• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Laporan PT Gudang Garam Tbk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisa Laporan PT Gudang Garam Tbk"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Rasio Likuiditas

Rasio Likuiditas yaitu menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang berjangka pendek tepat pada waktunya (Agus Sartono, 2001;114).

Johar Arifin (2004;8), mengemukakan bahwa rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. Rasio likuiditas dapat dihitung berdasarkan informasi modal kerja dari pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar.

3.1.1 Current Ratio

Mamduh M Hanafi dan Abdul Halim (2007;77), mengemukakan bahwa rasio lancar adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya (aktiva yang akan berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun atau satu siklus bisnis). Rumus untuk menghitung current ratio = Hutang LancarAktiva Lancar

Komponen 2012 (dalam jutaan rupiah) 2013 (dalam jutaan rupiah) Aktiva Lancar 29.954.021 34.604.461 Hutang Lancar 13.802.317 20.094.580 Current Ratio 2012= 29.954 .02113.802.317 = 2,17 Current Ratio 2013 = 20.094 .58034.604 .461 = 1,72

Berdasarkan perhitungan rasio diatas, PT Gudang Garam Tbk mengalami penurunan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dari tahun 2012 ke

(2)

tahun 2013. Hal ini dikarenakan jumlah hutang meningkat lebih tinggi, tidak sebanding dengan peningkatan aktiva yang dimiliki.

3.1.2 Quick Ratio

Quick ratio yaitu rasio yang menunjukan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan memerlukan waktu yang relatif lama untuk direalisir menjadi uang kas dan menganggap bahwa piutang segera dapat direalisir sebagai uang kas walaupun kenyataannya mungkin persediaan lebih likuid dari pada piutang. Munawir (2004;74)

Rumus untuk menghitung quick ratio = Aktiva LancarHutang LancarPersediaan Komponen 2012 (dalam jutaan

rupiah) 2013 (dalam jutaan rupiah) Aktiva Lancar 29.954.021 34.604.461 Persediaan 26.649.777 30.241.368 Hutang Lancar 13.802.317 20.094.580 Quick Ratio 2012 = 29.954 .021−26.649 .777 13.802 .317 = 3.304 .244 13.802 .317 = 0,239 Quick Ratio 2013 = 34.604 .46120.094 .580−30.241.368 = 20.094 .5804.363 .093 = 0,217

Berdasarkan perhitungan quick ratio dari tahun 2012 ke tahun 2013, PT Gudang Garam Tbk mengalami penurunan sebesar 0,02. Penurunan ini disebabkan hutang jangka pendek, persediaan dan total aktiva meningkat.

(3)

3.1.3 Cash Ratio

Rasio ini menunjukkan posisi kas yang dapat menutupi hutang lancar. Semakin tinggi rasio ini, semakin tinggi pula kemampuan likuiditas perusahaan. Hutang lancar atau hutang jangka pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayaran akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan.

Rumus untuk menghitung cash ratio = Hutang LancarKas

Komponen 2012 (dalam jutaan rupiah) 2013 (dalam jutaan rupiah) Kas 1.285.799 1.404.108 Hutang Lancar 13.802.317 20.094.580 Cash Ratio 2012 = 1.285 .799 13.802 .317 = 0,093 Cash Ratio 2013 = 1.404 .108 20.094 .580 = 0,069

Berdasarkan perhitungan cash ratio, PT Gudang Garam Tbk juga mengalami penurunan dalam memenuhi hutang jangka pendeknya dengan aktiva lancer berupa kas yang dimiliki.

Kesimpulan: Jadi, berdasarkan perhitungan rasio likuiditas current, quick, dan cash ratio dari tahun 2012 ke tahun 2013, PT Gudang Garam Tbk mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang jangka pendeknya kurang baik, karena walaupun aktiva meningkat, total hutang jangka pendek juga meningkat.

(4)

3.2 Rasio Solvabilitas

Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila sekiranya perusahaan dilikuidasi.

Suatu perusahaan yang solvable berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya begitu pula sebaliknya. Perusahaan yang tidak mempunyai kekayaan yang cukup untuk membayar hutang-hutangnya disebut perusahaan yang insolvable.

3.2.1 Rasio Hutang Terhadap Modal (Debt to Equity Ratio)

Total debt to equity ratio digunakan untuk mengukur bagian setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan kewajiban atau hutang (Johar Arifin 2004;9).

Rumus untuk menghitung DER = Total HutangTotal Modal Komponen 2012 (dalam jutaan

rupiah) 2013 (dalam jutaan rupiah) Total Hutang 14.903.612 21.353.980 Modal 26.605.713 29.416.271 DER 2012 = 14.903 .61226.605 .713 = 0,56 DER 2013 = 21.353 .980 29.416 .271 =0,72

Berdasarkan perhitungan diatas, PT Gudang Garam mengalami peningkatan dalam pemenuhan seluruh hutang menggunakan modal sendiri sebagai

jaminannya. Hal ini dikarenakan total hutang dari tahun 2012 ke tahun 2013 meningkat, dan modal sendiri yang digunakan sebagai jaminan juga

meningkat. Jadi, rasio yang dihasilkan pada perhitungan DER ini kurang baik. 3.2.2 Rasio Hutang Terhadap Total Aset (Debt to Asset Ratio)

(5)

Debt to Asset ratio merupakan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Sehingga rasio ini menunjukkan sejau mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Menurut (Agnes Sawir;2003;13), rasio ini memperlihatkan

proporsi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Semakin tinggi hasil persentasenya, cenderung semakin besar risiko

keuangannya bagi kreditor maupun pemegang saham. Rumus untuk menghitung DAR = Total HutangTotal Aktiva

Komponen 2012 (dalam jutaan rupiah) 2013 (dalam jutaan rupiah) Total Hutang 14.903.612 21.353.980 Total Aktiva 41.509.325 50.770.251 DAR 2012 = 14.903.61241.509 .325 = 0,395 DAR 2013 = 21.353 .98050.770.251 = 0,420

Berdasarkan perhitungan DAR dari tahun 2012 ke tahun 2013, PT Gudang Garam Tbk mengalami peningkatan sebesar 0,025. Hal ini masih disebabkan karena total hutang dan aktiva atau kekayaan yang dimiliki perusahaan meningkat.

3.2.3 Rasio Laba Terhadap Beban Bunga (Time Interest Earned) Rasio ini disebut juga rasio penutupan (coverage ratio), mengukur

kemampuan pemenuhan kewajiban bunga tahunan dengan laba operasi (EBIT), sejauh mana laba operasi boleh turun tanpa menyebabkan kegagalan dalam pemenuhan kewajiban membayar bunga pinjaman (Agnes Sawir, 2003;13-14). Time Interest Earned (TIE) = Laba bersih sebelum pajakbunga(EBIT)

(6)

Komponen 2012 (dalam jutaan rupiah) 2013 (dalam jutaan rupiah) EBIT 6.025.681 6.691.722 Beban Bunga 495.035 755.518 TIE 2012 = 6.025 .681 495.035 = 12,172 TIE 2013 = 6.691 .722 755.518 = 8,857

Bersarkan perhitungan rasio TIE diatas, PT Gudang Garam Tbk mengalami penurunan sebesar 3,31 dari tahun 2012 ke 2013. Hal ini berarti bahwa

perusahaan mampu memenuhi kewajiban membayar bunga pinjaman menggunakan laba operasi.

3.2.4 Rasio Penutupan Beban Tetap (Fixed Charge Coverage)

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menutup beban tetapnya termasuk pembayaran deviden saham preferen, bunga, angsuran pinjaman, dan sewa. Karena mungkin saja perusahaan menggunakan aktiva tetap dengan cara leasing sehingga harus membayar angsuran tertentu.

Rasio ini memperhitungkan sewa, karena meskipun sewa bukan hutang, tetapi sewa merupakan beban tetap dan mengurangi kemampuan hutang (debt capacity) perusahaan. Beban tetap tersebut mempunyai efek yang sama dengan beban bunga (Mamduh M Hanafi dan Abdul Halim, 2007;83).

Rumus Fixed Charge Coverage (FCC) = (EBIT+Beban Sewa) (Bebanbunga+sewa)

Nominal Beban Sewa pada perhitungan FCC ini didapat dari akun Beban dibayar dimuka berdasarkan informasi pada Catatan Atas Laporan Keuangan. Berikut rinciannya:

Beban Dibayar Dimuka 2012 (dalam jutaan

rupiah)

2013 (dalam jutaan rupiah)

(7)

Beban promosi 40.760 33.420 Beban sewa 21.315 43.052 Lainnya 78.709 138.108 Total 140.784 214.580 FCC 2012 = (6.025 .681+21.315) (495.035+21.315) = 6.046 .996 516.350 = 11,7 FCC 2013 = (6.691.722+43.052) (755.518+43.052) = 6.734 .774 798.570 = 8,4

Berdasarkan perhitungan diatas, dari tahun 2012 ke tahun 2013 PT Gudang Garam Tbk mengalami penurunan dalam menutup beban tetapnya yaitu beban sewa, dikarenakan laba operasi dan beban sewa meningkat hal ini berarti dapat mengurangi kemampuan hutang perusahaan.

3.2.5 Rasio Utang Jangka Panjang Terhadap Modal (Long Term Debt to Equity Ratio)

Rasio ini menunjukkan kemampuan modal sendiri dalam memenuhi hutang-hutang jangka panjang perusahaan. Dihitung dengan membandingkan total hutang jangka panjang dengan modal perusahaan.

Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) = Total Hutang Jangka Panjang

Modal

Komponen 2012 (dalam jutaan rupiah)

2013 (dalam jutaan rupiah) Total Hutang Jangka

Panjang 1.101.295 1.259.400

Modal 26.605.713 29.416.271

(8)

= 0,0413 LTDER 2013 = 1.259 .400

29.416 .271 = 0,0428

Berdasarkan perhitungan diatas, PT Gudang Garam mengalami peningkatan 0,0015. Hal ini dikarenakan hutang jangka panjang dari tahun 2012 ke tahun 2013 meningkat, dan modal yang digunakan sebagai jaminan juga meningkat. Namun peningkatan yang terjadi ini terbilang stabil, jadi perusahaan belum bisa dikatakan mampu memenuhi hutang-hutangnya dengan modal yang dimiliki.

3.2.6 Rasio Utang/Leverage

Merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi total kewajibannya dengan aktiva tetap dan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan.

Rumus Rasio Utang = Aktiva LancarTotal Hutang+Aktiva Tetap Komponen 2012 (dalam jutaan

rupiah) 2013 (dalam jutaan rupiah) Aktiva Lancar 29.954.021 34.604.461 Aktiva Tetap 11.555.304 16.165.790 Total Hutang 14.903.612 21.353.980 Rasio Utang 2012 = 29.954 .021+11.555.304 14.903 .612 = 41.509 .325 14.903.612 = 2,78 Rasio Utang 2013 = 34.604 .46121.353 .980+16.165 .790 = 21.353 .98050.770.251 = 2,37

(9)

Berdasarkan perhitungan rasio diatas, PT Gudang Garam Tbk mengalami penurunan, hal ini kurang baik bagi perusahaan karena aktiva lancar dan aktiva tetap meningkat namun tidak sebanding dengan peningkatan hutang dari tahun 2012 ke tahun 2013.

Kesimpulan: Jadi, berdasarkan perhitungan rasio solvabilitas, antara lain DER, DAR, TIE, LTDER, FCC, dan Rasio Utang. PT Gudang Garam dapat

dikatakan perusahaan yang insolvable, karena dalam memenuhi hutang-hutangnya dengan kekayaan yang dimiliki berupa modal dan asset masih belum mampu.

3.3 Rasio Aktivitas

Rasio Aktivitas yaitu menunjukan sejauh mana efisiensi perusahaan dalam menggunakan aset untuk memperoleh penjualan (Agus Sartono, 2001;114). Rasio ini melihat pada beberapa aset kemudian menentukan berapa tingkat aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva-aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif.

3.3.1 Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turn Over)

Rasio ini menunjukan efektifitas penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau menggambarkan berapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Kalau perputarannya lambat, ini menunjukan bahwa aktiva yang dimiliki terlalu besar dibandingkan dengan kemampuan untuk menjual (Agnes Sawir, 2003;17).

Rumus untuk menghitung TATO = Total AktivaPenjualan

Komponen 2012 (dalam jutaan rupiah)

2013 (dalam jutaan rupiah)

(10)

Penjualan 49.028.696 55.436.954 Total Aktiva 41.509.325 50.770.251 TATO 2012 = 49.028 .69641.509 .325 = 1,18 TATO 2013 = 55.436 .95450.770.251 = 1,09

Berdasarkan perhitungan rasio perputaran total aktiva, PT Gudang Garam mengalami perputaran sedikit lambat. Namun tidak terlalu berpengaruh

terhadap penjualan perusahaan dikarenakan penurunan hanya sebesar 0,09. Hal ini didukung dengan jumlah penjualan yang meningkat di tahun 2012 ke tahun 2013.

