• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOTA SALATIGA 5.1. GAMBARAN UMUM INDIKATOR SUMBER (RESOURCES DRIVEN)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KOTA SALATIGA 5.1. GAMBARAN UMUM INDIKATOR SUMBER (RESOURCES DRIVEN)"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

37

Mapping dimaksudkan untuk mengetahui kondisi eksisting ekonomi kreatif di Kota Salatiga. Hasil mapping tersebut akan menunjukan tingkat kemajuan masing-masing subsektor ekonomi kreatif di Kota Salatiga. Terdapat empat klasifikasi kemajuan ekonomi kreatif yakni : unggulan, potensial pasar, potensial sumber dan tertinggal. Untuk kepentingan mapping menggunakan kriteria produk unggulan Kementerian dalam Negeri, Kementerian Koperasi dan UMKM dengan kriteria industri prioritas menurut Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 110 Tahun 2015. Dengan menggunakan kombinasi keduanya, indikator yang digunakan untuk mapping ekonomi kreatif terdiri dari; (1) pemasaran; (2) kontribusi terhadap pertumbuhan daerah (3) Prestise daerah (4) keterkaitan dengan jenis usaha lain, (5) bahan baku/ bahan penolong; (6) dukungan SDM; (7) Dukungan kelembagaan dan kebijakan; (8) nilai tambah sosial dan lingkungan; (9) Ketersediaan sarana dan prasarana dan (10) dukungan lembaga pembiayaan

Sebelum disajikan klasifikasi kemajuan masing-masing ekonomi kreatif di Kota Salatiga terlebih akan dipaparkan gambaran umum sepuluh indikator di atas berdasarkan hasil pengumpulan data melalui kuesioner. Namun untuk memudahkan analisis maka pemaparan sepuluh indikator tersebut, dikelompokkan ke dalam dua klasifikasi yaitu aspek sumberdaya (resources driven ) atau backward linkages dan aspek pasar (market driven) atau forward linkages.

5.1. GAMBARAN UMUM INDIKATOR SUMBER (RESOURCES DRIVEN)

Aspek Sumber Daya meliputi (1) bahan baku dan bahan penolong; (2) dukungan sumber daya manusia; (3) dukungan kelembagaan dan kebijakan pemerintah; (4) nilai tambah sosial dan lingkungan; (5) ketersediaan sarana dan prasarana serta (6) dukungan lembaga pembiayaan.

5

MAPPING EKONOMI KREATIF

(2)

38

5.1.1 BAHAN BAKU DAN BAHAN PENOLONG

Aspek bahan baku dan bahan penolong meliputi ketersediaan bahan baku dalam jumlah yang mencukupi, proporsi bahan baku impor, kemudahan memperoleh bahan penolong dan proporsi bahan penolong impor. Ketersediaan bahan baku dalam jumlah yang mencukupi akan sangat menunjang keberlangsungan dari sebuah industri.

Sumber: Data primer 2017

Keterangan : untuk kepentingan analisis maka skor mean atau rata-ratadibagi kedalam lima kategori meliputi; untuk skor rata-rata antara 1 – 2,79 = sangat tidak mencukupi; 2,80 – 4,59 = tidak mencukupi ; 4,60 – 6,39 = cukup mencukupi ; 6,40 – 8,19 = mencukupi; 8,20 – 10= sangat mencukupi

Gambar 5 1 Ketersediaan Bahan Baku Lokal

Berdasarkan aspek ketersediaan bahan baku lokal yang ditunjukkan grafik gambar 5.1 hanya sub sektor kriya yang memiliki ketersediaan bahan baku lokal yang sangat mencukupi. Sementara subsektor kuliner, seni rupa, desain produk, kerajinan dan fotografi yang memiliki ketersediaan bahan baku lokal dalam jumlah yang mencukupi. Subsektor televisi dan radio serta desain komunikasi visual memiliki bahan baku lokal dalam jumlah yang tidak mencukupi. Subsektor lain yaitu fashion, musik, desain interior, penerbitan dan percetakan serta seni pertunjukan memiliki jumlah bahan baku lokal yang cukup mencukupi.

Selain ketersediaan bahan baku lokal yang menunjang keberlangsungan dari sebuah industri, proporsi dalam penggunaan baku lokal juga harus dipertimbangkan. Subsektor desain produk merupakan subsektor yang memiliki proporsi penggunaan bahan baku lokal yang tinggi.

3.3 7.7 6.0 7.0 9.5 5.2 3.7 6.5 7.1 5.6 4.8 6.8 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0

(3)

39

Sumber: Data primer 2017

Keterangan : untuk kepentingan analisis maka skor mean atau rata-ratadibagi kedalam lima kategori meliputi; untuk skor rata-rata antara 1 – 2,79 = sangat rendah; 2,80 – 4,59 = rendah ; 4,60 – 6,39 = cukup tinggi ; 6,40 – 8,19 = tinggi; 8,20 – 10= sangat tinggi

Gambar 5 2 Proporsi Penggunaan Bahan Baku Lokal

Subsektor desain produk, fashion dan seni rupa memiliki proporsi penggunaan bahan baku lokal yang tinggi, namun dua subsektor lainnya memiliki proporsi penggunaan bahan baku lokal rendah. Subsektor tersebut adalah televisi dan radio serta desain komunikasi visual. Selebihnya yaitu delapan sektor yang lain memiliki proporsi penggunaan bahan baku lokal yang cukup adalah fashion, kriya, musik, desain interior, fotografi, penerbitan dan percetakan, seni pertunjukkan serta kuliner. Dalam suatu industri selain menggunakan bahan baku juga menggunakan bahan penolong. Gambar 5.3 menunjukkan gambaran ketersediaan bahan penolong lokal.

Sub sektor desain interior, seni rupa dan kriya memiliki ketersediaan bahan penolong lokal yang sangat mendukung. Namun untuk sub sektor desain komunikasi visual ketersediaan bahan penolong lokal sangatlah tidak mendukung sedangkan seni pertunjukan tidak mendukung. Sisanya terdapat empat subsektor yang ketersediaan bahan penolongnya cukup mendukung antara lain televisi dan radio, fashion, dan fotografi. 3.3 7.4 8.3 9.0 7.0 6.2 3.3 9.0 5.7 5.2 4.8 6.2 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0

(4)

40

Sumber: Data primer 2017

Keterangan : untuk kepentingan analisis maka skor mean atau rata-ratadibagi kedalam lima kategori

meliputi; untuk skor rata-rata antara 1 – 2,79 = sangat tidak mendukung; 2,80 – 4,59 =tidak

mendukung ; 4,60 – 6,39 = cukup mendukung; 6,40 – 8,19 = mendukung ; 8,20 – 10= sangat

mendukung

Gambar 5 3 Ketersediaan Bahan penolong Lokal

Proporsi Penggunaan bahan penolong lokal menggambarkan seberapa besar perbandingan antara bahan penolong yang berasal dari impor dan berasal dari dalam negeri. Semakin besar proporsi bahan penolong impor dibandingkan dengan bahan baku lokal mencerminkan kebergantungan terhadap luar negeri dan sebaliknya. Sebuah industri akan lebih baik jika bahan baku dan penolongnya sebagian besar dari dalam negeri. Subsektor seni rupa memiliki proporsi penggunaan bahan penolong lokal yang sangat tinggi kemudian subsektor televisi dan radio serta penerbitan dan kerajinan memiliki proporsi penggunaan bahan penolong lokal yang tinggi, sebagian besar bahan penolong bersumber dari lokal. Sembilan subsektor lainnya memiliki proporsi penggunaan bahan penolong lokal yang cukup tinggi antara lain desain produk, kriya, fashion, musik, desain interior, fotografi, seni pertunjukan serta kuliner, namun terdapat satu sektor yang memiliki proporsi penggunaan bahan baku lokal yang rendah yaitu subsektor desain komunikasi visual.

6.3 6.9 6.3 8.3 8.5 6.5 2.7 8.5 5.9 7.2 4.4 5.7 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0

(5)

41

Sumber: Data primer 2017

Keterangan : untuk kepentingan analisis maka skor mean atau rata-ratadibagi kedalam lima kategori meliputi; untuk skor rata-rata antara 1 – 2,79 = sangat rendah; 2,80 – 4,59 = rendah ; 4,60 – 6,39 = cukup tinggi ; 6,40 – 8,19 = tinggi; 8,20 – 10= sangat tinggi

Gambar 5 4 Proporsi Penggunaan Bahan Penolong Lokal

Gambar 5.5 dibawah ini menggambarkan keseluruhan dari aspek bahan baku dan bahan penolong yang terdiri dari ketersediaan bahan baku dalam jumlah yang mencukupi, proporsi bahan baku impor bahan baku, ketersediaan bahan penolong dan proporsi bahan baku impor bahan penolong

Sumber: Data primer 2017

Keterangan : untuk kepentingan analisis maka skor mean atau rata-rata dibagi kedalam dua kategori meliputi; untuk skor rata-rata antara 1 – 6 = rendah ; 6.01 – 10 = tinggi

Gambar 5 5 Total Aspek Bahan Baku dan Bahan Penolong

Berdasarkan apek bahan baku dan bahan penolong, subsektor desain produk, fashion, seni rupa, kriya, desain interior memiliki skor yang tinggi untuk aspek bahan baku dan bahan penolong. Sisanya yaitu televisi dan radio, musik, desain komunkasi visual,

7.0 6.6 5.3 8.8 3.5 6.2 3.0 6.0 5.7 6.8 4.8 5.2 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 5.00 7.14 6.44 8.25 7.13 6.00 3.17 7.50 6.11 6.20 4.70 5.96 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 Televisi dan Radio

Desain Produk Fashion Seni Rupa Kriya Musik Desain Komunikasi Visual Desain Interior Fotografi Penerbitan dan Percetakan Seni Pertunjukan Kuliner

(6)

42

fotografi, penerbitan dan percetakan, kuliner dan seni pertunjukkan memiliki skor yang rendah untuk aspek bahan baku dan bahan penolong.

5.1.2 DUKUNGAN SUMBER DAYA MANUSIA

Ekonomi kreatif, sangat mengandalkan keterampilan tenaga kerjanya dalam sebuah proses produksi. Oleh sebab itu ketersediaan tenaga kerja yang terampil menjadi hal yang dibutuhkan dalam proses produksi. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa ketersediaan tenaga kerja yang terampil merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh ekonomi kreatif. Dukungan sumber daya diukur menggunakan dua kriteria yaitu ketersediaan tenaga kerja yang terampil dan ketersediaan institusi pendidikan atau pelatihan

Sumber: Data primer 2017

Keterangan : untuk kepentingan analisis maka skor mean atau rata-ratadibagi kedalam lima kategori

meliputi; untuk skor rata-rata antara 1 – 2,79 = sangat tidak mencukupi; 2,80 – 4,59 = tidak

mencukupi ; 4,60 – 6,39 = cukup mencukupi ; 6,40 – 8,19 = mencukupi; 8,20 – 10= sangat mencukupi Gambar 5 6 Ketersediaan Tenaga Kerja Terampil

Dalam hal ketersediaan tenaga kerja yang terampil, gambar 5.5 di atas menunjukkan bahwa subsetor televisi dan radio; fashion; seni rupa; musik; desain komuniksi visual; desain interior dan seni pertunjukkan merupakan subsektor dimana tenaga kerja terampil ketersediaannya cukup mencukupi. Disisi lain, hanya subsektor fotografi serta penerbitan dan percetakanlah yang memiliki ketersediaan tenaga kerja yang mencukupi. Sedangkan untuk subsektor kriya ketersediaan bahan bakunya tidak mencukupi. 5.3 5.3 5.3 6.3 4.0 5.7 6.3 6.0 6.6 7.8 6.2 6.0 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0

(7)

43

Dalam menjalankan usaha kreatif diperlukan tenaga kerja yang terlatih dan memiliki kreatifitas tinggi, sehingga dalam menjalankan usaha kreatif tidak dapat serta merta merekrut karyawan. Salah satu Subsektor yang mewajibkan tenaga kerja harus terlatih dan memiliki kreatifitas tinggi ialah desain komuniksi visual, sehingga dalam subsetor tersebut penyerapan tenaga kerja sangatlah rendah, kemudian subsektor fashion juga memiliki penyerapan tenaga kerja yang rendah. Sepuluh sektor lainnya memiliki penyerapan tenaga kerja yang cukup tinggi yaitu pada subsektor Televisi dan Radio; Desain produk; Kerajinan; Desain Interior; Fotografi; Penerbitan dan Percetkan, Seni pertunjukan serta Kuliner.

Sumber: Data primer 2017

Keterangan : untuk kepentingan analisis maka skor mean atau rata-ratadibagi kedalam lima kategori meliputi; untuk skor rata-rata antara 1 – 2,79 = sangat rendah; 2,80 – 4,59 = rendah ; 4,60 – 6,39 = cukup tinggi ; 6,40 – 8,19 = tinggi; 8,20 – 10= sangat tinggi

Gambar 5 7 Penyerapan Tenaga Kerja dalam Produksi

Ketersediaan tenaga kerja yang terampil ini berkaitan pula dengan ketersediaan institusi pendidikan atau pelatihan. Keberadaan dari institusi pendidikan atau pelatihan ini akan mensupply tenaga kerja yang terampil

6.0 5.9 4.0 5.3 4.0 5.7 2.0 6.0 4.7 6.0 5.8 5.2 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0

(8)

44

Sumber: Data primer 2017

Keterangan : untuk kepentingan analisis maka skor mean atau rata-ratadibagi kedalam lima kategori

meliputi; untuk skor rata-rata antara 1 – 2,79 = sangat tidak mencukupi; 2,80 – 4,59 = tidak

mencukupi ; 4,60 – 6,39 = cukup mencukupi ; 6,40 – 8,19 = mencukupi; 8,20 – 10= sangat mencukupi Gambar 5 8 Ketersediaan Institusi Pendidikan/ Pelatihan

Namun demikian, di Kota Salatiga ketersediaan dari institusi pendidikan atau pelatihan hanya berada dalam kategori cukup dan tidak mencukupi. Tidak ada satu subsektorpun yang memiliki ketersediaan intitusi pendidikan atau pelatihan yang berada dalam kategori mencukupi bahkan sangat mencukupi.

Subsektor yang ketersediaan dari institusi pendidikannya dalam kategori sangat tidak mencukupi adalah Seni Rupa. Subsektor ketersediaan dari institusi pendidikannya dalam kategori tidak mencukupi adalah Desain produk; Kriya; Desain Komunikasi Visual; Desain interior; Fotografi Serta Seni Pertunjukan, yang Sementara subsektor yang ketersediaan dari institusi pendidikannya dalam kategori cukup mencukupi adalah Fashion; musik; kuliner serta penerbitan dan percetakan dan ketersediaan dari institusi pendidikannya dalam kategori sangat mencukupi adalah Televisi dan Radio.

Secara total dengan menggabungkan kriteria ketersediaan tenaga kerja yang terampil, penyerapan tenaga kerja dan ketersediaan lembaga pendidikan atau pelatihan, maka aspek dukungan sumber daya manusia terdiskripsi dari gambar 5.9 di bawah ini

6.7 4.1 5.5 2.0 3.0 5.0 4.3 4.0 4.0 6.2 4.4 6.2 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0

(9)

45

Sumber: Data primer 2017

Keterangan : untuk kepentingan analisis maka skor mean atau rata-rata dibagi kedalam dua kategori meliputi; untuk skor rata-rata antara 1 – 6 = rendah ; 6.01 – 10 = tinggi

Gambar 5 9 .Total Aspek Dukungan SDM

Pada aspek dukungan sumber daya manusia, subsektor desain produk, fashion, seni rupa, musik, kriya, penerbitan dan percetakan, seni pertunjukkan, desain interior, fotografi serta kuliner menunjukkan skor yang rendah. Sementara skor dukungan sumber daya manusia yang tinggi ditunjukkan oleh subsektor televisi dan radio serta desain komunikasi visual.

5.1.3 DUKUNGAN KELEMBAGAAN DAN KEBIJAKAN

Dukungan kelembagaan menggambarkan sejauh mana dukungan lembaga-lembaga atau institusi pemerintah dalam pengembangan ekonomi kreatif. Dukungan ini dapat berupa kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk pengembangan ekonomi kreatif juga dapat berupa aspek kelembagaan misalnya dituangkannya ekonomi kreatif dalam produk hukum Kota Salatiga

6.06 4.05 5.61 3.44 5.00 5.43 6.04 5.33 5.06 2.07 3.69 3.44 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 Televisi dan Radio

Desain Produk Fashion Seni Rupa Kriya Musik Desain Komunikasi Visual Desain Interior Fotografi Penerbitan dan Percetakan Seni Pertunjukan Kuliner

(10)

46

Sumber: Data primer 2017

Keterangan : untuk kepentingan analisis maka skor mean atau rata-ratadibagi kedalam lima kategori

meliputi; untuk skor rata-rata antara 1 – 2,79 = sangat tidak mendukung; 2,80 – 4,59 = tidak

mendukung; 4,60 – 6,39 = cukup mendukung ; 6,40 – 8,19 = mendukung; 8,20 – 10= sangat

mendukung

Gambar 5 10 Dukungan Lembaga Pemerintah

Subsektor dari ekonomi kreatif yang memiliki persepsi bahwa kelembagaan dan kebijakan sangat tidak mendukung adalah desain komunikasi visual serta fotografi. Kemudian pada subsektor kriya dan musik memiliki persepsi tidak adanya dukungan kelembagaan dan kebijakan dari lembaga pemerintah. Sementara pada subsektor televisi dan radio; desain produk; fashion; desain interior; penerbitan dan percetakan serta seni pertunjukan memiliki persepsi adanya dukungan yang mencukupi atas kelembagaan dan kebijakan dari lembaga pemerintah dan untuk subsektor kuliner serta Seni Rupa dukungan yang pemerintah berikan berada pada kategori mendukung. Secara detail, peran masing-masing OPD dalam pengembangan ekonomi kreatif ditunjukkan dalam tabel 4.2 halaman 32.

5.1.4 NILAI TAMBAH LINGKUNGAN DAN SOSIAL

Nilai tambah sosial menunjukkan bagaimana peran sebuah industri bagi lingkungan sekitar. Dari sisi peranan dalam pelestarian lingkungan, tidak ada satupun sub sektor yang sangat berperan dalam pelestarian lingkungan. Sub sektor desain produk,seni rupa, kriya,desain interior, penerbitan dan percetakan, pertunjukkan serta kuliner cukup berperan dalam pelestarian lingkungan. Sementara desain komunikasi visual sangat tidak berperan dalam pelestarian lingkungan.

6.3 5.3 5.0 7.5 4.0 4.5 1.0 6.0 2.1 5.4 5.4 6.8 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0

(11)

47

Sumber: Data primer 2017

Keterangan : untuk kepentingan analisis maka skor mean atau rata-rata dibagi kedalam lima kategori meliputi; untuk skor rata-rata antara 1 – 2,79 =tidak berperan; 2,80 – 4,59 = kurang berperan ; 4,60 – 6,39 = cukup berperan ; 6,40 – 8,19 = mudah; 8,20 – 10= sangat berperan

Gambar 5 11 Nilai Tambah Lingkungan

5.1.5 KETERSEDIAAN SARANA DAN TEKNOLOGI PRODUKSI

Meskipun sebagai faktor penunjang, sarana dan teknologi produksi tidak boleh diabaikan dalam sebuah aktivitas produksi. Ketersediaan sarana dan teknologi akan memperlancar aktivitas produksi dan sebaliknya, ketidaktersediaan sarana dan prasarana dapat menghambat aktivitas produksi.

Gambar 5.10 menunjukkan bahwa subsektor yang memiliki ketersediaan sarana produksi yang sangat tinggi adalah subsektor seni rupa; musik; desain komunikasi visual; desain interior serta penerbitan dan percetakan dan prasarana. Subsektor yang memiliki ketersediaan sarana produksi yang mencukupi diantaranya adalah sub sektor televisi dan radio; desain produk; fashion; kriya; fotografi serta kuliner dan hanya satu subsektor yang memiliki ketersediaan sarana produksi yang cukup mencukupi yaitu subsektor seni Pertunjukan. Kondisi tersebut memberikan gambaran bahwa kondisi ketersediaan sarana ekonomi kreatif di Kota Salatiga tergolong baik karena berada pada kategori cukup mencukupi, mencukupi dan sangat mencukupi.

3.3 5.7 4.5 6.0 6.0 3.7 1.0 6.0 3.0 5.2 5.2 5.5 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0

(12)

48

Sumber: Data primer 2017

Keterangan : untuk kepentingan analisis maka skor mean atau rata-ratadibagi kedalam lima kategori

meliputi; untuk skor rata-rata antara 1 – 2,79 = sangat tidak mencukupi; 2,80 – 4,59 = tidak

mencukupi ; 4,60 – 6,39 = cukup mencukupi ; 6,40 – 8,19 = mencukupi; 8,20 – 10= sangat mencukupi Gambar 5 12. Ketersediaan Sarana Produksi

Teknologi juga turut memperlancar suatu proses produksi. Pada Gambar 5.11 ketersediaan teknologi produksi pada ekonomi kreatif cukup beragam. Subsektor ekonomi kreatif yang memiliki teknologi produksi pada kategori cukup mencukupi adalah seni pertunjukan; desain interior; kriya; serta televisi dan radio. Terdapat dua subsektor ekonomi kreatif yang memiliki ketersediaan teknologi dalam kategori sangat mencukupi yaitu subsektor desain komunikasi visual serta penerbitan dan percetakan. Untuk subsektor fashion; seni Rupa; fotografi serta kuliner berada dalam kategori ketersediaan teknologi yang mencukupi.

Sumber: Data primer 2017

Keterangan : untuk kepentingan analisis maka skor mean atau rata-ratadibagi kedalam lima kategori

meliputi; untuk skor rata-rata antara 1 – 2,79 = sangat tidak mencukupi; 2,80 – 4,59 = tidak

mencukupi ; 4,60 – 6,39 = cukup mencukupi ; 6,40 – 8,19 = mencukupi; 8,20 – 10= sangat mencukupi Gambar 5 13. Ketersediaan Teknologi Produksi

7.3 7.1 6.5 8.8 8.0 8.3 9.0 8.5 7.4 8.6 5.2 6.5 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 6.0 6.7 6.5 7.8 5.0 6.0 9.0 5.0 6.6 8.8 4.8 6.8 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0

(13)

49

Secara total dengan menggabungkan kriteria ketersediaan sarana dan prasarana serta ketesediaan teknologi produksi, maka aspek dukungan ketersediaan sarana dan teknologi dari gambar 5.14 di bawah ini

Sumber: Data primer 2017

Keterangan : untuk kepentingan analisis maka skor mean atau rata-rata dibagi kedalam dua kategori meliputi; untuk skor rata-rata antara 1 – 6 = rendah ; 6.01 – 10 = tinggi

Gambar 5. 14 .Total Aspek Ketersediaan Sarana dan Teknologi

Pada aspek ketersediaan sarana dan teknologi, hampir semua subsektor memiliki skor ketersediaan sarana dan teknologi yang tinggi. Hanya subsektor seni pertunjukkan yang menunjukkan skor ketersediaan sarana dan teknologi yang rendah.

5.1.6 KEMUDAHAN AKSES LEMBAGA PEMBIAYAAN

Permodalan akan berkontribusi dalam perkembangan suatu industri demikian pula dalam ekonomi kreatif. Akses ke lembaga pembiayaan untuk mendapatkan akses permodalan menjadai masalah tersendiri bagi industri UMKM. Di ekonomi kreatif Kota Salatiga, akses ke lembaga pembiayaan menjadi masalah tersendiri karena tidak ada satu sub sektor pun yang merasa akses ke lembaga pembiayaan adalah sangat mudah dan mudah. Hal ini terlihat pada gambar 5.12 dibawah ini.

6.67 6.93 6.50 8.25 6.50 7.17 9.00 6.75 7.00 8.70 5.00 6.67 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 Televisi dan Radio

Desain Produk Fashion Seni Rupa Kriya Musik Desain Komunikasi Visual Desain Interior Fotografi Penerbitan dan Percetakan Seni Pertunjukan Kuliner

(14)

50

Sumber: Data primer 2017

Keterangan : untuk kepentingan analisis maka skor mean atau rata-ratadibagi kedalam lima kategori meliputi; untuk skor rata-rata antara 1 – 2,79 = sangat sulit; 2,80 – 4,59 = sulit ; 4,60 – 6,39 = cukup mudah ; 6,40 – 8,19 = mudah; 8,20 – 10= sangat mudah

Gambar 5 15 Kemudahan Akses Lembaga Pembiayaan

Subsektor desain produk, seni rupa, kriya, desain interior, penerbitan dan percetaka, seni pertunjukkan dan kuliner merasakan cukup mudah dalam hal akses ke dalam lembaga pembiayaan. Sementara desain komunikasi visual merasa sangat sulit untuk akses ke lembaga pembiayaan.

Akumulasi bahan baku/ bahan penolong; dukungan SDM; nilai tambah social dan lingkungan; dukungan kelembagaan dan kebijakan; ketersediaan sarana prasarana dan teknologi serta kemudahan akses ke dalam lembaga pembiayaan akan membentuk total skor untuk sumber daya dengan mengalikan masing-masing skor dengan bobot seperti yang telah ditentukan sebelumnya. Bahan baku/ bahan penolong memiliki bobot 15%; dukungan SDM memiliki bobot 15%; dukungan kelembagaan dan kebijakan memiliki bobot 5%; nilai tambah social dan lingkungan memiliki bobot 5%; ketersediaan sarana prasarana dan teknologi memiliki bobot 5% serta kemudahan akses ke dalam lembaga pembiayaan memiliki bobot 10%.

3.3 5.7 4.5 6.0 6.0 3.7 1.0 6.0 3.0 5.2 5.2 5.5 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0

(15)

51

Tabel 5 1 Total Aspek Sumber Daya Ekonomi Kreatif

Bahan Baku/ Bahan Penolong (15%) Dukungan SDM (15%) Dukungan Kelembagaan dan kebijakan (5%) Nilai Tambah Sosial dan Lingkungan (5%) Ketersediaan Sarana Prasarana Teknologi (5%) Kemudahan Akses Lembaga Pembiayaan (5%) Total Aspek Sumber Daya Kategori* Skor Total Skor Total Skor Total Skor Total Skor Total Skor Total

Televisi dan Radio 5,00 0,75 6,06 0,91 6,00 0,30 4,00 0,20 6,67 0,33 3,33 0,17 2,66 Rendah Desain Produk 7,14 1,07 4,05 0,61 6,71 0,34 7,29 0,36 6,93 0,35 5,71 0,29 3,01 Tinggi Fashion 6,44 0,96 5,61 0,84 6,50 0,33 7,25 0,36 6,50 0,33 4,50 0,23 3,04 Tinggi Seni Rupa 8,25 1,23 3,44 0,52 7,75 0,39 6,75 0,34 8,25 0,41 6,00 0,30 3,19 Tinggi Kriya 7,13 1,06 5,00 0,75 5,00 0,25 5,50 0,28 6,50 0,33 6,00 0,30 2,97 Rendah Musik 6,00 0,90 5,43 0,81 6,00 0,30 6,50 0,33 7,17 0,36 3,67 0,18 2,88 Rendah Desain Komunikasi Visual 3,17 0,47 6,04 0,91 9,00 0,45 6,33 0,32 9,00 0,45 1,00 0,05 2,65 Rendah Desain Interior 7,50 1,12 5,33 0,80 5,00 0,25 8,50 0,43 6,75 0,34 6,00 0,30 3,24 Tinggi Fotografi 6,11 0,91 5,06 0,76 6,57 0,33 6,00 0,30 7,00 0,35 3,00 0,15 2,80 Rendah Penerbitan dan Percetakan 6,20 0,93 2,07 0,31 8,80 0,44 5,60 0,28 8,70 0,44 5,20 0,26 2,66 Rendah Seni Pertunjukan 4,70 0,70 3,69 0,55 4,80 0,24 6,00 0,30 5,00 0,25 5,20 0,26 2,31 Rendah Kuliner 5,96 0,89 3,44 0,52 6,83 0,34 6,67 0,33 6,67 0,33 5,50 0,28 2,69 Rendah

(16)

52

Berdasarkan tabel 5.1, produk yang memiliki dukungan sumber daya yang tinggi adalah, desain produk, fashion, seni rupa, desain interior, desain komunikasi visual. Hal ini berarti bahwa dalam proses produksi memiliki dukungan yang sangat baik dari ketersediaan input, sarana & teknologi produksi dan mampu menghasilkan nilai tambah yang tinggi. Sementara produk yang memiliki nilai total sumber daya yang rendah adalah televisi dan radio, kriya, musik, desain komunikasi visual, fotografi, penerbitan dan percetakan, seni pertunjukkan serta kuliner.

5.2 GAMBARAN UMUM INDIKATOR PASAR/ DAYA SAING

Aspek pasar atau daya saing meliputi pasar, memiliki banyak kaitan dengan berbagai jenis usaha yang lain (backward dan forward linkages). Aspek pasar terdiri dari tiga indikator yaitu (1) pemasaran yang meliputi pertumbuhan penjualan, peluang memasuki pasar ekspor, dukungan infrastruktur pemasaran, jangkauan wilayah pemasaran dan daya saing; (2) kontribusi terhadap pertumbuhan daerah (3)prestise daerah yang meliputi kekhasan daerah dan kemampuan mengangkat kebanggaan daerah serta dan (4) keterkaitan usaha yang dilakukan dengan berbagai jenis usaha yang lain (backward and forward linkages)

5.2.1 PEMASARAN

Aspek pemasaran terdiri dari pangsa pasar dari produk yang dihasilkan, peluang pemasaran di masa yang akan datang dari produk yang dihasilkan serta daya saing dari produk yang dihasilkan. Kondisi pangsa pasar dari produk yang dihasilkan oleh ekonomi kreatif di Kota Salatiga relatif tinggi. Kondisi tersebut ditunjukkan dalam gambar 5.16 di bawah ini

Subsektor ekonomi kreatif Desain Komunikasi Visual memiliki pangsa pasar yang sangat tinggi kemudian diikuti subsektor Penerbitan dan Percetakan; Seni Rupa; Fotografi; Televisi Radio; Fashion; Desain Produk serta musik yang berada dalam kategori pangsa pasar yang tinggi. Sedangkan tiga subsektor lainnya pada kategori pangsa pasar yang cukup tinggi diantaranya adalah subsektor Kriya; Desain Interior serta Seni Pertunjukan.

(17)

53

Sumber: Data primer 2017

Keterangan : untuk kepentingan analisis maka skor mean atau rata-ratadibagi kedalam lima kategori meliputi; untuk skor rata-rata antara 1 – 2,79 = sangat rendah; 2,80 – 4,59 = rendah ; 4,60 – 6,39 = cukup tinggi ; 6,40 – 8,19 = tinggi; 8,20 – 10= sangat tinggi

Gambar 5 16 Pangsa Pasar Ekonomi Kreatif

Selain Pangsa Pasar dari sebuah produk, keberlangsungan usaha juga patut dipertimbangkan. Peluang pemasaran yang tinggi dimasa yang akan datang memberikan prospek tentang keberlangsungan usaha. Beberapa subsektor dalam ekonomi kreatif menunjukkan peluang pemasaran yang tinggi dimasa yang akan dating. Subsektor dengan peluang pemasaran yang cukup tinggi adalah desain produk, fashion, seni rupa, musik, desain komunikasi visual, desain interior, fotografi dan kuliner. Diluar tujuh subsektor tersebut, subsektor yang lain menunjukkan peluang pemasaran yang tinggi dimasa yang akan datang. Hal ini menunjukkan bahwa ekonomi kreatif akan berkembang dengan baik dimasa yang akan datang.

Sumber: Data primer 2017

Keterangan : untuk kepentingan analisis maka skor mean atau rata-ratadibagi kedalam lima kategori meliputi; untuk skor rata-rata antara 1 – 2,79 = sangat rendah; 2,80 – 4,59 = rendah ; 4,60 – 6,39 = cukup tinggi ; 6,40 – 8,19 = tinggi; 8,20 – 10= sangat tinggi

Gambar 5 17 Peluang Pemasaran dimasa Mendatang

7.3 6.7 7.0 7.3 5.0 6.7 8.3 5.0 7.1 7.8 5.8 6.3 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 5.3 7.1 8.3 7.8 5.5 7.2 8.3 7.5 7.6 8.2 5.8 6.5 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0

(18)

54

Daya saing yang dideskripsikan dalam gambar 5.18 menunjukkan bahwa subsektor desain produk, fashion, seni rupa, fotografi serta penerbitan dan percetakan menunjukkan daya saing yang tinggi. Sementara, subsektor kriya, musik, desain komunikasi visual, desain interior, seni pertunjukkan dan kuliner menunjukkan daya saing yang cukup tinggi.

Sumber: Data primer 2017

Keterangan : untuk kepentingan analisis maka skor mean atau rata-ratadibagi kedalam lima kategori meliputi; untuk skor rata-rata antara 1 – 2,79 = sangat rendah; 2,80 – 4,59 = rendah ; 4,60 – 6,39 = cukup tinggi ; 6,40 – 8,19 = tinggi; 8,20 – 10= sangat tinggi

Gambar 5 18 Daya Saing Ekonomi Kreatif

Dengan menggabungkan pangsa pasar, peluang pemasaran dimasa yang akan datang dan daya saing, skor untuk aspek pemasaran tersaji dalam gambar 5.19.

Sumber: Data primer 2017

Keterangan : untuk kepentingan analisis maka skor mean atau rata-rata dibagi kedalam dua kategori meliputi; untuk skor rata-rata antara 1 – 6 = rendah ; 6.01 – 10 = tinggi

Gambar 5.19 Total Aspek Pemasaran

4.0 6.6 7.5 7.5 4.5 5.8 5.0 5.0 6.6 7.8 5.6 5.8 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 5.56 6.81 7.58 7.50 5.00 6.56 7.22 5.83 7.10 7.93 5.73 6.22 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 Televisi dan Radio

Desain Produk Fashion Seni Rupa Kriya Musik Desain Komunikasi Visual Desain Interior Fotografi Penerbitan dan Percetakan Seni Pertunjukan Kuliner

(19)

55

Hampir semua subsektor memiliki skor aspek pemasaran yang tinggi. Subsektor tersebut adalah desain produk, fashion, seni rupa, musik, desain komunikasi visual, fotografi, penerbitan dan percetakan dan kuliner. Hanya subsektor televisi dan radio, kriya, desain interior serta seni pertunjukkan yang memiliki skor yang rendah untuk aspek pemasaran.

5.2.2. KONTRIBUSI TERHADAP PERTUMBUHAN DAERAH DIMASA YANG AKAN DATANG

Kontribusi yang tinggi terhadap pertumbuhan daerah menunjukkan bahwa sektor tersebut dapat diperhitungkan untuk dikembangkan di suatu daerah. Ekonomi kreatif di Kota Salatiga dipersepsikan oleh pelaku usaha pada subsektor televisi dan radio, desain produk, fashion, seni rupa, kriya, fotografi, penerbitan dan percetakanserta kuliner mampu memberikan kontribusi yang tinggi bagi perekonomian Kota Salatiga dimasa yang akan datang. Subsektor musik, fotografi dan seni pertunjukkan dipersepsikan oleh pelaku usaha memberikan kontribusi yang cukup tinggi bagi perekonomian Kota Salatiga dimasa yang akan datang.

Sumber: Data primer 2017

Keterangan : untuk kepentingan analisis maka skor mean atau rata-ratadibagi kedalam lima kategori meliputi; untuk skor rata-rata antara 1 – 2,79 = sangat rendah; 2,80 – 4,59 = rendah ; 4,60 – 6,39 = cukup tinggi ; 6,40 – 8,19 = tinggi; 8,20 – 10= sangat tinggi

Gambar 5 20 Kontribusi Bagi Pertumbuhan Daerah 5.2.3. PRESTISE DAERAH

Kemampuan sebuah produk atau industri untuk mengangkat kebanggaan daerah merupakan hal yang harus diperhitungkan, mengingat saat ini masing-masing daerah berupaya untuk mengangkat local wisdom masing-masing sebagai penciri

7.7 7.0 8.0 8.8 6.5 5.5 3.7 5.5 6.7 6.8 4.8 7.0 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0

(20)

56

daerah. Subsektor desain produk, fashion dan seni rupa dipandang memiliki kemampuan yang sangat tinggi untuk mengangkat kebanggaan daerah. Sementara desain komunikasi visual serta penerbitan dan percetakan memiliki kemampuan yang rendah untuk mengangkat kebanggaan daerah.

Sumber: Data primer 2017

Keterangan : untuk kepentingan analisis maka skor mean atau rata-ratadibagi kedalam lima kategori meliputi; untuk skor rata-rata antara 1 – 2,79 = sangat rendah; 2,80 – 4,59 = rendah ; 4,60 – 6,39 = cukup tinggi ; 6,40 – 8,19 = tinggi; 8,20 – 10= sangat tinggi

Gambar 5 21 Kemampuan Mengangkat Prestise Daerah

5.2.4 KETERKAITAN DILAKUKAN DENGAN BERBAGAI JENIS USAHA YANG LAIN

Keterkaitan usaha yang dilakukan dengan berbagai jenis usaha yang lain (backward

and forward linkages) menunjukkan bagaimana sebuah industri dapat membangun dan

bekerjasama dengan industri hulu dan industri hilir. 5.3 8.1 8.3 8.5 6.5 6.3 4.0 5.5 5.4 4.0 6.0 6.8 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0

(21)

57

Sumber: Data primer 2017

Keterangan : untuk kepentingan analisis maka skor mean atau rata-ratadibagi kedalam lima kategori meliputi; untuk skor rata-rata antara 1 – 2,79 = sangat rendah; 2,80 – 4,59 = rendah ; 4,60 – 6,39 = cukup tinggi ; 6,40 – 8,19 = tinggi; 8,20 – 10= sangat tinggi

Gambar 5 22 Keterkaitan dengan Usaha Lain

Ekonomi Kreatif di Kota Salatiga menunjukkan bahwa hanya subsektor desain interior yang memiliki keterkaitan yang sangat tinggi dengan usaha lainnya. Sedangkan subsektor desain produk, fashion, seni rupa, kriyamusik, desain komunikasi visual fotografi, penerbitan dan percetakan, seni pertunjukkan serta kuliner menunjukkan keterkaitan yang tinggi dengan usaha lainnya. Hanya televisi dan radio yang memiliki keterkaitan yang rendah dengan usaha yang lain

Nilai dari indikator pemasaran, kontribusi terhadap pertumbuhan daerah, prestise daerah serta keterkaitan dengan usaha lainnya membentuk total skor untuk pasar/ daya saing dengan mengalikan masing-masing skor dengan bobot seperti yang telah ditentukan sebelumnya. Indikator pemasaran memiliki bobot 20%, kontribusi terhadap pertumbuhan daerah memiliki bobot 5%, prestise daerah memiliki bobot 15% dan keterkaitan dengan usaha lainnya memiliki bobot 10%. Hasil total nilai pasar/ daya saing untuk masing-masing produk inti tersaji dalam tabel 5.2.

4.0 7.3 7.3 6.8 5.5 6.5 6.3 8.5 6.0 5.6 6.0 6.7 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0

(22)

58

Tabel 5.2 Total Aspek Pasar/ Daya Saing Ekonomi Kreatif

Pemasaran (20%) Kontribusi Pertumbuha n Ekonomi (5%) Prestise Daerah (15%) Keterkaitan dengan Usaha Lain (10%) Total Aspek Pasar Kategori * Skor Total Skor Total Skor Total Skor Total

Televisi dan Radio 5.56 1.11 7,67 0,38 5,33 0,80 4,0 0,40 2,69 Rendah Desain Produk 6.81 1.36 7,00 0,35 8,14 1,22 7,3 0,73 3,66 Tinggi Fashion 7.58 1.52 8,00 0,40 8,25 1,24 7,3 0,73 3,88 Tinggi Seni Rupa 7.50 1.50 8,75 0,44 8,50 1,28 6,8 0,68 3,89 Tinggi Kriya 5.00 1.00 6,50 0,33 6,50 0,98 5,5 0,55 2,85 Rendah Musik 6.56 1.31 5,50 0,28 6,33 0,95 6,5 0,65 3,19 Tinggi Desain Komunikasi

Visual 7.22 1.44 3,67 0,18 4,00 0,60 6,3 0,63 2,86

Rendah Desain Interior 5.83 1.17 5,50 0,28 5,50 0,83 8,5 0,85 3,12 Tinggi Fotografi 7.10 1.42 6,71 0,34 5,43 0,81 6,0 0,60 3,17 Tinggi Penerbitan dan

Percetakan 7.93 1.59 6,80 0,34 4,00 0,60 5,6 0,56 3,09

Tinggi Seni Pertunjukan 5.73 1.15 4,80 0,24 6,00 0,90 6,0 0,60 2,89 Rendah Kuliner 6.22 1.24 7,00 0,35 6,83 1,03 6,7 0,67 3,29 Tinggi

Sumber: Data primer 2017

Keterangan: *Kategori berdasarkan prosentase 60% dari nilai total, jika memiliki nilai 0– 3.00 maka dikategorikan rendah sedangkan jika memiliki nilai 3.01 -5.00 maka dikategorikan tinggi

Berdasarkan tabel 5.2, subsektor yang memiliki dukungan pasar yang tinggi adalah desain produk, fashion, seni rupa, musik, desain interior, fotografi, penerbitan dan percetakan serta kuliner. Sementara subsektor yang memiliki nilai total dukungan pasar yang rendah adalah televisi dan radio, kriya, desain komunikasi visual dan seni pertunjukkan.

5.3.MAPPING EKONOMI KREATIF KOTA SALATIGA

Mapping ekonomi kreatif di Kota Salatiga dilakukan dengan membuat strata yang terdiri dari empat strata meliputi; unggulan, potensial pasar, potensial sumber dan tertinggal. Dengan adanya pembagian strata tersebut akan dimungkinan jenis subsektor manakah yang perlu mendapatkan skala prioritas pengembangan dan ditentukan strategi pengembangan yang seharusnya dilakukan oleh pemangku kepentingan (stakeholders) untuk kemajuan klaster ekonomi kreatif. Penjelasan lebih lanjut entang posisi masing-masing strata dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Unggulan : posisi ini menunjukkan bahwa subsektor ekonomi kreatif ini ini memiliki aspek sumber dan aspek pasar yang tinggi. Oleh sebab itu, subsektor ekonomi kreatif yang masuk dalam posisi ini adalah subsektor ekonomi kreatif memiliki kemampuan baik dari sisi sumber maupun pasar memiliki kemampuan baik dari sisi sumber maupun pasar sehingga dapat dijadikan unggulan

(23)

59

2. Potensial sumber : posisi ini mengambarkan bahwa subsektor ekonomi kreatif memiliki memiliki aspek sumber tinggi namun aspek pasar rendah. Oleh sebab itu, subsektor ekonomi kreatif yang masuk dalam posisi ini adalah subsektor dalam ekonomi kreatif yang memiliki kekuatan pada aspek sumber namun memiliki kelemahan pada aspek pasar.

3. Potensial pasar : posisi ini berkebalikan dengan posisi potensial sumber. Potensial pasar mencerminkan subsektor yang memiliki aspek sumber rendah tetapi aspek pasar tinggi. Oleh sebab itu, subsektor ekonomi kreatif yang masuk dalam posisi ini adalah yang subsektor yang kekuatan pada aspek pasar namun lemah pada aspek sumber.

4 Tertinggal : posisi ini mencerminkan subsektor ekonomi kreatif yang rendah baik dari sisi sumber maupun pasar. Oleh sebab itu, subsektor yang masuk dalam posisi ini adalah subsektor yang memiliki aspek sumber dan pasar lemah. Untuk menentukan subsektor ekonomi kreatif tertentu masuk strata yang mana, maka dilakukan analisis dengan menggunakan dua skenario sebagai berikut;

Skenario A: Pada skenario ini batasan tinggi rendahnya aspek sumber dan aspek pasar ditentukan oleh hasil perhitungan skor kedua aspek tersebut. Jika nilai skornya diatas 55% dari total skor maksimal maka aspek sumber dan atau aspek pasar dikategorikan tinggi. Sebagaimana telah dikemukan pada bab sebelumnya bahwa total skor maksimal aspek sumber daya adalah 5.00 dan untuk aspek pasar adalah 5.00 sehingga aspek sumber dan atau aspek pasar dikategorikan tinggi jika memiliki nilai diatas 2.75

Skenario B: Pada skenario ini batasan tinggi rendahnya aspek sumber dan aspek pasar ditentukan oleh hasil perhitungan skor kedua aspek tersebut. Jika nilai skornya diatas 60% dari total skor maksimal maka aspek sumber dan atau aspek pasar dikategorikan tinggi yaitu jika diatas 3.00

Hasil perhitungan selengkapnya strata masing-masing subsektor ekonomi kreatif Kota Salatiga dengan menggunakan dua skenario tersebut disajikan pada tabel 5.3 berikut ini

(24)

60

Tabel 5.3 Penentuan Posisi Sub sektor Ekonomi Kreatif Skor Aspek Sumber Skor Aspek Pasar Prosentase 55% Prosentase 60% Kategori Sumber Kategori Pasar Strata Kategori Sumber Kategori Pasar Strata

Televisi dan Radio 2,66 2,69 Rendah Rendah Tertinggal Rendah Rendah Tertinggal

Desain Produk 3,01 3,66 Tinggi Tinggi Unggulan Tinggi Tinggi Unggulan

Fashion 3,04 3,88 Tinggi Tinggi Unggulan Tinggi Tinggi Unggulan

Seni Rupa 3,19 3,89 Tinggi Tinggi Unggulan Tinggi Tinggi Unggulan

Kriya 2,97 2,85 Tinggi Tinggi Unggulan Rendah Rendah Tertinggal

Musik 2,88 3,19 Tinggi Tinggi Unggulan Rendah Tinggi Potensial Pasar

Desain Komunikasi Visual 2,65 2,86 Rendah Tinggi Potensial Pasar Rendah Rendah Tertinggal

Desain Interior 3,24 3,12 Tinggi Tinggi Unggulan Tinggi Tinggi Unggulan

Fotografi 2,80 3,17 Tinggi Tinggi Unggulan Rendah Tinggi Potensial Pasar

Penerbitan dan Percetakan 2,66 3,09 Rendah Tinggi Potensial Pasar Rendah Tinggi Potensial Pasar

Seni Pertunjukan 2,31 2,89 Rendah Tinggi Potensial Pasar Rendah Rendah Tertinggal Kuliner 2,69 3,29 Rendah Tinggi Potensial Pasar Rendah Tinggi Potensial Pasar

Sumber: Data primer 2017

Keterangan: untuk skenario A ( 55%), aspek sumber ( nilai 0– 2.75 = rendah dan nilai 2.76 -5.00 = tinggi); aspek pasar ( 0– 2.75= rendah dan nilai 2.76 -5.00 = tinggi) sedangkan untuk skenario B( 60%) aspek sumber (nilai 0– 3.00 = rendah dan nilai 3.01 -5.00 = tinggi); aspek pasar ( 0– 3.00= rendah dan nilai 3.51 -5.00 = tinggi)

(25)

61

Berdasarkan skenario A, sebagian besar ( tujuh subsektor ekonomi kreatif) masuk pada strata unggulan meliputi: desain produk, fashion, seni rupa, kriya, musik, desain interior dan fotografi. Sedangkan hanya satu yang termasuk dalam kategori tertinggal. Subsektor yang lain yaitu televisi dan radio, desain komunikasi visual, penerbitan dan percetakan serta kuliner masuk dalam kategori tertinggal

Gambar 5.23 Mapping Ekonomi Kreatif Skenario 55%

Komposisi jumlah subsektor ekonomi kreatif berubah jika mapping ekonomi kreatif dengan menggunakan skenario B. Baik rata-rata skor aspek sumber maupun aspek pasar masing-masing subsektor ekonomi kreatif dikategorikan tinggi jika memiliki rata-rata diatas 60% dari total skor. Terdapat empat subsektor ekonomi kreatif yang dijadikan unggulan Kota Salatiga yakni desain produk, fashion, seni rupa dan desain interior. Sementara empat subsektor subsektor berada dalam posisi tertinggal. Subsektor yang berada pada posisi tertinggal adalah televisi dan radio, kriya, desain komunikasi visual dan seni pertunjukkan. Selebihnya termasuk dalam kategori potensial pasar karena tidak ada satupun yang masuk dalam subsektor potensial sumber.

Market Driven/ Potensi Pasar

Resou rces Dr iven/ Sum be r Daya Unggulan Potensial Pasar Potensial Sumber Tertinggal

Televisi & Radio Desain Produk

Fashion Seni Rupa

Kriya Musik

Desain Komunikasi Visual Desain Interior

Fotografi

Penerbitan & Percetakan Kuliner

(26)

62

Gambar 5.24 Mapping Ekonomi Kreatif Skenario 60%

Market Driven/ Potensi Pasar

Resou rces Dr iven/ Sum be r Daya Unggulan Potensial Pasar Potensial Sumber Tertinggal

Televisi & Radio Desain Produk

Fashion Seni Rupa

Kriya Musik

Desain Komunikasi Visual Desain Interior

Fotografi

Penerbitan & Percetakan

Gambar

Gambar 5 1 Ketersediaan Bahan Baku Lokal
Gambar 5 2 Proporsi Penggunaan Bahan Baku Lokal
Gambar 5 3 Ketersediaan Bahan penolong Lokal
Gambar 5 4 Proporsi Penggunaan Bahan Penolong Lokal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ketika respon imun adekuat tidak mengalahkan penyakit basil tuberculosis yang dalam keadaan dormant mengalami perkembangan menyebabkan kerusakan lebih kuat pada jaringan paru..

Menurut Syaiful Anwar (2012), bahwa pola tanam tumpangsari merupakan suatu pola tanam dengan menanam lebih dari satu jenis tanaman pada suatu hamparan lahan dalam

2) Mengembangkan kemampuan berbahasa, dimana saat bermain peran anak akan berbicara seperti karakter atau orang yang diperankannya. Hal ini dapat memperluas kosa

Berdasarkan hasil analisis proses berpikir subjek 2 saat menyelesaikan soal tes apabila dilakukan perbandingan antara proses penyelesaian yang diharapkan oleh peneliti dengan

sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian

[r]

karbohidrat rendah (49,85%) serta atribut rasa, warna, aroma, tekstur, kekenyalan dan penampakan umum yang dinilai panelis pada taraf suka. 2) Karakter bakso kerbau yang paling

dokumen catin dan memilih kategori data dan dokumen catin sistem akan menampilkan data dan dokumen catin yang dipilih, lalu actor melakukan proses verifikasi