• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat resiliensi siswa (studi deskriptif pada siswa XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2017/2018)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tingkat resiliensi siswa (studi deskriptif pada siswa XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2017/2018)"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. TINGKAT RESILIENSI SISWA ( Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018 ). SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling. Oleh: Damiana Lestari Widiastuti NIM: 141114011. PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018. i.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan kepada bagi: Allah Bapa Tri Tunggal Tuhan Yesus Kristus yang menjadi Penguat dan Andalan saya Bunda Maria yang setia mendampingi saya Santo Fransiskus dari Assisi sebagai Pelindung Kongregasi Suster-Suster Santo Fransiskus Charitas Ibu Theresia Saelmaekers sebagai Ibu Pendiri Kongregasi Suster-Suster Santo Fransiskus Charitas Para Suster Charitas Fransiskus Charitas (FCh) yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk belajar di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Dosen Pembimbing Skripsi yang cermat, sangat teliti, bijaksana dan penuh kasih Teman dekat, sahabat dan teman-teman yang mendukung saya sampai sekarang Semua teman-teman BK angkatan 2014 yang mendukung dan membantu saya Keluarga Besar SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang mendukung dan memberi kesempatan bagi saya untuk belajar di lapangan.. iv.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. MOTTO. Kesanggupan kami adalah Pekerjaan Allah (2 Korintus 3 : 5b ) Jangan pernah menyerah, karena ada tempat dan waktu, di mana ombak paling tinggi sekalipun akan berbalik arah. Tuhan tetap setia mendampingi. Kedamaian dimulai dari sebuah senyuman yang tulus, karena itu undanglah Sang Penolong Abadi. Biarlah doaku adalah bagi-Mu seperti persembahan ukupan, dan tanganku yang terangkat seperti persembahan korban pada waktu petang (Mazmur 141: 2).. v.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK TINGKAT RESILIENSI SISWA (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018) Damiana Lestari Widiastuti Universitas Sanata Dharma 2018. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat resiliensi siswa kelas XI SMK Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2017/2018. Masalah yang diteliti adalah ”Seberapa tinggi tingkat resiliensi siswa kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2017/2018?” Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif dengan metode survei. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2017/2018 yang berjumlah 162 siswa. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling; jumlah sampel 93 siswa. Instrumen penelitian berupa kuesioner dengan 70 item pernyataan yang dikembangkan berdasarkan skala Likert. Koefisien reliabilitas kuesioner dihitung dengan menggunakan Alpha cronbach dengan hasil 0,948. Teknik analisis data adalah tabulasi skor dari masing-masing item, menghitung skor total responden, menghitung skor total masing-masing item, selanjutnya mengkategorisasikan tingkat resiliensi siswa dengan mengacu pada norma kategorisasi yang dikemukakan oleh Azwar (2012). Kategorisasi ini menghasilkan lima jenjang, yaitu: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Hasil penelitian yang diperoleh adalah terdapat 1 siswa (1%) yang memiliki tingkat resiliensi yang sangat tinggi, 61 siswa (66%) memiliki tingkat resiliensi yang sedang dan 31 siswa (33%) memiliki tingkat resiliensi yang rendah. Dari hasil di atas peneliti menyimpulkan bahwa sebagian besar siswa (99%) memiliki resiliensi yang kurang tinggi.. Kata Kunci : remaja akhir, resiliensi. viii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACT THE LEVEL OF STUDENTS’ RESILIENCY (A Deskriptive Study on Class XI Students of SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Year 2017/2018). Damiana Lestari Widiastuti Sanata Dharma University 2018. This study was aimed to obtain a picture of the resiliency level of class XI students in SMA (senior High School) Stella Duce 2 Yogyakarta, year 2017/2018. The problem that being studied was "How high is the resiliency level of class XI students in SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, year 2017/2018?" The type of this research was a descriptive quantitative research with survey method. The population of this study were all class XI students in SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, year 2017/2018 with total 162 students. The data sampling technique used was purposive sampling; sample size 93 students. The research instrument was a questionnaire with 70 item of statements developed based on Likert scale. The reliability coefficient of the questionnaire was calculated using Alpha Cronbach and the result was 0.948. Data analysis technique used was score tabulation of each item, calculate total score of respondent, calculate total score of each item, and then categorize the students’ resiliency level referring to norm of categorization as stated by Azwar (2012). This categorization yields five levels, namely: very high, high, medium, low, and very low. The result of the research was 1 (1%) students have very high resiliency level, 61 students (66%) have medium resiliency level and 31 students (33%) have low resiliency level. From the above results the researcher concludes that most students (99%) have less high resiliency. Keywords: late teens, resiliency. ix.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR. Puji syukur kepada Tuhan karena kasih karunia dan bimbingan-Nya, peneliti dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling. Selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini, peneliti merasakan kasih setia dan kebaikan Tuhan melalui bimbingan, dukungan, motivasi dan pendampingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. 2. Dr. Gendon Barus, M. Si., selaku Kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma. 3. Drs. R. H. Dj. Sinurat, M. A., selaku dosen pembimbing I, yang telah membantu, mengarahkan, dan membimbing dengan sabar, penuh cinta, teliti dan tulus memberikan waktu, motivasi, masukan dan banyak pembelajaran berharga hingga skripsi dapat terselesaikan dengan baik. 4. Bernadinus Agus Arswimba, M.Pd., selaku dosen pembimbing II, yang telah membantu, mengarahkan, dan siap membimbing serta memberi semangat dalam penyelesaian skripsi ini.. x.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 5. Bapak dan Ibu dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membekali peneliti dengan berbagai ilmu pengetahuan dan nilai-nilai kehidupan yang berguna. 6. Bapak Stefanus Priyatmoko yang dengan sabar dan tulus membantu bidang administrasi selama peneliti menempuh studi di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma. 7. Para karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang juga telah memberikan dukungan berupa perhatian yang membantu kelancaran studi peneliti. 8. Dra. Rosalia Tuti Ratnaningsih, selaku Kepala Sekolah, Dra. S. Listyawati Sri Nugraha Ningsih dan Vincentia Siwi Sri Dinarti, S. Pd. selaku guru Bimbingan dan Konseling SMA Stella Duce 2 Yogyakarta. 9. Dewan guru dan para karyawan SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, yang telah banyak membantu dan mendukung peneliti selama menjalankan tugas magang. 10. Kongregasi Suster-Suster Fransiskus Charitas yang telah memberikan kesempatan dan dukungan berupa doa dan perhatian selama peneliti menjalani studi hingga saat penyusunan skripsi ini. 11. Keluargaku tercinta yang telah memberikan dukungan berupa doa, sapaan, cinta dan perhatian selama peneliti menjalankan studi. 12. Frater Ansel CMM, Suster Olimp, CB,. Sr. Klemensia, OSF dan Suster. Veronika, PPYK sebagai teman seperjuangan dalam penggilan dan teman seangkatan yang selama ini mendukung, dan memberikan semangat, memberikan cinta dan perhatian kepada peneliti.. xi.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL ..........................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN ...........................................................................ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................iii HALAMAN MOTTO ........................................................................................iv HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ...................................................vii ABSTRAK ..........................................................................................................viii ABSTRACT ........................................................................................................ix KATA PENGANTAR ........................................................................................ x DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM ................................................................ xii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 4 C. Pembatasan Masalah .......................................................................... 5 D. Rumusan Masalah ............................................................................. 5 E. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5 F. Manfaat Penelitian ............................................................................. 5 G. Batasan Istilah ................................................................................... 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 8 A. Masa Remaja Akhir ........................................................................... 8 1. Pengertian Siswa ............................................................................ 8 2. Pengertian Remaja Akhir ……………………………………….. 9 3. Karakteristik Remaja Akhir ...........................................................10. xiii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. B. Resiliensi ............................................................................................13 1. Pengertian Resiliensi dan Karakteristik Orang yang Resiliensi …13 a. Pengertian Resiliensi ………………………………………… 13 b. Karakteristik Orang yang Resilien …………………………... 15 2. Upaya Pengembangan Resiliensi Siswa dan Implikasinya terhadap Pendidikan ..................................................................... 24 C. Kajian Penelitian yang relevan ........................................................... 33 BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 34 A. Jenis Penelitian .................................................................................. 34 B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 34 C. Subjek Penelitian ............................................................................... 35 D. Definisi Variabel Penelitian ............................................................... 36 E. Teknik dan Instrumen Penelitian Pengumpulan Data ....................... 36 1. Teknik pengumpulan data ............................................................. 36 2. Instrumen Pengumpulan Data ....................................................... 37 3. Kisi-kisi kuesioner ......................................................................... 39 F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ................................................. 40 1. Validitas ........................................................................................ 40 2. Reliabilitas .................................................................................... 43 G. Teknik Analisis Data ......................................................................... 44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 47 A. Tingkat Resiliensi Siswa Kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018 .............................................. 47 B. Pembahasan Hasil Penelitian .......................................................... 49 BAB V PENUTUP ............................................................................................ 53 A. Simpulan ............................................................................................ 53 B. Keterbatasan Penelitian .....................................................................53 C. Saran ..................................................................................................54. xiv.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 56. DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM Tabel 3.1 Rician subjek penelitian ..................................................................... 36 Tabel 3.2 Norma Skoring Resiliensi Siswa......................................................... 37 Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuesioner Resiliensi Siswa ................................................. 39 Tabel 3.4 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas ......................................................... 42 Tabel 3.5 Reabilitas item .................................................................................... 43 Tabel 3.6 Kriteria Guilford ................................................................................ 44 Tabel 3.7 Penentuan Kriteria Secara Keseluruhan ……………………………. 45 Tabel 4.1 Kategorisasi Resiliensi Siswa ............................................................. 47 Diagram 4.2 Kategorisasi Tingkat Resiliensi Siswa ........................................... 48. DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Resiliensi Siswa ............................................................ 57 Lampiran 2. Hasil Perhitungan Uji Coba Terpakai Taraf Validitas Kuesioner Resiliensi Siswa ............................................................................. 64 Lampiran 3. Tabulasi Data Penelitian ................................................................ 70 Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian ……………………………………………… 71. xv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional variabel penelitian. A. Latar Belakang Masalah Resiliensi adalah kekuatan dasar yang menjadi fondasi bagi semua karakter positif dalam membangun kekuatan emosional seseorang. Tanpa resiliensi, tidak ada keberanian, ketekunan, tidak ada rasionalitas, tidak ada insight. Gaya berpikir seseorang sangat ditentukan oleh resiliensinya, dan resiliensi juga menentukan keberhasilan seseorang dalam hidupnya (Hosnan, 2016: 252). Meskipun resiliensi merupakan kapasitas individual untuk bertahan dalam situasi yang bersifat menekan, namun tidak berarti bahwa resiliensi merupakan suatu sifat (trait), melainkan lebih merupakan suatu proses. Werner (Hosnan, 2016: 252) menggambarkan tiga fenomena tentang resiliensi, yaitu: (1) perkembangan positif yang dihasilkan oleh remaja yang hidup dalam konteks “beresiko tinggi”, seperti remaja yang hidup dalam keluarga yang miskin atau perlakuan kasar orang tua; (2) kompetensi yang dimungkinkan muncul di bawah tekanan yang berkepanjangan, seperti peristiwa-peristiwa di sekitar perceraian orang tua mereka; dan (3) kesembuhan dari trauma, seperti peristiwa pertengkaran orang tua, perang saudara dan kamps konsentrasi.. 1.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. Menurut Hurlock (Hosnan, 2016: 236-238) tugas perkembangan remaja selalu difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa. Remaja akan berperilaku dan bersikap sesuai dengan konsep dirinya yang telah diterima sejak awal di dalam lingkungannya. Apabila seorang remaja memiliki konsep diri yang positif, karena pengaruh dari orang tua atau orang dewasa di sekitarnya, maka dia akan menjadi pribadi yang mandiri dan otonom, menjalankan tugas perkembangannya dengan baik dan tidak mudah menyerah apabila dia gagal. Remaja yang bersangkutan berusaha mengembangkan kemampuan resiliensi. Siswa kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2017/2018 dijadikan subjek penelitian ini. Subjek termasuk sedang menjalani masa remaja akhir, masa yang akan memasuki masa dewasa awal. Peneliti memilih subjek dalam penelitian ini berdasarkan pengamatan langsung saat menjalani kegiatan magang di sekolah tersebut, tepatnya selama bulan Januari 2017. Peneliti mengamati situasi siswa baik di dalam kelas maupun di luar kelas, yaitu sewaktu proses pembelajaran dan wawancara beberapa siswa, guru kelas, dan guru BK. Peneliti mendapatkan gambaran permasalahan yang terjadi secara umum pada diri siswa kelas XI. Pada saat proses pembelajaran di dalam kelas, siswa nampak mengalami kelesuan, sering tiduran, melakukan kegiatan pribadi yang.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. tidak mendukung untuk menghilangkan rasa ngantuk ataupun malas mendengarkan, apabila diberi tugas siswa sering mengungkapkan keluhan, keberatan menerima tugas dari guru. Hasil pengamatan secara langsung yang didapatkan peneliti, diperkuat dengan adanya pembicaraan dan wawancara terhadap guru kelas dan guru BK, dan memberikan kesan bahwa tingkat resiliensi siswa kurang atau rendah. Peneliti mengadakan wawancara dengan bertanya kepada beberapa siswa tentang pengalaman hidup ber-resiliensi dalam menghadapi kesulitan/masalah hidup. Pertanyaan itu mencakup pengalaman diri sebagai. siswa,. bagaimana. mereka. berjuang. dalam. menghadapi. kesulitan/masalah hidup termasuk kesulitan belajar, pengalaman menjalin hubungan dengan orang tua, dan saudara dalam keluarga serta pergaulan dengan teman. Sejumlah siswa menceritakan pengalamannya menghadapi kesulitan/ masalah yang muncul dalam hidup harian di tengah keluarga, antara lain: orang tua sering bertengkar bahkan mengalami broken home sehingga anak mengalami kebingungan dalam mendapatkan perhatian, bimbingan dan kebutuhannya, mengalami kelesuan dalam mengikuti kegiatan sekolah, bahkan sering membolos. Ada pula yang menceritakan permasalahan dijauhi, diolok-olok teman di masyarakat ataupun sekolah, sehingga dirinya merasa minder, tidak bersemangat dalam belajar dan mengeluarkan ide-ide, sering menyendiri. Berbagai permasalahan di atas dapat mempengaruhi siswa, misalnya sering menunda-nunda penyelesaian tugas-tugas dari sekolah.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4. (prokrastinasi akademik), penggunaan waktu tidak diatur dengan baik, sehingga prestasi akademik menurun. Kesulitan-kesulitan yang dialami tersebut dapat juga menimbulkan kekecewaan dan gangguan emosional yang besar, apabila tidak diselesaikan dengan baik. Penjelasan di atas memberikan keyakinan pada peneliti, bahwa dalam menjalani kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah, siswa membutuhkan kemampuan resiliensi untuk dapat mencapai sukses atau. keberhasilan dalam mengatasi kesulitan. hidup. Stoltz (2000: 8-9) mengemukakan bahwa kemampuan seseorang untuk bertahan menghadapi kesulitan hidup merupakan salah satu kekuatan yang ada dalam diri individu. Apabila individu mampu bertahan dalam menghadapi kesulitan/masalah hidup maka individu akan mencapai kesuksesan hidupnya. Semakin banyak kemampuan positif yang dimiliki individu, maka akan terbentuk resiliensi dalam dirinya. Desmita (2009: 201) berpendapat bahwa bagi mereka yang resilien, resiliensi membuat hidupnya menjadi lebih kuat. Mengingat pentingnya resiliensi, perlulah diteliti tingkat resiliensi siswa. Kalau ternyata rendah, dapatlah dipikirkan usaha-usaha untuk meningkatkannya. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan berbagai masalah sebagai berikut:.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5. 1.. Tingkat resiliensi siswa kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2017/2018 kurang tinggi.. 2.. Belum pernah ada penelitian mengenai tingkat resiliensi siswa di sekolah tersebut.. 3.. Rendahnya resiliensi siswa berpengaruh negatif pada prestasi siswa.. 4.. Belum ada program untuk meningkatkan resiliensi siswa.. C. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini, fokus kajian adalah tingkat resiliensi siswa kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2017/2018. D. Rumusan Masalah Pertanyaan yang mau dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Seberapa tinggi tingkat resiliensi siswa kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2017/2018? E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingginya tingkat resiliensi siswa kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2017/2018.. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini memberikan manfaat sebagai berikut: 1.. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan menjadi suatu sumber informasi dalam bidang Bimbingan dan Konseling khususnya yang berhubungan.

