• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori Alinyemen Horisontal & Vertikal Sni

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Teori Alinyemen Horisontal & Vertikal Sni"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

4.2.1. 4.2.1. 4.2.2.

4.2.2. Alinyemen Alinyemen horisontalhorisontal A.

A. Bentuk Bentuk tikungantikungan

Tikungan terdiri atas 3 bentuk umum, yaitu : Tikungan terdiri atas 3 bentuk umum, yaitu : a.

a. Full circleFull circle (FC) yaitu (FC) yaitu tikungan yang berbentuk busur lingkaran secara penuh.tikungan yang berbentuk busur lingkaran secara penuh. Tikungan ini memiliki satu

Tikungan ini memiliki satu titik pusat lingkaran dengan jari-jari yang seragam.titik pusat lingkaran dengan jari-jari yang seragam. b.

b. Spiral-circle-spiralSpiral-circle-spiral(SCS) yaitu tikungan yang terdiri atas (SCS) yaitu tikungan yang terdiri atas 1 lengkung circle dan1 lengkung circle dan 2 lengkung spiral

2 lengkung spiral c.

c. Spiral-spiralSpiral-spiral(SS) yaitu tikungan yang terdiri (SS) yaitu tikungan yang terdiri atas dua lengkung spiral.atas dua lengkung spiral.

Penjelasan dan bentuk-bentuk tiku

Penjelasan dan bentuk-bentuk tikungan dapat dilihat pada Gambar 14 ngan dapat dilihat pada Gambar 14 s.d. 16.s.d. 16.

Gambar 14 Tikungan

Gambar 14 Tikungan F u l l C i r c l eF u l l C i r c l e (FC)(FC)

Gambar 15 Tikungan

(2)

Gambar 16 Tikungan S p i r a l – Spiral (SS)

B. Panjang tikungan

Panjang tikungan (Lt) terdiri atas panjang busur lingkaran (Lc) dan panjang 2 lengkung spiral (Ls ) yang diukur sepanjang sumbu jalan. Untuk menjamin kelancaran dan kemudahan mengemudikan kendaraan pada saat menikung pada jalan arteri perkotaan, maka panjang suatu tikungan sebaiknya tidak kurang dari 6 detik perjalanan. Panjang ini dapat diperhitungkan berdasarkan VR atau ditetapkan sesuai Tabel 11.

Pada tikungan full circle, nilai Ls = 0, sehingga Lt = Lc. Pada tikungan spiral-spiral, nilai Lc = 0, sehingga Lt = 2Ls.

Tabel 11. Panjang bagian lengkungminimum

VR (km/h) Panjang tikunganminimum (m)

100 170 90 155 80 135 70 120 60 105 50 85 40 70 30 55

(3)

C. Superelevasi

1. Superelevasi harus dibuat pada semua tikungan kecuali tikungan yang memiliki radius yang lebih besar dari Rmin tanpa superelevasi. Besarnya

superelevasi harus direncanakan sesuai dengan VR. 2. Superelevasi berlaku pada jalur lalu lintas dan bahu jalan.

3. Nilai superelevasi maksimum ditetapkan 6%. Tabel 13, menunjukkan hubungan parameter perencanaan lengkung horisontal dengan kecepatan rencana.

4. Harus diperhatikan masalah drainasi pada pencapaian kemiringan.

Pada jalan perkotaan untuk kecepatan rendah bila keadaan tidak memungkinkan, misalnya (akses lahan, persimpangan, tanggung jawab, perbedan elevasi). Superelevasi ditikungan boleh ditiadakan sehingga kemiringan melintang tetap normal.

5. Jika kondisi tidak memungkinkan, superelevasi dapat ditiadakan.

(a) Jari-jari tikungan

1. Jari-jari tikungan minimum (Rmin) ditetapkan sebagai berikut :

dengan pengertian :

Rmin adalah jari-jari tikungan minimum (m) VR adalah kecepatan rencana (km/h) emax adalah superelevasi maksimum (%)

f max adalah koefisien gesek untuk perkerasan aspal f = 0,012 – 0,017

2. Tabel 12 dapat dipakai untuk menetapkan Rmin dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

a. Untuk memenuhi kenyamanan, sebaiknya tidak digunakan Rmin. Pemilihan Rmin atau tikungan dengan emax untuk suatu tikungan kurang memberikan kenyamanan. Di samping itu, kecepatan kendaraan menikung bervariasi. Dengan demikian, penggunaan Rmin hanya untuk kondisi terrain yang sulit dan keterbatasan dana, sehingga disarankan digunakan R yang lebih besar dari pada Rmin.

b. Pada tikungan dengan R yang panjang dapat digunakan Rmin untuk tikungan tanpa superelevasi.

(4)

Tabel 12. Jari-jari tikungan minimum, Rmin (m) (emax = 6 %) V R (km/h) 100 90 80 70 60 50 40 30 f ma x 0,12 0,13 0,14 0,14 0,15 0,16 0,17 0,17 Rmin (m) 435 335 250 195 135 90 55 30

Tabel 3.12. Hubungan parameter perencanaan lengkung horisontal dengan kecepatan rencana

(b) Lengkung peralihan

Lengkung peralihan berfungsi untuk memberikan kesempatan kepada pengemudi untuk mengantisipasi perubahan alinyemen jalan dari bentuk lurus ( R tak hingga ) sampai bagian lengkung jalan berjari-jari tetap R. Dengan demikian, gaya sentrifugal yang bekerja pada kendaraan saat melintasi tikungan berubah secara berangsur-angsur, baik ketika kendaraan mendekati tikungan maupun meninggalkan tikungan. Ketentuan lengkung peralihan adalah sebagai berikut :

  bentuk lengkung peralihan yang digunakan adalah bentuk Spiral (Clothoide).

 panjang lengkung peralihan ( LS ) ditetapkan atas pertimbangan -pertimbangan sebagai berikut :

(5)

1. Waktu perjalanan melintasi lengkung peralihan perlu dibatasi untuk menghindarkan kesan perubahan alinyemen yang mendadak, ditetapkan minimum 2 detik ( pada kecepatan VR ). Kriteria ini dapat dihitung dengan rumus :

dengan pengertian :

T waktu tempuh pada lengkung peralihan, ditetapkan 2 detik. VR kecepatan rencana (km/h)

atau digunakan Tabel 14 berikut ini :

Tabel 14. Panjang minimum lengkung peralihan, LS (m) V

R 100 90 80 70 60 50 40 30

Ls – min 56 50 44 39 33 28 22 17

2. Tingkat perubahan kelandaian melintang jalan (∆ ) dari bentuk kelandaian normalke kelandaian superelevasi penuh tidak boleh melampaui maksimum yang ditetapkan seperti pada Tabel 15.

Tabel 15. Tingkat perubahan kelandaian melintang maksimum, ∆ (m/m)

Panjang pencapaian perubahan kelandaian dari kelandaian normal sampai ke kelandaian penuh superelevasi (Ls) dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

LS = W.∆-1. (ed + eNC)

dengan pengertian :

∆ tingkat perubahan kelandaian melintang maksimum, (%) W lebar satu lajur lalu lintas , (m) (tipikal 3,6 m)

eNC kemiringan melintang normal, (%) ed tingkat superelevasi rencana, (%)

(6)

3. Ls ditentukan yang memenuhi kedua kriteria tersebut di atas, sehingga dipilih nilai Ls yang terpanjang.

4. Tikungan yang memiliki R lebih besar atau sama dengan yang ditunjukkan pada Tabel 16, tidak memerlukan lengkung peralihan.

Diagram pencapaian superelevasi dapat dilihat pada Gambar 17. Tabel16. Jari-jari tikungan yang tidak memerlukan lengkungperalihan

V R 100 90 80 70 60 50 40 30 Rmin (m) tanpa lengkung 5000 3000 2500 2000 1500 1200 800 500

5. Jika lengkung peralihan digunakan, maka posisi lintasan tikungan bergeser dari bagian jalan yang lurus ke arah sebelah dalam (lihat Gambar 15) sebesar p.

 Apabila nilai p kurang dari 0,20 m, maka lengkung peralihan tidak diperlukan, sehingga tipe tikungan menjadi FC.

 A. Lereng normal - diagram superelevasi dengan sumbu jalan sebagai sumbu putar

(7)

B. Lereng normal - diagram superelevasi dengan sumbu jalan sebagai sumbu putar 

Gambar 3.25. Diagram yang memperlihatkan metoda pencapaian superelevasi untuk tikungan ke kanan

(c) Diagram superelevasi

a) Superelevasi dicapai secara bertahap dari kemiringan melintang normal pada bagian jalan yang lurus sampai ke superelevasi penuh pada bagian lengkung.

b) Pada tikungan tipe SCS, pencapaian superelevasi dilakukan secara linear , diawali dari bentuk normal pada titik TS, kemudian meningkat secara berangsur-angsur sampai mencapai superelevasi penuh pada titik SC (lihat Gambar 18).

c) Pada tikungan tipe FC, bila diperlukan pencapaian superelevasi dilakukan secara linear (lihat Gambar 19), diawali dari bagian lurus sepanjang 2/3 LS dan dilanjutkan pada bagian lingkaran penuh sepanjang 1/3 bagian panjang LS.

(8)
(9)

Keterangan :

PI Titik perpotongan sumbu jalan TS Titik tangen spiral

Sle Titik permulaan pencapaian superelevasi SC Titik peralihan spiral ke lengkungan lingkaran Ls Panjang spiral, TS ke SC (m)

n Superelevasi manual (%) e Superelevasi

Gambar 20. Metoda pencapaian superelevasi pada tikungan tipe SCS dengan bentuk tiga dimensi

D. Pelebaran jalur lalu lintas di tikungan

Pelebaran pada tikungan dimaksudkan untuk mempertahankan kondisi pelayanan operasional lalu lintas di bagian tikungan, sehingga sama dengan pelayanan operasional di bagian jalan yang lurus.

Pelebaran (lihat Tabel 17 dan 18), yang nilainya lebih kecil dari 0,60 m dapat diabaikan. Untuk jalan jalur-6-lajur-terbagi, nilai Wc harus dikali 1,5. Untuk jalan 2- jalur-8-lajur terbagi, nilai Wc harus dikali 2.

W = WC - Wn

dengan pengertian :

W Pelebaran jalan pada tikungan (m) WC Lebar jalan pada tikungan (m) Wn Lebar jalan pada jalan lurus (m)

Tabel 17. Nilai perhitungan & perencanaan untuk pelebaran jalan pada jari – jari jalan (2 lajur 2 lajur, 1 lajur atau 2 lajur) untuk kendaraan rencana truk as tunggal (SU)

(10)

Tabel 18. Nilai perhitungan & perencanaan untuk pelebaran jalan pada jari – jari jalan (2 lajur 2 lajur, 1 lajur atau 2 lajur) untuk kendaraan rencana truk semi trailer kombinasi

sedang (WB-12)

4.2.3. Alinyemen vertikal A. Umum

1. Alinyemen vertikal terdiri atas bagian lurus dan bagian lengkung ;

2. Ditinjau dari titik awal perencanaan, bagian lurus dapat berupa landai positif (tanjakan), atau landai negatif (turunan), atau landai nol (datar). Bagian

lengkung vertikal dapat berupa lengkung cekung atau lengkung cembung; 3. Kemungkinan pelaksanaan pembangunan secara bertahap harus

dipertimbangkan, misalnya peningkatan perkerasan, penambahan lajur, dan dapat dilaksanakan dengan biaya yang efisien. Sekalipun demikian, perubahan alinyemen vertikal dimasa yang akan datang sebaiknya dihindarkan.

B. Kelandaian maksimum

Pembatasan kelandaian (maksimum) dimaksudkan untuk

memungkinkan kendaraan bergerak terus tanpa harus kehilangan kecepatan yang berarti.

(11)

Tabel19. Kelandaian maksimum yang diijinkan untuk jalan arteri perkotaan VR

(km/h) 100 90 80 70 60 50

Kelandaian

maksimum (%) 5 5 6 6 7 8

Untuk keperluan penyandang cacat kelandaian maksimum ditetapkan 5 %.

C. Panjang lengkung vertikal

Lengkung vertikal harus disediakan pada setiap lokasi yang m engalami perubahan kelandaian, dengan tujuan :

a) mengurangi goncangan akibat perubahan kelandaian; dan b) menyediakan jarak pandang henti.

Gambar 25. Parameter yang dipertimbangkan dalam menentukan panjang lengkung

vertikal cembung untuk menetapkan jarak pandang henti/menyiap

Lengkung vertikal dalam standar ini ditetapkan berbentuk parabola sederhana. Panjang lengkung vertikal cembung, berdasarkan jarak pandangan henti dapat ditentukan dengan rumus berikut :

a) jika jarak pandang lebih kecil dari panjang lengkung vertikal (S < L)   



b) jika jarak pandang lebih besar dari panjang lengkung vertikal (S > L)    

(12)

KecepatanRencana ( km/h )

Jarak PandangHenti ( m )

Nilai LengkungVertikal ( K ) 20 30 40 50 60 70 80 90 100 20 35 50 65 85 105 130 160 185 1 2 4 7 11 17 26 39 52

Keterangan : Nilai K adalah perbandingan antara panjang lengkung vertikal cembung (L) dan perbedaan aljabar kelandaian (A), K = L/A

Panjang minimum lengkung vertikal cembung berdasarkan jarak pandangan henti, untuk setiap kecepatan rencana (VR) dapat menggunakan Tabel 20.

Tabel 20. Kontrol perencanaan untuk lengkung vertikal cembung berdasarkan jarak pandang henti

Panjang lengkung vertikal cekung berdasarkan jarak pandangan henti dapat ditentukan dengan rumus berikut (AASHTO, 2001) :

a) jika jarak pandang lebih kecil dari panjang lengkung vertikal (S < L)

b) jika jarak pandang lebih besar dari panjang lengkung vertikal (S > L)

dengan pengertian :

L panjang lengkung cekung (m)  A perbedaan aljabar landai(%)

S jarak pandang henti (m)

Panjang minimum lengkung vertikal cekung berdasarkan jarak pandangan henti, untuk setiap kecepatan rencana (VR) dapat menggunakan Tabel 21.

(13)

KecepatanRencana ( km/h )

Jarak PandangHenti ( m )

Nilai LengkungVertikal ( K ) 20 30 40 50 60 70 80 90 100 20 35 50 65 85 105 130 160 185 3 6 9 13 18 23 30 38 45

Keterangan : Nilai K adalah perbandingan antara panjang lengkung vertikal cekung (L) dan perbedaan aljabar kelandaian (A), K = L/A

Tabel 21. Kontrol perencanaan untuk lengkung vertikal cekung berdasarkan jarak pandang henti

Panjang lengkung vertikal cekung berdasarkan jarak pandangan lintasan di bawah dapat ditentukan dengan rumus berikut (AASHTO, 2001) :

a) jika jarak pandang lebih kecil dari panjang lengkung vertikal (S < L)

b) jika jarak pandang lebih besar dari panjang lengkung vertikal (S > L)

dengan pengertian :

L panjang lengkung vertikal cekung (m)  A perbedaan aljabar landai (%)

S jarak pandang (m) C kebebasan vertikal (m)

(14)

Gambar 26. Jarak pandang pada lintasan dibawah D. Koordinasi Alinyemen

 Alinyemen vertikal, alinyemen horisontal dan potongan melintang jalan arteri perkotaan harus dikoordinasikan sedemikian sehingga menghasilkan suatu bentuk jalan yang baik dalam arti memudahkan pengemudi mengemudikan kendaraannya dengan aman dan nyaman. Bentuk kesatuan ketiga elemen jalan tersebut diharapkan dapat memberikan kesan atau petunjuk kepada pengemudi akan bentuk jalan yang akan dilalui di depannya, sehingga pengemudi dapat melakukan antisipasi lebih awal.

Koordinasi alinyemen vertikal dan alinyemen horisontal harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

1. Lengkung horisontal sebaiknya berhimpit dengan lengkung vertikal, dan secara ideal alinyemen horisontal lebih panjang sedikit melingkupi alinyemen vertikal.

2. tikungan yang tajam pada bagian bawah lengkung vertikal cekung atau pada bagian atas lengkung vertikal cembung harus dihindarkan.

3. lengkung vertikal cekung pada landai jalan yang lurus dan panjang, harus dihindarkan.

4. dua atau lebih lengkung vertikal dalam satu lengkung horisontal harus dihindarkan.

5. tikungan yang tajam diantara dua bagian jalan yang lurus dan panjang harus dihinan.

Gambar

Gambar  14  Tikungan F u l l  C i r c l e F u l l  C i r c l e (FC) (FC)
Tabel 11. Panjang bagian lengkung minimum
Tabel 3.12. Hubungan parameter perencanaan lengkung horisontal dengan kecepatan rencana
Diagram pencapaian superelevasi dapat dilihat pada Gambar 17.
+7

Referensi

Dokumen terkait

2011, Uji Stabilitas Fisik dan Aktivitas Antioksidan Sediaan Krim yang Mengandung Ekstrak Umbi Wortel (Daucus carota L.), Skripsi Farmasi, Universitas Indonesia, Depok..

Secara rinci, metode peneitian tahun pertama diuraikan sebagai berikut. Pemilihan dan pengadaan disesuaikan dengan 8 macam sensor gas seperti dalam Tabel 2. Mengingat ketersediaan

1) Untuk menilai perkembangan anak sesuai usia. 2) Memantau anak yang tampak tidak sehat umur dari lahir sampai dengan 6 tahun. 3) Menjaring anak tanpa gejala terhadap

Biaya Administrasi adalah 5% dari total tagihan RS untuk pasien asuransi (tanpa batas maksimal), dan 5% dengan maksimal nilai Rp 600rb - Rp 1jt untuk pasien umum (tergantung

Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan latihan small side game terhadap kebugaran jasmani

nyebab penyakit &amp; dalam tubuh artropoda ku- man tadi tdk mengalami perubahan bentuk, co lalat rumah..  Vektor biologis (dalam

Sesuai dengan ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah Tingkat I Sumatera Utara maka pada tahun 1962 bentuk usaha dirubah menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan modal dasar

Informatics &amp; Business Institute Darmajaya 24 Dari pengembangan sistem ini diperoleh sebuah sistem informasi kesehatan dengan arsitektur client/server, sehingga aplikasi