”PLN” Pada www.jawapos.co.id)
S K R I P S I
Disusun Oleh :
NANY PROBOSARI
0543010207
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan
judul “Pemaknaan Karikatur “PLN” (Studi Semiotik Tentang Pemaknaan
Karikatur “PLN” Pada www.jawapos.co.id)”
Penulisan Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan akademis
bagi mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan penulisan Skripsi ini atas
bimbingan dan bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak. Pada kesempatan ini,
penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang
terhormat :
1. Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UPN
“Veteran” Jawa Timur.
2. Juwito, S. Sos., MSi., Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Politik UPN “Veteran” Jawa Timur
3. Drs. Saifuddin Zuhri, MSi., sebagai Dosen Pembimbing Utama yang
senantiasa memberikan waktu pada penulis dalam penyusunan Skripsi
penelitian ini.
4. Seluruh staf dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.
ii
maupun moril dengan tulus ikhlas dan tanpa pamrih.
6. Berbagai pihak yang telah membantu terselesaikannya Skripsi ini dengan baik
Semoga Tuhan YME melimpahkan rahmat serta karuniaNya atas
jasa-jasanya yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Karena
apabila terdapat kekurangan didalam menyusun Skripsi ini, peneliti dengan
senang hari menerima segala saran dan kritik demi sempurnanya Skripsi ini.
Surabaya, April 2010
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR LAMPIRAN... vii
ABSTRAKSI ... viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 11
1.3. Tujuan Penelitian ... 12
1.4. Kegunaan Penelitian ... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 13
2.1.1. Media dan Konstruksi Realitas ... 13
2.1.2. Fungsi Media ... 16
2.1.3. Media Internet ... 18
2.1.3.1.Definisi Internet ... 20
2.1.3.2.Internet Sebagai Media Komunikasi ... 22
2.1.4. Karikatur ... 26
2.1.5. Semiotika ... 30
2.1.6. Semiotik Charles Sanders Pierce ... 31
2.1.7. PLN ... 36
2.1.7.3.Dampak Pemadaman Bergilir ... 38
2.2. Kerangka Pikir ... 40
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian ... 42
3.2. Kerangka Konseptual ... 43
3.2.1. Corpus ... 43
3.2.2. Unit Analisis ... 43
3.2.2.1.Ikon ... 43
3.2.2.2.Indeks ... 44
3.2.2.3.Simbol ... 44
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 44
3.4. Teknik Analisis Data ... 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 46
4.2. Penyajian Data ... 51
4.3. Analisis Data ... 52
4.3.1. Klasifikasi Tanda ... 53
4.4. Gambar Karikatur ”PLN” Yang Ada Di Situs www.jawapos.co.id Edisi 19 November 2009 Dalam Model Pierce ... 55
4.6. Interpretasi Pemaknaan Keseluruhan Gambar Karikatur
“PLN” Di Situs www.jawapos.co.id Edisi 19 November
2009... 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... 72
5.2. Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Gambar 2.1. Model Semiotika Pierce ... 32
Gambar 2.2. Model Kategori Tanda ... 33
Gambar 2.3. Kerangka Berfikir Penelitian Tentang Pemaknaan Karikatur “PLN”Pada www.jawapos.co.id ... 41
Gambar 4.1. Karikatur ”PLN” Dalam Kategori Tanda Pierce ... 53
Gambar 4.2. Gambar Karikatur ”PLN” dalam Elemen Makna Pierce ... 57
Gambar 4.2. Gambar Karikatur ”PLN” dalam Kategori Tanda Pierce I ... 59
Tentang Pemaknaan Karikatur ”PLN” Pada www.jawapos.co.id)
Penelitian ini berusaha mengungkap pemaknaan karikatur “PLN” pada www.jawapos.co.id melalui pendekatan teori semiotika diharapkan karikatur mampu diklasifikasikan berdasarkan tanda, kode, dan makna yang terkandung di dalamnya, karikatur tersebut menampilkan gambar seorang manusia yang kepalanya bernebtuk seperti bola lampu. Manusia tersebut sedang duduk dan membawa sebuah kaleng seperti seorang pengemis, dan di bola lampu atau kepala tersebut terdapat tulisan PLN.
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Media dan Konstruksi Realitas, Fungsi Media, Media Internet, Internet Sebagai Media Komunikasi, Karikatur, Semiotika, Semiotik Charles Sanders Peirce, PLN.
Metode penelitian ini menggunakan metode semiotik Pierce yang terdiri dari obyek, sign dan interpretan. Unit analisis tanda yang ada dalam karikatur yang berupa gambar dan tulisan yang terdapat dalam karikatur yang dimuat di www.jawapos.co.id, kemudian diinterpretsikan dengan menggunakan ikon (icon), indeks (index), dan symbol (symbol).
Hasil penelitian ini gambar karikatur “PLN” merupakan gambar karikatur yang menggambarkan sosok seorang manusia yang kepalanya berbentuk seperti bola lampu. Manusia tersebut sedang duduk dan membawa sebuah kaleng seperti seorang pengemis, dan di bola lampu atau kepala tersebut terdapat tulisan PLN. Hal tersebut menyiratkan akan permasalahan listrik di negara ini yang memang timbul karena kurangnya perhatian yang serius dari pemerintah akan masa depan dan kesejahteran generasi negeri ini kedepan, kedengarannya memang biasa tapi dampaknya seperti krisis energi saat ini.
Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi dari karikatur ”PLN” yang terdapat pada situs www.jawapos.co.id edisi 19 November 2009 diperoleh kesimpulan bahwa memang sampai saat ini pihak PLN tidak pernah menanggapi secara serius kasus yang sangat meresahkan masyarakat, karena memang saat ini masyarakat sangat membutuhkan sekali aliran listrik tersebut untuk kebutuhan rumah tangga, akan tetapi pihak PLN juga masih sering melakukan pemadaman bergilir, padahal dilihat dari potensi yang ada di negara indonesia harusnya krisis energi listrik tersebut tidak perlu terjadi.
Kata kunci : PLN
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya, studi media massa mencakup pencarian pesan dan
makna-makna dalam materinya, karena sesungguhnya semiotika komunikasi,
seperti halnya basis studi komunikasi adalah proses komunikasi dan intinya
adalah makna. Dengan kata lain, mempelajari media adalah mempelajari
makna dari mana asalnya, seperti apa, seberapa jauh tujuannya, bagaimana ia
memasuki materi media dan bagaimana ia berkaitan dengan pemikiran kita
sendiri. (Sobur, 2006:110)
Saat ini media massa lebih menyentuh persoalan-persoalan yang
terjadi di masyarakat secara aktual, seperti harus lebih spesifik dan
proporsional dalam melihat sebuah persoalan sehingga mampu menjadi media
edukasi dan media informasi sebagaimana diharapkan oleh masyarakat.
Sebagai lembaga edukasi, media massa harus dapat memilah kepentingan
pencerahan dengan kepentingan media massa sebagai lembaga produksi,
sehingga kasus-kasus pengaburan berita dan iklan tidak harus terjadi dan
merugikan masyarakat.
Kemajuan teknologi cetak yang sangat canggih, menyebabkan hasil
cetakan berwarna menyerupai asli bahkan melebihinya. Sebagai media
transmisi, surat kabar relatif dapat mentransmisikan informasi dari sumber
berita ke khalayak dalam waktu yang cepat. Istilah real time, memiliki
keterbatasan karena processing surat kabar butuh waktu. Karena itu surat
kabar bisa terbit harian, mingguan, dua mingguan, satu bulanan dan
sebagainya. (Bungin, 2006:130)
Secara implisit kontrol sosial dapat dilakukan salah satunya adalah
dengan tampilan karikatur. Keberadaan karikatur pada surat kabar, bukan
berarti hanya melengkapi surat kabar dan memberikan hiburan selain
berita-berita utama yang disajikan. Tetapi juga dapat memberikan informasi dan
tambahan pengetahuan kepada masyarakat.
Dalam penyajiannya di media cetak, gambar karikatur adalah karya
pribadi, produk suatu keahlian seorang kartunis, baik dari segi pengetahuan,
intelektual, teknik melukis, psikologis, maupun bagaimana dia memilih tema
atau isu yang tepat. Karikatur merupakan tanggapan atau opini secara
subyektif terhadap suatu kejadian, tokoh, suatu soal, pemikiran atau pesan
tertentu. Gambar karikatur merupakan simbolic speech (komunikasi tidak
langsung) artinya bahwa penyampaian pesan yang terdapat dalam gambar
karikatur tidak dilakukan secara langsung tetapi dengan menggunakan bahasa
simbol. Dengan kata lain makna yang terkandung dalam gambar karikatur
adalah makna yang terselubung. Simbol-simbol pada gambar karikatur
tersebut merupakan simbol yang disertai maksud (signal) yang digunakan
dengan sadar oleh orang yang mengirimnya (si pengirim) dan mereka yang
menerimanya (si penerima) (Van Zoest:1996,3).
Karikatur adalah bagian kartun yang diberi muatan pesan yang
bernuansa kritik atau usulan terhadap seseorang atu sesuatu masalah. Meski
tekadang malahan tidak menghibur, bahkan dapat membuat seseorang
tersenyum kecut.
Keberadaan kartun dalam surat kabar bukan berarti hanya melengkapi
artikel atau tulisan-tulisan di surat kabar saja, tetapi juga memberikan
informasi kepada masyarakat. Banyak kejadian yang dilaporkan dalam bentuk
gambar (misalnya kartun) yang lebih efektif daripada jika diterangkan dengan
kata-kata. Karena kartun mempunyai kekuatan dan karakter yang sehingga
pembaca tertarik untuk sekedar melihat atau bahkan berusaha memahami
makna dan pesan yang terkandung dalam gambar kartun tersebut.
Kartun sendiri merupakan produk keahlian seorang kartunis, baik dari
segi pengetahuan, intelektual, teknik melukis, psikologi, cara melobi,
referensi, bacaan, maupun bagaimana tangapan atau opini secara subyektif
terhadap suatu kejadian, tokoh, suatu soal, pemikiran atau pesan tertentu.
Karena itu kita bisa mendeteksi tingkat intelektual sang kartunis dari sudut ini.
Juga cara dia mengkritik yang secara langsung membuat orang yang dikritik
justru tersenyum (Sobur, 2003:140)
Adanya pemadam bergilir yang dilakukan oleh PLN membuat kartunis
untuk menanggapinya dalam sebuah karikatur yang bergambarkan seseorang
yang memakai pakain resmi yang sedang duduk bersila dengan memegang
sebuah mangkok dan kepala lampu yang bertuliskan PLN. Tanggapan kartunis
ini berkaitan dengan pemadaman bergilir paling banyak disorot oleh
listrik sepada seluruh warga negara Indonesia, saat ini PT Perusahaan Listrik
Negara (PLN) Persero diminta segera untuk menyusun program kerja jangka
panjang, karena antisipasi masalah pemadaman bergilir yang dilakukan selama
ini dinilai hanya bersifat sementara. "PLN harus berani menjamin tak ada lagi
pemadaman bergilir agar tak lagi merugikan seluruh lapisan masyarakat," kata
Direktur Eksekutif Gerakan Masyarakat Pengawas Birokrasi (Gemawasbi)
Nopber Siregar di Jakarta, Kamis (26/11). Ia mengatakan hal itu, menanggapi
pernyataan Manager Distribusi PT PLN Distribusi Jakarta Raya dan
Tangerang W Budi Nugroho, yang mengaku tidak ada lagi pemadaman listrik
bergilir di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Pemadaman listrik bergilir saat ini
bisa dihindari, karena ada partisipasi dari pelanggan besar yang mencapai
150-200 MW. Nopber Siregar mempertanyakan pemadaman bergilir oleh PT PLN
akibat meledaknya 8 gardu induk PLN. Menurut dia, pelanggan PLN tak
memiliki kesalahan akibat peristiwa tersebut, sehingga sudah seharusnya PLN
memberikan garansi maksimal jika terjadi masalah teknis di lapangan.
Pihaknya juga prihatin, Direktur Utama PLN Fahmi Mochtar sama sekali tidak
memberikan sanksi tegas kepada jajarannya yang dianggap bertanggung jawab
atas ledakan gardu PLN. Padahal, adanya ledakan dan terbakarnya gardu PLN,
merupakan bentuk miss-management yang terjadi dalam tata-laksana
penanganan gardu.
Padahal sejak pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri yang
mencanangkan tahun 2003 sebagai tahun investasi. Namun, dalam waktu yang
hampir bersamaan, di lapangan terjadi paradoks berupa infrastruktur vital
berupa ketersediaan tenaga listrik masih memprihatinkan. Kejadian
pemadaman bergilir di beberapa kota di luar Jawa, khususnya Sumatera Barat,
Jambi, dan Riau, sampai peristiwa pemadaman listrik Bandara International
Soekarno-Hatta beberapa tahun yang lalu, yang mengakibatkan beberapa
jadwal penerbangan ditunda dan ribuan penumpang telantar, adalah kampanye
negatif terhadap iklim investasi di Indonesia.(
http://www.arsip.net/id/link.php?lh=UQQEBgJVVQ4C)
Saat diguncang krisis listrik, pemerintah kelimpungan menyiapkan
jurus penanggulangan. Mulai kebijakan tarif insentif dan disinsentif,
penerapan tarif dayamax plus, pemadaman bergilir, penerapan Pajak
Pertambahan Nilai (PPn) bagi pengguna 1300 Voltampere (Va), dan sederet
kampanye hemat energi.
Sejak adanya pemadaman listrik secara bergilir oleh PLN, operator
harus bekerja keras untuk menjaga layanan dengan pasokan listrik dari genset.
”Jujur saja, banyak menara Base Transceiver Station kita yang kena
pemadaman PLN, dan itu berpengaruh pada sinyal telepon, wilayah yang
belakangan ini paling sering terkena imbas pemadaman listrik adalah
Jabodetabek. Namun untuk wilayah wilayah Jakarta dan sekitarnya, Indosat
masih bisa menjangkau dengan menyiapkan listrik cadangan dari genset. “Saat
saja,” keluh Teguh. Ia menambahkan penggunaan genset itu telah
menyebabkan biaya operasional jadi meningkat.
Pemadaman yang dilakukan oleh pihak PLN tersebut tidak ada
informasi yang utuh sebab-musabab dari pemadaman, jadwal pemadaman, dan
kapan kepastian pemadaman itu akan berakhir. Akan tetapi, ketika konsumen
telat membayar, sekalipun hanya satu hari, aksi pemutusan langsung dilakukan
PLN. Sedangkan ketika PLN melakukan memadamkan listrik hingga
berjam-jam, bahkan berhari-hari, kompensasinya hanya 10 persen dari biaya
beban/biaya abonemen.
(http://www.koran-jakarta.com/berita-detail.php?id=37830)
Dampak adanya pemadaman bergilir yang dilakukan oleh PLN adalah
meruginya usaha-usaha milik masyarakat terutama usaha yang mengandalkan
daya listrik contohnya garmen di Sidoarjo, Jawa Timur, yang tidak dapat
beroperasi karena tidak adanya listrik. Karyawan pabrik yang berjumlah
sekitar empat ribu orang diliburkan setelah mendapat informasi dari
Perusahaan Listrik Negara (PLN) bahwa pabrik tersebut terkena pemadaman
listrik bergilir. Dengan kejadian ini otomatis pabrik menderita kerugian materi
ratusan juta rupiah. Apalagi mereka tetap membayar upah karyawan meski
tidak berproduksi. Para pengusaha juga khawatir kehilangan order karena
tidak bisa memenuhi pesanan tepat waktu. Pihak perusahaan mengaku tidak
bisa lagi menggunakan genset sebagai alternatif sumber energi listrik di
Kebijakan pemadaman listrik bergilir yang dilakukan PLN akan
mengancam proses produksi, apabila pemadaman tersebut diberikan kepada
dunia industri. Pemadaman listrik secara bergiliran yang diberlakukan PLN
bisa dilakukan secara sangat selektif, agar tidak sampai berdampak luas
terhadap proses produksi dunia industri. Sejumlah industri memang memiliki
fasilitas cadangan tenaga listrik seperti generator set (genset), tapi pasokan
listrik yang dihasilkan juga terbatas. Itu biasanya hanya untuk memasok listrik
dalam kondisi darurat. Dengan demikian, terganggunya proses produksi
tersebut juga akan menimbulkan komplain dari pihak pembeli, karena jadwal
yang tidak sesuai. Untuk itu hendaknya pemerintah memperhatikan kebijakan
energi nasional yang secara khusus mempengaruhi industri telekomunikasi
dan kehidupan masyarakat luas. Heru mengusulkan ada baiknya jika industri
telekomunikasi lebih berinisiatif untuk menggunakan sumber energi alternatif
selain listrik, misalnya solar cell.
(http://www.inilah.com/berita/teknologi/2009/12/01/195281/operator-kelimpungan- akibat-pemadaman-pln/)
Pemerintah sebaiknya melakukan pembenahan maksimal ke dalam
struktur PLN dengan model yang benar, dan bukan dengan modus politik
tertentu, langkah awal bagi Pemerintah adalah menuntaskan kasus pungutan
pelanggan yang dilakukan oleh PLN melalui CMS (Customer Management
System/pengelolaan sistem manajemen pelanggan). Hingga tagihan PLN
bulan November 2009, PLN masih mengutip pungutan sebesar Rp
Jawa Barat dan DKI Jakarta, melalui CIS-RISI (Customer Information
System-rencana induk sistem informasi). Kedua sistem yang diberlakukan
sejak 2005 itu, tidak bermanfaat apapun bagi para pelanggan PLN. Bahkan
dana yang yang dikelola PLN senilai Rp590 miliar tersebut, terbukti tidak
mampu mengatasi krisis energi yang berdampak pada pemadaman bergilir.
Untuk mengatasi masalah krisis energi, maka dimulai dari internal PLN
sendiri,
(http://www.kapanlagi.com/h/pln-tidak-ada-lagi-pemadaman-bergilir.html)
UU tentang Ketenagalistrikan mengamanatkan dengan tegas PT PLN
sebagai pengelola ketenagalistrikan wajib memasok aliran listrik ke konsumen
dengan kualitas baik dan terus-menerus. Dengan demikian, aksi pemadaman
bergilir ini merupakan kegagalan nyata PLN dan pemerintah dalam memasok
energi listrik. Lebih dari itu, pada konteks UUPK, jika konsumen dirugikan
atas layanan suatu produk barang dan jasa oleh pelaku usaha, konsumen
berhak mendapatkan kompensasi dan ganti rugi (Pasal 4).
(http://www.koran-jakarta.com/berita-detail.php?id=37830)
Sesuai dengan penelitian ini, obyek penelitian adalah media massa
digital yaitu internet (online). Berbagai macam kelebihan dapat kita peroleh
jika informasi disajikan dalam bentuk data digital. Sebagaimana dijelaskan,
kelebihan informasi digital adalah kompresi, portabilitas, dan kemudahan
mengedit dan transfer ke media elektronik lain. Kelebihan ini, dimanfaatkan
mengonlinekan data misalnya dengan menaruhnya ke suatu website atau
umumnya disebut dengan meng-upload. Setelah data tersebut di-upload, orang
lain dapat meng-aksesnya, membukanya secara bersamaan dari tempat yang
berbeda, dan meng-copy-nya (atau kita sebut download) tanpa takut data
tersebut akan habis atau sedang dipakai orang lain. Oleh karena itulah pihak
Jawa Pos mengembangkan ruang lingkup yang pada mulanya hanya
ditayangkan pada surat kabar menjadi suatu media online dengan nama
www.jawapos.co.id.
