Laporan Monitoring Ekonomi & Keuangan Bilateral Mingguan 1 Laporan Monitoring Ekonomi & Keuangan Bilateral Mingguan 1
KAWASAN ASIA
❖
Pemerintah Tiongkok Mengajak Amerika Serikatuntuk Memperbaiki Hubungan Perdagangan
Menteri Perdagangan Tiongkok, Wang Wentao, dalam jumpa pers pada Rabu (24/02), menyatakan bahwa Tiongkok siap untuk meningkatkan hubungan ekonomi dan perdagangan dengan AS. Tiongkok berharap kedua negara menindaklanjuti komunikasi telepon yang dilakukan Presiden Joe Biden dan Presiden Xi Jinping pada 11 Februari lalu, dengan mendorong kembali kerja sama yang saling menguntungkan. Meskipun Presiden Biden belum mengumumkan strategi kerja sama AS dengan Tiongkok, publik melihat tekanan pada hubungan ekonomi serta perdagangan kedua negara akan meredup dan dapat ditingkatkan seperti sedia kala.
Sebelumnya, di masa pemerintahan Presiden Donald Trump, AS terlibat perang dagang yang cukup sengit dengan Tiongkok. Bloomberg melaporkan bahwa AS menerapkan tarif bea masuk hingga sekitar USD335 miliar terhadap barang-barang impor dari Tiongkok. Kesepakatan fase pertama untuk menyelesaikan konflik tersebut telah ditempuh dan Tiongkok
berkomitmen membeli lebih banyak barang dari AS, seperti kedelai. Namun, target tersebut gagal dicapai pada tahun 2020 karena pandemi COVID-19 yang menyebabkan terganggunya rantai pasok dan lalu lintas pengiriman barang antarnegara.
❖
Korea Selatan Melaporkan Peningkatan JumlahUtang Luar Negeri Selama Tahun 2020
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) melaporkan bahwa
pertumbuhan ekonomi Korea Selatan tahun 2020 berada pada peringkat 3 dunia. Ekonomi negara asal film Parasite tersebut hanya berkontraksi pada kisaran 1%. Kendati demikian, pandemi COVID-19 memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap posisi utang luar negeri Korea Selatan. Bank Sentral Korea Selatan (BOK) pada tanggal 19 Februari 2021 merilis laporan peningkatan posisi utang luar negeri selama tahun 2020. Peningkatan jumlah utang tersebut disebabkan oleh peningkatan pinjaman oleh bank serta
pembiayaan jangka pendek, dan penerbitan obligasi jangka panjang dalam mata uang asing oleh swasta. Selain itu, besarnya kepemilikan asing atas obligasi dan instrumen utang pemerintah lainnya ditambah
RINGKASAN EKSEKUTIF
• Pemerintah Tiongkok menyatakan kesiapannya untuk meningkatkan hubungan ekonomi dan perdagangan
dengan Amerika Serikat (AS) dengan mendorong kembali kerja sama yang saling menguntungkan.
• Pemerintah India memberikan berbagai insentif kepada industri elektronik domestik untuk meningkatkan sektor manufaktur lokal dan ekspor produk IT.
• Kenaikan imbal hasil US Treasury Note dengan tenor 10-tahun di awal tahun 2021 dan kebijakan stimulus COVID-19 senilai USD1,9 triliun memicu kekhawatiran akan peningkatan inflasi di AS.
• Negosiasi perdagangan komoditas daging ayam antara Brazil dan Indonesia bergantung pada kepatuhan terhadap standar halal yang dikeluarkan oleh World Trade Organization (WTO).
• Pemerintah Afrika Selatan (Afsel) memberikan sinyal perubahan kebijakan anggaran dari mendorong kenaikan pajak menjadi fokus pada pemulihan ekonomi melalui penguatan konsumsi dan investasi.
Monitoring Ekonomi & Keuangan
Negara Mitra Utama
Laporan Monitoring Ekonomi & Keuangan Bilateral Mingguan 2 penguatan nilai mata uang won turut menambah
tekanan pada kondisi utang luar negeri tersebut. BOK melaporkan bahwa utang luar negeri pemerintah naik sebesar USD28,8 miliar pada tahun 2020.
Sedangkan utang luar negeri Bank Sentral meningkat sebesar USD0,5 miliar. Utang jangka pendek maupun jangka panjang perbankan naik sebesar USD27,5 miliar sedangkan utang sektor lain meningkat USD18,7 miliar. Dengan demikian, pinjaman luar negeri Korea Selatan naik sebesar USD75,5 miliar dan jumlah totalnya menjadi USD542,4 miliar. Hal ini
mengakibatkan kenaikan rasio utang luar negeri jangka pendek terhadap total utang luar negeri sebesar 0,2% menjadi 29% dan rasio utang luar negeri jangka pendek terhadap cadangan devisa sebesar 2,6% menjadi 35,5%. Meski masih dalam kategori stabil, posisi utang luar negeri ini menjadi perhatian pemerintah terutama karena masih tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global akibat munculnya varian baru virus COVID-19 dan vaksinasi yang masih lambat dan belum merata.
❖
Dugaan Jepang atas Praktik Dumping ProdukDipotassium Carbonate Korea Selatan
Kementerian Ekonomi, Industri, dan Perdagangan (METI) dan Kementerian Keuangan (MOF) Jepang mengeluarkan rilis pada Kamis (25/02) yang
menetapkan hasil investigasi awal terhadap dugaan pelanggaran kebijakan anti-dumping atas produk
Dipotassium Carbonate dari Korea Selatan. Hasil investigasi tersebut mengindikasikan terjadinya praktik
dumping dan menyebabkan terjadi kerugian bagi industri dalam negeri Jepang. Selanjutnya, kedua kementerian akan mendalami investigasi lebih lanjut berdasarkan hukum internasional, khususnya WTO, dan hukum nasional yang berlaku di kedua negara. Selain itu, akan diberikan kesempatan kepada pihak terkait agar dapat menyajikan tanggapan dan bukti bahwa tidak terjadi praktik dumping. Investigasi mengenai adanya praktik dumping tersebut telah dimulai sejak 29 Juni 2020, yang bermula dari laporan dari asosiasi industri produk potasium di Jepang pada tanggal 30 April 2020, mengenai dugaan terjadi
dumping.
Setelah melakukan penyelidikan lebih lanjut,
Pemerintah Jepang akan menentukan apakah produk tersebut telah diimpor ke Jepang dengan harga dumping atau tidak, dan apakah impor dumping
tersebut telah menyebabkan kerugian material bagi industri dalam negeri, dan selanjutnya pemerintah
akan membuat keputusan apakah akan
memberlakukan bea anti-dumping yang pasti pada produk tersebut atau tidak. Rilis hasil investigasi praktik anti-dumping ini diharapkan tidak
mempengaruhi proses ratifikasi perjanjian Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) di parlemen.
❖
India Menerbitkan Insentif bagi Produsen Laptopdan Personal Computer
Pemerintah India pada Rabu (24/02) menyetujui anggaran sebesar INR73,5 miliar atau setara IDR14 triliun untuk meningkatkan industri manufaktur lokal dan ekspor produk IT seperti laptop, tablet, komputer pribadi hingga server. Menteri Telekomunikasi dan Informasi India, Ravi Shankar Prasad, menyatakan bahwa Production Linked Incentives (PLI) tersebut telah disepakati oleh kabinet dengan tujuan untuk mendukung tercapainya India sebagai global hub
produksi hardware. Selain itu, minggu lalu kabinet telah menyetujui skema insentif sebesar INR121,9 miliar untuk produsen alat-alat telekomunikasi dan INR62,3 miliar untuk ACs dan lampu LED. Pemerintah India juga telah mengeluarkan skema insentif sebesar INR410 miliar untuk produsen telepon genggam. Melalui berbagai skema insentif tersebut, pemerintah mengharapkan peningkatan produksi alat elektronik sebesar INR3,2 triliun dan kenaikan ekspor sebesar INR2,45 triliun. Pemerintah juga berharap bahwa skema ini akan menghasilkan pendapatan langsung maupun tidak langsung sebesar INR157,6 miliar dalam waktu empat tahun ke depan. Melalui skema ini, insentif akan diberikan kepada perusahaan jika target-target terkait investasi, penyerapan tenaga kerja, dan output produksi sudah tercapai.
