• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat, setiap manusia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat, setiap manusia"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat, setiap manusia membutuhkan pendidikan sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangatlah penting, karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang, dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing. Di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik, karena pendidikan merupakan suatu proses yang berupaya meningkatkan kualitas kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh setiap individu, sehingga dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mampu memberikan kontribusi bagi perkembangan, dan pembangunan bangsa.

Proses pendidikan merupakan kejadian berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses (input), sedangkan sesuatu dari hasil proses disebut (output). Proses dikatakan bermutu apabila pengorganisasian dan penyerasian serta pemaduan input sekolah (guru, siswa, kurikulum dsb) dilakukan secara harmonis dan terpadu sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning),

(2)

mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu meberdayakan peserta didik. Menurut Rohiat (2008:53) kata memberdayakan mengandung pengertian bahwa peserta didik tidak sekedar menguasai pengetahuan yang diajarkan oleh gurunya, akan tetapi pengetahuan tersebut juga telah menjadi muatan nurani peserta didik, dihayati, diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, dan yang terpenting peserta didik tersebut mampu belajar secara mandiri. Salah satu tempat yang dapat mendidik peserta didik untuk belajar mandiri adalah sekolah, karena sekolah merupakan suatu tempat untuk menanamkan dan mempraktikkan kemandirian dan melatih siswa untuk memiliki kemampuan dalam merencanakan masa depan termasuk karirnya.

Hal ini senada dengan definisi pendidikan yang terkandung dalam Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyebutkan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, untuk memilih kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan yang dipaparkan di atas adalah melalui serangkaian proses pembelajaran. Sekolah merupakan salah satu lembaga yang memberikan pembelajaran, pengetahuan, keterampilan dan membentuk kepribadian yang dibutuhkan oleh peserta didik. Sekolah merupakan

(3)

sebuah tempat dimulainya masa depan, tempat dimana menentukan cita-cita, jalan hidup dan bagaimana gambaran suatu keadaan di masa yang akan datang.

Mengingat bahwa sekolah merupakan tempat untuk melatih berpikir dan mengembangkan keterampilan, seseorang dikirim ke sekolah agar menjadi pandai, cerdas dan mampu bersikap mandiri terhadap kehidupan dan rencana-rencana hidupnya, di dalam sekolah itulah berbagai kebiasaan dilatihkan dan membentuk pembiasaan sehingga mewujudkan nilai (value), baik secara langsung maupun tidak. Suparlan (2009) mengemukakan suatu sekolah dikatakan memiliki budaya mutu jika sekolah tersebut telah menerapkan sistem manajemen mutu terpadu (Total Quality Management) yakni apabila sekolah tersebut didukung oleh lima pilar: (1) fokus pada pengguna (konsumen), (2) keterlibatan secara total semua unsur yang ada di sekolah atau semua anggota, (3) melakukan pengukuran, (4) komitmen pada perubahan, serta (5) penyempurnaan yang terus-menerus.

Pada saat ini, banyak sekolah yang sudah mengembangkan konsep manajemen mutu terpadu (Total Quality Manajemen) dalam upaya mewujudkan sekolah yang bermutu terpadu dan dituntut untuk berfokus kepada pelanggannya, adanya keterlibatan total semua warga sekolah, adanya ukuran baku mutu pendidikan, memandang pendidikan sebagai sistem dan mengadakan perbaikan mutu pendidikan berkesinambungan.

(4)

Budaya mutu menurut Goetsch dan Davis yang dikutip oleh Nasution (2005:249) adalah sistem nilai organisasi yang menghasilkan suatu lingkungan yang kondusif bagi pembentukan dan perbaikan kualitas secara terus-menerus, oleh sebab itu organisasi dalam hal ini sekolah yang menerapkan manajemen mutu terpadu harus melakukan penyesuaian budaya organisasinya terhadap budaya mutu yang dibutuhkan.

Berbagai upaya dilakukan oleh pihak sekolah dalam penjaminan mutu, salah satunya adalah berupaya untuk memperoleh sertifikasi ISO 9001:2000 yang memberikan jaminan bahwa manajemen sekolah telah sesuai dengan standar organisasi internasional. Definisi ISO menurut Nasution (2005:299) adalah suatu sistem terpadu untuk mengoptimalkan efektifitas mutu suatu perusahaan dengan mencipatakan sebuah kerangka kerja untuk meningkatkan atau perbaikan secara berkesinambungan. Tujuan dari ISO 9000 adalah untuk mengembangkan dan mempromosikan standar-standar untuk umum yang berlaku secara internasional. Dari semua anggota keluarga ISO 9000:2000, hanya ISO 9001 yang memuat persyaratan-persyaratan ISO 9000:2000. Oleh karena itu sertifikasi ISO 9000:2000 (yang bersifat kontraktual) hanya diberikan untuk ISO 9001.

