• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUHINTELLECTUAL CAPITALTERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

Ferandi Prasetio, Rahardja1

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedharto SH Tembalang, Semarang 50239, Phone: +622476486851

ABSTRACT

This study aims to analyze and provide empirical evidence of the influence of intellectual capital to company’s financial performance. Hypothesis (1) Intellectual Capital affect to company’sfinancial performance, (2) Intellectual Capital positively affect company’sfinancial performance for upcoming year.

This study uses secondary data to the entire population of banks and insurance companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) 2011-2013. The method used to determine study sample was purposive sampling method, in order to obtain 114 sample companies, which each year is composed of 38 companies. The method of analysis used in this study is Partial Least Square (PLS).

The result shows that intellectual capital have effect to company’s financial performance and company’sfinancial performance for upcoming year

Keywords: Intellectual capital, company’s financial performance, company’s financial performance for upcoming year, ROA, ROE, and MTBV

PENDAHULUAN

Untuk dapat mempertahankan bahkan meningkatkan kinerja keuangannya tentu tidaklah mudah. Perusahaan harus mampu memaksimalkan segala sesuatu yang dimilikinya. Di era globalisasi seperti sekarang ini, untuk memenangi persaingan bisnis, perusahaan tidak bisa jika hanya mengandalkan aset berwujud saja. Aset berwujud seperti sumber daya alam (SDA) misalnya, lama-kelamaan jumlahnya semakin menipis. Dan pada saatnya nanti akan habis. Seperti cadangan minyak bumi di seluruh belahan dunia, yang diperkirakan akan habis sekitar 53 tahun dari sekarang (http://finance.detik.com). Perusahaan yang kegiataan bisnis utamanya bergantung pada minyak bumi tentu harus mencari sumber alternatif lain, atau melakukan diversifikasi produk, jika ingin bisnisnya tetap berjalan. Jika tidak, maka dapat diprediksi kegiatan operasinya akan berhenti 53 tahun mendatang. Banyak hal yang dapat dilakukan perusahaan untuk tetap bertahan ditengah fenomena yang mencengangkan ini, salah satunya yaitu dengan memanfaatkan aset tidak berwujud.

Aset tidak berwujud atau Intangible Asset, memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan aset berwujud atauTangible Asset, salah satunya adalah aset tidak berwujud memiliki umur ekonomis lebih panjang dan dapat diperbaharui. Hal ini sesuai dengan Barney (1991) yang mengatakan bahwa aset tidak berwujud dapat diperlakukan sebagai aset strategis yang dapat memberikan keunggulan kompetitif berkelanjutan bagi perusahaan karena sifatnya yang berharga, sulit ditiru, langka dan sukar untuk disubtitusi dengan hal lain.

Menyadari akan pentingnya peranan aset tidak berwujud yang berkontribusi nyata terhadap keunggalan kompetitif, para pelaku bisnis mulai berusaha untuk mengelola dan memanfaatkannya dengan efektif dan efisien. Hal ini ditandai dengan makin meningkatnya investasi untuk aset tidak berwujud seperti peningkatan anggaran Research and Development dan peningkatan anggaran untuk training karyawan di beberapa perusahaan (http://www.the-marketeers.com). Namun sayangnya hal ini tidak diimbangi dengan 1Corresponding author

(2)

pelaporan keuangan yang sesuai. Selama ini pelaporan keuangan perusahaan hanya berfokus pada kinerja keuangan perusahaan saja. Ada beberapa informasi-informasi lain yang perlu disampaikan kepada pengguna laporan keuangan, yaitu mengenai adanya nilai lebih yang dimiliki perusahaan. Nilai lebih tersebut berupa adanya inovasi, penemuan, pengetahuan, perkembangan karyawan, dan hubungan yang baik dengan para konsumen, yang sering diistilahkan sebagaiKnowledge Capital(Modal Pengetahuan) atau Intellectual Capital(Modal Intelektual).

Menurut Mondal dan Gosh (2012) definisi dariIntellectual Capital atau IC berbeda antara satu peneliti dan peneliti lain. Tidak ada kesepakatan bersama mengenai definisi dari IC. Secara umum, IC dapat didefinisikan sebagai aset tidak berwujud, atau faktor penting yang tidak berwujud dari perusahaan, yang memiliki dampak signifikan terhadap kinerja dan kesuksesan perusahaan secara keseluruhan, meskipun IC tidak secara eksplisit disajikan dalam neraca. Jika disajikan, pasti digolongkan kedalamgoodwill.