❖ Inflasi Singapura Bulan Januari 2021 Mulai Mengalami Stagnasi
Pemerintah Singapura mengeluarkan rilis pada Selasa (23/02) mengenai tingkat inflasi pada bulan Januari 2021. Sebagai indikator penting pertumbuhan
ekonomi, inflasi yang dicerminkan oleh consumer price index (CPI) Singapura pada bulan Januari tidak
mengalami pertumbuhan dari bulan sebelumnya. Kendati demikian, berdasarkan penghitungan tahunan, inflasi bulan Januari 2021 masih tumbuh sebesar 0,2%. Sektor yang mengalami pertumbuhan inflasi tertinggi tahunan Singapura adalah makanan (1,5%) dan komunikasi (1,2%). Sementara sektor yang mengalami pertumbuhan negatif adalah pakaian dan alas kaki
Laporan Monitoring Ekonomi & Keuangan Bilateral Mingguan 3 (-4,6%), barang dan jasa lainnya (1,5%), serta rekreasi
dan kebudayaan (-1,2%).
❖
PM Muhyiddin Menerima Suntikan Vaksin COVID-19Pertama di Malaysia
Tan Sri Muhyiddin Yassin menerima suntikan vaksin COVID-19 pertama untuk memulai program nasional imunisasi COVID-19 gratis untuk seluruh penduduk Malaysia, termasuk warga negara asing. Sang Perdana Menteri menerima suntikan vaksin Pfizer-BioNTech di kantor Kesehatan Putrajaya Distrik 11, yang
merupakan salah satu Pusat Pemberian Vaksin untuk Program Imunisasi COVID-19 Nasional. PM Muhyiddin melalui lima tahapan hingga akhirnya selesai
menerima vaksin dan menerima penjadwalan untuk dosis yang kedua. Vaksin Pfizer-BioNTech didesain untuk dua kali suntik dengan jeda waktu 21 hari. Pada tahun 2021, Pemerintah Malaysia
menganggarkan dana sebesar MYR17 miliar untuk penanganan COVID-19 termasuk pembiayaan untuk program imunisasi nasional sebesar RM2,05 miliar. Sebelumnya, Pemerintah Malaysia memesan 25 juta dosis vaksin Pfizer-BioNTech pada November 2020 dan Januari 2021. Pemerintah juga membeli 18.4 juta dosis vaksin corona Sputnik V dari Institut Gamaleya, Rusia serta vaksin buatan perusahaan farmasi China, Sinovac Biotech. Program imunisasi nasional akan
dilangsungkan dalam 3 fase, dengan fase pertama (Februari- April) untuk 500 ribu petugas garda terdepan. Fase kedua (April- Agustus) untuk lansia di atas 65 tahun, kelompok rentan, dan masyarakat dengan disabilitas yang melibatkan 9,4 juta orang. Sedangkan fase ketiga (Mei 2021- Februari 2022) untuk penduduk dewasa 18 tahun ke atas yang mencakup 13,7 juta orang.
KAWASAN AMERIKA
❖ Perekonomian Amerika Serikat Dibayangi Kenaikan
Inflasi
Kenaikan imbal hasil USTreasury Note 10-tahun di awal tahun 2021 yang cepat dan konsisten memicu adanya kekhawatiran akan inflasi di AS. Imbal hasil
USTreasury Note 10-tahun merupakan indikator inflasi di AS yang mencapai 1,4% di minggu ini, level tertinggi sejak Februari 2020. Kebijakan stimulus COVID-19 senilai USD1,9 triliun dikritik menyebabkan adanya risiko ekonomi menjadi overheating sehingga menyebabkan inflasi yang tinggi. Menanggapi hal tersebut, pemerintah AS mengakui kenaikan inflasi sebagai salah satu risiko potensial, tetapi
mengingatkan bahwa risiko pemulihan ekonomi yang lambat – seperti tingkat kebangkrutan dan
pengangguran yang tinggi dalam jangka panjang – jauh lebih berbahaya bagi ekonomi.
Sementara itu, Federal Reserve menanggapi kondisi ini dengan menekankan kembali kebijakannya untuk terus mempertahankan suku bunga yang super rendah dan melanjutkan pembelian aset sampai terdapat perkembangan yang substansial atas target bank terhadap tingkat pengangguran dan inflasi. Seperti diketahui, saat ini suku bunga acuan
ditetapkan pada tingkat hampir nol (near zero rate). Lebih lanjut, ketua The Fed, Powell, menyadari bahwa pergerakan pasar keuangan seringkali lebih merefleksikan ekspektasi dan perkiraan dibanding kondisi sebenarnya. Kendati demikian, pihaknya akan bekerja berdasarkan data yang nyata di lapangan sebelum menerapkan pengetatan kebijakan moneter.
❖ Negosiasi Perdagangan Daging Ayam Brazil-Indonesia Bergantung Kepatuhan Standar Halal WTO
Ketua Associacao Brasileira de Proteina Animal (ABPA/Brazilian Association of Animal Protein) menyatakan hanya akan memulai pembicaraan perdagangan bebas untuk komoditas daging ayam dengan Indonesia jika Indonesia bersedia mengadopsi rekomendasi yang dibuat oleh panel WTO pada tahun 2017 setelah perselisihan tentang standar halal. Brazil yang merupakan pengekspor daging ayam halal terbesar di dunia, telah meminta konsultasi WTO dengan Indonesia pada tahun 2014 terkait penutupan akses terhadap pasar Indonesia. Brazil telah
memenangkan dispute tersebut, tetapi Indonesia meminta "jangka waktu yang wajar" untuk
mengadopsi rekomendasi WTO. Pada bulan Desember 2020, Indonesia mengajukan banding kepada badan banding WTO, yang selanjutnya menunda prospek rekomendasi dapat diadopsi.
ABPA menyatakan industri ayam Indonesia akan mendapat keuntungan dengan adanya persaingan supplier. Harga ayam dalam negeri Indonesia relatif tinggi padahal setiap penduduk Indonesia rata-rata menghabiskan 12 Kg ayam per tahun, atau sekitar seperempat dari konsumsi daging ayam penduduk Brasil. ABPA juga menyatakan bahwa Indonesia termasuk dalam daftar negara tujuan Brazil, yang diterbitkan oleh pemerintah pada tahun 2021, untuk membahas perdagangan bebas. Selain itu, ABPA menekankan kepatuhan terhadap kewajiban
Laporan Monitoring Ekonomi & Keuangan Bilateral Mingguan 4 multilateral yang merupakan elemen yang harus
dipertimbangkan dalam hubungan bilateral negara manapun dengan Brazil dan Mercosur (negara-negara Amerika Selatan).
KAWASAN AUSTRALIA
❖
Pemerintah Australia Memutuskan MenambahNominal Subsidi Program JobSeeker
Pemerintah memutuskan untuk memberikan tambahan subsidi bagi 1,95 juta unemployed di Australia. Sepanjang tahun 2020 dan kuartal pertama tahun 2021, Pemerintah Australia telah memberikan subsidi kepada warga yang lapangan kerjanya terdampak pandemi. Nilai bantuan yang dibayarkan setiap dua minggu sekali paling sedikit sebesar AUD720 berupa pembayaran subsidi JobSeeker dengan base rate sebesar AUD570 dan tambahan
coronavirus supplement senilai AUD150. Menyusul reviu dan pembahasan dengan welfare advocates,
pemerintah memutuskan untuk meningkatkan pemberian tambahan subsidi sebesar AUD50 per dua minggu. Pemberian tambahan subsidi ini juga diiringi dengan persyaratan baru dari program JobSeeker
yang mewajibkan penerima untuk melakukan pendaftaran pekerjaan minimal kepada 15 lowongan pekerjaan. Selain itu, penerima juga diwajibkan untuk meningkatkan kemampuannya melalui shortcourse
atau program magang setelah menerima subsidi selama enam bulan. Seluruh persyaratan ini bersifat wajib dilaporkan dan diawasi langsung oleh
Employment Ministry of Australia.
