196
PKM Pelatihan Tari Ma’latu Kopi pada Siswi
SMA Negeri 8 Makassar
Bau Salawati1, A. Padalia2, Nurlina Syahrir3
123Jurusan Seni Pertunjukan, Fakultas Seni dan Desain, Universitas Negeri Makassar
Abstrak. Program Kemitraan Masyarakat yang berjudul Pelatihan Tari Ma’latu Kopi pada Siswi SMA Negeri 8 Makassar dilaksanakan dalam rangka mengatasi keterbatasan pengetahuan dan pemahaman serta menambah perbendaharaan tentang tari bentuk kreasi daerah Sulawesi Selatan khususnya pada tari kreasi etnis Toraja. SMA Negeri 8 Makassar yang memiliki sanggar seni tari sebagai wadah/tempat siswa/siswi mengembangkan bakat. Namun selama ini, siswa hanya mengetahui tari-tari garapan yang diciptakan untuk kebutuhan lomba dan festival tari yang akan diikuti oleh siswa/siswi SMA Negeri 8 Makassar baik tingkat regional maupun nasional. Kurangnya pemahaman pengetahuan serta perbendaharaan gerak tari bentuk daerah Sulawesi Selatan yang diajarkan berharap dengan pelatihan ini dapat memberi solusi yang ada pada sekolah terutama pada siswi. Pelaksanaan pelatihan dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan life skill dan interactive learning dengan metode demonstrasi. Dimana kegiatan ini dapat memberi konstribusi bagi peserta atau siswi sesuai yang diharapkan, kegiatan pelatihan ini juga tidak hanya mendapatkan pengetahuan dan skill (keterampilan) akan tetapi lebih kepada tertanamnya sinergitas antara siswa/siswi (peserta) dengan kebersamaan dalam bekerja kelompok melakukan gerak dan pola lantai.Tujuan dilaksanakan kegiatan Pelatihan Tari Ma’latu Kopi ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan/pemahaman tentang tari daerah etnis Toraja serta menambah perbendaharaan tari bentuk serta keterampilan dalam hal teknik gerak (wiraga), ketepatan gerak dan irama (wirama) serta rasa gerak/ekspresi (wirasa) yang baik, khususnya bagi siswi yang masih memiliki kemampuan dibawa standar dalam hal menarikan tari bentuk daerah Sulawesi Selatan yakni tari kreasi etnis Toraja. Luaran yang dihasilkan adalah adanya peningkatan dan perubahan pengetahuan serta keterampilan juga bertambahnya perbendaharaan gerak tari bentuk daerah Sulawesi Selatan khususnya tari kreasi etnis Toraja dengan menggunakan teknik gerak (wiraga) yang baik, ketepatan gerak dengan irama musik pengiring tari (wirama), serta rasa gerak/ekspresi (wirasa) baik secara individu maupun secara kelompok disertai dengan pola lantai dalam melakukan gerak Tari Ma’latu Kopi.
Kata kunci: Tari Ma’latu Kopi, wiraga, wirama, wirasa, pola lantai
Abstract. The Community Partnership Program entitled Ma'latu Kopi Dance Training for Students of SMA Negeri 8 Makassar was carried out in order to overcome the limitations of knowledge and understanding and increase vocabulary about dance forms created by the South Sulawesi region, especially in Toraja ethnic creations. SMA Negeri 8 Makassar which has a dance studio as a place for students to develop their talents. However, so far, students only know about the arable dances that were created for the needs of dance competitions and festivals that will be followed by students of SMA Negeri 8 Makassar both at regional and national levels. The lack of understanding of the knowledge and vocabulary of the dance movements of the South Sulawesi regional dance form hopes that this training can provide solutions that exist in schools, especially students. The training is carried out using the life skills approach and interactive learning with demonstration methods. Where this activity can contribute to participants or students as expected, this training activity also not only gains knowledge and skills (skills) but is more about the inculcation of synergy between students (participants) with togetherness in working in groups to perform movements and floor patterns The purpose of carrying out this Ma'latu Kopi Dance Training activity is to increase knowledge/understanding of Toraja ethnic regional dances and increase vocabulary of dance forms and skills in terms of movement techniques (wiraga), accuracy of motion and rhythm (wirama) and sense of motion/expression (wirasa) which is good, especially for students who still have the ability to be brought standard in terms of dancing the regional form of dance in South Sulawesi, namely the creation of the Toraja ethnic dance. The resulting output is an increase and change in knowledge and skills as well as an increase in the vocabulary of dance forms in South Sulawesi, especially Toraja ethnic dance creations using good movement techniques (wiraga), movement accuracy with dance accompaniment music rhythm (wirama), and a sense of motion expression (wirasa) both individually and in groups accompanied by floor patterns in performing the Ma'latu Kopi Dance.