Semakin berkembangnya konsepIntellectual Capital, diperlukan suatu metode untuk dapat mengukurnya dengan tepat. Pulic (1998, 1999, 2000) (dalam Ulum, 2007), tidak mengukur secara langsungIntellectual Capitalperusahaan, tetapi mengajukan suatu ukuran untuk menilai efisiensi dari nilai tambah sebagai hasil dari kemampuan intelektual perusahaan (Value Added Intellectual CoefficientVAIC). Komponen utama dari VAIC dapat dilihat dari sumber daya perusahaan, yaitu physical capital(VACA value added capital employed), human capital (VAHU value added human capital), danstructural capital(STVAstructural capital value added).

Menurut Pulic (1998) (dalam Ulum, 2007) tujuan utama dalam ekonomi yang berbasis pengetahuan adalah untuk menciptakan value added. Sedangkan untuk dapat menciptakan value added dibutuhkan ukuran yang tepat tentang physical capital (yaitu dana-dana keuangan) dan intellectual potential(direpresentasikan oleh karyawan dengan segala potensi dan kemapuan yang melekat pada mereka). Lebih lanjut Pulic (dalam Ulum, 2007) menyatakan bahwa intellectual ability (yang kemudian disebut dengan VAIC) menunjukkan bagaimana kedua sumber daya tersebut (physical capital dan intellectual potential) telah secara efisiensi dimanfaatkan oleh perusahaan.

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Menurut Resource Based Theory (RBT), perusahaan memperoleh keuntungan kompetitif dan mencapai kinerja yang unggul dengan memiliki, memperoleh, dan menggunakan aset strategis secara efektif. Aset-aset strategis yang dimaksud mencakup aset berwujud berupa aset fisik, dan aset tidak berwujud yang telah dimiliki, dikembangkan, dan digunakan perusahaan dalam mempertahankan strategi yang kompetitif dan menguntungkan (Wernerfelt, 1984 dalam Komnenic dan Pokrajcic, 2012). Aset fisik seperti tanah, mesin, dan bangunan sangat mudah diperoleh di pasar bebas dan sangat mudah untuk ditiru, sehingga sulit bagi perusahaan jika hanya mengandalkan aset fisik semata. Oleh karena itu, perusahaan juga harus memanfaatkan aset tidak berwujud yang dimilikinya agar bisa bersaing ditengah persaingan industri yang semakin ketat.

Barney (1991) (dalam Komnenic dan Pokrajcic, 2012) mengatakan bahwa aset tidak berwujud dapat diperlakukan sebagai aset strategis yang dapat memberikan keunggulan kompetitif berkelanjutan bagi perusahaan karena sifatnya yang berharga, sulit ditiru, langka dan sukar untuk disubtitusi dengan hal lain.

Dalam penelitian ini, kerangka pemikiran menggambarkan hubungan antara variabel independen dan dependen. Variabel independen penelitian yaitu intellectual capital, sedangkan variabel dependen adalah kinerja keuangan dan kinerja keuangan tahun mendatang. Kerangka pemikiran dapat ditunjukkan pada gambar 1 berikut.

(3)

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Intellectual Capital Kinerja Keuangan Kinerja Keuangan Tahun Mendatang

Sumber : Konsep yang dikembangkan untuk penelitian ini.

Pengaruh Intellectual Capitalterhadap Kinerja Keuangan Perusahaan

Kinerja keuangan sifatnya sangat penting, baik bagi pihak perusahaan sendiri maupun bagi para stakeholders yang mempunyai beragam kepentingan. Dengan kinerja keuangan yang baik berarti perusahaan sudah berhasil memanfaatkan seluruh sumber daya yang dimilikinya dengan baik sehingga menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.Bagi karyawan, kinerja keuangan yang baik menandakan bahwa perusahaan sanggup memenuhi kebutuhan-kebutuhan mererka seperti gaji dan tunjangan. Sehingga mereka tidak perlu khawatir akan kelangsungan masa depan mereka. Para karyawan dapat bekerja dengan tenang. Bagi para investor, kinerja keuangan yang baik mengindikasikan bahwa perusahaan telah berhasil dengan baik memanfaatkan dana yang mereka investasikan. Sehingga para investor tidak perlu khawatir jika dana yang mereka investasikan akan disalah gunakan. Sedangkan bagi kreditur, kinerja keuangan yang baik menunjukkan bahwa perusahaan telah berhasil memanfaatkan dana yang mereka pinjam dari kreditur dengan baik. Dengan begitu pihak kreditur tidak perlu jika perusahaan gagal mengembalikan atau gagal melunasi dana yang mereka pinjamkan.

