• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Pencapaian produksi yang optimal dalam usaha budidaya kelapa sawit diperlukan adanya suatu pengelolaan dalam merawat dan menjaga tanaman kelapa sawit agar tumbuh secara normal. Dalam kegiatan magang ini penulis melakukan kegiatan pengelolaan teknis budidaya kelapa sawit di lapangan seperti pengendalian gulma, pemupukan, sensus ulat api, penunasan, leaf sampling unit, pembuatan pasar pikul mekanis, peat leveling, dan pemanenan. Aspek manajerial yang dilakukan penulis untuk dapat mengarahkan penulis mempelajari dan menganalisis pengelolaan sumber daya manusia, material, metode, waktu, dan informasi secara efisien. Berikut adalah aspek teknis dan aspek manajerial yang dilakukan penulis selama kegiatan magang.

Pengendalian Gulma

Gulma adalah tumbuhan pengganggu yang tumbuh di sekitar tanaman dan dapat mengakibatkan terjadinya kompetisi dalam mendapatkan unsur hara dengan tanaman yang dibudidayakan. Kompetisi tersebut dapat mengurangi hasil produksi tanaman. Kegiatan pengendalian gulma dapat mempermudah kegiatan pemeliharaan lainnya, yaitu pemupukan, pengendalian hama penyakit, pengawasan panen, dan pengangkutan tandan buah segar ke tempat penampungan hasil. Metode pengendalian gulma di Teluk Siak Estate dilakukan dengan cara manual dan kimia.

Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan menggunakan parang dan cangkul dodos (cados) untuk membersihkan gulma merambat dan mendongkel gulma berkayu. Kegiatan yang dilakukan penulis adalah melakukan pembongkaran tumbuhan pengganggu di sekitar gawangan dan piringan. Setiap pekerja diwajibkan memenuhi standar kerja yang telah ditetapkan perusahaan, yaitu sebesar 0.5 ha/HK yang dikerjakan mulai pukul 7.00 hingga pukul 14.00 WIB, sedangkan pada hari Jum’at pekerjaan dimulai pada pukul 07.00 hingga pukul 12.00 WIB. Jenis gulma yang perlu dibersihkan meliputi alang-alang (Imperata cylindrica), gulma berkayu yaitu Chromolaena odorata, Melastoma

(2)

kentosan yang perlu dikendalikan. Beberapa jenis paku-pakuan yang terdapat di lahan kelapa sawit adalah pakis kawat (Dicrapnoteris linearis), pakis udang (Stenochlaena palustris), paku kembang (Lygodium flexuosum), Adiantum

tetraphyllum, dan Pteridium esculentum. Rotasi pengendalian gulma cara manual

dilakukan setiap enam bulan pada blok yang sama.

Pengendalian gulma secara kimia di Teluk Siak Estate menggunakan block

spraying system (BSS). Sistem tersebut merupakan penyemprotan gulma dengan

herbisida yang dikerjakan blok per blok dengan sasaran mutu penyemprotan yang lebih baik dan pengawasan yang lebih efektif. Teluk Siak Estate memiliki satu kelompok BSS yang bertugas untuk tiga divisi. Kelompok tersebut dilengkapi dengan satu unit mobil semprot dengan dua tangki air, alat semprot lengkap, dan alat pelindung diri (APD). Kelompok BSS terdiri atas seorang mandor semprot rayon, seorang sopir, seorang kenek, dan anggota semprot. Setiap divisi memperoleh jatah waktu 10 hari setiap bulan untuk melakukan kegiatan penyemprotan di divisinya.

Sistem pengendalian gulma secara kimia terdiri atas kegiatan penyemprotan piringan dan penyemprotan gawangan. Kegiatan penyemprotan harus mempertimbangkan kondisi cuaca karena apabila berpotensi hujan maka kegiatan penyemprotan harus dibatalkan. Hal tersebut untuk menghindari tercucinya herbisida oleh air hujan yang berakibat tidak matinya gulma yang disemprot.

Herbisida yang digunakan untuk penyemprotan piringan adalah Prima Up dan Trap dengan konsentrasi 0.8% dan 0.067 persen. Herbisida Prima Up berbentuk cairan berwarna kuning yang mengandung bahan aktif Glyphosate

isopropylamine 4 persen. Herbisida tersebut berfungsi sebagai pengendali gulma

berdaun sempit yaitu kentosan dan pakis-pakisan. Herbisida Trap dengan bahan aktif Metsulfuron methyl 20% yang berfungsi untuk mengendalikan gulma berdaun lebar, seperti Melastoma malabathricum, Chromolaena odorata,

Borreria alata, Croton hirtus, dan Mikania micrantha. Kedua jenis herbisida

tersebut tergolong herbisida sistemik yang langsung menyerang jaringan tumbuhan sehingga agak lambat terlihat efeknya. Setiap karyawan diharuskan memenuhi prestasi kerja sesuai dengan standar yang telah ditetapkan perusahaan, yaitu sebanyak 8 sprayer (kapasitas 12 liter) atau setara dengan area seluas 2.2 ha.

(3)

Setiap sprayer diaplikasikan untuk 34 pohon tanaman. Kegiatan pengendalian gulma secara kimia dan manual dapat dilihat pada Gambar 1.

(a) Pengendalian Gulma Secara Manual (b) Kegiatan Semprot Gawangan Gambar 1. Pengendalian Gulma Tanaman Kelapa Sawit di Divisi III

Teluk Siak Estate

Penyemprotan piringan bertujuan untuk mengendalikan gulma di piringan agar tidak terjadi kompetisi antara gulma dengan tanaman budidaya dalam pengambilan unsur hara dan air, karena akar tanaman kelapa sawit terkonsentrasi di sekitar piringan tanaman. Selain itu, penyemprotan piringan berguna untuk meningkatkan efisiensi pemupukan dan mempermudah pengutipan brondolan. Terdapat beberapa jenis tumbuhan yang bermanfaat bagi tanaman kelapa sawit sehingga dilarang dikendalikan, seperti Nephrolephis biserrata, Turnera subulata, dan Cassia cobanensis.

Pemupukan

Pemupukan bertujuan untuk menyediakan kebutuhan hara bagi tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik dan mampu berproduksi secara optimal. Setiap unsur hara memiliki peranan masing-masing dan dapat menunjukkan gejala tertentu pada tanaman apabila ketersediaannya dalam tanah sangat kurang. Penyediaan hara dalam tanah melalui pemupukan harus seimbang yang disesuaikan dengan kebutuhan tanaman.

Di Divisi III Teluk Siak Estate jenis pupuk yang diaplikasikan terdiri atas pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik yang diaplikasikan berupa janjang kosong (JJK) yang merupakan salah satu limbah padat dari pengolahan TBS kelapa sawit di Teluk Siak Factory. Janjang kosong (JJK) mempunyai bobot 23%

(4)

dari bobot tandan buah segar kelapa sawit sehingga dalam satu ton TBS bisa menghasilkan JJK sebanyak 230 kg. Dalam 1 ton JJK mengandung sejumlah hara yang setara dengan 5 kg Urea, 1 kg Triple Super Phosphate (TSP), 16 kg Muriate

of Photash (MOP), dan 4 kg Kieserite. Pengaplikasian janjang kosong harus

mengikuti prosedur operasional yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Limbah JJK diangkut menggunakan dump truck dari pabrik menuju lahan aplikasi dan ditumpuk pada pohon kedua dari jalan. Tumpukan JJK selanjutnya disebar menggunakan angkong di setiap empat pohon pada gawangan mati sebanyak satu lapisan. Dalam satu lapisan harus terdapat satu ton JJK. Setiap karyawan diharuskan memenuhi standar prestasi kerja sebanyak 7 ton janjang kosong/HK. Pengaplikasian JJK ini diharapkan mampu memperbaiki struktur tanah, mengurangi run off air hujan, dan mencegah erosi tanah.

Kegiatan pemupukan anorganik di Teluk Siak Estate menggunakan sistem pemupukan block manuring system (BMS). Metode BMS merupakan sistem pemupukan yang dikerjakan blok per blok dengan sasaran mutu pemupukan yang lebih baik, supervisi lebih fokus dan produktivitas yang lebih tinggi. Di Teluk Siak Estate tidak menerapkan metode untilan dalam aplikasi pemupukan dengan alasan biaya yang tidak efisien. Penerapan pemupukan tanpa untilan memerlukan taksiran ketepatan dari seorang mandor dalam menentukan jumlah karung pupuk yang dibutuhkan di setiap pasar pikul. Kondisi blok yang berteras kadang-kadang menjadi kendala dalam mendistribusikan pupuk agar tepat dosis.

Organisasi pemupukan meliputi pengangkut pupuk, pelangsir pupuk dan penabur pupuk. Dalam kegiatan pengangkutan pupuk dibutuhkan tenaga sebanyak empat orang dengan premi Rp 6 000,00/ton.

Kegiatan pengangkutan pupuk diawasi oleh mandor pupuk yang memberi petunjuk jumlah karung pupuk yang dibutuhkan dan tempat peletakan karung pupuk di setiap lahan yang akan dipupuk. Setiap karung pupuk diletakkan di gawangan yang ada pasar pikulnya. Seorang mandor pupuk dibantu oleh dua orang kenek yang bertugas menaikkan dan menurunkan karung pupuk di tempat yang telah ditentukan oleh mandor. Selain itu, mandor juga dibantu seorang pelangsir pupuk yang bertugas membawa pupuk menuju pasar tengah apabila truk angkutan tidak dapat memasuki pasar tengah.

(5)

Penaburan pupuk di Teluk Siak Estate menggunakan sistem setengah lingkaran yang ditebar di tepi piringan atau di bawah potongan pelepah. Pemupukan dengan bentuk setengah lingkaran di tepi piringan dilakukan karena akar sudah menyebar di pinggir piringan. Kondisi lahan yang tanamannya akan dipupuk harus tidak tergenang dan tidak ada gulma yang tumbuh di piringan.

Setiap penabur pupuk harus menggunakan sarung tangan dan takaran untuk menghindari kontak langsung bahan kimia yang terkandung dalam pupuk dengan kulit. Jangka waktu antara pemupukan satu dengan yang lainnya dalam satu blok minimal tiga minggu. Kegiatan pemupukan tidak boleh bersamaan dengan kegiatan panen dalam satu blok yang sama untuk menghindari kontaminasi tandan buah segar. Jarak waktu antara panen dan pemupukan dalam satu blok sekitar tiga hari setelah pemupukan. Prestasi kerja karyawan pemupuk minimal 450 kg. Mandor pemupukan bertanggung jawab dalam membagi jumlah pupuk kepada setiap karyawan. Pekerjaan pemupukan di Divisi III Teluk Siak Estate dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Pemupukan Manual Muriate of Photash (MOP) dengan Metode Setengah Lingkaran di Divisi III Teluk Siak Estate

Dosis pupuk yang diaplikasikan di Divisi III Teluk Siak Estate disesuaikan dengan rekomendasi dari Minamas Reseacrh Centre (MRC). Pada tahun 2011-2012 aplikasi pupuk Urea dan Muriate of Photash (MOP) dilakukan sebanyak 2 kali/tahun, sedangkan aplikasi pupuk Rock Phosphate (RP), Kieserite, HGFB, CuSO4, ZnSO4, dan Dolomite yang diaplikasikan satu kali dalam setahun. Dosis pupuk yang diaplikasikan di Divisi III Teluk Siak Estate dapat dilihat pada Tabel 6.

(6)

Tabel 6. Rekomendasi Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit di Divisi III Teluk Siak Esate

TT Apl Urea RP MOP Kieserite HGFB CuSO4 ZnSO4 Dolomite ...(kg/pohon/apl)... 1996 1 1 1.56 1.5 0.77 0.1 0.035 0.033 0.7 2 1 0 1.25 0 0 0 0 0 1997 1 1.02 1.43 1.5 1.75 0.1 0.009 0.009 0 2 1 0 1.27 0 0 0 0 0 1998 1 1.25 1.54 1.5 1.37 0.1 0.17 0.102 0.27 2 1 0 1.5 0 0 0 0 0 1999 1 1.15 1.6 1.5 0 0.1 0.06 0.06 1.25 2 1 0 1.4 0 0 0 0 0 2000 1 1 1 1.5 0 0.1 0.14 0.14 1.25 2 1 0 1.25 0 0 0 0 0 2001 1 1.15 1.59 1.5 0.77 0.12 0.143 0.099 0.7 2 1 0 1.4 0 0 0 0 0 2003 1 1.25 1 1.5 0 0.11 0.087 0.087 1.25 2 1 0 1.4 0 0 0 0 0 2004 1 1.25 1.94 1.5 0 0.12 0.141 0.234 1.25 2 1 0 1.5 0 0 0 0 0

Sumber: Minamas Reseacrh Centre (2012) Keterangan : TT = Tahun Tanam ; Apl = Aplikasi

Pupuk Urea, MOP, Kieserite, Dolomite dan RP merupakan jenis pupuk makro yang dibutuhkan dalam jumlah yang banyak. Sedangkan pupuk HGFB, CuSO4, dan ZnSO4 merupakan jenis pupuk mikro yang dibutuhkan dalam jumlah

sedikit. Fungsi dan kandungan setiap pupuk dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Fungsi Pupuk terhadap Tanaman Kelapa Sawit

Pupuk Kandungan % Fungsi

Urea N 45-46 Pertumbuhan vegetatif batang

dan daun.

RP P2O5 29.73 Mempercepat pertumbuhan akar.

MOP K2O 60 Memperkokoh organ tanaman.

Kieserite Mg 27 Pembentukan bunga dan buah

HGFB B 46-47 Pembentukan bunga dan buah

CuSO4 Cu Berperan dalam pembentukan

klorofil

ZnSO4 Zn Berperan dalam pembentukan

klorofil

Dolomite Mg 18-22 Unsur pembentuk klorofil

(7)

Sensus Ulat Api

Salah satu tantangan dalam kegiatan budidaya tanaman adalah serangan hama dan penyakit yang dapat menimbulkan kerugian sesuai pada tingkat serangannya. Pencegahan dan pengendalian hama penyakit perlu dilakukan secara rutin agar dapat dilakukan penanganan lebih lanjut bila ditemukan serangan pada tingkat tertentu. Tindakan pengamatan rutin akan menyebabkan kenaikan biaya upah, tetapi pada akhirnya tindakan tersebut memungkinkan untuk menghemat biaya pengendalian dan mempertahankan produksi.

Kegiatan pencegahan serangan ulat api di Teluk Siak Estate dilakukan dengan sensus ulat api untuk mengukur tingkat serangan di blok tertentu. Ulat api adalah jenis hama yang dapat menyebabkan terjadinya defoliasi atau kehilangan daun tanaman yang dapat berdampak terhadap penurunan produksi kelapa sawit. Spesies ulat api yang ditemukan penulis pada 32 sampel pohon yang diperoleh diantaranya seekor Darna trima dan dua ekor Thosea vetusta. Spesies Darna

trima memiliki ciri berwarna coklat muda, sedangkan Thosea vetusta memliki ciri

tubuh berwarna hijau keputih-putihan.

Pengambilan pohon sampel pada sensus ulat api adalah dengan cara interval 10 baris tanaman (1,11,21,...,n). Dalam baris tanaman diambil pohon dengan interval 10 tanaman (1,11,21,...,n). Kegiatan sensus tersebut menggunakan tiga tenaga kerja, yaitu satu orang sebagai pemotong pelepah dan dua orang sebagai pencari dan pencatat jumlah ulat dan kepompong. Pelepah yang diambil adalah pelepah yang paling parah terserang ulat api. Apabila dalam satu pelepah ditemukan jumlah ulat api lebih dari 50 ekor, maka perhitungan dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:

a. Jika jumlah ulat/larva diperkirakan 50 ekor/pelepah, maka perhitungan langsung dilakukan pada satu pelepah.

b. Jika jumlah ulat/larva diperkirakan 50-100 ekor/pelepah, maka perhitungan hanya dilakukan pada satu sisi pelepah saja lalu hasilnya dikalikan dua.

c. Jika jumlah ulat/larva diperkirangan lebih dari 100 ekor/pelepah, maka perhitungan dilakukan pada anak daunnya dengan selang 10 daun dan hasilnya dikalikan 10.

(8)

Hasil sensus ulat api yang dilakukan penulis hanya ditemukan tiga ulat api pada 32 pohon sampel. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat serangan ulat api tidak mencapai batas kritis ringan, yaitu sebesar 1-20 ekor/pelepah untuk Darna

trima dan 1-10 ekor/pelepah untuk Thosea vetusta. Dampak serangan ulat api

dapat menurunkan produksi kelapa sawit sesuai tingkat serangannya yang tertera pada Tabel 8.

Tabel 8. Penurunan Produksi Berdasarkan Tingkat Serangan Ulat Api

Defoliasi Penurunan Produksi

Tahun I Tahun II ...(%)... 100 70 93 50 40 78 25 8 29 12 5 11

Sumber: Kantor Besar Teluk Siak Estate (2012)

Pengendalian ulat api dapat dilakukan secara biologi dan kimia. Secara biologi, ulat api dapat dikendalikan dengan cara memberikan agen biologi seperti cendawan Cordyceps agar dapat menginfeksi ulat api. Selain itu, predator alami ulat api seperti Sycanus sp dan Eocanthecona furcellata dapat diaplikasikan untuk mengendalikan ulat api. Di Divisi III Teluk Siak Estate dilakukan penanaman

beneficial plant yang bermanfaat sebagai tempat inang predator ulat api. Jenis

tanaman beneficial plant yang dibudidayakan di Teluk Siak Estate yaitu ada

Turnera subulata, Antigonon leptopus, dan Cassia cobanensis. Tanaman tersebut

dapat memberikan cadangan makanan dalam bentuk nektar kepada predator alami ulat api. Beneficial plant yang ditanam dapat dilihat pada Gambar 3.

Cassia cobanensis (kiri), Turnera subulata (tengah), Antigonon leptopus (kanan).

Gambar 3. Beneficial Plant yang ditanam di Teluk Siak Estate

Secara kimia, pengendalian ulat api dilakukan dengan cara pengasapan atau

(9)

Deltamethrin 25 g/l. Konsentrasi larutan yang digunakan adalah 0.1% yang

dilarutkan pada bahan bakar solar untuk menghasilkan asap. Setiap tim fogging terdiri atas empat orang yang bertugas pada malam hari. Pemilihan waktu malam hari dengan pertimbangan keadaan angin yang tenang sehingga asap dapat optimal penyebarannya. Selama penulis melakukan magang, kegiatan fogging tidak dilakukan di Divisi III karena tingkat serangan yang masih di bawah batas kritis yang merugikan.

Leaf Sampling Unit

Leaf sampling unit (LSU) adalah pengambilan contoh daun untuk dianalisis

guna menentukan jenis dan dosis rekomendasi pupuk secara tepat selama satu tahun ke depan. Pengambilan contoh daun dilakukan satu tahun sekali pada bulan Maret 2012. Pengambilan contoh daun dilakukan mulai pukul 07.00 hingga pukul 12.00 WIB. Daun contoh yang diperoleh harus segera dikirim ke Minamas

Research Centre (MRC) pada hari itu juga sebelum pukul 16.00 WIB. Apabila

pada pagi hari terjadi hujan, maka kegiatan LSU ditunda sampai besok. Curah hujan < 20 mm atau dalam keadaan gerimis kegiatan LSU masih bisa dilakukan apabila jangka waktu pengumpulan sampel sudah mendesak. Di blok yang akan dilakukan LSU minimal tidak hujan selama 12 jam sebelumnya. Setiap divisi mempunyai 3-4 tim LSU yang setiap timnya terdiri atas 3 orang.

Pengambilan contoh daun tidak boleh dilakukan asal-asalan karena akan mempengaruhi hasil analisis. Baris dan pohon yang dipilih disesuaikan dengan sistem yang ditentukan oleh MRC. Contoh pengambilan daun dengan menggunakan sistem 10 x 7 = 30, artinya baris sampel ditentukan setiap selang tujuh baris tanaman dan tanaman sampel dalam baris ditentukan setiap selang 10 tanaman. Jumlah sampel dalam satu blok berjumlah 30 tanaman. Pelepah pada pohon yang dijadikan sampel adalah pelepah ke 17. Pelepah dipotong pada batas 1 m dari pangkal. Setelah pelepah diturunkan, dicari titik paku sebagai penanda bagian tengah pelepah. Titik paku ditandai dengan permukaan tulang pelepah atas yang meruncing atau membenjol. Apabila titik tengah pelepah sudah ditemukan, daun dipotong tiga bagian pada bagian kiri dan kanan. Proses pemotongan anak daun dapat dilihat pada Gambar 4. Daun yang nantinya dijadikan sampel adalah

(10)

bagian tengah dari keenam anak daun dengan panjang 20 cm. Potongan daun tersebut selanjutnya dibagi dua bagian. Daun bagian kanan dimasukkan ke dalam plastik putih dan bagian kiri dimasukkan ke dalam plastik hitam. Ada beberapa persyaratan dalam memilih pohon sampel, yaitu:

a. Pohon yang berada di pinggir jalan, bergeser dua pohon berlawanan jalan. b. Pohon yang bersebelahan parit alam dan bangunan, bergeser satu pohon. c. Pohon steril/terserang penyakit bergeser satu pohon.

d. Pohon abnormal bergeser satu pohon.

e. Pohon titik sampel harus sesuai mata lima (kecuali terasan).

Gambar 4. Pengambilan Sampel Daun Leaf Sampling Unit

Penandaan dan penomoran adalah syarat yang tidak boleh terlewatkan agar mempermudah pengecekan oleh tim supervisi. Petugas yang berperan memberikan tanda tidak diperbolehkan menyentuh sampel daun agar sampel tidak terkontaminasi oleh cat. Tanda untuk kegiatan LSU terdapat pada Tabel 9.

Tabel 9. Simbol Penandaan Kegiatan Leaf Sampling Unit

Tanda Keterangan

↑ =

Tanda masuk baris pertama

↑ Tanda masuk baris

→ Tanda pindah baris sesuai arah pindahnya ↓

=

Tanda baris penutup 1

=

Nomor awal titik sampel N

=

Nomor titik sampel selanjutnya (n=2,3,...,n) 30

=

Nomor titik sampel terakhir

(11)

Blok yang akan dilakukan LSU diberi tanda pada pohon di titik pertemuan barat dan selatan. Titik sampel pertama adalah pohon yang terletak pada baris ketiga dan pohon ketiga dalam barisan. Baris yang menjadi baris sampel diberi tanda panah dengan arah ke atas dan ketika bergeser ke baris berikutnya diberi tanda panah ke samping pada pohon terakhir dalam baris. Di baris terakhir diberi tanda penutup dengan tanda panah ke arah bawah. Pada pohon sampel diberi penomoran sesuai nomor urut pengamatan.

Penunasan

Penunasan adalah salah satu kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa sawit dengan membuang pelepah tidak produktif sehingga pelepah produktif lebih optimal untuk menghasilkan produksi yang maksimal. Hasil fotosintesis dari jumlah pelepah produktif menjadi sumber dalam pembentukan minyak kelapa sawit. Penunasan bertujuan untuk memudahkan pekerjaan pemotongan tandan buah segar (TBS), menghindari tersangkutnya brondolan di ketiak pelepah, mempermudah dalam pengamatan buah ketika sensus produksi, dan menciptakan lingkungan yang tidak sesuai dengan perkembangan hama dan penyakit. Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam melakukan penunasan adalah jangan sampai terjadi penunasan pelepah yang berlebihan (over prunning) atau penunasan pelepah yang terlambat (under prunning). Over prunning adalah terbuangnya pelepah produktif secara berlebihan yang akan mengakibatkan penurunan produksi karena berkurangnya areal fotosintesis.

Jenis-jenis penunasan kelapa sawit meliputi penunasan pasir, penunasan selektif, penunasan periodik, dan penunasan progresif. Penunasan pasir dilakukan selama masa TBM hingga enam bulan sebelum panen pertama. Prinsip penunasan pasir adalah hanya membuang pelepah yang kering. Penunasan selektif dilakukan pada tanaman yang berumur 3-4 tahun (TM) dengan tujuan mempersiapkan tanaman untuk dipanen. Suatu blok tanaman dapat ditunas secara selektif apabila sudah terdapat tandan buah minimal 40% dari populasi tanaman pada blok. Jumlah pelepah yang dipertahankan sebanyak 56 pelepah. Batas tunas yang digunakan adalah tiga pelepah di bawah buah terendah atau yang dikenal dengan sebutan songgo tiga. Tanaman yang telah memasuki umur lebih dari empat tahun

(12)

maka dilakukan tunas periodik dengan rotasi sembilan bulan sekali. Jumlah songgo yang dipertahankan sebanyak tiga pelepah di bawah buah terendah.

Di Teluk Siak Estate telah memasuki jenis penunasan progresif. Jenis penunasan tersebut dilakukan secara bersamaan dengan pemanenan tandan buah segar kelapa sawit. Perubahan penunasan periodik menjadi penunasan progresif bertujuan untuk mengintegrasikan pelaksanaan panen dengan menggunakan blok

harvesting system dengan pemeliharaan tunas pohon oleh pemanen itu sendiri.

Penambahan tugas bagi tenaga pemanen akan diberikan premi sebesar Rp 900,00/pohon yang akan dibagikan empat bulan sekali dalam setahun. Mandor panen bertanggung jawab terhadap jumlah tanaman yang telah ditunas oleh pemanen. Administrasi penunasan dicatat dalam formulir pembayaran premi tunas progresif. Hasil pengamatan penulis terhadap mutu penunasan di Divisi III Teluk Siak Estate tercantum dalam Tabel 10.

Tabel 10. Persentase Hasil Pengamatan Mutu Penunasan Kemandoran No. Pemanen Pelepah

Sengkleh Over Prunning Under Prunning ...(%)... I 5 0 0 0 11 1 0 1 8 1 4 0 II 27 3 1 3 31 2 1 5 32 1 0 1 III 51 3 2 1 52 1 0 4 50 2 1 4 Rata-rata (%) 1.6 1 2.1

Sumber: Pengamatan Penulis (2012)

Hasil pengamatan mutu penunasan tersebut diambil dari 100 tanaman contoh pada setiap hancak pemanen. Setiap kemandoran panen dipilih tiga orang pemanen secara acak. Hasil pengamatan menunjukkan masih terdapat beberapa pelepah sengkleh, over prunning, dan under prunning. Sebagian besar, pelepah sengkleh dan under prunning terdapat pada lahan gambut yang masih terdapat banyak gulma sehingga mempersulit pemanen dalam melakukan penunasan progresif. Denda akan diberikan terhadap pemanen sejumlah Rp. 1 000,00/pohon

(13)

untuk tanaman yang over prunning dan under prunning dan Rp. 1 000,00/pelepah untuk pelepah sengkleh. Pengoptimalan kegiatan pengendalian gulma perlu dilakukan sehingga pengawasan terhadap pemanen dapat lebih optimal.

Pembuatan Pasar Pikul Mekanis

Akses jalan menjadi salah satu faktor penting dalam kegiatan pemanenan kelapa sawit. Pasar pikul atau gawangan hidup merupakan salah satu jalan untuk memindahkan TBS yang sudah dipanen menuju tempat penampungan hasil. Kondisi jalan pun perlu dibuat sebaik mungkin agar memudahkan pemanen dan pengawasan oleh supervisi.

Di Teluk Siak Estate pasar pikul di beberapa blok tanah gambut dibuat secara mekanis. Pembuatan pasar pikul tersebut untuk mengatasi permasalahan lahan gambut yang bertekstur lunak bersemak-semak dan terdapat banyak kayu. Alat yang digunakan untuk membuat pasar pikul mekanis adalah excavator mini (Hyundai 55-7) untuk meminimalkan tingkat kerusakan yang bisa ditimbulkan. Excavator tersebut dijalankan oleh seorang operator dan diawasi oleh seorang mandor. Permukaan pasar pikul ditinggikan dengan cara menimbun tanah yang diambil di antara pohon kelapa sawit. Lubang bekas galian tersebut nantinya akan menjadi silt pit yang berfungsi sebagai tempat cadangan air. Tanaman sawit yang doyong pun dilakukan mounding atau penimbunan tanah di sekitar piringan. Ukuran pasar pikul dibuat dengan tinggi 60-70 cm, lebar bagian bawah 1.5 m dan lebar bagian atas 1 m. Proses pembuatan pasar pikul secara mekanis dapat dilihat pada Gambar 5. Dalam satu hari, exavator mini dapat beroperasi selama sembilan jam mulai dari jam 07.00 hingga pukul 17.00 dengan waktu istirahat satu jam. Kebutuhan bahan bakar dalam satu hari sekitar 60 liter solar bergantung pada beratnya lahan. Prestasi kerja excavator dihitung dari panjang jalan yang telah dibuat dibagi dengan pemakaian hour meter (HM). Hasil tersebut akan menentukan jumlah biaya yang dibutuhkan. Perhitungan prestasi kerja pembuatan pasar pikul mekanis berdasarkan pengamatan penulis ketika melakukan magang adalah sebagai berikut:

Pemakaian HM: 1 154.6-1 149 = 5 HM. Jam pengamatan: 07.00-12.00 = 5 jam.

(14)

Prestasi kerja: 100 m/5 HM = 20 m/HM.

Cost/Unit/Meter: (240 000×5 jam)/100 meter = Rp. 12 000,00/m.

Gambar 5. Proses Pembuatan Pasar Pikul Mekanis

Peat Leveling

Peat leveling merupakan kegiatan mengukur kedalaman dan kematangan

tanah gambut menggunakan alat bor gambut. Kegiatan tersebut dilakukan oleh karyawan dan staf dari Minamas Research Centre dan didampingi oleh seorang asisten divisi. Alat-alat yang dibutuhkan untuk peat leveling, meliputi global

positioning system (GPS), bor gambut, tojok, kunci pas, meteran, dan spatula.

Pelaksanaan peat leveling dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Proses Pengeboran Gambut pada Kegiatan Peat leveling di Divisi III Teluk Siak Estate

Tahap awal yang dilakukan adalah menentukan lokasi pengambilan sampel menggunakan GPS. Pemilihan lokasi harus jauh sekitar 20 m dari lokasi tanah mineral. Apabila telah ditentukan lokasinya, maka dicari titik pengeborannya menggunakan tojok. Titik pengeboran yang dituju adalah titik yang tidak ada tunggul atau kayu di dalam tanah gambut sehingga memudahkan dalam melakukan pengeboran. Setelah ditemukan titik pengeboran, maka bor gambut

(15)

langsung ditancapkan hingga diketahui perbatasan antara tanah gambut dan mineralnya. Perbatasan antara tanah gambut dan mineral ditandai dengan perbedaan warna tanah yang didapatkan pada ujung bor gambut. Tanah mineral berwarna putih abu-abu, sedangkan tanah gambut berwarna hitam kecoklatan. Warna putih abu-abu pada tanah mineral dapat disebabkan oleh rendahnya unsur hara yang dikandung.

Identifikasi lain yang dilakukan selain kedalaman gambut adalah tingkat kematangan gambut dan tekstur tanah mineralnya. Tingkat kematangan gambut di Divisi III Teluk Siak Estate, yaitu hemik (gambut setengah lapuk, sebagian bahan asalnya masih bisa dikenali, berwarma coklat, dan bila diremas bahan seratnya 15–75%) hingga saprik (gambut yang sudah melapuk lanjut dan bahan asalnya tidak dikenali, berwarna coklat tua sampai hitam, dan bila diremas kandungan seratnya < 15%). Tekstur tanah mineral yang diperoleh berupa liat berpasir dan lempung liat berpasir.

Pemanenan Kelapa Sawit

Panen merupakan kegiatan terpenting dalam budidaya kelapa sawit karena menyangkut produksi dan keuntungan yang akan diperoleh. Hal tersebut menjadi ukuran keberhasilan perkebunan kelapa sawit dalam mengelola tanaman budidayanya dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan sekitar. Kegiatan panen dimulai dari pemotongan TBS dari pohon hingga pengangkutannya menuju pabrik pengolahan. Urutan kegiatan panen adalah pemotongan tandan buah segar yang matang, pengutipan brondolan, pemotongan pelepah, pengangkutan hasil ke tempat penampungan hasil, dan pengangkutan tandan buah segar ke pabrik. Keberhasilan dari kegiatan panen tidak lepas dari perencanaan panen yang baik, meliputi persiapan panen, ketersediaan tenaga pemanen, sarana dan prasarana yang baik, dan sistem pengawasan yang optimal.

Salah satu kendala ketika produksi tidak mencapai target pada curah hujan tinggi adalah kondisi areal yang rawan terkena banjir. Areal yang tergenang di Divisi III Teluk Siak Estate mulai bulan November 2011 hingga Maret 2012 dapat dilihat pada Tabel 11.

(16)

Tabel 11. Luas Areal Kebun Kelapa Sawit yang Tergenang di Divisi III

Bulan Blok Ketinggian Air

(cm) Lama Tergenang (hari) November H018 23 17 H019 24 16 H020 30 23 I020 24 16 J022 25 24 J023 27 30 Desember H020 50 31 I021 50 31 J023 50 31 Januari - 0 0 Februari - 0 0 Maret H020 20 14 J023 20 14

Sumber: Kantor Besar Teluk Siak Estate (2012)

Faktor lain yang mempengaruhi dalam pencapaian target produksi adalah sistem pengawasan seorang mandor agar pemanen dapat memanen seluruh TBS matang dan mengutip brondolan dengan bersih sehingga budget produksi dapat diperoleh. Pengawasan mandor terhadap pemanen dari dilihat pada Gambar 7 berikut.

Gambar 7. Proses Pengawasan Panen TBS di Divisi III Teluk Siak Estate

Sistem Panen

Sistem panen yang diterapkan di Teluk Siak Estate adalah block harvesting

system, yaitu sistem panen yang penyelesaian panennya dilakukan pada satu seksi

per hari kerja berdasarkan interval yang telah ditentukan. Sistem tersebut didukung dengan metode hancak tetap dalam aplikasi pemanenannya sehingga setiap hari para pemanen sudah memiliki hancaknya masing-masing. Pemanenan

(17)

sistem tersebut memudahkan kegiatan supervisi dan menekan terjadinya buah tinggal yang bisa merugikan perusahaan. Tenaga kerja pemanen di Teluk Siak Estate menggunakan sistem non DOL (Division of Labour), yang artinya pemanen melakukan pekerjaan pemotongan TBS sekaligus melakukan pengutipan brondolan. Hal tersebut dinilai lebih efisien dan lebih optimal dalam penggunaan tenaga kerja.

Persiapan Panen

Beberapa persiapan panen yang harus dilakukan ketika memasuki periode TM meliputi penetapan seksi panen, penetapan luas hancak kerja per kemandoran, dan penetapan luas hancak kerja pemanen serta penyediaan alat-alat panen. Penetapan luas hancak tersebut selanjutnya akan berkaitan dengan penyediaan tenaga kerja dan alat-alat panen. Setiap hari sebelum pemanen melakukan kegiatan pemotongan TBS, mandor panen perlu melakukan persiapan juga, seperti mengabsen seluruh tenaga pemanen, memeriksa seluruh kelengkapan peralatan pemanen beserta alat pelindung dirinya, dan menyiapkan kebutuhan transportasi guna pengangkutan tandan buah segar. Kebutuhan tenaga pemanen pun perlu disesuaikan dengan taksasi panen harian sehingga dapat mengoptimalkan dalam penggunaan tenaga pemanen. Hasil pengamatan kebutuhan pemanen harian disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Hasil Pengamatan Kebutuhan Tenaga Pemanen Harian di Divisi III Teluk Siak Estate

Tanggal Pengamatan Luas Areal Panen AKP BJR Taksasi Produksi Tenaga Kerja Aktual Tenaga Kerja Perhitungan (ha) (%) (kg) (kg) (orang) (orang)

26/03/2012 163.29 15 14.7 49 966 41 38 27/03/2012 176.30 13 14.5 45 196 42 35 28/03/2012 151.40 14 14.5 41 800 41 32 29/03/2012 163.05 14 13.3 41 289 41 32 30/03/2012 171.91 14 13.3 43 533 41 33 31/03/2012 184.29 14 14.0 43 610 43 34

Keterangan : AKP = Angka Kerapatan Panen ; BJR = Berat Janjang Rata-rata Sumber : Pengamatan Penulis (2012)

Hal lain yang mempengaruhi penyelesaian panen dari satu seksi per hari adalah kehadiran pemanen. Hampir setiap hari terdapat beberapa pemanen yang

(18)

tidak masuk kerja karena cuti, sakit, dan mangkir. Kekurangan tenaga pemanen tersebut dapat mengakibatkan tertinggalnya hancak panen dan meningkatkan interval panen.

Seksi Panen

Seksi panen adalah areal panen yang merupakan pengelompokan blok-blok areal tanaman menghasilkan dengan luas tertentu sebagai areal kerja panen yang harus diselesaikan tenaga pemanen setiap hari. Di Divisi III Teluk Siak Estate terdapat enam seksi panen dengan luas areal yang berbeda. Total luas areal kebun di Divisi III 934.57 ha yang dibagi menjadi enam seksi dengan perhitungan sebagai berikut:

Luas areal produksi per seksi per rotasi panen (ha/seksi/rotasi) Luas rata-rata per seksi : .

Luas rata-rata per 5 jam kerja : Koefisien penambah luas areal : Luas rata-rata seksi panen hari biasa : 155.76 + 7.42 ha = 163.18 ha Luas rata-rata seksi panen hari Jum’at : 111.26 ha + 7.42 ha = 118.68 ha. Luas areal yang telah dihitung terdapat perbedaan dengan realisasi di lapangan. Luas seksi panen setiap hari berbeda yang dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Luas Seksi Panen di Divisi III Teluk Siak Estate pada Bulan Februari – Mei 2012.

Seksi Panen Luas Seksi Aktual Luas Seksi Berdasarkan Perhitungan ...(ha)... A 164.05 163.18 B 146.64 163.18 C 154.73 163.18 D 157.37 163.18 E 144.38 118.68 F 167.61 163.18

Sumber: Kantor Besar Teluk Siak Estate (2012)

Perbedaan luas seksi panen antara realisasi lapangan dengan perhitungan disebabkan oleh perbedaan topografi dan mempertimbangkan posisi blok terhadap blok lainnya agar pengerjaan panen dapat dilakukan lebih sistematis. Pelaksanaan

(19)

panen pada hari Jum’at dilakukan hanya sekitar lima jam sesuai kebijakan perusahaan, walaupun pada kenyataannya tidak ada perbedaan antara luas areal panen hari biasa dengan hari Jum’at. Perbedaan hanya terdapat pada basis borong yang harus diperoleh pemanen.

Pelaksanaan Panen

Pelaksanaan panen di Divisi III Teluk Siak Estate diawali dengan apel pagi yang dipimpin oleh asisten yang disebut lingkaran pagi dimulai pukul 05.30 WIB. Dalam apel tersebut dibahas kegiatan pemeliharaan dan pemanenan yang akan dilakukan di blok-blok serta pembacaan taksasi panen hari tersebut. Pada pukul 06.00 WIB apel dengan asisten selesai dan dilanjutkan dengan apel karyawan SKU-H yang dipimpin oleh mandor. Pelaksanaan panen oleh pemanen dilakukan mulai pukul 07.00 WIB dengan waktu istirahat pukul 11.00 WIB selama 30 menit. Bersamaan dengan kegiatan panen, dilakukan juga kegiatan perawatan jalan agar akses pengangkutan hasil panen dapat berjalan normal.

Kriteria Matang Panen

Tandan buah segar yang berkualitas dari kebun adalah TBS yang telah memenuhi kriteria matang sempurna. Kriteria matang panen menjadi parameter dalam menentukan tingkat kematangan buah sehingga dapat diketahui kelayakan buah tersebut untuk dipanen. Tandan buah sawit yang telah matang dan layak panen ditandai dengan membrondolnya buah sawit di piringan selain perubahan warna pada kulit buah sesuai dengan tipe buah yang di tanam. Di Teluk Siak Estate, buah yang telah matang ditandai dengan jatuhnya brondolan di piringan minimal 10 buah. Selain brondolan yang terdapat di piringan, pemanen juga perlu melakukan pengamatan lebih rinci terhadap buah yang dicurigai telah matang tetapi tidak membrondol. Penggolongan kematangan buah segar di Teluk Siak Estate dapat dilihat pada Tabel 14.

(20)

Tabel 14. Kriteria Mutu Buah di Teluk Siak Estate Kriteria Mutu TBS Target Minimum Tandan (%) Keterangan

Buah Mentah (Unripe) 0 Brondolan < 5 buah di piringan. Buah Kurang Matang

(Under Ripe) < 5

Brondolan < 10 buah di piringan.

Buah Matang (Ripe) > 95 Brondolan ≥ 10 buah di piringan.

Janjang Kosong (Empty

Bunch)

Brondolan lebih dari 95% dan permukaan potongan gagangnya belum berwarna kecoklatan. 0

Sumber: Kantor Besar Teluk Siak Estate (2012)

Di lapangan ditemukan buah sakit yang ditandai dengan buah yang membusuk di bagian pangkalnya. Buah sakit tersebut diakibatkan oleh infeksi jamur sehingga mudah terlepas dari tandan. Variasi panjang duri dari TBS yang ditemukan disebabkan oleh keragaman varietas tanaman. Buah abnormal lain yang ditemukan adalah buah batu. Ciri visual yang dimiliki buah batu adalah retak-retak pada bagian atas buah. Dalam keadaan matang buah batu akan sulit untuk membrondol. Beberapa karakter TBS yang ditemukan disajikan pada Gambar 8. Buah yang dikategorikan mentah ketika dilakukan pemeriksaan di tempat penampungan hasil harus dibelah menjadi empat bagian dan langsung didendakan kepada pemanen sebesar Rp 10 000,00.

Buah Landak (kiri), Buah Batu (tengah), Buah Sakit (kanan) Gambar 8. Beberapa Karakter TBS di Divisi III Teluk Siak Estate

Penulis melakukan pengamatan mutu buah dari tiga pemanen yang dipilih secara acak di setiap kemandoran. Hasil pengamatan mutu buah diperoleh bahwa buah matang (ripe) yang didapatkan sudah memenuhi standar perusahaan dan tidak ada buah mentah (unripe) ketika dilakukan pengamatan. Hasil pengamatan mutu buah selengkapnya tercantum pada Tabel 15.

(21)

Tabel 15. Pengamatan Mutu Buah Pemanen

Kemandoran No.

Pemanen

Mutu Buah

Unripe Under Ripe Ripe Empty Bunch

...(tandan)... I 11 0 2 75 0 5 0 7 155 0 10 0 3 65 0 II 25 0 2 70 0 34 0 4 50 0 37 0 2 43 0 III 40 0 3 41 0 51 0 1 45 0 52 0 1 53 0 Total Buah 265 0 25 240 0 Persentase Total (%) 0 4.02 95.98 0 Standar Perusahaan (%) 0 < 5 > 95 0

Sumber: Pengamatan Penulis (2012)

Pemeriksaan kandungan oil extraction rate (OER), free fatty acid (FFA), dan kernel extraction rate (KER) dilakukan di Teluk Siak Factory. Kegiatan tersebut dinamakan sounding, yaitu mengukur kedalaman minyak yang dihasilkan pada tangki penyimpanan. Selain mengukur kedalaman minyak, kegiatan tersebut juga untuk mengukur mutu produksi yang dihasilkan oleh pabrik. Hasil pemeriksaan mutu produksi yang diperoleh tanggal 20 Maret 2012 dari kegiatan

sounding yang diikuti oleh penulis tercantum pada Tabel 16.

Tabel 16. Hasil Pemeriksaan Mutu CPO Bulan Maret 2012 di Teluk Siak Factory

Komponen Mutu Aktual Standar

...(%)...

FFA 2.81 < 3.00

OER 23.24 > 25.00

KER 4.84 > 4.75

Sumber: Kegiatan Sounding Teluk Siak Factory (2012)

Angka Kerapatan Panen (AKP)

Angka kerapatan panen (AKP) adalah persentase sebaran pohon yang dapat di panen di suatu hancak tanaman menghasilkan. Mandor panen mempunyai tugas melakukan taksasi buah yang dapat dipanen esok hari dengan mengukur

(22)

persentase kerapatan panennya. Apabila telah diketahui jumlah TBS yang akan bisa dipanen dari hancak tertentu, maka kebutuhan transportasi pengangkutan TBS juga bisa diperkirakan. Teluk Siak Estate menggunakan taksasi produksi semesteran (sensus buah) dan taksasi produksi harian.

Taksasi panen semesteran adalah kegiatan meramalkan produktivitas kebun pada enam bulan ke depan. Taksasi semesteran digunakan untuk menentukan budget yang harus dipenuhi oleh setiap divisi.

Taksasi panen harian adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperkirakan produksi TBS yang akan diperoleh besok. Hal tersebut juga bisa memperkirakan kebutuhan tenaga pemanen dan memperkirakan jumlah transportasi untuk mengangkut hasil panen. Buah yang diperkirakan bisa dipanen dicirikan dengan brondolan yang terdapat di piringan sebanyak lima brondolan. Persentase AKP didapatkan dengan mengambil contoh 100 pohon dari areal yang akan dipanen esok hari dengan rumus:

% AKP =

Pengamatan persentase AKP dilakukan pada tahun tanam berbeda, hasilnya terlihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Angka Kerapatan Panen Berdasarkan Tahun Tanam di Divisi III Teluk Siak Estate pada Bulan Februari-Mei 2012

Tahun Tanam Ulangan Pengamatan

Angka Kerapatan Panen (%)

1997 3 14.26 tn

1994 3 15.78 tn

Keterangan : tn = Tidak berbeda nyata Sumber : Pengamatan Penulis (2012).

Berdasarkan Tabel 16 terlihat bahwa perbedaan tahun tanam (1997 & 1994), angka kerapatan panen tidak berbeda nyata pada uji t-student dengan taraf 5% walaupun secara perhitungan persentase menunjukkan perbedaan. Varietas tanaman yang digunakan pada blok pengamatan adalah varietas Gutrhie yang ditanam pada lahan mineral.

Penulis juga mengamati angka kerapatan panen berdasarkan jenis tanah yang berbeda dengan tahun tanam yang sama. Jenis tanah yang ada di Divisi III Teluk Siak Estate ternyata tidak menunjukkan perbedaan nyata pada uji t-student dengan taraf 5 persen. Varietas tanaman pada blok pengamatan adalah varietas

(23)

Marihat. Perbandingan angka kerapatan panen berdasarkan jenis tanahnya dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Angka Kerapatan Panen Berdasarkan Jenis Tanah di Divisi III Teluk Siak Estate pada Bulan Februari-Mei 2012

Jenis Tanah Tahun Tanam Ulangan Pengamatan

AKP (%)

Mineral 1998 3 15.87 tn

Gambut 1998 3 16.96 tn

Keterangan : tn = Tidak berbeda nyata Sumber : Pengamatan Penulis (2012)

Rotasi Panen

Rotasi panen adalah putaran panen antara panen terakhir dengan panen selanjutnya di tempat yang sama. Jumlah rotasi panen per tahun normal yang dikendaki adalah berkisar 36-48 rotasi/tahun dengan interval panen normal 7-9 hari. Faktor yang mempengaruhi rotasi panen antara lain cuaca, hari libur nasional, dan tenaga kerja yang banyak tidak masuk. Berdasarkan ketentuan rotasi panen tersebut seluruh areal tanaman menghasilkan dibagi menjadi enam seksi panen.

Waktu panen yang terlambat akan menyebabkan buah cenderung over ripe bahkan bisa menjadi empty bunch. Keadaan tersebut bisa meningkatkan jumlah brondolan sehingga akan memperlambat penyelesaian hancak dan bisa meningkatkan kadar FFA.

Interval panen terlalu cepat (< 7 hari) maka akan mengakibatkan pemanen cenderung mendapatkan buah under ripe bahkan buah mentah (unripe). Hal tersebut juga akan memperkecil persentase kerapatan buah sehingga akan mengurangi jumlah tonase buah yang diperoleh dan dapat mempengaruhi mutu buah yang didapatkan.

Sistem Pengawasan Hancak Panen

Sistem pengawasan panen merupakan hal penting untuk menjaga kualitas dan kuantitas dari kegiatan pemanenan. Setiap hari mandor panen wajib memantau anggotanya agar bekerja sesuai dengan target dan prosedur. Seorang mandor panen harus mampu mengenali dan membaca pola pikir anggota

(24)

pemanennya sehingga dapat menjawab segala protes dari anggotanya dan tidak mudah juga dibohongi oleh anggotanya. Rasio normal seorang mandor dalam mengawasi anggotanya, yaitu 1:20, artinya seorang mandor harus bisa memimpin anggotanya hingga 20 orang. Rasio kemandoran di Divisi III sudah sesuai dengan rasio normalnya.

Pemeriksaan Mutu Hancak

Setiap hari seorang mandor wajib melakukan pemeriksaan mutu hancak pemanen yang telah dipanen kemarin. Jumlah pohon yang diperiksa adalah 40 pohon per pemanen. Dalam sehari mandor panen memeriksa hancak empat orang pemanen dan memeriksa mutu buah di tempat penampungan hasil (TPH). Hasil pemeriksaan tersebut ditulis dalam buku structured block supervision (SBS) dan dilaporkan kepada asisten untuk diperiksa dan ditindaklanjuti apabila ditemukan pelanggaran. Hasil pemeriksaan mutu hancak yang dilakukan oleh penulis tercantum pada Tabel 19.

Tabel 19. Hasil Pemeriksaan Mutu Hancak Pemanen Bulan Februari - Mei 2012 Kemandoran No Pemanen HB (tandan) UHB (tandan) LF (butir) Rata-rata LF (butir/tandan) I 5 11 0 30 2.7 8 6 0 5 0.8 11 9 0 32 3.6 II 50 8 0 17 2.1 51 6 0 13 2.2 52 13 1 30 2.3 III 27 13 0 12 0.9 31 9 0 9 1.0 32 12 0 9 0.8

Keterangan : HB = Harvesting bunch

UHB = Unharvesting bunch ; LF = Losses fruits Sumber : Pengamatan Penulis (2012)

Berdasarkan hasil pemeriksaan mutu hancak yang dilakukan penulis menunjukkan bahwa masih terdapat losses fruits (LF) berupa brondolan yang tidak terkutip. Standar perusahaan menetapkan rasio brondolan tinggal per janjang panen adalah kurang dari satu. Pengamatan dilakukan pada rotasi normal sehingga rasio brondolan tinggal cukup rendah. Brondolan tinggal tersebut ditemukan di

(25)

piringan dan pasar pikul. Selain menurunkan produksi yang optimal, brondolan yang tidak terkutip juga bisa menjadi gulma berupa kentosan kemudian hari. Faktor lain yang menyebabkan produksi tidak optimal adalah unharvesting bunch (UHB). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa hanya terdapat satu janjang yang tidak terpanen pada kemandoran II. Standar perusahaan terhadap seluruh buah matang harus dipanen sehingga tidak diperbolehkan ada buah tinggal di pohon.

Pemeriksaan mutu hancak juga dilakukan oleh mantri tanaman Teluk Siak Estate. Dalam sebulan mantri tanaman memeriksa dua kali per kemandoran di setiap divisi. Pohon yang diperiksa sejumlah 100 pohon dengan pemeriksaan mutu buah sejumlah 100 janjang.

Selain oleh mandor panen dan mantri tanaman, pemeriksaan hancak juga dilakukan oleh asisten plantation sustainable quality management (PSQM) dan hasilnya dilaporan hingga tingkat general manager dan disampaikan pada rapat

Strategic Operating Unit (SOU) 16 setiap bulan. Komponen penilaian yang

dilakukan oleh mantri tanaman dan asisten PSQM tidak ada perbedaan, seperti jumlah harvesting bunch, jumlah unharvesting bunch, jumlah losses fruits, dan jumlah kentosan.

Premi Panen

Basis borong adalah sejumlah tonase yang harus dicapai oleh seorang pemanen untuk mendapatkan premi panen. Jenis premi basis yang bisa diperoleh pemanen di Teluk Siak Estate ini terdapat dua, yaitu premi basis borong dan premi lebih borong. Dalam meningkatkan semangat bekerja para pemanen, perusahaan pun menetapkan kebijakan premi yang dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Perhitungan Premi Pemanen di Teluk Siak Estate Tahun 2012 Basis Borong (BB) (kg) Premi Pokok (Rp) Lebih Borong (LB) (Rp/kg) Jumlah Premi ≥ 1 300 < 2 000 13 500,00 45,00 13 500,00 + (BB×LB) ≥ 2 000 < 2 600 18 500,00 45,00 18 500,00 + (BB×LB) ≥ 2 600 27 000,00 50,00 27 000,00 + (BB×LB)

Keterangan : Premi lebih borong dihitung mulai saat 1 301 kg. Sumber : Kantor Besar Teluk Siak Estate (2012)

(26)

Basis borong yang harus dicapai oleh seorang pemanen adalah 1 300 kg/hari. Selain premi basis borong dan lebih borong, pemanen juga akan mendapatkan premi dari brondolan yang diperolehnya sebesar Rp 125,00/kg brondolan. Pemanen juga akan mendapatkan satu butir telur setiap kelipatan 200 kg dari lebih borong yang didapatkannya.

Pada prinsipnya, seorang pemanen harus menyelesaikan hancaknya dengan baik dan tidak meninggalkan losses. Selain basis borong yang harus dicapai, terdapat juga basis hancak dan basis waktu yang harus dipenuhi. Basis hancak adalah areal panen yang harus diselesaikan oleh seorang pemanen, sedangkan basis waktu adalah waktu kerja dinas yang harus dipenuhi pemanen.

Premi kegiatan panen juga diberikan kepada mandor dan krani cek sawit dalam melakukan pengawasan terhadap para pemanen. Perhitungannya sebagai berikut:

Mandor Panen = Krani Cek Sawit = Mandor I = Keterangan:

a) Pemanen ≤ 15 orang pada tiap mandor panen (n=15).

b) Pemanen 15 - 20 orang pada tiap mandor panen (n=jumlah pemanen yang masuk).

c) Pemanen ≥ 20 orang pada tiap mandor panen (n=20).

Sarana dan Prasarana Panen

Dalam menunjang kegiatan panen hingga TBS diangkut ke pabrik, dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai. Kegiatan panen di Teluk Siak Estate dapat digolongkan menjadi tiga tahapan, yaitu potong buah, lalu recovery (pengangkutan buah dari pohon ke TPH) dan evakuasi (pengangkutan buah dari TPH ke pabrik).

Sarana adalah benda bergerak yang dapat membantu kegiatan tertentu. Sarana yang diperlukan dalam kegiatan panen adalah egrek atau dodos, gancu, angkong, dan kendaraan. Setiap pemanen yang telah resmi menjadi karyawan

(27)

tetap akan mendapatkan peralatan penunjang panen yang disediakan oleh setiap divisi. Setiap pemanen wajib menjaga dan merawat alat panen yang telah disediakan. Kerusakan alat karena alasan pekerjaan akan di data oleh mandor panen agar dapat dicarikan penggantinya.

Prasarana adalah benda tak bergerak yang berfungsi membantu dalam kegiatan panen. Prasarana panen yang terdapat di Perkebunan Teluk Siak Estate khususnya di Divisi III diantaranya pasar pikul, pasar tengah, jalan bantu, tempat penampungan hasil (TPH), main road dan collection road. Perawatan terhadap akses panen dilakukan ketika dilakukan panen agar truk pengangkut TBS tidak terjebak di dalam lubang atau lumpur. Kondisi jalan di Divisi III dapat dilihat pada Gambar 9.

Main Road (kiri), Collection Road (kanan)

Gambar 9. Prasarana Jalan di Divisi III Teluk Siak Estate

Transportasi menjadi hal yang penting dalam menyalurkan hasil panen dari tempat penampungan hasil hingga menuju loading ramp di pabrik kelapa sawit. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kerusakan jalan, meliputi curah hujan yang tinggi, kurangnya sinar matahari, beban tonase angkutan yang berlebihan, dan kurangnya perawatan. Keterlambatan dalam pengangkutan TBS akan mempengaruhi proses pengolahan dan mutu produk akhir. Kandungan ALB dalam buah akan terus meningkat seiring lamanya penyimpanan buah tidak terangkut.

Pengangkutan dilakukan dengan mendatangi setiap TPH yang menjadi hancak pemuat. Satu tim pengangkutan berjumlah empat orang yang terdiri atas seorang sopir, seorang krani cek sawit, dan dua orang pengangkut buah. Divisi III Teluk Siak Estate mempunyai tiga tim pengangkut buah yang bertugas di tiga kemandoran panen. Tandan buah segar tersusun rapi di TPH dengan aturan lima

(28)

tandan per baris. Nomor pemanen ditandai pada pangkal tandan memakai stempel dan pewarna makanan yang disediakan oleh kebun. Tandan buah segar yang telah tersusun rapi harus diperiksa dan dicatat terlebih dahulu oleh krani cek sawit sebelum dimuat ke truk.

Alat Pelindung Diri Panen

Setiap pekerjaan memiliki risiko yang dapat membahayakan bagi keselamatan diri sendiri dan orang lain. Risiko tersebut dapat diminimalkan dengan cara bekerja secara hati-hati, mematuhi aturan kerja yang berlaku dan memakai perlengkapan alat pelindung diri (APD). Beberapa potensi bahaya dalam pelaksanaan panen diantaranya tercantum pada Tabel 21.

Tabel 21. Potensi Bahaya dalam Pelaksanaan Panen Kelapa Sawit

Potensi Bahaya Risiko

Saat berangkat kena egrek atau dodos Luka, cedera, mati

Tertimpa TBS jatuh Luka, cedera, mati

Tertimpa pelepah Luka, cedera

Kaki atau tangan tertusuk duri sawit Luka, cedera Mata kena sampah / brondolan sawit Buta, cedera Tergores egrek di piringan selesai memotong janjang. Luka, cedera

Tertimpa egrek Luka, cedera, mati

Jatuh dari titi panen Luka, patah tulang

Sumber: Kantor Besar Teluk Siak Estate (2012)

Alat pelindung diri akan diberikan perusahaan kepada seluruh karyawan baik staf maupun tenaga kerja di lapangan. Berdasarkan pengamatan di lapang masih terdapat beberapa pekerja yang tidak memakai APD seperti tidak memakai sepatu atau tidak memakai helm keselamatan. Hasil pengamatan pemakaian APD oleh pemanen tercantum pada Tabel 22.

Tabel 22. Persentase Pemakaian APD Panen Kelapa Sawit Bulan Februari-Mei 2012

Kemandoran Jumlah Tenaga Pemanen Jumlah Pemakai APD Helm Sepatu Sarung Egrek ...(orang)... I 19 10 15 19 II 18 9 16 18 III 14 5 10 14 Jumlah 51 24 41 51 Persentase (%) 47.06 80.39 100

(29)

Hasil pengamatan Tabel 22 menunjukkan bahwa pemakaian APD berupa penggunaan sarung egrek lebih banyak daripada pemakaian sepatu dan pemakaian helm oleh pemanen. Rendahnya pemakaian helm oleh tenaga pemanen disebabkan rasa tidak nyaman yang dirasakan oleh pemanen, hilang, dijual, dan rusak. Alasan tersebut tidak terlalu penting bila dibandingkan dengan keselamatan jiwa masing-masing. Pengawasan dan sanksi yang tegas perlu dilakukan agar peralatan APD dapat berfungsi secara optimal dan menekan tingkat kecelakaan kerja panen TBS. Kehati-hatian dalam bekerja lebih diutamakan agar setiap individu lebih terhindar dari potensi bahaya kerja.

Penanganan kesehatan dan kecelakaan kerja karyawan menjadi tanggung jawab dari poliklinik PT Aneka Intipersada. Seluruh biaya perawatan ditanggung oleh perusahaan dengan membawa surat rujukan dari divisi.

Aspek Manajerial

Aspek manajerial yang dilakukan penulis ketika magang adalah berperan sebagai pendamping mandor dan pendamping asisten. Beberapa kegiatan yang dilakukan diantaranya ikut mengawasi pekerjaan tenaga pemanen, mengawasi kegiatan pengendalian gulma, mengawasi kegiatan pemupukan, mengawasi kegiatan aplikasi janjang kosong, mengikuti rapat Strategic Operating Unit 16 (SOU 6), menjadi panitia persiapan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO), dan mengikuti kegiatan sounding di Teluk Siak Factory.

Kegiatan di divisi dimulai dengan lingkaran pagi pada tingkat asisten pukul 05.45 WIB dan dilanjutkan dengan lingkaran pagi di tingkat masing-masing kemandoran. Setiap mandor akan mengabsen seluruh anggotanya dan dilaporkan pada krani keliling. Pekerjaan dimulai pada pukul 07.00 pagi hingga pukul 14.00 WIB dengan waktu istirahat pada pukul 11.00-11.30 WIB. Setiap mandor wajib mengontrol kinerja anggotanya masing-masing agar tidak terjadi penyimpangan dan mendapatkan hasil yang diinginkan.

Pendamping Mandor

Mandor I. Mandor I adalah seorang supervisi yang mengawasi dan mengelola seluruh kemandoran di bawahnya. Di Divisi III Teluk Siak Estate

(30)

terdapat tujuh kemandoran yang terdiri atas tiga mandor panen, seorang mandor pemupukan, seorang mandor semprot dan BTP, seorang mandor alat berat (merangkap menjadi koordinator mandor pemeliharaan), dan seorang mandor aplikasi janjangan kosong. Setiap pagi mandor I mendampingi asisten dalam melakukan lingkaran pagi. Kegiatan yang dilakukan penulis ketika mendampingi Mandor I adalah ikut mengawasi kegiatan yang dilakukan dilapangan dan memastikan seluruh karyawan bekerja sesuai aturan perusahaan.

Mandor panen. Mandor panen menjadi mandor yang terpenting dalam kegiatan kebun karena menjadi penentu keberhasilan produksi yang optimal. Jumlah kemandoran panen di Divisi III berjumlah tiga kelompok dengan seluruh anggota berjumlah 51 tenaga kerja tetap hingga bulan Mei 2012. Selain mengawasi anggotanya dalam proses pemanenan, mandor panen juga bertugas melakukan taksasi untuk panen berikutnya. Khusus mandor panen diberi kewajiban mengecek mutu hancak panen kemarin dari dua orang pemanennya dan dicatat pada buku structured block supervision (SBS). Buku tersebut untuk menilai hasil mutu yang diperoleh oleh pemanen setiap harinya. Selama menjadi pendamping mandor panen penulis ikut dalam pemeriksaan mutu hancak, taksasi harian, dan pengontrolan kinerja pemanen.

Mandor perawatan. Mandor perawatan terdiri atas pemupukan, penyemprotan, bongkar tumbuhan pengganggu, perawatan jalan, dan aplikasi janjang kosong. Selain itu, terdapat mandor yang bertugas mengawasi pembuatan pasar pikul mekanis. Pengelolaan tenaga kerja kemandoran perawatan menjadi hal yang penting agar tenaga kerja yang ada dapat digunakan secara optimal. Setelah melakukan kegiatan, setiap mandor perawatan harus mengisi administrasi di buku

kegiatan mandor (BKM perawatan). Seluruh kebutuhan alat dan bahan dalam

kegiatan pemeliharaan menjadi tanggung jawab mandor tersebut. Khusus mandor pemupukan, pukul 06.00 WIB sudah harus mengambil pupuk di gudang sentral dan sudah didistribusikan pada pukul 07.00 WIB. Mandor pupuk juga bertanggung jawab untuk mengumpulkan kembali karung bekas pupuk dan dikembalikan ke gudang sebagai bukti pengaplikasian pupuk di lapangan. Selama menjadi pendamping mandor perawatan, penulis ikut membantu mengumpulkan

(31)

karung pupuk, mengisi tangki sprayer herbisida, mengawasi dan mencatat kerja excavator.

Pendamping krani cek sawit. Krani cek sawit bertugas memeriksan, mencatat, dan bertanggung jawab mengangkut seluruh TBS yang telah dipanen di TPH. Seluruh buah masing-masing pemanen dicatat dalam notes potong buah. Krani cek sawit harus memastikan tidak ada buah mentah yang terangkut menuju pabrik. Tandan buah sawit yang terbukti mentah akan dilaporkan kepada mandor panen dan buahnya dibelah menjadi empat bagian. Penulis ikut melakukan pemeriksaan dan mengantarkan TBS menuju Teluk Siak Factory selama menjadi pendamping krani cek sawit.

Pendamping Asisten

Manajemen tingkat staf terdiri atas asisten divisi hingga tingkat estate

manager. Seorang asisten divisi memiliki tugas dan tanggung jawab mengelola

kegiatan operasional divisi hingga mengendalikan kehidupan sosial masyarakat di divisinya selama 24 jam. Artinya, seorang asisten harus selalu siap kapan pun bila dibutuhkan. Asisten divisi bertanggung jawab langsung kepada estate manager untuk mencapai target produksi, pembinaan sumber daya manusia yang ada di divisinya, dan pengaturan biaya yang telah disetujui estate manager.

Selama menjadi pendamping asisten penulis didampingi dengan asisten on

job training (OJT). Kegiatan yang dilakukan sebagai pendamping adalah

pembagian tenaga kerja divisi, melakukan pengecekan mutu hancak karyawan panen bersama asisten plantation sustainable quality management (PSQM), dan mempelajari administrasi kantor divisi, mengikuti kegiatan sounding di Teluk Siak Factory, menjadi panitia persiapan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO), mengikuti kegiatan rapat Strategic Operating Unit (SOU) 16, dan mengikuti kegiatan peat leveling.

Gambar

Tabel 7. Fungsi Pupuk terhadap Tanaman Kelapa Sawit
Gambar 5. Proses Pembuatan Pasar Pikul Mekanis
Tabel 11. Luas Areal Kebun Kelapa Sawit yang Tergenang di Divisi III
Tabel  12.  Hasil  Pengamatan  Kebutuhan  Tenaga  Pemanen  Harian  di  Divisi  III Teluk Siak Estate
+3

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum transmisi sebagai salah satu komponen sistem pemindah tenaga (power train)mempunyai fungsi meneruskan tenaga / putaran mesin dari kopling ke poros propeller,

Implementasi Diversi untuk memberikan jaminan perlindungan hukum terhadap anak yang berhadapan dengan hukum dalam Sistem Peradilan Pidana Anak Indonesia yaitu dengan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan penguasaan Kelas Siswa VI SDN 01 Tanjuang Balik Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatera Barat melalui

Tanaman Pangan Provinsi Bali mencatat tahun 2015 sekurangnya 856,35 hektare lahan pertanaman padi di Pulau Dewata mengalami kekeringan dengan intensitas ringan

Mengingat biaya investasi pembangunan jalan tol yang sangat besar dengan harapan tinggi bahwa keberadaannya dapat menjadi solusi dari permasalahan transportasi dan menjadi

Jadi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tindakan Kangaroo Mother Care (KMC) dengan lama rawat bayi berat badan lahir rendah (BBLR) di Ruang Rawat Perinatologi

Berdasarkan import yang terus dilakukan Indonesia terhadap sikloheksanon tersebut dapat dikatakan bahwa pendirian pabrik sikloheksanon di Indonesia memiliki potensi untuk terus