuan agar memiliki rasa syukur terhadap nikmat Allah, mewujudkan kepekaan sosial yang tinggi, serta terwujudnya masyarakat yang gemar tolong menolong. Kedermawanan merupakan sikap atau karakter yang jarang ditemukan dalam diri seseorang tidak semua orang memiliki karakter dermawan.
Penelitian ini ingin menjawab permasalahan: 1. Bagaiman Peningkatan
sikap dermawan dalam perspektif Imam al-Ghazali? 2. Bagaimana relevan
pemikiran Imam al Ghazali tentang Peningkatan sikap dermawan zaman sekarang?
Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (Library reseach) dengan menggunakan pendekatan kualitatif sedangkan metode analisis data menggunakan deskriptif analisis.
Hasil dari penelitian ini adalah 1. Peningkatan sikap dermawan menurut
Imam al-Ghazali dalamkitab Ihya’ ‘Ulum al-Ddin mengarahkan sikap
dermawan seperti sebuah pohon yang selalu menjalar akarnya ke sebuah kebaikan dan kebaikan itu akan meimbulkan kebaikan pula jika secara terus menerus dilakukan akan membawanya ke surga. 2. Pada zaman sekarang manusia belum bisa dinilai apakah itu dermawan atau tidak dermawan dikarenakan ada manusia bersikap dermawan yang ingin menunjukan keberadaanya sedangkan dan ada pula manusia yang tidak melakukan sesuatu atau sikap dermawan dikarenakan sesuatu hal atau keterbatasan untuk melakukan hal itu.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Manusia selalu mementingkan dirinya sendiri terlebih berkaitan dengan hal kebutuhan hidup secara duniawi, padahal manusia itu makhluk sosial yang saling membutuhkan, antara satu dengan lainnya, apa lagi di zaman sekarang sudah jarang ada manusia yang menolong sesamanya untuk kepentingan di akhirat, jika ada sosok yang dermawan di kehidupan, seringkali ada tujuan politis dari apa yang sudah diberikan dengan meminta timbal balik penerima bantuan/pertolongan. sedangkan agama memerintahkan sikap dermawan dalam kehidupan sehari hari.
sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa menjalani kehidupannya sendiri dan harus bekerja sama dengan pihak lain, baik dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat maupun dunia
kerja-muamalah lainnya. Pada setiap harinya pemenuhan
kebutuhan akan sesuatu dari zaman ke zaman selalu bertambah dan berbeda-beda, baik sandang, pangan maupun papan. Hal ini terasa di era modern ini di mana kemajuan baik dari segi teknologi, komunikasi, serta informasi, berdampak pada mudahnya untuk mengakses segala sesuatu. Efek lain dari teknologi pun bisa menjadikan manusia dibutakan oleh kemajuannya, seperti penggunaan teknologi yang berlebihan dan kemudian manusia
2
menjadi bagian dari sebuah mesin yang mati, dan tidak memanusiakan manusia sesuai kodratnya. Manusia tak akan pernah puas akan sesuatu, karena manusia tak bisa lepas dari hasrat-hasratnya dalam mengupayakan diri untuk memenuhi
kebutuhannya.1
kemajuan teknologi yang memberikan kemudahan kepada manusia dari hari ke hari justru menghilangkan nilai dan menimbulkan gaya hidup yang bermewah-mewahan serta berlebih-lebihan. Dalam hidupnya manusia hanya berlomba-lomba untuk mencari kekayaan materi tanpa mengenal lelah. Bukan malah menjadikan kekayaan materi sebagai alat menggapai kebahagiaan hakiki yang diajarkan oleh Tuhan dalam syariat agama, tetapi justru untuk pemenuhan kebutuhan komsumtif-hedonistik yang menyengsarakan. Materialisme, hedonisme dan sekularisme menjadi penyakit besar abad ini. Mereka mengagungkan harta benda secara berlebihan, meraih semua kenikmatan lahiriah tanpa ada ada rasa puas dan mengesampingkan agama pada lorong sejarah manusia. Dampak yang paling terasa dan menjadi
persoalan serius abad sekarang adalah adanya kemiskinan.2
1. Ahmad Najib Burhani, Sufisme kota, (Jakarta:Serambi Ilmu Semesta,
2001), h.164
2. Jamal Ma‟mur Asmani, Kedahsyatan Puasa Dawud, (Yogyakarta:
Mitra Pustaka,
3
Alasan menjadi persoalan serius juga dikuatkan oleh sabda Nabi Muhammad SAW yang secara khusus berpesan untuk lebih waspada terhadap “kemelaratan harta”, sebab kondisi seperti itu banyak menyebabkan seseorang untuk kufur terhadap Allah SWT. Adapun untuk menanamkan nilai-nilai kedermawanan, seseorang tidak disyaratkan harus kaya. Walaupun dari golongan golongan kaya sudah jelas lebih mampu untuk memberi, akan tetapi belum tentu lebih murah hati dari pada golongan menengah
ke bawah.3
Dikhawatirkan dengan kemajuan tersebut berdampak memunculkan perilaku-perilaku yang bersifat konsumtif dan
hedonis, seperti penjelasan haditssebagai berikut :
ّ بح
ّ
اور(ّّةئيطخّ لكّسّأّرّايند لا
)نسحّنعّىقهيبلاّه
Artinya : Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya)4I(HR. Baihaqi bin Hasan)
Padahal sebenarnya dunia sekarang ini dapat dijadikan sebagai ladang untuk menanam, yang hasilnya dapat dipetik di akhirat nanti. Tetapi kebalikannya bila di dunia ini digunakan
3. Zaim Saidi & Hamid Abidin, Menjadi Bangsa Pemurah, (Jakarta:
Piramedia, 2004), h. 4
4
HR Ibnu Majah (no. 4105), Ahmad (5/183), ad-Daarimi (no. 229), Ibnu Hibban (no. 680) dan lain-lain dengan sanad yang shahih, dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban, al-Bushiri dan syaikh al-Albani.
