MENGHILANGNYA NILAI PANCASILA
DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT DAN NEGARA
DISUSUN OLEH: NAMA : LATHIFAH AL INAYAH NIM : 11.11.5056
JURUSAN : S1 TEKNIK INFORMATIKA DOSEN : TAHAJUDIN S, DRS
UNTUK MEMENUHI SYARAT MATA KULIAH PENDIDIKAN
PANCASILA
STMIK AMIKOM YOGYAKARTA
TAHUN 2011-2012
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang, Pancasila yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Makalah ini memuat tentang Pancasila yang sangat penting bagi seluruh masyarakat. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen pembimbing Bapak Tahajudin S, Drs yang telah membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana cara kami menyusun karya tulis ilmiah dengan baik dan benar.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.
ABSTRAK
Pancasila adalah landasan negara Indonesia, Pancasila merupakan fondasi yang dibuat oleh para pendiri negara melalui proses dan pemikiran yang sangat panjang. Pancasila disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.
Bangsa Indonesia terbentuk melalui proses yang panjang mulai jamankerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya penjajah. BangsaIndonesia berjuang untuk menemukan jati dirinya sebagai bangsa yang merdekadan memiliki suatu prinsip yang tersimpul dalam pandangan hidup serta filsafathidup, di dalamnya tersimpul ciri khas, sifat karakter bangsa yang berbedadengan bangsa lain. Oleh para pendiri bangsa kita (the founding father)dirumuskan secara sederhana namun mendalam yang meliputi lima prinsip (sila)dan diberi nama Pancasila.Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatanyang terkandung dalam sila-sila Pancasila bukanlah merupakan hasil konseptualseseorang saja melainkan merupakan suatu hasil karya bangsa Indonesiasendiri yang diangkat dari nilai-nilai kultural yang dimiliki melalui proses refleksifilosofis para pendiri negara.
Pancasila dibuat dengan tujuan agar kehidupan bermasyarakat dan bernegara semakin baik dan menuju Indonesia yang maju, adil, makmur, damai, dan sentosa. Namun, saat ini sepertinya sudah banyak masyarakat yang mulai melupakan untuk apa pancasila dibuat. Bukan hanya masyarakat, bahkan pemerintah pun sudah banyak yang melupakan nilai – nilai dan kaidah pancasila. Jadi, Kita harus bisa menggiring kembali masyarakat dan oknum pemerintah ke jalan yang benar sesuai amanat pancasila yang telah susah payah dipertahankan oleh bangsa Indonesia pada Zaman Revolusi dulu.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...ii
Abstrak...iii
Daftar Isi...iv
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang...1
I.2 Rumusan Masalah...2
Bab II Pendekatan
II.1
Pendekatan Historis...3II.2
Pendekatan Sosiologis...3II.3
Pendekatan Yuridis...4Bab III Pembahasan III.1 Pancasila...6
III.1.1 Butir-Butir Pengamalan Pancasila Lama...6
III.1.2 Butir-Butir Pengamalan Pancasila Baru...9
III.2 Pancasila Yang Semakin Dilupakan...13
III.3 Melakukan Perubahan secepatnya...17
Bab IV Penutup IV.1 Kesimpulan...18
IV.2 Saran...18
BAB I PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Pancasila adalah landasan negara Indonesia, Pancasila merupakan fondasi yang dibuat oleh para pendiri negara melalui proses dan pemikiran yang sangat panjang.
Dalam perjalanannya pancasila mengalami berbagai macam perombakan, hingga akhirnya disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, diundangkan dalam Berita Republik Indonesia tahun II No. 7 bersama sama dengan batang tubuh UUD 1945. Sejarah eksistensi Pancasila sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia mengalami berbagai macam interpretasi dan manipulasi politik. Pancasila tidak lagi diletakan sebagai dasar filsafat serta pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia, melainkan direduksi, dibatasi dan dimanipulasi demi kepentingan politik penguasa pada saat itu.
Berdasarkan kenyataan tersebut gerakan reformasi berupaya untuk mengembalikan kedudukan dan fungsi Pancasila yaitu sebagai dasar negara republik Indonesia. Hal ini direalisasikan melalui Ketetapam Sidang Istimewa MPR tahun 1998 No. XXVIII/MPR/1998, disertai dengan pencabutan P-4 dan sekaligus juga pencabutan Pancasila sebagai satu-satunya asas bagi Orsospol di Indonesia. Ketetapan tersebut sekaligus juga mencabut mandat MPR yang diberikan kepada presiden atas kewenangannya untuk membudayakan Pancasila melalui P-4.
I.2
Rumusan Masalah
I.2.1 Apakah pada masa sekarang nilai-nilai pancasila masih diterapkan? I.2.2 Apakah ada kasus yang memperlihatkan bahwa masyarakat sudah
tidak mengindahkan nilai-nilai pancasila? I.2.3 Bagaimana mengatasi masalah tersebut?
BAB II PENDEKATAN
II.1
Pendekatan Historis
Bangsa Indonesia terbentuk melalui proses yang panjang mulai jamankerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya penjajah. BangsaIndonesia berjuang untuk menemukan jati dirinya sebagai bangsa yang merdekadan memiliki suatu prinsip yang tersimpul dalam pandangan hidup serta filsafathidup, di dalamnya tersimpul ciri khas, sifat karakter bangsa yang berbedadengan bangsa lain. Oleh para pendiri bangsa kita (the founding father)dirumuskan secara sederhana namun mendalam yang meliputi lima prinsip (sila)dan diberi nama Pancasila.
Dalam era reformasi bangsa Indonesia harus memiliki visi danpandangan hidup yang kuat (nasionalisme) agar tidak terombang-ambing di tengah masyarakat internasional. Hal ini dapat terlaksana dengan kesadaranberbangsa yang berakar pada sejarah bangsa.
Secara historis nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasilasebelum dirumuskan dan disahkan menjadi dasar negara Indonesia secaraobyektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri. Sehingga asal nilainilaiPancasila tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia sendiri, ataubangsa Indonesia sebagai kausa materialis Pancasila.
II.2
Pendekatan Sosiologis
Bangsa Indonesia mendasarkan pandangan hidupnya dalambermasyarakat, berbangsa dan bernegara pada suatu asas kultural yang dimilikidan melekat pada bangsa itu sendiri. Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatanyang terkandung dalam sila-sila Pancasila bukanlah merupakan hasil konseptualseseorang saja melainkan merupakan suatu hasil karya bangsa Indonesiasendiri yang diangkat dari nilai-nilai kultural
yang dimiliki melalui proses refleksifilosofis para pendiri negara. Oleh karena itu generasi penerus terutamakalangan intelektual kampus sudahseharusnya untuk mendalami serta mengkaji karya besar tersebut dalam upaya untuk melestarikan secara dinamis dalam artimengembangkan sesuai dengan tuntutan jaman.
II.3
Pendekatan Yuridis
Landasan yuridis (hukum) perkuliahan Pendidikan Pancasila diPerguruan Tinggi diatur dalam UU No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 39 menyatakan : Isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjangpendidikan wajibmemuat Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, PendidikanKewarganegaraan.
Demikian juga berdasarkan SK Mendiknas RI, No.232/U/2000, tentangPedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil BelajarMahasiswa, pasal 10 ayat 1 dijelaskan bahwa kelompok Mata Kuliah PendidikanKewarganegaraan, wajib diberikan dalam kurikulum setiap program studi, yang
terdiri atas Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, dan PendidikanKewarganegaraan.
Sebagai pelaksanaan dari SK tersebut, Dirjen Pendidikan Tinggi mengeluarkan Surat Keputusan No.38/DIKTI/Kep/2002, tentang Rambu-rambuPelaksanaan Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK). Dalam pasal 3dijelaskan bahwa kompetensi kelompok mata kuliah MPK bertujuan menguasaikemampuan berfikir, bersikap rasional dan dinamis, berpandangan luas sebagaimanusia intelektual. Adapun rambu-rambu mata kuliah MPK Pancasila adalahterdiri atas segi historis, filosofis, ketatanegaraan, kehidupan berbangsa danbernegara serta etika politik. Pengembangan tersebut dengan harapan agarmahasiswa mampu mengambil sikap sesuai dengan hati nuraninya, mengenalimasalah hidup
terutama kehidupan rakyat, mengenali perubahan serta mampumemaknai peristiwa sejarah, nilai-nilai budaya demi persatuan bangsa.
BAB III PEMBAHASAN
III.1
Pancasila
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sansekerta panca berarti lima dan sila berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.
III.1.1 Butir-Butir Pengamalan Pancasila Lama
Ketetapan MPR no. II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa menjabarkan kelima asas dalam Pancasila menjadi 36 butir pengamalan sebagai pedoman praktis bagi pelaksanaan Pancasila.
36 BUTIR-BUTIR PANCASILA/EKA PRASETIA PANCA KARSA 1. SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA
Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain. 2. SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB
Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia.
Saling mencintai sesama manusia. Mengembangkan sikap tenggang rasa. Tidak semena-mena terhadap orang lain. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan. Berani membela kebenaran dan keadilan.
Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
3. SILA PERSATUAN INDONESIA
Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
Cinta Tanah Air dan Bangsa.
Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air Indonesia. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang
ber-Bhinneka Tunggal Ika.
4. SILA KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN / PERWAKILAN
Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil musyawarah.
Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
5. SILA KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA
Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong-royong.
Bersikap adil.
Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban. Menghormati hak-hak orang lain.
Suka memberi pertolongan kepada orang lain. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain. Tidak bersifat boros.
Tidak bergaya hidup mewah.
Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum. Suka bekerja keras.
Menghargai hasil karya orang lain.
Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
Ketetapan ini kemudian dicabut dengan Tap MPR no. I/MPR/2003 dengan 45 butir Pancasila. Tidak pernah dipublikasikan kajian mengenai apakah butir-butir ini benar-benar diamalkan dalam keseharian warga Indonesia.
III.1.2 Butir-Butir Pengamalan Pancasila Baru
Sila pertama
1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing. 7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa kepada orang lain.
Sila kedua
1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia. 4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira. 5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain. 6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan. 8. Berani membela kebenaran dan keadilan.
9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
10.Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
Sila ketiga
1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
3. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika. 7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
Sila keempat
1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.
6. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
10.Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.
Sila kelima
1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban. 4. Menghormati hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.
7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.
8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.
9. Suka bekerja keras.
10.Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.
11.Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
III.2
Pancasila Yang Semakin Dilupakan
Pancasila dibuat dengan tujuan agar kehidupan bermasyarakat dan bernegara semakin baik dan menuju Indonesia yang maju, adil, makmur, damai, dan sentosa. Namun, saat ini sepertinya sudah banyak masyarakat yang mulai melupakan untuk apa pancasila dibuat. Bukan hanya masyarakat, bahkan pemerintah pun sudah banyak yang melupakan nilai – nilai dan kaidah pancasila. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya beredar tikus – tikus yang memakan uang rakyat di badan pemerintahan seperti DPR, Kementrian dan sebagainya.
Korupsi jelas – jelas bertentangan dengan pancasila. Pertama, bertentangan dengan sila pertama yaitu “KETUHANAN YANG MAHA ESA”. Tidak ada satu agama pun yang memperbolehkan umatnya untuk mencuri. Jika ada, berarti agama tersebut benar – benar sesat. Kedua, bertentangan dengan sila kedua dan kelima karena inti sila – sila tersebut adalah memiliki rasa kemanusiaan dan menghargai sesama. Tapitindakan korupsi merupakan tindakan yang tidak berprikemanusiaan, berapa banyak rakyat yang makin miskin akibat uang yang seharusnya diperuntukkan untuk mereka malah dimakan oleh pemerintah. Ketiga, Korupsi pun Bertentangan dengan sila ketiga dan empat. Inti dari 2 sila ini adalah cinta tanah air dan mengutamakan negara daripada pribadi. Nah, jika kita melakukan korupsi, itu artinya kita merugikan negara kita sendiri karena uang yang kita ambil adalah milik negara dan digunakan untuk menjalankan pemerintahan. Dengan kata lain tindakan korupsi akan memperlihatkan bahwa pelakunya tidak mencintai negaranya.
Sedangkan dalam masyarakat, banyak sekali terjadi kasus yang menunjukkan semakin berkurangnya kesadaran masyarakat akan pancasila. Nilai – nilai dalam pancasila seakan telah hilang dalam kehidupan bermasyarakat saat ini. Contoh nyatanya adalah ditunjukkan dalam berita yang diambil dari vivanews.com berikut ini :
Mojokerto (beritajatim.com)--Sejumlah pelajar di Kota Mojokerto terlibat tawuran sesama pelajar di lapangan kawasan Perumahan Gatoel, Kota Mojokerto, Sabtu (15/10/2011). Diduga, aksi tawuran pelajar ini dipicu masalah rebutan cewek.
Aksi tawuran terjadi sekitar pukul 11.30 WIB. Sebelum terjadi tawuran, salah satu siswa SMA Mayjen Sungkono, EK (18) mengirim pesan singkat (SMS) ke salah satu siswa SMAN I Kota Mojokerto. Isi SMS tersebut, agar siswa SMAN I tidak mengganggu pacarnya.
Namun, SMS tersebut tidak dihiraukan siswa SMAN I. Tapi justru diajak ketemuan di belakang gedung SMAN I. Aksi tawuran terjadi antara kedua SMA yang berada di Jalan Irian Jaya, Kota Mojokerto ini. Akibat aksi ini, belasan siswa kedua sekolah terluka.
EK menuturkan, ia mengirim SMS hanya untuk mengingatkan agar tidak mengganggu pacarnya. ''Tapi dia malah mengajak ketemuan di halaman belakang, di sana dia tak sendiri karena banyak teman-temannya yang sudah menunggu di sana,'' ungkapnya.
Karena itu, ia pun datang tak sendiri, akhirnya aksi tawuran antara kedua SMA tersebut terjadi. Warga yang melihat aksi tersebut sempat melerai, namun tawuran tetap terjadi. ''Warga yang datang untuk melerai tidak dipedulikan lagi, malah warga balik ditantang,'' ungkap salah satu warga Perumahan Gatoel, Hari.
Oleh warga, para pelajar yang terlibat tawuran diamankan karena terlihat membawa batu dan nyaris menyerang warga. Namun ada juga yang melarikan diri. Warga langsung melaporkan kejadian tersebut ke Mapolres Mojokerto Kota. ''Kita langsung mengamankan mereka dengan mencabut kunci motor mereka sebelum polisi datang. Di sini memang sering dijadikan
tempat tawuran pelajar, tak hanya itu di sini juga banyak para pelajar yang pacaran kelewat batas,'' lanjutnya.
Petugas yang datang dari Sat Sabhara Polres Mojoketo Kota ke lokasi kejadian langsung membawa para siswa ke Mapolres Mojokerto Kota untuk dimintai keterangan. Tak hanya itu, petugas juga membawa motor milik siswa yang terlibat tawuran. Motor para pelajar ini dibawa dengan menggunakan truk milik Polres Mojokerto Kota.
TAWURAN, kata itu seakan sudah menjadi trade mark bagi para pelajar di Indonesia. Mulai dari tingkat SMP, SMA, sampai ‘MAHA’SISWA. Sungguh mencoreng nama Indonesia yang berlandas pancasila. Tawuran jelas bertentangan dengan pancasila, karena menyimpang dari beberapa pancasila, yaitu sebagai berikut :
1. Sila pertama, KETUHANAN YANG MAHA ESA. Tawuran adalah perkelahian massal antara 1 kelompok dengan kelompok lain. Tidak akan pernah ada agama yang mengizinkan perkelahian apa lagi karena hal sepele. Islam sekali pun hanya memperbolehkan kita untuk membela diri jika keadaan terancam.
2. Sila ketiga, PERSATUAN INDONESIA. Jika terus menerus Tawuran dan berkelahi antara sesama warga negara Indonesia, kapan Nilai Sila ketiga ini akan tercapai?? Kapan kita bisa bersatu?? Jika kita tidak satu, maka jangan heran jika suatu saat Indonesia akan terpecah menjadi negara Yogya, Negara Jakarta, dan sebagainya. 3. Sila keempat, KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAH
KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN/PERWAKILAN.
Berdasarka berita di atas, tawuran tersebut terjadi karena masalah “cewek” yang notabenenya adalah masalah sepele yang tidak perlu dibesarkan – besarkan apalagi sampai terjadi tawuran. Sungguh disayangkan...seharusnya hal ini bisa dimusyawarahkan sesuai amanat pancasila sila ke empat. Tidak perlu lah sampai ada
pertumpahan darah karena tawuran. Apalagi kalau ada yang tewas. Nauzubillahiminzalik.
III.3
Melakukan Perubahan secepatnya
Mengingat makin kacaunya negara ini, kita harus segera melakukan perubahan, tentu saja perubahan ke arah yang baik. Kita harus bisa menggiring kembali masyarakat dan oknum pemerintah ke jalan yang benar sesuai amanat pancasila yang telah susah payah dipertahankan oleh bangsa Indonesia pada Zaman Revolusi dulu.
Cara yang bisa ditempuh adalah mengajarkan kembali pentingnya nilai-nilai pancasila, tapi mengajarkan saja tidak cukup, kita harus bisa mengamalkannya. Dan kembali ke agama kita masing-masing. Karena Pancasila dan agama tidak bisa dibandingkan, mereka harus disandingkan, di duetkan, dijalankan bersama sebab ajaran pancasila tidak bertentangan dengan agama manapun.
Tapi jangan sampai berlebihan seperti zaman orde baru dulu, apalagi sampai mendewakan pancasila. Itu tidak boleh. Segala sesuatu yang berlebihan itu tidak bagus dan akan merugikan kita sendiri.
Namun, cara di atas hanya bisa tercapai jika kita memiliki kesadaran dalam diri kita sendiri untuk berubah ke jalur yang benar. Tanpa kesadaran sendiri, sekeras apapun orang lain mengajar dan menyuruh untuk mengamalkan pancasila tidak akan pernah mempan dan mengubah hidup kita. Ibarat masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Jadi yang paling penting, KESADARAN DALAM DIRI UNTUK BERUBAH.
BAB IV PENUTUP
IV.1
KESIMPULAN
Jadi kesimpulannya, pancasila adalah landasan negara Indonesia yang mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Tujuan pancasila adalah guna mengantarkan Indonesia menuju negara yang maju, damai, aman, tentram, dan sentosa. Tapi, sekarang sudah banyak masyarakt dan dari kalangan pejabat (pemerintah) yang mulai melupakan pentingnya pancasila. Mereka harus segera disadarkan, mereka harus kembali menyadari arti pancasila sehingga akan berpikir 2 kali untuk melakukan segala tindak tanduk kejahatan yang bertentangan dengan pancasila.
IV.2
SARAN
Sebaiknya, Indonesia harus kembali gencar mensosialisasikan pancasila. Mengingat sekarang kalangan anak – anak muda mulai melupakan arti pancasila. Mereka berpikir jika pelajaran pancasila hanya sebagai pelajaran pelengkap yang tidak penting, tidak seperti pelajaran fisika, matematika, dan kawan-kawanya. Tugas Indonesia adalah memperbaiki persepsi yang salah tersebut.
REFERENSI
1. Azhari,S.H. (1982). Pancasila dan UUD ’45. Ghalia Indonesia: Jakarta. 2. VIVANEWS.COM
3. Thaib Dahlan, SH, M Si. (1944). Pancasila Yuridis Ketatanegaraan. UPP AMP YKPN : Yogyakarta