• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5.1. Letak Geografis dan Wilayah

Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu kabupaten dari 10 Kabupaten/ Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Secara geografis terletak antara 1160 – 1170 Bujur Timur dan 80 – 90 Lintang Selatan dengan luas wilayah sebasar 1.605,55 km2 atau 7,97 persen dari Wilayah Nusa Tenggara Barat. Kabupaten ini terletak di bagian timur Pulau Lombok yang memiliki batasan wilayah sebagai berikut : (BPS, 2011)

1. Sebelah Utara : berbatasan dengan Laut Jawa

2. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Samudera Indonesia

3. Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Barat

4. Sebelah Timur : berbatasan dengan Selat Alas

Gambar 5 Peta lokasi penelitian di Kabupaten Lombok Timur (Sumber : BPS, 2011) SAMBELIA SEMBALUN PRINGGABAYA SUELA AIKMEL PR.SELA SIKUR TERARA LB. HAJI SELONG SUKAMULIA SAKRA SAKRA TIMUR SAKRA BARAT KERUAK JEROWARU SURALAGA MASBAGIK M O NT O N G G A DI N G WANASABA

(2)

Kabupaten Lombok Timur memiliki tempertur tertinggi berkisar antara 30,40C – 32,9ºC dan temperatur terendah berkisar 20,90C – 24,8ºC. Curah hujan tercatat 1.540 mm dengan hari hujan sebanyak 168 hari, dimana jumlah hari hujan terendah terjadi pada Bulan Juni dengan hari hujan hanya 3 hari sedangkan hari hujan tertinggi terjadi pada Bulan Februari yang mencapai 25 hari (BPS, 2010). Berdasarkan temperature dan curah hujan tersebut, jagung dapat dikembangkan dengan baik, dikarenakan jagung memerlukan suhu optimum yang ideal untuk pertumbuhan tanaman antara 230C – 270C, serta curah hujan ideal sekitar 85 – 200 mm per bulan.

Secara administratif, Kabupaten Lombok Timur terdiri dari 20 kecamatan yang melintang dari arah utara hingga ke selatan Pulau Lombok, dengan jumlah penduduk sebanyak 1.080.237 jiwa pada tahun 2010 yang terdiri atas 322.296 rumah tanggga dimana terdapat 501.166 jiwa laki-laki, dan sebanyak 579.071 jiwa adalah perempuan.

5.2. Perkembangan Pertanian

Sektor pertanian masih mempunyai peranan yang besar dalam struktur perekonomian di kabupaten Lombok Timur yang ditandai dengan jumlah penduduk sekitar 48,8 persen di kabupaten ini memiliki mata pencaharian di sektor pertanian berdasarkan data sensus Pertanian (BPS 2011). Sedangkan produk pertanian yang dikembangkan adalah jenis kebutuhan pangan yaitu komoditi padi dan palawija serta hortikultura.

Palawija merupakan produk pertanian yang banyak diusahakan di Kabupaten Lombok Timur menurut data BPS (2011) yang terdiri atas komoditi padi (76,89 persen), jagung (17,33 persen), ubi kayu (3,94 persen), dan komoditi pangan lainnya sebesar 1.84 persen sesuai pada Tabel 4. Sedangkan untuk komoditi jagung, luas lahan yang telah dimanfaatkan untuk budidaya jagung di Kabupaten Lombok Timur sudah mencapai 16.602 ha atau 10,34 persen dari luas wilayah di Kabupaten Lombok Timur.

(3)

Tabel 4 Perkembangan Produksi tanaman pangan di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2008 - 2010 No Komoditi 2008 (ton) 2009 (ton) 2010 (ton) 1. Padi 308.446 311.873 300.011 2. Jagung 47.024 81.293 67.628 3. Ubi kayu 10.356 14.464 15.362 4. Ubi jalar 2.218 2.136 3.431 5. Kacang tanah 1.327 1.750 1.533 6. Kacang hijau 635 581 1.282 7. Kedelai 1.272 1.539 920 Sumber : BPS, 2011

Daerah produksi jagung tersebar hampir di seluruh kecamatan di Lombok Timur. Daerah penelitian merupakan daerah sentra produksi jagung dengan tingkat produksi terbesar di Provinsi NTB yang meliputi tiga kecamatan di Kabupaten Lombok Timur. Ke tiga kecamatan tersebut adalah Kecamatan Pringgabaya, Kecamatan Aik Mel, dan Kecamatan Wanasaba (Lampiran 1).

