• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PASOKAN, PENENTUAN HARGA DAN INSENTIF TERHADAP KEPUASAN AGEN PT. COCA COLA WILAYAH SEMARANG BARAT SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PASOKAN, PENENTUAN HARGA DAN INSENTIF TERHADAP KEPUASAN AGEN PT. COCA COLA WILAYAH SEMARANG BARAT SKRIPSI"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH PASOKAN, PENENTUAN HARGA DAN INSENTIF

TERHADAP KEPUASAN AGEN PT. COCA – COLA WILAYAH

SEMARANG BARAT

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat guna menyelesaikan studi akhir dan untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas

Stikubank Semarang

Disusun oleh :

Nama : Febri Adi Hernanto

NIM : 09.05.51.0084

Program Studi : S.1 Manajemen

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANG

(2)
(3)

iii \

(4)
(5)

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk Ayah dan Ibu yang senantiasa memberikan doa dan kasih sayang sebagai bakti dan pertanggungjawabanku, untuk kakakku ( Mas Indra) yang selalu mendukungku. Juga kekasihku Sri Mulyanti dengan kasih sayangnya yang selalu mendukungku dalam suka maupun duka, yang tidak pernah bosan dalam mengingatkanku, serta para sahabatku Rizky Agus Afriyanto, Patra Andreas, Ari Fahrudin, Rian the Angelo, Mas Arul, Mas Antok (MasWer), Hafid Farendra, dan masih banyak lagi yang tidak saya sebutkan. Untuk Bapak Prof. Dr. M.S.Eric Santoso, MBA terima kasih banyak atas bimbingannya. Tanpa mereka, saya tidak bisa menyelesaikan studi ini. Terima kasih untuk semuanya.

(6)

iii MOTTO

1. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Alam Nasyrah:16).

2. Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah pula kamu terlalu mengulurkannya, karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal (Al Israa’:29).

3. Jalan menuju masa depan yang bijak adalah melakukan apa yang kita kerjakan dengan sebaik-baiknya (Mario Teguh).

4. Whatever you believe, with conviction, become your reality. Your beliefs largely determine your reality (Brian Tracy).

5. Logika hanya membawa kita dari A-Z, imajinasi membawa kita kemana saja (Albert Einstein).

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT , yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, inayah – NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “PENGARUH PASOKAN, PENENTUAN HARGA DAN INSENTIF TERHADAP KEPUASAN AGEN PT. COCA – COLA WILAYAH SEMARANG BARAT”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam meraih derajat Sarjana Ekonomi program Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Stikubank Semarang.

Penelitian ini dilakukan pada agen PT. Coca – Cola wilayah Semarang Barat dengan sampel yang memadai. Hasil penelitian memberikan bukti bahwa pasokan, penetapan harga dan insentif berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan agen.

Dalam penulisan skripsi ini banyak hal yang dapat diperoleh bagi penulis, diantaranya dapat melatih kesabaran dalam menghadapi segala kesulitan selama pembuatan skripsi, melatih kemampuan dan mengembangkan pikiran serta mengemukakan pendapat sistematis dan bersifat ilmiah. Juga bisa mengetahui tentang teori dan aplikasi dari penulisan skripsi ini.

Menyadari keterbatasan waktu dan kemampuan yang ada, penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan serta dorongan dari berbagai pihak sehingga terselesaikannya skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Hasan Abdul Rozak, S.H, CN, M.M selaku Rektor Universitas STIKUBANK Semarang.

2. Bapak Dr. Bambang Sudiyatno, M.M selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas STIKUBANK Semarang.

3. Ibu Sri Sudarsi, S.E, M.Si selaku Kaprogdi Manajemen Universitas STIKUBANK Semarang.

(8)

iii

4. Bapak Prof. Dr. M.S. Eric Santoso, MBA selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam memberikan petunjuk, saran dan pengarahan kapada penulis.

5. Ibu Dr. Endang Tjahyaningsih, S.E, M.Kom selaku dosen wali yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran kepada penulis.

6. Bapak dan Ibu dosen penguji skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis UNISBANK Semarang yang banyak memberikan masukan – masukan guna kesempurnaan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UNISBANK Semarang yang selama ini telah membimbing dan memberikan pengetahuan di dalam perkuliahan yang sangat berguna bagi penulis dalam mendukung penyusunan skripsi ini.

8. Almamater Fakultas Ekonomika dan Bisnis UNISBANK Semarang.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayah – NYA kepada kita semua. Akhir kata penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun, guna menyempurnakan skripsi ini, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi siapa saja yang memerlukan dan berminat terhadap masalah yang penulis teliti.

Semarang, 10 Februari 2015 Penulis

(9)

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……….. i

HALAMAN PERSETUJUAN ………... ii

HALAMAN PENGESAHAN ……… iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ……… iv

PERSEMBAHAN ……….. v

MOTTO ……….. vi

KATA PENGANTAR ……… vii

DAFTAR ISI ………... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ……….. 1

1.2 Perumusan Masalah ………... 3

1.3 Batasan Masalah ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KAJIAN EMPIRIS DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori ... 5

2.1.1 Kepuasan ... 5

2.1.2 Pasokan ... 6

2.1.3 Penentuan harga ... 10

2.1.4 Insentif ... 11

(10)

iii

2.3 Kerangka Pemikiran ... 13

2.4 Hipotesis Penelitian ... 14

BAB III METODE DAN RANCANGAN PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian ... 15

3.2 Populasi ... 15

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 15

3.4 Jenis dan Teknik Pengambilan Data ... 15

3.5 Definisi Konsep, Operasional dan Pengukuran Variabel ... 16

3.6 Metode Pengolahan Data ... 18

3.7 Pengujian Instrumental a. Uji Validitas ... 19

b. Uji Reliabilitas ... 19

3.8 Metode Analisis Data a. Analisis Regresi Berganda ... 20

b. Koefisien Determinasi (R2) ... 20

c. Adjusted R2 ... 21

d. Uji F ... 21

e. Uji t ... 21

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Responden ... 23

4.1.1. Bentuk Usaha Responden ... 23

4.1.2. Jumlah Penjualan per Bulan Responden ... 24

4.1.3. Cara Pembayaran per Bulan Responden ... 25

4.1.4. Lama Menjadi Agen ... 26

4.2 Deskripsi Variabel Penelitian ... 26

4.2.1. Variabel Pasokan ... 27

(11)

iii 4.2.3. Variabel Insentif ... 32 4.2.4. Variabel Kepuasan ... 35 4.3 Uji Instrumen ... 36 4.3.1. Uji Validitas ... 36 4.3.2. Uji Reliabilitas ... 38 4.4 Analisis Data ... 39

4.4.1. Analisis Regresi Berganda ... 39

4.4.2. Koefisien Determinasi ... 40 4.4.3. Uji F ... 41 4.4.5. Uji t ... 42 4.5 Pembahasan ... 42 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 45 5.2 Keterbatasan Penelitian ... 45 5.3 Implikasi Penelitian ... 46 5.4 Rekomendasi Penelitian ... 47 DAFTAR PUSTAKA ... 48 LAMPIRAN ... 49

(12)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu ... 12

Tabel 3.1 Definisi Konsep dan Operasional Variabel ... 16

Tabel 4.1 Bentuk Usaha Responden ... 23

Tabel 4.2 Jumlah Penjualan per Bulan ... 24

Tabel 4.3 Cara Pembayaran per Bulan ... 25

Tabel 4.4 Lama Menjadi Agen ... 26

Tabel 4.5 Deskripsi Frekuensi Variabel Pasokan ... 27

Tabel 4.6 Deskripsi Frekuensi Variabel Penentuan Harga ... 31

Tabel 4.7 Deskripsi Frekuensi Variabel Insentif ... 33

Tabel 4.8 Deskripsi Frekuensi Kepuasan ... 35

Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 37

Tabel 4.10 Pengujian Reliabilitas Variabel Penelitian ... 38

Tabel 4.11 Hasil Regresi Linier Berganda ... 39

Tabel 4.12 Hasil Koefisien Determinasi ... 40

(13)

iii

DAFTAR GAMBAR

(14)

iii

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Kuesioner

Lampiran 2 : Tabulasi Identitas dan Data Kuesioner Lampiran 3 : Deskriptif Responden

Lampiran 4 : Deskriptif Variabel Lampiran 5 : Uji Validitas Lampiran 6 : Uji Reliabilitas

(15)

iii

ABSTRAK

PENGARUH PASOKAN, PENENTUAN HARGA, DAN INSENTIF TERHADAP KEPUASAN AGEN PT. COCA – COLA WILAYAH SEMARANG BARAT

Oleh: Febri Adi Hernanto NIM: 09.05.51.0084

Penelitian ini merupakan penelitian yang menguji pengaruh pasokan, penentuan harga dan insentif terhadap kepuasan agen PT. Coca – Cola wilayah Semarang Barat. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 44 responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan berupa sampel acak, atau dengan memilih sebagian dari jumlah populasi dan mengacaknya untuk dijadikan sampel. Data yang terkumpul diuji terlebih dahulu dengan menggunakan uji validitas dan reliabilitas sehingga diperoleh hasil yang valid dan reliabel sehingga dapat digunakan pada pengujian selanjutnya. Analisis selanjutnya penulis menggunakan pengujian regresi linier berganda untuk menjelaskan hubungan antara variabel independen dan dependen.

