• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TINGKAT PENGEMBALIAN DAN RISIKO PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL TERHADAP PERUSAHAAN SEKTOR PERBANKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS TINGKAT PENGEMBALIAN DAN RISIKO PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL TERHADAP PERUSAHAAN SEKTOR PERBANKAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TINGKAT PENGEMBALIAN DAN RISIKO

PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL TERHADAP

PERUSAHAAN SEKTOR PERBANKAN

Bayu Mayura Pridatama Fakultas Ekonomi – Manajemen

Universitas Gunadarma

ABSTRACT

Every investment has some risk and return relationships in which it is known that hight investment returns to risk large. Then the investor will perform optimization of the investments made by shapping its portfolio to minimize risk. Portfolio is investment. Investment of more than one stock which his establishment sought the optimal combination. This study aims to identify the optimal portfolio is formed of five shares of banking companies over the period 2008 to 2011. Of the results of the study concluded that the proportion of stocks in the optimal portfolio is formed using the markowitz is good enough, but in the year 2011 where the lack of an optimal happened to the proportion of shares especially in Bank Danamon Indonesia Tbk. With the results of the investor to revise its portfolio in order to create a more optimal portfolio so as to create optimal performance . Keyword : Analysis Optimal Portfolio, Markowitz Method

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kegiatan investasi umumnya diartikan sebagai kegiatan penanaman modal atau penanaman dana yang dilakukan pada saat sekarang dalam berbagai wujud aktiva untuk memperoleh sejumlah keuntungan atau laba dalam jumlah tertentu di masa yang akan datang. Investasi menjadi sebuah aktivitas yang dilakukan para investor didalam menanamkan sejumlah dananya pada berbagai jenis pilihan investasi di pasar modal seperti saham, obligasi, deposito, properti, dan lain – lainnya yang memiliki hubungan return dan risiko tertentu dimana diketahui bahwa hasil investasi yang tinggi mengandung risiko yang besar (high risk high return). Apabila terjadi kesalahan dalam memilih berarti akan kehilangan kesempatan untuk meraih keuntungan, namun hal tersebut dapat ditanggulangi dengan melakukan diversifikasi investasi, yaitu membagi dana pada beberapa jenis investasi sekaligus akan mengurangi risiko yang akan ditanggung, hal tersebut merupakan konsep dasar dari teori portofolio. Hubungan risiko dan teturn mulai dikembangkan oleh Harry Markowitz sejak mempublikasikan tulisannya yang berjudul Portofolio Selection dalam Jurnal of Finance pada Maret 1952.

Teori portofolio Markowitz mengimplikasikan bahwa untuk dapat menerima risiko yang lebih besar, investor harus dikompensasi dengan kesempatan untuk mendapatkan return yang besar pula. Makin banyak sekuritas dalam portofolio, maka actual return

(2)

portofolio tersebut akan mendekati expected return dan variannya semakin kecil, hal tersebut sesuai dengan hukum large of number. Menggunakan data–data mulai tahun 2008 sangatlah tepat mengingat pada tahun tersebut berbagai perubahan yang awalnya tidak diprediksi justru terjadi akibat adanya ketidakpastian. Saham – saham yang harganya fluktuatif terdapat di saham Indeks Likuid 45 ( ILQ-45 ) yang mempunyai kapitalisasi (volume transaksi) dan likuiditas (frekuensi transaksi) yang tinggi. Indeks LQ45 hanya terdapat 45 saham terpilih dalam suatu periode setelah memenuhi beberapa kriteria dan juga didasarkan pada saham – saham dengan tingkat likuiditas yang tinggi dan mempertimbangkan kapitalisasi pasar terhadap saham – saham.

1.2 Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penulisan ini adalah menganalisis pembentukan portofolio LQ45, dan berdasarkan latarbelakang diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Seberapa besar tingkat pengembalian (return), risiko (risk) dari saham – saham pembentukan portofolio optimal dengan menggunakan metode Markowitz?

2. Saham – saham perbankan dalam LQ45 apa saja yang termasuk dalam portofolio optimal dengan menggunakan metode Markowitz dalam periode 2008 sampai dengan 2011 dari kelima perusahaan perbankan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Seberapa besar tingkat pengembalian (return expected) dan risiko (risk) dari saham – saham perbankan yang terdapat di LQ45 pembentukan portofolio optimal dan kinerja portofolio dengan menggunakan Metode Markowitz.

2. Saham – saham perbankan yang terdapat di LQ45 apa saja yang masuk dalam portofolio optimal dengan menggunakan Metode Markowitz dari kelima perusahaan perbankan periode 2008 sampai dengan 2011.

3. Menganalisis tingkat pengembalian, risiko dan kinerja dalam pembentukan portofolio optimal terhadap perusahaan sektor perbankan LQ45 dengan Metode Markowitz.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapakan memberikan manfaat sebagi berikut : 1. Manfaat Akademis

Penulisan ini dapat berguna sebagai bahan informasi mengenai penerapan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu ekonomi khususnya pembentukan portofolio optimal. 2. Manfaat Praktis

Sebagai bahan pertimbangan bagi calon investor yang bergerak di Bursa Efek Indonesia untuk menjadi alternatif dalam pemilihan investasi yang tepat.