KAWASAN EROPA
❖ Pemerintah Jerman Mengalami Defisit Keuangan di
Tahun 2020 Akibat Pandemi COVID-19
Melalui rilisnya pada Rabu (24/02), Kantor Statistik Federal Jerman (Destatis) menyatakan bahwa krisis akibat pandemi COVID-19 telah menyebabkan defisit keuangan pemerintah pada tahun 2020, yaitu sebesar EUR139,6 miliar. Kondisi ini merupakan defisit pertama sejak tahun 2011 dan defisit tertinggi kedua sejak reunifikasi Jerman tahun 1990.
Berdasarkan persentase dari Produk Domestik Bruto (PDB) saat ini, rasio defisit pada tahun 2020 sebesar 4,2% dan telah melampaui ketentuan dari the European Stability and Growth Pact sebesar 3%. Namun, ketentuan tersebut telah ditangguhkan untuk tahun 2020 dan 2021 akibat kondisi krisis pandemi COVID-19.
Adapun faktor utama yang berkontribusi terhadap defisit anggaran pemerintah pusat dan negara bagian Jerman antara lain besarnya pengeluaran untuk bantuan keuangan sementara dan bantuan darurat, serta pengadaan dan penyediaan alat pelindung kesehatan. Selain itu, pembayaran manfaat sosial selain transfer sosial dalam bentuk natura juga meningkat tajam sebesar 8,7% menjadi EUR593,1 miliar. Hal ini disebabkan oleh peningkatan pembiayaan untuk tunjangan pengangguran dan tunjangan kerja jangka pendek serta pembayaran yang lebih tinggi untuk pensiun dan tunjangan anak.
❖ Perusahaan Inggris Banyak Melakukan Rekrutmen
dalam Tiga Bulan ke Depan
Gerwyn Devies, perwakilan dari the Chartered Institute of Personnel and Development (CIPD), sebuah
lembaga kajian sumber daya manusia di Inggris, mengatakan bahwa sekitar 56% dari 2000 perusahaan Inggris yang disurvei akan melakukan rekrutmen pegawai dalam kuartal pertama tahun 2021. Ini merupakan sinyal positif pertama dari angkatan kerja Inggris dalam satu tahun terakhir. Selain itu, survei yang dilakukan bersama perusahaan Adecco tersebut menemukan bahwa terdapat penurunan persentase perusahaan yang akan melakukan pengurangan pegawai dari 30% ke 20% di awal tahun 2021 jika dibandingkan dengan periode tiga bulan sebelumnya. Tingkat pengangguran terakhir yang dikeluarkan Kantor Statistik Nasional Inggris adalah sebesar 5%, lebih tinggi 0,6% dari periode sebelumnya, atau dengan kata lain sebanyak 1,72 juta orang di Inggris menganggur. Sektor perhotelan adalah sektor yang paling terpukul dengan menyumbang sepertiga dari menurunnya angka kerja di Inggris, diikuti oleh sektor ritel. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh CIPD dan Adecco, hanya 36% pengusaha perhotelan yang berniat untuk merekrut pegawai baru. Tidak dapat dipungkiri skema cuti berbayar oleh pemerintah, yang seharusnya berakhir pada 30 April 2021, telah
memperlambat jumlah pemutusan hubungan kerja. Namun, pemerintah perlu mengantisipasi kondisi yang terjadi setelah skema cuti berbayar tersebut telah berakhir.
❖ Mitsubishi Pertimbangkan Produksi Mobil Kembali di Prancis
Perusahaan otomotif Jepang, Mitsubishi Motors Corp, dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk memproduksi mobilnya di pabrik Renault SA di Prancis, setelah sebelumnya memutuskan untuk
Laporan Monitoring Ekonomi & Keuangan Bilateral Mingguan 5 mundur dari Eropa. Sebelumnya pada tahun 2020,
Mitsubishi meluncurkan rencana restrukturisasi yang mencakup pembekuan peluncuran produk baru di Eropa, pemotongan biaya tetap sebesar 20%, serta pengalihan fokus pada pasar Asia Tenggara, salah satu pasar terkuatnya. Mitsubishi sendiri diketahui telah lama mengalami kesulitan untuk bersaing di Eropa, di mana pangsa pasarnya mengalami stagnasi sekitar 1% selama lebih dari satu dekade terakhir. Pabrikan tersebut juga telah menjual pabriknya di Belanda pada tahun 2012.