Banyak sekolah pada saat ini yang mulai menerapkan TQM (Total Quality Management) dalam rangka mendapat sertifikasi ISO dan menjadi sekolah yang profesional dan telah memiliki sistem pengembangan budaya sekolah yang terintegrasi dan terimplementasi dalam proses

(5)

pembelajaran dan selalu melakukan inovasi-inovasi dalam setiap kegiatannya. Budaya sekolah harus yang sesuai dengan nilai-nilai lokal, nasional, dan internasional karena semuanya itu telah menyatu ke dalam kegiatan akademik dan kesiswaan melalui kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler sehingga nantinya sekolah tersebut akan menjadi Sekolah Bertarap Internasional (SBI).

Budaya yang ada di dalam suatu organisasi terbentuk dari berbagai budaya yang dibawa oleh setiap individu yang pada dasarnya individu merupakan makhluk yang berbudaya, hal ini didukung oleh pernyataan yang berbunyi bahwa “secara perorangan, masing-masing anggota organisasi boleh jadi menjadi seorang pencipta budaya baru dengan mengembangkan berbagai cara untuk menyelesaikan persoalan individu” (Sobirin, 2007:220).

Manajemen mutu pendidikan dikenal dengan budaya mutu atau budaya kualitas, sebagian menyebutnya budaya TQM. Budaya mutu merupakan salah satu faktor kesuksesan organisasi dalam implementasi manajemen mutu terpadu, seperti yang disebutkan dalam pernyataan berikut “Banyak program kualitas organisasi yang mengalami kegagalan karena tidak adanya usaha untuk mengubah budaya organisasi kearah budaya kualitas” (Purnama, 2006:67). Budaya mutu menurut Goetsch dan Davis yang dikutip oleh Nasution (2005:249) adalah sistem nilai organisasi yang menghasilkan suatu lingkungan yang kondusif bagi

(6)

pembentukan dan perbaikan kualitas secara terus-menerus. Oleh karena itu, yang di maksud organisasi dalam hal ini adalah sekolah yang menerapkan manajemen mutu terpadu harus melakukan penyesuaian budaya organisasinya terhadap budaya mutu yang dibutuhkan.

Manajemen mutu terpadu dalam pendidikan merupakan pendekatan manajemen yang berupaya meningkatkan kualitas pendidikan sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai. Dalam dimensi mutu pendidikan, terdapat adanya karakteristik proses pembelajar salah satunya yaitu siswa. Siswa yang memiliki berbagai macam latar belakang diupayakan memperoleh hasil belajar yang sama dan memuaskan. Sumber daya fisik berupa sarana prasarana sebagai penunjang proses pembelajaran yang diupayakan dapat dipenuhi. Didalam sumber daya manusia terutama guru yang menjalankan kegiatan proses pembelajaran perlu memiliki kemampuan dan pengetahuan yang memadai, sehingga di dalam tujuan pembelajaran yang disampaikan kepada siswa dapat diterima dengan mudah dan memperoleh hasil belajar yang memuaskan, lingkungan sekolah akan memberikan iklim yang kondusif, sehingga warga sekolah merasa nyaman dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.

Keberhasilan sekolah dalam menjalankan proses pendidikan tidak diperoleh secara otomatis, namun hal itu diperlukan usaha yang menggabungkan dan mensinergikan komponen-komponen pendidikan, seperti komponen guru, kurikulum, fasilitas, biaya, kepemimpinan,

(7)

hubungan sekolah masyarakat dan peserta didik. Dari berbagai komponen pendidikan, guru merupakan salah satu komponen yang terpenting didalam menentukan keberhasilan suatu sekolah. Guru merupakan ujung tombak dan posisi sentral dalam pelaksanaan proses pembelajar, sehingga akan mempengaruhi hasil pembelajaran yang ada di sekolah.

Guru memiliki peranan yang penting dalam menjalankan proses pendidikan di dalam sekolah sehingga kinerja dan produktivitas kerja guru sangat dituntut untuk mencapai tujuan pendidikan. Senada dengan pernyataan dari Bloom yang dikutip oleh Kuswandi (2007) yang menyebutkan bahwa guru bertanggung jawab terhadap kualitas pembelajaran yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Pada akhirnya, kualitas pembelajaran ini akan berpengaruh pula pada kualitas atau mutu pendidikan. Sebagai salah satu penentu kualitas pendidikan guru harus mampu memberikan kinerja yang baik. Kinerja merupakan hasil unjuk kerja yang dilakukan seseorang. Tingkat kinerja guru memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas pendidikan terutama disekolah.