H1:Intellectual Capital berpengaruh positif terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Tahun Mendatang

Kinerja keuangan perusahaan di tahun mendatang sama pentingnya dengan kinerja keuangan perusahaan di tahun sebelumnya. Jika perusahaan mampu mempertahankan kinerja keuangannya atau malah meningkatkannya, tentu saja hal ini akan semakin menguntungkan perusahaan. Disisi lain akan menarik minat investor-investor baru untuk menanamkan modalnya pada perusahaan setelah melihat konsistensi perusahaan dalam mempertahankan dan meningkatkan kinerja keuangannya. Selain itu juga dari pihak kreditur akan semakin yakin dan berani untuk menggelontorkan dana yang lebih besar kepada perusahaan tanpa takut ada resiko gagal bayar.

H2: Intellectual Capital berpengaruh positif terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan di tahun mendatang

METODE PENELITIAN Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian dapat diklasifikasikan menjadi: (1) variabel dependen (terikat), yaitu variabel yang dijelaskan dan dipengaruhi oleh variabel independen, dan

(4)

(2) variabel independen (bebas), yaitu variabel yang menjelaskan dan mempengaruhi variabel lain.. Penelitian ini terdiri atas satu variabel bebas, dan satu variabel terikat. Ringkasan variabel penelitian ditunjukkan dalam Tabel berikut ini:

Tabel 1

Ringkasan Variabel, Proksi, dan Pengukuran

Variabel Penelitian Proksi Pengukuran Intellectual Capital (X1)

Value Added(VA) Laba Operasi + Beban Gaji Karyawan + Depresiasi + Amortisasi

Value Added Human Capital (VAHU)

alue dded

Structural Capital Value Added (STVA)

Value Added Capital Employed (VACA)

Value Added Intellectual

Capital(VAIC) VAHU + STVA + VACA

Kinerja Keuangan

(Y1)

Return On Asset(ROA)

Return On Equity(ROE)

Market To Book Value (MTVBV)

Penentuan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak di bidang perbankan dan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2011-2013. Kedua sektor ini dipilih karena merupakan sektor dengan intenstitas intellectual capital yang tinggi (Woodcock & Whitting, 2009). Sampel penelitian ini dipilih dengan metode purposive sampling yang memiliki beberapa kriteria yang sesuai dengan penelitian sehingga sampel yang diperoleh lebih representatif Kriteria-kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel adalahperusahaan sektor perbankan dan asuransi yang menerbitkan laporan keuangan berturut-turut selama 3 tahun dari tahun 2011-2013 dan perusahaan sektor perbankan dan asuransi yang laporan keuangannya memuat seluruh variabel yang diperlukan dalam penelitian.

(5)

VAIC KINERJA

MTBV 0.016

ROA 0.847

Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Partial Least Square (PLS). Dalam hal ini, komponen-komponen Intellectual Capital dan kinerja keuangan perusahaan diperlakukan sebagai variabel laten dengan masing-masing indikatornya. Untuk mengevaluasi atau menguji model PLS, terdapat dua analisis yang dilakukan, yakni dengan menilai outer model dan inner model.

Evaluasi model pengukuran atauouter model dilakukan untuk menilai validitas dan reliabilitas model. Jika konstruk berbentuk formatif, maka evaluasi model pengukuran dilakukan dengan melihat signifikasi weightnya. Sehingga uji validitas dan reliabilitas konstruk tidak diperlukan. Untuk memperoleh signifikasi weight harus melalui prosedur resampling (jackknifing atau bootstrapping). Selain itu uji multikolonieritas untuk konstruk formatif mutlak diperlukan dengan menghitung nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan lawannya Tolerance. Jika didapat nilai signifikansi weight T-statistics > 1,96 maka dapat disimpulkan bahwa indikator konstruk adalah valid. Untuk nilai VIF direkomendasikan < 10 atau < 5 dan nilai Tolerance > 0,10 atau > 0,20 (Ghozali dan Latan, 2012).

