• Tidak ada hasil yang ditemukan

DJM 14(1) 1-88 February 2015 DAMIANUS VOLUME 14, NOMOR 1, PUBLISHED SINCE 2002 February 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DJM 14(1) 1-88 February 2015 DAMIANUS VOLUME 14, NOMOR 1, PUBLISHED SINCE 2002 February 2015"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL PENELITIAN

1 - 18 ELDER CARE FACILITY MENURUT MAHASISWA DAN DOSEN FAKULTAS KEDOKTERAN

Shannia Tritama, Elisabeth Rukmini

19 - 27 UJI BAKTERIOLOGIK AIR OLAHAN RAIN WATER HARVESTING SYSTEM DI SDN PEJAGALAN 01 DAN 02, JAKARTA UTARA

Intan Permata Sari, Sandy Vitria Kurniawan, Liling Pudjilestari, Enty

28 - 36 HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DAN PSIKOPATOLOGI PADA PERAWAT RUMAH SAKIT ATMA JAYA

Surilena, Stella Levina Kurniawan, R Irawati Ismail

37 - 47 PROPORSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU DENGAN PENGOBATAN LEBIH DARI ENAM BULAN BERDASARKAN RADIOGRAFI TORAKS

Yurika Elizabeth Susanti, Yopi Simargi, Rensa

48 - 56 PROPORSI DEFISIT WORKING MEMORY MURID SEKOLAH DASAR DI SDN PEGANGSAAN II/07, JAKARTA UTARA

Felicia Nike, Surilena, Tjhin Wiguna, Herlina Uinarni

57 - 66 PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TENTANG AKUPUNKTUR PADA PASIEN RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ATMA JAYA, JAKARTA

Linawati Hananta, Christian Syukur, Nelly Tina Widjaja, Fitria Halim

TINJAUAN PUSTAKA

67 - 79 MELATONIN SEBAGAI ANTIPENUAAN KULIT AKIBAT SINAR ULTRAVIOLET

Marcelina Grace Tjondro Putri, Lorettha Wijaya, Poppy K Sasmita

LAPORAN KASUS

80 - 88 NUTRISI PADA TUBERKULOSIS PARU DENGAN MALNUTRISI

Florentina M Rahardja

ISSN 2086-4256

PUBLISHED SINCE 2002 February 2015

DJM 14(1) 1-88 F

ebruary 2015

DAMIANUS

Journal of Medicine

VOLUME 14, NOMOR 1, 2015

(2)

PROPORSI DEFISIT

WORKING MEMORY

MURID SEKOLAH DASAR

DI SDN PEGANGSAAN II/07, JAKARTA UTARA

PROPORTION OF WORKING MEMORY DEFICIT IN ELEMENTARY SCHOOL

STUDENTS SDN PEGANGSAAN II/ 07, NORTH JAKARTA

Felicia Nike1, Surilena2, Tjhin Wiguna3, Herlina Uinarni4

ARTIKEL PENELITIAN

1 Fakultas Kedokteran Unika Atma

Jaya, Jalan Pluit Raya No. 2 Jakarta Utara 14440

2 Departemen Psikiatri, Fakultas

Kedokteran Unika Atma Jaya, Jalan Pluit Raya No. 2 Jakarta Utara 14440

3 Departemen Psikiatri, Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta Pusat 10430

4 Departemen Anatomi, Fakultas

Kedokteran Unika Atma Jaya, Jalan Pluit Raya No. 2 Jakarta Utara 14440

Korespondensi:

Surilena, Departemen Psikiatri dan anatomi Fakultas Kedokteran Univer-sitas Katolik Indonesia Atma Jaya. E-mail: surilenahasan@yahoo.co.id; Surilena@atmajaya.ac.id

ABSTRACT

Introduction: Working memory deficit can be used as a predictor of a variety problems, such as learning difficulties, as well as behavioural and emotional problems of elementary school students.

Objective: To identify working memory deficit proportion of elementary school students at SDN Pegangsaan II/07, North Jakarta.

Methods: Cross-sectional descriptive, at 96 elementary school students from I-VI grades obtained by stratified random sampling, conducted in February-August 2014 at SDN Pegangsaan II/07, North Jakarta. Working Memory Rating Scale (WMRS) instrument was used and filled by class custody of honorary or permanent teachers who have worked at least 1 month, while demographic questionnaire was filled by parents, the birth mother. Data analysis was descriptive.

Results: 44.8% of elementary school students were detected deficit in working memory, 32.6% was moderate working memory deficit and 67.4% was severe working memory deficit. Working memory deficit is most often found in elementary school students of fourth and sixth grades. The proportion of working memory deficit is more common in boys (53.7%) than girls (38.2%). Boys (41.5%) were found to have more severe working memory deficit than girls (21.8%).

Conclusion: The proportion of working memory deficits in elementary school students was quite large and this condition needs more attention to increase the quality of children.

Key Words: Children, elementary school, proportion, working memory deficit

ABSTRAK

Latar Belakang: Defisit working memory dapat menjadi prediktor berbagai masalah, seperti kesulitan belajar, serta berbagai masalah perilaku dan emosi pada murid sekolah dasar.

Tujuan: Mengidentifikasi besar proporsi defisit working memory murid sekolah dasar di SDN Pegangsaan II/07, Jakarta utara.

Metode: Deskriptif cross-sectional, pada 96 murid SD kelas I–VI dengan cara stratified random sampling, yang dilakukan pada bulan Februari–Agustus 2014 di SDN Pegangsaan II/07, Jakarta Utara. Instrumen yang digunakan adalah Working Memory Rating Scale (WMRS) yang diisi oleh guru wali kelas honorer atau tetap

(3)

Proporsi defisit working memory murid sekolah dasar di SDN Pegangsaan II/07, Jakarta Utara

yang telah bekerja minimal 1 bulan dan kuesioner demografi diisi oleh orang tua, yaitu ibu kandung. Analisis data bersifat deskriptif.

Hasil: 44,8% murid SD mengalami defisit working memory, 32,6% tergolong defisit working memory sedang dan 67,4% murid tergolong defisit working memory berat. Defisit working memory paling banyak dijumpai pada murid SD kelas 4 dan 6. Proporsi defisit working memory lebih banyak dijumpai pada murid laki-laki (53,7%) dibandingkan dengan murid perempuan (38,2%). Anak laki-laki (41,5%) lebih banyak terdeteksi mengalami defisit working memory berat dibandingkan anak perempuan (21,8%).

Kesimpulan: Proporsi defisit working memory pada murid sekolah dasar cukup besar dan kondisi tersebut perlu mendapat perhatian agar kualitas anak dapat ditingkatkan.

Kata Kunci: Defisit working memory, murid, proporsi, sekolah dasar

PENDAHULUAN

Belajar merupakan suatu proses yang melibat-kan berbagai sistem dan fungsi di dalam otak, seperti sistem integrasi motorik-sensorik dan fungsi kognitif (termasuk konseptualisasi dan fungsi bahasa). Adanya gangguan pada sistem dan fungsi tersebut akan membuat seorang murid sekolah dasar mengalami kesulitan be-lajar yang akan berdampak terhadap kualitas

hidupnya di kemudian hari.1 Working memory

adalah kemampuan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi untuk jangka waktu

yang singkat.2 Dengan perkataan lain, working

memory adalah sistem untuk menyimpan dan mengatur informasi yang dibutuhkan secara temporer untuk memenuhi kebutuhan kognitif

yang lebih kompleks, seperti belajar, reasoning,

dan pemahaman.3 Memori jangka pendek tidak

hanya berjalan satu arah. Selain memindahkan informasi ke sistem memori jangka panjang, memori jangka pendek juga berperan sebagai sentral yang mengatur dan mengkoordinasikan

berbagai sistem.2,3

Working memory yang optimal membutuhkan kemampuan untuk memperhatikan, mengi-ngat, dan melakukan tindakan terhadap suatu informasi yang sedang berlangsung secara

bersamaan.4 Berbeda dengan memori jangka

pendek, working memory memerlukan

kemam-puan untuk menyimpan dan memproses infor-masi secara bersamaan dalam waktu singkat, sementara memori jangka pendek murni hanya merupakan kemampuan untuk menyimpan

in-formasi dalam waktu singkat saja.5 Kemampuan

working memory ini sering dimasukkan dalam kemampuan fungsi eksekutif, yang merupakan hal mendasar dalam kemampuan untuk me-nyelesaikan masalah. Selain itu, kemampuan ini juga dikaitkan dengan kemampuan sese-orang untuk memperoleh pengetahuan dan

keterampilan baru.4,5

Seorang murid sangat memerlukan keterampil-an working memory yang optimal untuk

menger-jakan aktivitas sehari-harinya. Defisit working

memory akan mengakibatkan gangguan dalam melakukan tugas sederhana, seperti mengingat

(4)

instruksi kelas, hingga pada aktivitas yang lebih kompleks yang melibatkan fungsi menyimpan dan memproses informasi serta kemampuan untuk bertahan dalam mengerjakan tugas yang

lebih sulit.6 Murid dengan defisit working memo

-ry sering dianggap sebagai anak yang memiliki rentang perhatian yang buruk dan mudah tera-lih, tanpa memiliki gejala hiperaktivitas seperti yang terdapat pada anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas, yang membuat anak tersebut akan mengalami kesu-litan belajar dan masalah perilaku emosional, sehingga prestasi akademik yang dicapai akan

berada di bawah teman-teman sekelasnya.7

Alloway menyatakan bahwa intelegensi dan memori merupakan dua komponen penting

dalam proses pembelajaran.8 Berbagai

peneli-tian membuktikan bahwa pengukuran working

memory jauh lebih bermakna untuk menentu-kan kemampuan belajar seorang anak diban-dingkan dengan pengukuran nilai IQ yang

hanya menunjukkan tingkat kecerdasan.9-11

Dengan mengetahui kapasitas working memo

-ry seorang anak saat memulai sekolah, yakni sekitar usia lima tahun, maka dapat diprediksi-kan kemampuan belajar mereka enam tahun ke depan dan lebih jauh lagi juga dapat dipre-diksi kesuksesan anak tersebut di kemudian

hari.10,11 Alloway et al., menyatakan bahwa 10%

dari 3000 anak yang diteliti mengalami defisit

working memory, yang berakibat pada

kesulit-an belajar. Murid sekolah dasar dengkesulit-an defisit

working memory, apabila didiagnosis dan dite-rapi sejak dini, akan memiliki kesempatan un-tuk sukses di bidang akademik yang lebih baik

di kemudian hari.13 Penelitian Tine pada tahun

2013 menyatakan bahwa 308 (9,7%) dari 3.189

murid sekolah dasar mengalami defisit working memory.14

Defisit working memory sesunggguhnya tidak mudah untuk dideteksi, baik oleh dokter, guru, psikolog, maupun tenaga profesional lainnya.

Working Memory Rating Scale (WMRS) per-tama kali dibuat oleh Tracy Packiam Alloway pada tahun 2008. Alat ini dapat menilai

ada-nya defisit working memory pada anak usia

5-12 tahun. Selanjutnya Wiguna et al.,

mener-jemahkan WMRS ke dalam Bahasa Indonesia

dan melakukan uji validasi.7 Hasil uji diagnostik

instrumen WMRS tersebut menunjukkan

spesi-fisitas instrumen yang cukup tinggi, yaitu 67,4%

pada kelompok usia 6-9 tahun dan 92,2% pada usia 10-12 tahun; sedangkan hasil uji reliabili-tas Cronbach’s Alpha, yakni 0,959. Alat ukur WMRS terdiri dari 20 item yang diisi oleh guru sekolah dan lamanya mengisi sekitar 5 menit. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mendapat-kan proporsi defisit working memory pada anak Sekolah Dasar di SDN Pengangsaan II/07, Ja-karta Utara.

METODE

Penelitian ini adalah deskriptif cross-sectional,

pada 96 murid SD kelas I–VI secara stratified

random sampling, yaitu murid SD kelas IA, II, III, IV, dan V masing-masing sebanyak 14 orang dan murid kelas IB dan VI SD masing-masing 13 orang di SDN Pegangsaan II/07, Jakarta Utara, pada bulan Februari–Agustus 2014. Kri-teria inklusi penelitian adalah murid sekolah dasar (usia 6-12 tahun) di SDN Pegangsaan II/07, Jakarta Utara; laki-laki atau perempuan; guru wali kelas (tetap maupun honorer) yang

(5)

Proporsi defisit working memory murid sekolah dasar di SDN Pegangsaan II/07, Jakarta Utara

telah bekerja minimal 1 bulan; bersedia menjadi

responden dan menandatangani informed con

-sent. Kriteria eksklusi adalah murid SD dengan

gangguan psikotik dan retardasi mental. Orang tua murid diminta untuk mengisi kuesioner

de-mografi, sedangkan guru wali kelas diminta un -tuk mengisi kuesioner WMRS un-tuk

menentu-kan defisit working memory pada anak. Analisis data adalah deskriptif analitik (univariat).

HASIL

Penelitian dilakukan di SDN Pegangsaan II/07 yang merupakan tempat pendidikan sekolah dasar negeri (pemerintah) yang tergolong “fa-vorit”. Jumlah sampel penelitian ini adalah 96 murid SD kelas I–VI yang terdiri atas murid SD kelas IA, II, III, IV, dan V masing-masing seba-nyak 14 orang dan murid kelas IB dan VI ma-sing-masing sebanyak 13 orang.

Pengukuran working memory pada penelitian

ini dengan menggunakan instrumen WMRS

yang dibagi atas 2 kelompok usia, yaitu 6-9 ta-hun dan 10-12 tata-hun. Nilai titik potong untuk

ke-lompok usia 6-9 tahun adalah T-score <60 atau

total skor <20,8: tidak defisit working memory;

T-score 60-70 atau total skor 20,8-25,3: defisit

working memory sedang; dan T-score >70 atau

total skor >25,3: defisit working memory berat. Nilai titik potong untuk kelompok usia 10-12

ta-hun adalah total skor <22,0: tidak defisit work -ing memory; total skor 22,0-24,5: defisit working

memory sedang; dan total skor >24,5: defisit

working memory berat, masing-masing dengan

kriteria T-score yang sama dengan kelompok

usia 6-9 tahun. (Tabel 1)

Pengukuran defisit working memoy pada murid sekolah dasar dilakukan oleh guru wali kelas dengan mengisi instrumen WMRS. Mayoritas guru wali kelas yang mengisi WMRS adalah perempuan dengan rentang usia 26-52 tahun, pendidikan Strata 1 Sarjana Pendidikan, dan sebagian besar dengan status Pegawai Ho- norer. (Tabel 2)

Pada penelitian ini kisaran usia murid SD yang diteliti adalah usia 6-12 tahun, dengan rerata usia 8,8 tahun. Sebagian besar responden adalah anak perempuan (56,3%) dan anak laki-laki (43,7%), suku Jawa (39,6%), prestasi akademik di atas rerata kelas (52,1%,) dan sta-tus gizi normal (53,1%). Pendapatan per bulan orang tua murid mayoritas (72,9%) di atas Upah Minimum Regional (UMR) DKI Jakarta tahun 2014, yaitu Rp 2.400.000,00. (Tabel 3)

Dari 96 murid SD yang menjadi responden penelitian ini, dijumpai 43 (44,8%) anak de ngan

defisit working memory, yaitu 14 (32,6%) murid

dengan defisit working memory sedang dan 29

(67,4%) murid dengan defisit working memory

Tabel 1. Nilai Titik Potong WMRS

Kelompok usia Nilai Titik Potong

6-9 tahun (n=62) T-score >60 20,8

T-score >70 25,3

10-12 tahun (n=34) T-score >60 22,0

(6)

Wali Kelas Jenis Kelamin Umur (tahun) Pendidikan Status Kelas IA Kelas IB Kelas II Kelas III Kelas IV Kelas V Kelas VI Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan 52 33 42 41 26 33 34 Strata 1 Strata 1 Strata 1 Strata 1 Strata 1 Strata 1 Strata 1 PNS Honorer Honorer Honorer Honorer PNS PNS

Karakteristik Jumlah (n=96) Persentase Usia Kisaran 6-12 tahun (Rerata=8,8)

6 Tahun 3 3,1 7 Tahun 27 28,1* 8 Tahun 12 12,5 9 Tahun 20 20,8 10 Tahun 17 17,7 11 Tahun 11 11,5 12 Tahun 6 6,3 Jenis Kelamin Laki-Laki 42 43,7 Perempuan 54 56,3* Suku Bangsa Jawa 38 39,6* Betawi 9 9,4 Sunda 17 17,7 Batak 8 8,3 Tionghoa 5 5,2 Minang 3 3,1 Lain-lain 16 16,7 Prestasi Akademik

Di bawah Rerata Kelas 1 1,0

Rerata Kelas 45 46,9

Di atas Rerata Kelas 50 52,1*

Indeks Massa Tubuh

Underweight 10 10,4 Normal Range 51 53,1* Overweight 19 19,8 Obese 16 16,7 Penghasilan Keluarga Di atas UMR 70 72,9* Di bawah UMR 26 27,1

*Persentase terbanyak dalam karakteristik demografi

Tabel 2. Distribusi Karakteristik Wali Kelas di SDN Pegangsaan Dua 07 Pagi

(7)

Proporsi defisit working memory murid sekolah dasar di SDN Pegangsaan II/07, Jakarta Utara

berat. Mayoritas anak di dalam penelitian ini

berusia 7 tahun. Defisit working memory paling banyak dijumpai pada murid SD kelas 4 dan 6.

Proporsi defisit working memory lebih ba nyak dijumpai pada anak laki-laki (53,7%) diban- dingkan dengan anak perempuan (38,2%). Anak laki-laki (41,5%) lebih banyak dijumpai

defisit working memory berat dibandingkan dengan anak perempuan (21,8%). Mayoritas

anak defisit working memory memiliki prestasi akademik di bawah rerata kelas (48,3%) dan

memiliki kriteria Indeks Massa Tubuh (IMT) un

-derweight (53,8%). (Tabel 4)

Anak dengan defisit working memory paling banyak dijumpai pada murid SD kelas 4 dan 6. Diketahui sebagian besar murid SD kelas 4

(35,7%) mengalami defisit working memory se-dang, sedangkan murid kelas 6 (57,1%) meng-

alami defisit working memory berat. (Tabel 5)

PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menunjukkan proporsi

anak dengan defisit working memory sebesar

44,8%; dengan 48,3% di antaranya anak de-ngan prestasi akademik di bawah rerata

ke-Karakteristik

Tidak Defisit

(n=53) Defisit Working Memory (n=43)

Total Persentase Sedang (n=14) Berat (n=29) n % n % n % Jenis Kelamin Laki-Laki 19 46,3 5 12,2 17 41,5* 41 100,0 Perempuan 34 61,8 9 16,4* 12 21,8 55 100,0 Suku Bangsa Jawa 27 73,0 5 13,5 5 13,5 37 100,0 Betawi 3 42,9 1 14,3 3 42,9 7 100,0 Sunda 10 58,8 1 5,9 6 35,3 17 100,0 Batak 5 45,5 1 9,1 5 45,5 11 100,0 Tionghoa 3 42,9 1 14,3 3 42,9 7 100,0 Minang 1 25,0 2 50,0* 1 25,0 4 100,0 Lain-lain 4 30,8 3 23,1 6 46,2* 13 100,0 Prestasi Akademik

Di bawah Rerata Kelas 15 51,7 4 13,8* 10 34,5* 29 100,0 Di atas Rerata Kelas 38 56,7 6 9,0 23 34,3 67 100,0

Indeks Massa Tubuh

Underweight 6 46,2 1 7,6 6 46,2* 13 100,0 Normal Range 28 57,1 9 18,4 12 24,5 49 100,0 Overweight 12 60,0 0 0,0 8 40,0 20 100,0 Obese 7 50,0 4 28,6* 3 21,4 14 100,0 Penghasilan Keluarga Di atas UMR 13 54,2 2 8,3 9 37,5* 24 100,0 Di bawah UMR 40 55,6 8 11,1* 24 33,3 72 100,0

* Presentase terbanyak defisit working memory

(8)

las. Data mengenai proporsi anak dengan

de-fisit working memory belum ada di Indonesia. Penelitian-penelitian sebelumnya lebih banyak menunjukkan tentang proporsi kesulitan

be-lajar pada murid sekolah dasar dengan defisit

working memory, atau proporsi Attention Defi

-cit Hyperactivity Disorder (ADHD) dengan

de-fisit working memory. Penelitian oleh Wiguna et

al., tahun 2012 di Jakarta yang menunjukkan

proporsi kesulitan belajar pada murid sekolah

dasar de ngan defisit working memory sebesar 28%.7 Anak dengan defisit working memory umumnya akan mengalami kesulitan mengolah materi pembelajaran di kelas, terutama yang dibawakan oleh guru secara verbal, juga meng-alami kesulitan menyimpan informasi yang di-perlukan agar tugasnya dapat terselesaikan. Lebih jauh lagi, mereka seringkali mengalami kesulitan untuk mengikuti alur belajar yang normal, sehingga mereka kurang atensi atau kurang konsentrasi, mudah lupa terhadap in-struksi yang diberikan guru ataupun orang tua-nya, dan akhirnya menghasilkan prestasi

aka-demik buruk di kelasnya.15

Prestasi akademik murid pada penelitian ini

dinilai berdasarkan nilai rerata kelas pada ma-sing-masing kelas yang kemudian dihitung nilai rerata keseluruhan. Keterbatasan penelitian ini adalah guru wali kelas tidak kooperatif dalam memberikan data mengenai indeks prestasi murid pada masing-masing kelas, sehingga

peneliti mengidentifikasikan prestasi akademik

anak berdasarkan nilai rerata kelas pada ma- sing-masing kelas yang kemudian dihitung nilai rerata keseluruhan. Bila nilai murid di bawah nilai rerata keseluruhan dikategorikan prestasi buruk, sebaliknya bila di atas nilai rerata kese- luruhan dikategorikan prestasi baik. Pada pene-litian ini juga tidak dilakukan skrining lebih da-hulu untuk menentukan anak dengan kesulitan belajar atau masalah perilaku dan emosi yang merupakan kondisi yang banyak dijumpai pada

anak dengan defisit working memory.

Proporsi defisit working memory pada murid

sekolah dasar cukup besar pada salah satu sekolah dasar negeri di Jakarta. Kondisi terse-but menunjukkan besaran masalah yang diha-dapi oleh murid sekolah dasar adalah sangat besar dan hal tersebut mungkin dihadapi juga oleh murid sekolah dasar di tempat lainnya di

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Defisit Working Memory Berdasarkan Kelas

Kelas

Tidak Defisit Working

Memory (n=53) Defisit Working Memory (n=43)

Total Persentase Sedang (n=14) Berat (n=29) n % n % n % 1 SD 18 60,0 6 20,0 6 20,0 30 100,0 2 SD 6 42,9 1 7,1 7 50,0 14 100,0 3 SD 10 71,4 0 0,0 4 28,6 14 100,0 4 SD 7 50,0 5 35,7* 2 14,3 14 100,0 5 SD 8 80,0 0 0,0 2 20,0 10 100,0 6 SD 4 28,6 2 14,3 8 57,1** 14 100,0

* Persentase Defisit Working Memory sedang terbanyak pada anak kelas 4 SD

(9)

Proporsi defisit working memory murid sekolah dasar di SDN Pegangsaan II/07, Jakarta Utara

Indonesia. Dengan demikian, intervensi dini yang optimal tentunya perlu dirancang dan di-implementasikan pada anak dengan masalah tersebut, sehingga kualitas dan produktivitas mereka dapat dikembalikan secepat mungkin.

KESIMPULAN

Proporsi defisit working memory pada murid sekolah dasar cukup besar, yaitu 44,8%, dan kondisi tersebut perlu mendapat perhatian yang serius agar kualitas anak dapat ditingkatkan.

Masalah defisit working memory pada murid sekolah dasar masih belum banyak dikenali, baik oleh guru sekolah maupun orang tua. Oleh karena itu, perlu adanya deteksi dini mengenai

defisit working memory pada murid sekolah

dasar agar dampak lanjut defisit working me-

mory dapat dievaluasi lanjut oleh guru sekolah atau guru bimbingan konseling. Dampak lanjut

defisit working memory, seperti gangguan be-lajar, gangguan perilaku dan emosi, dan lain sebagainya, dapat dirujuk pada dokter spesialis anak, psikolog, psikiater, atau psikiater anak dan remaja.

DAFTAR PUSTAKA

1. van Londen WM, Juffer F, van Ijzendoorn MH. Attachment, cognitive, and motor de-velopment in adopted children: Short-term outcomes after international adoption. J Pe-diatry Psychol. 2007;32(10):1249–58 2. Tsatsanis KD. Psychological and

neuropsy-chological assessment of children. In: Mar-tin A, Volkmar FR. Lewis’s child and

adoles-cent psychiatry a comprehensive textbook.

4th ed. Philadelphia: Wolters Kluwer

Lippin-cott Williams & Wilkins. 2008;357–70. 3. Colom R, Abad FJ, Quiroga A, Shih PC,

Mendoza CF. Working memory and intel-ligence are highly related constructs, but why?. Intelligence. 2008;36:584–606. 4. Alloway TP. Working memory and

execu-tive function profiles of individuals with bor -derline intellectual functioning. J Intellect Disabil Res. 2010;54(5):448–56.

5. Rosenberg SA, Zhang D, Robinson CC. Prevalence of developmental delays and participation in early intervention service for young children. Pediatrics. 2008;121(6): 1503–9.

6. Douglas VI. Cognitive deficit in children with attention deficit hyperactivity disorder: a

long term follow-up. Canadian Psychology/ Psychologie cannadienne. 2005;46(1):23-31.

7. Wiguna T, WR NS, Kaligis F. Uji diagnos-tik Working Memory Rating Scale (WMRS) versi bahasa Indonesia dan proporsi anak Sekolah Dasar dengan kesulitan belajar

dan defisit working memory di Jakarta. Sari Pediatri. 2012;14(3):191–7.

8. Alloway TP. Working memory but not IQ predicts subsequent learning in children

with learning difficulties. J Psychol Assess.

2009;25:92– 8.

9. Kamijo K, Khan NA, Pontifex MB, Scud-der MR, Drollette ES, Raine LB, et al. The relation of adiposity to cognitive control

(10)

and Scholastic Achievement in Preado-lescent Children. Obesity (Silver Spring). 2012;20(12):2406–11.

10. Maehler C, Schuchardt K. Working memory functioning in children with learning disabili-ties: does intelligence make a difference. J Intellect Disabil Res. 2009;53(1):3-10. 11. Vuontela V, Steenari MR, Carlson S,

Koivisto J, Fjällberg M, Aronen ET. Audio-spatial and visuoAudio-spatial working memory in 6-13 year old school children. Learn Mem. 2003;10(1):74–81.

12. Henckens MJ, Hermans EJ, Pu Z, Joels M, Fernandez G. Stressed memories: how acute stress affects memory formation in humans. J Neurosci. 2009; 29(32):10111– 9.

13. Alloway TP, Gathercole S, Kirkwood H, Elliot

J. The memory rating scale: A class room– based behavioural assessment of working memory. Learn Individ Differ. 2009;19:242– 5.

14. Tine M. Working memory differences be-tween children living in rural and urban pov-erty. J Cogn Dev. 2014;15(4):599–613. 15. Beauchamp MH, Thompson DK, Howard K,

Doyle LW, Egan GF, Inder TE, et al. Pre-term infant hippocampal volumes correlate

with later working memory deficits. Brain.

2008;131(11):2986–94.

16. Liew J, Chen Q, Hughes JN. Child effortful control, teacher–student relationships, and achievement in academically at-risk chil-dren: Additive and interactive effects Early Child Res Q. 2010;25(1):51–64.

Gambar

Tabel  1. Nilai Titik Potong WMRS
Tabel 2. Distribusi Karakteristik Wali Kelas di  SDN Pegangsaan Dua 07 Pagi
Tabel 4. Distribusi Defisit Working Memory Subjek Penelitian
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Defisit Working Memory Berdasarkan Kelas

Referensi

Dokumen terkait

Valasindo Sentra Usaha dalam memanajemen persediaan bahan baku menggunakan perhitungan yang lebih efisien yaitu melihat dari jumlah kuantitas pembelian yang optimal

10 41122165 Mohamad Aldy Tofan RPL Penentuan Penerimaan Bantuan Dana Rumah Tidak Layak Huni ( Rutilahu) Melalui Penerapan Sistem Pendukung Keputusan Menggunakan Metode

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas, efisiensi dan risiko usaha industri rengginang singkong

Kesadaran individu terhadap kenyataan bahwa dirinya mengalami kekurangan yang disertai dengan sikap pengingkaran, tidak terima, serta menyalahkan diri sendiri atau

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa sikap terhadap profesi petani selain mengandung penilaian netral (dilambangkan dengan angka 0), juga mengandung penilaian

Dalam komputasi grid digunakan Certificate Authority (CA) yang berguna untuk memastikan bahwa resource yang terhubung dalam grid atau user yang menggunakan resource komputasi

Dalam lingkungan seperti itu, pengguna harus dapat diberikan jaminan bahwa kunci publik yang digunakan untuk mengenkripsi informasi adalah benar-benar kunci publik dari penerima

Akan tetapi, informasi pada situs OGSA-DAI sebagai acuan utama penulis tidak diberikan secara detil dalam hal pustaka yang terkait dengan sistem operasi dan paket GT yang