• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyelarasan Teknologi dan Keseimbangan Lingkungan Pada Peraturan Daerah Menara Bersama Telekomunikasi (Studi Kritis Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Menara Telekomunikasi di Kota Bandung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penyelarasan Teknologi dan Keseimbangan Lingkungan Pada Peraturan Daerah Menara Bersama Telekomunikasi (Studi Kritis Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Menara Telekomunikasi di Kota Bandung)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PENYELARASAN TEKNOLOGI DAN KESEIMBANGAN LINGKUNGAN PADA PERATURAN DAERAH MENARA BERSAMA TELEKOMUNIKASI (STUDI KRITIS

PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI MENARA TELEKOMUNIKASI DI KOTA

BANDUNG)

Priandi Ramadhan¹, Prodi Mbti² Universitas Telkom Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh menjamurnya pembangunan menara telekomunikasi di berbagai daerah di Indonesia yang didorong oleh melonjaknya jumlah pelanggan telekomunikasi khususnya seluler tujuh tahun belakangan. Peningkatan jumlah menara telekomunikasi akan meningkatkan kualitas pelayanan karena semakin banyak pelanggan yang dapat dijangkau, namun di sisi lain justru akan berdampak negatif bagi keseimbangan lingkungan. Untuk itu pemerintah melalui Departemen Komunikasi dan Informatika mengeluarkan Peraturan Menteri nomor 02/PER/M.KOMINFO/3/2008 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi yang sekaligus mendorong dikeluarkannya berbagai Peraturan Daerah mengenai menara telekomunikasi termasuk Pemerintah Daerah Kota Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penyelarasan antara kebutuhan teknologi dan keseimbangan lingkungan sebagai akibat dari pembangunan menara bersama telekomunikasi dalam Peraturan Daerah Kota Bandung nomor 1 tahun 2009 tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Menara Telekomunikasi di Kota Bandung. Jenis penelitian ini adalah Kualitatif Eksploratif dengan menggunakan metode Studi Literatur dan Wawancara Semi Standar. Teknik instrumentasi yang digunakan selama pengumpulan data adalah Lembar Ringkasan Kontak dan proses Coding. Dari hasil analisis data didapatkan bahwa terdapat tiga penyelarasan antara aspek teknologi dan keseimbangan lingkungan yang dapat dilakukan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung nomor 1 tahun 2009 tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Menara

Telekomunikasi di Kota Bandung yaitu Menara Kamuflase, Perancangan titik-titik lokasi menara bersama untuk kota Bandung dan Penggunaan menara masjid atau struktur tinggi lainnya sebagai pengganti menara untuk penempatan BTS. Menara Kamuflase dan Perancangan titik-titik lokasi menara bersama untuk kota Bandung dapat direalisasikan sedangkan Penggunaan menara masjid atau struktur tinggi lainnya sebagai pengganti menara untuk penempatan BTS realisasinya harus ditinjau ulang.

(2)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 TINJAUAN TERHADAP OBJEK STUDI

Peraturan Daerah no 1 tahun 2009 Kota Bandung tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Menara Telekomunikasi di Kota Bandung terdiri dari 63 pasal yang terdapat dalam 15 bab dan ditetapkan pada tanggal 15 Januari 2009 di Kota Bandung. Dinas-dinas yang terkait langsung dengan pengaturan menara telekomunikasi dalam peraturan daerah ini adalah Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Bandung serta Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung.

1.1.1 Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Bandung

Badan KOMINFO Kota Bandung merupakan Lembaga Teknis Daerah yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12 Tahun 2007, Tanggal 4 Desember 2007 serta merupakan penggabungan Satuan Kerja Pemerintah Daerah Dinas dan Kantor Pengelolaan Data Elektronik (KPDE). Dinas KOMINFO beralamat di Jalan Cianjur No. 34 Bandung.

Tugas pokoknya adalah melaksanakan sebagian urusan Pemerintah Daerah di bidang komunikasi, informatika dan hubungan masyarakat berdasarkan azas otonomi dan pembantuan. Serta memiliki fungsi di antaranya:

1. Perumusan kebijakan teknis di bidang komunikasi, informatika dan hubungan masyarakat;

2. Pembinaan dan pelaksanaan komunikasi dan kehumasan yang meliputi pos dan telekomunikasi, sarana komunikasi, desiminasi informasi dan teknologi informasi serta hubungan masyarakat; 3. Pelaksanaan pelayanan teknis administratif Dinas, dan

(3)

2

4. Pelaksanaan tugas yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Pembinaan yang dilakukan tidak hanya kepada para operator namun juga kepada pihak pemerintah daerah sendiri selaku pelaksana lapangan dari penerapan kebijakan sektor telekomunikasi. Hal ini mengacu kepada masih banyaknya kerancuan pelaksanaan kebijakan di lapangan oleh pemerintah daerah sendiri.

1.1.2 Dinas Tata Kota dan Cipta Karya

Dinas Tata Kota dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung Nomor 12/PD/1980. Peraturan Daerah (Perda) ini kemudian direvisi oleh Perda Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung Nomor 8 tahun 1997 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung yang kemudian direvisi untuk terakhir kalinya oleh Perda Kota Bandung Nomor 5 Tahun 2001. Dinas Tata Kota merupakan pecahan dari biro pembangunan pada Ekbangpal (Ekonomi, Pembangunan dan Peralatan) yang dibentuk pada tahun 1973 sebagai pengganti biro Planologi.

Dinas Tata Kota memberikan pelayanan kepada masyarakat, swasta dan pemerintah dalam hal:

1. Pemberian informasi rencana tata kota;

2. Survey dan perencanaan trase jalur jalan , jembatan, saluran dan utilitas;

3. Cetak ulang peta; 4. Pengukuran situasi tanah;

5. Pematokan untuk penerapan rencana kota;

6. Penetapan lokasi penggunaan tanah bagi rencana pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah;

(4)

3

7. Pemberian izin lokasi;

8. Pemberian Izin Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT).

Usulan rencana lokasi tata guna lahan dan tujuan disiapkan sebagai dasar pertimbangan dan penjelasan umum dari suatu rencana pengembangan. Penting untuk mengikutsertakan peran masyrakat dalam pengambilan keputusan rencana rencana alokasi lahan.

1.2 LATAR BELAKANG MASALAH

Sejak tahun 2004 hingga 2009, kecenderungan jumlah pelanggan telepon selular di Indonesia mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Mulai dari seitar 30 juta pelanggan pada tahun 2004 hingga hampir 160 juta pelanggan pada tahun 2009 (Kementrian Kominfo). Disahkannya Undang-undang no. 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi merupakan salah satu faktor utama meningkatnya pertumbuhan pelanggan tersebut, karena dibukanya kesempatan seluas-luasnya bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), badan usaha swasta atau koperasi yang ingin menyediakan jaringan atau jasa telekomunikasi.

(5)

4

Gambar 1.1 Perkembangan pelanggan jaringan telepon bergerak

Sumber: White Paper Kementrian Komunikasi dan Informatika 2010

Tingginya pertumbuhan pelanggan tersebut di satu sisi juga mendorong peningkatan kebutuhan akan sarana dan prasarana penunjang telekomunikasi. Khusus untuk sistem telekomunikasi selular, salah satu sarana dan prasarana telekomunikasi yang sangat penting adalah menara pemancar-penerima atau menara BTS (Base Transciever Station). Adalah hal yang dapat dimengerti bahwa untuk menjamin tersedianya layanan telekomunikasi di sutau wilayah, kehadiran menara BTS mutlak diperlukan. Menara yang sudah ada pada saat itu, dirasa tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan

(6)

5

layanan telekomunikasi yang berkualitas. Di beberapa lokasi yang dianggap memiliki kepadatan pengguna yang tinggi sejumlah menara dibangun dalam jarak yang relatif berdekatan oleh operator yang sama guna meningkatkan kualitas pelayanan. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah menara BTS pada tahun 2008 di seluruh Indonesia mencapai sekitar 76.000 unit dengan Telkomsel, XL Axiata dan Indosat menjadi pemilik menara terbanyak yang masing-masing berjumlah 26.872, 16.729 dan 14.162 unit. Sedangkan sekitar 18.000 unit sisanya dimiliki oleh operator-operator lainnya (Aziz).

Namun di sisi lain, maraknnya pembangunan menara BTS ini jika terus-menerus dibiarkan akan berdampak negatif bagi keseimbangan lingkungan. Tidak semua lahan, misalnya, cocok untuk didirikan menara di atasnya. Ketidakcocokan tersebut diantaranya dapat dilihat dari berkurangnya aspek estetika kota dikarenakan seakan-akan menjadikan kota seperti hutan menara, ketidaksesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang terlah disusun oleh pemerintah daerah setempat, pemborosan penggunaan ruang karena pada saat itu satu menara hanya digunakan oleh satu operator, hingga protes warga atas pembangunan menara di wilayah tempat tinggalnya dengan alasan yang beragam.

Untuk itu pemerintah melalui Departemen Komunikasi dan Informatika mengeluarkan Peraturan Menteri nomor 02/PER/M.KOMINFO/3/2008 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi. Terdapat dua hal paling prinsipil yang mengubah cara para operator dalam hal pembangunan menara BTS. Pertama, diwajibkannya penggunaan menara bersama yaitu penggunaan menara oleh dua operator atau lebih demi efektifitas dan efisiensi penggunaan ruang dengan tetap memperhatikan

(7)

6

kesinambungan pertumbuhan industri telekomunikasi terkecuali pembangunan menara pada daerah perintis telekomunikasi. Kedua, Peraturan Menteri ini mendorong dibentuknya dasar hukum bagi penyelenggaraan dan pengelolaan menara telekomunikasi di tingkat pemerintah daerah. Sehingga diharapkan pembangunan menara dapat lebih terkoordinasi dengan baik, peningkatan transparansi dalam mekanisme kerja serta lebih dilibatkannya peran masyarakat dalam menentukan kebijakan untuk penataan ruang yang efektif dan efisien demi kepentingan umum.

Sejak diterbitkannya Peraturan Menteri Kominfo nomor 02 tahun 2008 tersebut, mulai banyak pemerintah daerah yang menerbitkan peraturan daerah khusus untuk mengatur masalah penyelenggaraan menara telekomunikasi bersama seperti Yogyakarta, Surabaya, Bogor, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Padang Pariaman dan Kabupaten Garut pada tahun 2008 serta Batam pada tahun 2009. Bahkan beberapa pemerintah daerah telah menerbitkan peraturan terkait sebelum Peraturan Menteri Kominfo nomor 02 tahun 2008 di atas. Seperti Makasar, Provinsi DKI Jakarta dan Kabupaten Badung, Bali pada tahun 2006 serta Provinsi Sumatera Utara dan Semarang pada tahun 2007 (Aziz).

Salah satu pemerintah daerah yang juga menerbitkan peraturan terkait adalah Pemerintah Kota Bandung pada tahun 2009 melalui Peraturan Daerah Kota Bandung nomor 01 tahun 2009 tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Menara Telekomunikasi di Kota Bandung. Namun masalah tidak selesai begitu saja. Kurang rincinya kewenangan pemerintah daerah yang diatur dalam Peraturan Menteri Kominfo di atas menyebabkan perbedaan penafsiran antara yang diharapkan pemerintah pusat dengan daerah dalam pengaturan menara

(8)

7

telekomunikasi bersama sehingga terjadinya inefisiensi dalam pengaturan dan penggunaan menara bersama (Saputra). Sebagai gambaran di lapangan, dari 1500-an menara telekomunikasi di Kota Bandung, hanya sekitar 250-an yang terdaftar (Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya). Masalah awal yang coba dipecahkan melalui peraturan daerah ini pun belum sepenuhnya tuntas. Efektifitas dan efisiensi penggunaan ruang dengan tetap memperhatikan kesinambungan pertumbuhan industri telekomunikasi pun kurang tercapai.

Berdasarkan fakta tersebut di atas maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang bagaimana sebenarnya penyelarasan aspek teknologi dan keseimbangan lingkungan dalam pembangunan menara bersama telekomunikasi, dan menuangkannya dalam bentuk skripsi yang berjudul:

“Penyelarasan Teknologi Dan Keseimbangan Lingkungan Pada Peraturan Daerah Menara Bersama Telekomunikasi (Studi Kritis Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Dan Retribusi Menara Telekomunikasi Di Kota Bandung)”

1.3 PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut penulis akan membatasi pembahasan dengan perumusan masalah:

Apa sajakah penyelarasan antara kebutuhan teknologi dan keseimbangan lingkungan sebagai akibat dari pembangunan menara bersama telekomunikasi dalam Peraturan Daerah Kota Bandung nomor 1 tahun 2009 tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Menara Telekomunikasi di Kota Bandung?

(9)

8

1.4 TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: Untuk mengetahui apa saja penyelarasan antara kebutuhan teknologi dan keseimbangan lingkungan sebagai akibat dari pembangunan menara bersama telekomunikasi dalam Peraturan Daerah Kota Bandung nomor 1 tahun 2009 tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Menara Telekomunikasi di Kota Bandung.

1.5 KEGUNAAN PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun praktis, antara lain sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

a) Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pengembangan ilmu regulasi sektor telekomunikasi pada umumnya dan regulasi tentang menara bersama telekomunikasi pada khususnya.

b) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pengetahuan sesuai dengan kepentingan dan kebutuhannya serta bermanfaat bagi usaha pengembangan disiplin ilmu regulasi sektor telekomunikasi.

2. Kegunaan Praktis

a) Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada masyarakat tentang aspek teknologi dan keseimbangan lingkungan pembangunan menara bersama telekomunikasi. b) Diharakan dapat menjadi bahan pertimbangan penyelarasan

aspek teknologi dan keseimbangan lingkungan secara nasional oleh pemerintah.

(10)

77

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta untuk menjawab masalah penelitian maka peneliti sampai kepada kesimpulan bahwa:

1. Proses perencanaan menara telekomunikasi berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung No 1 Tahun 2009 dilakukan oleh penyelenggara telekomunikasi melalui kajian teknis masing-masing sekaligus sebagai pelaksana pembangunan di lapangan. Peran pemerintah adalah menjalankan fungsi administratif pendataan, pengkajian kelayakan serta bersama masyarakat menjalankan fungsi pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan menara telekomunikasi di kota Bandung.

2. Penyelarasan teknologi dan keseimbangan lingkungan yang berupa pendirian Menara Kamuflase belum disebutkan secara khusus dalam Peraturan Daerah Kota Bandung No 1 Tahun 2009. Walaupun demikian pendirian menara kamuflase dapat direalisasikan karena dapat diwujudkan secara teknologi dan tidak tidak merugikan keseimbangan lingkungan bahkan dapat menambah aspek esetetika.

3. Penyelerasan teknologi dan keseimbangan lingkungan yang berupa Perancangan titik-titik lokasi menara

(11)

78

bersama untuk kota Bandung telah tercantum dalam

Peraturan Daerah Kota Bandung No 1 Tahun 2009 pasal 6 ayat (2) serta pasal 24 ayat (3) dan (4). Perancangan titik-titik lokasi menara bersama untuk kota Bandung juga dapat direalisasikan karena memungkinkan secara teknologi dan diindikasikan lebih mengarah kepada terjaganya keseimbangan lingkungan.

4. Penyelerasan teknologi dan keseimbangan lingkungan yang berupa Penggunaan menara masjid atau struktur tinggi lainnya sebagai pengganti menara untuk

penempatan BTS telah tercantum dalam Peraturan

Daerah Kota Bandung No 1 Tahun 2009 pasal 7 ayat (1) serta pasal 11 ayat (2) huruf b. Namun demikian Penggunaan menara masjid atau struktur tinggi lainnya sebagai pengganti menara untuk penempatan BTS tidak

dapat direalisasikan karena mengurangi keseimbangan

lingkungan dengan berkurangnya estetika.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti dapat memberikan saran terkait hasil penelitian ini yaitu:

1. Pembagian peran antara operator dan pemerintah dalam penyelenggaraan menara bersama telekomunikasi dalam Peraturan Daerah Kota Bandung No 1 Tahun 2009 sudah tepat, namun perlu ditingkatkan koordinasi di antara lembaga Pemerintah Daerah sendiri.

2. Pemerintah Daerah harus menghimbau penggunaan kamuflase pada menara-menara telekomunikasi di kota

(12)

79

Bandung melalui revisi Peraturan Daerah Kota Bandung No 1 Tahun 2009.

3. Pemerintah Daerah harus segera merealisasikan perancangan titik-titik lokasi menara bersama untuk kota Bandung yang hingga kini masih menjadi wacana. 4. Pemerintah Daerah harus menghimbau operator pemiliki

BTS yang ditempatkan di menara masjid untuk melakukan penyesuaian tampilan BTS tersebut sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Bandung No 1 Tahun 2009 pasal 11 ayat (2) huruf b.

Saran-saran untuk penelitian selanjutnya:

1. Berangkat dari hasil penelitian ini, penelitian selanjutnya hendaknya dapat mengembangkan bahasan yang lebih menekankan kepada aspek manajemen dari perencanaan dan penataan menara telekomunikasi dengan memasukkan unsur-unsur regulasi dan penyelarasan teknologi dan keseimbangan lingkungkan sebagai bahan kajian literatur.

2. Masalah yang ditemukan peneliti dalam penerapan Peraturan Daerah Kota Bandung No 1 Tahun 2009 ini namun tidak termasuk dalam perumusan masalah penelitian ini adalah kurangnya koordinasi antar lembaga pemerintahan daerah khususnya Dinas Komunikasi dan Informatika, Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya serta Balai Pelayanan Perizinan Terpadu sehingga belum jelas siapa yang sebernarnya berwenang untuk berinisiatif dan memimpin penataan menara telekomunikasi di kota

(13)

80

Bandung. Hal tersebut dapat diangkat menjadi latar belakang suatu penelitian ilmiah di bidang yang dianggap tepat.

(14)

81

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin & Asikin, Zainal (2010). Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rajawali Pers.

Anthony, Christopher (1999). “Perencanaan Menara Telekomunikasi dengan Metode Load and Resistance Factor Design (LRFD) Standard AISC. Teknik Sipil, Universitas Pelita Harapan, Bandung.

Azwar, Aziz (2009). Implementasi Kebijakan dan Pembangunan dan

Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi. Jakarta:

Puslitbang Postel.

Bandung, Pemerintah Kota. Profil Pemerintahan. [Online]. http://www.bandung.go.id/?fa=pemerintah.detail&id=326 [18 April 2001].

Holyoak, Joel N., et al (2000). Base Transciever Station Antenna. IEEE 802.16 Broadband Wireless Access Working Group Project. Dallas: Institute of Electrical and Electronics Engineers-Publications.

H. Ilham, Ismoro (2008). Pelaksanaan Perjanjian Sewa Menyewa Tanah Untuk Pendirian Base Transciever Station (BTS) oleh Perusahaan Telekomunikasi Seluler PT. Indosat, Tbk di Kantor Pusat Regional Semarang. Tesis Pasca Sarjana pada Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro Semarang: tidak diterbitkan.

Kabar86. Bandung Hutan Tower. [Online]. http://www.kabar86.com/berita/view/8742/bandungraya/dada-kota-bandung-jangan-jadi-hutan-tower. [18 April 2011]. Kementerian Perencanaan Pembanungan Nasional / Badan

(15)

82

Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010 – 2014.

Jakarta: Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional. Komalawati, Ratna Ayu (2009). Pengendalian dan Penataan

Banungan Base Transciever Station (BTS) di Kota Malang. Skripsi Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang: tidak diterbitkan.

Laporan Tahunan Indosat (2010). Full Year 2009 Results: Investor Memo. Jakarta: PT. Indosat Mega Media Tbk.

Laporan Tahunan Telkomsel (2010). 2009 Annual Report: Reshaping The Curve for Sustainable Growth. Jakarta: PT Telekomunikasi Selular Tbk.

Laporan Tahunan XL (2010). Laporan Tahunan 2009: Value Beyond Price. Jakarta: PT XL Axiata Tbk.

Miles, Matthew B. & Huberman, A. Michael (1992). Analisis Data

Kualitatif; Buku Sumber Tentang Metode-metode Baru

(Penerjemah: Tjetjep Rohendi Rohidi). Jakarta: UI-Press. Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Noor, Djauhari (2006). Geologi Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Notohadiprawiro, Tejoyuwono (2006). Pendidikan Lingkungan. Materi Perkuliahan Ilmu Tanah Universitas Gajah Mada. Patilima, Hamid (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:

Alfabeta.

Pemerintah Kota Bandung (2009). Peraturan Daerah Kota Bandung No. 1 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan dan Retribusi

Menara Telekomunkasi di Kota Bandung. Bandung: Pemkot

(16)

83

Pramsistya, Yustaf (2008). Optimasi Penempatan BTS dengan

Menggunakan Algoritma Genetika. Skripsi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Surabaya: tidak diterbitkan.

Salim, Emil (1993). Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta: PT Mutiara Sumber Media.

Santoso, Budi (2007). Persaingan Bisnis Telkomunikasi. Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro, Semarang.

Saputra, David (2010). Tinjaun Yuridis terhadap Pembangunan dan Pengelolaan Menara Telekomunikasi Bersama Berdasarkan Persepsi Hukum Persaingan Usaha Dikaitkan dengan

Kewenangan Daerah dalam Perngaturan Perizinan. Skripsi

Sarjana pada Fakultas Hukum Universitas Padjajaran Bandung: tidak diterbitkan.

Satori, Djam’an & Komariah, Aan (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif (cetakan kedua). Bandung: Alfabeta.

Shet, N. S. V. et al (2010). “Implementation of Handoff through

Wireless Access Point Technique”. Jounal of

Telecommunication, Volume 2, Issue 2.

Sugiyono (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sunomo (2004). Pengantar Sistem Komunikasi Nirkabel. Jakarta: Grasindo.

Susilowati, Endah (2010). Penentuan Lokasi Base Transciever Station (BTS) Bersama di Kota Surakarta dengan Model Set

Covering Problem. Skripsi Fakultas Teknik Universitas Sebelas

Maret Surakarta: tidakk diterbitkan.

Tharom, Tabratas et al (2002). Mengenal Teknologi Informasi. Jakarta: Elex Media Komputindo.

(17)

84

Wikipedia. Bandung. [Online]. http://id.wikipedia.org/wiki/Bandung 18 April 2011 13:40[18 April 2011].

Gambar

Gambar 1.1  Perkembangan pelanggan jaringan telepon  bergerak

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan suhu menyebabkan lahan yang sesuai untuk tanaman kopi arabika saat ini akan bergeser ke daerah yang lebih tinggi.. Artinya, luas areal yang sesuai akan

Corporate governance dalam penelitian ini diukur dengan dua proksinya yaitu ukuran Komite Audit, proporsi anggota Komite Audit yang berasal dari pihak independen, sementara

Penggunaan kitosan yang berlebih menyebabkan ukuran partikel semakin besar, seperti terjadi pada formula P, jumlah ekstrak yang digunakan lebih sedikit dibanding dengan

Untuk menelusur katalog terpasang yang dimiliki BPAD Provinsi DIY melalui jaringan lokal, dapat dilakukan dengan menggunakan komputer yang terpasang dengan jaringan

Faktor yang menjadi kendala untuk mewujudkan peran dan mekanisme dalam pemenuhan hak-hak perempuan dan anak paska perceraian yaitu timbul dari pihak mantan suami

Hasil uji t dengan moderate menunjukan H5 yang merupakan interaksi antara Profitabilitas terhadap keputusan pendanaan dengan pertumbuhan perusahaan memberikan koefisien

Guna mengatasi persoalan terbatasnya sumberdaya internal tersebut perlu adanya inisiasi dari agen pengembangan komunitas di dusun Pandes yang masih bertahan untuk

7.. Adalah benar sebagai lembaga yang memiliki kredibilitas dan kemampuan untuk melaksanakan kegiatan pendidikan masyarakat, dan dianggap layak mengajukan dana