Evaluasi modelstructural atauinner modelbertujuan untuk memprediksi hubungan antar variabel laten. Inner model dievaluasi dengan melihatnya besarnya presentase variance yang dijelaskan yaitu dengan melihat nilai R-Square untuk konstruk laten endogen, Stone-Geisser (Geisser 1975 dan Stone 1974) test untuk menguji predictive relevance, dan average variance extracted (Fornell dan Larcker 1981) untuk predictiveness dengan menggunakan prosedur resampling seperti jackknifing dan bootstrappinguntuk memperoleh stabilitas dari estimasi (Ghozali dan Latan, 2012).

Dalam menilai model struktural dengan PLS, dimulai dengan melihat nilai R-Squares untuk setiap variabel laten endogen sebagai kekuatan prediksi dari model structural. Interpretasinya sama dengan interpretasi pada OLS regresi. Perubahan nilai R -Squares dapat digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel laten eksogen tertentu terhadap variabel laten endogen apakah mempunyai pengaruh yang substantive. Nilai R-Squares 0,75; 0,50; dan 0,25 dapat disimpulkan bahwa model kuat, moderate, dan lemah. Hasil dari PLS R-Squares merepresentasi jumlah variance dari konstruk yang dijelaskan oleh model. Nilai f2 0,02; 0,15; 0,35 sama dengan yang direkomendasikan Cohen (1998) (dalam Ghozali dan Latan, 2012) untuk definisi operasional regresi berganda. Nilai tersebut dapat diinterpretasikan bahwa prediktor variabel laten memiliki pengaruh kecil, menengah, dan besar pada level struktural (Chin 1998, 2010b dalam Ghozali dan Latan, 2012).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pembahasan Hasil Penelitian

PengujianOuter Model1 dilakukan dengan menguji pengaruhintellectual capital(VAIC) yang diproksikan dengan VACA, VAHU dan STVA terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan 3 ukuran kinerja yaitu ROA, ROE dan MTBV pada tahun yang sama. Sebelumnya akan dilihat terlebih dahulu mengenai pengujian goodness of fit model dari analisis model tersebut. Karena konstruk VAIC dan Kinerja keduanya menggunakan indikator formatif maka nilai outer weightdigunakan sebagai dasar pembahasan. Hasil uji outer weightdapat dilihat pada tabel 2

Tabel 2

(6)

original sample estimate mean of subsamples Standard deviation T-Statistic VAIC STVA 0.382 0.33 0.193 1.974 VACA 0.445 0.529 0.257 1.736 VAHU 0.581 0.497 0.266 2.186 KINERJA MTBV 0.016 0.03 0.305 0.053 ROA 0.847 0.633 0.315 2.684 ROE 0.193 0.348 0.338 0.572 VAIC KINERJA 1 TAHUN MENDATANG MTBV -0.172 ROA 1.040 ROE 0.003 ROE 0.193 STVA 0.382 VACA 0.445 VAHU 0.581

Sumber : Output PLS diolah, 2014

Hasil pengolahan dengan menggunakan SmartPLS dapat dilihat pada Tabel 2 dimana nilaiouter modelatau korelasi antara indikator dengan konstruk yang secara umum sudah memiliki nilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing indikator formatif sudah saling memperkuat pengukuran variabel VAIC maupun KINERJA.

Kriteria validity pada indikator formatif dapat dilihat dari nilai T dari masing-masing indikator variabel. Pada tabel 3 akan disajikan nilai pengujian validitas indikator sebagai berikut:

Tabel 3

Nilai UjiOuter Weight Model1

Sumber : Output PLS diolah, 2014

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa konstruk memenuhi kriteria yang cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan nilai T statistik dari indikator VAIC yang lebih besar dari t tabel sebesar 1,96 untukα= 5% at t t l s s 1,64 t kα= 10%.

Sedangkan untuk indikator KINERJA hanya faktor ROA saja yang memiliki t di atas 1,96. Pengujian Outer Model 2 dilakukan dengan menguji pengaruh intellectual capital (VAIC) yang diproksikan dengan VACA, VAHU dan STVA dari perubahan VACA, VAHU dan STVA terhadap kinerja keuangan perusahaan masa depan yang diukur dengan 3 ukuran kinerja yaitu ROA, ROE dan MTBV pada 1 tahun ke depan. Sama seperti pada Model 1, sebelumnya akan dilihat terlebih dahulu mengenai pengujian goodness of fit model dari analisis model tersebut untuk mengetahui besarnya nilaiouter weightyang akan digunakan sebagai dasar pembahasan. Hasil uji outer weight model 2 dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4

(7)

original sample estimate mean of subsamples Standard deviation T-Statistic VAIC STVA 0.3 0.275 0.133 2.254 VACA 0.471 0.511 0.187 2.513 VAHU 0.599 0.592 0.177 3.386 KINERJAt+1 MTBV -0.172 -0.181 0.186 0.927 ROA 1.04 0.959 0.206 5.046 ROE 0.003 0.095 0.342 0.007 R-square VAIC KINERJA 0.398 STVA 0.300 VACA 0.471 VAHU 0.599

Sumber: Output PLS diolah, 2014

Hasil pengolahan dengan menggunakan SmartPLS dapat dilihat pada Tabel 4 dimana nilai outer model atau korelasi antara indikator dengan konstruk variabel VAIC yang secara umum sudah cukup baik namun pada pengukuran KINERJA masih menunjukkan sedikit inkonsistensi.

Selanjutnya sama seperti pada model 1, setelah diketahui nilai dari outer weightnya, kriteria uji indikator formatif dapat dilihat dari nilai T dari masing-masing indikator variabel. Pada tabel 5 akan disajikan nilai pengujian validitas indikator sebagai berikut :

Tabel 5

Nilai UjiOuter Weight Model2

Sumber : Output PLS diolah, 2014

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa konstruk VAIC sudah memenuhi kriteria yang cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan nilai T statistik dari indikator VAIC dan kinerja yang l h s d t t l s s 1,96 t kα= 5%. S d k t kouter weightKINERJA masih kurang baik.

Setelah pengujian outer model dan memenuhi kriteria, pengujian selanjutnya adalah pengujian inner model atau model struktural dilakukan untuk melihat nilai R-square, yang menjelaskan sejauh mana variabel independen dapat menjelaskan variabel depeneden. Hasil uji inner model1 dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6

Koefisien Determinasi PengaruhIntellectual Capital(VAIC) Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan

Sumber : Output PLS diolah, 2014

Besarnya nilai koefisien determinasi R2 untuk variabel Kinerja diperoleh sebesar 0,398. Hal ini berarti bahwa hanya 39,8% kinerja keuangan perusahaan dapat dipengaruhi oleh modal intelektual (VAIC), sedangkan 60,2% lainnya dapat dipengaruhi oleh variabel lain.

(8)

R-square VAIC

KINERJAt+1 0.511

Sama hal nya dengan pengujian inner model 1, pengujian inner model 2 dilakukan untuk mengetahui besarnya nilai R-Square, yang menunjukkan seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Hasil uji inner model 2 dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7

Koefisien Determinasi PengaruhIntellectual Capital(VAIC) Terhadap Kinerja Perusahaan 1 tahun Ke Depan

Sumber : Output PLS diolah, 2014

Besarnya nilai koefisien determinasi R2 untuk variabel Kinerja 1 tahun ke depan diperoleh sebesar 0,511. Hal ini berarti bahwa sebesar 51,1% kinerja perusahaan t tahun ke depan dapat dipengaruhi oleh modal intelektual (VAIC), sedangkan 48,9% lainnya dapat dipengaruhi oleh variabel lain.

Hipotesis pertama dalam penelitian ini diuji untuk mengetahui apakah intellectual capital yang diproksikan dengan Value Added Intellectual Capital Coefficient (VAIC) berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil pengujian dapat diketahui melalui tabel 8

Tabel 8

Inner Model 1 T-Statistic Kine rj a VAI C Kine rj a

VAI C 4 . 4 3 2 9 9 3

Sumber: Output PLS Diolah, 2014

Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa pengaruh variabel Intellectual Capital (VAIC) terhadap kinerja keuangan pada tahun yang sama menunjukkan nilai t sebesar 4,433. Nilai tersebut lebih besar dari t tabel (1,96) yang menandakan bahwa intellectual capital berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Selain itu dilihat dari nilai R-square nya yang sebesar 0,398 yang berarti variabel independen VAIC dapat menjelaskan variabel dependen kinerja keuangan perusahaan sebesar 39,8%. Sehingga dengan demikianHipotesis 1 diterima.