Berdasarkan kajian di atas, SMP yang berada di Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung merupakan sekolah yang belum menerapkan manajemen mutu terpadu, hal ini dapat diketahui dengan banyaknya penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam sistem pengelolaan sekolah antara lain, masih mempergunakan RPP, silabus serta

(8)

modul tahun sebelumnya, tidak disiplinnya guru waktu mengajar, sehingga seringkali guru mengakhiri pelajaran dan meninggalkan kelas sebelum jam pelajaran habis. Melihat penyimpangan-penyimpangan tersebut maka perlu dilakukannya perbaikan secara internal yaitu oleh kepala sekolah beserta staf, karena dengan begitu akan mudah dalam hal pembinaan dan perbaikan selanjutnya.

Untuk mengetahui lebih jauh tentang konsep budaya mutu di sekolah dan pengaruhnya terhadap kinerja guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan, maka penulis mengadakan penelitian dengan judul: “PENGARUH BUDAYA MUTU TERHADAP KINERJA GURU” (Studi Deskriptif Terhadap Guru-guru Di Sekolah Menengah Pertama Se-Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung)”.

B. Rumusan Masalah

Supaya masalah yang dibahas dalam penelitian ini tidak keluar dari tujuan penelitian, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana implementasi budaya mutu yang ada di Sekolah Menengah

Pertama di Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung?

2. Bagaimana peningkatan kinerja guru di Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung?

3. Bagaimana pengaruh budaya mutu terhadap kinerja guru di Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung.

(9)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, sehingga tujuan penelitiannya adalah untuk menggambarkan fenomena dan hubungan antar fenomena. Hal ini sesuai dengan pendapat Nasir (2005:54) yang menyatakan bahwa:

Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, seperti sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan sejauh mana pengaruh budaya mutu terhadap kinerja guru di Sekolah Menengah Pertama Se-Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung Secara khusus tujuan penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui informasi implementasi budaya mutu yang ada di Sekolah Menengah Pertama Se-Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung

2. Untuk mengetahui kinerja guru yang ada di Sekolah Menengah Pertama Se-Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung

3. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pengaruh budaya mutu terhadap kinerja guru di Sekolah Menengah Pertama Se-Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung

(10)

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan masalah-masalah yang telah dirumuskan di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai beikut:

1. Secara teoritis diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan disiplin ilmu Administrasi Pendidikan, yaitu dalam konteks budaya mutu organisasi sekolah terutama budaya mutu sekolah dan kinerja guru.

2. Secara praktis, dapat menjadi masukan bagi penciptaan budaya sekolah yang mampu berkontribusi pada penciptaan iklim kerja yang kondusif sehingga dapat memberikan peningkatan pada kinerja guru di Sekolah Menengah Pertama Se-Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung bagi peneliti ini juga diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pengembangan pola pikir peneliti, khususnya dalam upaya memahami konsep budaya mutu organisasi dan pengaruhnya terhadap peningkatan kinerja guru.

E. Anggapan Dasar

Anggapan dasar merupakan titik tolak dalam mengembangkan pemikiran tentang permasalahan yang akan diteliti, yang dapat mengarahkan kepada solusi permasalahan dan memberikan sederetan asumsi kuat mengenai kedudukan permasalahan. Menurut Suharsimi Arikunto, (2006:65) mengemukakan bahwa “anggapan dasar atau postulat

(11)

adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik”.

Adapun yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Budaya mutu merupakan sistem nilai organisasi yang menghasilkan lingkungan kondusif dan keberlangsungan perbaikan kualitas didalam organisasi tersebut (Goetsch dan Davis yang dikutip oleh Nasution, 2005:249)

2. Budaya mutu adalah konsep, pola atau desain manajemen budaya organisasi sekolah yang bermutu tertanam dalam hati, pikiran, sikap dan perilaku setiap warga sekolah (pemimpin sekolah, guru, tenaga administrasi/TU, siswa, cleaning service, dll), serta semua orang (stakeholders) yang menjadi kebiasaan, keyakinan dan komitmen dalam aktivitas organisasi di sekolah.

3. Kinerja menurut Prawiro Suntoro yang dikutip oleh Pabundu (2006:121) adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi (sekolah) dalam rangka mencapai tujuan organisasi dalam periode tertentu

4. Kinerja guru merupakan ujung tombak bagi kesuksesan dan pencapaian kualitas pendidikan melalui proses pembelajaran yang dilaksanakannya.

(12)

5. Budaya mutu akan membantu guru dalam mejalankan pekerjaannya di sekolah.

F. Hipotesis

Hipotesis (Sugiono, 2002: 70) adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan pada teori dan belum menggunakan fakta.

Berdasarkan pendapat tersebut maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Adanya Pengaruh Positif Antara Budaya Mutu Terhadap Kinerja Guru Di Sekolah Menengah Pertama Se-Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung”.

Untuk lebih mudah memahami hubungan kedua variabel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

(13)

Gambar 1.1 Hipotesis Penelitian Keterangan:

X = Budaya Mutu yang ada di sekolah Y = Kinerja guru di sekolah

= Kontribusi variabel X terhadap variabel Y

G. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah suatu alur pemikiran dari peneliti dalam memandang permasalahan dalam penelitian yang dilakukannya. Untuk itu, penulis membuat suatu kerangka yang menggambarkan permasalahan yang dikaji, sebagai berikut:

1. Penggunaan informasi yang berkualitas kearah peningkatan kinerja

2. Pembagian kewenangan yang profesional

3. Kerjasama tim yang solid 4. Kewenangan berdasarkan

tanggungjawab

5. Perbaikan terus menerus 6. Jaminan keamanan setiap

personal

7. Keadilan dalam sistem imbalan/kompensasi 8. Rasa memiliki warga

sekolah terhadap sekolah yang tinggi

1. Menguasai bahan materi pembelajaran

2. Mengelola program belajar mengajar

3. Mengelola kelas

4. Menggunakan media/sumber belajar

5. Mengelola interaksi belajar-mengajar

6. Menilai prestasi siswa 7. Mengenal dan

menyelenggarakan administrasi sekolah

8. Melaksanakan fungsi program bimbingan dan penyuluhaan 9. Pemahaman prinsip –prinsip

(14)

Fokus Penelitian Feed Back

Gambar 1.2

Kerangka Berpikir Penelitian

Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan Perubahan kultur/budaya melalui CQI (Continue Quality Improvement) Budaya Mutu Kinerja Guru Sekolah Kinerja Sekolah PENDIDIKAN BERKUALITAS

(15)

Penjelasan Gambar:

Setiap sekolah harus dapat menciptakan budaya sekolahnya sendiri sebagai identitas diri, dan juga sebagai rasa kebanggaan akan sekolahnya, kegiatan pembelajaran tidak hanya terfokus pada intrakurikuler, tetapi juga ekstrakurikuler yang dapat mengembangkan potensi kreativitas, bakat dan minat siswa.

Manajemen Mutu Terpadu atau pengembangan budaya mutu menuntut jajaran kepala sekolah untuk merubah gaya, cara kerja dan bahkan perilakunya agar sejauh mungkin dapat keluar dari struktur organisasi yang tradisional, seperti menghilangkan berbagai pembatasan-pembatasan, membangkitkan kemampuan untuk membangun kerjasama dalam setiap pemecahan masalah yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar, serta untuk menyempurnakan secara terus menerus dari proses kerja yang ditanganinya. Justru perubahan ini yang paling dirasakan sebagai tekanan oleh para guru karena mereka harus meninggalkan gaya atau cara kerja tradisional yang selama ini dinikmatinya, ini menjadi sisi negative hambatan lainnya.

Dalam perubahan suatu kultur atau budaya yang melalui CQI (continue quality improvement). Dalam suatu kultur yang dijelaskan diatas bahwa perubahan budaya bertujuan membentuk budaya orgnaisasi yang menghargai mutu dan menjadikan mutu sebagai orientasi. Salah satu budaya yang dikembangkan dalam kajian manajemen mutu terpadu adalah

(16)

budaya mutu, yang ditujukan untuk menciptakan lingkungan kondusif sehingga membantu proses perbaikan mutu secara terus-menerus. Kegiatan perbaikan secara terus menerus tentunya dilakukan oleh personil sekolah termasuk didalamnya adalah guru, dengan adanya budaya mutu di sekolah diharapkan guru dapat memberikan pengaruh yang baik bagi siswa-siswinya dalam proses belajar mengajar.

Guru memiliki beberapa peran didalam sekolah yang ditunjang dengan kemampuan profesional, pribadi dan sosial, sehingga mampu memberikan kinerja yang baik pada sekolah dan salah satu yang mempengaruhi dalam proses belajar mengajar. Guru merupakan faktor eksternal sebagai penunjang pencapaian hasil belajar yang optimal. Dalam hal ini, yang dimaksud adalah kreativitas guru dalam proses belajar mengajar dan bagaimana melestarikan budaya sekolah karena budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di masyarakat luas, oleh karena itu sekolah harus dapat melestarikan budaya lokal dengan tetap mengikuti tren budaya global yang berkembang, misalnya bahasa daerah, gamelan, dan tarian tradisional perlu dilestarikan sebagai warisan budaya bangsa. Sehingga sekolah tersebut mempunyai mutu pendidikan yang berkualitas dan mempunyai identitas diri serta mempunyai rasa kebanggaan akan sekolahnya.

(17)

H. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara kerja untuk mengumpulkan data dan kemudian mengelolah data sehingga menghasilkan data yang dapat memecahkan permasalahan penelitian. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Surakhmad (1990:131) yaitu:

Metode penelitian merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai sutau tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa, dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara utama ini dipergunakan setelah penyelidik memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan dan situasi penyelidikan.

Metode penelitian yang paling tepat digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, karena penelitian dilakukan dengan memotret peristiwa yang sedang terjaadi dan menggunakan pendekatan kuantitatif karena untuk mengetahui sasaran konstribusi maka harus menggunakan pengukuran angka. Penggunaan metode deskriptif kuantitatif ini diselaraskan dengan variabel penelitian yang memusatkan pada masalah-masalah aktual fenomenal yang sedang terjadi pada saat sekarang dengan bentuk hasil penelitian berupa angka-angka yang memiliki makna, seperti yang diungkapkan oleh Surakhmad (1998:140) bahwa: “metode desriptif merupakan metode yang ditujukan untuk memecahkan masalah yang terjadi pada masa sekarang”

(18)

I. Lokasi Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dilaksanakannya penelitian. Adapun lokasi yang menjadi tempat penelitian adalah di Sekolah Menengah Pertama Se-Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung. 2. Populasi Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:130) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMP Se-Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung. Di Kecamatan Cilengkrang terdapat tiga SMP, yaitu SMP 1 Cilengkrang, SMP 2 Cilengkrang dan SMP Karang Arum. Dari ketiga SMP tersebut dua sekolah yang sudah terakreditasi dan satu sekolah yang baru berdiri pada tahun 2010, akan tetapi dari tiga sekolah lokasi penelitian yang memenuhi syarat sampling sebanyak dua sekolah (SMP 1 Cilengkrang dan SMP karang Arum).

Untuk lebih jelasnya, keadaan populasi yang dijadikan sumber data tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

(19)

Tabel 1.1

Distribusi Populasi Penelitian

3. Sampel Penelitian

Sampel merupakan sebagian dari jumlah populasi yang digunakan dalam penelitian dan mewakili jumlah populasi yang ada, Sugiyono (2002:91) menyebutkan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Probability simple random sampling yaitu teknik sampling yang memberikan yang memberikan kesempatan yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel, dan cara pengambilan sampel dari semua anggota populasi dilakukan secara acak. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh guru di SMP Se-Kecamatan Cilengkrang.

No Nama Sekolah Alamat

1. SMP N 1 Cilengkrang Jln. Cikala Miring Desa Ciporeat Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung 2. SMP Karang Arum

Jln. Karang Arum Raya No.1 Desa Jati Endah

Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung

Referensi

Dokumen terkait

Bapak Ahmad Syawqi, S.Ag S.IP, M.Pd.I, selaku Kepala Perpustakaan Tarbiyah dan Keguruan UIN Antasari, beserta seluruh stafnya yang telah memberikan pelayanan

Skripsi ini membahas mengenai 3 hal, yakni mengenai pengaturan mengenai Konsultasi dan Pemberitahuan dalam rangka pengambilalihan saham perusahaan, penerapan hukum

Perpustakaan digital atau digital library adalah gabungan ICT (Information and Communication Technology) dengan isi dan program yang dibutuhkan untuk mereproduksi dan

Untuk menjamin efektifitas dan keamanan, pemberian obat harus dilakukan secara rasional, yang berarti perlu dilakukan diagnosis yang akurat, memilih obat

Aplikasi berbasis web dengan tampilan grafis sangat bermanfaat untuk menampilkan beberapa model data yang perlu dianalisa, lebih jauh lagi bahwa aplikasi berbasis web yang bisa

kekhawatiran  bahwa  bank  sentral  Jepang  tidak  akan  menyediakan  tambahan  stimulus  ekonomi.  Pelemahan  bursa  Amerika  Serikat  ditambah  oleh   

Molekul volatil: CO2, HCN dan keton  ekskresi melalui sistem pernafasan Garam dan senyawa lain berlebih  keringat. Senyawa/bahan terlarut fungsi ginjal

Berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (SWOT) yang ada di Kabupaten Lumajang, beberapa strategi yang dapat diterapkan berhubungan dengan