Petani selaku produsen jagung biasanya menjual hasil panennya kepada pedagang pengumpul I atau lebih dikenal dengan istilah makelar yang berdomisili di dalam desa atau berasal dari luar desa. Petani juga melakukan penjualan pada beberapa tengkulak yang datang ke lahan pertanaman jagung atau ke rumah-rumah petani. Selain itu bagi petani yang berlokasi dekat dengan pedagang besar, biasanya menjual hasil panennya langsung pada pedagang besar.

Selain keterlibatan beberapa lembaga pemasaran dalam rantai pemasaran jagung, keadaan sarana dan prasarana pendukung di lokasi penelitian berupa jalan dan alat transportasi sangat penting perannya untuk memudahkan pedagang dalam pendistribusian produk pertanian. Secara umum, kondisi sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan pemasaran jagung tersebut pada dasarnya di tiga kecamatan kondisinya relatif sama, yaitu pada jalan desa tidak semuanya dalam kondisi baik, dimana masih terdapat beberapa jalan tanah, sedangkan pada jalan yang masih beraspal kondisi jalannya juga rusak (berlubang).

(4)

5.3. Karakteristik Responden 5.3.1. Karakteristik Responden Petani

Jumlah petani yang menjadi responden dalam penelitian ini sebanyak 30 orang responden. Tabel 5 berikut ini memberikan informasi deskripsi statistik karakteristik responden petani di lokasi penelitian.

Tabel 5 Karakteristik petani responden di Kabupaten Lombok Timur tahun 2012

No Karakteristik Responden Kisaran Rata-Rata

1. Umur (tahun) 25 – 60 44,60

2. Lama Pendidikan (tahun) 6 – 17 8,47

3. Pengalaman berusahatani jagung (tahun) 3 – 33 17,30 4. Jumlah tanggungan keluarga (orang) 1 – 8 3,63 5. Pekerjaan (orang)

a. Tani

b. Tani + Ternak c. Tani + Niaga/ Bisnis

1 - 30 1 - 30 1 – 30 36,67 53,33 10,00 6. Jarak rumah ke lahan (km) 0,01 - 1,5 0,43 7. Luas pengolahan lahan (ha) 0,24 - 3,00 0,65 Sumber : data diolah

Berdasarkan Tabel 5 diatas, menjelaskan bahwa tingkat pendidikan responden yaitu sebanyak 43,33 persen hanya bersekolah sampai tingkat sekolah dasar (SD), sedangkan sisanya 56,67 persen sudah menamatkan SD dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu SMP hingga perguruan tinggi. Tingginya tingkat pendidikan dari petani responden berkaitan dengan tingkat pengetahuan dan penerapan ilmu usahatani petani semakin baik. Hal ini ditunjukkan dari rata-rata pendidikan petani responden sebesar 8,47 tahun yang berarti tingkat penyerapan informasi usahatani jagung oleh petani responden baik, walaupun masih rata-rata pada tingkat pendidikan SMP.

Umumnya petani responden pada musim tanam yang sama juga melaksanakan kegiatan lainnya selain berusahatani jagung, hal ini dimaksudkan selain untuk mendapatkan pendapatan tambahan, petani mencoba memanfaatkan waktu luang di sela-sela kegiatan bertani jagung. Petani responden rata-rata sebanyak 36,67 orang petani, bekerja murni bertani sebagai pekerjaan utamanya.

(5)

Sedangkan rata-rata sebanyak 53,33 orang petani responden memiliki pekerjaan lain selain bertani, yaitu mengurus ternak (sapi), dan sisanya rata-rata 10 orang bekerja sampingan yaitu membuka kios/dagang, serta berprofesi sebagai kontraktor di saat-saat tertentu.