4
untuk bersenang-senang dan berfoya-foya, itulah hal yang akan
menimbun kebinasaan yang menghancurkan pada dirinya.5
Islam adalah agama yang menekankan agar orang minginfaqkan harta kekayaanya di jalan yang baik dan mencela tabiat kikir yang tidak mau mengulurkan tangan membantu orang lain. Oleh karena itu Islam menghendaki agar para pemeluknya bermurah hati dan dermawan. Dalam hal hai itu Islam menganjurkan kaum muslim berlomba-lomba mengejar kebajikan, dan menjadikannya sesuatu yang utama dalam kehidupan sehari-hari.
Dermawan merupakan bagian dari ahklak mulia yang
dapat dimiliki oleh seseorang melalui dua hal. Pertama, dapat
dimiliki karena tabiat alami yang telah dikodratkan dan menjadi
fitrah bagi setiap orang. Kedua, dapat dimilki melalui latihan,
pembiasaan dan pengalaman.6Menurut nilai dan norma Islam,
contoh dari kedermawanan misalnya bersedia menolong yang lemah dengan kekuasaan, ilmu dan harta yang diciptakan Tuhan
kepadanya.7
5Imam Al Ghazali, Mutiara Ihya’ Ulumuddin,(Semarang : Wicaksana,
1984) h. 180
6. Ummu Ihsan & Abu Ihsan al-Atsari, Aktualisasi Akhlak Muslim,
(Jakarta: Pustaka Imam
Syafi‟i, 2013), h. 59
7. Mohammad Daud Ali, Habibah Daud Ali, Lembaga-Lembaga Islam di
5
Sebagai alat pengendali dan pengontrol manusia adanya Ilmu Tasawuf yang membagi agar dimensi kemanusiaannya tidak tereduksi oleh modernisasi yang mengarah pada anomali nilai-nilai sehingga dapat mengantarkan manusia pada keunggulan moral. Di samping itu juga, ilmu tasawuf memiliki signifikansi dan relevansi bagi problema masyarakat modern karena tasawuf secara seimbang bisa memberikan kesejukan batin dan disiplin aturan-aturan agama.
Oleh karena itu, Islam menekankan semua aspek masyarakat untuk menganjurkan pengorbanan dan kemurahan hati dalam memberi bantuan. Hal ini bertujuan untuk memperkuat ikatan cinta dan kasih sayang antara golongan kaya dan miskin, karena Islam tidak hanya membahas soal ibadah mahdlah (vertikal) yang bersifat formalistik, tetapi Islam juga mengatur segenap aspek
kehidupan termasuk soal mu‟amalah dan masalah-masalah
kemanusiaan.8 Belum tercapainya kesadaran manusia untuk
berbagi dengan yang lain juga dipengaruhi oleh pendidikan yang
terus ditujukan untuk mencerdaskan otak saja, tanpa
memperhatikan hati. bgeitu juga dengan pendidikan agama yang hanya disikapi sebagai ilmu dan organisasi, bukan sebagai amal dan tuntunan hidup. Hasilnya banyak orang yang pintar, namun tidak terdidik dan banyak orang yang hafal ayat-ayat al-Qur‟an dan
hadits, tetapi tidak bisa mengamalkannya. Nasib bangsa akan
8 Said Aqil Sirat, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, (Jakarta : SAS
6
menjadi buruk jika akhlak masyarakatnya terus bergerak ke arah yang buruk tanpa adanya perbaikan akhlak yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan, sebagaimana di kutip, Ahmad
Mustofa Bisri dari penyair bernama Ahmad Syauqi Bek.9 Ia
menerbitkan kumpulan puisi yang berjudul Asy-Syauqiyyat. Yang dalam salah satu syairnya berbunyi sebagai berikut:
Artinya : “Sesungguhnya bangsa itu jaya selama mereka masih mempunyai akhlak yang mulia. Maka apabila akhlak (yang baiknya) telah hilang, maka hancurlah bangsa itu”.10
Suatu keadaan orang yang sederhanapun dianjurkan untuk ṣadaqah sampai kematian menjemput. Walaupun orang yang diberikan menerima atau tidak, karena sesungguhnya tangan yang di atas itu lebih mulia dari tangan di bawah.
Seseorang yang memiliki kecerdasan emosional yang lebih baik di dalam kehidupan masyarakat merupakan bagian dari kompetensi sosial, dan dapat menjadi lebih terampil dalam menenangkan dirinya dengan cepat, serta terampil dalam memusatkan perhatian. Bahkan lebih baik dalam berhubungan
9 A. Mustofa Bisri, Koridor Renungan, (Jakarta: PT Kompas Media
Nusantara, 2010), h. 184
10
. Rachmat Djatnika, Sistem Ethika Islam Akhlak Mulia, (Jakarta: Pustaka Panjimas,
7
dengan orang lain, dan lebih mampu dalam memahami orang lain
serta lebih baik untuk kerja akademis di sekolah.11
Menurut Hurlock, Kompetensi sosial merupakan suatu sarana untuk dapat diterima dalam masyarakat. Individu yang memiliki kompetensi sosial akan menjadi peka terhadap berbagai situasi sosial yang dihadapi. Individu yang memiliki kompetensi sosial digambarkan dengan karakteristik antara lain mampu berkomunikasi secara efektif, mengerti diri sendiri dan orang lain, mengenal peran gender, memahami moral dalam lingkungan mereka serta mampu mengatur emosi dan dapat menyesuaikan perilaku mereka dalam merespon norma-norma yang berhubungan
dengan lingkungannnya.12
Dikemukakan oleh, Tentrawanti, dalam penelitianya bahwa seseorang yang mempunyai kompetensi sosial adalah orang-orang yang mampu melakukan dua hal, yaitu: (1) Mampu menghadapi kondisi-kondisi yang penuh dengan ketegangan, dan (2) Mampu menarik dan mempertahankan dukungan sosial.