Aliansi Renault–Nissan–Mitsubishi saat ini tengah mengejar rencana untuk bekerja sama dalam mengembangkan dan membangun kendaraan untuk mengatasi jatuhnya permintaan akan produk
otomotifnya. Sebelumnya, Renault kehilangan ribuan pekerjanya di Prancis sebagai akibat menurunnya permintaan akibat pandemi COVID-19. Aliansi tersebut juga masih belum pulih dari kasus penangkapan mantan pemimpin Carlos Ghosn di Jepang tahun 2018, yang mengungkap adanya perpecahan internal serta kekacauan manajemen antara Renault dan Nissan. Seperti diketahui, Renault – yang 15% sahamnya dimiliki oleh pemerintah Prancis – memiliki 43% saham Nissan, yang juga memegang 34% saham Mitsubishi.
KAWASAN AFRIKA
❖ Perubahan Kebijakan Anggaran Pemerintah Afrika
Selatan Tahun 2021
Pemerintah Afsel memberikan sinyal adanya perubahan dalam kebijakan anggaran yang
sebelumnya diarahkan untuk kenaikan pajak menjadi fokus pada pemulihan ekonomi akibat COVID-19 melalui penguatan konsumsi dan investasi. Menteri Keuangan Afsel, Tito Mboweni, dalam pidatonya mengenai APBN 2021 pada tanggal 24 Februari 2021, menyatakan bahwa pemerintah akan membatalkan rencana kenaikan pajak senilai ZAR40 miliar yang sebelumnya diusulkan dalam Medium Term Expenditure Framework (MTEF). Pemerintah juga mengalokasikan dana untuk vaksin COVID-19 dan menetapkan target konsolidasi utang yang lebih ambisius dengan tetap berkomitmen untuk
membekukan kenaikan gaji pegawai negerinya. Selain itu, Menteri Keuangan Afsel juga mengumumkan rencana kenaikan kelompok pajak penghasilan (PPh) pribadi sebesar 5% (di atas tingkat inflasi) sehingga diharapkan dapat mengurangi beban pajak bagi rumah tangga berpenghasilan rendah dan menengah.
Pemerintah juga akan menurunkan pajak perusahaan menjadi 27% yang akan dimulai bulan April 2022. Pendekatan tersebut merupakan perubahan besar dari sepuluh tahun pembengkakan belanja negara akibat beban gaji pegawai negeri dan dana talangan untuk BUMN yang terbukti semakin menguras ekonomi Afsel. Selain itu, perubahan kebijakan tersebut juga mengindikasikan niat pemerintah untuk menghindari krisis utang serta melakukan reformasi untuk
meningkatkan investasi sektor swasta dan mengatasi masalah pengangguran yang tinggi. Dalam rangka penanganan COVID-19, pemerintah berkomitmen untuk mengalokasikan anggaran sebesar ZAR10,3 miliar dari belanja untuk membeli dan menyalurkan vaksin selama dua tahun ke depan serta ZAR9 miliar dialokasikan dalam dana darurat yang dapat diambil apabila dibutuhkan.
______________________________________________________________________________________________________
Penanggung Jawab : Kepala Pusat Kebijakan Regional dan Bilateral, BKF.
Penyusun : Arista LK, Devi YB, Agung HN, Deasi W, Adistha L, Martin LB, Yudha P, Yiska DN, Priananda S, Titis AW, Aditya NH, Nopriyanto HS, Sepriza T, Ari S.
Editor : Nugroho JS, Yiska DN, Hendrawan TS.
Sumber Data : CEIC, Economic News, portal resmi pemerintah negara mitra, dan diolah dari berbagai sumber yang relevan.
Dokumen ini disusun hanya sebatas sebagai informasi. Semua hal yang relevan telah dipertimbangkan untuk memastikan informasi ini benar, tetapi tidak ada jaminan bahwa informasi tersebut akurat dan lengkap serta tidak ada kewajiban yang timbul terhadap kerugian yang terjadi atas tindakan yang dilakukan dengan mendasarkan pada laporan ini. Hak cipta Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan.