• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VIII SPESIFIKASI PEKERJAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VIII SPESIFIKASI PEKERJAAN"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VIII

SPESIFIKASI PEKERJAAN

VIII.1.Persyaratan Umum

VIII.1.1. Nama Pekerjaan dan Lokasi Proyek

Nama Pekerjaan : Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Minum Kecamatan Sukra, Anjatan, dan Haurgeulis, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

Lokasi Proyek : Desa Kopyah, Kecamatan Anjatan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat

VIII.1.2. Pemberi Tugas

Pemberi Tugas adalah pemilik proyek atau suatu badan hukum yang ditunjuk pemilik proyek untuk mengatur pelaksanaan proyek.

VIII.1.3. Pemborong

Pemborong adalah suatu badan hukum yang memenangkan pelelangan dan ditunjuk untuk menjadi pelaksana keseluruhan pekerjaan dan bertanggung jawab penuh atas hasil pekerjaan.

Pemborong harus mempunyai staf ahli yang terdiri dari : ƒ Ahli Manajemen

ƒ Ahli Pembukuan

ƒ Ahli Konstruksi Bangunan ƒ Ahli Pengukuran

ƒ Ahli Elektrikal ƒ Ahli Mekanikal

Semua staf ahli harus tetap berada di lokasi proyek selama pekerjaan berlangsung. Selain itu, pemborong juga harus dapat memenuhi kebutuhan minimum peralatan yang akan dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.

(2)

VIII.1.4. Pengawas Lapangan

ƒ Pemberi tugas akan menugaskan seorang pengawas yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan.

ƒ Pemborong atau wakil yang telah disetujui oleh pemberi tugas memiliki kewajiban untuk berada di lokasi pekerjaan setiap saat, setidaknya di tempat yang mudah dihubungi oleh pemberi tugas. ƒ Pemberi tugas berhak setiap waktu menarik persetujuan terhadap

wakil atau pegawai pemborong. Dalam hal ini pemborong wajib mengganti wakil atau pegawai yang bersangkutan sehingga memuaskan pemberi tugas.

VIII.1.5. Bangunan Sementara

Bangunan sementara adalah los direksi, los kerja, gudang dan lain-lain. Bangunan sementara harus dibuat di lokasi proyek. Ukuran bangunan sementara disesuaikan dengan kebutuhan. Los direksi dan los kerja harus dilengkapi dengan 2 (dua) buah meja tulis, 2 (buah) kursi, kamar untuk buang air dan cuci tangan, perlengkapan dan penyediaan obat-obatan, peti untuk menyimpan barang dan lain-lain yang diperlukan. Semua bangunan sementara harus dibongkar setelah selesai pekerjaan dan bekas bongkaran harus menjadi pemilik pemberi tugas.

VIII.1.6. Ketentuan Penyelidikan Bahan/Alat

ƒ Semua ketentuan bahan yang harus disediakan oleh pemborong harus didasarkan pada Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Standar Pemeriksaan Umum Bahan-bahan (PUBB). Untuk beton berlaku Peraturan Umum Beton Bertulang Indonesia (PBI).

ƒ Pemborong diwajibkan mengirim contoh-contoh bahan yang akan digunakan kepada pemberi tugas, bahan yang diragukan kualitasnya akan dikirim ke Kantor Penyelidikan Bahan-bahan Bangunan atas biaya pemborong.

ƒ Apabila ternyata terdapat bahan-bahan yang dinyatakan tidak baik oleh pemberi tugas di lapangan pekerjaan, maka pemborong harus

(3)

segera mengangkat bahan-bahan tersebut keluar lapangan dalam jangka waktu 3 (tiga) hari.

ƒ Pemborong wajib menyediakan barang-barang antara lain : 1. Concrete Mixture

2. Concrete Internal 3. Vibrator

4. Pompa Air 5. Waterpass

6. Concrete External Vibrator

Semua peralatan di atas harus dalam keadaan baik dan siap pakai.

VIII.1.7. Gambar-Gambar

ƒ Gambar kerja untuk seluruh pekerjaan harus selalu ada di lapangan setiap waktu. Gambar-gambar kerja harus dalam keadaan jelas, dapat dibaca dan menunjukkan perubahan-perubahan terakhir.

ƒ Perbedaan-perbedaan yang terdapat diantara uraian pekerjaan dengan gambar kerja harus segera dibicarakan dengan pemberi tugas (pengawas lapangan).

ƒ Perubahan-perubahan terhadap gambar pelaksanaan harus dengan ijin tertulis dari pengawas lapangan.

ƒ Bila diperlukan lebih banyak lagi salinan dari gambar-gambar pelaksanaan, dapat diperoleh dari Direksi Pemberi Tugas dengan penggantian ongkos cetak seperlunya.

VIII.1.8. Pekerjaan Kurang/Lebih

ƒ Pekerjaan kurang/lebih hanya dapat diajukan atas dasar kurang/tambahnya pekerjaan yang telah disetujui oleh pemberi tugas dengan menunjukkan bukti besarnya kerja tambah, baru dapat disetujui apabila pekerjaan tersebut lebih besar dari 5 % harga volume kontrak.

ƒ Kenaikan harga bahan-bahan dan upah dalam jangka waktu pelaksanaan dan perawatan tidak dapat dijadikan dasar untuk mengajukan pekerjaan tambahan.

(4)

ƒ Dalam hal terjadi kekeliruan dalam kalkulasi, sedangkan penawaran harga sudah diajukan, maka kekeliruan yang disengaja/tidak disengaja tidak dijadikan dasar alasan untuk memperhitungkan claim.

ƒ Untuk setiap pekerjaan tambah/kurang pemborong harus menerima perintah tertulis dari Direksi Pemberi Tugas.

ƒ Sebagai dasar perhitungan anggaran tambah/kurang, dipakai harga-harga satuan seperti yang tertera pada surat penawaran pada saat pelelangan. Untuk pekerjaan tambahan yang tidak terdapat di dalam peraturan-peraturan dan syarat-syarat ini, harga satuannya adalah harga baru dengan persetujuan Direksi Pekerjaan.

VIII.1.9. Rencana Kerja

Sebelum mulai dengan pelaksanaan pekerjaan, pemborong harus membuat rencana kerja disetujui Direksi dan diajukan selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah pelulusan pekerjaan. Dalam rencana kerja harus dilampirkan Network Planning, daftar asli di lapangan dan daftar peralatan.

VIII.1.10. Laporan dan Perintah Pekerjaan

ƒ Pemborong wajib menyediakan satu buku catatan harian dan memelihara agar buku tersebut selalu memberikan laporan harian yang terbaru kepada pengawas.

ƒ Pemborong wajib membuat laporan kemajuan pekerjaan setiap 1 (satu) minggu sekali dan dikirim ke pemberi tugas. Laporan kemajuan tersebut berisi kejadian di lapangan selama seminggu, dimana disediakan risalah kemajuan sebagai berikut :

a. Jumlah pegawai dipekerjakan

b. Uraian kemajuan pekerjaan pada akhir minggu dilampiri dengan foto-foto terakhir

c. Bahan-bahan dan perlengkapan yang sudah rusak d. Keadaan cuaca

(5)

ƒ Laporan tersebut harus ditandatangani oleh pengawas lapangan sebagai tanda bukti.

ƒ Perintah dari pemberi tugas secara tertulis, seketika mengikat pemborong dan perintah tersebut dapat berupa surat khusus atau edaran dalam buku harian pengawas.

VIII.1.11. Kerapihan, Kebersihan, dan Pengamanan

ƒ Pemborong bertanggung jawab untuk menjaga kerapihan dan kebersihan lapangan dari sampah. Pembuangan sampah dilakukan secara teratur keluar proyek dan semua biaya yang dikeluarkan menjadi beban pemborong.

ƒ Pemborong bertanggung jawab atas keamanan baik jiwa, peralatan kerja serta bahan-bahan dari kecelakaan, pencurian, kerusakan, kebakaran dan sebagainya. Untuk itu pemborong wajib menyediakan alat pengaman dan penjagaan tetap selama 24 jam penuh.

ƒ Kantor direksi, los bahan, gudang serta seluruh komplek proyek pada malam hari harus diberi pengamanan.

VIII.1.12. Tuntutan

ƒ Pemborong harus membebaskan pemberi tugas dari tuntutan pihak ketiga yang akan disebabkan oleh akibat pekerjaan kelalaian pemborong atau pegawainya.

ƒ Pemberi tugas tidak membenarkan adanya keterlambatan pekerjaan akibat tuntutan pihak ketiga tersebut di atas dan pemborong harus mengatasi/menghindari keterlambatan pekerjaan tersebut.

VIII.1.13. Pemutusan Hubungan Kerja

Pemberi tugas dapat memutuskan hubungan kerja kepada pemborong tanpa ganti rugi apabila :

ƒ Dalam 1 (satu) minggu semua kegiatan pemborong di lapangan terhenti tanpa adanya pemberitahuan secara tertulis kepada pemberi tugas sebab terhentinya pekerjaan tersebut.

(6)

ƒ Tidak adanya jawaban dari pemborong atas pernyataan yang diberikan oleh pemberi tugas baik secara tertulis maupun secara lisan melalui pengawas.

VIII.1.14. Peraturan-Peraturan

Tata cara pelaksanaan dan lain-lain yang berhubungan dengan peraturan pembangunan yang sah berlaku di Republik Indonesia selama pelaksanaan proyek ini harus betul-betul ditaati. Peraturan-peraturan tersebut adalah :

ƒ Peraturan umum untuk pemeriksaan bahan-bahan bangunan ƒ Peraturan beton bertulang Indonesia

ƒ Peraturan muatan Indonesia

ƒ Peraturan perburuhan Indonesia (tentang penggunaan tenaga harian, mingguan, bulanan dan borongan)

ƒ Peraturan konstruksi kayu Indonesia

ƒ Peraturan perusahaan listrik negara tentang instalasi listrik dan tenaga

ƒ Peraturan perusahaan air minum negara.

Pemborong dianggap telah mengetahui dan mengerti isi dan maksud dari peraturan-peraturan tersebut di atas.

VIII.2.Spesifikasi Umum

Spesifikasi umum merupakan spesifikasi dasar dari pekerjaan-pekerjaan yang meliputi : 1. Pekerjaan tanah 2. Pekerjaan beton 3. Pekerjaan kayu 4. Pekerjaan tembok 5. Pekerjaan plesteran 6. Pekerjaan siaran 7. Pekerjaan kaca dan cat

(7)

VIII.2.1. Pekerjaan Tanah

Pekerjaan tanah meliputi :

ƒ pembongkaran dan pemindahan seluruh hal-hal yang memungkinkan menjadi halangan pekerjaan

ƒ melindungi benda berharga atau berguna lainnya yang ada di lapangan

ƒ penggalian dan penimbunan ƒ pemadatan

ƒ pemindahan material yang tidak berguna ƒ menyediakan material pengisi yang baik Galian Tanah

Galian tanah dilaksanakan pada :

ƒ semua bagian dari bangunan yang masuk ke dalam tanah ƒ semua bagian dari tanah yang harus dibuang

Genangan Air di Dalam Galian

Selama pekerjaan harus dihindari terjadinya genangan. Jika terjadi genangan maka air harus cepat dikeluarkan dengan jalan pemompaan, menimba ataupun dengan mengalirkannya melalui parit terbuka.

Urugan

Pekerjaan urugan meliputi : ƒ semua bekas lubang pondasi

ƒ semua bagian yang harus ditinggikan dengan jalan menimbun ƒ Jenis urugan :

ƒ Urugan tanah

Semua pekerjaan pengurugan harus dilaksanakan lapis demi lapis horisontal dan dipadatkan. Tebal tiap lapis sekitar 15 cm, dan selama proses pemadatan harus dibasahi air untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

ƒ Urugan pasir

Pekerjaan urugan pasir dilaksanakan seperti pengurugan pada tanah. ƒ Lain-lain

(8)

Pengurugan dengan bahan lain seperti kerikil, pecahan batu merah dilaksanakan menurut gambar rencana.

VIII.2.2. Pekerjaan Beton

Beton merupakan campuran semen, agregat halus, agregat kasar dan air dengan perbandingan sedemikian rupa sehingga beton yang dihasilkan mempunyai jumlah semen di dalamnya minimum sesuai dengan persyaratan dalam spesifikasi. Hasil akhie pekerjaan harus berupa beton yang baik, padat dan tahan lama serta memiliki kekuatan sebagaimana disyaratkan. Semua bahan harus merupakan mutu terbaik yang tersedia dan sesuai dengan Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia. Pekerjaan konstruksi beton harus dilaksanakan mengikuti gambar rencanan. Ukuran beton, besi tulangan, letak dan jarak antar besi tulangan harus sesuai dengan ketentuan gambar rencana.

Pekerjaan beton meliputi :

ƒ pekerjaan struktur, pondasi, kolom, sloof, balok, plat lantai, plat atap dan bak air

ƒ pekerjaan beton tumbuk, dudukan pipa, pompa dan mesin. Syarat umum

Persyaratan umum beton bertulang adalah :

ƒ Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (PBI-1971)

ƒ Kekuatan (mutu) beton seperti pada PBI-1971 untuk tipe beton K-225

ƒ Campuran

Macam campuran (adukan) menggunakan agregat kasar dan halus untuk setiap 50 kg Portland Cement dan ukuran nominal ditunjukkan oleh tabel VIII.1.

(9)

Tabel VIII. 1 Macam Campuran Menggunakan Agregat Kasar dan Halus Jenis Beton Campuran Agregat Halus Agregat Kasar Ukuran Nominal B1 1:1.5:2.5 0.06 0.1 10 B2 1:02:03 0.08 0.12 20 B3 02:05.5 0.1 0.2 38 B4 1:03:06 0.12 0.24 38 B5 1:02:03 0.06 0.12 30

Pemakaian jenis beton :

B1 : Beton yang memerlukan kekedapan air, pelat-pelat atap, reservoar, balok yang bersangkutan dengan atap reservoar

B2 : Semua beton bertulang, kolom, sloof, balok-balok, pondasi di luar ketentuan pada B1

B3 : Jalan setapak sekitar bangunan B4 : Lantai kerja tebal 5 cm

B5 : Semua beton bertulang kecuali yang ditentukan memakai jenis B5.

Bahan-Bahan Yang Digunakan ƒ Semen

Semen harus berupa semen portland (PC) biasa yang sesuai dengan standar NI-8 dalam Peraturan Beton Indonesia 1971 atau British Standard No. 12-1965. Semen harus diangkut dan disimpan pada tempat yang kedap air, dilindungi dari kelembaban serta diletakkan paling sedikit 30 cm dari lantai. Kantong semen tidak boleh ditumpuk sampai tingginya melampaui 2 m dan tiap pengiriman baru harus dipisahkan dan ditandai dengan maksud agar digunakan menurut urutan pengiriman

ƒ Agregat

Agregat harus keras, kekal, bersih dan tidak mengandung bahan yang dapat merusak. Agrgat harus sesuai dalam segala hal dengan PBI-1971. Agregat kasar (kerikil, batu pecah/slit) adalah agregat yang

(10)

tertahan pada saringan 5 mm dan agregat halus (pasir) adalah agregat yang lolos pada saringan tersebut. Untuk struktur kasar dan beton tumbuk, agregat kasar harus bergradasi 25 mm sampai 5 mm. Agregat kasar dan halus harus disimpan secara terpisah sehingga tidak terjadi pencampuran.

ƒ Air

Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam dan bahan organik yang dapat merusak beton dan baja tulangan. Jika terdapat keraguan mutu, air harus diperiksa ke lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui. Jika pemeriksaan tidak dilakukan maka harus diadakan percobaan perbandingan antara kekuatan tekan semen dan pasir dengan memakai air suling.

ƒ Unsur Tambahan (Additive)

Untuk beton kelas K-225 dianjurkan untuk memakai plasticizer untuk mengurangi rasio semen dan air guna menghadapi penyusutan. ƒ Baja Tulangan dan Kawat Pengikat

Baja tulangan yang dipakai harus dibuat dari pabrik yang mutunya dapat ditentukan secara otentik. Batang tulangan harus terbuat dari baja lunak dengan tegangan leleh 2400 kg/cm2 dan tegangan maksimum 3600 kg/cm2. Bahan tersebut dalam segala hal harus memenuhi ketentuan PBI-1971, Standar Jepang Kelas SR-24 atau British Standard No. 785-1983. Baja tulangan harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak boleh disimpan di udara terbuka untuk jangka waktu yang panjang. Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak berdiameter minimum 1 mm.

Adukan Percobaan

Dari adukan yang diusulkan diambil kubus uji. Untuk tiap kelas beton, dibuat 6 kubus. Tiga kubus diuji pada umur 7 (tujuh) hari dan 3 kubus yang lain diuji pada umur 28 hari. Pada setiap umur pengujian, kekuatan kubus tidak boleh ada yang lebih kecil dari 1.25 kali kekuatan kerja kubus uji yang disyaratkan.

(11)

Kelas Beton

Perbandingan campuran yang diberikan menurut kelas beton telah diperkirakan guna mencapai kekuatan yang disyaratkan pada umur 28 hari setelah pengecoran, dengan ketentuan bahwa bahan yang dipakai cukup baik.

Pengangkutan dan Pengecoran Beton

Pengangkutan beton yang telah diaduk dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran harus dilakukan dengan cara yang dapat mencegah segregasi dan kehilangan bahan. Pengecoran beton di bagian manapun tidak boleh dilakukan sebelum pekerjaan perancah, acuan dan pekerjaan persiapan telah sempurna.

Pemadatan Beton

Selama proses pengecoran berlangsung maka beton harus dipadatkan secara mekanis (internal/eksternal vibrator), dikerjakan tidak terlalu lama yang dapat mengakibatkan terjadinya pemisahan bahan. Alat pemadat mekanik yang digunakan harus mampu memberikan getaran paling sedikit 3000 getaran/menit dari berat efektif sebesar 0.25 kg. Eksternal vibrator digunakan dengan cara memasukkan alat pulsator ke dalam adukan beton yang baru dicor. Pulsator memberikan getaran sebanyak 3000 getaran/menit bila dimasukkan ke dalam beton yang mempunyai nilai 2.5 cm yang akan memberikan daerah getaran pada radius tidak kurang dari 45 cm.

Bekisting

Semua bekisting harus diperkuat dengan klam dari balok kecil yang kuat dan jumlah yang cukup untuk menjaga agar tidak terjadi distorsi ketika beton dicorkan, dipadatkan dan mengeras. Pembukaan bekisting harus dikerjakan sedemikian rupa sehingga tidak timbul kerusakan pada beton.

(12)

Penulangan

Semua baja tulangan harus bebas dari serpihan karat lepas, minyak, gemuk, cat dan debu yang dapat mengganggu perletakan yang sempurna antara tulangan dan beton.

ƒ Bahan

Baja tulangan sedang harus BJTP-24 yang sesuai dengan SII-0136-1984, British Standard No.785 atau yang setara untuk baja tulangan yang polos.

ƒ Penyimpanan

Baja tulangan harus disimpan di bawah atap yang tahan air dan diberi alas dari muka tanah atau air yang tergenang serta harus dilindungi dari kemungkinan kerusakan dan karat.

Pengecoran

Pengecoran ke dalam cetakan harus selesai sebelum adukan mulai mengental, yang dalam keadaan normal biasanya dalam waktu 30 menit. Pengecoran suatu unit atau bagian dari pekerjaan harus dilanjutkan tanpa berhenti, tidak terputus dan tidak boleh dilakukan pada waktu hujan.

Bangunan Kedap Air

Pada bagian ini dibahas keperluan secara umum untuk semua bangunan beton yang harus menampung air. Kode praktis untuk penggunaan struktur bangunan beton yang kedap air adalah BS-5337-1976. Bahan untuk beton umumnya harus dibandingkan dengan kebutuhan pada pekerjaan sipil, meliputi :

ƒ Agregat untuk beton pada struktur bangunan kedap air harus mempunyai penyusutan maksimum 0.045% dan absorpsi maksimum 3%.

ƒ Bekisting pada baja pengikat untuk bangunan kedap air tidak boleh menembus bagian beton.

ƒ Beton untuk bangunan kedap air harus mempunyai kandungan semen maksimum 400 kg/m3 dan minimum 360 kg/m3.

(13)

Pengujian Kebocoran

Sesudah pembongkaran bekisting, semua dinding bangunan harus bebas dari tanah urug, sehingga kebocoran dapat terlihat jelas. Sebelum dilakukan pegujian, bangunan tidak boleh dicat. Pengujian kekedapan air dilakukan dengan mengisi seluruh bagian bangunan dengan air bersih dengan debit air pada kecepatan naik tidak melebihi 1 m/24 jam, dan didiamkan untuk peresapan selama 7 hari. Selama masa ini, dinding yang terlihat harus tidak ada tanda kebocoran dan kecenderungan air berkurang. Struktur bangunan dinyatakan kedap air jika penurunan air pada periode waktu tersebut tidak melebihi 10 mm setelah dipakai penguapan dan penyerapan serta tidak ada tanda-tanda kebocoran Puddle Flange pada Pipa

Setiap perpipaan yang menembus dinding beton pada bangunan kedap air harus dibalut selama pembetonan. Pipa harus disediakan dengan puddle flange untuk membentuk seal terhadap pipa dan dengan luar 200 mm dari diameter luar pipa.

VIII.2.3. Pekerjaan Kayu

Pekerjaan kayu meliputi penyediaan secara lengkap akan tenaga, alat dan bahan yang berhubungan dengan pekerjaan kayu. Pekerjaan ini meliputi pekerjaan yang berhubungan dengan dengan :

ƒ pekerjaan atap

ƒ pekerjaan pintu dan jendela ƒ pekerjaan kaca

ƒ pekerjaan dinding ƒ pekerjaan langit-langit Kualitas

Semua kayu untuk jenis yang ditentukan harus dari kualitas yang baik. Kelembaban kayu yang dipakai untuk pekerjaan kayu dasar harus kutang dari 20%. Jenis kayu untuk semua konstruksi adalah kayu kamper.

(14)

Pintu, Jendela dan Kusen

Pintu yang rata (plush) harus berongga (semi solid core) dan ditutup pada kedua belah permukaan dengan plywood yang tebalnya paling sedikit 4 mm. Jendela kayu harus dibuat rangkanya dengan pekerjaan pasak dan lubang yang disambungkan, dikokohkan dengan pasak penyambung kayu. Alur kaca dan profil manik-maniknya harus lurus dan tepat bentuknya. Kusen yang kokoh harus dibuat dari rangka dengan pasak dan lubang sedemikian rupa sehingga diperoleh rangka yang mulus dan kaku. Kusen tersebut harus diberi angker baja yang digalvanisir sekurang-kurangnya 6 (enam) buah untuk tiap pasangan kusen. Kusen yang bertemu dengan kolom beton harus dipasang dengan skrup yang digalvanisir ke dalam balok kayu setempat. Semus pekerjaan vertikal yang bersambungan dengan dinding atau kolom haus diberi alur adukan.

VIII.2.4. Pekerjaan Tembok

Bahan-Bahan yang Digunakan ƒ Semen

Semen untuk pekerjaan menembok harus sama kualitasnya seperti untuk pekerjaan beton.

ƒ Pasir

Pasir untuk pekerjaan menembok harus sama kualitasnya seperti untuk pekerjaan beton.

ƒ Air

Air yang dipakai untuk pekerjaan menmbok harus memenuhi persyaratan spesifikasi pada pekerjaan beton.

ƒ Kapur

Kapur yang dipakai harus kapur aduk bermutu tinggi ƒ Bata

Batu bata harus terbuat dari tanah liat dengan ukuran nominal 6 cm x 12 cm x 24 cm, yang dibakar dengan baik dan bersudut runcing dan rata, tanpa cacat dan mengandung kotoran. Minimum daya tekan ultimate adalah 30 kg/cm2

(15)

Jenis adukan

Jenis adukan yang digunakan untuk pekerjaan tembok harus sesuai dengan gambar rencana dengan berdasarkan pada tabel VIII.2.

Tabel VIII. 2 Jenis Adukan pada Perencanaan Jenis Adukan Adukan M1 M2 M3 1 pc : 1 kapur : 6 pasir 1 pc : - : 3 pasir 1 pc : - : 2 pasir 1 pc : - : 4 pasir 1 pc : 1 kapur : 8 pasir Dinding

Bahan yang digunakan adalah batu bata seperti yang telah disyaratkan. Adukan dinding mulai dari atas balok pondasi beton sampai 20 cm di atas lantai dasar yang sudah jadi harus dibuat dari adukan jenis M2. Dinding untuk kamar mandi dan WC juga memakai adukan jenis M2, untuk dinding-dinding yang lain digunakan jenis adukan M1.

VIII.2.5. Pekerjaan Plesteran

Semua plesteran dinding batu adalah bata merah yang bukan kedap air dengan adukan 1 pc : 6 ps, dan semua dinding kedap air digunakan adukan 1 pc : 2 ps. Bidang beton dan pasangan batu kali diplester dengan adukan 1 pc : 4 ps. Tebal plesteran tidak lebih tebal dari 1 cm untuk beton dan 2.5 cm untuk pasangan batu kali.

VIII.2.6. Pekerjaan Siaran

Pekerjaan siaran pasangan batu kali dengan adukan 1 pc : 3 ps dengan tebal tidak lebih dari 1.5 cm. Pada semua bidang pasangan batu kali yang disiar hanya pada setiap alur spesinya, yang permukaannya tidak lebih menonjol dari permukaan batu kalinya.

VIII.2.7. Pekerjaan Kaca dan Cat

Semua kaca untuk daun jendela mati memakai kaca bening tebal 3 mm. Semua list laca dipasang sebelah luar ruangan. Semua bidang plesteran bagian dalam dan langit-langit dari bangunan dicat dengan cat tembok.

(16)

Sedangkan kusen, daun jendela, daun pintu dan ventilasi dicat sampai mengkilap dengan cat kayu yang telah diberi cat dasar, diplamur dan didempul.

VIII.2.8. Pekerjaan Perpipaan dan Instalasi

Galian Tanah

Galian tanah dilaksanakan untuk :

ƒ Semua pemasangan pipa, fitting dan aksesoris serta bangunan pelengkap yang termasuk dalam pekerjaan

ƒ Semua bagian-bagian bangunan yang masuk ke dalam tanah

Ukuran dalam, lebar dan tempat galian untuk pemasangan pipa dan peralatannya, serta bangunan yang termasuk di dalam pekerjaan ini harus dibuat sesuai gambar rencana. Patokan yang dipakai untuk dalamnya galian adalah diukur dari atas pipa sampai ke muka tanah asal, ditambah tebal lapisan pasir di bawah pipa. Penggalian tanah untuk parit pemasangan pipa harus dilakukan serentak dengan diikuti pelaksanaan pemasangan pipa dan perlengkapannya, dan harus diikuti pula dengan penimbunan kembali dengan segera.

Urugan Tanah

Urugan tanah untuk setiap pekerjaan harus dilakukan lapis demi lapis dan pada setiap lapis dilakukan pemadatan. Sisa-sisa tanah/material bekas galian setelah pengurugan harus diangkut dan dibuang. Urugan tanah untuk pemasangan pipa dilaksanakan setelah pengurugan pasir di sekeliling pipa.

Urugan Pasir

Untuk tiap urugan pasir dilaksanakan lapis demi lapis dan harus disiram air sehingga padat. Apabila pada penggalian parit pipa diperoleh tanah gembur, maka tanah tersebut harus dibuang dan diganti dengan pasir sehingga dapat dibuat dasar yang rata dan padat. Urugan pasir dilakukan pada sekeliling pipa tebal 15 cm, kecuali untuk pipa yang memotong jalan harus diurug penuh dengan pasir. Pasir yang digunakan

(17)

untuk pengurugan harus berkualitas pasir pasang dengan kadar lumpur 10%.

Pemasangan Pipa, Aksesoris dan Bangunan Pelengkap

Pipa aksesoris dan bangunan pelengkap yang akan dipasang harus sesuai dengan gambar. Sebelum dan sesudah dipasang pipa dan aksesorisnya terutama bagian dalamnya harus dijaga dengan baik dari kerusakan dan keretakan. Pemotongan pipa bila diperlukan harus dilakukan dengan alat yang sesuai untuk jenis atau bahan pipa sesuai dengan persyaratan teknis dan petunjuk dari pabrik yang bersangkutan. Sambungan pipa yang akan dilaksanakan pada umumnya dengan cara : ƒ Pipa Cast Iron atau Ductile Cast Iron dengan rubbering dan alat

penyambung gland dan bolts and nuts atau hanya rubbering atau timah pakai.

ƒ Belokan (vertikal atau horizontal) tanpa elbow/bend dilaksanakan sedemikian rupa sehingga sudut sambungan antara dua pipa tidak boleh lebih besar dari 5° atau yang diijinkan pabriknya.

ƒ Semua alat perlengkapan pipa (fitting) dan aksesoris seperti tee, elbow/bend, harus diberi blok anker dari beton dengan campuran 1 pc : 2 pasir : 3 kerikil, supaya terhindar dari bergesernya alat tersebut akibat tekanan air.

ƒ Semua ujung pipa yang terakhir harus ditutup dengan standard gibault joint dengan blank end atau blank flange, kemudian mulai dari flange tersebut diberi penahan beton campuran 1 pc : 2 pasir : 3 kerikil.

Pengetesan Pipa

Pengetesan pipa dilakukan bagian demi bagian pada tiap panjang pipa maksimum 400 m. Pengetesan pipa dilakukan dengan tekanan minimal 8 atm dan apabila selama 1 jam tekanannya tidak berubah/turun, maka uji dapat diterima.

(18)

Bak Valve

Bak gate valve dan bak peralatan pipa lainnya, dibuat dari :

ƒ Dinding bak dari besi beton dengan diameter tergantung ukuran valve

ƒ Tutup bak dari beton bertulang dengan canpuran 1 pc : 2 ps : 3 kerikil

ƒ Dudukan pelat penutup bak dari beton tumbuk tebal 25 cm dengan campuran 1 pc : 3 pasir : 5 kerikil

ƒ Untuk valve berukuran diameter 100 mm ke atas, harus memakai tumbukan beton campuran 1 pc : 2 pasir : 3 kerikil

VIII.3. Spesifikasi Khusus

Spesifikasi khusus meliputi pekerjaan dalam pembuatan beberapa bangunan yaitu :

1. Bangunan Penangkap Air (Intake) dan Bak Pengumpul 2. Bangunan Penenang

3. Bangunan Prasedimentasi 4. Bangunan Koagulasi 5. Bangunan Flokulasi 6. Bangunan Sedimentasi

7. Bangunan Saringan Pasir Cepat

8. Bangunan Penampung Air Bersih (Reservoir)

9. Bangunan Penampung Air Sirkulasi (Pencucian Filter) 10. Bangunan Bahan Kimia

11. Bangunan Penampung Lumpur 12. Gudang

13. Kantor

VIII.3.1. Bangunan Penangkap Air (Intake)

Pekerjaan bangunan penangkap air meliputi : ƒ Pekerjaan penggalian

ƒ Pekerjaan Beton ƒ Pekerjaan Perpipaan

(19)

Pekerjaan Penggalian

Penggalian tanah untuk pondasi dilakukan apabila air sudah dialirkan ke sungai. Pembuatan pondasi harus terhindar dari aliran air tanah. Dimensi dan bentuk bangunan sesuai dengan gambar rencana. Pemasangan pipa drain, overflow, dan outlet yang menembus dinding beton harus menggunakan wall pipe. Pipa overflow dan drain harus menggunakan bell mouth, sedangkan outlet menggunakan strainer. Semua dimensi pipa sesuai dengan gambar rencana. Untuk kemudahan operasi maka ujung valve dilengkapi dengan stang yang panjang berbentuk T sampai 30 cm di atas bordes.

VIII.3.2. Bangunan Penenang

Bangunan penenang merupakan bangunan yang terbuat dari konstruksi beton kedap air dengan kapasitas, ukuran, dan ketinggian seperti dalam gambar. Bangunan ini dilengkapi dengan alat pengukur debit berupa V-notch 90°. Pemasangan pipa drain, overflow, dan outlet yang menembus dinding beton harus menggunakan wall pipe. Pipa overflow

dan drain harus menggunakan bell mouth, sedangkan outlet

menggunakan strainer. Semua dimensi pipa sesuai dengan gambar rencana.

VIII.3.3. Bangunan Pengendap I (Prasedimentasi)

Bangunan pengendap meliputi pekerjaan perpipaan, konstruksi beton, konstruksi baja, plesteran dan penimbunan tanah. Bak pengendap terdiri dari :

ƒ Zone pengendapan ƒ Ruang lumpur

ƒ Ruang pipa penguras, katup dan manhole ƒ Zone inlet

ƒ Zone outlet

Seluruh bangunan terdiri dari konstruksi beton. Dinding bagian dalam dan lantai bak pengendap yang tepat dengan hubungan yang kaku pada dinding bak. Ruang lumpur dilapisi dengan pasangan beton untuk

(20)

membuat bidang lengkung ke arah pipa penguras dan permukaannya diplester dengan halus. Ruang pipa dan ruang katup penguras dibuat dengan ukuran sesuai gambar dan dilengkapi dengan lubang masuk dan tangga besi.

Saluran Pengumpul Effluen dan Ambang Pelimpah (Weir)

Saluran pengumpul effluen terbuat dari konstruksi beton dengan ukuran dan kemiringan seperti gambar. Dinding dalam dan dasar diplester dengan halus. Ambang pelimpah terbuat dari baja tahan karat setebal 5 mm dan dipasang pada kedua sisi saluran pengumpul.

Saluran Outlet

Saluran ini dibuat dengan elevasi, ukuran dan kemiringan yang sesuai dengan gambar. Dinding dan dasar saluran diplester halus dan secara keseluruhan terbuat dari pasangan beton. Pada bagian ujung saluran dipasang pipa pengalir menuju ke bangunan selanjutnya.

VIII.3.4. Bangunan Pengaduk Lambat (Flokulasi)

Bangunan pengaduk lambat merupakan bangunan yang terdiri dari saluran pengaduk. Bangunan terbuat dari konstruksi beton kedap air dilengkapi dengan saluran aliran masuk dan keluar dengan pintu pengatur.

Saluran Pengaduk

Saluran pengaduk terdiri dari 3 (tiga) kompartemen, masing-masing dengan bentuk dan ukuran sesuai dengan gambar perencanaan. Sekat antara saluran dibuat dari beton bertulang yang mempunyai hubungan yang kaku dengan dinding dengan lantai bak. Dinding dalam saluran hendaknya memiliki sudut tumpul yang diperhalus. Bak pengaduk lambat diletakkan pada ketinggian dan arah kemiringan sesuai dengan perencanaan di atas kolom-kolom penyangga yang diperlukan. Bagian bawah lantai bak flokulasi yang berada di atas tanah hendaknya ditimbun dengan tanah dan pasir urug hingga seluruh bagian dasar bak di atas tanah. Timbunan harus dipadatkan dengan baik.

(21)

Saluran Outlet

Saluran outlet terbuat dari konstruksi beton dengan ukuran, arah, kemiringan dan bentuk sesuai dengan gambar rencana. Permukaan, dinding dan dasar saluran diplester halus. Pengaturan aliran keluar dilakukan dengan pintu pengatur. Pintu pengatur terbuat dari kayu dengan bingkai baja, lengkap dengan tangkai berulir dan roda pemutar. Bagian-bagian pintu yang terbuat dari besi baja dan selalu berhubungan dengan air dilapisi dengan bahan-bahan anti karat. Pintu pengatur dapat dibuat secara terpisah sesuai dengan bentuk dan ukuran dalam perencanaan serta dipasang dengan tepat pada celah yang disediakan.

VIII.3.5. Bangunan Pengendap II (Sedimentasi)

Bangunan pengendap meliputi pekerjaan perpipaan, konstruksi beton, konstruksi baja, plesteran dan penimbunan tanah. Bak pengendap terdiri dari :

ƒ Zone pengendapan

ƒ Sekat bidang pengendapan ƒ Ruang lumpur

ƒ Ruang pipa penguras, katup dan manhole ƒ Zone inlet

ƒ Zone outlet

Seluruh bangunan terdiri dari konstruksi beton. Dinding bagian dalam dan lantai bak pengendap yang tepat dengan hubungan yang kaku pada dinding bak. Ruang lumpur dilapisi dengan pasangan beton untuk membuat bidang lengkung ke arah pipa penguras dan permukaannya diplester dengan halus. Ruang pipa dan ruang katup penguras dibuat dengan ukuran sesuai gambar dan dilengkapi dengan lubang masuk dan tangga besi.

Bidang/Sekat Pengendapan

Sekat pengendap dibuat dari plastik (fiber glass) dengan tebal antara 0,5 – 1,5 mm. Jumlah, jarak dan ukuran sesuai dengan gambar. Sekat pengendap dipasang pada bingkai bagian atas dan bawah yang dipasang

(22)

pada jalur yang tersedia. Bingkai terbuat dari tongkat (bar) alumunium yang dapat dipasang dan dilepas dengan mudah. Jalur bidang pengendap terbuat dari plat baja setebal 5 mm yang dipasang tepat pada dinding bak dengan anker.

Saluran Pengumpul Effluen dan Ambang Pelimpah (Weir)

Saluran pengumpul effluen terbuat dari konstruksi beton dengan ukuran dan kemiringan seperti gambar. Dinding dalam dan dasar diplester dengan halus. Ambang pelimpah terbuat dari baja tahan karat setebak 5 mm dan dipasang pada kedua sisi saluran pengumpul.

Saluran Outlet

Saluran ini dibuat dengan elevasi, ukuran dan kemiringan yang sesuai dengan gambar. Dinding dan dasar saluran diplester halus dan secara keseluruhan terbuat dari pasangan beton. Pada bagian ujung saluran dipasang pipa pengalir menuju ke bangunan selanjutnya.

VIII.3.6. Bangunan Saringan Pasir Cepat (Filtrasi)

Bangunan pasir cepat meliputi bak saringan pasir, media penyaring, media penyangga, sistem inlet dan outlet, perpipaan, ruang perpipaan dan ruang operasi.

Bak Saringan Pasir Cepat

Bak saringan pasir cepat terbuat dari pasangan beton kedap air. Permukaan dalam bak yang akan diisi media dibuat kasar sedangkan permukaan dinding yang terisi air dibuat halus. Ukuran, bentuk dan ketinggian bak sesuai gambar.

Media

Media penyaring terdiri dari pasir dan antrasit. Media penahan adalah kerikil. Media yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

ƒ Keras, mengandung kadar kuarsa minimum 90% ƒ Bebas dari kotoran, tanah dan lumpur

(23)

ƒ Diameter effektif dan koefisien keseragaman sesuai dengan kriteria desain

ƒ Bentuk harus baik dan merata ƒ Porositas media tersusun sekitar 0.4 ƒ Kekeruhan air pencuci maksimum 30 ppm ƒ Kadar bahan yang dapat terpakai 0.7%

ƒ Kadar zat terlarut dalam HCl pekat harus kurang dari 3.5% ƒ Kehilangan akibat pelapukan kurang dari 3%

Tebal dan ukuran media yang digunakan untuk setiap lapisan dibuat sesuai dengan perencanaan.

Sistem Underdrain

Sistem underdrain dibuat dengan perpipaan. Pipa yang digunakan adalah besi tuang. Pipa mempunyai ujung flens untuk penyambungan ke sistem perpipaan. Lateral dipasang pada manifold dalam jumlah dan jarak sesuai gambar rencana dengan sambungan las. Orifice dibuat dengan ukuran, jumlah dan jarak yang sesuai dengan gambar.

Saluran Pengumpul Air Pencuci

Saluran pengumpul air pencuci terbuat dari pasangan beton dengan hubungan kaku pada dinding dasar. Dinding dasar saluran diplester dengan permukaan halus. Perletakan, ketinggian, ukuran serta kemiringan sesuai dengan gambar.

Perpipaan Saringan

Pipa dan perlengkapannya menggunakan pipa baja dengan sambungan flens. Perletakkan, ukuran, ketinggian dan kemiringan sesuai gambar. Pipa yang berada di atas lantai diberi penyangga atau penggantung dari pasangan beton atau konstruksi baja. Pipa filtrat, pipa pencuci dan pipa penguras dicat dengan warna berbeda untuk mempermudah operasi. Cat yang digunakan harus yang tahan dan dapat melindungi pipa dari korosi. Katup harus dilengkapi dengan tangkai dan roda/perlengkapan pemutar yang terkspansi hingga mencapai ketinggian yang tepat di

(24)

ruang operasi dengan diberi warna yang berbeda sesuai dengan fungsinya.

Ruang Perpipaan dan Ruang Operasi

Ruang perpipaan dan ruang operasi merupakan bangunan bertingkat. Ruang perpipaan terletak di bagian bawah dan ruang operasi terletak di bagian atas. Bangunan tersebut terbuat dari konstruksi beton dan pasangan batu bata. Lantai ruang operasi dan perpipaan terbuat dari pasangan beton sedangkan dinding yang tidak terkena air terbuat dari pasangan batu bata.

VIII.3.7. Bangunan Penampung Air Bersih (Reservoir)

Penampungan air bersih meliputi bak penampung air bersih, ruang perpipaan dan ruang pembubuhan.

Bak Penampung Air Bersih

Bak penampung air bersih merupakan bangunan yang tertanam di dalam tanah, terbuat dari konstruksi beton dan kedap air. Dinding bagian dalam dan lantai diplester halus dan dibuat dengan kemiringan sesuai gambar. Sekat bak penampung terbuat dari pondasi beton bertulang dengan permukaan dinding yang diplester halus. Lubang pemeriksaan dibuat dan ditempatkan sesuai dengan gambar rencana. Tutup lubang dibuat agar dapat ditutup dan dibuka secara mudah. Tangga masuk merupakan tangga masuk tegak dari sisi baja. Lubang udara (ventilasi) terbuat dari pipa besi tuang dengan diameter 50 mm, dipasang sesuai gambar. Ujung pipa yang terbuka harus ditutup dengan kawat kasa. Atap bak penampung terbuat dari konstruksi beton dan dengan permukaan atasnya dilapisi tar (coal tar) dan dilengkapi talang hujan.

Ruang Perpipaan

Ruang perpipaan merupakan ruang bawah tanah dan bersatu dengan dinding bagian depan bak penampung. Ruang perpipaan terbuat dari konstruksi beton.

(25)

Perpipaan

Perpipaan penampung air bersih terdiri dari pipa inlet, pipa outlet, pipa penguras, pipa peluap dan pipa pembubuh kaporit dan kapur. Pipa dan fitting yang digunakan adalah pipa baja dan sambungan flens. Diameter, ketinggian dan penempatan pipa harus sesuai dengan pasangan beton atau klam baja. Pipa harus dicat dengan anti karat dan warna yang berbeda sesuai dengan fungsinya. Pipa inlet membawa air bersih dari saluran filtrat ke bak penampungan air besih.

Pipa outlet merupakan jalur perpipaan yang membawa air bersih dari bak penampung ke sistem distribusi. Pipa dilengkapi dengan alat pengatur aliran dengan diameter dan ketinggian sesuai gambar rencana. Pipa outlet yang berada di luar ruang perpipaan diganti dengan pipa asbestos cement dengan menggunakan adaptor berujung flens.

Pipa penguras dan pipa overflow dipasang pada tempat, ukuran dan ketinggian yang sesuai gambar. Pipa pembubuh kaporit dan kapur terbuat dari pipa plastik dengan sambungan kopling karet. Alat pembubuh, dengan rate dosis yang dipasang sesuai gambar rencana, dipasang pada ujung pipa pembubuh.

VIII.3.8. Bangunan Penampung Air Sirkulasi (Pencucian Filter)

Bangunan ini merupakan bak yang berfungsi menampung air buangan dari unit filtrasi (bekas pencucian filter), dan juga berfungsi untuk menyalurkan kembali air buangan tersebut ke unit prasedimentasi melalui sistem perpipaan dan menggunakan pompa. Bangunan ini terdiri dari saluran inlet, bak penampung, ruang pompa, dan sistem perpipaan.

VIII.3.9. Bangunan Bahan Kimia

Bangunan ini merupakan ruang penyediaan bahan-bahan kimia yang diperlukan dalam proses kimiawi dalam instalasi pengolahan air minum, seperti pembuatan larutan koagulan, pembubuh kapur dan kaporit. Bak pelarut untuk tiap jenis bahan kimia dibuat secara terpisah.

(26)

Bangunan Ruang Kimia

Bangunan ruang kimia dibuat dengan konstruksi beton dan pasangan batu bata. Ukuran, bentuk, perletakan dan ketinggian bangunan sesuai dengan gambar rencana.

Unit Pembubuh Koagulan dan Kaporit

Unit pembubuh koagulan dan kaporit terdiri dari bak pelarut dengan agitator dan pompa pembubuh. Bak pelarut dibuat dalam jumlah, ukuran dan tempat sesuai dengan gambar rencana. Bak ini terbuat dari konstruksi beton dengan dinding bagian dalam yang diplester dan diberi ubin porselin. Landasan motor penggerak agitator terbuat dari plat beton dan dipasang di atas bak pengaduk dan pelarut seperi pada gambar. Motor yang digunakan merupakan motor listrik dengan daya yang sesuai perencanaan yang dihubungkan dengan alat pengaduk (agitator) dengan menggunakan kopling yang dapat diatur. Pengaduk terbuat dari logam yang tahan terhadap larutan kimia dan dapat diganti, dibersihkan dan dipasang kembali dengan mudah. Bak pelarut dilengkapi dengan pipa keluar yang dihubungakan dengan pompa pembubuh dan pipa penguras. Pipa yang digunakan adalah pipa plastik. Unit Pembubuh Kapur

Unit ini terdiri dari bak pelarut agitator, bak penjenuh kapur dan pompa pembubuh. Spesifikasi teknis dari bak pelarut, motor pengaduk, perpipaan dan pompa pembubuh yang digunakan sama dengan unit penyedia koagulan. Bak penjenuh terbuat dari plat baja dengan ketebalan 5 mm dan diletakkan pada landasan baja profil. Ukuran, bentuk dan penempatan sesuai dengan gambar rencana. Dinding luar dan dalam harus dilapisi bahan tahan karat dan larutan kimia. Bak penjenuh dilengkapi dengan pipa larutan kapur, air bersih, penguras dan outlet. Pipa outlet dihubungkan dengan pompa pembubuh.

(27)

VIII.3.10. Bangunan Penampung Lumpur

Bangunan penampung lumpur merupakan bangunan untuk menampung lumpur yang dihasilkan dari unit sedimentasi. Konstruksi bangunan terbuat dari beton dengan ukuran sesuai gambar.

VIII.3.11. Gudang

Gudang merupakan tempat penyimpanan bahan kimia seperti alum, kaporit dan kapur. Bangunan ini berhubungan dengan kimia dan mempunyai aliran udara yang baik untuk menjaga agar ruangan tetap kering dan tidak lembab. Sistem ventilasi, penempatan lubang cahaya dan penerangan ruangan harus sesuai dengan fungsi ruangan. Lantai bangunan diberi ubin dengan kemiringan cukup untuk mencegah timbulnya genangan air.

Rak Penyimpanan

Rak penyimpanan bahan kimia harus mempunyai kapasitas penampungan yang cukup sesuai dengan lamanya pemompaan yang direncanakan. Dasar rak minimum 50 cm dari lantai bangunan dan ditempatkan dalam arah yang memungkinkan pengangkutan dan penyimpanan kantong bahan kimia dengan cepat dan aman. Rak terbuat dari konstruksi baja dengan dilapisi bahan tahan terhadap zat kimia tersebut. Dasar tebuat dari papan setebal 3 cm dengan jarak antara yang cukup.

VIII.3.12. Kantor

Bangunan kantor dibuat sesuai perencanaan. Pondasi bangunan dibuat sesuai bentuk, ukuran, ketinggian bangunan pada gambar rencana. Pondasi yang digunakan adalah pondasi batu kali. Lubang udara dan penerangan dibuat dalam jumlah yang cukup dengan perletakkan yang baik.

Gambar

Tabel VIII. 1 Macam Campuran Menggunakan Agregat Kasar dan  Halus
Tabel VIII. 2 Jenis Adukan pada Perencanaan  Jenis  Adukan  Adukan  M1  M2  M3  1 pc : 1 kapur : 6 pasir 1 pc : - : 3 pasir 1 pc : - : 2 pasir 1 pc : - : 4 pasir 1 pc : 1 kapur : 8 pasir  Dinding

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa infeksi lain pada trimester pertama yang dapat menimbulkan kelainan kongenital antara lain ialah infeksi virus sitomegalovirus, infeksi

Pada praktikum ini dapat disimpulkan bahwa pengaruh suhu panas dan dingin terhadap denyut jantung katak ( Rana esculenta ) adalah pada suhu panas, denyut jantung

Untuk pembuatan cetakan alat ukur karapas rajungan 3 dimensi, dibuat dengan dua versi, yang pertama dengan satu bagian cetakan, versi yang kedua membagi dua yaitu bagian atas dan

harus dilaporkan dalam periode interim saat perubahan itu terjadi dengan cara yang sama seperti yang dilaporkan dalam laporan keuangan tahunan. Perusahaan berkewajiban

Bagaimana perlindungan konsumen dari jasa Parkir Luar gembira loka , jika harga retribusi parkir melebihi yang di tetapkan 5. Upaya hukum yang dapat dilakukan dari konsumen jasa

Ali> al-S}abuni dalam menyusunan Rawai‟ al-Bayan ini dengan mengurutkan dari al Fatihah hingga al-Muzammil serta memfokuskan kepada ayat-ayat yang berhubungan

Aset keuangan tersedia untuk dijual merupakan aset yang ditetapkan sebagai tersedia untuk dijual atau tidak diklasifikasikan dalam kategori instrumen keuangan yang lain, dan