Hipotesis kedua dalam penelitian ini diuji untuk mengetahui apakah intellectual capital yang diproksikan dengan Value Added Intellectual Capital Coefficient (VAIC) berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan di masa yang akan datang, tepatnya 1 tahun mendatang. Hasil pengujian dapat diketahui melalui tabel 9

Tabel 9

Inner Model 2 T-Statistic

Kine rj a Ta hun M en da t a n g VAI C Kine rj a Ta hun M en da t a n g

VAI C 1 3 . 0 9 1 1 2 4

Sumber: Output PLS Diolah, 2014

Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa pengaruh variabelIntellectual Capital (VAIC) terhadap kinerja keuangan pada tahun yang sama menunjukkan nilai t sebesar 13,091. Nilai tersebut lebih besar dari t tabel (1,96) yang menandakan bahwa intellectual capitalberpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan di

(9)

masa yang akan datang, tepatnya 1 tahun mendatang. Selain itu dilihat dari nilai R-square nya yang sebesar 0,511 yang berarti variabel independen VAIC dapat menjelaskan variabel dependen kinerja keuangan perusahaan sebesar 51,1%. Sehingga dengan demikian

Hipotesis 2 diterima.

Hipotesis pertama (H1) diuji untuk mengetahui apakah intellectual capital yang diproksikan oleh VAIC berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dalam hal ini intellectual capital diuji terhadap kinerja keuangan perusahaan pada tahun yang sama. Hasil olah data penelitian mencerminkan bahwa intellectual capital yang diproksikan oleh VAIC berhubungan positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Chen et al., pada tahun 2005.

Sehingga dapat diindikasikan jika perusahaan-perusahaan perbankan dan asuransi di Indonesia telah mengelola knowledge asset yang dimilikinya dengan baik. Intellectual Capital telah berperan penting dalam pembentukan nilai tambah dan berkontribusi pada peningkatan kinerja keuangan perusahaan perbankan dan asuransi.

Adanya hubungan positif dari intellectual capital yang diproksikan oleh VAIC terhadap kinerja perusahaan nampaknya dikarenakan VAIC yang besar berarti bahwa perusahaan lebih banyak mengalokasikan dana yang besar untuk pembiayaan modal intelektual berupa SDM dan beberapa sumberdaya lainnya. Kondisi demikian akan meningkatkan kompetensi dan kemampuan SDM dalam kinerjanya sehingga dapat meningkatkan laba bersih yang dapat diperoleh perusahaan.

Adanya hubungan positif dari intellectual capital yang diproksikan oleh VAIC terhadap kinerja perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan akan dapat memberikan profitabilitas dan pertumbuhan yang lebih besar. Hal ini dapat disebabkan karena alokasi dana untuk modal intelektual dapat meningkatkan kualitas produksi secara umum yang pada akhirnya dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. Dengan kata lainintellectual capital dapat menjadi semacam investasi bagi perusahaan, sehingga output atau hasilnya dapat diperoleh perusahaan.

Hipotesis kedua (H2) diuji untuk mengetahui apakah intellectual capital (VAIC) berhubungan positif terhadap kinerja perusahaan pada 1 tahun ke depan. Hasil olah data mencerminkan bahwa intellectual capital yang diproksikan oleh VAIC berpengaruh terhadap kinerja perusahaan 1 tahun ke depan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Chen et al., pada tahun 2005 dimana intellectual capitaldapat dijadikan indikator kinerja keuangan di masa yang akan datang.

Intellectual capital yang diproksikan oleh VAIC merupakan modal jangka panjang, sehingga dapat diindikasikan jika perusahaan-perusahaan di Indonesia telah mengelola knowledge asset yang dimilikinya dengan baik. intellectual capital telah berperan penting dalam pembentukan nilai tambah dan berkontribusi pada peningkatan kinerja keuangan masa depan perusahaan-perusahaan di Indonesia utamnya perusahaan perbankan dan asuransi.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengujian menggunakan PLS, terbukti bahwaintellectual capital berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan dan kinerja keuangan perusahaan di masa yang akan datang. Hal ini menandakan bahwa secara umum, perusahaan perbankan dan asuransi di Indonesia telah dapat memanfaatkan intellectual capital dengan baik dan maksimal sehingga dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Output hasil pengujian PLS menunjukkan, dari ketiga komponen atau indikator pembentuk intellectual capital (VAIC), VAHU menunjukkan nilai tertinggi, baik untuk kinerja keuangan di tahun yang sama, atau di tahun mendatang. Ini menandakan bahwa perusahaan perbankan dan asuransi lebih menekankan penggunaan VAHU,

(10)

dibanding STVA dan VACA. Ini berarti perusahaan perbankan dan asuransi di Indonesia lebih menitikberatkan penggunaan human capital, dibanding denganstructural capital dan physical capital. Seandainya perusahaan perbankan dan asuransi di Indonesia dapat memanfaatkan ketiga komponen tersebut secara bersama-sama dengan baik dan maksimal, bukan tidak mungkin akan meningkatkan penciptaan nilai tambah bagi perusahaan, yang akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Output hasil pengujian PLS juga menunjukkan, dari ketiga ketiga komponen atau indikator pembentuk kinerja keuangan perusahaan, ROA menunjukkan nilai tertinggi, baik untuk kinerja keuangan di tahun yang sama, atau di tahun mendatang. Ini menandakan bahwa meskipun perusahaan perbankan dan asuransi di Indonesia telah memanfaatkan semua komponen intellectual capital, namun hanya berpengaruh kuat dan signifikan terhadap laba perusahaan, sedangkan untuk ROE yang merepresentasikan pengembalian modal kepada pemegang saham, dan MTBV yang merepresentasikan nilai pasar terhadap nilai buku perusahaan, tidak berpengaruh secara signifikan. Dapat dikatakan pemanfaatan semua komponen intellectual capital belum maksimal.

Keterbatasan yang terdapat pada penelitian ini adalah nilai R-Square cenderung rendah. Selain itu juga nilai dari beberapa indikator, baik indikator variabel dependen yakni kinerja keuangan, dan indikator variabel independen yakni intellectual capital, nilainya belum memenuhi standar, bahkan terdapat nilai negatif. Namun indikator tersebut tidak dihilangkan karena merupakan indikator formatif yang menyusun model konstruk.

REFERENSI

Anne-De Silva, T., Stratford, M., Clark, M. (2014). Intellectual capital reporting: a longitudinal study of New Zealand companies.Journal of Intellectual Capital, Vol. 15, No. 1, pp. 157-172.

Astuti, P.D., & Sabeni, A. (2005). Hubungan Intellectual Capital dan Business Performance dengan Diamond Specification : Sebuah Perspektif Akuntansi. Simposium Nasional Akuntansi ke 8,Solo, Jawa Tengah, 15-16 September 2005. Barney, J. (1991).. Firm Resources and Sustained Competitive Advantage. Journal of

Management,Vol. 17, No. 1, 99-120.

Chen, M-C., Cheng, S-J., & Hwang, Y. (2005). An empirical investigation of the

l t o sh p t t ll ct l c p t l d f ms’ m k t v l d f c l

performance.Journal of Intellectual Capital, Vol. 6, No. 2, pp. 159-176.

Entika, Nova Lili. (2012). Pengaruh Elemen Pembentuk Intellectual Capital Terhadap Nilai Pasar Dan Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi S-1, Program Studi Strata 1 Jurusan Akuntansi Universitas Diponegoro.

Firer, S., & Williams, S.M. (2003). Intellectual capital and traditional measures of corporate performance.Journal of Intellectual Capital, Vol. 4, No. 3, pp. 348-360. Ghozali, I. & Latan, H. (2012). Partial Least Squares Konsep, Teknik dan Aplikasi

Menggunakan Program SmartPLS 2.0 M3. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

(11)

http://finance.detik.com/read/2013/12/03/155024/2431263/1034/cadangan-minyak-dunia-habis-53-tahun-lagi. http://www.msci.com/products/indexes/sector/gics/. http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2013/05/130509_manchesterunited_shares.sht ml. http://www.the-marketeers.com/archives/pentingkan-sdm-volkswagen-latih-20000- generasi-muda.html?utm_source=feedburner&utm_medium=feed&utm_campaign=Feed%3 A+Marketeers+%28Marketeers%29.