197
I. PENDAHULUAN
Tari sebagai media pendidikan setidaknya dapat disandarkan pada tujuan pendidikan seni setidaknya ada tiga yaitu, (1) sebuah strategi atau cara memupuk, mengembangkan sensitivitas dan kreativitas, (2) memberi peluang seluas-luasnya pada siswa untuk berekspresi, (3) mengembangkan pribadi anak kearah pembentukan pribadi yang utuh dan menyeluruh, baik sosial, maupun secara individu (rohidi, 2001:103). Margaret N.H. Doubler (1959) menegaskan tari dalam pendidikan umum memberikan kesempatan pada setiap siswa untuk merasakan bahwa tari dapat mempengaruhi perkembangan pribadi pertumbuhan jiwa seninya.
Dalam kehidupan manusia tidak ada kegiatan manusia yang sifatnya lebih pribadi dan universal selain ‘gerak’, sebagai substansi dasar ‘gerak’ merupakan bagian yang hakiki dalam kehidupan sehingga orang cenderung untuk menerima ‘gerak’ begitu saja tanpa mempertanyakan keberadaannya. Dalam koreografi ‘gerak’ adalah dasar ekspresi, oleh sebab itu ‘gerak’ dipahami sebagai ekspresi dari semua pengalaman emosional. (Hadi, 2011;10)
Maksud dari pernyataan di atas bahwa ekspresi gerak sebagai tari merupakan pengalaman mental atau tidak berdasarkan pada pikiran, tetapi pada perasaan, sikap, imaji, yakni gerakan tubuh sedang materi ekspresinya adalah gerakan-gerakan yang sudah dipolakan menjadi bentuk yang dapat dikomunikasikan secara langsung dengan perasaan.
Selain gerak hal yang paling awal yang perlu dipahami adalah pemahaman tentang kreativitas, sebab gerak tidak akan hadir tanpa kreativitas. Kreativitas melibatkan suasana kesadaran yang biasa dan khusus. Suasana kesadaran khusus secara aktif terlibat dalam proses kerja imajinatif dan intuitif dalam memproduksi khayalan (ide tari) benih materi, dan proses pembentukan mandiri.
Bagi seorang penari atau siapa saja yang berminat untuk mempelajari tari (peminat tari) yang ingin mengembangkan bakat yang dimilikinya dan rasa ingin mengetahui tari dari berbagai daerah serta pemahaman akan banyaknya tari yang ada di daerah Sulawesi Selatan yang terdiri dari berbagai etnis maka di pandang perlu untuk mengadakan pelatihan Tari Ma’latu Kopi pada siswi SMA Negeri 8 Makassar.
Gambar 1. SMA Negeri 8 Makassar (mitra)
Berdasarkan survei sebelumnya SMA Negeri 8 Makassar yang didirikan pada tahun 1964 dan berlokasi di Jalan Mangerangi No. 24 yang memiliki sanggar seni tari dan musik yang dibimbing dan dilatih oleh guru seni budaya yang ada di sekolah tersebut. Siswa/siswi yang terlibat didalamnya terdiri dari berbagai angkatan, kelas dan jurusan yang berbeda sebagai tempat mengasah kemampuan dan potensi diri yang siswa miliki dalam bidang seni.
Pada sanggar seni SMA Negeri 8 Makassar siswa hanya diberi tari bentuk yakni Tari Paduppa yang biasa dipentaskan pada acara penjemputan tamu sekolah juga acara-acara intern dan selebihnya siswa diberi tari garapan baru untuk kebutuhan lomba yang akan diikuti baik tingkat regional maupun nasional. Kurangnya pengetahuan dan perbendaharaan tentang tari bentuk kreasi daerah Sulawesi Selatan, khususnya tari etnis Toraja inilah sehingga penulis tertarik untuk mengadakan PKM Pelatihan Tari Ma’Latu Kopi pada siswa SMA Negeri 8 Makassar.
Identifikasi kebutuhan pelatihan adalah meneliti adanya kekurangan pengetahuan, keterampilan, kebutuhan training, pelatihan bahkan penyuluhan dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan profesional seorang penari yang tidak hanya dapat menarikan tari garapan tetapi juga perlu untuk mengetahui tari-tari bentuk kreasi yang ada di daerah Sulawesi Selatan yang terdiri dari berbagai etnis yakni
198 Makassar, Bugis, Mandar dan Toraja, akan tetapi meskipun demikian tidak semua kekurangan, kelemahan dapat tertutupi dengan kegiatan pelatihan yang hanya sekali saja tetapi diperlukan kegiatan yang berkelanjutan guna memenuhi kebutuhan siswi untuk lebih banyak mengetahui tari yang ada di daerah Sulawesi Selatan.
Gambar 2. Pertemuan Ketua Tim Pengusul
dengan Kepsek SMA Negeri 8 Makassar Dimana SMA Negeri 8 Makassar adalah salah satu sekolah yang terus berkembang dan menorehkan cukup banyak prestasi baik ditingkat Provinsi maupun tingkat Nasional. Salah satu kegiatan lomba yang sering diikuti adalah lomba Tari Kreasi Sulawesi Selatan. Hal ini yang membuat mereka selalu diberikan tari garapan baru untuk kebutuhan lomba. Kemampuan mereka dalam menari sudah tergolong dalam kategori yang baik untuk etnis Bugis dan Makassar namun khusus etnik Toraja mereka masih butuh pembinaan khusus. Identifikasi kebutuhan penelitian adalah meneliti adanya kekurang pemahaman, pengetahuan dan keterampilan siswa siswi SMA Negeri 8 Makassar dalam menarikan tari bentuk kreasi yang ada di daerah Sulawesi Selatan khususnya tari etnik Toraja.
Gambar 3. Spanduk kegiatan PKM II. METODE YANG DIGUNAKAN
Metode atau cara yang ditempuh melalui pelatihan Tari Ma’Latu Kopi pada Siswa SMA Negeri 8 Makassar adalah metode pendekatan life skill interactive learning by doing dengan metode demonstrasi. Model pelatihan yang dimaksud adalah pelatihan dengan pemaparan materi yang dikombinasikan dengan demonstrasi dan langsung diikuti peragaan oleh peserta pelatihan. Adapun tahapannya sebagai berikut:
1. Survei lokasi dan pendataan siswi yang berminat ikut pelatihan tari.
2. Pelatihan peserta bersifat terbuka bagi siswi yang ingin mengikuti dan memiliki syarat sebagai berikut:
a. Memiliki keinginan untuk mengikuti pelatihan tari
b. Tekun dan tidak mudah menyerah c. Disiplin dan menaati peraturan selama
pelatihan
d. Jumlah peserta dibatasi maksimal 20 orang
e. Bersedia mementaskan Tari Ma’Latu Kopi
3. Rancangan pemberian materi yang dilakukan sebagai berikut:
a. Pendahuluan, yakni memberikan latar belakang dan Sejarah Terciptanya Tari Ma’Latu Kopi dan gambaran gerak dasar Tari Ma’latu Kopi.
b. Mendemonstrasikan Tari Ma’latu Kopi secara bertahap yakni ragam-ragam mulai dengan menggunakan hitungan sampai dengan menggunakan musik pengiring tari serta pendalaman dengan menggunakan pola lantai secara kelompok.
c. Mendemonstrasikan gerak Tari Ma’ Latu Kopi baik secara individu maupun kelompok dengan menggunakan wiraga, wirama, dan wirasa disertai pola lantai secara kelompok.
III. PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN
Pada setiap pelatihan yang dilaksanakan mengharapkan pencapaian yang maksimal. Dalam pelatihan ini telah mencapai beberapa tujuan yang terkait dengan rancangan yang telah diajukan sebelumnya. Pelatihan Tari Ma’latu Kopi pada siswa SMA Negeri 8 Makassar ini memiliki jadwal yang telah dibuat walaupun memiliki keterhambatan waktu pelaksanaan akibat Pandemi Covid-19 menyebabkan siswa tidak dapat beraktivitas di sekolah. Maka dari itu kami melaksanakan pelatihan di halaman rumah guru seni budaya SMA Negeri 8 Makassar dan Benteng Somba Opu. Walaupun Pandemi Covid-19, namun kini telah diterapkan new normal mengikuti Protokol Kesehatan Satgas Covid 19 RI sehingga Pelatihan ini bisa terlaksana dengan .syarat mengikuti peraturan dan protokol kesehatan dalam pelaksanaannya.
Sebelum dimulainya PKM Pelatihan Tari Ma’Latu Kopi pada siswi SMA Negeri 8
199 Makassar, kami melaksanakan observasi awal serta mendata siswi yang akan terlibat dalam pelatihan yang akan dilaksanakan. Selain itu, membangun komunikasi awal dengan Kepala SMA Negeri 8 Makassar agar dapat diberikan kesempatan serta bekerjasama demi terselenggaranya PKM ini dengan lancar.
Setelah melaksanakan kontrak awal dengan Kepala SMA Negeri 8 Makassar, Ketua Tim Pengusul mulai Mencatat siswi yang akan terlibat dalam PKM Pelatihan ini sehingga bisa melaksanakan Pelatihan dengan tepat waktu. Adapun siswi yang mengikuti pelatihan ini berjumlah maksimal 20 peserta.
Sebelum peserta pelatihan diberikan bentuk gerak dasar Tari Ma’Latu Kopi kepada Siswi SMA Negeri 8 Makassar, peserta diberikan materi (Teoritis) mengenai dasar gerak tari Toraja serta Sejarah terciptanya Tari Ma’Latu Kopi dan peserta pelatihan diberi gambaran teknis pelaksanaan pelatihan tari mengingat kondisi sekarang new normal sehingga kita wajib mengikuti protokol kesehatan saat latihan. Pelatihan Tari Ma’latu Kopi ini dilaksanakan selama 2 bulan dengan 8 kali pertemuan dengan alokasi 3 jam (180 menit)/pertemuan. Animo serta semangat para siswi atau peserta pelatihan tetap baik dan stabil dalam mengikuti setiap tahap materi yang diberikan meskipun hanya menggunakan rumah guru seni budaya dan Benteng Somba Opu sebagai lokasi tempat latihan.
Pelatihan atau training yang bersifat teoritis dan praktek yang meliputi:
1. Proses pembelajaran yakni pengajaran yang meliputi teori dan praktek
Teori yang dimaksud adalah menyampaikan latar belakang dan sejarah terciptanya Tari Ma’latu Kopi serta memberi gambaran gerak Tari Ma’latu Kopi yang akan dilakukan.
Praktek yang dimaksud adalah peserta
mampu melakukan dan
mendemonstrasikan ragam-ragam Tari Ma’latu Kopi baik secara individu maupun secara kelompok dengan menggunakan iringan serta pola lantai kelompok yakni 12 siswi atau peserta.
2. Penggunaan literatur media serta alat, yang digunakan yakni:
a. Buku referensi yang berfungsi sebagai media pembelajaran untuk mengetahui
latar belakang dan sejarah terciptanya Tari Ma’latu Kopi.
b. Tape Recorder sebagai yang berfungsi untuk memutar musik pengiring Tari Ma’latu Kopi.
c. Pakaian praktik yakni baju kaos oblong, sarung, legin atau training yang berfungsi untuk memberi keleluasaan dalam bergerak sehingga memperlancar proses pelatihan tari.
d. Bakul dan selendang yang berfungsi sebagai alat atau properti yang dipakai dalam Tari Ma’latu Kopi.
Kegiatan latihan yang telah dilaksanakan delapan kali pertemuan dengan alokasi 3 jam (180 menit) dengan rincian sebagai berikut:
Pertemuan 1 Pengenalan meteri Tari Ma’latu
Kopi.
Pengenalan materi yang dimaksud adalah meliputi pemahaman tentang sejarah singkat terciptanya Tari Ma’latu Kopi, dasar gerak Tari Ma’latu Kopi, properti yang digunakan serta seputar yang akan dilakukan selama pelatihan berlangsung.
Gambar 4. Pengenalan materi
Pertemuan 2 Peragaan Tari Ma’latu Kopi
ragam 1-4
Dimana penari melakukan gerak tangan kanan memegang selendang dan tangan kiri memegang bakul berlari lari kecil (tippana) lalu melakukan gerak ke kiri dan ke kanan yang diulang tiga kali lalu menyimpan bakul dan melakukan gerak gelluna dilanjutkan duduk dengan tangan kiri memegang bakul sejajar bahu dan tangan kiri melakukan sentuhan jari
200 tengah di samping badan dan ke atas bahu dengan posisi ujung jari luar (balas ke kiri).
Gambar 5. Ragam 4 Tari Ma’latu Kopi Pertemuan 3 Peragaan Tari Ma’latu Kopi
ragam 5-8
Penari melakukan gerak, tangan kanan
memegang bakul di depan bahu tangan kiri di
samping badan sejajar pinggang diayun bersamaan kedua tangan ke depan badan, tangan kanan berada di atas tangan kiri lalu kembali ke samping badan untuk selanjutnya melakukan gerak memetik yang dilakukan atau diulang tiga kali dengan level tinggi, sedang dan rendah. Lalu Kembali melakukan gerak ragam 1 namun melakukannya dengan lebih lembut dan perlahan.
Gambar 6. Ragam 5 Tari Ma’latu Kopi Pertemuan 4 Pendalaman Tari Ma’latu Kopi
dengan iringan musik
Gambar 7. Ragam 6 Tari Ma’latu Kopi
Penari melakukan gerak dari awal hingga terakhir dengan diiringi musik pengiring Tari Ma’latu Kopi untuk mengukur kemampuan
siswi dalam melakukan gerak yang sudah diberikan sebelumnya.
Pertemuan 5 Pendalaman Tari Ma’latu Kopi
dengan wiraga, wirama, dan wirasa
Setelah menghafalkan susunan gerak Tari Ma’latu Kopi peserta di samping melakukan teknik gerak, ketepatan irama dengan gerak yang dilakukan juga menghadirkan rasa gerak/ekspresi dalam menarikan Tari Ma’latu Kopi sehingga gerak yang dilakukan dapat lebih baik dari sebelumnya.
Gambar 8. Latihan di Benteng Somba Opu Pertemuan 6 Tari Ma’latu Kopi dengan pola
lantai kelompok
Di sini peserta melakukan gerak Tari Ma’latu Kopi dengan menggunakan pola lantai yang telah disusun berdasarkan jumlah peserta sehingga dari pola lantai yang dilakukan akan terlihat desain kelompok, bergantian, rampak terlihat juga dari aspek level tinggi, sedang dan rendah sehingga tampaklah dinamika dalam pola lantai kelompok tersebut.
Gambar 9. Latihan Pola Lantai Pertemuan 7 Pemantapan
Pemantapan yang dimaksud adalah peserta/siswi melakukan Tari Ma’latu Kopi secara mandiri tanpa bantuan dari pemateri dan siswi benar-benar menguasai gerak baik dari sisi wiraga, wirama, wirasa dengan pola lantai kelompok meski belum terlihat maksimal
201 namun terlihat adanya perubahan disetiap pertemuan.
Gambar 10. Pendalaman Tari Ma’latu Kopi Pertemuan 8 Pertunjukan
Pertunjukan yang dimaksud adalah siswi melakukan permentasan sebagai hasil akhir dari pelatihan yang dilakukan secara kelompok sebanyak 12 orang dan pertunjukannya dilakukan di Benteng Somba Opu.
Gambar 11. Bersama siswi dan guru Seni
Budaya SMA Negeri 8 Makassar Siswi yang terlibat dalam pelatihan Tari Ma’latu Kopi ini adalah siswi yang selama ini juga terlibat dalam sanggar seni tari SMA Negeri 8 Makassar. Kegiatan pelatihan ini juga adalah kegiatan yang sangat diharapkan oleh siswi SMA Negeri 8 Makassar karena selama ini siswi hanya mendapat tari yang digarap untuk kebutuhan lomba atau festival yang diadakan baik tingkat regular maupun tingkat Nasional, juga tari bentuk yang mereka dapatkan adalah Tari Paduppa sebagai tari penjemputan yang sering di pentaskan saat memjemput tamu yang berkunjung ke sekolah, olehnya kegiatan pelatihan Tari Ma’latu Kopi ini berlangsung dengan lancar dan diharapkan dapat memberi konstribusi bagi peserta atau siswi baik dari sisi pemahaman secara teoritis maupun secara skill yang dapat menambah perbendaharaan tari bentuk kreasi Sulawesi Selatan.
Pada pelaksanaan pelatihan, minat dan partisipasi mitra sangat tinggi, hal ini tergambar dari antusiasme peserta atau siswi dalam setiap pertemuan, yakni peserta/siswi dating lebih cepat dari waktu yang disepakati, siswi juga seringkali meminta penjelasan dan meminta untuk mengulang dan mengulang lagi gerak yang sudah diberikan dan keaktifan siswi dalam setiap pertemuan baik secara individu maupun saat latihan kelompok dalam mengolah pola lantai. Bahkan setiap kali pertemuan siswi seringkali meminta tambahan waktu untuk konsultasi masalah teknik gerak dan ketepatan irama musik dengan gerak yang dilakukan serta tidak jaramg peserta atau siswi bertanya banyak hal seputar materi tari secara umum.
Dalam kegiatan pelatihan ini peserta tidak hanya mendapatkan knowledge (teori dan praktek) tetapi lebih kepada tertanamnya keseriusan dan sinergitas diantara siswa atau peserta. Tingkat keberhasilan secara kuantitas dan kualitas dapat dilihat melalui hasil (video) pertunjukan yang dilakukan diakhir pertemuan baik secara individu maupun secara kelompok. Meski secara keseluruhan pencapaian dari segi wiraga, wirama dan wirasa belum maksimal akan tetapi terlihat adanya peningkatan secara skill selama proses pelatihan berlangsung, dengan demikian melalui latihan dan pendalaman yang maksimal di luar kegiatan pelatihan ini dapat dipastikan akan menghasilkan skill yang lebih terampil dan akan peka dalam wiraga, wirama dan wirasa.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pelatihan Tari Ma’latu Kopi dilaksanakan selama 8 kali pertemuan dalam kurung waktu 2 bulan dengan berlokasi di rumah guru seni budaya SMA Negeri 8 Makassar. Kegiatan pelatihan ini menghasilkan keterampilan dan kemampuan siswi dalam menarikan Tari Ma’latu Kopi baik dengan wiraga, wirama, dan wirasa serta motivasi, apresiasi dan sinergi peserta dalam bekerja sama melalui pola lantai yang ada.
2. Dalam pelaksanaan pelatihan ini dilakukan dengan tatap muka (luring)
202 dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.
3. Hasil pengabdian ini yang sangat dikomulatifkan dalam kegiatan ini adalah terciptanya suatu kegiatan yang bermanfaat bagi peserta sehingga mampu berkonstribusi dalam hal upaya pengembangan materi yang diberikan yaitu mampu menarikan Tari Ma’ Latu Kopi dengan baik serta bisa memahami gerak dasar etnik Toraja.
B. Saran
Perlunya membuka ruang antara guru dan siswa dalam hal pemberian materi tari bentuk daerah lain, serta berharap kegiatan ini tidak berhenti hanya pada etnis Toraja, tetapi dapat melanjutkan pada pelatihan-pelatihan berikutnya berupa pelatihan tari bentuk pada etnis Mandar, etnis Bugis, dan etnis Makassar, serta tidak menutup kemungkinan diadakan pelatihan tari Nusantara.
Kendala dan hambatan yang dihadapi selama kegiatan pelatihan ini berlangsung, terutama dalam sarana dan prasarana menjadi saran bagi mitra, untuk memberikan konstribusi berupa perhatian dalam program-program pelatihan selanjutnya.
V. UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Rektor UNM, Dekan Fakultas Seni dan Desain atas arahan dan bimbingannya selama proses kegiatan pengabdian masyarakat ini berlangsung. Demikian pula ucapan terima kasih disampaikan kepada Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat UNM dan Kepala Sekolah SMA Negeri 8 Makassar yang telah memberi fasilitas, melakukan monitoring dan mengevaluasi kegiatan PKM hingga selesai, serta guru Seni Budaya yang telah membantu kami selama proses pelatihan berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Hidajat, Robby. 2006. Seni Tari Pengetahuan Teori dan Praktik Seni Tari Bagi Guru. Malang: Jurusan Seni dan Desain Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang.
Nurhadi, Sapada, A. 1975. Tari Kreasi Baru Sulawesi Selatan. Sulawesi Selatan: Sarana Panca Karya.
Nadjamuddin, Munasiah. 1982. Tari
Tradisional Sulawesi Selatan.
Sulawesi Selatan
Padalia, A. 2014. Seni Tari. Sulawesi Selatan Rusliana, Iyus, dkk. 1986. Pendidikan Seni
Tari untuk SMTA. Bandung: Angkasa Bandung
Wisnoe Wardhana, R.M. 1990. Pendidikan
Seni Tari Buku Guru Sekolah
Menengah Pertama. 1988/1989:
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan