• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. KEADAAN UMUM LOKASI KAJIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "III. KEADAAN UMUM LOKASI KAJIAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

A. Sejarah Kabupaten Sintang

Daerah Sintang pada tahun 1936 pernah berada dalam kekuasaan pemerintahan Belanda, merupakan lanschop di bawah naungan pemerintahan Gouverment. Daerah lanschop ini terbagi menjadi 4 (empat) onderrafdeling yang dipimpin oleh seorang controleur atau gesagkekber, yaitu :

(1). Onderafdeling Sintang, berkedudukan di Sintang. (2). Onderafdeling Melawi, berkedudukan di Nanga Pinoh. (3). Onderafdeling Semitau, berkedudukan di Semitau.

(4). Onderafdeling Boeven Kapuas, berkedudukan di Putussibau.

Sedangkan daerah kerajaan Sintang yang didirikan oleh Demang Irawan (Jubair I) dijadikan daerah swapraja Sintang dan kerajaan Tanah Pinoh dijadikan neo swapraja Tanah Pinoh. Pemerintahan Lanschop ini berakhir pada tahun 1942 dan kemudian tampuk pemerintahan di ambil alih oleh pemerintahan Jepang.

Pada masa pemerintahan Jepang, struktur pemerintahan yang berlaku tidak mengalami perubahan hanya sebutan wilayah kepala pemerintahan yang disesuaikan dengan bahasa negara yang memerintah ketika itu. Kepala negara disebut Kenkarikan (semacam bupati), sedangkan wakilnya disebut Bunkenkari-kan,. disetiap kecamatan diangkat Gunco (Kepala Daerah).

Setelah adanya pengakuan kedaulatan dari pihak Belanda kepada pihak Indonesia, kekuasaan pemerintahan Belanda yang disebut Afdeling Sintang diganti dengan Kabupaten Sintang, onderafdeling diganti dengan kewedanan, distric diganti dengan kecamatan. Untuk menetralisir pelaksanaan UU No. 3 Tahun 1953, UU No. 25 Tahun 1956 dan UU No. 4 Tahun 1956 tentang pembentukan DPRD dan DPR Peralihan, maka pada tanggal 27 Oktober 1956 dilaksanakan pelantikan keanggotaan DPRD Peralihan Kabupaten Sintang.

Sesuai dengan Keppres No. 6 Tahun 1959 tanggal 6 Nopember 1959, sebagai realisasi pelaksaan UU No. 3 Tahun 1953, maka daerah onderrafdeling dihimpun kembali dalam satu tangan Bupati Kepala Daerah yang dibantu oleh Badan pemerintahan Harian yang kemudian di atur lebih lanjut dalam UU No. 18 Tahun 1965 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah.

(2)

Berdasarkan peraturan daerah Kabupaten Sintang No. 14 Tahun 2000 pemerintah Kabupaten Sintang dibagi menjadi 21 pemerintahan kecamatan. Kemudian setelah adanya UU No. 43 Tahun 2003 (pemekaran wilayah kabupaten) tentang pembentukan Kabupaten Melawi, sehingga Kabupaten Sintang menjadi 14 pemerintahan kecamatan, 6 kelurahan, 183 desa dan 638 dusun (Badan Pusat Statistik Kabupaten Sintang 2006) .

B. Letak dan Luas 1. Letak

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sintang, Kabupaten Sintang terletak di bagian timur Propinsi Kalimantan Barat atau diantara 1°05’ LU serta 0°46’ LS dan 110°50’ - 113°20’ BT, dilalui oleh garis khatulistiwa. Informasi tentang posisi geografis setiap kecamatan di Kabupaten Sintang disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Posisi geografis setiap kecamatan di Kabupaten Sintang

Nama Kecamatan Letak Astronomis

Garis Lintang Garis Bujur Serawai 0°02’ LS-0°44’ LS 112°20’ - 112°51’ BT Ambalau 0°16’ LU-0°46’ LS 112°30’ - 113°20’ BT Kayan Hulu 0°08’ LU-0°29’ LS 111°57’ - 113°30’ BT Sepauk 0°14’ LU-0°31’ LS 110°52’ - 111°22’ BT Tempunak 0°09’ LU-0°26’ LS 111°14’ - 111°24’ BT