Pengalaman responden dalam berusahatani jagung rata-rata adalah 17 tahun lebih. Usia responden 80 persen didominasi oleh usia produktif yang berada pada kisaran 15 - 54 tahun. Sisanya sebesar 20 persen sudah tergolong lanjut usia, yaitu berumur 55 tahun ke atas. Responden rata-rata sudah berkeluarga dan memiliki tanggungan rata-rata sebanyak 4 orang. Status kepemilikan lahan 96,67 persen lahan petani adalah milik sendiri dan 3,33 persen sisanya adalah memiliki lahan tambahan yang di sewa untuk mengembangkan usahatani jagung, dengan rata-rata pengelolaan sebesar 0,65 ha dan jarak rata-rata dari rumah ke lahannya sejauh 429 meter.

Hasil panen jagung oleh petani responden dilakukan sebanyak satu hingga tiga kali panen dalam satu tahun. Namun yang banyak dilakukan oleh petani adalah dua kali panen dalam satu tahun (56,67 persen petani), kemudian sebesar 33,33 persen petani melakukan kegiatan panen tiga kali dalam satu tahun, dan sebesar 10 persen petani yang melakukan panen satu kali dalam setahun. Banyaknya petani yang melakukan kegiatan panen jagung dua kali dalam setahun dikarenakan petani memanfaatkan lahannya untuk menanam padi, kemudian jagung di musim berikutnya. Sedangkan 10 persen petani yang melakukan panen jagung dikarenakan lahan hanya ditanami jagung pada musim tanam ke dua (Januari-April) dan tembakau pada musim tanam ke tiga (April-Juli). Adapun produksi terbesar terdapat pada panen jagung ke dua (musim tanam Januari-April) yaitu sebesar 160,30 ton (rata-rata 5,34 ton), kemudian pada panen ke tiga (musim tanam April-Juli) sebesar 111 ton (rata-rata 5,28 ton), dan pada panen pertama (muism tanam Oktober-Januari) sebesar 80 ton (rata-rata 5 ton)

5.3.2. Karakteristik Responden Pedagang/Lembaga Pemasaran

Lembaga pemasaran jagung adalah pedagang yang terlibat dalam kegiatan pemasaran jagung guna menyalurkan barang dan jasa dari produsen ke tangan konsumen. Lembaga pemasaran jagung yang terlibat antara lain adalah pedagang pengumpul I (makelar) yang berjumlah 5 orang, pedagang pengumpul II (tengkulak) yang berjumlah 5 orang, dan pedagang besar sebagai pedagang antar pulau (PAP) yaitu berjumlah 4 orang responden. Total jumlah pedagang yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah 14 orang responden pedagang.

(6)

Informasi deskripsi statistik terhadap karakteristik pedagang responden di lokasi pelatihan mencakup umur responden, pengalaman berusaha jagung, jumlah tanggungan keluarga, pekerjaan utama ataupun sampingan dari masing-masing pedagang, serta jumlah kepemilikan asset yang berupa pabrik atau gudang penyimpanan dan fasilitaslainnya. Adapun informasi tersebut disajikan dalam Tabel 6 berikut.

Tabel 6 Karakteristik responden lembaga pemasaran jagung di Kabupaten Lombok Timur tahun 2012

No Karakteristik

Responden Kisaran Pengumpul (Maklar) I Pengumpul II (Tengkulak) Pedagang Besar

1 Umur (tahun) 30 - 50 38,40 31,60 42,25 2 Lama Pendidikan (tahun) 9 - 12 10,20 9,60 11,25 3 Pengalaman berniaga (tahun) 3 - 12 6,20 5,40 13,25 4 Jumlah tanggungan keluarga (orang) 2 - 4 3,20 3,20 3,00 5 Pekerjaan (orang) a. Dagang jagung b. Dagang + Tani 1 - 14 1 - 14 100,00 0 80,00 20,00 75,00 25,00 6 Jumlah kepemilikan

pabrik/ gudang (unit) 0 - 2 0 0 1,25

Sumber : data diolah

Berdasarkan Tabel 6 diatas, menjelaskan bahwa tingkat pendidikan responden pedagang rata-rata sudah menamatkan SD dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu SMP hingga SMA. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat penyerapan informasi usaha jagung yang dilakukan oleh responden baik walaupun masih rata-rata pada tingkat pendidikan SMA. Hal ini ditunjukkan dari rata-rata pendidikan pedagang di atas 9 tahun, yang berarti pedagang responden memiliki kemampuan dalam penerapan perhitungan bisnis.

Selain melakukan kegiatan berdagang, rata-rata sebesar 20 persen responden di tingkat tengkulak dan 25 persen responden di tingkat pedagang besar juga melakukan kegiatan bertani. Sedangkan rata-rata 85,71 persen dari total keseluruhan responden pedagang yaitu seluruh makelar, 80 persen tengkulak dan 75 persen responden pedagang besar bekerja murni sebagai pedagang hasil bumi yaitu jagung. Pada saat-saat tertentu khususnya pedagang besar, juga melakukan

(7)

transaksi terhadap komoditas lainnya yaitu gabah. Rata-rata pengalaman responden dalam usaha jual beli (berdagang) jagung pada tingkat makelar adalah 6 tahun, tengkulak 5 tahun dan di tingkat pedagang besar adalah 13 tahun. Dengan demikian rata-rata responden memiliki pengalaman yang relative cukup lama ssehingga diharapkan mampu menentukan keputusan yang akan diambil dalam berniaga jagung.

Umur berkaitan dengan produktivitas kerja, dimana tingkat usia produktif berada pada kisaran umur 15-54 tahun. Usia pedagang responden berkisar antara 30 hingga 50 tahun atau rata-rata sebesar 38,40 persen pada tingkat makelar, 31,60 pada tengkulak, dan 42,25 persen pada tingkat pedagang besar. Hal ini berarti responden pedagang merupakan pekerja usia produktif yang masih mampu untuk berproduksi menghasilkan produk/jasa.

Jumlah tanggungan keluarga identik dengan besarnya biaya yang harus ditanggung oleh suatu rumah tangga. Responden pedagang rata-rata sudah berkeluarga dan memiliki tanggungan rata-rata sebanyak 3 orang. Semakin besar jumlah tanggungan keluarga, maka semakin besar pula biaya hidup yang harus dikeluarkan terutama jika mereka tidak teermauk dalam ussia prooduktif.

Kepemilikan pabrik/gudang penyimpanan pada 14 pedagang responden yang terlibat yaitu rata-rata sebesar 1 unit saja dan itu adalah milik pedagang besar yang merupakan lembaga pemasaran dengan kapaitas usaha yang lebih besar dibandingkan makelar dan tengkulak. Dengan kata lain, dari 14 responden lembaga pemasaran yang terlibat, hanya pedagang besar yang memiliki gudang dan pabrik pengolahan jagung menjadi jagung kering pipil. Dimana pabrik tersebut dilengkapi dengan beberapa fasilitas yang mendukung dalam pemasaran jagung antara lain adanya gudang penyimpanan dan lantai jemur yang luas, serta mesin pemipilan jagung. Hal ini dikarenakan produk akhir yang dipasarkan oleh pedagang besar yaitu dalam bentuk kering pipil.

Berdasarkan karakteristik dari responden lembaga pemasaran diatas, maka dapat dikatakan bahwa pedagang yang terlibat dalam pemasaran jagung di lokasi penelitian memiliki kemampuan yang baik dalam melakukan perhitungan-perhitungan ekonomi yang dijalankannya, sehingga selain mampu menjadi

(8)

sumber pendapatan keluarga, juga mampu menjadikan usahanya lebih berkembang menjadi lebih baik lagi.

Lembaga pemasaran merupakan pelaku dalam sistim pemasaran yang melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran (Asmarantaka, 2012). Berdasarkan kegiatan pemasaran tersebut, maka aktifitas bisnis jagung di lokasi penelitian melibatkan :

1. Pedagang besar

Pedagang besar yang terlibat dalam pemasaran jagung merupakan pedagang yang membeli jagung dari pedagang pengumpul I (makelar). Namun tidak menutup kemungkinan untuk membeli jagung dari pedagang pengumpul II (tengkulak), maupun pembelian langsung pada petani jagung.

Pedagang besar yang terlibat dalam pemasaran jagung ini sebanyak 4 orang pedagang yang berlokasi di desa dan kecamatan produksi jagung. Umumnya pedagang besar melakukan transaksi secara tunai dengan tengkulak dan petani, sedangkan makelar telah dibayar di awal sebagai modal untuk pembelian jagung pada petani. Lembaga ini pun sangat aktif dalam mencari jagung di kecamatan sekitar tempat tinggal hingga luar kecamatan.

Pedagang besar dalam kegiatannya melibatkan beberapa tenaga kerja yaitu rata-rata 6 orang karyawan tetap pabrik. Lembaga pemasaran ini selain melakukan kegiatan pembelian jagung, juga melakukan pengolahan jagung dari kering panen menjadi jagung kering pipilan dengan mutu yang sesuai dengan permintaan/ pesanan dari konsumen yang dalam hal ini adalah pengusaha/pedagang dari luar Provinsi NTB (Provinsi Bali).

Berdasarkan uraian di atas, maka pedagang besar dapat dikatakan sebagai pedagang perantara (merchant middlemen) yaitu individu pedagang yang melakukan penanganan berbaggai fungsi pemasaran dalam pembelian dan penjualan jagung dari produsen ke konsumen, serta memiliki kekuasaan terhadap produk tersebut (Asmarantaka, 2012). Fungsi pemasaran yang dilakukan adalah membeli dan menjual produk yang merupakan fungsi pertukaran, aktifitas fungsi fisik (pengolahan, pengemasan, penyimpanan, dan transportasi), serta aktifitas fungsi fasilitas (sortasi, resiko, pembiaya, dan infoormasi pasar).

(9)

2. Pengumpul I (Makelar)

Pengumpul I yang terlibat dalam pemasaran jagung ini adalah Makelar. Makelar merupakan salah satu lembaga perantara yang membeli jagung dari petani. Akan tetapi pembelian juga dapat dilakukan pada tengkulak maupun pedagang pengumpul lainnya.

Makelar yang terlibat dalam pemasaran jagung ini sebanyak 5 (lima) orang pedagang dan merupakan lembaga pemasaran yang juga melakukan kegiatan transaksi pembelian jagung di lahan petani. Setelah ada kesepakatan harga, jagung langung dipanen kemudian ditimbang dan dilakukan pembayaran pada hari itu juga. Lembaga ini berlokasi di desa yang merupakan daerah produksi jagung. Makelar umumnya melakukan transaksi secara langsung pada petani dengan pembayaran tunai dan pemanenan jagung dilakukan hari itu juga atau kesokan harinya. Lembaga ini pun sangat aktif dalam mencari jagung di daerah sekitar tempat tinggal bahkan sampai ke luar kecamatan. Makelar umumnya merupakan perpanjangan tangan dari pedagang besar dengan berbekal modal yang diberikan oleh pedagang besar. Lembaga ini selain melakukan kegiatan pembelian jagung, juga melakukan pengolahan dari jagung kering panen menjadi jagung kering pipilan dengan mutu yang sesuai dengan permintaan/ pesanan dari pedagang besar.

Berdasarkan penjelasan di atas, aktifitas fungsi pemasaran yang dilakukan oleh makelar yaitu fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan), fungsi fisik (pengolahan, pengemasan, penyimpanan, dan transportasi), dan fungsi fasilitas (sortasi, resiko, pembiayaan, dan informasi pasar). Berdasarkan hal tersebut, lembaga pemasaran ini dapat dikatakan sebagai agen perantara (agen middlemen) yang menurut Asmarantaka (2012) adalah individu pedagang yang hanya mewakili klien dalam melakukan penanganan produk/jasa. Disamping itu, lembaga ini hanya menguasai produk dan mendapatkan pendapatan dari fee (keuntungan) dan komisi.

3. Pengumpul II (Tengkulak)

Pengumpul II yang terlibat dalam pemasaran jagung ini adalah tengkulak. Tengkulak merupakan lembaga yang juga secara langsung melakukan transaksi

(10)

pembelian jagung dengan petani. Aktifitas fungi pemasaran yang dilakukan yaitu fungsi pertukaran (pembeelian dan peenjualan), fungsi fisik (pengemasan, dan tranportasi), serta fungsi fasilitas (resiko, pembiayaan, informai pasar). Berdasarkan hal tersebut, maka lembaga pemasaran ini dapat dikatakan sebagai pedagang perantara (merchant middlemen) yaitu individu pedagang yang melakukan penanganan berbagai fungsi pemasaran dalam pembelian dan penjualan jagung dari produsen ke konsumen, serta memiliki kekuasaan terhadap produk tersebut (Asmarantaka, 2012).

Tengkulak yang terlibat dalam pemasaran jagung ini sebanyak 5 orang. Dalam kegiatan pemasaran, tengkulak biasanya melakukan transaksi dengan petani secara langsung di lahan, dengan sistim pembayaran tunai, ijon, maupun kontrak pembelian yang tidak tertulis dengan petani. Hasil panen jagung petani yang sudah dibayarkan akan dipanen setelah memperoleh pembeli atau setelah pembelian jagung sudah terkumpul cukup banyak dengan perhitungan pada efisiensi biaya transportasi. Pedagang pengumpul II (tengkulak) berlokasi di desa terutama daerah produksi jagung. Umumnya lembaga ini aktif mencari jagung di daerah sekitar tempat tinggalnya hingga luar kecamatan. Hal ini dikarenakan pengumpul II (tengkulak) dalam kegiatan pemasarannya bertindak sendiri tanpa ada memiliki pegawai.

4. Petani jagung.

Petani jagung merupakan produsen jagung yang berlokasi di daerah penghasil jagung terutama pada lokasi penelitian di Kabupaten Lombok Timur. Dalam aktifitas pemasaran jagung, petani yang merupakan produsen hanya melakukan fungsi penjualan dan resiko. Selebihnya petani hanya melakukan kegiatan budidaya saja, yang diawali dari pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan tanaman, serta kegiatan pemanenan pada beberapa orang petani responden.

a. Pengolahan tanah.

Pengolahan tanah dimaksudkan untuk memperbaiki aerasi tanah, mengendalikan gulma, memutus siklus hidup hama, dan memudahkan aktivitas budaya lainnya. Pengolahan tanah oleh petani responden dilakukan

(11)

pada awal kegiatan penanaman, dengan menggunakan bajak dengan ternak maupun hand traktor. Namun dari 30 petani responden, 30 persen menggunakan bajak yang ditarik oleh sapi/kerbau, dan 17 persen menggunakan bajak mesin, sedangkan sisanya sebesar 53 persen adalah TOT (tanpa olah tanah) yaitu dengan melakukan penyemprotan herbisida menggunakan basmilang dan round-up rata-rata 1 – 1,5 liter/ha. TOT dilakukan petani dikarenakan lahan untuk penanam jagung sudah bersih pasca panen padi pada musim tanam I, serta adanya kondisi lahan yang berbatu sehingga tidak memungkinkan untuk di bajak.

b. Penanamaan

Penanaman jagung adalah kegiatan penanaman benih ke dalam tanah yang dapat dilakukan secara manual maupun dengan banatuan alat dan mesin pertanian. Benih jagung yang di tanam oleh petani responden yaitu menggunakan benih unggul dengan varietas antara lain Bisi 2, Bisi 16, Bisi 816, SHS 4, Pionir, dan NK 33. Benih unggul ini di peroleh dari kelompok tani (73 persen) dan 27 persen di beli sendiri oleh petani di kios-kios sarana produksi di desa bahkan di kota kecamatan atau luar kecamatan. Penggunaan benih jagung oleh petani responden rata-rata sebanyak 23 kg per hektar, dimana ini masih lebih tinggi dari rekomendasi yang dianjurkan badan litbang pertanian yaitu 20 kg per hektar. Penanaman jagung dilakukan dengan sistim tugal pada jarak tanam 75 x 40 cm, yaitu sebanyak 2 tanaman per rumpun.

c. Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman jagung melibatkan beberapa kegiatan antara lain yaitu pemupukan, pengairan, penyemprotan, penyiangan dan pemangkasan. Sebanyak 47 persen responden petani menggunakan pupuk anorganik dan pupuk kandang sedangkan sisanya 53 persen hanya menggunakan pupuk anorganik yang terdiri dari urea, SP36, NPK, dan ponska. Penggunaan pupuk anorganik masih belum sesuai rekomendasi, dimana rata-rata penggunaan urea sebesar 447 kg/ha, SP36 sebesar 23 kg/ha, NPK sebesar

(12)

41 kg/ha, dan pupuk tambahan lain seperti ponska sebanyak 31 kg/ha dengan aplikasi pemupukan sebanyak dua kali pada umur tanaman 7-10 hari setelah tanam (hst) dan 4-5 minggu setelahh tumbuh (mst). Kegiatan pemupukan dilakukan bersamaan dengan pangairan tanah dimana pemupukan dilakukan saat tanah dalam kondisi lembab.