(3)

II. TELAAH PUSTAKA 2.1 Proses Investasi

Proses investasi menunjukkan bagaimana seharusnya melakukan investasi dalam sekuritas yaitu bagaimana menentukan sekuritas yang akan dipilih, menentukan jumlah aset, serta sampai melakukan pengukuran dan evaluasi kinerja. (Frank Fabozzi, 1990 : 3). Untuk melakukan proses tersebut maka diperlukan tahapan – tahapan sebagai berikut : 1. Penentuan Kebijakan Investasi

Pada tahap ini pemodal perlu menentukan apa tujuan investasi dan berapa banyak investasi tersebut akan dilakukan. Karena ada hubungan yang positif antara risiko dan keuntungan investasi, maka investor tidak bisa mengatakan bahwa tujuan investasinya adalah untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar – besarnya.

2. Analisis Sekuritas

Pada analisis sekuritas terdapat beberapa untuk melakukan analisis, namun secara garis besar terdapat dua analisis yaitu :

1) Analisis Teknikal

Analisis ini menggunakan data (perubahan) harga di masa lalu sebagai upaya untuk memperkirakan harga sekuritas di masa yang mendatang.

2) Analisis Fundamental

Analisis ini mengupayakan untuk mengidentifikasi prospek perusahaan (melalui analisis terhadap faktor–faktor yang mempengaruhinya) untuk bisa memperkirakan harga saham di masa yang akan datang.

3. Pembentukan Portofolio

Portofolio berarti sekumpulan investasi. Tahap ini menyangkut identifikasi sekuritas- sekuritas mana yang akan dipilih, dan berapa proporsi dana yang akan diinvestasikan pada masing – masing sekuritas tersebut. Pemilihan banyak sekuritas, dengan kata lain pemodal melakukan diversifikasi yang di maksudkan untuk mengurangi risiko yang ditanggung.

4. Melakukan Revisi Portofolio

Pada tahap ini merupakan tahap pengulangan atas tiga tahap sebelumnya. Dengan maksud untuk melakukan perubahan terhadap portofolio yang telah dimiliki bila dirasa bahwa portofolio yang sekarang tidak lagi optimal atau tidak sesuai dengan preferensi risiko investor, maka investor dapat melakukan perubahan terhadap sekuritas – sekuritas yang membentuk portofolio tersebut.

5. Evaluasi Kinerja Portofolio

Dalam tahap ini investor melakukan penilaian kinerja portofolio, baik dalam aspek tingkat keuntungan yang telah diperoleh maupun risiko yang ditanggungnya. Tidak benar bila suatu portofolio yang memberi keuntungan lebih tinggi pasti lebih baik dari pada protofolio lainnya.

(4)

2.2 Pengertian Timbal Balik Hasil (Rate Of Return)

Seorang investor tentu memiliki tujuan untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari suatu investasi yang dilakukan olehnya dalam suatu periode tertentu. Karena itu return merupakan konsep yang sangat penting didalam setiap sebuah keputusan investasi. Pengertian rate of return merupakan suatu hasil yang diperoleh dari investasi atau sering disebut dengan tingkat pengembalian investasi, dimana dapat berupa return realisasi dan return ekspektasi. (Sabar Warsini, 2009 : 79). Tingkat pengembalian pada setiap masing– masing investasi berbeda–beda tergantung dari tingkat risiko dan waktu pelaksanaan investasi. Investor yang menanamkan modalnya pada saham tertentu akan memperoleh dua macam pendapatan, yaitu :

1) Pendapatan dari apresiasi harga lama atau kerugian dari depresiasi harga saham yang disebut dengan capital gains atau capital loss.

2) Pendapatan dari dividen baik berupa cash dividen maupun dalam bentuk lain kepada pemegang saham yang tercatat dalam kurun waktu tertentu.

2.3 Risiko (Risk) Dari Investasi

Risiko merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapakan dengan tingkat pengembalian, semakin besar keuantungan maka semakin besar risikonya (Abdul Halim 2005 : 42). Dalam melakukan investasi seorang investor sebenarnya tidak mengetahui secara pasti berapa tingkat pengembalian / tingkat keuntungan (rate of return) yang akan diperolehnya. Ketidakpastian tersebut berkaitan dengan adanya risiko (risk) yang harus diperhitungkan oleh investor sebelum mengambil keputusan memilih instrumen investasinya untuk menghindari kerugian. Dalam kondisi normal risiko dapat diprediksi dari kinerja keuangan emiten yang tercermin didalam harga pasar sahamnya. Return dan Risk investasi merupakan dua hal yang tidak dapat terpisahkan, jika investor bersedia menerima risiko yang lebih besar tetapi harus dikompensasi dengan kesempatan untuk mendapatkan return yang besar pula. Semakin besar hasil yang diinginkan makin besar pula risikonya, sebaliknya jika semakin kecil risiko yang diambil maka semakin kecil pula hasil yang akan diperoleh.