Selanjutnya Tentrawati (1989) mengemukakan bahwa seseorang yang berkompetensi sosial, memiliki ciri-ciri: (a) memiliki pengetahuan sosial, yaitu pengetahuan mengenai keadaan
11
Gottman, Psikologi Sosial, (Jakarta Selatan: Humanika, 2001), h. 65
12. Badiuzzaman Said Nursi, Al-Ahad : Menikmati Ekstase Spiritual Cinta
8
emosi yang memadai dengan konteks sosial tertentu, (b) memiliki kepercayaan diri untuk memulai suatu tindakan dan adanya usaha untuk memecahkan masalah sendiri, (c) memiliki rasa empati, yaitu kemampuan menghargai perasaan orang lain sekalipun orang tersebut tidak dikenalnya atau tidak ada hubungan dengannya, juga
mampu memberikan respon-respon emosional, mampu
mengendalikan emosi dan tulus dalam menjalin hubungan dengan orang- orang yang bermasalah, (d) memiliki sensitivitas sosial, yaitu kemampuan emosional untuk menangkap
kebutuhan-kebutuhan lingkungannya.13
Dari uraian di atas maka penulis sangat tertarik untuk mengkaji lebih lanjut tentang sikap dermawan yang ada di zaman modern serta dermawan menurut agama Islam, kedalam bentuk penelitian saya yang berjudul “Meningkatkan Sikap Dermawan dalam Prespektif Imam Al- Ghazali”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini akan
mengkaji sikap dermawan dalam prespektif Imam al-Ghazali
dengan pokok masalah sebagai berikut :
1. Bagaiman meningkatkan sikap dermawan dalam prespektif
Imam al-Ghazali ?
9
2. Bagaimana relevansi pemikiran Imam al-Ghazali tentang
meningkatkan sikap dermawan pada zaman sekarang ? C. Tujuan dan Manfaat
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana peningkatan sikap dermawan
dalam perspektif Imam al-Ghazali.
2. Untuk mengetahui bagaiamana kesesuaian pemikiran Imam
al-Ghazali terhadap peningkatan sikap dermawan pada zaman sekarang.
Sedangkan manfaat yang diharapkan bisa muncul dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan kontribusi dalam meningkatkan sikap
dermawan yang ada dalam kehdupan sehari-hari.
2. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan penelitian selanjutnya dan dapat menambah wawasan baru dalam khazanah ilmu tasawuf bagi mahasiswa UIN Walisongo Semarang pada umumnya, dan khususnya Fakultas Ushuluddin dan Humaniora pada khususnya jurusan Tasawuf Psikoterapi.
D. Tinjuan Pustaka
Untuk menyatakan keaslian penelitian ini, peneliti menyajikan beberapa penelitian terdahulu, yang semata-mata untuk memberikan informasi tentang judul yang telah dipaparkan serta
10
untuk memperjelas dan membahas kesinambungan penelitian yang dijalankan, adapun penelitian terdahulu yang relevan adalah sebagai berikut :
Skripsi “Hubungan Pelaksanaan Proyek Doa Pada Mata
Kuliah Akhlak Tasawuf Dengan Sikap Dermawan Mahasiswa Tadris Bahasa Inggris (TBI) STAIN Salatiga Semester 3 Kelas A dan B Tahun Akademik 2012/2013.”yang ditulis oleh Fathimah Munawaroh yang kesimpulannya sebagai jawaban untuk mengetahui penelitian sebelumnya yakni: untuk mengetahui pelaksanaan proyek doa pada mata kuliah akhlak tasawuf (X), hubungannya dengan sikap dermawan mahasiswa (Y) prodi TBI STAIN Salatiga semester 3 kelas A dan B tahun akademik 2012/2013, maka setelah diadakan perhitungan menunjukkan:
1. Bahwa pelaksanaan proyek doa pada mata
kuliah Akhlak Tasawuf dalam kategori tinggi, sedang dan rendah dari 55 responden dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a) Tergolong kategori tinggi ada 16 mahasiswa
atau 29.09%
b) Tergolong kategori sedang ada 28 mahasiswa
atau 50.9%
c) Tergolong kategori rendah ada 11 mahasiswa
11
2. Bahwa tingkat sikap dermawan dalam kategori
tinggi, sedang dan rendah dari 55 responden adalah:
a) Tergolong kategori tinggi ada 35 mahasiswa
atau 63.64%
b) Tergolong kategori sedang ada 15 mahasiswa
atau 27.27%
c) Tergolong kategori rendah ada 5 mahasiswa
atau 9.09%
3. Dari hasil olah data secara statistik menyatakan
bahwa ada hubungan yang signifikan dari pelaksaan proyek doa pada mata kuliah Akhlak Tasawuf dengan sikap dermawan mahasiswa TBI STAIN Salatiga.
Skripsi “Konsep Sedekah Perspektif Yusuf Mansur dalam Buku The Miracle Of Giving” oleh Nurman Jaya tahun 2017 diterangkan bahwa Pemikiran Yusuf Mansur tentang sedekah adalah sedekah harus dilandasi dengan rasa ikhlas dan rasa yakin serta selalu dikaitkan dengan jalan ibadah. Dengan rasa ikhlas manusia hanya boleh berharap pamrih kepada Allah Swt dengan cara berharap melalui doa’ yang dipanjatkan kepadanya, dan rasa yakin dibangun berdasarkan Ilmul yaqin, ainul yaqin dan haqqul
12
yakin. Sedangkan dengan jalan ibadah akan memberikan jaminan hidup berupa kekayaan, ketenangan serta kesejahteraan, serta memiliki rumus Allahdulu, Allah lagi, Allah terus. Yusuf Mansur dalam menerapkan sedekah juga berorientasi bagi siapa saja yang mempunyai masalah dan hajat, jalan penyelesaiannya adalah sedekah.
Matematis sedekah Yusuf Mansur merupakan rumus tentang sedekah, di mana setiap sedekah yang kita lakukan dengan harta yang dimiliki, Allah akan mengembalikan lebih banyak 10 kali lipat dari apa yang dikeluarkan dan semakin banyak sedekah yang dikeluarkan maka akan semakin banyak penggantian dari AllahSwt.