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6. dengan resiliensi siswa kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2017/2018.. 2.. Manfaat praktis a.. Bagi Pendidik (Guru BK) Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi pendidik/guru BK dalam rangka memahami tingkat resiliensi dan meningkatkan resiliensi siswa.. b.. Bagi peneliti 1) Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran tentang tingkat resiliensi remaja akhir, khususnya siswa SMA kelas XI dalam menghadapi kesulitan/masalah hidup. 2) Penelitian merupakan bekal bagi peneliti di kemudian hari untuk mendampingi dan memberikan layanan bimbingan dan konseling, baik secara kelompok maupun individual, yaitu kepada siswa yang tingkat resiliensinya rendah.. c.. Bagi peneliti lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran tentang tingkat resiliensi remaja akhir, serta membantu meningkatkan resiliensi siswa. Peneliti-peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan metode yang berbeda, bervariasi dan subjek penelitian berbeda, misalnya tingkat resiliensi siswi-siswi sebagai.

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7. remaja akhir (dalam menghadapi traumatis) sehingga hasil yang didapatkan akan lebih lengkap.. G. Batasan Istilah Variabel Definisi operasional dari beberapa istilah dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut: 1.. Resiliensi adalah kemampuan yang dimiliki orang dalam menghadapi kesulitan/masalah dan tantangan hidup, dengan menggunakan kekuatan positifnya yang mencakup keadaan atau sifat positif yang tergolong dalam “I have”, “I am”, dan “I can”nya seperti yang dimaksukkan dalam kuesioner yang digunakan.. 2.. Siswa adalah siswa kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2017/2018..

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini diuraikan siswa SMA sebagai remaja yang sedang menjalani masa remaja akhir, dan resiliensi. A. Masa Remaja Akhir 1.. Pengertian Siswa Peserta didik atau sering juga disebut siswa, dalam arti luas adalah setiap orang yang aktif dalam proses pendidikan sepanjang hayat. Siswa adalah individu yang datang pada institusi pendidikan dengan tujuan belajar. Individu ini sedang mengalami perkembangan atau pertumbuhan dalam berbagai segi seperti segi fisik, mental, sosial dan spiritual. Individu yang bersangkutan memerlukan bantuan, bimbingan dan arahan untuk melewati tahap-tahap perkembangannya. Undang-undang Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 4, menjelaskan bahwa siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensinya melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu (Hosnan, 2016: 41). Siswa merupakan individu yang memiliki sejumlah karakteristik, antara lain sebagai berikut (Desmita, 2009: 40): a. Siswa adalah individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga ia merupakan insan yang unik.. 8.

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9. b. Siswa adalah individu yang sedang berkembang, artinya siswa tengah mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya. c. Siswa adalah individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi. d. Siswa adalah individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri. Dalam diri siswa muncul kecenderungan untuk melepaskan diri dari kebergantungan pada pihak yang lain. Oleh karena itu setahap demi setahap orang tua atau pendidik perlu memberikan kesempatan kepada siswa. untuk. mandiri. dan. bertanggung. jawab. sesuai. dengan. kemampuannya. Siswa merupakan sebutan untuk anak didik pada jenjang pendidikan dasar dan juga menengah. Siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini yaitu siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) yang sedang pada fase remaja akhir (Hosnan, 2016: 40-42). 2.. Pengertian Remaja Akhir Istilah adolescence atau masa remaja berasal dari kata Latin adolescere yang berarti tumbuh menjadi dewasa (Hosnan, 2016: 227229). Masa remaja terdiri dari 3 fase perkembangan, yaitu : a. Umur 12-15 tahun : masa remaja awal b. Umur 15-18 tahun : masa remaja pertengahan c. Umur 18-21 tahun : masa remaja akhir Peserta didik kelas XI Sekolah Menengah Atas termasuk orang yang sedang menjalani masa remaja akhir. Dalam fase ini, remaja mengalami perubahan dan peralihan menuju masa dewasa awal. Mereka.

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10. mulai mampu menentukan pendirian hidupnya dan mempunyai minat untuk menyelesaikan masalah dan kesulitan hidupnya. Seorang. ahli. psikologi yang bernama Robert J. Havighurst (Hosnan, 2016: 29) mengemukakan bahwa salah satu tugas perkembangan pada masa remaja akhir adalah meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan dan berusaha menjadi orang yang bersikap dan berperilaku secara dewasa. 3.. Karakteristik Masa Remaja Akhir Masa. remaja. akhir. mempunyai. ciri-ciri. tertentu. yang. membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Berikut ini adalah ciri-ciri masa remaja akhir menurut Hurlock (1990: 207): a. Sebagai periode yang penting, yaitu adanya perubahan-perubahan yang dialaminya dan memberi dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya. b. Sebagai periode peralihan, artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada yang terjadi sekarang dan yang akan datang sehingga akan mempengaruhi pola perilaku dan sikap yang baru. Dalam setiap periode peralihan, status remaja tidaklah jelas, dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya..

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11. c. Sebagai periode perubahan Ada 5 perubahan yang bersifat universal, yaitu: perubahan emosi yang intensitasnya tergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi, perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan. d.. Sebagai usia yang bermasalah Ada 2 alasan mengapa mereka mengalami kesulitan dalam mengatasi masalahnya: Yang pertama, sepanjang masa kanak-kanak, masalahnya diatasi oleh orang tua dan para guru sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, mereka merasa (diri) mandiri sehingga ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan dari orang tua dan para guru.. e.. Sebagai masa mencari identitas diri Mereka berupaya menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat.. f.. Sebagai masa yang menimbulkan ketakutan Dikatakan demikian karena mereka sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini dapat membuat orang tua menjadi takut dan menimbulkan pertentangan sehingga terjadi jarak yang menghalangi mereka meminta bantuan dari orang tua..

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12. g.. Sebagai masa yang tidak realistik Remaja cenderung memandang dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkannya dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.. h. Sebagai ambang masa dewasa Menjelang menginjak masa dewasa, mereka merasa gelisah untuk meninggalkan masa belasan tahunnya. Mereka belum cukup untuk berperilaku sebagai orang dewasa, namun mereka mulai berperilaku sebagai orang dewasa seperti dalam hal cara berpakaian, merokok, menggunakan obat-obatan dan sebagainya, yang dipandang dapat memberikan citra seperti yang diinginkan. 4.. Ciri-ciri Remaja yang Resilien Menurut Reivich & Shatte (Megarini, 2016) ciri-ciri remaja yang resilien adalah (a) mampu mengontrol emosi dan bersikap tenang meskipun berada dalam tekanan, (b) mampu mengontrol dorongannya dan membangkitkan pemikiran yang mengarah pada pengendalian emosi, (c) bersifat optimis mengenai masa depannya, (d) mampu mengidentifikasikasi penyebab dari masalahnya secara akurat, (e) memiliki empati, (f) memiliki keyakinan diri, (g) memiliki kompetensi untuk mencapai sesuatu. Sarafino, 1994 (Megarini, 2016) menyatakan bahwa ciri-ciri siswa yang memiliki resiliensi yaitu (a) memiliki temperamen yang lebih tenang, sehingga mampu menjalin hubungan yang baik dengan keluarga.

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13. dan lingkungan; (b) memiliki kemampuan untuk dapat bangkit dari tekanan dan berusaha untuk mengatasinya. B. Resiliensi 1.. Pengertian Resiliensi dan Karakteristik Orang yang Resiliensi a. Pengertian Resiliensi Menurut Desmita (2009: 198-199) resiliensi pada prinsipnya merupakan sebuah konsep yang relatif baru dalam khasanah psikologi. Pengertian istilah resiliensi ini mengalami suatu perkembangan, dipengaruhi oleh pandangan yang muncul dari lapangan psikiatri, psikologi dan sosiologi tentang bagaimana anak, peserta didik dan orang dewasa dapat bangkit kembali dan bertahan terhadap kondisi stres, trauma dan resiko dalam kehidupan mereka. Resiliensi dianggap sebagai kekuatan dasar yang menjadi fondasi dari semua karakter positif dalam membangun kekuatan emosional orang. Dewasa ini istilah resiliensi telah diterima dan digunakan secara luas, namun belum ada kesatuan pendapat mengenai definisi resiliensi itu. Desmita (2009: 199) menyatakan bahwa “… hingga kini definisi tentang resiliensi masih terus dipermasalahkan dan bahkan belum ada consensus tentang cakupan wilayah dari konstruk resiliensi, seperti ciri-ciri dan dinamikanya”. Grotberg (Desmita, 2009: 200) secara sederhana mengartikan resiliensi sebagai “The human capacity to face, overcome, be strengthened by, and even be transformed by experiences of adversity”. (Kemampuan manusia untuk menghadapi, mengatasi, diperkuat oleh, dan.

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14. bahkan ditransformasikan oleh pengalaman kesengsaraan). Sedangkan Werner (Desmita, 2009: 200) mendefinisikan resiliensi sebagai “The capacity to spring back, rebound, successfully adapt in the face of adversity, and develop social, academic, and vocational competence despite exposure to severe stres or simply to the stres that is inherent in today’s world”. (Kemampuan untuk bangkit kembali, pulih, berhasil beradaptasi. dalam. menghadapi. kesulitan,. dan. mengembangkan. kompetensi sosial, akademis, dan vokasional meskipun mengalami stres berat atau hanya stres yang melekat di kehidupan nyata). Sejumlah ahli percaya bahwa pemberdayaan ketiga karakteristik (I have, I am, dan I can) inilah yang memungkinkan seseorang, termasuk siswa, dapat bertahan. dalam. mengatasi. kondisi-kondisi. adversitas. serta. mengembangkan resiliensinya. Menurut Werner (Desmita, 2009: 201), sejumlah ahli tingkah laku menggunakan istilah resiliensi untuk menggambarkan tiga fenomena: (1) perkembangan positif yang dialami oleh anak yang hidup dalam konteks “berisiko tinggi” (high-risk), seperti anak yang hidup dalam kemiskinan yang kronis atau perlakuan kasar orangtua; (2) kompetensi yang dapat muncul di bawah tekanan yang berkepanjangan, seperti peristiwaperistiwa di sekitar perceraian orangtua mereka; dan (3) kesembuhan dari trauma, seperti ketakutan karena peristiwa perang saudara dan kamp konsentrasi. Tanpa resiliensi, tidak ada keberanian, ketekunan, tidak ada rasionalitas, tidak ada insight. Gaya berpikir seseorang sangat ditentukan.

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15. oleh resiliensinya, dan resiliensi juga menentukan keberhasilan seseorang dalam hidupnya. Menurut Higgnis, 1994; Werner dan Smith, 1992 (Desmita, 2009: 201), resiliensi merupakan kapasitas individual untuk bertahan dalam situasi stresfull, namun tidak berarti bahwa resiliensi merupakan suatu sifat (traits), melainkan lebih merupakan suatu proses (process). Kita memang tidak dapat menyangkal bahwa ada individu yang memiliki kecenderungan genetik yang memberi sumbangan bagi resiliensinya, seperti watak sosial, sifat ramah, dan kecantikan fisik, namun kebanyakan dari karakteristik yang dihubungkan dengan resiliensi dapat dipelajari. Dari beberapa definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa resiliensi adalah kemampuan yang dimiliki orang dalam menghadapi kesulitan/masalah. dan. tantangan. hidup,. meskipun. mengalami. kesengsaraan atau stres berat, dengan menggunakan kekuatan positifnya yang mencakup keadaan atau sifat yang positif yang tergolong dalam: I have, I am, dan I can sehingga orang yang bersangkutan mampu bangkit kembali, mampu beradaptasi ketika berhadapan dengan kesulitan dan terus mengembangkan kompetensinya selama menjalani kehidupannya. b. Karakteristik Orang yang Resilien Para ahli berbeda pendapat dalam merumuskan ciri-ciri atau karakteristik orang yang resilien. Menurut Bernard, 1991 (Desmita, 2009:.

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16. 201) misalnya, orang yang resilien biasanya memiliki empat sifat-sifat umum, yaitu: 1) Menguasai kompetensi sosial yaitu kemampuan untuk mengadakan hubungan-hubungan yang positif dengan orang lain. 2) Menguasai keterampilan pemecahan masalah/metakognitif yaitu kemampuan untuk membuat perencanaan, untuk mengendalikan diri sendiri dan mengatasi masalah dan mencari bantuan dari orang lain seperlunya. 3) Memiliki otonomi yaitu memiliki kesadaran akan identitas dirinya dan kemampuan untuk bertindak secara mandiri dan memberi respons yang tepat terhadap lingkungan. 4) Memiliki kesadaran akan tujuan dan masa depan yaitu kesadaran akan tujuannya, aspirasinya, dan memiliki ketekunan (persistence), dan pengharapan akan suatu masa depan yang lebih baik. Wolins (Desmita, 2009: 202) mengajukan tujuh karakteristik orang yang resilien, yaitu: 1) Initiative (inisiatif), yang terlihat dari upaya orang melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya dan kemampuan individu untuk mengambil peran atau bertindak. 2) Independence (independensi), yang terlihat dari kemampuan orang untuk menghindar atau menjauhkan diri dari keadaan yang tidak menyenangkan dan otonomi dalam bertindak..

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17. 3) Insight (berwawasan), yang terlihat dari kesadaran kritis orang terhadap. kesalahan. atau. penyimpangan. yang. terjadi. dalam. lingkungannya atau perkembangan persepsi tentang apa yang salah dan menganalisis mengapa salah. 4) Relationship (hubungan), yang terlihat dari upaya orang menjalin hubungan dengan orang lain. 5) Humor (humor), yang terlihat dari kemampuan orang mengungkapkan perasaan humor di tengah situasi yang menegangkan atau mencairkan suasana kebekuan. 6) Creativity (kreativitas),. yang ditunjukkan. melalui permainan-. permainan kreatif dan pengungkapan diri. 7) Morality (moralitas), yang ditunjukkan dengan adanya pertimbangan tentang ya baik dan ya buruk, mendahulukan kepentingan orang lain dan bertindak dengan integritas. Henderson dan Milstein (Desmita, 2009: 203), menyebutkan 12 karakteristik orang yang resilien, yaitu: (1) Memiliki kesediaan untuk melayani orang lain, (2) Menguasai keterampilan-keterampilan hidup, seperti keterampilan mengambil keputusan, berperilaku asertif, dan memecahkan masalah, (3) Memiliki sosiabilitas yang baik yaitu kemampuan untuk membangun hubungan-hubungan yang positif, (4) Memiliki perasaan humor, (5) Memiliki “internal locus of control”, (6) Memiliki otonomi atau independensi, (7) Berpandangan positif terhadap masa depan, (8) Memiliki fleksibilitas, (9) Memiliki kemauan untuk terus.

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18. belajar, (10) Mampu memotivasi diri, (11) Memiliki kompetensi personal, (12) Memiliki harga diri. Mengenai ciri-ciri dan faktor resiliensi Desmita (2009: 203) mengatakan sebagai berikut: … berdasarkan konsensus dari sejumlah peneliti dan praktisi yang terlibat aktif dalam pengembangan resiliensi, The International Resilience Project merumuskan ciri-ciri atau sifat-sifat seorang yang resilien dalam tiga kategori/golongan yaitu (1) external supports and resources, (2) internal, personal strengths, dan (3) social, interpersonal sklills. Dalam perkembangan selanjutnya, ketiga kategori yang digunakan untuk menggambarkan karakteristik dan sifat-sifat seorang yang resilien tersebut digunakan istilah-istilah pengganti. Sebagai pengganti istilah karakteristik external supports and resources, digunakan istilah I have, pengganti istilah karakteristik internal, personal strengths, digunakan istilah I am, dan pengganti istilah karakteristik social, interpersonal skiills, digunakan istilah I can (Grotberg, 1995). Ciri-ciri resiliensi yang tercakup dalam I have, I am, dan I can diuraikan pada bagian berikut ini, karena inilah yang menjadi dasar kisikisi alat penelitian ini.. I have (Aku punya) merupakan karakteristik. resiliensi yang bersumber dari pemaknaan siswa terhadap besarnya dukungan dan sumber daya yang diberikan oleh lingkungan sosial (external supports and resources) terhadap dirinya. Yang termasuk I have adalah, sebagai berikut: 1) Trusting relationships (Mempercayai hubungan) 2) Access to health, educations, welfare and security service (Memiliki akses ke layanan kesehatan, pendidikan, kesejahteraan dan keamanan).

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19. 3) Emotional support outside the family (Mendapat dukungan emosional di luar keluarga) 4) Structure and rules at home (Memiliki susunan dan aturan yang baik di rumah) 5) Parental encouragement of outonomy (Mendapatkan dorongan dari orang tua untuk menjadi otonom atau semakin mandiri) 6) Stable home environment (Memiliki lingkungan rumah yang stabil) 7) Role models (Memiliki panutan) 8) Religious organizations morality (Hidup sesuai dengan moralitas, organisasi keagamaanyang diikuti) I am (Aku ini) merupakan karakteristik resiliensi yang bersumber dari kekuatan pribadi (personal strengths) yang dimiliki oleh siswa. Yang termasuk I am adalah, sebagai berikut: 1) Sence of being lovable (Memiliki perasaan dicintai) 2) Autonomy (Memiliki otonomi) 3) Appealing temperament (Memiliki temperamen yang menarik) 4) Achieverment oriented (Berorientasi pada prestasi) 5) Self-esteem (Memiliki harga diri) 6) Hope, faith, belief in God, morality, trust (Memiliki harapan, iman, keyakinan pada Tuhan, moralitas, kepercayaan) 7) Empathy and altruism (Memiliki empati dan sikap altruis) 8) Locus of control (Memiliki pusat kendali/diri yang internal)..

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20. I can (Aku dapat) adalah karakteristik resiliensi yang bersumber dari apa saja yang dapat dilakukan oleh siswa sehubungan dengan keterampilanketerampilan sosial dan interpersonal (social, interpersonal skills). Keterampilan-keterampilan ini adalah sebagai berikut: 1) Creativity (Kreativitas) 2) Persistence (Kegigihan) 3) Communication (Komunikasi) 4) Problem solving (Penyelesaian masalah) 5) Impulse control (Kontrol gerakan hati/pengendalian diri) 6) Seeking trusting relationships (Mencari hubungan yang saling mempercayai) 7) Social skills (Keterampilan sosial) 8) Intelectual skills (Keterampilan intelektual) Ketiga faktor tersebut sangat dipengaruhi oleh kualitas lingkungan sosial orang. Untuk menjadi orang yang resilien, tidak cukup hanya satu karakteristik/faktor saja dimiliki; karakteristik-karakteristik/faktor-faktor lain harus dimiliki juga. Misalnya, seorang siswa mungkin dicintai (I have) tetapi jika dia tidak mempunyai kekuatan dalam dirinya (I am) atau tidak memiliki keterampilan-keterampilan interpersonal dan sosial (I can), maka ia tidak dapat menjadi orang yang resilien. Demikian juga seorang siswa mungkin mempunyai harga diri (I am), tetapi jika ia tidak mengetahui bagaimana berkomunikasi dengan yang lain atau memecahkan masalah (I can) dan tidak ada orang yang membantunya (I have), maka ia tidak.

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21. menjadi resilien. Semakin banyak isi I have, I am, dan I can (tentu yang positif) semakin resilien orang yang bersangkutan. Untuk menumbuhkan resiliensi siswa, ketiga karakteristik/faktor tersebut. harus. saling. berinteraksi. satu. sama. lain.. Interaksi. karakteristik/faktor tersebut sangat dipengaruhi oleh kualitas lingkungan sosial, termasuk rumah, sekolah dan masyarakat di mana siswa hidup. Menurut Grotberg, 1999 (Desmita, 2009: 205), ada lima faktor yang sangat menentukan kualitas interaksi dari I have, I am, dan I can dalam diri setiap orang, yaitu sebagai berikut: 1) Trust (kepercayaan), merupakan faktor resiliensi yang berhubungan dengan bagaimana lingkungan mengembangkan rasa percaya orang. Perasaan percaya ini akan sangat menentukan seberapa jauh orang memiliki kepercayaan terhadap orang lain mengenai hidupnya, kebutuhan-kebutuhan,. dan. perasaan-perasaan. serta. kepercayaan. terhadap diri sendiri, terhadap kemampuan, tindakan dan masa depannya. Kepercayaan akan menjadi sumber yang pertama dalam pembentukan resiliensi orang. Oleh karena itu bila orang diasuh dan dididik dengan perasaan kasih sayang dan kemudian mampu mengembangkan kepercayaan (I have), maka akan tumbuh pemahaman darinya bahwa ia dicintai dan dipercaya (I am). Kondisi demikian pada gilirannya akan menjadi dasar bagi orang untuk mampu berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya secara bebas (I can)..

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22. 2) Autonomy (otonomi), yaitu faktor resiliensi yang berkaitan dengan seberapa jauh orang menyadari bahwa dirinya terpisah dan berbeda dari lingkungan sekitar sebagai kesatuan diri pribadi. Pemahaman bahwa dirinya juga merupakan sosok mandiri yang terpisah dan berbeda dari lingkungan sekitar, akan membentuk kekuatan-kekuatan tertentu pada diri orang tersebut. Kekuatan yang bersangkutan akan sangat menentukan tindakan orang ketika menghadapi masalah. Oleh sebab itu apabila orang berada di lingkungan yang memberikan kesempatan padanya untuk menumbuhkan otonomi dirinya (I have), maka ia akan memiliki pemahaman bahwa dirinya adalah seorang yang mandiri, independen (I am). Kondisi demikian akan menjadi dasar bagi dirinya untuk mampu memecahkan masalah dengan kekuatan dirinya sendiri (I can). 3) Initiative (inisiatif), yaitu faktor resiliensi yang berperan dalam penumbuhan minat orang untuk melakukan sesuatu yang baru. Dengan inisiatif, orang menghadapi kenyataan bahwa dunia adalah lingkungan tempat beraktivitas, di mana ia dapat mengambil bagian untuk berperan aktif (dari setiap aktivitas yang ada). Ketika orang berada pada lingkungan di mana dia memiliki kesempatan untuk aktif (I have), maka. orang. tersebut. akan. memiliki. sikap. optimis. dan. bertanggungjawab (I am). Kondisi ini pada gilirannya akan membuat orang merasa mampu untuk mengemukakan ide-ide kreatif, menjadi pemimpin (I can)..

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23. 4) Industry (industri), yaitu faktor resiliensi yang berhubungan dengan pengembangan keterampilan-keterampilan dalam melakukan kegiatan di rumah, di sekolah dan lingkungan masyarakat. Kemampuan menguasai keterampilan-keterampilan tersebut, akan memampukan orang mencapai prestasi, baik di rumah, sekolah maupun di lingkungan sosial. Prestasi tersebut,. membuat seseorang akan diterima di. lingkungannya. Bila orang berada di lingkungan yang memberikan kesempatan untuk mengembangkan berbagai keterampilan, baik di rumah, sekolah dan lingkungan sosial (I have), maka orang tersebut akan mengembangkan perasaan bangga atas prestasi-prestasi yang telah dan akan dicapainya (I am). Kondisi demikian pada gilirannya akan menumbuhkan perasaan mampu dan akan berupaya untuk memecahkan setiap persoalan atau mencapai prestasi sesuai dengan kemampuannya (I can). 5) Identity (identitas), yaitu faktor resiliensi yang berkaitan dengan pemahaman orang akan dirinya sendiri, baik kondisi fisik maupun psikologisnya. Identitas membantu orang mendefinisikan dirinya dan mempengaruhi self-image-nya. Identitas ini diperkuat oleh faktor-faktor resiliensi. lainnya.. Apabila. orang. memiliki. lingkungan. yang. memberikan umpan balik berdasarkan kasih sayang, penghargaan atas prestasi dan kemampuan yang dimiliknya (I have), maka orang tersebut akan menerima keadaam diri dan orang lain (I am). Kondisi demikian pada. gilirannya. akan. menumbuhkan. perasaan. mampu. untuk.

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24. mengendalikan, mengarahkan dan mengatur diri serta menjadi dasar untuk menerima kritikan dari orang lain (I can). Kelima faktor tersebut merupakan landasan utama bagi pengembangan resiliensi siswa, terutama dalam menghadapi situasi yang penuh stres. Dengan bertolak dari definisi resiliensi, beberapa para ahli dan ciri-ciri orang resilien, peneliti menyimpulkan arti resiliensi sebagai upaya pengembangan resiliensi siswa. 2.. Upaya Pengembangan Resiliensi Siswa dan Implikasinya terhadap Pendidikan Resiliensi merupakan kapasitas individu yang diperoleh melalui proses belajar dan pengalaman lingkungan (Desmita, 2009: 208). Dalam hal ini pembahasan akan difokuskan pada lingkungan sekolah, karena sekolah merupakan lingkungan yang sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan siswa. Sehubungan dengan peran sentral sekolah dalam membantu perkembangan resiliensi siswa ini, Henderson dan Milstein (Desmita, 2009: 208) menuliskan: The evidence that schools as organizations and education in general can be powerful resiliency builders abounds. Next to families, schools are the most likely place for students to experience the conditions that foster resiliency. Though school have the power of resiliency building, more can be done to ensure that it happens for all students. Sekolah sebagai organisasi dan pendidikan pada umumnya dapat menjadi pembangun resiliensi yang kuat. Di samping keluarga, sekolah adalah tempat yang paling memungkinkan bagi siswa untuk mengalami kondisi yang menimbulkan resiliensi. Meskipun sekolah memiliki.

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25. kekuatan untuk membangun resiliensi, ada banyak yang dapat dilakukan untuk. memastikan. agar. semua. siswa. berkesempatan. membangun/meningkatkan resiliensi siswa. Sekolah merupakan lingkungan kedua setelah keluarga, yang sangat memungkinkan membantu siswa mengembangkan resiliensi. Sebagai sebuah organisasi dan institusi pendidikan, sekolah dapat menjadi kekuatan besar bagi pengembangan resiliensi siswa. Seperti halnya dengan keluarga dan masyarakat, sekolah dapat memberikan lingkungan dan kondisi yang membantu perkembangan faktor protektif siswa. Dalam rangka pengembangan resiliensi siswa, Henderson dan Milstein (Desmita, 2009: 208) mengintrodusir enam tahap strategi, yang disebut dengan istilah “The Resiliency Wheel” (Roda resiliensi). Keenam tahap strategi pengembangan resiliensi ini, diklasifikasikan oleh Henderson dan Milstein (Desmita, 2009: 208) atas dua, yaitu: mitigating risk (mengurangi resiko), yang terdiri dari tiga tahap: 1) increase bonding, 2) set clear and consistent boundaries, 3) teach life skills; dan building resiliency (membangun resiliensi) yang terdiri dari tiga tahap: 4) provide caring and support, 5) set and communicate high expectations, dan 6) provide opportunities for meaningful participation. Secara ringkas, masing-masing keenam tahap ini dapat dilihat dalam.

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26. gambar 1 berikut.. Gambar 1. Roda Resiliensi (Desmita, 2009: 208). Tahap 1. Increase Bonding Tahap pertama dalam membangun resiliensi siswa di sekolah adalah memperkuat hubungan-hubungan (relationships). Tahap ini meliputi peningkatan hubungan antar pribadi dan perilaku prososial. Hal ini penting, karena fakta menunjukkan bahwa siswa yang memiliki relasi atau keterikatan yang positif jauh lebih mampu menghindari perilaku berisiko dibandingkan dengan siswa yang tidak memiliki keterikatan. Menurut pendapat Higgins. (Desmita, 2009: 209-211),. hubungan-hubungan ini diawali dengan sikap positif pendidik untuk membangun resiliensi, seperti memberikan harapan dan optimisme, memberikan dukungan kasih sayang dengan cara mendengarkan dan.

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27. membenarkan perasaan siswa, serta dengan menunjukkan kebaikan, keharuan, dan respek. Bernard (Desmita, 2009: 211) berpendapat bahwa guru harus menghindari tindakan-tindakan yang bersifat menghakimi, dan perlu sadar bahwa siswa dapat melakukan yang terbaik buat dirinya sejalan dengan keyakinannya. Pengembangan resiliensi harus berfokus pada kekuatan siswa. Guru harus mampu mencari dengan seksama kekuatan-kekuatan di dalam diri (inner strength) siswa, yang bisa digunakan untuk menghadapi. tantangan. dalam. hidupnya.. Ini. bukan. berarti. mengabaikan perilaku-perilaku yang menyimpang atau penuh risiko, melainkan. hanya. dimaksudkan. untuk. menjaga. keseimbangan. sedemikian rupa, sehingga siswa menyadari kekuatan-kekuatan yang dimilikinya untuk menjadi resilien. Tahap 2. Set Clear and Consistent Boundaries Tahap kedua dalam membangun resiliensi siswa di sekolah adalah menjelaskan dan menjaga konsistensi dari batasan-batasan atau peraturan-peraturan yang berlaku di sekolah. Tahap ini meliputi pengembangan dan implementasi kebijakan sekolah dan prosedur pelaksanaannya secara konsisten, serta menyampaikannya kepada siswa, sehingga mereka mendapat gambaran tentang harapan-harapan tingkah laku yang harus mereka penuhi. Harapan-harapan tingkah laku ini disertai dengan penjelasan tentang tingkah laku berisiko dan.

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28. konsekuensinya, serta ditulis dan dikomunikasikan kepada siswa dengan jelas, dan kemudian dilaksanakan secara konsisten. Sekolah pada prinsipnya adalah sebuah organisasi yang memiliki visi, misi, dan strategi untuk mencapai tujuan. Untuk mewujudkan visi, misi, dan strategi sekolah ini, diperlukan sejumlah norma, nilai, peraturan dan harapan-harapan peran atau tingkah laku yang harus dipenuhi oleh para anggotanya, termasuk siswa (Desmita, 2009: 211). Sistem norma, nilai, peraturan dan harapan-harapan atau tingkah laku tersebut mempunyai dampak yang besar terhadap penyesuaian akademik dan sosial siswa. Ketidakmampuan siswa menyesuaikan diri dengan berbagai norma, nilai, peraturan dan harapan-harapan atau tingkah laku tersebut akan memicu terjadinya stres. Upaya sekolah dalam membantu perkembangan resilensi siswa serta menjauhkannya dari perasaan tertekan atau adversitas, maka sejumlah norma, nilai, peraturan dan harapan-harapan atau tingkah laku tersebut perlu dikomunikasikan secara jelas dan dilaksanakan secara konsisten. Tahap 3. Teach Life Skills Tahap. ketiga. ini. sekolah. mengajarkan. keterampilan-. keterampilan hidup, yang meliputi kerja sama, resolusi konflik secara sehat,. resistensi,. keterampilan. berkomunikasi,. keterampilan. memecahkan masalah, dan pengambilan keputusan, serta manajemen stres yang sehat. Keterampilan-keterampilan ini juga penting dalam.

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29. menciptakan suatu lingkungan belajar yang kondusif bagi siswa dan membantu orang dewasa untuk dapat terlibat dalam interaksi yang efektif di sekolah. Keterampilan-keterampilan hidup ini dapat diajarkan di sekolah melalui banyak cara. Salah satunya adalah dengan menggunakan pendekatan cooperative learning, yakni suatu model pembelajaran yang lebih menekankan kerja sama. Mengajarkan life skills dengan menggunakan pendekatan cooperative learning dapat dilakukan melalui pengintegrasian secara alami dalam proses pembelajaran biasa, tanpa harus mengubah kurikulum dan memakan banyak. waktu.. Melalui. pengintegrasian. ini,. dilatih. atau. ditingkatkanlah berbagai keterampilan seperti keterampilan menjalin hubungan dengan baik, bekerja dalam kelompok, menyatakan suatu pendapat, serta menentukan tujuan dan mengambil keputusan. Tahap 4. Provide Caring and Support Tahap keempat ini meliputi pemberian penghargaan, perhatian dan dorongan yang positif. Tahap ini merupakan tahap yang sangat kritis dalam semua tahap pengembangan resiliensi yang ada dalam the resiliency wheel. Kenyataan memang menunjukkan bahwa siswa mustahil. dapat. berhasil. mengatasi. adversitas. tanpa. adanya. perlindungan dan perhatian dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan sekolah, harus berperan.

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30. aktif dalam dalam memberikan caring dan support kepada siswa guna membantu pengembangan resiliensinya. Untuk itu, dalam upaya mengembangkan resiliensi siswa, guru harus memberikan perhatian kepada semua siswa, mengetahui namanama mereka, berusaha agar masing-masing berpartisipasi, serta melakukan investigasi dan intervensi ketika mereka menghadapi situasi yang sulit. Hal ini dapat dilakukan dengan meluangkan waktu di dalam kelas untuk membangun hubungan, mengembangkan suatu model intervensi yang efektif bagi siswa-siswa yang menghadapi masalah dan secara aktif mengidentifikasi kekuatan-kekuatan siswa dan kemudian mengembangkan kekuatan-kekuatan siswa ini dengan merencanakan intervensi dan penilaian.. Tahap 5. Set and Communicate High Expectations Tahap kelima dalam membantu perkembangan resiliensi siswa di sekolah adalah memberikan atau menyampaikan harapan yang tinggi. Hal ini adalah penting, karena harapan yang tinggi dan realistis merupakan motivator yang efektif bagi siswa. Guru yang memiliki harapan tinggi berpusat pada siswa: menggunakan kekuatan-kekuatan, perhatian, tujuan-tujuan dan bahkan impian-impian siswa sendiri sebagai titik awal untuk belajar, serta berupaya membangkitkan motivasi intrinsik mereka untuk belajar. Guru perlu menekankan.

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31. tanggung jawab belajar kepada siswa melalui partisipasi aktif siswa dan mengambil keputusan sendiri dalam proses belajarnya. Guru-guru yang memiliki harapan tinggi dan keinginan untuk memberikan dukungan inilah yang bisa membuat siswa memiliki sense of the future yang optimis dan penuh harapan, serta memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar, sehingga pada gilirannya dapat tampil menjadi seorang yang resilien. Tahap 6. Provide Opportunities For Meaningful Participation. Menurut Rutter (Desmita, 2009: 217) strategi keenam yang dapat digunakan dalam upaya membantu perkembangan resiliensi siswa di sekolah adalah memberikan tanggung jawab dan kesempatan untuk berpartisipasi aktif, seperti kesempatan untuk memecahkan masalah, mengambil keputusan, membuat perencanaan, bekerja sama dan menolong orang lain. Siswa diperlakukan sebagai individu yang bertanggung jawab, mengizinkan mereka untuk berpartisipasi dalam semua aspek fungsi sekolah. Burn & Lofquist (Desmita, 2009: 218) berpendapat bahwa strategi “pemberian kesempatan untuk berpartisipasi” ini didasarkan atas teori yang menyebutkan bahwa kebutuhan untuk mengontrol kehidupan sendiri dan untuk berpartisipasi dalam menentukan sendiri bagaimana mempergunakan waktu-waktu mereka, merupakan suatu kebutuhan manusia yang fundamental. Ketika seseorang memiliki kesempatan. untuk. berpartisipasi. dalam. mengambil. keputusan-.

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32. keputusan. dan. menentukan. strategi. yang. secara. vital. mempengaruhinya, maka mereka akan mengembangkan suatu perasaan memiliki terhadap apa yang telah mereka putuskan serta menyadari bahwa keputusan dan strategi itu adalah keputusan dan strategi yang logis, bermanfaat, efektif, serta berusaha untuk melaksanakannya. Berdasarkan teori tersebut, maka tantangan bagi sekolah yang berusaha. untuk. membantu. mengembangkan. resiliensi. adalah. mengikutsertakan semua siswa dalam aktivitas belajar dan dalam peranperan. yang. berarti. dengan. membantu. mereka. membangun. keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk berhasil dalam aktivitas dan peran aktif dalam mengambil keputusan-keputusan. Yang diperlukan adalah guru perlu mengetahui siswa-siswa dan pekerjaan mereka dengan baik serta memberi kesempatan pada siswa untuk menjadi aktif. Dalam hal ini, guru lebih berperan sebagai pemandu pekerjaan mereka. Demikianlah enam langkah atau strategi yang dapat dilakukan dalam upaya membantu mengembangkan resiliensi remaja di sekolah. Keenam langkah atau strategi yang dilukiskan dalam “The Resiliency Wheeel” ini dapat digunakan dalam membangun resiliensi individuindividu, kelompok-kelompok dan semua anggota organisasi sekolah, karena untuk membantu perkembangan resiliensi diperlukan kondisikondisi yang sama bagi semua individu. Untuk membangun resiliensi siswa, dibutuhkan guru, karyawan, pegawai, kepala sekolah, dan.

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33. seluruh pihak yang terlibat di sekolah yang resilien (Desmita, 2009: 208-218). C. Kajian Penelitihan yang Relevan Salah satu penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Mega Rini (2016). Mega Rini melakukan penelitian tentang resiliensi siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian diskriptif kuantitatif untuk memperoleh gambaran mengenai resiliensi siswa. Jumlah subjek penelitian ada 65 siswa. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat resiliensi siswa kelas XI SMA Negeri I Wuryantoro tahun ajaran 2015/2016 belum ideal atau perlu ditingkatkan. Terdapat 42 siswa (64,6%) memiliki resiliensi yang tinggi, 16 siswa (24,6%) memiliki resiliensi yang sangat tinggi, dan 7 siswa (10,8%) memiliki resiliensi yang sedang. Tidak didapati siswa yang memiliki resiliensi rendah ataupun sangat rendah. Kuesioner yang dipergunakan Mega Rini adalah berdasarkan aspek-aspek resiliensi yang dikemukakan oleh Agustiani (2006:141-142, sedangkan kuesioner. yang. digunakan. dalam. penelitian. ini. mengembangkan. berdasarkan kategori ciri-ciri orang yang resilien, yang dikemukakan oleh The International Resilience Project, (Desmita 2009: 203)..

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini diuraikan beberapa hal yang berkaitan dengan metode penelitian, yakni jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek penelitian, definisi variabel penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, validitas dan reliabilitas instrumen serta teknik analisis data. A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode survei. Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah diperoleh untuk membuat kesimpulan (Sugiyono, 2015: 207). Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat resiliensi siswa kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2017/2018. B. Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di SMA Stella Duce 2, tepatnya di Jalan Dr. Sutomo No. 16 Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2017–April 2018. Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 26 Maret 2018. Pengisian kuesioner dilaksanakan oleh siswa secara bersamaan, setelah mengerjakan ulangan tengah semester pada jam yang pertama (UTS) dan sebelum memasukki jam kedua, dengan mendapat pengawasan dari guru pengawas UTS. Peneliti hanya menerima kuesioner yang telah diisi oleh. 34.

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35. siswa dari para guru pengawas UTS. Menurut pengawas suasana kelas tenang; siswa serius sewaktu mengisi kuesioner sesuai dengan petunjuk. Selama pengisian kuesioner berlangsung, katanya tidak ada siswa yang bertanya ataupun mengalami kesulitan. C. Subjek Penelitian Sugiyono (2015: 297) berpendapat bahwa dalam penelitian kuantitatif, populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi terdiri dari siswa kelas XI jurusan, yakni IPA, IPS dan Bahasa. Jurusan IPA sebanyak 2 kelas dengan jumlah siswa 59, jurusan IPS sebanyak 2 kelas dengan jumlah siswa 78 dan jurusan Bahasa sebanyak 1 kelas dengan jumlah siswa 25. Teknik sampling yang digunakan oleh peneliti adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2015: 117). Alasan peneliti menggunakan purposive sampling sebagai teknik penentuan sampel, yaitu sesuai dengan kebutuhan peneliti itu sendiri. Berdasarkan undian didapatlah 3 kelas yang digunakan sebagai sampel penelitian. Jadi jumlah total sampel yang diambil oleh peneliti adalah 93 siswa yang seharusnya 94 siswa, karena 1 orang siswa tidak hadir ke sekolah dengan alasan sakit. Rincian anggota sampel disajikan dalam tabel 3.1..

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36. Tabel 3.1 Rincian Subjek Penelitian Siswa kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018 Kelas XI Jumlah Siswa IPS 1 39 IPA 1 30 Bahasa 25 Total 94 Sumber: Tata Usaha SMA Stella Duce 2 Yogyakarta D. Definisi Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu tingkat resiliensi siswa. Resiliensi adalah kekuatan positif yang dimiliki siswa, yang mencakup keadaan diri atau sifatnya yang positif (I am), kemampuan yang positif (I can) dan hal-hal positif yang dimilikinya (I have) dan yang memampukannya menghadapi kesulitan/masalah hidup. E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2015: 199). Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini memuat pernyataanpernyataan yang mengungkapkan tingkat resiliensi siswa kelas XI. Kuesioner yang digunakan bersifat. tertutup karena alternatif-alternatif.

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37. jawaban sudah disediakan sehingga siswa tinggal memilih alternatif jawaban sesuai dengan baginya.. 2. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Pernyataan yang terdapat pada kuesioner terdiri dari pernyataan favorable dan. unfavorable.. Pernyataan. favorable. adalah. pernyataan. yang. mengungkap adanya resiliensi sedangkan pernyataan unfavorable adalah pernyataan yang mengungkapkan kurang atau tidak adanya resiliensi. Jenis skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2015: 134). Bagian pertama dalam angket berisikan keterangan demografi siswa yaitu jenis kelamin, umur dan kelas. Bagian kedua berisikan kata pengantar penelitian yang mengharapkan kerelaan dan kesediaan siswa untuk mengisi kuesioner. Bagian ketiga berisikan petunjuk pengisian kuesioner dengan memberi tanda check/centang (√) pada kolom alternatif jawaban yang telah disediakan. Bagian keempat berisikan pernyataan tentang resiliensi siswa. Pemberian skor untuk setiap alternatif jawaban untuk masing-masing item pernyataan adalah seperti yang disajikan dalam Tabel 3.2. Tabel 3.2 Norma Skoring Resiliensi Siswa Kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.

(53) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38. Alternatif Jawaban Sangat Sesuai (SS) Sesuai (S) Tidak Sesuai (TS) Sangat Tidak Sesuai (STS). Item Favorable 4 3 2 1. Item Unfavorable 1 2 3 4. Skoring dilakukan dengan menjumlahkan jawaban responden pada masing-masing item. Semakin tinggi jumlah skor yang diperoleh, semakin tinggi pula tingkat resiliensi siswa, sebaliknya semakin rendah jumlah skor yang diperoleh, semakin rendah pula tingkat resiliensi siswa. Kisi-kisi kuesioner tingkat resiliensi siswa sebelum pengumpulan data dapat dilihat pada tabel 3.3..

(54) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39. Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesiones Tingkat Resiliensi Siswa No . A.. Kategori I am 1. Disayang dan disukai banyak orang. 2. Bangga dengan diri sendiri.. 3. Bertanggung jawab terhadap perilaku sendiri dan menerima konsekuensinya.. 4.. B.. Percaya diri, optimistik dan penuh harap.. I can 5. Berkomunikasi. 6.. Memecahkan masalah.. 7.. Mengelola perasaan dan impuls-impuls. Mengukur temperamen sendiri dan orang lain.. 8.. 9.. Menjalin hubunganhubungan yang saling mempercayai.. I have 10. Hubungan-hubungan yang dilandasi kepercayaan penuh.. 11. Struktur keluarga dan peraturan di rumah.. 12. Model-model peran.. Indikator a. b. c. d.. Merasakan disayang dan disukai banyak orang. Memahami perasaan mencintai. Menaruh rasa empati dan peduli pada orang lain. Mengungkapkan bahwa dirinya merasa penting dan berharga bagi orang lain. e. Mengungkapkan bahwa dirinya memiliki kebanggaan terhadap apa yang dapat dia lakukan dan capai. f. Mengungkapkan bahwa dirinya merasa memiliki rasa tanggung jawab. g. Mengungkapkan bahwa dirinya adalah orang yang sudah mandiri. h. Memahami keterbatasan yang dimilikinya dalam menghadapi satu peristiwa. i. Memiliki harapan akan kehidupan yang lebih baik.. No. Butir Favorabel Unfavorabel 1, 2, 3, 4 5, 7 6 10 8, 9 11 12, 13, 14 15. 3 16. 17, 18. 19. Jumlah Item 4 3 3 1. 2 2. 20. 2. 21, 22. 2. j. Menyadari bahwa berpikiran positif akan menambah semangat dalam mencapai sesuatu yang lebih baik.. 23, 24. 2. k. Memiliki kepercayaan dan keyakinan akan kuasa Tuhan. l. Mampu berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya secara bebas.. 25, 26. 2. 27, 28, 29, 30. 4. 31, 32. 2. 33. 1. 34. 1. m. Mampu menceritakan pengalaman tentang penyelesaian masalah yang dihadapi. n. Mengidentifikasi (menamai) perasaannya ketika menghadapi kesulitan/ masalah hidup. o. Mengekspresikan emosi dalam berkata-kata dan bertindak secara tepat. p. Mengelola keinginan untuk tidak berperilaku dalam cara yang berbahaya dalam menghadapi kesulitan/ masalah hidup. q. Mampu menjalin persahabatan yang baik dan sehat dengan teman.. 35, 37, 38. 36. 4. 39, 40, 41. 3. r. Memiliki kepercayaan terhadap hubungan dekat dengan keluarga.. 42, 43, 44, 45. 4. s. Memiliki kepercayaan terhadap hubungan dengan guru atau pengasuh. t. Memiliki kepercayaan terhadap hubungan dengan teman dan lingkungan masyarakat. u. Mengetahui dan memahami struktur dalam keluarga.. 47. 46. 2. 48, 49, 50. 3. 51, 52. 2. v. Memahami punishment sebagai bagian dari pelanggaran ter-hadap aturan dalam keluarga. w. Memahami reward sebagai bagian dari kepatuhan.. 53, 54. x. Memiliki role model atau seseorang yang dijadikan teladan dalam hidupnya.. 58, 59,. 55. 56, 57. 3 2. 60. 3.

(55) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40. 13. Dorongan mandiri.. untuk. y. Memiliki motivasi untuk menjadi individu yang mandiri.. 61. 14. Akses terhadap layanan z. Memiliki akses terhadap kesehatan, pendidikan. 63, 64, 65,66 kesehatan, pendidikan, aa. Memiliki akses terhadap keamanan dan 67, 68, 69 keaman-an dan kesejahteraan. kesejahteraan. Jumlah. 62. 2. 70. 4 4. F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1.. Validitas Instrumen Validitas yang diuji untuk instrumen penelitian adalah validitas isi. Menurut Nurgiyantoro (2009: 339) validitas isi adalah validitas yang mempertanyakan kesesuaian antara instrumen dengan tujuan dan deskripsi masalah yang akan diteliti. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian isi alat ukur yang digunakan untuk melihat sejauhmana ketepatan dan kecermatan fungsi ukurnya (Azwar, 2012: 132). Instrumen valid berarti alat ukur yang digunakan mengukur apa yang seharusnya diukur dengan teliti. Instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak (Sugiyono, 2015: 173). Penghitungan uji validitas penelitian ini dilakukan dengan cara menghitung korelasi antara masing-masing skor item pernyataan dengan skor total. Validitas ini digunakan untuk melihat sejauh mana item-item yang telah dibuat dapat mengukur tingkat resiliensi siswa SMA kelas XI. Rumus yang digunakan adalah rumus korelasi Pearson product moment dengan menggunakan topik-topik IBM SPSS Statistics Versi 20. Adapun rumus korelasi Pearson product moment adalah sebagai berikut:. 70.

(56) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41. Keterangan: r. = korelasi produk moment. X. = nilai setiap butir. Y = nilai sari jumlah butir N = jumlah responden Menurut Cronbach (Azwar, 2012: 143) item yang mencapai koefisien berkisar antara 0,30 sampai dengan 0,50 telah dapat memberikan konstribusi yang baik terhadap efisiensi yang baik terhadap suatu lembaga pelatihan. Berdasarkan ketentuan tersebut, item yang mencapai > 0,30 peneliti anggap sebagai item yang valid. Ternyata ada 9 item yang tidak valid; ini tidak diperhitungkan lagi dalam pengolahan data selanjutnya. Alat hanya diuji coba terpakai. Sesudah data dikumpulkan, diperiksa itemitem yang valid dan tidak valid. Item-tem yang tidak valid digugurkan dan tidak digunakan dalam pengolahan hasil. Rincian rekapitulasi uji validitas item disajikan dalam tabel 3.4..

(57) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42. Tabel 3.4 Rekapitulasi Hasil Uji Validitasi No. A.. Kategori I am 1. Disayang dan disukai banyak orang. 2. Bangga dengan sendiri.. Indikator. diri. 3. Bertanggung jawab terhadap perilaku sendiri dan menerima konsekuensinya.. 4. Percaya diri, optimistik dan penuh harap.. I can 5. Berkomunikasi. 6. Memecahkan masalah. 7. Mengelola perasaan dan impuls-impuls. 8. Mengukur temperamen sendiri dan orang lain.. 9. Menjalin hubunganhubungan yang saling mempercayai. B.. I have 10. Hubungan-hubungan yang dilandasi kepercayaan penuh.. 11. Struktur keluarga peraturan di rumah.. 12. Model-model peran. dan. a. b. c. d.. Merasakan disayang dan disukai banyak orang. Memahami perasaan mencintai. Menaruh rasa empati dan peduli pada orang lain. Mengungkapkan bahwa dirinya merasa penting dan berharga bagi orang lain. e. Mengungkapkan bahwa dirinya memiliki kebanggaan terhadap apa yang dapat dia lakukan dan capai. f. Mengungkapkan bahwa dirinya merasa memiliki rasa tanggung jawab. g. Mengungkapkan bahwa dirinya adalah orang yang sudah mandiri. h. Memahami keterbatasan yang dimilikinya dalam menghadapi satu peristiwa. i. Memiliki harapan akan kehidupan yang lebih baik. j. Menyadari bahwa berpikiran positif akan menambah semangat dalam mencapai sesuatu yang lebih baik. k. Memiliki kepercayaan dan keyakinan akan kuasa Tuhan. l. Mampu berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya secara bebas. m. Mampu menceritakan pengalaman tentang penyelesaian masalah yang dihadapi. n. Mengidentifikasi (menamai) perasaannya ketika menghadapi kesulitan/ masalah hidup. o. Mengekspresikan emosi dalam berkata-kata dan bertindak secara tepat. p. Mengelola keinginan untuk tidak berperilaku dalam cara yang berbahaya dalam menghadapi kesulitan/ masalah hidup. q. Mampu menjalin persahabatan yang baik dan sehat dengan teman.. No Butir Tidak Jumlah Valid 1, 2, 4 3 9 5 6 7 8, 9 10, 11. Valid. 12, 13, 14 15. 5 16. 17, 18 6 19,20 21, 22 23, 24 6 25, 26 27, 28, 29, 30 31, 32. 4. 33. 1. 2. 34 35, 36, 37, 38. 5. 39, 40, 41. r. Memiliki kepercayaan terhadap hubungan dekat 42, 43, dengan keluarga. 44, 45 s. Memiliki kepercayaan terhadap hubungan dengan guru 47 atau pengasuh. t. Memiliki kepercayaan terhadap hubungan dengan 48, 49, teman dan lingkungan masyarakat. 50 u. Mengetahui dan memahami struktur dalam keluarga. 51, 52 v. Memahami punishment sebagai bagian dari 53, 54 pelanggaran ter-hadap aturan dalam keluarga. w. Memahami reward sebagai bagian dari kepatuhan. 56, 57 Memiliki role model atau seseorang yang dijadikan 58, 59,. 3. 46. 9. 55. 7.

(58) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43. teladan dalam hidupnya. 13. Dorongan untuk mandiri.. 60. x. Memiliki motivasi untuk menjadi individu yang mandiri. y. Memiliki akses terhadap kesehatan, pendidikan.. 14. Akses terhadap layanan kesehatan, pendidikan, keamanan dan kesejahte- z. raan.. Memiliki akses terhadap keamanan dan kesejahteraan. Total. 2.. 3. 61. 62. 2. 63, 64, 65, 66 67, 68, 69 61. 70. 8. 9. 70. Reliabilitas Instrumen Reliabilitas instrumen menunjukkan konsistensi hasil pengukuran. Salah satu ciri instrumen yang berkualitas baik adalah reliabel. Pengukuran yang mempunyai reliabilitas tinggi menunjukkan konsistensi hasil pengukuran (Azwar, 2012: 111). Perhitungan. indeks. reliabilitas. kuesioner. penelitian. ini. menggunakan pendekatan koefisien Alpha Cronbach (α). Adapun rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach (α) adalah sebagai berikut:. Keterangan rumus:. Penghitungan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer IBM SPSS Statistics Versi 20. Hasil perhitungan adalah seperti yang disajikan dalam tabel 3.5..

(59) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44. Tabel 3.5 Reliabitas Item Cronbach's Alpha N of Items .948 61 Hasil perhitungan reliabilitas dikonfirmasi dengan menggunakan kriteria Guilford. Kriteria Guilford adalah seperti disajikan dalam tabel 3.6.. Tabel 3.6 Kriteria Guilford No. 1. 2. 3. 4. 5.. Koefisien Korelasi 0,91 – 1,00 0,71 – 0,90 0,41 – 0,70 0,21 – 0,40 <0,20. Kualifikasi Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat Rendah. Hasil perhitungan dengan Cronbach's Alpha adalah sebesar 0,948, ini termasuk tinggi. Jadi alat adalah reliabel. A.. Teknik Analisis Data Menurut Sugiyono (2015: 333) pada penelitian kuantitatif, teknik analisis data yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam proposal. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah kategorisasi. Kategorisasi yang dilakukan adalah mengelompokkan data, mentabulasi data, menyajikan data yang telah diteliti, dan melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini..

(60) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45. Langkah-langkah yang ditempuh oleh peneliti untuk menganalisis data adalah sebagai berikut: 1.. Peneliti memberikan skor pada item angket yang telah diisi oleh responden dengan mengacu pada skor dari masing-masing alternatif jawaban dengan mengikuti aturan pemberian skor yang disajikan dakam tabel 3.2.. 2.. Setelah memberikan skor pada masing-masing item, peneliti mentabulasi seluruh data yang diperoleh dan memasukkannya ke dalam Microsoft Excel.. 3.. Menghitung koefisien validitas instrumen tingkat resiliensi siswa SMA kelas XI dengan menggunakan rumus Product Moment dari Pearson melalui program komputer SPSS.. 4.. Mengkategorisasi tingkat resiliensi siswa SMA kelas XI dengan menggunakan norma kategorisasi. Tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang posisinya berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur (Azwar, 2017: 147). Kontinum jenjang ini berpedoman pada Azwar (2017: 147) yang mengelompokkan tingkat resiliensi siswa dalam 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Adapun norma kategorisasi adalah seperti yang disajikan dalam tabel 3.7. Tabel 3.7 Penentuan Kriteria Secara Keseluruhan Rumus. Kategori.

Gambar

gambar 1 berikut.
Tabel 3.5  Reliabitas Item

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil surve yang telah saya lakukan kepada Ny.Eni Puji sejak kehamilan umur 37 minggu 1 hari, maka saya tertarik melakukan asuhan kebidanan berkelanjutan

Baiquni pada tahun 2007 dalam Sahputra (2009: 11) menyatakan dalam situasi belajar yang sifatnya kompleks dan menyeluruh serta membutuhkan dan melibatkan interaksi, sering

Penelitian tentang degree diameter problem menghasilkan dua kegiatan penelitian yang utama, yaitu mengkonstruksi graf berarah dengan ordo lebih besar dari ordo graf berarah yang

Berdasarkan Panduan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulawesi Tengah, pelaksanaan Festival Danau Poso dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada seluruh elemen masyarakat

Jumlah unit usaha UKM pada tahun 2003 adalah 42,4 juta naik 9,5 persen dibanding dengan tahun 2000, sedangkan jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor UKM pada tahun 2003

Pelatihan MPKP diberikan kepada semua perawat yang terlibat di ruang yang sudah ditentukan. 2) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan

Dengan Hari Kunjung Perpustakaan diharapkan akan menyadarkan kita semua pentingnya memaknai dengan beberapa hal : yang pertama adalah bangga sebagai pustakawan,

Pengusaha wajib membayar Upah kepada Pekerja/Buruh yang tidak masuk kerja atau tidak melakukan pekerjaannya karena menjalankan kewajiban ibadah yang diperintahkan oleh