Suatu risiko akan mempengaruhi realisasi return suatu investasi terhadap nilai yang diharapkannya, namun dalam harapan tersebut selalu terjadi adanya faktor – faktor yang dapat menimbulkan risiko, yaitu :

1) Interest rate risk, yaitu risiko yang disebabkan oleh perubahan tingkat bunga tabungan dan tingkat bunga pinjaman. Jika tingkat bunga semakin tinggi maka akan terjadi perubahan terhadap pilihan investasi.

2) Market risk, yaitu risiko yang disebabkan oleh gejolak (variability) return suatu investasi sebagai akibat dari fluktuasi transaksi di pasar secara keseluruhan.

3) Inflation risk, yaitu risiko yang disebabkan oleh menurunya daya beli masyarakat sebagai akibat dari kenaikkan harga barang – barang secara umum.

4) Business risk, yaitu risiko yang disebabkan oleh tantangan bisnis yang dihadapi perusahaan makin berat, baik akibat tingkat persaingan yang makin ketat, perubahan peraturan pemerintah, maupun claim dari masyarakat terhadap perusahaan karena merusak lingkungan.

5) Financial risk, yaitu risiko keuangan yang berkaitan dengan struktur modal yang digunakan untuk mendanai kegiatan perusahaan.

(5)

6) Liqiudity risk, yaitu risiko yang berkaitan dengan kesulitan untuk mencairkan portofolio atau menjual saham karena tidak ada yang membeli saham.

7) Exchange rate risk atau currency risk, yaitu jika melakukan investasi di berbagai negara dengan berbagai mata uang, perubahan nilai tukar mata uang akan menjadi faktor penyebab real return lebih kecil dari pada ecpected return.

8) Country risk, yaitu risiko yang berkaitan denganinvestasi lintas negara yang disebabkan oleh kondisi politik, keamanan, dan stabilitas perekonomian negara tersebut.

Keseluruhan risiko tersebut dapat digolongkan menjadi dua golongan besar yaitu :

a) Systematic risk, yaitu risiko tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi saham karena ditimbulkan dari luar perusahaan. Yang termasuk kedalam risiko ini adalah interest risk, market risk, dan inflation risk.

b) Non-systematic risk, yaitu risiko yang dapat dihilangkan dengan diversifikasi saham karena berasal dari dalam perusahaan . yang termasuk kedalam risiko ini adalah business risk, financial risk, dan liquidity risk.

c) Penjumlahan dari risiko yang dapat di diversifikasi (Non-systematic risk) dan risiko yang tidak dapat di diversifikasi (Systematic risk) akan menghasilkan risiko total.

2.4 Portofolio

Investor menginginkan keuntungan yang maksimal dalam menanamkan sebagian dananya untuk berinvestasi dengan mengurangi risiko yang akan diterima, hal tersebut merupakan bentuk dari tujuan investor dalam membentuk portofolio. Divertifikasi sangat perlu dilakukan mengingat sebagian para investor masih bersikap menghindari risiko (risk averter), semakin banyak jenis sarana investasi yang dipilih maka risiko dapat diminimalkan, karena risiko kerugian pada salah satu jenis sarana investasi akan ditutup oleh keuntungan yang didapat dari jenis saran investasi yang lainnya. Menurut Sabar Warsini (2009 : 118) ada beberapa langkah yang dapat ditempuh untuk membangun suatu portofolio investasi, yaitu :

1. Melalui analisis yang cermat.

2. Melakukan pembobotan pada instrumen investasi terhadap nilai portofolio. 3. Melakukan penentuan horizon investasi.

4. Menentukan excpeted return pada setiap instrumen investasi.

5. Melakukan penghitungan expected return, rata–rata, serta standar deviasi dari portofolio. Ketika investor dihadapkan terhadap dua pilihan investasi yang menawarkan tingkat return yang sama namun memiliki tingkat risiko yang berbeda, jadi investor cenderung untuk memilih investasi yang memiliki tingkat risiko yang lebih rendah. Jika investor memilih portofolio yang efisien maka portofolio yang paling optimal yang akan dipilihnya. Portofolio efisien merupakan “pemilihan yang dilakukan oleh seorang investor dalam berinvestasi dengan berusaha meminimalkan risiko yang akan dihadapi untuk sasaran tingkat pengembalian tertentu secara optimal”. (Frank Fabozzi, 2000 : 63).

(6)

2.5 Portofolio Model Markowitz

Preferensi investor berdasarkan pada Model Markowitz dapat memberikan nilai portofolio dengan risiko terkecil untuk return ekspektasi yang tertentu. (Jogiyanto, 2008 : 297). Model Markowitz menggunakan asumsi – asumsi sebagai berikut ini :

1. Waktu yang digunakan hanya satu periode. 2. Tidak ada biaya transaksi.

3. Return ekspektasi dan risiko dari portofolio. 4. Tidak ada pinjaman dan simpanan bebas risiko.

2.6 Tingkat Pengembalian (Expected Return) Dan Risiko Markowitz

Hubungan return dan risiko mulai dikembangkan oleh Harry Markowitz dengan mempublikasikan tulisannya yang berjudul Portofolio Selection dalam Jurnal of Finance, dimana ia menunjukkan secara kuantitatif mengapa dan bagaimana melakukan diversifikasi portofolio untuk mengurangi risiko dari suatu portofolio seorang investor. Markowitz menggunakan kovarian untuk mengukur tingkat risiko dari portofolio. Adapun rumus untuk menghitung expected return dari suatu portofolio adalah sebagai berikut :

Dimana :

E (Rp) = Tingkat harapan pengembalian portofolio (Wi) = Proporsi investasi pada portofolio

E (Ri) = Tingkat harapan pengembalian investasi n = Jumlah sekuritas pada portofolio

Untuk tingkat risiko (standar deviasi), Markowitz yang pertama kali mengembangkan pengukuran spesifikasi dari risiko portofolio dan untuk menghasilkan ekspektasi return dan risiko berdasarkan pada hubungan kovarians. Untuk menghitung portofolio sama dengan menghitung varian atau standar deviasi harus menghitung dua faktor, yaitu risiko dari sekuritas individual (varian dari setiap sekuritas dan proporsi yang akan diinvestasikan dalam sekuritas individual), kemudian menghitung kovarian antara tiap sekuritas.

2.7 Koefisien Korelasi (Coeffisient Correlation)

Koefisien Korelasi (ρ dibaca rho) menunjukkan besarnya hubungan pergerakan antara dua variabel relatif terhadap masing – masing deviasinya. Nilai dari korelasi dibatasi antara +1,0 sampai -1,0 yaitu adalah :

1) ρij = +1 = perfect positive correlation, hubungan antara dua sekuritas adalah sangat kuat, artinya apabila return sekuritas yang satu naik maka return sekuritas yang satu lagi akan naik. Jadi apabila kita mengkombinasikan sekuritas dengan perfect positive correlation maka tidak akan mengurangi risiko.

n

E (Rp) = ∑ Wi . E(Ri) i=1

(7)

2) ρij = 0 = zero correlation, tidak ada hubungan antara dua return. Dengan mengkombinasikan dua sekuritas yang tidak mempunyai korelasi (zero correlation) maka risiko dapat dikurangi walaupun tidak dapat dihapuskan.

3) ρij = -1 = perfect negative correlation, return dua sekuritas mempunyai hubungan terbalik, artinya bila return sekuritas yang satu naik maka return sekuritas yang satu lagi turun. apabila dikombinasikan sekuritas yang mempunyai korelasi -1 (perfect negative correlation) maka masing – masing sekuritas akan saling terhapuskan.

Namun jika dalam dunia investasi yang sebenarnya, jarang mempunyai perfect negative correlation melainkan kebanyakan mempunyai hubungan positif. karena walaupun risiko dapat dikurangi tapi tidak bisa dihilangkan. jadi lebih baik seorang investor memilih sekuritas yang mempunyai koefisien positif yang kecil atau semakin mendekati nol.

2.8 Kovarians (Covarians)

Kovarians merupakan suatu ukuran tingkat imbal hasil dua aset berisiko yang bergerak secara bersamaan. Seperti koefisien korelasi, kovarian juga memiliki nilai, yaitu : 1) Positif ( + ), yang mengindikasikan bahwa return dua sekuritas cenderung bergerak

bersamaan pada waktu yang sama. Bilas salah satu sekuritas naik maka yang lain naik. 2) Negatif ( – ), yang mengindikasikan bahwa return dua sekuritas cenderung bergerak

berlawanan. Bila yang satu naik maka yang lain menurun, demikian juga sebaliknya. 3) Nol ( 0 ), yang mengindikasikan bahwa return dua sekuritas independen dan tidak

memiliki pergerakan berkarakter bersama ataupun bergerak berlawanan. Formulasi untuk menghitung kovarians yaitu :

Dimana :

σAB = Kovarians antara sekuritas A dan B

RA,i = Kemungkinan tingkat pengembalian sekuritas A RB,i = Kemungkinan tingkat pengembalian sekuritas B E(RA) = Ekspektasi return sekuritas A

E(RB) = Ekspektasi return sekuritas B n = jumlah waktu perhitungan/observasi

Persamaan hubungan antara kovarians dan korelasi adalah sebagai berikut : 1 n

σAB = ∑ [RA,i – E(RA)] [RB,i – E(RB)] n-1 i=1 σAB ρA,B = σA σB n∑xy – ∑x . ∑y ρ = √(n∑x2 – (∑x)2 . (n∑y – (∑y)2

(8)

Dimana :

ρA,B = Koefisien korelasi antara sekuritas A dan sekuritas B

σAB = Kovarians antara sekuritas A dan sekuritas B

σA = Standar deviasi sekuritas A

σB = Standar deviasi sekuritas B

Untuk tingkat risiko (standar deviasi) adalah akar dari varians, yaitu :

Dari persamaan tersebut disimpulkan bahwa bukan hanya risiko sekuritas indivdual yang merupakan faktor untuk membentuk portofolio tapi termasuk kovarian. Maka yang menentukan portofolio adalah varian dari tiap sekuritas, kovarian antara sekuritas, dan porsi penempatan pada masing – masing sekuritas. Analisis faktor tersebut penting untuk menganalisa dan menentukan portofolio yang optimal.

2.9 Sharpe Measure

Untuk menghitung kinerja suatu portofolio yang mengaitkan imbal hasil sebagai risiko dapat digunakan Sharpe yang dikenal dengan istilah Sharpe Measure (SM) dengan persamaan sebagai berikut :

Dimana :

SM = Sharpe Measure RP = Imbal hasil portofolio

RF = Imbal hasil dari aset bebas risiko

αP = Risiko/standar deviasi imbal hasil portofolio

III. METODOLOGI PENELITIAN

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu dengan melakukan penelitian yang mengkaji dan menganalisis secara sistematis atas masalah yang terjadi didalam penulisan ini, serta menerapkan model indeks tunggal dalam pemilihan portofolio saham optimal atas lima saham perusahaan yang terdaftar di dalam Indeks Liquid 45 (LQ-45) di dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagi objek dalam penenlitian yaitu Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN), Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan Bank Mandiri Tbk (BMRI) pada periode tahun 2008 sampai dengan 2011.

σρ = √ [W12σ12 + W22σ22 + 2(W1) (W2) (ρ1,2) (σ1 σ2)

RP – RF SM =

(9)

3.1 Sumber Data dan Jenis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan data yang telah diolah yaitu berupa data sekunder yang diperoleh dengan mengunjungi Pusat Refrensi Pasar Modal (PRPM) Bursa Efek Indonesia (BEI), serta Perpustakaan Umum Bank Indonesia, dan melalui media elektronik untuk mengakses sumber – sumber data yang diperlukan. Data – data yang diperoleh berupa :

1. Data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) periode 2008 sampai dengan 2011. 2. Data tingkat suku bunga SBI tenor enam bulan selama periode 2008 sampai dengan

2011, data yang diperoleh langsung dari Bank Indonesia.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Penulis dalam penelitian menggunakan beberapa teknik pengumpulan data :

1. Studi Lapangan, yaitu dengan mengumpulkan data dengan cara mendatangi. Dimana data tersebut adalah data sekunder yang telah tersedia di Pusat Refrensi Pasar Modal (PRPM) Bursa Efek Indonesia (BEI), dan Perpustakaan Umum Bank Indonesia. 2. Wawancara, yaitu dengan melakukan pencarian informasi kepada pihak Bank

Indonesia khususnya bagian pengolahan dan kepustakaan data Bank Indonesia.

3.3 Teknik Analisi Data

Berdasarkan tujuan dari penelitian ini maka untuk mengetahui komposisi dari portofolio yang optimal, penulis menggunakan beberapa tahapan analisa sebagai berikut : 1) Perhitungan tingkat imbal hasil rata – rata suku bunga

Dimana :

Rf = Return bebas beresiko yang didapat dari hasil perhitungan pengembalian.

t = waktu observasi

Rt = Tingkat pengembalian setiap bulan = 1/12 x bunga pertahun. 2) Perhitungan tingkat pengembalian untuk saham individual

Dimana :

Rt = Tingkat imbal hasil

Pt = Harga saham pada awal periode Pt-1 = Harga saham pada akhir periode

n ∑ Rt t=1 Rf = N Pt – Pt-1 Rt = Pt-1

(10)

3. Perhitungan tingkat pengembalian rata – rata saham

Dimana :

E (R) = Tingkat pengembalian rata – rata t = waktu observasi

Ri = Tingkat pengembalian setiap bulan N = Jumlah total data dalam sampel 4. Perhitungan varian

5. Perhitungan tingkat risiko standar (standar deviasi)

6. Pembentukan portofolio Metode Markowitz a) Perhitungan kovarian

Dimana :

σAB = Kovarians antara sekuritas A dan B

RA,i = Kemungkinan tingkat pengembalian sekuritas A

RB,i = Kemungkinan tingkat pengembalian sekuritas B E(RA) = Ekspektasi return sekuritas A

E(RB) = Ekspektasi return sekuritas B n = jumlah waktu perhitungan/observasi b) Perhitungan koefisien korelasi

n [Ri – E(R)]2 σ2 = Var = ∑ i=1 N n ∑ Ri t=1 E(R)= N σ = √ (σ2) 1 n

σAB = ∑ [RA,i – E(RA)] [RB,i – E(RB)] n-1 i=1

n∑xy – ∑x . ∑y

ρ =

(11)

Dimana :

ρ = Korelasi antara sekuritas A dan B x = Tingkat keuntungan pada sekuritas A y = Tingkat keuntungan pada sekuritas B c) Membuat matrik varians dan kovarians.

d) Membuat persamaan simultan dengan menjumlahkan varian dank ovarian sekuritas yang bersangkutan.

e) Menentukan proporsi dari saham – saham studi banding perbankan LQ-45 pada sektor keuangan.

f) Menghitung tingkat timbal hasil

g) Menghitung varian portofolio ( σp2 )

h) Menghitung standar deviasi portofolio ( σp )

i) Perhitungan Sharpe Measure dari portofolio yang terbentuk dengan menggunakan Model Markowitz

IV. PEMBAHASAN

4.1 Perhitungan Pengembalian SBI

Untuk menentukan seberapa besarnya proporsi pada masing-masing saham untuk membentuk portofolio optimal dengan Metode Markowitz, maka digunakan kombinasi aktiva yang beresiko. Karena dengan adanya aktiva yang bebas risiko seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), maka investor dapat memiliki pilihan untuk memasukan aktiva tersebut kedalam portofolionya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan tingkat suku bunga (SBI) dengan tenor enam bulan sebagai tingkat imbal hasil bebas risiko (risk free rate) yang digunakan untuk membentuk persamaan simultan dalam menentukan proporsi pada masing-masing saham.

n E (Rp) = ∑ Wi E(Ri) i=1 n n σp2 = ∑ ∑ =Wi Wjσij i=1 j=1 σp = √σp2 E(Rp,Markowitz) - Rf

S

M,Markowitz

=

σ

p,Markowitz

(12)

Melalui analisis yang dilakukan dengan menjumlahkan tingkat suku bunga yang kemudian dibagi periode pada setiap tahunnya yaitu 12 bulan maka diperoleh tingkat pengembalian rata-rata SBI pada tahun 2008 sebesar 0,85%, tahun 2009 sebesar 0,63%, tahun 2010 sebesar 0,55%, dan tahun 2011 sebesar 0,55%.

4.2 Perhitungan Pembentukan Portofolio

1) Tahap Pertama

Pada tahap ini adalah menghitung tingkat pengembalian (Return Ekspektasi), varian atau risiko dan standar deviasi yang merupakan bentuk risiko dari akar varian. Dimana pada tahap ini dilakukan pada setiap masing-masing saham individu untuk mengetahui besarnya keuntungan dan risiko yang akan dihadapi oleh perusahaan.

Tabel 1

Data Tingkat Pengembalian, Tingkat Risiko (Standar Deviasi) dan Varian Pada Kelima Saham

Periode Saham E ( R ) Varian Standar Deviasi

2008 BBNI -6,43% 3,42% 1,85% BBRI -2,53% 2,72% 1,65% BDMN -5,85% 2,82% 1,68% BBCA -4,44% 3,22% 1,79% BMRI -3% 2,78% 1,67% 2009 BBNI 11,01% 4,53% 2,13% BBRI 5,14% 1,68% 1,3% BDMN 4,27% 2,03% 1,42% BBCA 4,05% 1,39% 1,18% BMRI 8,05% 2,07% 1,44% 2010 BBNI 7,25% 0,96% 0,98% BBRI 2,97% 0,60% 0,77% BDMN 2,22% 0,64% 0,80% BBCA 2,6% 5,33% 0,73% BMRI 3,26% 0,93% 0,96% 2011 BBNI 0,46% 0,77% 0,88% BBRI -1,31% 3,33% 1,8% BDMN -2,48% 0,44% 0,66% BBCA 2,11% 0,45% 0,67% BMRI 0,35% 0,94% 0,96%

(13)

2) Tahap Kedua

Pada tahap ini dilakukan perhitungan koefisien korelasi pada setiap masing-masing saham untuk melihat kerterkaitan antara masing-masing saham yang ada sehingga dapat melihat hubungan antar setiap saham dengan saham lainnya. Dan melihat pembentukan matriks kovarian yang terbentuk dari setiap saham untuk membentuk persamaan simultan.

Tabel 2

Koefisien Korelasi Saham Terpilih

Tahun 2008 BBNI BBRI BDMN BBCA BMRI

BBNI 1 0.886 0.896 0.512 0.871

BBRI 0.886 1 0.927 0.590 0.973

BDMN 0.896 0.927 1 0.568 0.921

BBCA 0.512 0.590 0.568 1 0.532

BMRI 0.871 0.973 0.921 0.532 1

Tahun 2009 BBNI BBRI BDMN BBCA BMRI

BBNI 1 0.841 -0.054 0.128 -0.023

BBRI 0.841 1 0.021 0.506 0.302

BDMN -0.054 0.021 1 0.506 0.302

BBCA 0,128 0.506 -0.041 1 0.426

BMRI -0.023 0.302 -0.200 0.426 1

Tahun 2010 BBNI BBRI BDMN BBCA BMRI

BBNI 1 0.464 0.288 0.045 0.318

BBRI 0.464 1 0.610 0.687 0.687

BDMN 0.288 0.610 1 0.251 0.415

BBCA 0.045 0.687 0.251 1 0.809

BMRI 0.318 0.687 0.415 0.809 1

Tahun 2011 BBNI BBRI BDMN BBCA BMRI

BBNI 1 0.739 0.260 0.915 0.823

BBRI 0.739 1 -0.060 0.771 0.772

BDMN 0.260 -0.060 1 0.194 0.270

BBCA 0.915 0.771 0.194 1 0.719

BMRI 0.823 0.772 0.270 0.719 1

(14)

Tabel 3

Matrik Varian dan Kovarian Saham Terpilih

Tahun 2008 BBNI BBRI BDMN BBCA BMRI

BBNI 372.901 294.599 303.626 185.199 292.595 BBRI 294.599 296.418 280.055 190.130 291.315 BDMN 303.626 280.055 307.761 186.640 281.169 BBCA 185.199 190.130 186.640 350.498 173.170 BMRI 292.595 291.315 281.169 173.170 302.687

Tahun 2009 BBNI BBRI BDMN BBCA BMRI

BBNI 493.957 252.880 -21.072 35.015 -5.229 BBRI 252.880 183.151 5.022 84.381 41.487 BDMN -21.072 5.022 307.761 -8.771 -35.552 BBCA 35.015 84.381 -8.771 151.573 53.211 BMRI -5.229 41.487 -35.552 53.211 102.768

Tahun 2010 BBNI BBRI BDMN BBCA BMRI

BBNI 104.318 38.324 24.552 3.506 32.802 BBRI 38.324 65.505 41.196 42.424 56.163 BDMN 24.552 41.196 69.710 15.996 35.041 BBCA 3.506 42.424 15.996 58.171 62.341 BMRI 32.802 56.163 35.041 62.341 102.112

Tahun 2011 BBNI BBRI BDMN BBCA BMRI

BBNI 85.190 129.738 16.715 61.037 76.990 BBRI 129.738 362.059 -7.881 106.053 148.834 BDMN 16.715 -7.881 48.334 9.758 19.008 BBCA 61.037 106.053 9.758 52.244 52.679 BMRI 76.990 148.834 19.008 52.679 102.768 Sumber Data : Output SPSS, Diolah

3) Tahap Ketiga

Pada tahap ini, setelah matriks kovarian tersebut terbentuk maka tahapan berikutnya adalah membentuk persamaan simultan dengan menggunakan subtitusi atau eliminasi dalam setiap persamaan yang terbentuk. Hal ini dilakukan pada setiap periodenya sehingga terbentuklah proporsi portofolio. Dengan besaran proporsi tersebut maka investor dapat mengetahui besaran dana yang akan diinvestasikan pada setiap portofolionya. Namun investor harus menganalisis portofolio yang sudah terbentuk tersebut untuk mengetahui seberapa besar tingkat imbal hasil (return) dan risiko (risk) yang akan diperolehnya.

(15)

Tabel 4

Data Hasil Tingkat Pengembalian, Tingkat Risiko (Standar Deviasi), Varian Dan Proporsi Pada Kelima Saham

Periode Saham E ( R ) Varian Standar Deviasi Proporsi

2008 BBNI -6,43% 3,42% 1,85% 52% BBRI -2,53% 2,72% 1,65% 11% BDMN -5,85% 2,82% 1,68% 7% BBCA -4,44% 3,22% 1,79% 16% BMRI -3% 2,78% 1,67% 14% 2009 BBNI 11,01% 4,53% 2,13% 38% BBRI 5,14% 1,68% 1,3% 24% BDMN 4,27% 2,03% 1,42% 28% BBCA 4,05% 1,39% 1,18% 6% BMRI 8,05% 2,07% 1,44% 4% 2010 BBNI 7,25% 0,96% 0,98% 61% BBRI 2,97% 0,60% 0,77% 20% BDMN 2,22% 0,64% 0,80% 4% BBCA 2,6% 5,33% 0,73% 6% BMRI 3,26% 0,93% 0,96% 9% 2011 BBNI 0,46% 0,77% 0,88% 100% BBRI -1,31% 3,33% 1,8% 40% BDMN -2,48% 0,44% 0,66% 0% BBCA 2,11% 0,45% 0,67% 40% BMRI 0,35% 0,94% 0,96% 13%

Sumber Data : Diolah 4) Tahap Kempat

Pada tahap ini adalah menghitung tingkat imbal hasil, risiko dan kinerja portofolio yang sudah terbentuk tersebut. Dimana hasil inilah yang akan dilihat oleh investor dalam melakukan investasi.

Tabel 5

Tingkat Imbal Hasil , Risiko, Kinerja Portofolio

S

M,Markowitz

Periode E (Rp)

σp

S

M,Markowitz 2008 -5,16% 1,7% -3,53% 2009 7,16% 0,94% 6,95% 2010 5,55% 0,77% 6,49% 2011 0,83% 1,95% 0,14%

(16)

4.3 Hasil Analisi Data

Hasil dari penelitin ini menggunakan analaisis dengan metode Makowitz dan untuk mendukung penelitian digunakan program SPSS 17.0 dengan signifikan pada level α 5%. Adapun hasil yang diperoleh yaitu:

1. Terbentuknya portofolio optimal pada setiap tahun yang didominasi oleh saham Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) dalam proporsi setiap tahunnya.

2. Pada tabel 5 pada tahun 2008 kinerja portofolio yang terbentuk memiliki nilai minus (–) yang artinya terjadi ketidak optimalan pada portofolio atau ketidakmampuan investor dalam mengelola portofolionya kurang maksimal sehingga nilai yang terbentuk tidak tepat (Market Timing). Hal ini dapat terjadi dikarenakan berbagai macam hal, salah satunya adalah krisis global sehingga terjadi penurunan harga jual saham pada setiap saham yang menjadi objek penelitian.

3. Pada tahun 2009 sampai 2011 kinerja portofolio memiliki nilai plus ( + ) artinnya portofolio yang terbentuk secara optmila. Meskipun pada tahun 2011 terjadi penurunan kinerja dalam protofolio tersebut.

4. Pada tahun 2011 dapat dilihat di Tabel 4, terdapat saham yang tidak memiliki proporsi didalam pembentukan portofolio yaitu Bank Danamon Indonesia (BDMN) sehingga ini menjadi salah satu penyebab terjadinya penurunan kinerja pada portofolio ditahun 2011.

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap saham–saham perusahaan perbankan yang berada di LQ-45 pada periode tahun 2008 sampai dengan 2011, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut ini :

1. Pada tahun 2008, 2009, 2010 dan 2011 terbentuk portofolio optimal dimana saham Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) lebih dominan dalam pembentukan proporsi pada setiap tahunnya. Sedangkan pada tahun 2011 portofolio yang terbentuk tidak optimal dikarenakan adanya saham yang tidak memiliki proporsi yaitu saham Bank Danamon Indonesia (BDMN), sehingga tingkat pengembalian (return) menurun namun risiko (risk) semakin tinggi dengan kata lain terjadi penurunan kinerja portofolio pada tahun 2011.

2. Investor dapat menjadikan Bank Negara Indonesia, Bank Rakyat Indonesia, Bank Central Asia, dan Bank Mandiri sebagai saham yang tetap masuk kedalam portofolio untuk melakukan investasi. Karena jika dilihat dari proporsi yang terbentuk saham-saham tersebut memiliki peningkatan pada proporsi didalam portofolio, yang disertai risiko dan tingkat pengembalian yang seimbang setiap tahunnya

3. Dengan digunakannya suku bunga SBI dengan tenor enam bulan pada periode tahun 2008 sampai dengan 2010 menunjukkan kinerja portofolio yang baik, tetapi pada tahun 2011 mengalami penurunan yang artinya meskipun portofolio terbentuk namun memerlukan revisi dan evaluasi kinerja dalam portofolio.

(17)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil dari analisis yang telah dilakukan penulis memberikan saran sebagai berikut :

1. Untuk menentukan portofolio optimal dalam menentukan Tingkat Suku Bunga (SBI) sebagai tingkat imbal hasil bebas risiko (risk free rate) untuk menentukan kinerja portofolio yang terbentuk dapat disesuaikan dengan keadaan perekonomian yang telah ditetapkan dalam berinvestasi yaitu dengan tenor enam bulan dan tenor sembilan bulan. 2. Dengan terbentuknya portofolio tersebut, investor dapat mengevaluasi beberapa

perusahaan yang memiliki imbal hasil kurang maksimal sehingga akan menciptakan proporsi yang lebih merata pada setiap masing – masing saham yang diinvestasikan. 3. Dengan menggunakan Metode Markowitz dalam penelitian ini keadaan portofolio pasar

tidak dapat terbentuk, hal tersebut merupakan kelemahan dari metode Markowitz. Namun keadaan perubahan kinerja (Sharpe Measure) pada portofolio dapat dijadikan sebagai dasar untuk melihat perubahan saham yang membentuk portofolio optimal dalam berinvestasi

DAFTAR PUSTAKA

Fabozzi, Frank. 1999. Manajemen Investasi. Jakarta : PT. Selemba Empat Patria Halim, Abdul. 2005. Analisis Investasi. Jakarta : PT. Selemba Empat Patria

Haymans, Adler Manurung. 2008. Reksadana Investasiku. Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara.

Jogiyanto. 2008. Teori Portofolio Dan Analisis Investasi Edisi Lima. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.

Miswanto & Eko Widodo. 1998. Manajemen Keuangan 1. Jakarta : Universitas Gundarama.

Sawitri, Peni & Eko Hartanto. 2007. Bank Dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta : Universitas Gunadarma.

Warsini, Sabar. 2009. Manajemen Investasi. Jakarta : Semesta Media. http://www.bei.co.id/

http://www.bi.go.id/

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian “Optimasi parameter proses pemotongan stainless steel 304 untuk kekasaran permukaan dengan metode

Formalisasi dan tradisionalisasi itu menjadi lebih hebat sesudah ketertarikan Muhammadiyah terhadap kekuasaan dan permainan politik praktis menjadi semakin besar tidak lama sesudah

The script then skips to the case section for that value and executes statements until it reaches a break statement or the end of the switch statement. If there is no case section

Inhibitor SISKEM yang ditambahkan secara umum mengandung fosfat dan seng yang merupakan jenis inhibitor gabungan dari anodik dan katodik dan berfungsi untuk menghambat laju korosi

Pemberdayaan Warga Melalui Usaha (Reni Dwi A.)| 302 Persoalan lain yang dihadapi warga adalah kondisi bambu yang lembab sehingga sangat mudah berjamur. Teknik yang

6 Saya akan menerima setiap jenis pekerjaan yang diberikan kepada saya, agar saya tetap dapat bekerja di KAP ini.. 7 Saya sangat peduli bagaimana kelanjutan KAP ini pada

WicD` 7jiidc 7VX`8dadg HnhiZb/>cVXi^kZ8Vei^dc. WicD` 7jiidc

Herwasono Soedjito - Research Center for Biology - Indonesian Institute of Sciences, Bogor, Indonesia John Dransfield - Herbarium Kewense, Royal Botanic Gardens Kew,