• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORITIS"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

8

BAB II

LANDASAN TEORITIS

2. 1 Game Theory

Game theory merupakan sebuah teori yang dapat memperhitungkan pilihan

yang akan diambil oleh pihak – pihak yang ‘bermain’ di dalamnya. Menurut Ken Binmore (2007), hampir setiap aktivitas yang manusia lakukan merupakan sebuah game. Lebih tepatnya, ketika manusia melakukan interaksi satu sama lain maka dapat dikatakan mereka sedang memainkan sebuah ‘game’. Game theory dapat berlaku dengan asumsi bahwa pihak yang terlibat di dalamnya bersikap rasional

(theory ofrational choice). Theory of rational choice merupakan salah satu prinsip

dalam game theory, yaitu bahwa pemain akan memilih aksi atau tindakan yang menurutnya paling baik atau setidaknya sesuai dengan preferensi pemain tersebut.

Gambar 1. Metodologi dalam Pembuatan Model Game Theory

Sumber: Gerardo L. Munck, “Game Theory and Comparative Politics:

New Perspective and Old Concerns”. Dalam World Politics No. 53, Januari 2001.

Dalam hampir seluruh model game theory, terdapat beberapa elemen penting, yaitu pemain, pilihan aksi yang dihadapi oleh para pemain, preferensi pemain dari beberapa kumpulan aksi, hasil/upah (payoff) yang didapatkan pemain dari preferensinya dan nash equilibrium. Adapun elemen lainnya adalah informasi yang dimiliki setiap pemain dan kemungkinan logis hasil suatu game.Nash equilibrium

(2)

9

sendiri adalah suatu kondisi yang stabil jika setiap tindakan yang diambil oleh setiap pemain setidaknya sama bagusnya dengan preferensi masing – masing pemain. Nash euqilibrium membantu pemain untuk memilih aksi mana yang paling rasional baginya dengan mempertimbangkan pilihan aksi lawan. Pemain adalah pihak – pihak yang terlibat dalam suatu peristiwa. Korea Utara dan Korea Selatan merupakan pemain pada kasus ini. Hasil yang ingin dilihat melalui penelitian ini adalah alasan yang melatarbelakangi tercapainya kesepakatan antara Korea Utara dan Korea Selatan pada Inter-Korean Summit 2018 menggunakan Deklarasi Panmunjom. Maka dari itu, terdapat aksi/tindakan tertentu yang menjadi pilihan bagi kedua negara dalam menanggapi isu tersebut. Preferensi setiap pemain ditinjau dari kepentingan nasional yang dimiliki oleh masing – masing negara Korea dalam konteks penjalinan hubungan kerja sama tersebut.

Pemain pertama dilambangkan dengan i dan pemain kedua dilambangkan j. Aksi/tindakan dilambangkan oleh a, dengan ai merupakan aksi apapun yang dilakukan oleh pemain i. Begitu juga, aj merupakan aksi yang dilakukan oleh pemain j. Payoff atau upah dilambangkan dengan u atau v. Preferensi dilihat dari fungsi payoff, misalnya ui(b) > ui(c), yang mana b dan c adalah salah satu profil aksi dari kombinasi aksi yang diambil oleh i dan j. Dalam hal ini, preferensi pemain i adalah untuk mendapatkan ui(b) daripada ui(c) karena upah dari melakukan aksi b lebih besar daripada melakukan aksi c. Nash equilibrium1akan didapatkan apabila suatu a* (profil aksi dalam sebuah model) setidaknya sesuai dengan preferensi pemain i sebagaimana profil aksi (ai, a*-i) yang mana ai adalah aksi yang diambil oleh i dan a*

-i adalah aksi yang diambil pemain selain i. Jadi, nash equilibrium didapat ketika ui (a*) ≥ui(ai, a*-i).

Terdapat beberapa model game theory yang berkembang. Salah satu model

game theory yang terkenal adalah prisoner’s dilemma. Dalam model ini diceritakan

bahwa dua orang penjahat ditangkap atas sebuah kejahatan namun belum

1Nash equilibrium adalah sebuah kondisi yang stabil dalam sebuah game. Jika Nash

equilibrium terjadi maka seorang pemain dapat mempertahankan pilihan/strateginya dengan mempertimbangkan pilihan/strategi lawan. Namun nash equilibrium tidak menentukan hasil suatu permainan dan bisa berjumlah lebih dari satu/tidak ada equilibria.

(3)

10

ditentukan seberapa berat hukuman yang akan diberikan. Kemudian mereka diberikan pilihan sebagai berikut:

Jika salah satu dari mereka bekerja sama dengan polisi (defect) dan yang lainnya diam (cooperate) maka yang bekerja sama akan dibebaskan dan yang diam akan dipenjara seumur hidup. Jika keduanya bekerja sama dengan polisi maka keduanya akan dipenjara tetapi tidak dijatuhi hukuman seumur hidup. Jika keduanya diam maka keduanya akan dihukum dalam bentuk pembayaran denda. Dengan catatan, kedua orang tidak mengetahui apa yang akan dilakukan pihak lainnya.

Tabel 2.1. Tabel Matriks dalam Prisoner’s Dilemma

i

/

j Cooperate Defect

Cooperate 2, 2 0, 3

Defect 3, 0 1, 1

Pada model ini, terdapat dua pemain, yaitu i dan j. Pilihan aksi/tindakan mereka adalah a = (cooperate, defect). Secara normatif, preferensi terbaik berdasarkan hasil yang didapat bagi pemain i adalah ui (defect, cooperate) > ui(cooperate, cooperate) > ui (defect, defect) > ui (cooperate, defect). Sedangkan untuk pemain j adalah uj (cooperate, defect) > uj (cooperate, cooperate) > uj (defect, defect) > uj (defect,

cooperate). Pilihan untuk mengaku memiliki nilai preferensi yang paling tinggi

maka kedua pemain akan berusaha mendapatkan hasil maksimal tersebut. Di sisi lain, pilihan untuk sama – sama diam akan lebih menguntungkan bagi kedua pemain tetapi pilihan ini bukanlah nash equilibrium. Nash equilibrium ada pada pilihan untuk sama – sama mengaku karena hasil yang didapat oleh kedua pihak bernilai sama. Pilihan (diam, diam) bukan nash equilibrium karena jika salah satu pemain memilih untuk mengaku maka hasil yang didapat oleh pemain yang mengaku akan lebih tinggi daripada pemain yang memilih diam. Pilihan (cooperate, defect) dan

(defect, cooperate) sudah pasti bukan nash equilibrium karena hasil yang didapat

pemain yang mengaku lebih tinggi dari pemain yang memilih diam.

Hal yang sama dapat diterapkan dalam hubungan Korea Utara dan Korea Selatan. Selama 65 tahun, kedua negara Korea masih dalam status gencatan senjata.

(4)

11

Selama 65 tahun itu juga, telah terjadi tiga kali pertemuan antar pemimpin negara Korea yang berusaha memperbaiki hubungan kedua negara. Kasus di Semenanjung Korea sedikit berbeda dengan model game theory yang dijelaskan sebelumnya. Hal ini dikarenakan dalam kasus Korea ini kedua negara telah melakukan pertemuan selama dua kali sebelumnya. Berbeda dengan model yang telah dijelaskan, kedua pemain tidak memiliki informasi mengenai preferensi satu sama lain. Adanya pertukaran informasi antar pemain akan sedikit mempengaruhi preferensi dan tindakan yang akan diambil oleh setiap pemain, dalam hal ini adalah kepentingan nasional dalam konteks Deklarasi Panmunjom.

2. 2 Konsep Kepentingan Nasional

Kepentingan nasional merupakan bagian dari penentu isi kebijakan luar negeri suatu negara. Setiap negara yang terlibat dalam hubungan internasional memiliki kepentingan nasionalnya masing – masing. Kepentingan nasional dapat dianggap sebagai tujuan yang ingin dicapai oleh negara dengan pertimbangan dari/menggunakan power yang dimilikinya. Felix E. Oppenheim (1987) merujuk kepentingan nasional sebagai tujuan pemerintah pada tingkat internasional. Ia mengartikan kepentingan sebagai sesuatu yang ingin dituju/dicapai, atau welfare

goals (tujuan kesejahteraan). Jika A adalah individu, kelompok atau negara, dan X

adalah tindakan yang dilakukan demi mencapai tujuan; maka A melakukan X akan meningkatkan keuntungan A dalam mencapai tujuannya. Kepentingan itu sendiri haruslah dilihat sebagai rujukan kepada benda ekonomi atau keamanan – secara personel, sosial atau negara. Kepentingan nasional dapat dilihat dari dua sisi, secara internal atau secara eksternal.2 Secara internal, berarti kepentingan nasional merujuk pada benda publik keamanan nasional. Secara eksternal, berarti kepentingan nasional merujuk pada kebijakan yang bertujuan mengupayakan kepentingan tertentu, atau penyebaran paham/ideologi, atau perluasan wilayah. Arnold Wolfers (1962) kemudian mengatakan perumusan kepentingan nasional,

2 Felix E. Oppenheim, 1987, National Interest, Rationality and Morality, Political Theory Vol. 15 No. 3 August, hlm. 370.

(5)

12

secara praktik, sama dengan perumusan keamanan nasional. Tetapi ketika pemerintah membentuk kebijakan luar negeri, terkadang tujuannya tidak sesuai dengan keamanan dari negaranya sendiri. Hal itu berarti kepentingan nasional tidak selalu berbicara tentang tujuan yang bersifat “menyejahterakan”.

Hans J. Morgenthau (1978), salah satu pemikir realisme, mengatakan bahwa pada salah satu prinsip politik realismenya, konsep kepentingan dapat dijelaskan dalam istilah power. Power menjadi suatu komponen yang penting dalam konsep kepentingan nasional Morgenthau. Adapun power yang dimaksud oleh Morgenthau terdapat delapan: geografis, sumber daya alam, kemampuan industri, kesiapan militer, populasi, karakter nasional, moral bangsa dan kualitas diplomasi. Secara sempit, Morgenthau mengartikan kepentingan nasional sebagai bentuk kelangsungan hidup, yaitu melindungi identitas secara fisik, politik dan kultural dari negara lain. Lebih spesifik lagi, untuk mempertahankan integritas teritorial, mempertahankan rezim (demokrasi, otoriter, sosialis atau komunis) dan memelihara norma – norma etnis, religius atau sejarah.3 Melalui pertimbangan – pertimbangan yang demikian, pemimpin negara membentuk suatu kebijakan, baik itu membangun aliansi, menjalin kerjasama hingga melakukan propaganda atau perlombaan senjata.

Negara, sebagaimana adalah aktor dalam hubungan internasional, tidak terlepas dari individu yang menjadi pemimpin negara tersebut. Morgenthau mengasumsikan bahwa orang – orang/aktor dalam pemerintahan berpikir dan bertindak dalam kepentingan yang diartikan sebagai power. Asumsi tersebut membantu kita untuk mengetahui langkah yang mereka ambil/akan ambil terhadap suatu isu. Mendefinisikan konsep kepentingan sebagai power memberi pengetahuan kepada pengamat, menanamkan tatanan rasional ke dalam subjek yang bersifat politis lalu membuat pemahaman teoritis akan politik menjadi mungkin. Pengamat di sini tidak kita sebagai akademis namun juga pemimpin atau elit politik negara lain. Dengan demikian, kepentingan nasional secara tidak langsung dapat memberi gambaran mengenai identitas suatu negara; contohnya, sistem

3 Mohtar Mas’ud, 1990, Konsep Kepentingan Nasional, “Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi“, Jakarta: LP3ES, hlm. 164.

(6)

13

pemerintahan yang dianut, negara aliansi, karakter bangsa dan kebiasaan yang menjadi tolok ukur negara dalam mengambil keputusan. Di sisi lain, pemahaman ini membantu aktor menciptakan kebijakan luar negeri yang terlihat jelas dan rasional secara terus menerus.

Dua hal yang realis, seperti Morgenthau, hindari dari latar belakang pembentukan kebijakan adalah motif dan preferensi ideologi aktor. Motif dianggap sebagai bentuk data psikologis yang terdistorsi oleh emosi dan kepentingan aktor itu sendiri; bukan kepentingan nasional. Motif mungkin memberikan petunjuk ke arah mana kebijakan luar negerinya ke depan tetapi tidak memberikan prediksi kebijakan seperti apa, yang bagaimana. Kebijakan luar negeri juga tidak berkaitan dengan preferensi ideologi atau politik aktor tertentu. Namun aktor mungkin saja, pada kondisi tertentu, mengenalkan kebijakannya dengan membawa preferensi ideologi/politiknya untuk menarik dukungan terhadap kebijakan tersebut. Tidak semua kebijakan luar negeri selalu bersifat rasional, objektif dan apatis. Namun apabila faktor lain seperti motif, preferensi personal dan pandangan subjektif dipertimbangkan dalam kebijakan luar negeri, maka hal itu akan memalingkannya dari jalur rasionalitas.

Bagi K. J. Holsti (1995), kepentingan nasional suatu negara terdiri atas empat unsur, yaitu:

1. Keamanan; bertujuan untuk melindungi diri sendiri yang berarti juga melindungi warga negara, wilayah serta kedaulatan negara itu sendiri secara fisik maupun politis atau ideologi.

2. Otonomi; berarti negara tersebut mampu untuk mengatur urusan dalam negeri melalui pembentukan kebijakan domestik dan mampu menahan ancaman atau pengaruh negara lain.

3. Kesejahteraan; sebagai tolak ukur keberhasilan suatu negara. Negara akan dianggap berhasil ketika mempunyai rakyat sejahtera meskipun tidak memiliki kekuatan militer yang besar dan sebaliknya.

4. Prestis; dilihat dari kemajuan suatu negara dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang mana akan memberikan status yang tinggi ketika negara mempunyai teknologi yang canggih.

(7)

14

Korea Utara maupun Korea Selatan mempunyai kepentingan nasional masing – masing. Kedua negara memiliki kesempatan yang sama untuk memprediksi dan mencari tahu kebijakan dan kepentingan masing – masing pada isu Semenanjung Korea. Dari sisi Korea Utara, rezim Moon Jae-In adalah salah satu yang mendukung perdamaian antara Korea Utara dan Korea Selatan. Kim Jong-Un dapat sedikit lega karena tidak perlu skeptis berlebihan kepada Korea Selatan di era Moon. Dari sisi Korea Selatan, perdamaian merupakan salah satu agenda penting dalam rezim Moon, sekaligus tetap menjaga hubungan baik dengan AS. Agenda yang kedua menjadi sebuah tantangan bagi pemerintahan Moon. Meskipun hubungan antar-Korea dapat semakin membaik, hubungan Pyongyang – Washington sangat buruk dan dikhawatirkan berdampak negatif secara keseluruhan terhadap upaya perdamaian. Tetapi langkah awal menuju perdamaian telah diambil kembali, yang mana berarti kedua Korea berniat menghadapi tantangan dan, dengan segala kepentingan yang mereka bawa, ingin mewujudkan perdamaian.

2. 3 Penelitian Terdahulu

Isu mengenai reunifikasi dan denuklirisasi di Semenanjung Korea bukan lagi hal yang baru dalam dunia internasional. Namun tidak cukup banyak penelitian mengenai isu tersebut yang ditemukan oleh penulis. Meski begitu, terdapat beberapa penelitian yang dianggap relevan oleh penulis sebagai bahan referensi penelitian. Salah satu di antaranya adalah penelitian dengan judul “Dinamika Hubungan Korea Selatan – Korea Utara dalam Mewujudkan Reunifikasi di Semenanjung Korea Periode 2003-2008” oleh Lilis Widyasari, Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN) tahun 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mendalami dinamika hubungan Korea Utara – Korea Selatan melalui dialog reunifikasi Semenanjung Korea tahun 2003 – 2008. Teori yang digunakan adalah teori diplomasi dan juga menggunakan konsep kepentingan nasional. Dalam penelitiannya, Lilis melihat bahwa terdapat dua macam hambatan demi tercapainya reunifikasi Korea. Kedua hambatan tersebut berasal dari internal dan eksternal. Faktor internal terdiri atas keadaan domestik kedua negara Korea yang lebih

(8)

15

difokuskan pada perbedaan kemampuan ekonomi, perbedaan ideologi, kebijakan reunifikasi dan ancaman nuklir dari Korea Utara sendiri.4 Faktor eksternal dilihat dari adanya hegemoni Amerika Serikat di Semenanjung Korea serta kepentingan negara lain seperti Cina, Jepang dan Rusia.

Penelitian yang kedua berjudul “Masa Depan Reunifikasi Korea (Dinamika Hubungan Korea Utara – Korea Selatan dan Dampaknya Terhadap Stabilitas Keamanan di Kawasan Asia Timur Pasca Perang Dingin)” oleh Mega Aldikawati, Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta tahun 2015. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui dampak dari hubungan Korea Utara-Korea Selatan terhadap situasi di kawasan Asia Timur. Penelitian ini juga membahas mengenai prospek masa depan reunifikasi kedua negara Korea. Ideologi merupakan salah satu faktor dalam kepentingan nasional yang dimiliki oleh masing – masing negara Korea. Kerjasama kedua negara Korea dalam bidang ekonomi adalah salah satu hal yang berdampak dari dinamika hubungan kedua negara. Selain itu, isu keamanan tetap menjadi pertimbangan utama dari hubungan Korea Utara-Korea Selatan. Penelitian ini kemudian lebih lanjut lagi mendeskripsikan kemungkinan yang akan tercipta dalam konteks reunifikasi. Terdapat empat skenario reunifikasi, yaitu absorpsi (Korut mengambil alih Korsel atau sebaliknya karena rezim sudah tidak stabil), perang (Korut atau Korsel berperang dan pemenangnya memiliki kuasa atas wilayah Semenanjung Korea), perwalian internasional (ada pihak ketiga yang mempengaruhi terbentuknya rezim yang damai) dan konsensus (pengadaan dialog dan pembentukan formula reunifikasi yang disepakati kedua pihak).

Penelitian lainnya oleh Darryl K. Ahner dan David Smalenberger dengan judul “A Game-Theoretical Approach to Current Nuclear Proliferation Policies

between the U.S. and the IRI”, Department of Operational Sciences, Air Force

Institute of Technology tahun 2014. Penelitian ini bertujuan untuk memberi

gambaran atas resolusi konflik yang kemungkinan terjadi pada kasus proliferasi nuklir Republik Islam Iran (IRI) oleh Amerika Serikat dan sekutunya.

4 Lilis Widyasari, 2012, Dinamika Hubungan Korea Selatan – Korea Utara dalam

(9)

16

Kemungkinan tersebut dianalisis menggunakan pendekatan game theory dengan dua pilihan resolusi yang akan diambil oleh masing – masing pihak, yaitu melalui diplomasi atau melalui militer. Kebijakan dan kepentingan yang dimiliki masing - masing negara menjadi faktor yang mendasari negara tersebut dalam pengambilan tindakan terhadap resolusi konflik. Nash equilibrium dari model game theory pada kasus IRI-US menunjukkan bahwa IRI akan lebih memilih untuk hanya mengembangkan tenaga nuklir dan Amerika Serikat tetap memberikan embargo; keduanya memilih untuk melakukan resolusi dengan cara diplomatis.

Penelitian keempat oleh Maria–Floriana Popescu dan Gheorghe Hurudzeu yang berjudul Energy Challenges for Europe – Scenarios of the Importance of

Natural Gas Price from a Game Theory Perspective. Tujuan dari penelitian ini

adalah menggambarkan berbagai macam skenario terhadap pendekatan yang diambil oleh Uni Eropa menyikapi perubahan harga gas alam. Metode yang digunakan adalah pendekatan game theory pada import bahan bakar Uni Eropa. Di dalam penelitian terdapat empat skenario yang mungkin saja terjadi, yaitu terjadi kerjasama antar Uni Eropa dan Rusia, Rusia yang mendapatkan kepentingannya, Uni Eropa yang mendapat kepentingannya dan menjaga status quo. Hasil dari penelitian ini memproyeksikan bahwa ketergantungan Uni Eropa kepada Rusia akan terus berjalan jika tidak terjadi perubahan kebijakan energi dalam waktu dekat.

(10)

17

2. 4 Kerangka Pikir

Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka pikir yang dibangun dalam penelitian berangkat dari argumen bahwa salah satu aktor dalam Hubungan Internasional adalah negara. Negara memiliki kedaulatan, yaitu untuk mengatur urusan dalam dan luar negeri tanpa gangguan pihak lain. Guna mencapai tujuannya, setiap negara mempunyai kepentingan nasional. Kepentingan nasional berperan penting dalam menentukan kebijakan politik suatu negara, baik kebijakan dalam negeri atau luar negeri. Sebagai negara, Korea Utara dan Korea Selatan tentu memiliki kepentingan nasional. Kepentingan nasional dari masing – masing negara Korea menjadi faktor yang berpengaruh dalam analisis game theory. Hasil dari analisis tersebut kemudian memberikan penjelasan atas alasan kedua negara Korea menyetujui Deklarasi Panmunjom dan menghidupkan kembali usaha perdamaian di Semenanjung Korea.

Kepentingan Nasional Kepentingan Nasional

Game Theory

Panmunjeom Declaration

Referensi

Dokumen terkait

Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian pengembangan media gambar gerak (GIF) ini menggunakan model Borg & Gall.. Tujuan pertama disebut sebagai fungsi

Equivalent Annual Departure Setelah menentukan pesawat kritis yang beroperasi di bandar udara maka langkah selanjutnya adalah mengkonversi semua roda pendaratan ke

Salah satu aspek yang penting untuk dikembangkan di PAUD adalah aspek perkembangan kognitif khususnya dalam mengenal konsep bilangan 1-10.Kemampuan kognitif sangat

Dalam paradigma inilah, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara pada tanggal 25 November 2008 menerbitkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

Tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui profitabilitas usaha persewaan kapal wisata gazebo di Karimunjawa yang merupakan hasil modifikasi dari kapal ikan tradisional

Maka dari itu, rumusan masalah yang menjadi dasar penelitian ini adalah seberapa tinggi penerapan aspek jurnalisme damai dalam mengemas berita konflik Papua di Kompas.com

1) Hukuman terhadap pelanggaran permainan yang berhubungan dengan kesalahan dalam melakukan teknik. 2) Karena terpisahnya tempat antara regu yang satu dengan yang

Sebab daya tahan adalah suatu keadaan yang mampu bekerja dalam waktu yang lama (James Tangkudung, 2006:65). Dalam olahraga permainan khususnya sepakbola yang merupakan salah