Hasilnya adalah variabel pasokan, penetapan harga, dan insentif berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan agen. Variabel yang mempunyai pengaruh terbesar adalah variabel penentuan harga hal ini disebabkan karena variabel penentuan harga memiliki nilai beta yang terbesar jika dibandingkan dengan variabel pasokan dan insentif.

(16)

iii BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mengacu pada makin meningkatnya pemuas kebutuhan dalam bidang minuman ringan di masyarakat maka banyak perusahaan yang mencoba bergerak di bidang tersebut, salah satu contoh perusahaan yang bergerak di bidang tersebut adalah PT Coca Cola. Sebagai sebuah perusahaan yang menyediakan pemuas kebutuhan tersebut, PT Coca Cola mempunyai keharusan untuk menerapkan manajemen, baik itu manajemen sumber daya manusia maupun manajemen pemasaran dalam menjalankan usahanya agar tujuan yang ingin dicapai dapat terwujudkan. Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat dalam bidang pemuas kebutuhan yang disertai dengan perubahan pola pikir masyarakat yang beranggapan bahwa minuman ringan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan mereka, hal ini telah mendorong banyak pihak untuk memanfaatkan peluang pasar yang ada dengan membangun berbagai perusahaan minuman ringan.

Dengan adanya banyak perusahaan yang bergerak dalam bidang pemuas kebutuhan seperti minuman ringan telah menyebabkan timbulnya kondisi persaingan yang ketat diantara perusahaan tersebut. Setiap perusahaan minuman ringan selalu berusaha untuk melakukan inovasi dalam usahanya untuk meningkatkan kualitas pelayanannya pada konsumen agar tetap mampu bertahan hidup dan berkembang pada kondisi persaingan yang semakin ketat seperti sekarang ini. Pengembangan usaha yang dapat dilakukan oleh perusahaan minuman ringan adalah dengan melakukan peningkatan kualitas sumber daya manusia, pengembangan teknologi serta pengembangan unsur-unsur lain dalam perusahaan seperti pemasaran dan keuangan hingga kualitas pelayanan dapat terjaga dan kegiatan operasional perusahaan dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Pada dasarnya masyarakat sebagai konsumen selalu menginginkan alat pemuas kebutuhan baik itu berupa barang maupun jasa yang terbaik untuk memenuhi kebutuhannya, demikian juga suatu perusahaan seperti PT Coca Cola selalu berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik dengan mengutamakan kualitas kepada masyarakat sebagai konsumennya. Untuk memenuhi harapan tersebut, maka ada beberapa unsur utama untuk mempermudah PT Coca Cola dalam memasarkan produknya diantaranya adalah pasokan, cara pembayaran dan insentif terhadap kepuasan para agen PT. Coca Cola wilayah Semarang Barat.

(17)

iii

Persaingan dalam industri distributor makin ketat dewasa ini. Salah satu hal yang membuat perusahaan distributor bertahan adalah penyediaan produk yang tepat bagi konsumen di waktu yang tepat, dan dalam biaya ekonomis. Ketersediaan produk dan harga jual yang ekonomis hanya dapat terjadi jika ada koordinasi yang baik antara perusahaan retail dengan pihak dalam rantai suplainya. Koordinasi antara pihak-pihak dalam rantai suplai tidak hanya melibatkan koordinasi persediaan saja, tetapi juga informasi tentang pasar yang berguna bagi perencanaan perusahaan.

Kekurangan persediaan produk pada distributor akan berakibat kehilangan penjualan, sedangkan kelebihan tertentu akan berakibat menumpuknya produk dan meningkatnya biaya pemeliharaan persediaan. Selain itu, koordinasi dengan toko-toko cabang sebagai salah satu mata rantai suplai adalah penting, dimana kantor pusat dapat berbagi informasi dan mengumpulkan informasi mengenai masing-masing supllier agar pengelolaan suplai dan perencanaan penjualan produk dapat dilakukan dengan lebih baik. Dengan demikian peran serta supplier, perusahaan transportasi dan jaringan distributor adalah dibutuhkan. Kesadaran akan adanya produk yang murah, cepat dan berkualitas inilah yang melahirkan konsep baru tahun 1990-an yaitu Manajemen rantai pasokan / Supply Chain Management ( SCM ). Sekarang ini konsumen semakin kritis, mereka menuntut penyediaan produk secara tepat tempat, tepat waktu. Sehingga menyebabkan perusahaan manufaktur yang antisipatif akan hal ini akan mendapatkan pelanggan sedangkan yang tidak antisipatif akan kehilangan pelanggan. Supply chain

management menjadi satu solusi terbaik untuk memperbaiki tingkat produktivitas

antara perusahaan-perusahaan yang berbeda.

Untuk menjalankan tujuannya, perusahaan harus menjalankan berbagai cara agar agen tertarik untuk memasarkan produknya. Antara lain dengan melalui penentuan harga. Penentuan harga yang mudah dapat mempengaruhi agen, misalnya jika agen ingin bertransaksi, perusahaan harus menjelaskan proses-prosesnya dan memberikan kemudahan kepada agen tersebut. Misalnya perusahaan memberikan informasi tentang penentuan harga sehingga agen dapat mengetahui lebih jelas tentang harga – harga produk. Dengan adanya penentuan harga yang jelas diharapkan dapat memperlancar arus distribusi barang , sehingga agen merasakan kepuasan terhadap perusahaan.

Selain mempermudah penentuan harga, perusahaan biasanya akan memikirkan strategi lain agar agen tetap memasarkan produknya, yaitu dengan adanya insentif. Insentif juga merupakan elemen paling penting dalam menciptakan kepuasan agen.

(18)

iii

Insentif biasanya diberikan dalam bentuk barang ataupun potongan harga. Perusahaan akan memberikan insentif jika agen dapat mencapai target penjualan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Dengan adanya insentif tersebut perusahaan berharap agen dapat terpacu dalam memasarkan produknya.

Berdasarkan pendahuluan di atas penulis memilih judul Pengaruh Pasokan, Penentuan Harga, dan Insentif sebagai variabel independen, sedangkan variabel dependennya adalah Kepuasan Agen.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan riset yang akan dilakukan, maka dari permasalahan tersebut dapat dikembangkan 3(tiga) pertanyaan riset, yaitu :

1. Apakah kelancaran pasokan berpengaruh terhadap kepuasan agen? 2. Apakah penentuan harga berpengaruh terhadap kepuasan agen? 3. Apakah insentif berpengaruh terhadap kepuasan agen?

1.3 Batasan Masalah

Agar pembahasan masalah dalam penelitian ini tidak meluas, maka penelitian ini dibatasi dengan sampel dari agen PT. Coca – Cola wilayah Semarang Barat. Variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel pasokan, penentuan harga, dan insentif sebagai variabel independen dan variabel kepuasan sebagai variabel dependen.

1.4 Tujuan penelitian

Tujuan dari perumusan masalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kelancaran pasokan mempunyai pengaruh terhadap kepuasan agen.

2. Untuk mengetahui penentuan harga mempunyai pengaruh terhadap kepuasan agen.

3. Untuk mengetahui insentif mempunyai pengaruh terhadap kepuasan agen.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis, dengan melakukan penelitian ini diharapkan penulis dapat lebih jauh dalam mempelajari mengenai kepuasan agen.

2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perusahaan atau pabrik dalam mengelola kepuasan agen.

(19)

iii

3. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya manajemen pemasaran terutama bagi akademisi yang ingin menganalisis pengaruh variabel pasokan, penentuan harga, dan insentif terhadap kepuasan agen PT. Coca Cola wilayah Semarang Barat. 4. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau bahan masukan bagi

penelitian-penelitian selanjutnya yang berkenaan dengan masalah kepuasan agen.

(20)

iii BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.1. Kepuasan

Dalam era globalisasi persaingan bisnis menjadi sangat tajam, baik di pasar domestik (nasional) maupun di pasar internasional. Untuk memenangkan persaingan, perusahaan harus mampu memberikan kepuasan kepada pelanggannya. Misalnya dengan memberikan produk yang mutunya lebih baik, harganya lebih murah atau bersaing, penyerahan produk yang lebih cepat dan pelayanan yang lebih baik daripada para pesaingnya. Produk dengan mutu jelek, harga yang mahal, penyerahan produk yang lambat bisa membuat pelanggan tidak puas, walaupun dengan tingkatan yang berbeda.

Pelanggan memang harus dipuaskan, sebab kalau mereka tidak puas, mereka akan meninggalkan perusahaan dan menjadi pelanggan pesaing, hal ini akan menyebabkan penurunan penjualan dan pada gilirannya akan menurunkan laba bahkan kerugian. Maka dari itu, pimpinan perusahaan harus berusaha melakukan pengukuran tingkat kepuasan pelanggan agar segera mengetahui atribut apa dari suatu produk yang bisa membuat pelanggan tidak puas.

Selanjutnya akan dijelaskan definisi kepuasan pelanggan yang dikemukakan oleh Hasan (2008:71) “Kepuasan pelanggan adalah kepuasan yang berlanjut menjadi

customer loyalty (loyalitas pelanggan) yang berujung pada peningkatan volume

penjualan yang lebih besar, asset lebih produktif dan return of invesment yang lebih tinggi”.

Lerbin (2005:2) memberikan definisi kepuasan pelanggan adalah sebagai hasil penelitian pelanggan terhadap apa yang diharapkannya dengan membeli dan mengkonsumsi suatu produk. Harapan itu lantas dibandingkan dengan persepsinya terhadap kinerja yang diterimanya dengan mengkonsumsi produk itu. Jika harapan lebih tinggi dari kinerja produk, ia akan merasa tidak puas. Sebaliknya jika, harapannya sama dengan atau lebih rendah daripada kinerja produk ia akan merasa puas.

(21)

iii

Supply Chain Management sesungguhnya bukan merupakan suatu konsep yang

baru. Menurut Turban, Rainer, Porter (2004), terdapat tiga macam komponen rantai suplai, yaitu:

1.Rantai Suplai Hulu (Upstream supply chain).

Bagian upstream (hulu) supply chain meliputi aktivitas dari suatu perusahaan manufaktur dengan para penyalurannya (yang mana dapat manufaktur, assembler, atau kedua-duanya) dan koneksi mereka kepada pada penyalur mereka (para penyalur second-trier). Hubungan para penyalur dapat diperluas kepada beberapa strata, semua jalan dari asal material (contohnya bijih tambang, pertumbuhan tanaman). Di dalam

upstream supply chain, aktivitas yang utama adalah pengadaan.

2.Manajemen Rantai Suplai Internal (Internal supply chain management) Bagian dari internal supply chain meliputi semua proses pemasukan barang ke gudang yang digunakan dalam mentransformasikan masukan dari para penyalur ke dalam keluaran organisasi itu. Hal ini meluas dari waktu masukan masuk ke dalam organisasi. Di dalam rantai suplai internal, perhatian yang utama adalah manajemen produksi, pabrikasi, dan pengendalian persediaan.

3.Segmen Rantai Suplai Hilir (Downstream supply chain segment)

Downstream (arah muara) supply chain meliputi semua aktivitas yang

melibatkan pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Di dalam

downstream supply chain, perhatian diarahkan pada distribusi,

pergudangan, transportasi, dan after-sales-service.

Menurut Jebarus (2001) Supply Chain Management merupakan pengembangan lebih lanjut dari manajemen distribusi produk untuk memenuhi permintaan konsumen. Konsep ini menekankan pada pola terpadu yang menyangkut proses aliran produk dari supplier, manufaktur, retailer hingga kepada konsumen. Dari sini aktivitas antara supplier hingga konsumen akhir adalah dalam satu kesatuan tanpa sekat pembatas yang besar, sehingga mekanisme informasi antara berbagai elemen tersebut berlangsung secara transparan. Supply Chain Management merupakan suatu konsep menyangkut pola pendistribusian produk yang mampu menggantikan pola-pola pendistribusian produk secara optimal. Pola baru ini menyangkut aktivitas pendistribusian, jadual produksi, dan logistik.

(22)

iii Integrated Supply Chain.

Semua perusahaan memerlukan sesuatu yang sangat ekonomis guna melakukan kegiatan memproduksi untuk memperoleh keuntungan. Untuk mencapai keinginan tersebut, kelancaran arus material yang diperlukan pasti melibatkan lebih dari satu rantai pasokan. Faktor kritis dalam rantai pasokan yang efisien adalah pembelian, karena tugas pembeliaan untuk menyeleksi pemasok (berikut materialnya) dan kemudian membangun hubungan yang saling menguntungkan. Tanpa pemasok yang baik dan tanpa pembelian yang memadai, rantai pasokan tidak akan memiliki peran untuk kondisi pasar pada masa seperti sekarang ini. Supply Chain Management diperlukan oleh perusahaan yang sudah mengarah pada pengelolaan dengan sistem just

in time, karena konsep just in time sangat menekankan ketepatan waktu kedatangan

material dari pemasok sampai ke tangan konsumen sesuai dengan yang ditetapkan. Artinya, kedisiplinan dan komitmen seluruh mata rantai harus benarbenar dilaksanakan, karena sistem just in time tidak menekankan pada persediaan atau zero

inventory. Sehingga apabila terjadi penyimpangan pada salah satu mata rantai saja,

maka akan mengganggu pasokan material secara keseluruhan dan menghambat kelancaran tugas dari mata rantai yang lain, karena tidak adanya persediaan. Untuk kondisi di Indonesia system just in time akan berhasil kalau mata rantai terkait berada dalam satu cluster.

Bagi perusahaan yang masih mementingkan persediaan karena karakteristik material (misalnya faktor musiman) atau sebagai langkah antisipatif untuk menyiasati lingkungan industri yang tidak stabil, Supply Chain Management juga diperlukan. Peran Supply Chain Management untuk jenis perusahaan ini adalah menekan biaya persediaan, karena persediaan yang tidak optimal akan menimbulkan dampak biaya penyimpanan, biaya pemesanan, dan biaya backorder (apabila terjadi stockout).

Baik perusahaan yang menerapkan system just in time maupun yang masih mementingkan persediaan, Supply Chain Management yang dilaksankan akan lebih optimal apabila diterapkan secara terintegrasi oleh seluruh mata rantai pasokan yang terkait. Menerapkan konsep Supply Chain Management secara menyeluruh dan terintegrasi tentu bukan merupakan hal yang mudah dilakukan perusahaan. Kesulitan akan banyak dialami dalam kaitan dengan lingkungan eksternal yaitu hubungan dengan supplier dan distributor serta konsumen akhir. Hal ini dapat terjadi karena lingkungan eksternal relative berada di luar kendali perusahaan, sehingga perlu upaya

(23)

iii

kedua belah pihak untuk mencapai komitmen menjadi mata rantai yang saling berkoordinasi untuk menyalurkan seluruh kebutuhan material sesuai yang dibutuhkan.

Sekilas konsep Supply Chain Management memiliki kesamaan dengan manajemen logistik, karena keduanya mengelola arus barang dan jasa melalui pembelian, pergerakan, penyimpanan, adminitrasi, dan penyaluran barang. Selain itu baik Supply Chain Management maupun manajemen logistik juga memiliki kesamaan dalam hal peningkatan efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaan barang. Perbedaan

Supply Chain Management dengan manajemen logistik terletak pada orientasinya. Supply Chain Management mengusahakan hubungan dan koordinasi antar proses dari

perusahaan-perusahaan lain dalam business pipelines, mulai dari suppliers sampai kepada pelanggan juga mengutamakan arus barang antar perusahaan, sejak paling hulu sampai paling hilir. Sedangkan manajemen logistik berorientasi pada perencanaan dan kerangka kerja yang menghasilkan rencana tunggal arus barang dan informasi di seluruh perusahaan, jadi lebih terfokus pada pengelolaan termasuk arus barang dalam perusahaan.

Dalam perkembangannya, Supply Chain Management telah banyak mengalami evolusi yang dapat digambarkan dalam 4 (empat) tahap sebagai berikut (Indrajit dan Djokopranoto, 2002) :

1. Tahap 1

Dalam tahap 1 ada semacam kesendirian dan ketidak-saling tergantungan fungsi produksi dan fungsi logistik. Mereka menjalankan program- program sendiri yang terlepas satu sama lain (in-complete isolation). Contohnya adalah bagian produksi yang hanya memikirkan bagaimana membuat barang sesuai dengan mutu dan yang telah ditetapkan, dan sama sekali tidak mau ikut memikirkan penumpukan inventory dan penggunaan ruang gudang yang menimbulkan biaya persediaan yaitu biaya simpan. 2. Tahap 2

Dalam tahap 2 perusahaan sudah mulai menyadari pentingnya integrasi perencanaan walaupun dalam bidang yang masih terbatas, yaitu di antara fungsi internal yang paling berdekatan, misalnya produksi dengan

inventory control dan functional integration yang lain.

3. Tahap 3

Dalam tahap 3 integrasi perencanaan dan pengawasan atas semua fungsi yang terkait dalam satu perusahan (internal integration).

(24)

iii 4. Tahap 4

Pada tahap 4 menggambarkan tahap sebenarnya dari supply chain

integration, yaitu integrasi total dalam konsep perencanaan, pelaksanaan,

dan pengawasan (manajemen) yang telah dicapai dalam tahap 3 dan diteruskan ke upstreams yaitu suppliers dan downsterams sampai ke pelanggan.

Evolusi Supply Chain Management yang telah mencapai tahap keempat tersebut menunjukkan suatu integrasi yang menyeluruh di antara seluruh komponen terkait sehingga menuntut adanya transparansi arus informasi. Strategi kemitraan dapat digunakan untuk mewujudkan kelancaran arus pasokan material dari pemasok sampai distributor hingga ke tangan konsumen. Dengan startegi kemitraan maka perlu mengembangkan komunikasi di antara semua pihak terkait, sehingga komunikasi arus informasi maupun data yang dibutuhkan akan lebih lancar.

2.1.3 Penentuan Harga

Harga adalah salah satu pertimbangan bagi konsumen yang akan mengambil keputusan apakah akan membeli barang tersebut atau tidak dan berapa jumlah yang harus dibeli berdasarkan harga tersebut. Sudah tentu keputusan dari konsumen ini tidak hanya didasarkan kepada harga semata – mata, tetapi ada faktor – faktor yang menjadi pertimbangan, misalnya kualitas dari barang, kepercayaan dari merek dan sebagainya. Meskipun demikian faktor harga tak boleh diabaikan oleh perusahaan.

Harga itu sebenarnya merupakan nilai yang dinyatakan dalam satuan mata uang atau alat tukar., terhadap sesuatu barang tertentu. Dalam kenyataannya besar kecilnya nilai atau harga itu tidak hanya ditentukan oleh faktor fisik saja melainkan faktor – faktor lain berpengaruh pula terhadap harga.

Gitosudarmo (2008 : 228) berpendapat bahwa “ Harga adalah sejumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah barang beserta jasa – jasa tertentu atau kombinasi dari keduanya.

Definisi di atas menerangkan bahwa harga sebenarnya bukan hanya dipergunakan bagi suatu barang yang sedang diperjualbelikan di toko saja akan tetapi harga sebenarnya juga berlaku untuk produk – produk yang lain. Rumah yang akan disewakan juga ada harganya yang disebut sewa jasa, dokter yang praktik juga ada harganya yang disebut tarif.

(25)

iii

Tujuan penetapan harga dan sasaran penetapan harga dalam setiap kebijakan harga, tentunya dengan tujuan utama untuk lebih memudahkan manajemen untuk melakukan analisis dan evaluasi terhadap setiap kebijakan yang diambil, sehingga berdasarkan hasil analisis dan evaluasi yang dilakukan, manajemen akan segera membuat atau menetapkan kebijakan baru guna memperbaiki kesalahan atau kekurangan dari berbagai kebijakan harga yang telah ditetapkan sebelumnya.

Tujuan penetapan harga perlu ditentukan terlebih dahulu, agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Hal ini penting karena tujuan perusahaan merupakan dasar atau pedoman bagi perusahaan dalam menjalankan kegiatan pemasaran, termasuk kebijakan penetapan harga.

Sebelum harga ditetapkan terlebih dahulu manajer harus menetapkan tujuan penetapan harga tersebut. Adapun tujuan penetapan harga menurut Gitosudarmo (2008 : 232) sebenarnya ada bermacam – macam yaitu :

1. Mencapai target pengembalian investasi atau tingkat penjualan netto suatu perusahaan.

2. Memaksimalkan profit.

3. Alat persaingan terutama untuk perusahaan sejenis. 4. Menyeimbangkan harga itu sendiri.

5. Sebagai penentu market share, karena dengan harga tertentu dapat diperkirakan kenaikan atau penurunan penjualannya.

2.4 Insentif

Insentif terdiri dari dua macam yaitu finansial dan non finansial, insentif finansial ini berupa bonus dan non finansial berupa penghargaan (Hasibuan, 2003:117). Insentif finansial merupakan suatu hal yang sangat perlu diperhatikan bagi lembaga - lembaga strategis untuk menentukan sampai sejauh mana insentif ini mempengaruhi tingkat kepuasan kerja karyawan (Ali Erbas, 2012). Istilah insentif pada umumnya digunakan untuk merencanakan pembayaran upah yang dikaitkan secara langsung maupun tidak langsung dengan standar kepuasan kerja karyawan atau profitabilitas organisasi (Yazid, 2009). Insentif finansial merupakan inti dari keyakinan akan kebutuhan keuangan yang dapat mempengaruhi nilai - nilai keuangan yang mampu mempengaruhi kebahagiaan karyawan (Stone,dkk. 2010). Insentif finansial berarti jumlah uang yang dibayarkan kepada karyawan, baik dalam bentuk langsung maupun dalam bentuk pembayaran bulanan yang termasuk seluruh penghasilan tambahan bagi individu, uang dianggap bentuk dari insentif yang dapat dirasakan hasilnya oleh individu itu sendiri (karyawan) atas jerih payahnya dalam bekerja (Al-Nsour, 2012). Manullang (2001;150)

(26)

iii

memaparkan beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan dalam penetapan tingkat insentif karyawan adalah pendidikan, pengalaman, tanggungan, kemampuan perusahaan, keadaan ekonomi, kondisi pekerjaan.

Sementara insentif non finansial yaitu daya perangsang yang diberikan kepada karyawan yang berbentuk penghargaan, pengukuhan berdasarkan prestasi kerja (Rivai, 2003:768). Insentif non finansial dapat didefinisikan berupa job enrichment, liburan, posisi kerja yang tepat, partisipasi dalam pengambilan keputusan, promosi, rasa memiliki, stabilitas, keamanan, kepercayaan dalam tujuan organisasi (Al-Nsour, 2012). Menurut Peterson (2006) Insentif non finansial dalam sistem organisasi yang paling erat kaitannya dengan pengakuan kerja dari karyawan, meskipun insentif non finansial secara konseptual terkait dengan pengakuan sosial karyawan yang sangat memiliki makna cukup tepat untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Jadi dapat dinyatakan insentif non finansial merupakan alat atau suatu cara yang dilakukan perusahaan dalam memperhatikan kepuasan kerja karyawannya memalui hiburan dan bentuk-bentuk penghargaan lainnya. Silvia (2012) insentif non finansial dapat berupa keadaan kerja yang memuaskan seperti berikut. Tempat kerja, jam kerja, dan pekerjaan yang sesuai dengan keahlian para pekerja dan hubungan kerja antar karyawannya. Sifat pemimpin terhadap keinginan-keinginan pegawai seperti jaminan kesehatan, promosi, keluhan-keluhan, hiburan, dan hubungan dengan atasan.

2.2 Review Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

No Nama Peneliti Tahun Judul Hasil

Penelitian 1 I Made Rai Buda

Lantara,

I Wayan Mudiartha Utama

2013 Pengaruh insentif finansial, insentif non finansial dan lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT. Tiara Cipta Nirwana

Hasil penelitian membuktikan bahwa insentif berpengaruh terhadap kepuasan

2 Rizky Dharma 2013 Analisis pengaruh

kebijakan harga, pelayanan dan fasilitas pendukung terhadap kepuasan pelanggan pada PT. Semen Tonasa Kabupaten Pangkep Hasil penelitian membuktikan bahwa penentuan harga berpengaruh terhadap kepuasan

3 Agus Widyarto 2012 PERAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT DALAM

Hasil penelitian membuktikan bahwa

(27)

iii SISTEM PRODUKSI DAN OPERASI PERUSAHAAN supply chain management berpengaruh terhadap kepuasan 2.3 Kerangka Pemikiran

Gambar pengaruh pasokan, penentuan harga dan insentif terhadap kepuasan : Model Grafik

Keterangan :

Model matematika

Y = b1 x1 + b2 x2 + b3 x3 + e Keterangan :

Y = penafsiran variabel (kepuasan agen) X1 = Variabel independen 1 (pasokan)

X2 = Variabel independen 2 (penentuan harga) X3 = Variabel independen 3 (insentif)

b1 = Koefisien regresi variabel independen 1 b2 = Koefisien regresi variabel independen 2 b3 = Koefisien regresi variabel independen 3 e = Error Pasokan (x1) Penentuan Harga (x2) Insentif (x3) Kepuasan Agen (y1)

(28)

iii 2.7 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian ini adalah :

H1 = Pasokan berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan agen

H2 = Penentuan harga berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan agen H3 = Insentif berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan agen.

(29)

iii BAB III

METODE DAN RANCANGAN PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Dalam penelitian ini, mengambil tiga variabel independen yaitu, variabel pasokan, penentuan harga, dan insentif. Variabel dependennya adalah kepuasan. Penelitian dilakukan pada agen P.T Coca-Cola yang berada di daerah Semarang Barat.

3.2 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh agen P.T Coca-Cola wilayah Semarang Barat yang berjumlah 78 agen. Penarikan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik slovin. Rumus teknik slovin adalah

n = N = 78 = 43,8 44 1 + Ne2 1 + 78 x 0.12

Dimana : n : jumlah sampel N : jumlah populasi

e : batas toleransi kesalahan ( error tolerance )

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah agen P.T Coca-Cola yang berlokasi di wilayah Semarang Barat. Adapun jangka waktu penelitian ini mulai tanggal 10 Januari – 20 Januari 2015.

3.4 Jenis dan Teknik Pengambilan Data

Jenis penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksplanatori (eksplanatory

research) yaitu penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan-hubungan

antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana satu variabel mempengaruhi variabel lainnya. Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono;2011). Kuesioner digunakan dengan membuat pertanyaan terbuka, yaitu terdiri dari pertanyaan-pertanyaan untuk menjelaskan

(30)

iii

identitas responden, dan pertanyaan tertutup, yaitu pertanyaan yang meminta responden untuk memilih salah satu jawaban yang tersedia dari setiap pertanyaan.

3.5 Definisi Konseptual, Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

a. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (independent) merupakan variabel yang tidak terikat oleh variabel yang lain. Dalam penelitian ini variabel independen meliputi, pasokan(x1), penentuan harga(x2), dan insentif(x3).

2. Variabel terikat (dependen) merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel yang lain. Dalam penelitian ini variabel tersebut adalah kepuasan agen(y1)

b. Variabel Konsep dan Definisi Operasional

- Definisi konsep dimaksud sebagai definisi dari faktor-faktor atau gejala-gejala yang diamati sehubungan dengan permasalahan suatu pemahaman yang sama antara penulis dan pembaca.

- Definisi operasional variabel dapat didasarkan pada satu atau lebih referensi yang disertai dengan alasan penggunaan definisi tersebut. Variabel penelitian harus dapat diukur menurut skala ukuran yang lazim digunakan. Maka disajikan tabel sebagai berikut

Tabel 3.1

Definisi Konsep dan Operasional Variabel

No Variabel Definisi Konsep Definisi Operasional / Indikator 1 Pasokan Supply Chain Management

merupakan pengembangan lebih lanjut dari manajemen distribusi produk untuk memenuhi permintaan konsumen. Konsep ini menekankan pada pola terpadu yang menyangkut proses aliran produk dari supplier, manufaktur, retailer hingga kepada konsumen (Jebarus, dalam Agus Widyarto, 2012).

a). Keadaan umum pemasok. - ukuran atau kapasitas

produksi.

- kondisi finansial. - kondisi operasional. - fasilitas riset dan desain. - lokasi geografis.

- hubungan dagang antar industri.

b). Keadaan pelayanan.

- waktu penyerahan material. - kondisi kedatangan

(31)

iii

- kuantitas pemesanan yang ditolak.

- penanganan keluhan dari pembeli.

- bantuan teknik yang diberikan.

- informasi harga yang diberikan.

c). Keadaan material. - kualitas material. - keseragaman material. - jaminan dari pemasok. - keadaan pengepakan

(pembungkusan). (Dalam Gasperz, 2002). 2 Penentuan harga Sejumlah uang yang dibutuhkan

untuk mendapatkan sejumlah barang beserta jasa – jasa tertentu atau kombinasi

keduanya ( Gitosudarmo, dalam Rizky Dharma, 2013).

a.Harga yang terjangkau

b.Harga sesuai dengan kualitas produk

c.Kemudahan pembayaran (cash, kartu kredit/debit)

d.Pemberian potongan harga menarik minat belanja

3 Insentif insentif pada umumnya

digunakan untuk merencanakan pembayaran upah yang dikaitkan secara langsung maupun tidak langsung dengan standar kepuasan kerja karyawan atau profitabilitas organisasi (Yazid, dalam I Made Rai Buda Lantara, I Wayan Mudiartha Utama )

Insentif material - Bonus - Pembagian laba - Kompensasi yang ditangguhkan - Jaminan Sosial Insentif non material

- Pemberian piagam

penghargaan

- Pemberian tanda jasa - Kenaikan pangkat

(32)

iii

- Hiburan 4 Kepuasan Kepuasan pelanggan adalah

kepuasan yang berlanjut menjadi

customer loyalty (loyalitas

pelanggan) yang berujung pada peningkatan volume penjualan yang lebih besar, asset lebih produktif dan return of invesment yang lebih tinggi (Hasan, dalam Rizky Dharma, 2013)

a) Berkata positif tentang jaringan.

b) Berkata positif tentang produk

c) Berkata positif tentang tarif d) Merekomendasikan kepada

orang lain.

e) Setia kepada produk perusahaan.

3.6 Metode Pengolahan Data a. Editing

Yaitu proses yang dilakukan setelah data terkumpul untuk melihat apakah jawaban-jawaban dari responden diisi lengkap.

b. Coding

Yaitu proses pemberian kode tertentu terhadap jawaban dari responden untuk dikelompokkan dalam kategori yang sama.

c. Scoring

Yaitu proses pemberian nilai atau angka pada jawaban untuk memperoleh data kuantitatif yang diperlukan pada pengujian hipotesis. Dalam penentuan skor digunakan likert dengan lima kategori penilaian, yaitu;

1. Skor 1 diberikan untuk jawaban sangat tidak setuju. 2. Skor 2 diberikan untuk jawaban tidak setuju.

3. Skor 3 diberikan untuk jawaban netral. 4. Skor 4 diberikan untuk jawaban setuju. 5. Skor 5 diberikan untuk jawaban sangat setuju.

3.7. Pengujian Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesyatu yang akan diukur oleh kuesioner

(33)

iii

tersebut (Ghozali, 2006). Dalam penelitian ini uji validitas yang digunakan adalah dengan alat uji Kaiser Meyer Olklin (KMO) dan Loading Factor. Nilai KMO bervariasi dari 0 sampai dengan 1. Nilai KMO yang dikehendaki harus >0.50 (Ghozali, 2006).

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2006). Makin tinggi reliabilitas suatu alat pengukur tersebut maka alat tersebut stabil dalam mengukur suatu gejala dan sebaliknya jika reliabilitas pengukur tersebut rendah maka alat tersebut tidak stabil dalam mengukur suatu gejala. Dengan ketentuan:

- Jika Cronbach’s Alpha <0,6; maka butir pertanyaan dinyatakan tidak reliabel.

- Jika Cronbach’s Alpha >0,6; maka butir pertanyaan dinyatakan reliabel.

3.8. Metode Analisis Data

Analisis Kuantitatif meliputi :

1. Analisis Regresi Linier Berganda

Yaitu persamaan regresi yang melibatkan hubungan antara dua variabel atau lebih, digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh perubahan dari satu variabel independen terhadap variabel dependen dan untuk mengetahui sejauh mana variabel bebas mempengaruhi variabel terikat dimana variabel bebas dalam penelitian ini adalah pasokan, cara pembayaran, dan insentif serta kepuasan sebagai variabel terikat. Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel (x1),(x2),(x3) terhadap variabel (y).

Y = b1X1+b2X2+b3X3+e

(34)

iii Y = variabel kepuasan X1 = variabel pasokan

X2 = variabel penentuan harga X3 = variabel insentif

e = standar eror

2. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel - variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (crossection) relatif lebih rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi (Ghozali,2006).

3. Adjusted R2

Dalam kenyataan nilai adjusted R2 dapat bernilai negatif, walaupun yang dikehendaki harus bernilai positif. Menurut Gurjati (2003) jika dalam uji empiris didapat nilai adjusted R2 negatif, maka nilai adjusted R2 dianggap bernilai nol. Secara sistematis jika nilai R2 = 1, maka adjusted R2 = R2 = 1 sedangkan jika nilai R2 = 0, maka adjusted R2 = (1-k) / (n-k). Jika k > 1, maka adjusted R2 akan bernilai negatif (Ghozali,2006).

4. Uji F

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan ke dalam model mempunyai pengaruh secara bersama – sama terhadap variabel dependen atau terikat (Ghozali,2006).

Dasar pengambilan keputusannya adalah dengan menggunakan angka probabilitas signifikansi, yaitu :

(35)

iii

a. Apabila probabilitas signifikansi > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.

b. Apabila probabilitas signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.

5. Uji t

Uji statistik t yang bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh suatu variabel penjelas/independen secara individual terhadap variabel dependen (Ghozali,2006). Dalam penelitian ini menguji pengaruh antara pasokan (X1), penentuan harga (X2), dan insentif (X3) terhadap kepuasan agen (Y). Dasar pengambilan keputusan adalah dengan menggunakan angka probabilitas signifikansi, yaitu :

a. Apabila angka probabilitas signifikansi > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.

b. Apabila angka probabilitas signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.

(36)

iii BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Responden

Gambaran umum responden digunakan untuk mengetahui identitas responden secara umum. Sampel penelitian berjumlah 44 agen PT. Coca – Cola wilayah Semarang Barat. Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan mengenai bentuk usaha, jumlah penjualan per bulan, cara pembayaran per bulan, dan lama menjadi agen, sebagai berikut :

4.1.1 Bentuk Usaha Responden

Identitas responden berdasarkan bentuk usaha dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini :

Tabel 4.1

Bentuk Usaha Responden

Sumber: Data primer yang diolah

Berdasarkan tabel 4.1 maka bentuk usaha responden paling besar adalah toko sebanyak 23 agen, warung sebanyak 13 agen, kemudian kios sebanyak 8 agen. Ini menunjukkan bahwa agen PT. Coca – Cola wilayah Semarang Barat sebagian besar adalah berbentuk toko.

4.1.2 Jumlah Penjualan Per Bulan Kios Total 29,5% 13 100.0% Frekuensi 8 18,2% Bentuk Usaha 23 Toko 52,3% Persentase Warung 44

(37)

iii

Identitas responden berdasarkan jumlah penjualan per bulan dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini :

Tabel 4.2

Jumlah Penjualan Per Bulan

Sumber: Data primer yang diolah

Berdasarkan tabel 4.2 hasil penelitian menunjukkan jumlah penjualan per bulan terbesar adalah 10 – 20 krat sebanyak 19 agen, sedangkan jumlah penjualan per bulan 20 – 30 krat sebanyak 10 agen, jumlah penjualan per bulan 0 – 10 krat sebanyak 9 agen, dan jumlah penjualan per bulan 40 – 50 krat sebanyak 6 agen. Ini menunjukkan bahwa agen PT. Coca – Cola wilayah Semarang Barat sebagian besar penjualan per bulannya adalah 10 – 20 krat.

Jumlah Penjualan per bulan 0 – 10 krat Persentase 20 – 30 krat 20,5% 9 10 – 20 krat 19 Frekuensi 6 22,7% 43,2% 10 40 – 50 krat Total 13,6% 44 100.0%

(38)

iii 4.1.3 Cara Pembayaran Per Bulan

Identitas respoden berdasarkan cara pembayaran per bulan dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini :

Tabel 4.3

Cara Pembayaran Per Bulan

Sumber : Data primer yang diolah

Berdasarkan tabel 4.3 hasil penelitian dapat diketahui bahwa agen paling banyak melakukan pembayaran per bulan tiap 2 minggu sebanyak 18 agen, cara pembayaran per bulan tiap 3 minggu sebanyak 12 agen, cara pembayaran per bulan tiap 1 minggu sebanyak 10 agen, kemudian cara pembayaran per bulan tiap 4 minggu sebanyak 4 agen. Ini menunjukkan bahwa agen PT. Coca – Cola wilayah Semarang Barat sebagian besar melakukan pembayaran setiap 2 minggu.

Cara Pembayaran Per bulan Frekuensi Persentase 18 2 minggu 1 minggu 10 22,7% 27,3% 100.0% 4 40,9% 4 minggu 44 9,1% Total 12 3 minggu

(39)

iii 4.1.4 Lama Menjadi Agen

Identitas responden berdasarkan lama menjadi agen dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini :

Tabel 4.4 Lama Menjadi Agen

Sumber : Data primer yang diolah

Berdasarkan tabel 4.4 hasil penelitian dapat diketahui bahwa responden penelitian ini yang paling besar adalah responden yang telah menjadi agen selama 2 – 3 tahun dengan jumlah 19 agen, kemudian responden yang menjadi agen selama 3 – 4 tahun sebanyak 11 agen, responden yang menjadi agen selama 1 – 2 tahun sebanyak 5 agen, responden yang menjadi agen selama 4 – 5 tahun sebanyak 5 agen, dan responden yang menjadi agen selama 0 – 1 tahun sebanyak 4 agen. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah menjadi agen selama 2 – 3 tahun.

4.2 Deskriptif Variabel Penelitian

Data dalam penelitian ini merupakan suatu skala pengukuran yang dikuantifikasikan dengan pemberian skor atau angka, dimana angka – angka tersebut menunjukkan suatu posisi. Kesemuanya itu didapat berdasarkan atas tanggapan para responden terhadap masing – masing item indikator pernyataan.

4.2.1 Variabel Pasokan (X1)

Berdasarkan penyebaran angket penelitian terhadap indikator – indikator variabel pasokan pada 44 responden dinilai dengan 16 (enam belas) item pernyataan.

Lama menjadi agen Frekuensi

0 – 1 tahun 4 9,1% 11,4% 1 – 2 tahun 5 2 – 3 tahun 3 – 4 tahun 19 Persentase 43,1% 11 5 4 – 5 tahun 44 Total 11,4% 100.0% 25%

(40)

iii

Masing – masing tanggapan responden atas ke enam belas item pernyataan mengenai pasokan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.5

Deskripsi Frekuensi Variabel Pasokan

Sumber : Data primer yang diolah

Karakteristik pasokan agen PT. Coca – Cola wilayah Semarang Barat pada umumnya dinyatakan tinggi, dengan rata – rata 3.87 sebagaimana tersebut dalam tabel 4.5 :

1. X1.1 dapat diketahui responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) sebanyak 1 agen atau 2.3%, tidak setuju (2) sebanyak 4 agen atau 9.1%, netral (3) sebanyak 7 agen atau 15.9%, setuju (4) sebanyak 19 agen atau 43.2%, sangat setuju (5) sebanyak 14 agen atau 31.8%. Artinya menurut responden kapasitas produksi

3 5 2 1 % 4 % F % NO % F F 40.9 18 % F F 14 31.8 X1.3 X1.2 X1.1 1 2.3 4 9.1 7 15.9 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 X1.9 X1.10 X1.11 X1.12 1 1 2.3 X1.13 3 2.3 10 22.7 26 59.1 5 11.4 34.1 22.7 15.9 38.6 15.9 15.9 25 18.2 34.1 38.6 47.7 17 9.1 4 9.1 25 56.8 2 6.8 3 6.8 22 50 15 10 7 17 7 7 11 8 15 40.9 1 2 1 1 3 2 1 2.3 3 6.8 2 4.5 21 50 52.3 61.4 63.6 40.9 36.4 4 2.3 1 6.8 3 2.3 6 3 3 1 4.5 2.3 2.3 6.8 4.5 1 2.3 4 9.1 22 18 31.8 14 4.5 16 18 28 27 23 20.5 2 4 25 13.6 6 11 5 2 11.4 4.5 2.3 6.8 6.8 13.6 9.1 9 X1.16 2 2 1 2 4.5 1 2.3 10 22.7 22 50 9 20.5 4.5 4.5 2.3 2 4.5 2 2 4.5 4.5 X1.15 X1.14 15.9 15.9 7 56.8 13.6 6 50 25 22 20.5 27.3 7 59.1 26 15.9 7 9 12 4.5

(41)

iii

pemasok dapat memberikan kepuasan bagi diri agen karena memiliki penilaian setuju (4) sebesar 43.2%.

2. X1.2 dapat diketahui respoden yang menjawab sangat tidak setuju (1) sebanyak 1 agen atau 2.3%, tidak setuju (2) sebanyak 2 agen atau 4.5%, netral (3) sebanyak 10 agen atau 22.7%, setuju (4) sebanyak 26 agen atau 59.1%, sangat setuju (5) sebanyak 5 agen atau 11.4%. Artinya menurut responden kondisi finansial pemasok dapat memberikan kepuasan dalam diri agen karena memiliki penilaian setuju (4) sebesar 59.1%.

3. X1.3 dapat diketahui respoden yang menjawab sangat tidak setuju (1) sebanyak 1 agen atau 2.3%, tidak setuju (2) sebanyak 3 agen atau 6.8%, netral (3) sebanyak 3 agen atau 6.8%, setuju (4) sebanyak 22 agen atau 50%, sangat setuju (5) sebanyak 15 agen atau 34.1%. Artinya menurut responden kondisi operasional pemasok dapat memberikan kepuasan dalam diri agen karena memiliki penilaian setuju (4) sebesar 50%.

4. X1.4 dapat diketahui respoden yang menjawab sangat tidak setuju (1) sebanyak 1 agen atau 2.3%, tidak setuju (2) sebanyak 4 agen atau 9.1%, netral (3) sebanyak 4 agen atau 9.1%, setuju (4) sebanyak 25 agen atau 56.8%, sangat setuju (5) sebanyak 10 agen atau 22.7%. Artinya menurut responden fasilitas riset dan desain pemasok dapat memberikan kepuasan dalam diri agen karena memiliki penilaian setuju (4) sebesar 56.8%.

5. X1.5 dapat diketahui respoden yang menjawab sangat tidak setuju (1) sebanyak 3 agen atau 6.8%, tidak setuju (2) sebanyak 2 agen atau 4.5%, netral (3) sebanyak 14 agen atau 31.8%, setuju (4) sebanyak 18 agen atau 40.9%, sangat setuju (5) sebanyak 7 agen atau 15.9%. Artinya menurut responden lokasi geografis pemasok dapat memberikan kepuasan dalam diri agen karena memiliki penilaian setuju (4) sebesar 40.9%.

6. X1.6 dapat diketahui respoden yang menjawab sangat tidak setuju (1) sebanyak 1 agen atau 2.3%, tidak setuju (2) sebanyak 4 agen atau 9.1%, netral (3) sebanyak 6 agen atau 13.6%, setuju (4) sebanyak 16 agen atau 36.4%, sangat setuju (5) sebanyak 17 agen atau 38.6%. Artinya menurut responden hubungan dagang antar industri dapat memberikan kepuasan dalam diri agen karena memiliki penilaian sangat setuju (5) sebesar 38.6%.

7. X1.7 dapat diketahui respoden yang menjawab sangat tidak setuju (1) sebanyak 2 agen atau 4.5%, tidak setuju (2) sebanyak 6 agen atau 13.6%, netral (3) sebanyak

(42)

iii

11 agen atau 25%, setuju (4) sebanyak 18 agen atau 40.9%, sangat setuju (5) sebanyak 7 agen atau 15.9%. Artinya menurut responden keadaan pelayanan dalam waktu penyerahan material dapat memberikan kepuasan dalam diri agen karena memiliki penilaian setuju (4) sebesar 40.9%.

8. X1.8 dapat diketahui respoden yang menjawab sangat tidak setuju (1) sebanyak 1 agen atau 2.3%, tidak setuju (2) sebanyak 3 agen atau 6.8%, netral (3) sebanyak 5 agen atau 11.4%, setuju (4) sebanyak 28 agen atau 63.6%, sangat setuju (5) sebanyak 7 agen atau 15.9%. Artinya menurut responden kondisi kedatangan material dapat memberikan kepuasan dalam diri agen karena memiliki penilaian setuju (4) sebesar 63.6%.

9. X1.9 dapat diketahui respoden yang menjawab sangat tidak setuju (1) sebanyak 1 agen atau 2.3%, tidak setuju (2) sebanyak 3 agen atau 6.8%, netral (3) sebanyak 2 agen atau 4.5%, setuju (4) sebanyak 27 agen atau 61.4%, sangat setuju (5) sebanyak 11 agen atau 25%. Artinya menurut responden kuantitas pemesanan yang ditolak dapat memberikan kepuasan dalam diri agen karena memiliki penilaian setuju (4) sebesar 61.4%.

10. X1.10 dapat diketahui respoden yang menjawab sangat tidak setuju (1) sebanyak 3 agen atau 6.8%, tidak setuju (2) sebanyak 1 agen atau 2.3%, netral (3) sebanyak 9 agen atau 20.5%, setuju (4) sebanyak 23 agen atau 52.3%, sangat setuju (5) sebanyak 8 agen atau 18.2%. Artinya menurut responden penanganan keluhan dari pembeli dapat memberikan kepuasan dalam diri agen karena memiliki penilaian setuju (4) sebesar 52.3%.

11. X1.11 dapat diketahui respoden yang menjawab sangat tidak setuju (1) sebanyak 2 agen atau 4.5%, tidak setuju (2) sebanyak 1 agen atau 2.3%, netral (3) sebanyak 4 agen atau 9.1%, setuju (4) sebanyak 22 agen atau 50%, sangat setuju (5) sebanyak 15 agen atau 34.1%. Artinya menurut responden bantuan teknik yang diberikan dapat memberikan kepuasan dalam diri agen karena memiliki penilaian setuju (4) sebesar 50%.

12. X1.12 dapat diketahui respoden yang menjawab sangat tidak setuju (1) sebanyak 1 agen atau 2.3%, tidak setuju (2) sebanyak 3 agen atau 6.8%, netral (3) sebanyak 2 agen atau 4.5%, setuju (4) sebanyak 21 agen atau 47.7%, sangat setuju (5) sebanyak 17 agen atau 38.6%. Artinya menurut responden informasi harga yang diberikan dapat memberikan kepuasan dalam diri agen karena memiliki penilaian setuju (4) sebesar 47.7%.

(43)

iii

13. X1.13 dapat diketahui respoden yang menjawab sangat tidak setuju (1) sebanyak 2 agen atau 4.5%, tidak setuju (2) sebanyak 1 agen atau 2.3%, netral (3) sebanyak 10 agen atau 22.7%, setuju (4) sebanyak 22 agen atau 50%, sangat setuju (5) sebanyak 9 agen atau 20.5%. Artinya menurut responden kualitas material dapat memberikan kepuasan dalam diri agen karena memiliki penilaian setuju (4) sebesar 50%.

14. X1.14 dapat diketahui respoden yang menjawab sangat tidak setuju (1) sebanyak 2 agen atau 4.5%, tidak setuju (2) sebanyak 2 agen atau 4.5%, netral (3) sebanyak 12 agen atau 27.3%, setuju (4) sebanyak 22 agen atau 50%, sangat setuju (5) sebanyak 6 agen atau 13.6%. Artinya menurut responden keseragaman material dapat memberikan kepuasan dalam diri agen karena memiliki penilaian setuju (4) sebesar 50%.

15. X1.15 dapat diketahui respoden yang menjawab sangat tidak setuju (1) sebanyak 1 agen atau 2.3%, tidak setuju (2) sebanyak 2 agen atau 4.5%, netral (3) sebanyak 9 agen atau 20.5%, setuju (4) sebanyak 25 agen atau 56.8%, sangat setuju (5) sebanyak 7 agen atau 15.9%. Artinya menurut responden jaminan dari pemasok dapat memberikan kepuasan dalam diri agen karena memiliki penilaian setuju (4) sebesar 56.8%.

16. X1.16 dapat diketahui respoden yang menjawab sangat tidak setuju (1) sebanyak 2 agen atau 4.5%, tidak setuju (2) sebanyak 2 agen atau 4.5%, netral (3) sebanyak 7 agen atau 15.9%, setuju (4) sebanyak 26 agen atau 59.1%, sangat setuju (5) sebanyak 7 agen atau 15.9%. Artinya menurut responden keadaan pengepakan dapat memberikan kepuasan dalam diri agen karena memiliki penilaian setuju (4) sebesar 59.1%.

4.2.2 Variabel Penentuan Harga (X2)

Berdasarkan penyebaran angket penelitian terhadap indikator – indikator variabel penentuan harga pada 44 responden dinilai dengan 4 (empat) item pernyataan. Masing – masing tanggapan responden atas ke empat item pernyataan mengenai penentuan harga adalah sebagai berikut :

Tabel 4.6

Deskripsi Frekuensi Variabel Penentuan Harga

(44)

iii Sumber : Data primer yang diolah

Karakteristik penentuan harga agen PT. Coca – Cola wilayah Semarang Barat pada umumnya dinyatakan tinggi, dengan rata – rata 3.97 sebagaimana tersebut dalam tabel 4.6 :

1. X2.1 dapat diketahui responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) sebanyak 1 agen atau 2.3%, tidak setuju (2) sebanyak 4 agen atau 9.1%, netral (3) sebanyak 13 agen atau 29.5%, setuju (4) sebanyak 17 agen atau 38.6%, sangat setuju (5) sebanyak 9 agen atau 20.5%. Artinya menurut responden harga yang terjangkau dapat memberikan kepuasan dalam diri agen karena memiliki penilaian setuju (4) sebesar 38.6%.

2. X2.2 dapat diketahui responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) sebanyak 2 agen atau 4.5%, tidak setuju (2) sebanyak 2 agen atau 4.5%, netral (3) sebanyak 10 agen atau 22.7%, setuju (4) sebanyak 14 agen atau 31.8%, sangat setuju (5) sebanyak 16 agen atau 36.4%. Artinya menurut responden kualitas barang yang sesuai dengan harga dapat memberikan kepuasan dalam diri agen karena memiliki penilaian sangat setuju (5) sebesar 36.4%.

3. X2.3 dapat diketahui responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) sebanyak 1 agen atau 2.3%, tidak setuju (2) sebanyak 6 agen atau 13.6%, netral (3) sebanyak 10 agen atau 22.7%, setuju (4) sebanyak 17 agen atau 38.6%, sangat setuju (5) sebanyak 10 agen atau 22.7%. Artinya menurut responden kemudahan dalam pembayaran dapat memberikan kepuasan dalam diri agen karena memiliki penilaian setuju (4) sebesar 38.6%.

4. X2.4 dapat diketahui responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) sebanyak 1 agen atau 2.3%, tidak setuju (2) sebanyak 3 agen atau 6.8%, netral (3) sebanyak 12 agen atau 27.3%, setuju (4) sebanyak 13 agen atau 29.5%, sangat setuju (5) sebanyak 15 agen atau 34.1%. Artinya menurut responden pemberian potongan harga dapat memberikan kepuasan dalam diri agen karena memiliki penilaian sangat setuju (5) sebesar 34.1%.

F % F % F % F % F % 1 2.3 4 9.1 13 X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 17 38.6 9 20.5 36.4 22.7 34.1 2 1 1 4.5 2.3 2.3 2 6 3 4.5 13.6 6.8 10 10 12 29.5 22.7 22.7 27.3 14 17 13 31.8 16 38.6 10 29.5 15

(45)

iii 4.2.3 Variabel Insentif (X3)

Berdasarkan penyebaran angket penelitian terhadap indikator – indikator variabel insentif pada 44 responden dinilai dengan 8 (delapan) item pernyataan. Masing – masing tanggapan responden atas ke delapan item pernyataan mengenai pasokan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.7

Deskripsi Frekuensi Variabel Insentif (X3)

Sumber : Data primer yang diolah

Karakteristik insentif agen PT. Coca – Cola wilayah Semarang Barat pada umumnya dinyatakan tinggi, dengan rata – rata 3.88 sebagaimana tersebut dalam tabel 4.7 :

1. X3.1 dapat diketahui responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) sebanyak 2 agen atau 4.5%, tidak setuju (2) sebanyak 3 agen atau 6.8%, netral (3) sebanyak 6 agen atau 13.6%, setuju (4) sebanyak 24 agen atau 54.5%, sangat setuju (5) sebanyak 9 agen atau 20.5%. Artinya menurut responden pemberian insentif No 1 2 3 X3.1 X3.5 X3.2 X3.4 X3.3 X3.6 X3.7 X3.8 F 4 5 2 % 20.5 15.9 18.2 18.2 13.6 15.9 F 9 7 10 15.9 4.5 3 6.8 4 9.1 26 59.1 9 20.5 2.3 2.3 2.3 2.3 4.5 4.5 4.5 % 2 2 1 1 1 1 2 22 50 7 6 8 6.8 3 F % F 4 9.1 9 20.5 23 52.3 7 24 22.7 9 18.2 6 6.8 4.5 3 2 6.8 3 11.4 5 4 9.1 10 22.7 % 52.3 23 8 11.4 13.6 5 20.5 8 50 22 61.4 % F 54.5 24 61.4 27

(46)

iii

material berupa bonus dapat memberikan kepuasan dalam diri agen karena memiliki penilaian setuju (4) sebesar 54.5%.

2. X3.2 dapat diketahui responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) sebanyak 2 agen atau 4.5%, tidak setuju (2) sebanyak 3 agen atau 6.8%, netral (3) sebanyak 5 agen atau 11.4%, setuju (4) sebanyak 27 agen atau 61.4%, sangat setuju (5) sebanyak 7 agen atau 15.9%. Artinya menurut responden pembagian laba dapat memberikan kepuasan dalam diri agen karena memiliki penilaian setuju (4) sebesar 61.4%.

3. X3.3 dapat diketahui responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) sebanyak 2 agen atau 4.5%, tidak setuju (2) sebanyak 2 agen atau 4.5%, netral (3) sebanyak 9 agen atau 20.5%, setuju (4) sebanyak 23 agen atau 52.3%, sangat setuju (5) sebanyak 8 agen atau 18.2%. Artinya menurut responden kompensasi yang ditangguhkan dapat memberikan kepuasan dalam diri agen karena memiliki penilaian setuju (4) sebesar 52.3%.

4. X3.4 dapat diketahui responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) sebanyak 1 agen atau 2.3%, tidak setuju (2) sebanyak 3 agen atau 6.8%, netral (3) sebanyak 10 agen atau 22.7%, setuju (4) sebanyak 22 agen atau 50%, sangat setuju (5) sebanyak 8 agen atau 18.2%. Artinya menurut responden jaminan sosial dapat memberikan kepuasan dalam diri agen karena memiliki penilaian setuju (4) sebesar 50%.

5. X3.5 dapat diketahui responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) sebanyak 1 agen atau 2.3%, tidak setuju (2) sebanyak 5 agen atau 11.4%, netral (3) sebanyak 8 agen atau 18.2%, setuju (4) sebanyak 24 agen atau 54.5%, sangat setuju (5) sebanyak 6 agen atau 13.6%. Artinya menurut responden pemberian piagam dapat memberikan kepuasan dalam diri agen karena memiliki penilaian setuju (4) sebesar 54.5%.

6. X3.6 dapat diketahui responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) sebanyak 1 agen atau 2.3%, tidak setuju (2) sebanyak 4 agen atau 9.1%, netral (3) sebanyak 10 agen atau 22.7%, setuju (4) sebanyak 22 agen atau 50%, sangat setuju (5) sebanyak 7 agen atau 15.9%. Artinya menurut responden pemberian tanda jasa dapat memberikan kepuasan dalam diri agen karena memiliki penilaian setuju (4) sebesar 50%.

7. X3.7 dapat diketahui responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) sebanyak 1 agen atau 2.3%, tidak setuju (2) sebanyak 4 agen atau 9.1%, netral (3) sebanyak 9 agen atau 20.5%, setuju (4) sebanyak 23 agen atau 52.3%, sangat setuju (5)

(47)

iii

sebanyak 7 agen atau 15.9%. Artinya menurut responden pemberian kenaikan pangkat dapat memberikan kepuasan dalam diri agen karena memiliki penilaian setuju (4) sebesar 52.3%.

8. X3.8 dapat diketahui responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) sebanyak 2 agen atau 4.5%, tidak setuju (2) sebanyak 3 agen atau 6.8%, netral (3) sebanyak 4 agen atau 9.1%, setuju (4) sebanyak 26 agen atau 59.1%, sangat setuju (5) sebanyak 9 agen atau 20.5%. Artinya menurut responden pemberian hiburan dapat memberikan kepuasan dalam diri agen karena memiliki penilaian setuju (4) sebesar 59.1%.

4.2.4 Variabel Kepuasan (Y1)

Berdasarkan penyebaran angket penelitian terhadap indikator – indikator variabel kepuasan pada 44 responden dinilai dengan 5 (lima) item pernyataan. Masing – masing tanggapan responden atas ke lima item pernyataan mengenai pasokan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.8

Deskripsi Frekuensi Variabel Kepuasan (Y1)

Sumber : Data primer yang diolah

Karakteristik kepuasan agen PT. Coca – Cola wilayah Semarang Barat pada umumnya dinyatakan tinggi, dengan rata – rata 4.26 sebagaimana tersebut dalam tabel 4.8 :

1. Y.1 dapat diketahui responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) sebanyak 3 agen atau 6.8%, tidak setuju (2) sebanyak 3 agen atau 6.8%, netral (3) sebanyak 5 agen atau 11.4%, setuju (4) sebanyak 11 agen atau 25%, sangat setuju (5) sebanyak 22 agen atau 50%. Artinya responden mampu berkata positif tentang jaringan karena memiliki penilaian sangat setuju (5) sebesar 50%.

No 1 2 3 4 5 F % F % F % F % F % Y.1 Y.2 Y.3 Y.4 Y.5 3 6.8 3 6.8 5 11.4 11 25 22 50 36.4 45.5 45.5 47.7 2 3 1 2 21 20 20 16 31.8 34.1 36.4 27.3 14 15 16 12 20.5 9.1 9.1 13.6 4.5 6.8 2.3 4.5 3 2 3 3 6.8 4.5 6.8 6.8 9 6 4 4

(48)

iii

2. Y.2 dapat diketahui responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) sebanyak 2 agen atau 4.5%, tidak setuju (2) sebanyak 3 agen atau 6.8%, netral (3) sebanyak 9 agen atau 20.5%, setuju (4) sebanyak 14 agen atau 31.8%, sangat setuju (5) sebanyak 16 agen atau 36.4%. Artinya responden mampu berkata positif tentang produk karena memiliki penilaian sangat setuju (5) sebesar 36.4%.

3. Y.3 dapat diketahui responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) sebanyak 3 agen atau 6.8%, tidak setuju (2) sebanyak 2 agen atau 4.5%, netral (3) sebanyak 4 agen atau 9.1%, setuju (4) sebanyak 15 agen atau 34.1%, sangat setuju (5) sebanyak 20 agen atau 45.5%. Artinya responden mampu berkata positif tentang tarif karena memiliki penilaian sangat setuju (5) sebesar 45.5%.

4. Y.4 dapat diketahui responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) sebanyak 1 agen atau 2.3%, tidak setuju (2) sebanyak 3 agen atau 6.8%, netral (3) sebanyak 4 agen atau 9.1%, setuju (4) sebanyak 16 agen atau 36.4%, sangat setuju (5) sebanyak 20 agen atau 45.5%. Artinya responden mampu merekomendasikan kepada orang lain karena memiliki penilaian sangat setuju (5) sebesar 45.5%. 5. Y.5 dapat diketahui responden yang menjawab sangat tidak setuju (1) sebanyak 2

agen atau 4.5%, tidak setuju (2) sebanyak 3 agen atau 6.8%, netral (3) sebanyak 6 agen atau 13.6%, setuju (4) sebanyak 12 agen atau 27.3%, sangat setuju (5) sebanyak 21 agen atau 47.7%. Artinya responden mampu setia kepada produk perusahaan karena memiliki penilaian sangat setuju (5) sebesar 47.7%.

4.3 Uji Instrumen

Uji instrumen meliputi uji validitas dan reliabilitas yang dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS 16.

4.3.1 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2006). Sebuah indikator dalam sebuah instrumen dinyatakan valid apabila memiliki nilai KMO lebih dari 0,5 dan nilai loading factor lebih dari 0,4. Berikut merupakan hasil pengujian atas indikator – indikator dari variabel – variabel penelitian.

Gambar

Gambar pengaruh pasokan, penentuan harga dan insentif terhadap kepuasan :  Model Grafik

Referensi

Dokumen terkait

Analisis regresi linier berganda adalah salah satu teknik statistika yang digunakan untuk mengetahui pengaruh dua atau lebih variabel independen yang bersifat linier

Regresi linier berganda digunakan untuk menjelaskan hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen yang lebih dari satu. Model persamaan regresi linier

Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda adalah uji regresi linier dengan dua atau lebih variabel independen digunakan untuk meramalkan suatu variabel

Analisis korelasi ganda adalah suatu uji statistik yang digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh atau derajat hubungan antara dua variabel independen, kineija

Pengujian ini dilakukan terhadap hipotesis kausalitas yang dikembangkan dalam model persamaan regresi dengan menguji signifikansi hubungan variabel independen dan variabel dependen

Analisis regresi linier berganda adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan atau pengaruh antara dua atau lebih variabel independen (X) dengan satu

Regresi Linear Berganda Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda yaitu persamaan regresi yang melibatkan satu variabel dependen dan dua

Analisis Regresi Berganda Regresi linier berganda merupakan model persamaan yang menjelaskan hubungan satu variabel tak bebas/ response Y dengan dua atau lebih variabel bebas/