Dedai 0°44’ LU-0°14’ LS 111°30’ - 111°39’ BT

Kayan Hilir 0°11’ LU-0°14’ LS 111°36’ - 112°15’ BT Sintang 0°09’ LU-0°02’ LS 111°21’ - 111°36’ BT Sei Tebelian 0°04’ LU-0°22’ LS 111°22’ - 111°36’ BT Kelam Permai 0°02’ LU-0°20’ LU 111°33’ - 111°56’ BT Binjai Hulu 0°06’ LU-0°18’ LU 111°20’ - 111°35’ BT Ketungau Hilir 0°13’ LU-0°37’ LU 111°13’ - 111°44’ BT Ketungau Tengah 0°26’ LU-1°02’ LU 111°12’ - 111°44’ BT Ketungau Hulu 0°41’ LU-1°05’ LS 110°50’ - 111°20’ BT Letak Keseluruhan 1°05’ LU-0°46’ LS 110°50’ - 113°20’ BT Sumber : BPS Kabupaten Sintang (2006)

Secara administratif pemerintahan Kabupaten Sintang termasuk dalam wilayah propinsi Kalimantan Barat. Secara administratif, batas wilayah Kabupaten Sintang adalah :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Serawak (Malaysia Timur) dan Kapuas Hulu b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kalimantan Tengah dan Kabupaten Melawi

(3)

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kalimantan Tengah

d. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Ketapang, Sanggau dan Sekadau. Jarak ibukota Kabupaten Sintang dengan ibukota Propinsi Kalimantan Barat mencapai 395 km atau jarak tempuh melalui jalan darat mencapai ± 9 jam, dan melalui Kabupaten Sanggau dan Sekadau. Kabupaten Sintang dengan luas 21.638 km2 merupakan kabupaten yang memiliki luas wilayah ketiga terbesar setelah Kabupaten Ketapang dan Kapuas Hulu.

2. Luas

Sebagian besar wilayah Kabupaten Sintang merupakan wilayah perbukitan dengan luas sektar 13.573,75 km2 atau 62,74% dari luas Kabupaten Sintang (21.635 km2). Kabupaten Sintang merupakan kabupaten terbesar ketiga setelah Kabupaten Kapuas Hulu dan Ketapang.

Kecamatan yang memiliki luas terbesar adalah Kecamatan Ambalau dengan luas 6.386,40 km2 dan kecamatan terkecil adalah Kecamatan Sintang dengan luas wilayahnya sebesar 277,05 km2. Namun, Kecamatan Sintang merupakan ibokota Kabupatan dan pusat kegiatan pemerintahan daerah kabupaten berlangsung. Data tentang luas wilayah setiap kecamatan di Kabupaten Sintang secara rinci disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Luas wilayah setiap kecamatan di Kabupaten Sintang

Nama Kecamatan Luas area (km2) Persentase terhadap luas kabupaten (%) Serawai 2.127,50 9,83 Ambalau 6.386,40 29,52 Kayan Hulu 937,50 4,33 Sepauk 1.825,70 8,44 Tempunak 1.027,00 4,75 Dedai 694,10 3,21 Kayan Hilir 1.136,70 5,25 Sintang 277,05 1,28 Sei Tebelian 526,50 2,43 Kelam Permai 523,80 2,42 Binjai Hulu 307,65 1,42 Ketungau Hilir 1.544,50 7,14 Ketungau Tengah 2.182,40 10,09 Ketungau Hulu 2.138,20 9,88 Luas Keseluruhan 21.635,00 100,00 Sumber : BPS Kabupaten Sintang (2006)

(4)

Selain itu Kabupaten Sintang menempati posisi strategis baik dalam konteks nasional, regional dan internasional. Kabupaten Sintang berbatasan langsung dengan Sarawak (Malaysia Timur) serta berlanjut ke Brunei Darussalam. Kawasan ini akan menjadi gerbang keluar masuk barang dan orang (outlet) dari dan ke Sarawak maupun Brunei Darussalam melalui jalan darat.

C. Topografi

Sebagian besar wilayah Kabupaten Sintang merupakan wilayah perbukitan dengan luas sekitar 22.392 km2 atau sekitar 69,37 persen dari luas Kabupaten Sintang (32.279 km2). Berdasarkan topografinya, wilayah datar di Kabupaten Sintang seluas 806.125 ha dan wilayah bukit dan gunung seluas 1.357.375 ha. Wilayah datar terluas terdapat di Kecamatan Ketungau Hilir seluas 127.954 ha, sedangkan wilayah bukit dan gunung terdapat di Kecamatan ambalau seluas 638.640 ha, hal tersebut disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Luas wilayah setiap kecamatan di Kabupaten Sintang menurut topografinya

Nama Kecamatan Luas Area (ha)