Di skripsi yang lain atas nama Siti Barokah yang berjudul “Penanaman Karakter Kedermawanan Melalui Kegiatan Infaq dan Sedekah di Madrasah Aliyah Plus Nurrohmah Tambaksari
Kuwarasan Kebumen” berdasarkan urainya penelitianya
disimpulkan bahwa penanaman karakter dermawan di Madrasah Aliyah Plus Nurrohmah adalah dengan melalui kegiatan infaq dan sedekah, yang mana kegiatan infaq terdiri dari kegiatan harian dan jum’at serta kegiatan mengunjungi teman yang sakit. Kegiatan sedekah terdiri dari kegiatan bakti sosial, bulan bersih bagi warga serta bulan gizi bagi peserta didik. Kegiatan ini sudah terangkum dan tersusun baik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di MA
13
Plus Nurrohmah kegiatan tersebut sudah dilaksanakan semua. dan bentuk penanaman yang dilakukan untuk mewujudkan atau menanamkan pendidikan karakter di Madrasah Aliyah plus Nurrohmah yaitu melalui, pertama, kepedulian terhadap diri sendiri, kedua, peduli terhadap teman dan guru dan tiga peduli terhadap lingkungan sosial.
Serta skripsi yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Materi Pokok Membiasakan Sikap Dermawan Melalui Metode Sosio drama Madrasah Ibtidaiyah Wahid Hasyim Desa Kedung Malang Wonotunggal Batang Kelas V Tahun Ajaran 2009/2010” oleh Nur Faizah Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2010 yang disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak dengan penggunaan metode sosio drama yang baik dan efektif, mereka maka dapat meningkatkan keaktifan hasil belajar siswa pada aspek kognitif dan afektif. Hal ini terdapat pada hasil belajar siswa kelas V Mi Wahid Hasyim Kedung Malang Wonotunggal Batang dalam pelajaran akidah akhlak, khususnya pada materi pokok membiasakan sikap dermawan yang telah mencapai standar ketuntasan kreteria minimal.
Berbeda dengan penelitian di atas, penelitian ini meneliti tentang meningkatkan sikap dermawan dalam perpektif Imam al-Ghazali dan kesesuaian sikap dermawan dterapkan pada zaman sekarang. Penelitian ini fokus pada kajian-kajian tasawuf.
14
Sedangkan penelitian di atas membahas tentang sikap dermawan yang hanya di ruang lingkup seperti sekolahan dan di perkuliahan. Sedangkan saya memberikan wawasan yang lebih banyak untuk melakukan sikap dermawan dalam kehidupan di masyarakat. Karya-karya di atas, saya jadikan sebagai acuan bahwa sudah ada yang lebih dahulu membahas tentang kedermawanan karena itu saya ambil sebagai referensi untuk mempertajam analisa yang sedang saya lakukan.
E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang saya buat merupakan jenis penelitian kepustakaan (library research) dengan pendekatan
kualitatif, penulisan skripsi ini termasuk penelitian
kepustakaan di mana data-data yang dipakai adalah data kepustakaan yang informasinya diperoleh dari literatur-literatur yang ada seperti buku, majalah, jurnal, dan artikel yang berkaitan dengan fokus pembahasan penelitian ini.14 Di mana penelitian ini menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (peroleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara-cara lain dengan kuantifikasi (pengukuran). Oleh karena itu, data-data yang
14 Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal,
15
disajikan dalam bentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka-angka.
2. Sumber Data a. Sumber Primer
Sumber primer merupakan buku-buku yang memberikan informasi lebih banyak dari buku-buku yang
lain.15 Sumber primer dari penelitian ini berasal dari
karya-karya Imam al-Ghazali, seperti Tazkiyatun Nafs, Ihya’
Ulumuddin.
Selanjutnya sumber-sumber primer lainya adalah membahas tentang perilaku sikap dermawan berasal dari
karya Imam al-Ghazali, Mutiara Ihya’ Ulumuddin ,mizan
Media Utama, kemudian buku Ummu Ihsan & Abu Ihsan al-Atsari, Aktualisasi Akhlak Muslim, lalu buku Tazkiyatun Nafs Intisari Ihya Ulumuddin karangan Sa’id Hawwa. b. Sumber Sekunder
Sumber sekunder adalah sumber-sumber yang masih berhubungan tentang isi pembahasan skripsi yang di
paparkan.16 Sumber yang mendukung, yang masih
berkaitan dengan sikap dermawan dan buku-buku tasawuf
15
Winarno Surahman, Dasar-dasar Teknik Research, (Bandung:Transito, 1975) , h. 23.
16
yang lain. Seperti buku yang berjudul Nukilan Pemikiran
Klasik yang karangan Hasan Asyari, serta buku Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya yang peluni Azwar
Saifuddin, kemudian buku Lembaga-Lembaga Islam di
Indonesia yang ditulis Mohammad Daud Ali, Habibah Daud Ali
3. Teknik Pengumpulan Data
Pada proses pengumpulan data penulis menggunakan metode pengambilan dengan studi literatur/kepustakaan.Studi literatur ialah studi yang cara pengumpulan datanya mencari literatur-literatur seperti buku-buku karangan dari Imam al-Ghazali, koran, majalah, jurnal, dan sumber-sumber yang lain yang ada kaitanya dengan pembahasan penelitian ini. Kemudian data-data terdapat akan dijadikan masukan atau tambahan bagi penulis untuk dijadikan sebagai penjelasan akan dideskripsikan dalam penulisan ini, khususnya isi yang
berkaitan dalam penelitian.17
4. Metode Analisis data
Setelah data-data tersebut terkumpul, metode yang digunakan ialah metode penelitian deskriptif yaitu suatu metode yang menguraikan penelitian dan menggambarkannya
17 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta:Yayasan Penerbit
17
secara lengkap dalam suatu bahasa untuk menggunakan
data-data yang ada.18 Metode ini digunakan untuk mengetahui dan
memahami makna dalam penelitian. Penelitian deskriptif digunakan untuk menjelaskan materi tentang sikap dermawan. Secara umumnya teknik analisis datanya menggunakan reduksi data dan penyajian data yang ada di penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif yaitu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan mengarahkan dan membuang hal yang tidak perlu kemudian menyatukan data yang ada sehingga kesimpulan akhir dapat diambil.