3.3.2 Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Asset Turn Over)

Rasio ini mengukur efektifitas penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap seperti pabrik dan peralatan, dalam rangka menghasilkan penjualan, atau berapa rupiah penjualan bersih yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang

diinvestasikan pada aktiva tetap. Rasio ini berguna untuk mengevalusi kemampuan perusahaan menggunakan aktivanya secara efektif untuk

meningkatkan pendapatan kalau perputarannya lambat (rendah), kemungkinan terdapat kapasitas terlalu besar atau ada banyak aktiva tetap namun kurang bermanfaat, atau mungkin disebabkan oleh hal-hal lain seperti investasi pada aktiva tetap yang berlebihan dibandingkan dengan nilai output yang akan diperoleh (Agnes Sawir, 2003;17).

Rumus FATO = Penjualan

Total Aktiva Tetap

Komponen 2012 (dalam jutaan rupiah)

2013 (dalam jutaan rupiah)

(11)

Penjualan 49.028.696 55.436.954

Total Aktiva Tetap 11.555.325 16.165.790

FATO 2012 = 49.028 .69611.555.304 = 4,242

FATO 2013 = 55.436 .95416.165.790 = 3,429

Berdasarkan perhitungan perputaran aktiva tetap diatas, terjadi perputaran yang lambat pada PT Gudang Garam Tbk. Hal ini dikarenakan investasi aktiva tetap yang berlebihan, bisa dilihat pada tabel bahwa dari tahun 2012 ke tahun 2013 terjadi peningkatan aktiva tetap.

3.3.3 Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over)

Menurut Agnes Sawir (2009: 16) Perputaran modal kerja merupakan rasio yang mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar serta menujukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja.

Menurut Riyanto (2008 :335) Working capital turn over merupakan

kemampuan modal kerja (netto) berputar dalam suatu periode siklus kas (cash cycle) dari perusahaan.

Rumus untuk menghitung Rasio Perputaran Modal Kerja adalah =

Penjualan

Modal Kerja Bersih =

Penjualan

Aktiva LancarUtang Lancar

Komponen 2012 (dalam jutaan rupiah)

2013 (dalam jutaan rupiah)

(12)

Aktiva Lancar 29.954.021 34.604.461 Hutang Lancar 13.802317 20.094.580 WCTO 2012 = 49.028 .696 29.954 .021−13.802.317 = 49.028 .696 16.151.704 = 3,035 WCTO 2013 = 55.436 .954 34.604 .461−20.094 .580 = 55.436 .95414.509.881 = 3,820

Berdasarkan perhitungan rasio diatas terjadi peningkatan dari tahun 2012 ke tahun 2013 sebesar 0,7. Hal ini dikarenakan modal kerja yang dimiliki digunakan secara efisien demi mencapai target penjualan.

3.3.4 Rasio Rata-rata Umur Piutang (Average Collection Period)

Rasio ini mengukur efisiensi pengelolaan piutang perusahaan, rata-rata jangka waktu penagihan adalah rata-rata jangka waktu lamanya perusahaan harus menunggu pembayaran setelah melakukan penjualan. Rasio ini dapat dibandingkan dengan persyaratan penjualan. Karena sering sulit mendapatkan data penjualan kredit maka digunakan total penjualan, tidak adanya persamaan persentase penjualan kredit pada perusahaan-perusahaan dapat menyebabkan rata-rata jangka waktu penagihan kurang tepat. Satu tahun dapat diasumsikan 360 hari atau 365 hari, kedua angka ini digunakan dalam lingkup keuangan dan perbedaannya tidak akan mempengaruhi keputusan yang dihasilkan (Agnes Sawir, 2003;15).

Angka rata-rata piutang yang terlalu tinggi menunjukan kemungkinan tidak kembalinya piutang yang lebih tinggi. Sebaliknya, angka yang terlalu rendah bisa jadi merupakan indikasi kebijakan piutang yang terlalu ketat, dan ini akan menurunkan penjualan dari yang seharusnya bisa dimanfaatkan (Mamduh M Hanafi dan Abdul Halim, 2007;80).

(13)

Rumus rata-rata umur piutang menurut Mamduh M Hanafi dan Abdul Halim (2007;79) adalah = Piutang

Penjualan/365

Komponen 2012 (dalam jutaan rupiah)

2013 (dalam jutaan rupiah)

Piutang 1.382.539 2.196.086

Penjualan 49.028.696 55.436.954

Rata-rata umur piutang 2012 = 1.382 .539 49.028 .696/365 = 1.382 .539134.325,2 = 10,29 Rata-rata umur piutang 2013 = 55.436 .9542.196 .086

/365 = 2.196 .086

151.882,1 = 14,46

Berdasarkan perhitungan rasio rata-rata umur piutang, PT Gudang Garam Tbk mengalami peningkatan sebesar 4,17dari tahun 2012 ke tahun 2013. Hal ini dapat dikatakan bahwa kemampuan perusahaan dalam menagih piutang semakin buruk, kemungkinan tidak kembalinya piutang lebih tinggi.

3.3.5 Rasio Perputaran Piutang (Receivable Turn Over)

Perputaran piutang memberikan pandangan mengenai kualitas piutang perusahaan dan seberapa berhasilnya perusahaan dalam penagihannya.

Semakin cepat perputaran piutang menandakan bahwa modal dapat digunakan secara efisien. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Munawir (2002 :75) yaitu Semakin tinggi (turn over) menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah, sebaliknya kalau rasio semakin rendah berarti ada over investment dalam piutang sehingga memerlukan analisa lebih lanjut.

(14)

Rumus RTO = Penjualan

Piutang Usaha

Komponen 2012 (dalam jutaan rupiah) 2013 (dalam jutaan rupiah) Penjualan 49.028.696 55.436.954 Piutang Usaha 1.382.539 2.196.086 RTO 2012 = 49.028 .696 1.382.539 = 35,4 RTO 2013 = 55.436 .9542.196 .086 = 25,2

Berdasarkan perhitungan diatas, PT Gudang Garam Tbk mengalami penurunan atau perputaran piutangnya lambat dari tahun 2012 ke tahun 2013. Hal ini berarti perusahaan kurang berhasil dalam penagihan piutangnya. 3.3.6 Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)

Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang. Rasio ini merupakan indikasi yang cukup populer untuk menilai efisiensi operasional, yang memperlihatkan seberapa baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada persediaan.

Ada dua masalah yang timbul dalam perhitungan dan analisis rasio

perputaran persediaan. Pertama, penjualan dinilai menurut harga pasar (market price), persediaan dinilai menurut harga pokok penjualan (at cost), maka sebenarnya rasio perputaran persediaan (at cost) digunakan untuk mengukur perputaran fisik persediaan sedangkan rasio yang dihitung dengan membagi penjualan dengan persediaan mengukur persediaan dalam kas. Kedua, penjualan terjadi sepanjang tahun sedangkan angka persediaan adalah gambaran keadaan sesaat (Agnes Sawir, 2003;15).

Rumus untuk menghitung ITO = Harga Pokok PenjualanPersediaan

(15)

rupiah) rupiah) HPP 39.843.974 44.563.096 Persediaan 26.649.777 30.241.368 ITO 2012 = 39.843 .974 26.649.777 = 1,495 ITO 2013 = 44.563 .096 30.241.368 = 1,473

Berdasarkan perhitunngan rasio perputaran persediaan dari tahun 2012 ke tahun 2013, PT Gudang Garam mengalami perputaran yang rendah. Hal ini disebabkan kurangnya pengendalian persediaan yang efektif.

Kesimpulan: Berdasarkan perhitungan rasio aktivitas antara lain TATO, FATO, WCTO, RTO, ITO, dan Rata-rata umur piutang. PT Gudang Garam Tbk hanya mampu mencapai target penjualan dengan modal kerja bersih yang dimiliki, sedangkan asset atau kekayaan yang mencerminkan keseluruhan harta

kekayaan perusahaan kurang efektif dalam menghasilkan penjualan. Jadi dalam hal ini dapat dikatakan aktivitas penjualan PT Gudang Garam Tbk kurang baik. 3.4 Rasio Profitabilitas

Rasio Profitabilitas yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham yang tertentu (Mamduh M Hanafi dan Abdul Halim, 2007;83).

Menurut Agnes Sawir (2003;17-18), Kemampulabaan (profitabilitas)

merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio kemampulabaan akan memberikan jawaban akhir tentang efektifitas manajemen perusahaan, rasio ini memberi gambaran tentang tingkat efektifitas pengelolaan perusahaan.

Dengan demikian bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis profitabilitas ini misalnya bagi pemegang saham akan melihat

(16)

keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam bentuk dividen (Agus Sartono, 2001;122).

3.4.1 Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin)

Merupakan perbandingan antara penjualan bersih dikurangi dengan Harga Pokok Penjualan dengan tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai perusahaan berdasar jumlah penjualan.

Rumus GPM = Penjualan BersihLaba Kotor

x 100%

Komponen 2012 (dalam jutaan rupiah) 2013 (dalam jutaan rupiah) Laba Kotor 9.184.722 10.873.858 Penjualan 49.028.696 55.436.954 GPM 2012 = 9.184 .722 49.028 .696

x 100%

= 18,7 % GPM 2013 = 55.436 .95410.873.858

x 100%

= 19,6%

Berdasarkan perhitungan rasio GPM diatas, pada tahun 2012 ke tahun 2013 PT Gudang Garam Tbk mengalami peningkatan sebesar 0,9. Perusahaan mengalami peningkatan dalam mendapat laba dari hasil penjualan setelah dikurangi HPP.

3.4.2 Marjin Laba Bersih (Net Profit Marjin)

Net Profit Margin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu (Mamduh M Hanafi dan Abdul Halim, 2007;83).

(17)

Komponen 2012 (dalam jutaan rupiah)

2013 (dalam jutaan rupiah)

Laba Setelah Pajak 4.068.711 4.383.932

Penjualan 49.028.696 55.436.954 NPM 2012 = 4.068 .711 49.028 .696

x 100%

= 8,3 % NPM 2013 = 55.436 .9544.383 .932 x 100% = 7,3 %

Berdasarkan perhitungan marjin laba bersih dari tahun 2012 ke tahun 2013, PT Gudang Garam Tbk mengalami penurunan sebesar 1 point. Hal ini berarti perusahaan mengalami penurunan dalam memperoleh laba bersih setelah membayar pajak. Dapat dikatakan bahwa manajemen perusahaan kurang efisien.

3.4.3 Operating Profit Margin

Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Operating profit margin mengukur persentase dari profit yang diperoleh perusahaan dari tiap penjualan sebelum dikurangi dengan biaya bunga dan pajak. Pada umumnya semakin tinggi rasio ini maka akan semakin baik.

Rumus untuk menghitung OPM = Laba Usaha

Penjualan x 100%

Komponen 2012 (dalam jutaan rupiah) 2013 (dalam jutaan rupiah) Laba Usaha 6.025.681 6.691.722 Penjualan 49.028.696 55.436.954 OPM 2012 = 6.025 .681 49.028 .696 x 100%

(18)

= 12,2% OPM 2013 = 6.691.722

55.436 .954 x 100% = 12,07%

Berdasarkan perhitungan rasio GPM dari tahun 2012 ke tahun 2013, PT Gudang Garam Tbk mengalami penurunan 0,13. Penurunan ini terjadi karena perusahaan menerima laba setelah membayar pajak dan bunga pinjaman. Meskipun laba yang didapat bertambah, namun tidak sebanding dengan peningkatan penjualan.

3.4.4 Earning Power of Total Investment

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih. Rasio ini juga digunakan untuk mengukur kemampuan manajer

perusahaan dalam mengelola modal perusahaan yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi investor (pemegang saham).

Rumus untuk menghitung EPTI = Total AktivaEBIT

x 100%

Komponen 2012 (dalam jutaan rupiah) 2013 (dalam jutaan rupiah) EBIT 6.025.681 6.691.722 Total Aktiva 41.509.325 50.770.251 EPTI 2012 = 6.025.681 41.509 .325 x 100% = 14,5% EPTI 2013 = 6.691.722 50.770 .251 x 100% = 13,1%

Berdasarkan perhitungan rasio diatas, kemampuan manajer perusahaan dalam mengelola modal perusahaan yang diinvestasikan dalam keseluruhan

(19)

aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi investor kurang bagus. Karena perusahaan megalami penurunan persentase sebesar 1,4.

3.4.5 Rasio Pengembalian Atas Total Aktiva (Return On Asset)

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu. Rasio yang tinggi menunjukan efisiensi manjemen aset, yang berarti efisiensi manajemen (Mamduh M Hanafi dan Abdul Halim, 2007;84).

Untuk menghitung ROA ada yang ingin menambahkan bunga setelah pajak dalam pembilang dari rasio tersebut. Teori ini didasarkan pada pendapat bahwa karena aktiva didanai oleh pemegang saham dan kreditor, maka rasio harus dapat memberikan ukuran produktifitas aktiva dalam memberikan

pengembalian pada kedua penanam modal itu. ROA sering disamakan dengan ROI (return on investment). (Agnes Sawir, 2003;19-20).

Rumus untuk menghitung ROA = Laba Bersih Setelah Pajak

Total Aktiva

x 100%

Komponen 2012 (dalam jutaan rupiah)

2013 (dalam jutaan rupiah)

Laba Setelah Pajak 4.068.711 4.383.932

Total Aktiva 41.509.325 50.770.251 ROA 2012 = 4.068 .711 41.509 .325 x 100% = 9,8 % ROA 2013 = 4.383.932 50.770 .251 x 100% = 8,63 %

Berdasarkan perhitungan rasio pengembalian atas total aktiva, PT Gudang Garam Tbk mengalami penurunan sebesar 1,17. Maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba setelah membayar pajak dengan keseluruhan aktiva yang dimiliki masih minimal. Karena dengan

(20)

peningkatan aktiva yang terbilang tinggi tidak mempengaruhi peningkatan yang tinggi pula terhadap laba.

3.4.6 Rasio Pengembalian Atas Modal (Return On Equitty)

Rasio ini memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan. ROE menunjukan rentabilitas modal sendiri atau yang sering disebut sebagai rentabilitas usaha (Agnes Sawir, 2003;20).

Rumus ROE = Laba bersih setelah pajakModal x 100%

Komponen 2012 (dalam jutaan rupiah)

2013 (dalam jutaan rupiah)

Laba Setelah Pajak 4.068.711 4.383.932

Modal 26.605.713 29.416.271 ROE 2012 = 26.605 .7134.068 .711 x 100% = 15,3 % ROE 2013 = 4.383.932 29.416 .271 x 100% = 14,9 %

Berdasarkan perhitungan rasio pengembalian atas modal sendiri, PT Gudang Garam Tbk dalam mengelola modal sendiri masih belum efektif. Karena persentase dari tahun 2012 ke tahun 2013 menurun sebesar 0,4.

Kesimpulan: Jadi, PT Gudang Garam dari tahun 2012 ke tahun 2013 dapat dikatakan belum mampu meningkatkan laba perusahaan. Dikarenakan berdasarkan rasio-rasio tersebut perusahaan hanya mampu mendapat peningkatan laba yang tinggi jika tidak membayar pajak dan beban-beban.

Referensi

Dokumen terkait

dituliskan oleh pembuat soal. Berdasarkan uraian dari analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa penyusun soal melakukan beberapa kesalahan seperti tidak teliti

Variabel yang juga diambil dalam analisis penelitian ini adalah kasus Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang terjadi di Kabupaten Batang, alasan mengapa variabel BBLR ini

Dilihat dari hasil wawancara dengan indikator yang mengacu pada transparansi dapat disimpulkan bahwa LAZISMU kabupaten Ponorogo sudah melaporkan laporan kegiatan kurang

antropologi, dan ekonomi pedesaan) untuk melihat secara objektif dampak pembukaan hutan alam skala luas terhadap penurunan gambut dan kehidupan social, ekonomi dan

ABC merasa sistem manual yang sekarang dipakai sudah tidak memadai, maka sistem terkomputerisasi sangat dibutuhkan dalam membantu kegiatan penjadwalan produksi,

Hasil analisis inferensia untuk menguji perbedaan dengan wilcoxon signed rank test menunjukkan nilai yang tidak signifikan sehingga penerapan ACT dinilai tidak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) efektivitas penggunaan model pembelajaran Modified Free Inquiry disertai Peer Tutoring terhadap prestasi belajar siswa pada

Oleh karena itu, penulis akan membahas kebijakan pengelolaan hutan berdasarkan Pasal 3 Ayat (3) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.20/Menhut-II/2012, yang