Wilayah datar (ha) Wilayah bukit dan gunung (ha) Serawai 212.750 - 212.750 Ambalau 638.640 - 638.640 Kayan Hulu 93.750 29.573 64.177 Sepauk 182.570 71.936 110.634 Tempunak 102.700 58.632 44.068 Dedai 69.410 57.792 11.618 Kayan Hilir 113.670 88.838 24.832 Sintang 27.705 27.705 - Sei Tebelian 52.650 49.850 2.800 Kelam Permai 52.380 49.780 2.600 Binjai Hulu 30.765 30.021 744 Ketungau Hilir 154.450 127.954 26.496 Ketungau Tengah 218.240 121.116 97.124 Ketungau Hulu 213.820 92.928 120.892 Luas Keseluruhan 2.163.500 806.125 1.357.375

Sumber : BPS Kabupaten Sintang (2006)

D. Hidrologi

Kabupaten Sintang dialiri oleh dua sungai besar yaitu Sungai Kapuas dan Sungai Melawi. Sungai Kapuas melewati daerah Sepauk, Tempunak, Sintang dan

(5)

Ketungau, sedangkan Sungai Melawi melewati kota Sintang, Dedai, sampai Ambalau dan menuju ke Propinsi Kalimantan Timur.

Di akibatkan sebagian besar wilayahnya adalah perbukitan, Kabupaten Sintang memiliki sekitar 19 air terjun yang tersebar di 5 (lima) lokasi kecamatan. Air terjun tertinggi berada di Kecamatan Ambalau yaitu : Air Terjun Nokam Langit (200 m), Air Terjun Nokam Nayan (180 m), dan Air Terjun Nokam Jengonai (170 m).

E. Iklim 1. Tipe Iklim

Kabupaten Sintang cukup dikenal sebagai daerah penghujan dengan intensitas tinggi. Menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, iklim di Kabupaten Sintang tergolong iklim A, yaitu daerah yang bercurah hujan tinggi (Iklim basah), dengan bulan basah antara 7-9 bulan, sedangkan bulan kering 2-3 bulan.

2. Curah Hujan dan Jumlah Hari Hujan

Berdasarkan data BPS Kabupaten Sintang (2006), Kabupaten Sintang merupakan daerah Khatulistiwa dengan intensitas curah hujan cukup tinggi. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayahnya merupakan daerah perbukitan yaitu sebesar 62,74 %. Sepanjang tahun 2005 jumlah curah hujan 3297,36 mm atau rata-rata 274,78 mm/bulan. Intensitas curah hujan yang cukup tinggi terutama dipengaruhi oleh keadaan daerah yang berhutan tropis dan disertai kelembaban udara yang cukup tinggi.

Rata-rata bulanan curah hujan tertinggi tahun 2005 terjadi pada bulan Oktober mencapai 414,9 mm dengan hari hujan sebanyak 26 hari, sedangkan rata-rata curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu hanya mencapai 110,3 mm dengan hari hujan sebanyak 14 hari. Sedangkan intensitas hujan yang tinggi biasanya mempengaruhi kecepatan angin.

Intensitas hujan yang tinggi biasanya mempengaruhi kecepatan angin. Faktor angin ini sangat mempengaruhi kegiatan penerbangan serta kegiatan-kegiatan lainnya. Kecepatan angin setiap bulannya rata-rata berkisar antara 1

(6)

knots /jam sampai dengan 3 knots/jam. Selain itu, penyinaran matahari di Kabupaten Sintang berkisar antara 42,0 s/d 71,0 % atau rata-rata 53,9 % (BPS Kabupaten Sintang, 2006).

3. Temperatur

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Sintang (2006), temperatur rata-rata tahunan di Kabupaten Sintang selama lima tahun dari tahun 2000-2004 adalah 26,89 oC, di mana rata-rata temperatur udara terendah sebesar 22,45 oC dan temperatur udara tertinggi sebesar 35,7 oC. Data temperatur maksimum, minimum dan rata-rata tahunan di Kabupaten Sintang disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Temperatur maksimum, minimum dan rata-rata tahunan di Kabupaten Sintang tahun 2000-2004.

Temperatur Tahun

Maksimum (oC) Minimum (oC) Rata-rata (oC)

2000 32,10 22,45 26,55 2001 33,45 21,70 26,55 2002 32,60 22,70 27,65 2003 32,30 22,70 26,90 2004 32,50 22,70 26,80 Rata-rata 32,59 22,45 26,89 Sumber : BPS Kabupaten Sintang (2005)

4. Kelembaban Relatif

Kelembabab relatif rata-rata tahunan di Kabupaten Sintang selama tahun 2004 berkisar antara 82-90%, dengan kelembabab relatif rata-rata tahunan sebesar 86,9% (BPS Kabupaten Sintang 2006).

F. Tanah

Dilihat dari jenis tanahnya, sebagian besar daerah Kabupaten Sintang terdiri dari tanah latosol meliputi areal seluas 1.016.606 hektar atau sekitar 46,99 % dari luas daerah yaitu 2,16 juta hektar. Selanjutnya tanah podsolik sekitar 928.014 hektar atau 42,89 % yang terhampar hampir di seluruh kecamatan sedangkan jenis tanah yang paling sedikit ditemui yaitu jenis tanah organosol.

Jenis tanah Organosol terluas terdapat di Kecamatan Sepauk seluas 24.064 ha, tanah aluvial di Kecamatan Ketungau Hilir seluas 67.072 ha, tanah podsolik di

(7)

Kecamatan Sepauk seluas 158.506 ha, dan tanah latosol di Kecamatan Ambalau seluas 541.130 ha, seperti tersaji pada Tabel 6.

Tabel 6 Jenis tanah setiap kecamatan di Kabupaten Sintang

Luas areal per jenis tanah (ha) Nama Kecamatan

Organosol Alluvial Podsolik Latosol

Serawai - - - 212.750 Ambalau - - 97.510 541.130 Kayan Hulu - - 22.500 71.250 Sepauk 24.064 - 158.506 - Tempunak 2.304 - 100.390 - Dedai - - 69.410 - Kayan Hilir - - 100.870 12.800 Sintang - 27.705 - - Sei Tebelian - 12.748 37.552 2.350 Kelam Permai - 37.780 12.925 1.675 Binjai Hulu - 20.071 10.367 327 Ketungau Hilir 17.920 67.072 69.458 - Ketungau Tengah 768 8.448 125.312 83.712 Ketungau Hulu - - 123.208 90.612 Luas Keseluruhan 45.056 173.824 928.014 1.016.606 Sumber : BPS Kabupaten Sintang (2006)

G. Keadaan Hutan

Kawasan hutan yang terdapat di Kabupaten Sintang adalah kawasan hutan hujan tropis yang terdiri dari kawasan hutan rawa gambut, hutan dataran rendah hingga pegunungan. Vegetasi Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya (sebagian wilayahnya juga termasuk wilayah administrasi Kabupaten Sintang), Taman Wisata Alam Bukit Kelam, dan TWA Hutan Baning didominasi oleh jenis-jenis dari famili Dipterocarpaceae seperti meranti (Shorea spp), keruing (Dipterocarpus spp), dan kapur (Dryobalanops sp), dan jenis-jenis lainnya penghasil buah-buahan yang merupakan sumber makanan bagi banyak satwa, diantaranya jenis durian (Durio carinatus), rambutan hutan (Nephellium sp), pluntan (Arthocarpus sp), dan berbagai jenis ara (Ficus spp), serta banyak pula jenis-jenis unik dan berharga lainnya baik dari jenis palem, berbagai jenis anggrek, kantong semar (Nephenthes sp), rotan, bambu-bambuan dan berbagai jenis liana yang unik dan bermanfaat.

Sedangkan jenis fauna yang relatif mudah dijumpai di kawasan hutannya, adalah jenis primata seperti beruk (Macaca nemestrina), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), kelasi (Hylobathes frontata), dan jenis mamalia darat

(8)

lainnya seperti beruang madu, rusa, babi hutan dan beragam jenis burung, dan salah satunya yang cukup menonjol yaitu jenis rangkong.

Sintang merupakan salah satu kabupaten di Kalimantan Barat yang memiliki hutan yang cukup luas, yaitu berdasarkan rencana Tata Ruang Wilayah pada tahun 2005, maka luas kawasan hutan di Kabupaten Sintang adalah seluas 3.227.900 Ha. Dimana pemanfaatan terbesar adalah untuk hutan produksi terbatas yaitu 31,15 %, yang lainnya untuk pertanian lahan kering sebesar 30,69 %, untuk hutan lindung 21,30 % dan sisanya adalah untuk hutan produksi biasa, taman nasional dan hutan produksi yang dapat dikonversi (BPS Kabupaten Sintang, 2006). Luas kawasan hutan di Kabupaten Sintang dapat disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Luas kawasan hutan di Kabupaten Sintang tahun 2005

Jenis Hutan Luas Kawasan (Ha) Proporsi lahan (%)

Hutan PPA/Taman Nasional 119.948,4 3,72

Hutan Lindung 687.718,9 21,31

Hutan Produksi Terbatas 1.005.593,6 31,15

Hutan produksi Biasa 419.264,4 12,99

Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi 4.680,6 0,14

Pertanian Lahan kering 990.694,1 30,69

Luas total 3.227.900,0 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Sintang (2006)

H. Keadaan Sosial dan Ekonomi Masyarakat 1. Kependudukan

a. Jumlah Penduduk

Berdasarkan data BPS Kabupaten Sintang (2006), jumlah proyeksi tahun 2005, penduduk Kabupaten Sintang berjumlah 341.146 jiwa atau rata-rata jumlah penduduk per desa sebanyak 1.805 jiwa. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya rata-rata jumlah perduduk per desa mengalami penurunan sebanyak 8 orang. Penurunan ini terjadi disebabkan hasil perhitungan penduduk telah memisahkan Kabupaten Melawi, bukan penurunan yang sebenarnya..

Penyebaran penduduk di Kabupaten Sintang tidak merata antar kecamatan yang satu dengan kecamatan lainnya. Kecamatan Sintang merupakan kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbesar yakni sebanyak 52.276 jiwa, dan wilayah kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil adalah Kecamatan

(9)

Binjai Hulu yakni sebanyak 10.832 jiwa. Data penduduk Kabupaten Sintang tersaji pada Tabel 8.

Tabel 8 Jumlah penduduk setiap kecamatan di Kabupaten Sintang menurut jenis kelaminnya tahun 2005

Jumlah Penduduk

Laki-laki Perempuan Total

Kecamatan

(orang) (orang) (orang)

Serawai 11.026 10.551 21.577 Ambalau 7.389 6.937 14.326 Kayan Hulu 11.149 10.918 22.067 Sepauk 21.926 20.347 42.273 Tempunak 12.748 11.677 24.425 Sei Tebelian 13.604 12.878 26.482 Sintang 26.583 25.693 52.276 Dedai 12.900 12.302 25.202 Kayan Hilir 11.983 11.420 23.403 Kelam Permai 7.298 7.028 14.326 Binjai Hulu 5.562 5.270 10.832 Ketungau Hilir 9.984 9.425 19.409 Ketungau Tengah 13.399 12.610 26.009 Ketungau Hulu 9.481 9.058 18.539 175.032 166.114 341.146 Sumber : BPS Kabupaten Sintang (2006)

Berdasarkan kelompok umurnya, jumlah penduduk di Kabupaten Sintang pada tahun 2005 yang berusia belum produktif (umur < 15 tahun) sebanyak 119.833 orang, kelompok produktif (15-54 tahun) sebanyak 200.309 orang, dan kelompok tidak produktif (umur >54 tahun) sebanyak 21.006 orang.

b. Kepadatan dan Laju Pertumbuhan Penduduk

Kepadatan penduduk di Kabupaten Sintang pada tahun 2005 adalah 16 jiwa/km2, dengan kepadatan tertinggi adalah Kecamatan Sintang sebesar 189 jiwa/km2, sedangkan kecamatan dengan kepadatan terendah adalah Kecamatan Ambalau, yaitu dengan kepadatan penduduk sebesar 2 jiwa/km2. Secara umum Kabupaten Sintang dikatakan mempunyai penduduk dengan kepadatan yang masih jarang. Laju pertambahan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Sintang sebanyak 5,52 jiwa dan terendah terdapat di Kecamatan Ambalau sebesar -0,52 jiwa (BPS Kabupaten Sintang 2006). Adapun data kepadatan dan laju pertumbuhan penduduk pada setiap kecamatan di Kabupaten Sintang secara rinci dapat dilihat pada Tabel 9.

(10)

Tabel 9 Kepadatan dan laju pertumbuhan penduduk setiap kecamatan di Kabupaten Sintang tahun 2005

Kepadatan Penduduk Kecamatan Luas

Wilayah

Desa Jumlah

Penduduk Per km2 Per Desa

Serawai 2.127,50 15 21.577 10 1.438 Ambalau 6.386,40 9 14.326 2 1.592 Kayan Hulu 937,50 14 22.067 24 1.576 Sepauk 1.825,70 22 42.273 23 1.922 Tempunak 1.027,00 18 24.425 24 1.357 Sei Tebelian 526,50 19 26.482 50 1.394 Sintang 277,05 10 52.276 189 5.140 Dedai 694,10 16 25.202 36 1.575 Kayan Hilir 1.136,70 13 23.403 21 1.800 Kelam Permai 523,80 10 14.326 27 1.433 Binjai Hulu 307,65 8 10.832 35 1.354 Ketungau Hilir 1.544,50 13 19.409 13 1.493 Ketungau Tengah 2.182,40 13 26.009 12 2.001 Ketungau Hulu 2.138,20 9 18.539 9 2.060 21.635,00 189 341.146 16 1.805 Sumber : BPS Kabupaten Sintang (2006)

2. Pendidikan

Secara umum jumlah sarana pendidikan di Kabupaten Sintang cukup memadai, karena telah terdapat fasilitas ruang pendidikan dari tingkat taman kanak-kanak (TK) hingga perguruan tinggi. Namun demikian, pemanfaatan dan peningkatan mutu pendidikan masih memerlukan banyak peningkatan, misalnya saja perbandingan antara jumlah sekolah dengan tenaga pengajar, masih tergolong rendah, jika dilihat bahwa rata-rata satu sekolah dasar hanya mempunyai 7 guru. Secara umum keadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan dan rasio antara jumlah unit, jumlah murid dan jumlah guru yang terdapat di Kabupaten Sintang disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10 Kondisi sarana dan prasarana pendidikan di Kabupaten Sintang tahun 2005

Jumlah Rasio Rata-rata

Jenjang

Murid Unit Guru Guru:Murid Unit:Murid Unit:Guru

TK 1.872 50 163 1:11 1:37 1:3

SD 51.604 364 2.596 1:20 1:142 1:7

SLTP 12.909 73 901 1:14 1:177 1:12

SLTA 7.363 31 524 1:14 1:238 1:17

Jumlah 73.748

Sumber : BPS Kabupaten Sintang (2006).

Dilihat dari keadaan murid di Kabupaten Sintang lebih dari separuhnya berada pada jenjang pendidikan SD yaitu sebesar 69,97 % dan jumlah murid

(11)

jenjang SLTP 17,51%, SLTA 9,98%, dan terendah pada jenjang pendidkan Taman Kanak-kanak (2,54%).

3. Kesehatan

a. Sarana dan Prasarana Kesehatan

Pembangunan di bidang kesehatan saat ini di arahkan pada penyediaan berbagai sarana dan prasarana yang meliputi bangunan fisik (rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan dan poliklinik) serta pengadaan tenaga kesehatan yang terampil. Kondisi sarana dan prasarana di Kabupaten Sintang secara umum cukup memadai. Begitu pula halnya dengan tenaga medis yang ada di setiap kecamatan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Sintang (2006), fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten Sintang berjumlah 202 unit yang terdiri dari 2 rumah sakit, 7 balai pengobatan, 16 puskesmas (7 dengan rawat inap dan 10 tanpa rawat inap). Fasilitas kesehatan lainnya yang tersedia adalah poliklinik desa yang berjumlah 177 unit.

Dengan keberadaan fasilitas kesehatan tersebut, diharapkan tingkat kesehatan masyarakat semakin membaik. Tenaga medis di Kabupaten Sintang terdiri dari 24 orang dokter umum, dokter gigi (5 orang), dokter spesialis (5 orang), semuanya berjumlah 34 orang. Selain itu terdapat pula tenaga kesehatan lainya yaitu Bidan (66 orang), perawat (247 orang) tenaga farmasi (11 orang), tenaga gizi (16 orang), dan tenaga teknisi medis berjumlah 30 orang.

b. Jenis-jenis Penyakit yang Diderita oleh Masyarakat di Kabupaten Sintang Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Sintang (2006), jumlah pasien yang masuk ke RSUD Sintang pada tahun 2005 sebanyak 4.204, mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya sebesar 3,22%. Jika dilihat dari banyaknya kunjungan penderita berdasarkan jenis penyakit, kasus penyakit yang sering dijumpai di rumah sakit adalah malaria sebanyak 558 kasus, di Puskesmas, kasus penyakit yang sering dijumpai adalah penyakit infeksi akut lain pada saluran pernapasan bagian atas sebanyak 16.391 kasus, diikuti kasus penyakit malaria sebanyak 13.859 kasus.

(12)

4. Jenis Penggunaan Lahan

Berdasarkan data yang tersedia, menunjukkan bahwa jenis penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke dalam 12 macam penggunaan, yaitu pekarangan, tegal.kebun, ladang/huma, penggembalaan/padang rumput, sementara tidak di usahakan, hutan rakyat, hutan negara, perkebunan, rawa, tambak, kolam/empang dan lain-lain. Dari kesemua tersebut, hutan dan perkebunan masih mendominasi penggunaan lahan di Kabupaten Sintang.

5. Keadaan Perekonomian

Sektor pertanian merupakan sektor yang cukup dominan dalam memberikan kontribusi perekonomian di desa/kecamatan di sekitar wilayah Kabupaten Sintang. Hasil pembangunan di sektor pertanian terutama tanaman pangan, manfaatnya sudah dirasakan oleh sebagian besar penduduk di Kalimantan Barat khususnya di Kabupaten Sintang. Untuk itu produksi pangan baik beras maupun non beras perlu ditingkatkan guna lebih memantapkan swasembada pangan. Disamping itu juga ditujukan untuk memperbaiki mutu gizi masyarakat melalui penganekaragaman jenis makanan. Luas lahan produksi padi di Kabupaten Sintang pada tahun 2004 seluas 25.754 Ha, dengan jumlah produksi 56.697 ton, yang terdiri dari 34.235 ton (padi sawah) dan 22.462 ton (padi ladang). Jika dibandingkan dengan luas dan produksi panen pada tahun 2003, pada tahun 2004 mengalami penurunan, dimana pada tahun 2003 luas panen 29.304 Ha, dengan produksi padi sebanyak 62.895 ton. Hal ini menyebabkan hasil produksi subsektor tanaman pangan khususnya padi sawah dan ladang di Kabupaten Sintang pada tahun 2004 mengalami penurunan sebesar 9,85%.

I. Deskripsi Lokasi Pengamatan a. Hutan Adat I

Hutan adat I terletak di Dusun Sirang Desa Sirang Setambang Kecamatan Sepauk Kabupaten Sintang Kalimantan Barat. Hutan adat I merupakan hutan adat yang dimiliki oleh masyarakat Sirang Setambang. Topografinya datar hingga berbukit, hutan tersebut berada pada ketinggian 35 feet hingga 256 feet (10,675 -78,08 m dpl) dan berada di sekitar Daerah Alirah Sungai Sepauk. Di sekitar hutan

(13)

adat I tersebut banyak terdapat tempat terbuka karena adanya kegiatan penambangan emas yang dilakukan oleh masyarakat, atau biasa disebut PETI (Penambangan Emas Tanpa Ijin).

Berdasarkan informasi awal dari masyarakat Dusun Sirang, hutan adat Sirang merupakan salah satu hutan sebagai tempat tumbuhnya sengkubak (P. cauliflora). Hutan adat Sirang termasuk wilayah berhutan yang masih dijaga masyarakat sekitar Dusun Sirang sebagai hutan adat yang dikeramatkan. Hal ini dikarenakan pada hutan adat Sirang selain masih terdapat beragam spesies tumbuhan, juga merupakan hutan tempat bersemayamnya jasad nenek moyang suku dayak puluhan bahkan ratusan tahun lalu. Di dalam hutan adat tersebut terdapat kuburan-kuburan tua yang merupakan peninggalan nenek moyang suku Dayak Sekujang saat masih menganut animisme. Tidak jauh dari dusun ini terdapat Bukit Kujau yang cukup elok dipandang. Penduduk di sekitar Dusun Sirang berjumlah 312 kepala keluarga yaitu sebesar ± 980 jiwa. Mayoritas masyarakat yang mendiami dusun tersebut adalah etnis Dayak Sekujang. Agama mayoritas adalah katolik dan protestan.

b. Hutan Karet Alam Campuran

Hutan karet alam campuran (mixed rubber plantation) I dan II terletak di wilayah Dusun Suak Desa Manis Raya Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang Kalimantar Barat. Hutan karet alam campuran II terletak pada ketinggian 202 feet hingga 417 feet (61,61-127,185 m dpl). Hutan karet alam campuran I berada pada ketinggian 86 ft hingga 402 ft (25,23 -122,61 m dpl). Hutan-hutan tersebut merupakan hutan sekunder yang di dalamnya terdapat pohon karet yang disebut sebagai karet alam yang dikelola dan pelihara setiap harinya oleh masyarakat pemiliknya. Getahnya dikumpulkan (getahnya disebut kulat) setiap hari untuk kemudian dijual setiap dua minggu pada tiap bulannya. Hasil penjualan kulat tersebut digunakan petani karet untuk memenuhi kebutuhan kehidupan lainnya, di luar kebutuhan pangan yang biasanya telah dihasilkan dari ladang padi milik petani karet. Di dalam hutan karet alam campuran tersebut, selain terdapat tanaman karet yang telah tumbuh sejak lama, terdapat pula beragam spesies tumbuhan lainnya dari tingkat pohon, tiang hingga semai, beragam tumbuhan yang berfungsi sebagai obat-obatan, tumbuhan hutan yang berfungsi sebagai

(14)

bumbu (spice), palem-paleman, tumbuhan unik lainnya seperti kantong semar (Nephenthes sp.), beragam anggrek hutan, sarang semut dan lain sebagainya.

Dusun Suak Desa Manis Raya memiliki jumlah kepala keluarga yang tergolong kecil yaitu sekitar 22 kepala keluarga atau sebesar 100 jiwa. Etnis dayak yang terdapat di dusun tersebut adalah Dayak Siberuang dengan agama mayoritas adalah katolik. Mata pencaharian penduduknya adalah petani (berladang). Hutan karet alam campuran yang terdapat di Dusun Suak tersebut memiliki topografi yang cukup bervariasi dari datar hingga curam (cukup berat untuk dilalui). Hutan-hutan karet alam campuran yang menjadi lokasi pengamatan ini cukup terjaga karena setiap harinya dipelihara oleh pemilik ladang. Menurut informasi warga sengkubak masih dapat dijumpai di hutan-hutan tersebut.

c. Hutan Adat II

Hutan adat II (hutan Pungkun) terletak di Dusun Medang Desa Empaci Kecamatan Dedai Sintang. Hutan tersebut berada pada ketinggian 80 feet hingga 434 feet (24,4– 132,37 m dpl). Topografi pada hutan Medang tergolong datar. Hutan Pungkun merupakan hutan adat (hutan tembawang) yang cukup dikeramatkan oleh warga sekitarnya. Menurut informasi, hutan ini dahulu merupakan hutan tempat dilakukanya ”Ngayau” yaitu tempat orang-orang etnis Dayak bertarung dengan memenggal kepala lawan.

Masyarakat sekitar cukup mematuhi adat istiadat yang berlaku terhadap hutan adat ini. Hingga kini Hutan Pungkun Medang (hutan adat II) cukup terjaga kelestariannya karena adanya aturan adat yang cukup keras yang melarang masyarakat sekitarnya untuk membuka lahan hutannya untuk kepentingan apapun termasuk berladang. Masyarakat sekitarnya juga mempercayai bila melanggar aturan adat tersebut akan mendapat ”bala” dan panenan hasil dari ladang tidak akan membawa keberkahan bagi pemiliknya.

Gambar

Tabel 2   Posisi geografis setiap kecamatan di Kabupaten Sintang   Nama Kecamatan  Letak Astronomis
Tabel 3   Luas wilayah setiap kecamatan di Kabupaten Sintang   Nama   Kecamatan  Luas area  (km2)  Persentase terhadap luas kabupaten (%)  Serawai 2.127,50  9,83  Ambalau 6.386,40  29,52  Kayan Hulu     937,50   4,33  Sepauk 1.825,70  8,44  Tempunak 1.027,
Tabel 4  Luas wilayah setiap kecamatan di Kabupaten Sintang menurut  topografinya
Tabel 5  Temperatur maksimum, minimum dan rata-rata tahunan di Kabupaten  Sintang tahun 2000-2004
+5

Referensi

Dokumen terkait

perdesaan dan kawasan tertentu dalam rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata ruang wilayah daerah propinsi, rencana tata ruang wilayah daerah kabupaten, dan rencana tata

Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Perbatasan Negara, Kalimantan Timur - Sabah (Kabupaten Kutai

Inhutani I UMH Labanan termasuk ke dalam wilayah Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Gunung Tabur dan BKPH Sambaliung Dinas Kehutanan Kabupaten Berau, Dinas

Belum adanya kejelasan tentang tata ruang dan rencana pengembangan wilayah pesisir, sehingga banyak terjadi tumpang tindih pemanfaatan kawasan hutan mangrove untuk berbagai

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Sulawesi Selatan, sebaran luas hutan produksi terbatas di Kabupaten

Belum adanya kejelasan tentang tata ruang dan rencana pengembangan wilayah pesisir, sehingga banyak terjadi tumpang tindih pemanfaatan kawasan hutan mangrove untuk berbagai

Dengan memperhatikan Rancangan Rencana Tata Ruang Wilayah Kalimantan, pengembangaan wilayah Kalimantan diarahkan untuk (1) memelihara dan memulihkan kawasan yang berfungsi

Kawasan TNMB merupakan hutan hujan tropis dengan formasi hutan bervariasi yang terbagi kedalam lima tipe vegetasi yaitu vegetasi hutan pantai, vegetasi hutan mangrove, vegetasi