F. Sitematika Penulisan
Untuk membentuk gambaran yang utuh dan terpadu mengenai proposal ini maka penulis menyusun proposal ini dalam beberapa bab yang saling terkait. Pembahasan pada tiap-tiap bab akan dikemukakan sebagai berikut:
Bab pertama merupakan bab pendahuluan. Bab ini membahas latar belakang masalah yang kemudian melahirkan rumusan masalah yang menjadi topik pembahasan dalam proposal penelitian ini. Selanjutnya terdapat tujuan dan manfaat penelitian yang berisi seputar capaian yang akan dicapai. Tinjauan pustaka yang akan memberikan informasi tentang ada
18 Anton Bekker, Metode Penelitian Filsafat, (Yogayakarta:Kanisius,
18
atau tidaknya penelitian lain yang membahas tentang masalah yang sama dengan penelitian ini.
Bab kedua, berisi tentang teori teori sikap dan dermawan yang ditinjau dari sumber sekunder yang terdiri dari sumber kepustakaan yang menjadi sudut pandang dari peneliti.
Bab ketiga, menguraikan gambaran umum obyek
penelitian yaitu tentang Imam al-Ghazali, mulai dari biografi, setting sosial kehidupan, karya-karya sampai pada konsep
kedermawanan secara mendalam
Bab keempat, pembahasan yang berisi analisis atas data
data yang terkumpul dari berbagai literatur tentang sikap dermawan menurut Imam al-Ghazali dan menganalisis apaka sikap dermawan menurut Imam al-Ghazali masih relevan di zaman sekarang.
Bab kelima, adalah bab penutup. Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran. Sebagai bagian terahir untuk menjawab pokok masalah yang ingin diketahui yang merupakan hasil penelitian.
19 BAB II
PENGERTIAN SIKAP DAN DERMAWAN A. SIKAP
1. Pengertian sikap
Istilah sikap dalam bahasa Inggris disebut “Attitude” kata “Attitude” pertama kali digunakan untuk menunjuk suatu status mental seseorang. Kemudian pada tahun 1888 digunakan konsep ini dalam suatu ekperimen laboratorium. Kemudian konsep sikap digunakan para ahli sosiologi dan psikologi.1
Sikap adalah suatu istilah di bidang psikologi yang berhubungan dengan persepsi atau tingkah laku. Secara istilah kata “sikap”dalam bahasa Inggris juga di sebut attitude. Attitude adalah suatu cara yang akan bereaksi karena rangssangan, Menurut Kamus Bahasa Indonesia oleh W.J.S. Poerwodarminto disebutkan bahwa pengertian sikap adalah perbuatan yang didasari oleh keyakinan berdasarkan norma-norma yang ada di masyarakat dan biasanya norma-norma agama. Namun demikian perbuatan manusia tergantung pada
permasalahan yang dihadapinya serta benar benar
berdasarkan keyakinan atau kepercayaanya.2
1 Saifudddin Azwar, Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Tes dan
Prestasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2005), h. 3
2. Saifudddin Azwar, Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Tes dan
20
Banyak sosiolog dan psikolog berpendapat untuk memberi batasan bahwa sikap kecenderungan individu adalah untuk merespon suatu adalah dengan adanya stimulus
yang ada pada lingkungan sosialnya. Sikap
berkecenderungan untuk mendekati atau menghindari, positif atau negatif terhadap keadaan sosial. Apakah itu pribadi,
institusi , ide , konsep dan sebagainya.3 Gagne menambahkan
bahwa sikap adalah suatu keadaan internal yang
mempengaruhi suatu tindakan individu pada suatu obyek
pribadi dan peristiwa.4
Sedangkan menurut Saifudin Azwar, sikap adalah salah satu kepribadian yang dimiliki seseorang yang dikarenakan adanya stimulus untuk menentukan suatu tindakan positif dan negatif pada suatu obyek. Kemudian para psikolog mendisfungsikan sikap suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. dan formulasi itu dikaitkan dengan efek
positif dan negatif yang terkait dengan obyek psikologis.5
Sikap merupakan preditor yang pertama bagi prilaku sehari hari walaupu masih ada faktor lain, yakni lingkungan dan keyakinan seseorang. Hal ini berarti bahwa sikap dapat
3. Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Sosial Individu Dan Teori-Teori
Psikologi Sosial (Jakarta Timur,PT Balai Pustaka, 2015) h. 174
4. Dr Wa. Gerungan, Psikologi Sosial,(Bandung:PT Refika
Aditama,2019) h. 160
5. Saifudin Azwar, Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya
21
tebentu dengan tindakan ataupun tidak terbentunya suatu tindakan. Dengan kata lain disamping kata sifat, ada indikator utama yang mempengaruhi suatu tindankan yaitu norma sosial.6
sikap merupakan kesiapan mental, yaitu suatu proses yang berlangsung dalam diri seseorang, bersama dengan pengalaman individual masing-masing, mengarah dan menentukan respon terhadap berbagai objek dan situasi. Sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu kalau ia menghadapi
rangsangan tertentu.7
Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan, pemikiran dan predisposisi tindakan seseorang terhadap suatu aspek tertentu.8
Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif tetap,
6. Robert A. Baron Donn Byrne, Psikologi Sosial Jilid 1 (Surabaya
Erlangga, 2004) h.127
7 Sarlito Wiraman Sartono, Psikologi Sosial,(jakarta: bali pustaka, 2002)
h.145
8 Saifudin Azwar, Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya
22
yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat respon atau berprilaku dalam cara yang tertentu yang dipilihnya . Sikap adalah evaluasi terhadap objek, isu atau orang. Sikap
didasarkan pada informasi afektif, behavioral dan kognitif.9
Berdasarkan definisi sikap di atas penelitian ini mengacu pada definisi sikap Gerugan Dilp mengutip Walgito yang disebutkan Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif tetap, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat respon atau berprilaku dalam cara yang tertentu yang dipilihnya.
2. Ciri-ciri sikap
Gerungan berpendapat bahwa ciri khas dari sikap adalah mempunyai objek tertentu (orang, prilaku, konsep, situasi, benda dansebagainya) dan mengandung penilaian yang meliputi setuju dan tidak setuju, suka dan tidak suka.