Indonesian Stok Exchange. (2014). IDX Fact Book. http://www.idx.co.id/id-id/beranda/publikasi/factbook.aspx.

Kamath, G.B. (2008). Intellectual capital and and corporate performance in Indian pharmaceutical industry.Journal of Intellectual Capital, Vol. 9, No. 4, pp. 684-704. Komnenic, B., & Pokrajcic, D. (2012). Intellectual capital and corporate performance of

MNCs in Serbia.Journal of Intellectual Capital, Vol. 13, No. 1, pp. 106-119. Mondal, A., & Gosh, S.A. (2012). Intellectual capital and financial performance of

Indian banks.Journal of Intellectual Capital, Vol. 13, No. 4, pp. 515-530. Pulic, A. 1998. Measuring the performance of intellectual potential in knowledge

economy. Jurnal di presentasikan pada the 2nd McMaster Word Congress on Measuring and Managing Intellectual Capital.The Austrian Team for Intellectual Potential.

. 1999. Basic fo m t o o VAIC™. www.vaicon.net.

. 2000. VAIC: an accounting tool for IC management. International Journal of Technology Management, Vol. 20 Nos 5-8, pp. 702-14.

Riahi-Belkaoui, A. (2003). Intellectual capital and firm performance of US multinational firms. A study of resource-based and stakeholder views. Journal of Intellectual Capital, Vol. 4, No. 2, pp. 215-266.

Roos, G. and Roos, J. (1997). Measuring your comp ’s t ll ct l p fo m c .

Long Range Planning, Vol. 30 No. 3, pp. 413-26.

Tan, Hong Pew., Plowman, D., & Hancock, P. (2007). Intellectual capital and financial returns of companies.Journal of Intellectual Capital,Vol. 8, No. 1, pp 76-95. Ulum, I. (2007). Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan

Perbankan di Indonesia. Tesis S-2, Program Studi Magister Sains Akuntansi, Universitas Diponegoro.

Wernerfelt, B. (1984). A resource-based view of the firm. Strategic Management Journal, Vol. 5 No. 2, pp. 171-80

(12)

Woodcock, J., & H. Whitting, R. (2009). Intellectual Capital Disclosures by Australian Companies.Departement of Accountancy and Business Law, pp. 1-31.

Yu, Ka Yin., Ng Hing Tai., Wong, Wai Kwan., Chu, Kai Wah Samuel., & Chan Kin Hang (2010). An Empirical Study of the Impact of Intellectual Capital Performance on Business Performance.The 7thInternational Conference On Intellectual Capital, Knowledge Management & Organisational Learning, The Hongkong Polytechnic University.

Gambar

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Intellectual Capital Kinerja Keuangan Kinerja Keuangan Tahun Mendatang

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini disebabkan karena ekstrak zat warna sabut kelapa yang dihasilkan pekat sehingga warna yang terlihat semuanya adalah sama menyebabkan panelis memberi nilai

Budaya mutu menurut Goetsch dan Davis yang dikutip oleh Nasution (2005:249) adalah sistem nilai organisasi yang menghasilkan suatu lingkungan yang kondusif

pemenuhan kebersihan diri dalam kebutuhan mandi pada pasien rawat inap.. masih membutuhkan bantuan keluarga. Dilakukan wawancara pada 10 pasien rawat inap

Katekese umat (pendalaman iman) membantu para seminaris agar semakin mengenal dan terbuka dalam menanggapi Sabda Allah serta memperdalam dan memperkembangkan imannya akan

Metode penelitian Research and Development yang selanjutnya akan disingkat menjadi R&D adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan

Keputusan desain yang diambil adalah sarana gawat darurat yang mudah untuk dibawa dan dipindahkan, penyusunan peralatan secara teratur untuk meningkatkan kinerja

Berdsarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul : “Peningkatan Hasil Belajar

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar minat mahasiswa menjadi entrepreneur, bagaimana pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap keinginan