Kegiatan penyemprotan tanaman dilakukan oleh 73 persen petani responden dengan makud untuk pengendalian hama penyakit berupa hama wereng, belalang, dan ulat gerayak yang dikendalikan menggunakan confidor maupun canon. Kegiatan penyiangan, dilakukan oleh seluruh petani responden berdasarkan pemantauan gulma di lahan pertanaman. Petani responden melakukannya dengan cara penyemprotan herbisida asitrin, polaris, dan gramakuat untuk menekan jumlah penggunaan tenaga kerja. Sedangkan pemangkasan tanaman dilakukan pada bagian atas tongkol jagung agar mempercepat proses pengeringan jagung. kegiatan ini dilakukan 2 minggu sebelum panen atau + 85 hst.

d. Panen

Jagung yang dipanen dalam penelitian ini adalah dalam bentuk jagung kering panen dengan umur tanaman 86-96 hst (hari setelah tanam). Selain itu, kelobot jagung telah mengering atau berwarna kuning, dan biji jagung terlihat mengkilap namun jika ditekan tidak meninggalkan bekas. Jagung yang akan di panen dikupas untuk kemudian dijemur sekitar 2-3 hari.

Kegiatan panen jagung dalam penelitian ini ada dua sistim yaitu borongan dan sewa tenaga panen. Sebanyak 0,27 persen petani menyewa tenaga panen sedangkan sisanya 0,73 persen petani melakukannya dengan sistim borongan. Sistim borongan disini maksudnya adalah pedagang membeli jagung dengan membawa buruh panen, dan petani dikenakan biaya Rp15.000 – Rp 20.000 tergantung letak lahan jagung dan biaya ini akan dipotong dari jumlah pembelian jagung. Dikarenakan pedagang melakukan pembelian dengan ketentuan terima di pinggir jalan besar, serta tidak terseedianya gudang penyimpanan sehingga petani lebih banyak memilih menjual hasil jagungnya dengan sistim borongan.

Gambar

Gambar 5  Peta lokasi penelitian di Kabupaten Lombok Timur  (Sumber : BPS, 2011)  SAMBELIASEMBALUN PRINGGABAYA SUELA AIKMELPR.SELA SIKUR TERARALB
Tabel 4  Perkembangan Produksi tanaman pangan di Kabupaten Lombok Timur  Tahun 2008 - 2010  No Komoditi  2008  (ton)  2009 (ton)  2010 (ton)  1
Tabel 5  Karakteristik petani responden di Kabupaten Lombok Timur tahun 2012
Tabel 6 Karakteristik responden lembaga pemasaran jagung di Kabupaten  Lombok Timur tahun 2012

Referensi

Dokumen terkait

Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini digunakan untuk menggambarkan aspek tertentu dari sebuah realitas yang

Khomsan (2002) menyebutkan bahwa jajanan bagi anak SD merupakan fenomena yang menarik untuk ditelaah karena berbagai hal (a) merupakan upaya untuk memenuhi

Bahkan dengan banyaknya pengalaman yang mereka lakonai serta kegiatan yang mereka lakukan akan memberikan mereka pengetahuan lain baik itu tentang makna

Dari hasil penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh positif antara leverage terhadap financial distress, maka investor diharapkan agar lebih memperhatikan tingkat

Analisis dilakukan dari hasil perbandingan antara perhitungan ketersediaan kanal berdasarkan kemampuan pantul oleh lapisan ionosfer dan hasil penerapan waveform

Pemanfaatan sumber daya alam dapat dilakukan untuk meningkatkan permintaan pariwisata di suatu objek wisata tersebut seperti pengembangan pariwisata yang dilakukan

a) Nyala (flame)adalah proses pembakaran yang digambarkan sebagai suatu proses terbakarnya gas yang terurai dipermukaan. Proses dekomposisi thermal yang terjadi pada komposit

Peserta didampingi pelatih melakukan Evaluasi Diri Sekolah (EDS) sebagai langkah awal penyusunan RKJM dengan menggunakan Rapor Mutu 8 SNP Sekolah untuk menganalisis dan