Menurut Walgito, adapun ciri-ciri sikap yaitu10:
a. Sikap tidak dibawa sejak lahir
9 Sherlly E. Taylor, Dkk, Psikologi Sosial Edisi Kedua Belas, (2009), h.
145
10
. Gerungan Dipl. Psych, Psikologi Sosial,(Bandung: Refika
23
Suatu sikap tidak dibawa sejak individu dilahirkan. Sikap itu terbentuk dalam perkembangan individu yang bersangkutan karena sikap dapat diubah dan dipelajari.
b. Sikap selalu berhubungan dengan objek sikap
Sikap selalu terbentuk atau dipelajari dalam
hubungannya dengan objek-objek tertentu yaitu melalui proses persepsi terhadap objek tersebut. Hubungan yang positif dan negatif antara individu dengan objek tertentu, akan menimbulkan sikap tertentu pula dari individu terhadap objek tersebut.
c. Sikap dapat tertuju pada suatu objek saja tetapi juga
dapat tertuju pada sekumpulan objek
Bila seseorang mempunyai sikap yang negatif pada
seseorang, maka orang tersebut akan mempunyai
kecenderungan untuk menunjukan sikap yang negatif pula kepada kelompok di mana seseorang tersebut tergabung di dalamnya.
d. Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar
Jika suatu sikap telah terbentuk dan telah merupakan nilai dalam kehidupan seseorang, secara relatif sikap itu akan lama bertahan pada diri seseorang yang bersangkutan. Sikap tersebut akan sulit berubah dan jika dapat berubah akan membutuhkan waktu yang relatif lama. Tetapi sebaliknya, jika sikap itu belum begitu mendalam pada diri seseorang
24
maka sikap tersebut secara relatif tidak bertahan lama dan sikap tersebut akan mudah berubah.
e. Sikap mengandung Faktor Perasaan dan Motivasi
Sikap terhadap suatu objek tertentu akan selalu diikuti oleh perasaan tertentu yang dapat bersifat positif (menyenangkan) tetapi juga dapat bersifat negatif (tidak menyenangkan) terhadap objek tersebut. Di samping itu, sikap juga mengandung motivasi, ini berarti bahwa sikap tersebut mempunyai daya dorong bagi individu untuk berprilaku terhadap objek yang dihadapi.
Sikap mempunyai lima ciri-ciri, yaitu: sikap bukan bawaan sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan objeknya. Sifat ini membedakan dengan sikap motif biogenesis seperti lapar, haus, kebutuhan dan istirahat. Sikap dapat dapat diubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat dirubah pada orang-orang bila terdapat keadaan keadaan dan syarat-syarat
tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu11.
Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa
mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek. Tegasnya, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas. Objek sikap itu merupakan suatu
11
. Jenny Mercer Dan Debbie Clayton, Psikoogi Sosial,Terj. Noermalasari Fajar Widuri (Jakarta: Erlangga, 2012), h. 13
25
hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan, sikap alamiyah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan - pengetahuan yang dimiliki orang.12
3. Komponen sikap
Menurut Yeni Widiyastuti mengutip Jihat dan Haris dikatakan bahwa sikap terdiri atas tiga komponen, yakni afektif, kognitif dan konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaianya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Komponen konatif adalah kecenderungan untuk berprilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap13.
Meinarno dan Sarwono berpendapat sikap adalah konsep yang dibentuk oleh tiga komponen, yaitu kognitif, afektif dan prilaku. Komponen kognitif berisi semua pemikiran serta ide-ide yang berkenaan dengan objek sikap. Isi pemikiran seseorang yang meliputi hal-hal yang diketahui sekitar objek sikap, dapat berupa tanggapan atau keyakinan,
12. David O. Sears, Dkk, Psikologi Sosia,Terj. Suekrisno, Safitri, (Jakarta:
Erlangga, 1992), h. 137
13. Yeni Widiyastuti, Psikologi Sosial,(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), h.
26
kesan, atribusi dan penilaian tentang objek sikap. Komponen afektif dari sikap meliputi perasaan atau emosi seseorang terhadap objek sikap. Adanya komponen afektif dari sikap, dapat diketahui melalui perasaan suka atau tidak suka, senang atau tidak senang terhadap objek sikap.
Suatu sikap mengandung tiga komponen pembentuk struktur sikap, yaitu komponen kognitif (komponen perseptual), komponen afektif (komponen emosional) dan komponen konatif (komponen prilaku). Komponen kognitif yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap. Komponen afektif yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa
tidak senang merupakan hal yang negatif.14
Komponen konatif yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen konatif menunjukan intensitas sikap, yaitu menunjukan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berprilaku seseorang terhadap objek sikap.
Suatu sikap terhadap objek, gagasan atau orang tertentu merupakan orientasi yang bersifat menetap dengan
14. David O. Sears Dkk, Psikologi Sosial, Terj. Suekrisno, Safitri, (Jakarta:
27
komponen-komponen kognitif, afektif dan prilaku.
Komponen kognitif terdiri dari keseluruhan kognisi yang dimiliki seseorang mengenai objek sikap tertentu, fakta, pengetahuan dan keyakinan tentang objek. Komponen afektif terdiri dari keseluruhan perasaan atau emosi seseorang terhadap objek, terutama penilaian. Komponen perilaku terdiri dari kesiapan seseorang untuk berinteraksi atau
kecenderungan untuk bertindak terhadap objek.15
Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif (cognitive), komponen afektif (affective) dan komponen konatif (conative). Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional dan
komponen konatif merupakan aspek kecenderungan
berprilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang.16
Sikap seseorang didasarkan pada informasi afektif, behavioral dan kognitif. Komponen afektif terdiri dari emosi dan perasaan seseorang terhadap suatu stimulus, khususnya evaluasi positif atau negatif. Komponen behavioral adalah
15. Robert A. Baron, Psikologi Sosial Jilid 1 Edisi 10,Terj. Ratna Juita,
(Jakarta, Gelora Angkasa Pertama,2004), h. 126
16 Saifudin Azwar, Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya
28
cara orang bertindak dalam merespon stimulus. Komponen kognitif terdiri dari pemikiran seseorang tentang objek
tertentu, seperti fakta, pengetahuan dan keyakinan.17
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa sikap terdiri atas 3 komponen yaitu: kognitif, konatif dan afektif. Komponen kognitif yang berhubungan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan tentang objek sikap. Komponen afektif berhubungan dengan perasaan (suka tidak suka, senang tidak senang) atau emosi yang dimiliki seseorang atau penilaian terhadap objek sikap. Komponen konatif berhubungan dengan kecenderungan untuk berprilaku atau bertindak dengan cara-cara tertentu berkaitan dengan objek sikap.
4. Faktor yang Mempengaruhi Sikap
Sikap terbentuk dalam perkembangan individu, karena faktor pengalaman mempunyai perasaan yang sangat penting dalam rangka pembentukan sikap, selain faktor pengalaman dalam pembentukan sikap faktor individu sendiri akan ikut serta menentukan terbentuknya sikap tersebut. Oleh karena itu pembentukan atau perubahan sikap itu akan ditentukan oleh dua faktor pokok, yaitu18:
17. Robert A. Baron, Psikologi Sosial Jilid 1 Edisi 10, Terj. Ratna Juita,
(Jakarta, Gelora Angkasa Pertama, 2004), h. 130
18. Gerungan Dipl. Psych, Psikologi Sosial,(Bandung: Refika
29
a. Faktor dari Dalam Individu atau Faktor Intern
Individu menanggapi dunia luarnya bersifat selektif. Artinya bahwa apa yang datang dari luar individu tidak semuanya diterima. Hal ini berkaitan erat dengan apa yang telah ada dalam diri individu untuk menanggapi pengaruh dari luar tersebut karena faktor individu justru merupakan faktor penentu.
b. Faktor dari Luar Individu atau Faktor Ekstern
Faktor eksternal adalah hal-hal atau keadaan yang ada di luar diri individu yang merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap, dalam hal ini terjadi secara langsung dan tidak langsung. Terjadi secara langsung dalam arti terjadi hubungan secara langsung antara individu dengan individu yang lainya, antara individu dengan kelompok atau antara kelompok dengan kelompok lainnya. Adapun secara tidak langsung dengan perantara alat komunikasi, misalnya media massa, baik yang elektronik maupun non-elektronik.
Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi
terbentuknya sikap individu, yang oleh Walgito, disebutkan sebagai faktor internal dan faktor eksternal, Faktor internal yaitu cara individu dalam menghadapi dunia luarnya secara selektif sehingga tidak semua yang akan datang akan diterima atau ditolak. Faktor eksternal yaitu keadaan-keadaan
30
yang ada di luar individu merupakan stimulus untuk
membentuk atau mengubah sikap.19
sikap seseorang dibentuk melalui proses belajar sosial, yaitu proses di mana individu memperoleh informasi, tingkah laku, atau sikap baru dari orang lain. Sikap dibentuk melalui
empat macam pembelajaran yaitu:20
a). Pengondisian klasik (classical conditioning)
Proses pembelajaran dapat terjadi ketika suatu stimulus/rangsang selalu diikuti oleh stimulus/rangsangan yang lain, sehingga rangsangan yang pertama menjadi suatu isyarat bagi rangsangan yang kedua. Contohnya seorang anak setiap kali melihat ibunya menghidangkan teh dan kue kepada tamunya, kemudian ibu dan tamunya tampak berbincang-bincang dengan senang dan gembira. Stimulus pertama yaitu menghidangkan teh dan kue, kemudian diikuti oleh stimulus kedua yaitu berbincang-bincang dengan senang dan gembira. Setelah anak tersebut dewasa, ia akan bersikap positif terhadap tamu yang berkunjung ke rumahnya sebagai hasil pembelajaran secara classical conditioning.
b). Pengkondisian Instrumental (instrumental conditioning)
19. David G. Myears,Psikologi Sosial Buku 1 Edisi 10, Aliya Tusyani, Dkk
(Jakarta Selatan: Salemba Humanika,2010), h.183
20 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Sosial Individu dan Teori-Teori
31
Proses pembelajaran terjadi ketika suatu perilaku mendatangkan hasil yang menyenangkan bagi seseorang, maka perilaku tersebut akan diulang kembali. Sebaliknya jika prilaku mendatangkan hasil yang tidak menyenangkan bagi seseorang maka prilaku tersebut tidak akan diulang kembali atau dihindari. Misalnya seorang anak akan mendapat pujian dari ibunya ketika membuang daun, plastik dan bungkus makananya ke tempat sampah. Sebaliknya ia selalu dimarahi oleh ibunya kalau membuang bungkus makanan ke
sembarang tempat. Anak belajar melalui instrumental
conditioning, sehingga ketika dewasa akan terbentuk sikap positif terhadap benda benda yang digolongkan sebagai sampah. Hal tersebut tampak melalui prilaku yang membuang sampah selalu ke tempat sampah yang tersedia.
c). Belajar melalui pengalaman (observational learning) Proses pembelajaran juga bisaa melalui mengamati prilaku orang lain, kemudian dijadikan contoh untuk berprilaku serupa. Banyak sikap/prilaku yang terbentuk karena kita aktif mengamati berita-berita dan gambar-gambar melalui koran, televisi, majalah dan media lainya. Misalnya prilaku merokok pada anak remaja dilakukan dengan meniru prilaku teman-teman sebayanya dalam lingkungan pergaulan.
32
Perbandingan sosial adalah proses pembelajaran dengan membandingkan orang lain untuk mengecek apakah pandangan kita mengenai sesuatu hal adalah benar atau salah. Sikap diperoleh seseorang melalui anjuran dari orang-orang yang dikenal dan dihormatinya. Seseorang memiliki sikap positif atau negatif tertentu terhadap objek sikap karena membandingkan dan ingin menyamakan diri dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Misalnya sikap positif terhadap suatu partai politik tertentu dapat dibentuk, walaupun kita tidak mengenal langsung satu orang pun dari partai politik tersebut.
Dikatakan oleh Walgito sebagai mana di kutip oleh Ninaw. Syam bahwa ada beberapa faktor penting yang
mempengaruhi sikap, yaitu21:
a). Faktor Fisioligis
Faktor fisioligis seseorang akan ikut menentukan bagaimana sikap seseorang. Faktor fisiologis tersebut diantaranya adalah umur dan kesehatan. Pada umumnya orang muda sikapnya lebih radikal dari pada sikap orang yang lebih tua. Orang yang sering sakit lebih bersikap tergantung dari pada orang yang tidak sering sakit.
21. Ninaw. Syam, Psikologi Sosial Sebagai Akar Ilmu Komunikasi,
33
b). Faktor Pangalaman Langsung Terhadap Objek Sikap
Bagaimana sikap seseorang terhadap objek sikap akan dipengaruhi oleh pengalaman langsung orang yang bersangkutan dengan objek sikap tersebut. Misalnya orang yang mengalami peperangan yang mengerikan, akan mempunyai sikap yang berbeda dengan orang orang tidak mengalami peperangan terhadap objek sikap peperangan. Orang akan mempunyai sikap yang negatif terhadap peperangan atas dasar pengalamanya.
c). Faktor kerangka acuan
Kerangka acuan merupakan faktor yang penting dalam sikap seseorang, karena kerangka acuan ini akan berperan terhadap objek sikap. Bila kerangka acuan tidak sesuai dengan objek sikap, maka orang akan mempunyai sikap yang negatif terhadap objek sikap tersebut.
d). Faktor Komunikasi Sosial
Faktor komunikasi sosial menjadi determinan sikap seseorang. Komunikasi sosial yang berwujud informasi dari seseorang kepada orang lain dapat menyebabkan perubahan sikap yang ada pada diri orang yang bersangkutan.
34
B. DERMAWAN
1. Pengertian dermawan
Filantropi (bahasa Yunani : philein berarti cinta
dan anthropos yang berarti manusia) adalah seseorang yang
mencintai sesama manusia, sehingga menyumbangkan waktu, uang, dan tenaganya untuk menolong orang lain. Istilah ini umumnya diberikan kepada orang-orang yang memberikan banyak dana untuk amal. Biasanya, filantropi seorang kaya raya adalah yang sering menyumbang untuk orang miskin.22
Filantropi berasal dari dunia Barat yang berarti kedermawanan. Filantropi Islam bisa diartikan sebagai pemberian karitas (charity) yang berdasarkan pada pandangan untuk mempromosikan keadilan sosial dan kemaslahatan bagi masyarakat umum. Dalam ajaran Islam, wacana filantropi sesungguhnya sudah ada dan melekat dalam sistem teologi yang dimilikinya dan telah dipraktekkan sejak dahulu dalam bentuk zakat, wakaf, dan sebagainya.
Orang yang dermawan adalah orang yang senang jika bisa membantu orang lain yang sedang ditimpa kesusahan. Dengan memiliki sifat yang dermawan maka
hidupnya akan lebih bahagia karena dengan
35
kedermawanannya maka akan melapangkan dadanya. Secara sosial orang yang dermawan akan disenangi banyak orang, sehingga orang pun tidak enggan untuk bergaul dengannya. Sedangkan kebalikannya adalah sifat tamak. Orang yang tamak hidupnya selalu tidak tenang.
Bila kita ingin menyumbang atau berderma, kita tidak harus menunggu datangnya musibah. Artinya, dengan atau tanpa musibah kegiatan berderma harus tetap diserukan atau dilaksanakan. Sebab agama Islam menempatkan kedermawanan sebagai perilaku luhur yang patut dijalankan oleh umatnya, Namun demikian, bila kita mencari kata “kedermawanan” dalam Al Qur‟an maupun terjemahnya, kecil kemungkinan bisa bertemu. Kedermawanan hanya bisa ditemukan dalam kosakata Bahasa Indonesia. Sementara dalam Al Quran padanan atau persamaan kata yang cocok untuk “kedermawanan” adalah infak atau Ṣodaqah.23
Dalam kamus lengakap bahasa Indonesia kata “dermawan” berarti memberikan sebagian harta yang dimiliki untuk kepentingan orang lain tanpa keterpaksaan. Secara sosial orang yang memiliki sifat dermawan akan disenangi banyak orang. Dermawan merupakan cermin perilaku mulia terhadap sesama dan kepada Sang Pencipta.
Perilaku dermawan dapat membantu mengurangi
36
kesenjangan antara si kaya dan si miskin. Sebutan bagi orang yang senang berṣodaqah, baik ṣodaqah yang berupa harta benda, doa, tenaga, maupun pikiran. Senyum juga dapat dikategorikan sebagai bentuk ṣodaqah karena ṣodaqah merupakan pemberian seseorang kepada orang lain dengan
tujuan membahagiakan.24
Salah satu akhlak yang mulia dalam tuntunan islam adalah as-syakhaa‟ yang mengadung unsur pemberian yang dimiliki kemudahan dalam memberikan sesuatu tanpa pamrih tanpa pemborosan tanpa harus diminta kepada yang mengeluarkanya.
Amal yang terbaik adalah amal yang terbebas dari faktor-faktor yang membuat amal tidak akan diterima,
seperti riya’ dan dan mengharapkan keuntungan duniawi.
Amal yang lebih baik laigi adalah amal yang dikerjakan dengsn hati ysng senantiasa hadir dihadapan Allah dan tidak
peduli dengan bisikan-bisikan setan. 25
Salah satu akhlak mulia dalam tuntunan islam ialah as-sakha‟ (dermawanan,murah tangan dan murah hati) lawan dari katanya adalah al-bukhl (kikir). Menurut al-Manawi arti “as-sakha” adalah kedermawanan atau memberikan sesuatu yang patut kepada orang lain yang patut diberi, atau
24
Solihin, Kedermawanan, (Yogyakarta: Insan Madani, 2008), h.4
25. Ibnu Atha‟illah Al-Iskandari,Al-Hikam,Kitab Tasawuf Sepanjang