Beberapa hal yang membedakan internet dari teknologi komunikasi
yang lain adalah tingkat interaksi dan kecepatan yang dapat dinikmati
pengguna untuk menyiarkan pesannya dalam hal ini internet unggul dalam
menghimpun berbagai orang, karena jarak bukan masalah, berbagai orang dari
negara dan latar belakang yang berbeda dapat saling bergabung berdasarkan
kesamaan minat dan proyeknya. Internet pulalah yang menyebabkan
terbentuknya begitu banyak perkumpulan antara berbagai orang dan
kelompok, jenis interaksi pada skala besar ini merupakan hal yang tak
mungkin terwujud tanpa adanya internet. Perkumpulan kelompok itulah yang
akhirnya bisa membentuk “dunia maya”. Begitu besarnya pengguna internet
di dunia sehingga semakin banyak pula bermunculan situs-situs baru yang
dapat diakses oleh para pengguna internet dan mereka berlomba-lomba untuk
bisa mendapatkan user yang sebanyak-banyaknya untuk mengakses internet
Penelitian ini berusaha mengungkap pemaknaan karikatur “PLN” pada
www.jawapos.co.id melalui pendekatan teori semiotika diharapkan karikatur
mampu diklasifikasikan berdasarkan tanda, kode, dan makna yang terkandung
di dalamnya, karikatur tersebut menampilkan gambar sebuah manusia yang
kepalanya bernebtuk seperti bola lampu. Manusia tersebut sedang duduk dan
membawa sebuah kaleng seperti seorang pengemis, dan di bola lampu atau
kepala tersebut terdapat tulisan PLN.
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji
tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha
mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama
manusia.
Dengan pemilihan model semiotika Pierce yang digunakan di dalam
penelitian, karena sebagaimana pengertiannya tentang tanda – tanda dan
berbagai hal yang berhubungan dengan iklan, cara berfungsi, hubungannya
dengan tanda – tanda lain, pengiriman dan penerimaan pesan, serta cara
mengkomunikasikannya.
Peneliti tertarik menggunakan semiotika Pierce karena memang
analisis yang digunakan tentang esensi tanda mengarah pada pembuktian
bahawa setiap tanda ditentukan oleh obyeknya. Pertama dengan mengikuti
sebuah obyek, ketika kita menyebut tanda sebuah ikon. Kedua, menjadi
kenyataan dan keberadaannya berkaitan denganobyek individual, ketika kita
bahwa hal itu dinterpretasikan sebagai obyek denotatif sebagai akibat dari
suatu kebiasaan ketika kita menyebut tanda sebuah simbol (Sobur, 2006:35).
Peneliti memilih Jawa Pos karena merupakan salah satu media yang
memberikan porsi untuk mengkritik secara lebih bebas. Media Jawa Pos
merupakan salah satu saluran komunikasi politik dan hiburan di Indonesia
selama era reformasi. Di samping menggunakan bahasa tulis sebagai media
utama penyampaian informasi, juga dapat digunakan dengan memakai gambar
kartun. Sebagai koran nasional, peredaran Jawa Pos meliputi hampir seluruh
kota di Indonesia, dan selalu menjadi market leader, dengan adanya penelitian
ini membawa manfaat untuk pembaca bahwa memang PLN terpaksa
melakukan pemadaman bergilir akibat keterlambatan pasokan BBM di
beberapa pembangkit besar. Akibat keterlambatan pasokan BBM di
pembangkit-pembangkit besar tersebut, maka terjadi defisit daya sampai 800
Mega Watt (MW). Defisit itu kemudian dibagi antara distribusi Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali. Jatim mendapat jatah 260 MW.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang
pemaknaan karikatur ”PLN” Pada www.jawapos.co.id.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka perumusan masalah dalam penelitian
ini adalah bagaimanakah pemaknaan karikatur ”PLN” Pada
1.3. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan
dalam penelitian ini adalah pemaknaan karikatur ”PLN” Pada
www.jawapos.co.id.
1.4. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan praktis
Diharapkan dapat menjadi kerangka acuan bagi pihak Editor untuk
menghasilkan karikatur yang lebih inovatif dan variatif dalam
menggambarkan realitas kehidupan, cermin budaya masyarakat,
sehingga mudah dipahami oleh masyarakat.
2. Kegunaan teoritis
Sebagai bahan acuan serta menambah referensi perpustakaan khususnya
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Media Massa adalah sarana untuk menyampaikan isi pesan atau
Informasi yang bersifat umum, kepada sejumlah orang yang jumlahnya relatif
besar, perhatiannya terpusat pada isi pesan yang sama, yaitu Pesan dari Media
Massa yang sama, dan tidak dapat memberikan arus balik secara langsung
pada saat itu juga. Media Massa harus diterbitkan atau disiarkan disiarkan
secara Periodik, isi pesan harus bersifat umum menyangkut semua
permasalahannya, mengutamakan aktualitas, dan disajikan secara
berkesinambungan. Termasuk dalam golongan ini adalah Surat Kabar,
Majalah, Radio, Televisi, Film Dan internet. (Wahyudi, 1996:35).
2.1.1. Media dan Konstruksi Realitas
Isi media merupakan hasil para pekerja dalam mengkonstruksi
berbagai realitas yang dipilihnya untuk dijadikan sebagai sebuah berita,
diantaranya realitas politik. Disebabkan sifat dan faktanya bahwa pekerja
media massa adalah menceritakan peristiwa-peristiwa, maka dapat dikatakan
bahwa seluruh isi media adalah realitas yang dikonstruksi (Constructed
Reality). Pembuatan berita di media pada dasarnya tak lebih dari penyusunan
realitas-realitas hingga membentuk sebuah cerita (Tuchman dalam Sobur,
2001: 83).
Media seringkali disebut sebagian the fourth estate (kekuatan
keempat) dalam kehidupan sosial-ekonomi dan politik. Hal ini terutama
disebabkan oleh suatu persepsi tentang peran yang dapat dimainkan oleh
media dalam kaitannya dengan pengembangan kehidupan sosial-ekonomi dan
politik masyarakat.
Sebagai suatu alat untuk menyampaikan berita, penilaian, atau
gambaran umum tentang banyak hal, ia mempunyai kemampuan untuk
berperan sebagai institusi yang dapat membantuk opini publik, anatar lain,
karena media juga dapat berkembang menjadi kelompok penekan atas suatu
ide atau gagasan, dan bahkan suatu kepentingan atau citra yang ia
representasikan untuk diletakkan dalam konteks kehidupan yang alebih
empiris.
Isi media pada hakikatnya adalah hasil konstruksi realitas dengan
menggunakan bahwa sebagai perangkatnya. Sedangkan bahasa bukan hanya
sebagai alat realitas, namun juga menentukan relief seperti apa yang
diciptakan oleh bahasa tentang realitas. Akibatnya media massa memiliki
peluang yang sangat besar untuk mempengaruhi gambar yang dihasilkan dari
realitas yang dikonstruksikannya (Sobur, 2001: 88).
Setiap upaya “menceritakan” sebuah, peristiwa, keadaan, benda, atau
apapun, pada hakikatnya adalah usaha mengkonstruksikan realitas. Begitu
pula dengan profesi wartawan. Pekerjaan utama wartawan adalah
selalu terlibat dengan usaha-usaha mengkonstruksikan realitas, yakni
menyusun fakta yang dikumpulkannya ke dalam suatu bentuk laporan
jurnalistik berupa berita (News), karangan khas (Feature), atau gabungan
keduanya (News Feature). Dengan demikian berita pada dasarnya adalah
realitas yang telah dikonstruksikan (Constructed Reality).
Penggunaan bahwa tertentu jelas berimplikasi terhadap kemunculan
makna tertentu. Pilihan kata dan cara penyajian suatu realitas turut
menentukan bentuk konstruksi realitas yang sekaligus menentukan makna
yang muncul darinya. Bahkan menurut Hamad dalam Sobur (2001: 90)
bahwa bukan cuma mampu mencerminkan realitas, tetapi sekaligus
menciptakan realitas.
Dalam pandangan konstruksionis, media dilihat bukanlah sekedar
saluran yang bebas, ia juga subyek yang mengkonstruksikan realitas, lengkap
dengan pandangan, bias, dan pemihakannya. Media bukan hanya memilih
peristiwa dan menentukan sumber berita, melainkan juga berperan dalam
mendefinisikan aktor dan peristiwa, lewat bahasa, lewat pemberitaan pula,
media dapat membingkai dengan bingkai tertentu yang pada akhirnya
menentukan bagaimana khalayak harus melihat dan memahami peristiwa
dalam kacamata tertentu (Eriyanto, 2004: 24).
Dalam rekonstruksi realitas, bahasa dapat dikatakan sebagai unsur
dapat dikatakan bahwa bahasa adalah alat konseptualisasi dan alat narasi
media (Sobur, 2001:91).
2.1.2. Fungsi Media
Media sesungguhnya berada di tengah realitas sosial yang sarat
dengan berbagai kepentingan, konflik, dan fakta yang kompleks dan beragam.
Louis Althusser (1971) dalam Sobur (2006:30) menulis bahwa media, dalam
hubungannya dengan kekuasaan, menempati posisi strategis, terutama karena
anggapan kan kemampuannya sebagai sarana legitimasi. Media massa
sebagaimana lembaga-lembaga pendidikan, agama, seni, dan kebudayaan,
merupakan bagian dari alat kekuasaan negara yang bekerja secara ideologis
guna membangun kepatuhan khalayak kelompok yang berkuasa (ideological
states oparatus).
Media massa bukan sesuatu yang independen tetapi memiliki
keterkaitan dengan realitas sosial. Jelasnya, ada berbagai kepentingan yang
bermain di media massa. Disamping kepentingan antara masyarakat dan
negara, dalam diri media massa juga terselubung kepentingan yang lain:
misalnya kepentingan kapitalisme pemilik modal, kepentingan
keberlangsungan lapangan kerja bagi para karyawan dan sebagainya. Dalam
kondisi dan posisi seperti ini, media massa tidak mungkin berdiri di
tengah-tengah, dia akan bergerak dinamis di antara pusaran-pusaran kepentingan
yang sedang bermain. Kenyataan inilah yang menyebabkan bias berita di
Media seringkali disebut sebagian the fourth estate (kekuatan
keempat) dalam kehidupan sosial-ekonomi dan politik. Hal ini terutama
disebabkan oleh suatu persepsi tentang peran yang dapat dimainkan oleh
media dalam kaitannya dengan pengembangan kehidupan sosial-ekonomi dan
politik masyarakat.
Sehubungan dengan hal tersebut, sebenarnya media berada pada posisi
yang mendua, dalam pengertian bahwa ia dapat memberikan
pengaruh-pengaruh ”positif” maupun ”negatif”. Tentu saja, atribut-atribut normatif ini
bersifat sangat relatif, bergantung pada dimensi kepentingan yang diawali.
(Sobur, 2006:31)
Sebagai suatu alat untuk menyampaikan berita, penilaian, atau
gambaran umum tentang banyak hal, ia mempunyai kemampuan untuk
berperan sebagai institusi yang dapat membantuk opini publik, anatar lain,
karena media juga dapat berkembang menjadi kelompok penekan atas suatu
ide atau gagasan, dan bahkan suatu kepentingan atau citra yang ia
representasikan untuk diletakkan dalam konteks kehidupan yang alebih
empiris.
Kalau kita mengacu pada berbagai ketentuan atau aturan hukum
(termasuk GBHN) tentang media massa, akan nampak jelas bahwa media
massa diberi tugas, kewajiban, ataupun fungsi formal untuk melestarikan
nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Senada dengan itu, teori-teori
komunikasi juga diperkenalkan kepada kita tentang fungsi kemasyarakatan
tangan para orangtua dan guru-guru sekolah. Kini, media massa juga semakin
banyak melakukan transformasi sosial seperti itu. Media penyiaran, surat
kabar, film, novel-novel, dan bentuk komunikasi lain menciptakan kerangka
berpikir yang sama bagi semua warga masyarakat. Media massa meneruskan
pengetahuan serta nilai-nilai dari generasi terdahulu. (Sobur, 2006:31)
Di dalam masyarakat modern manapun, media memainkan peran
penting untuk perkembangan politik masyarakatnya. Pers kerap disebut-sebut
sebagai salah satu pilar demokrasi. Kebebasan berekspresi dan
menyampaikan informasi merupakan dasar penting untuk sistem demokratis
dan telah dikukuhkan dalam semua dokumen hak asasi manusia yang
dileuarkan setelah Perang Dunia Kedua.
2.1.3. Media Internet
Internet adalah bentuk konvergensi dari beberapa teknologi penting
terdahulu seperti komputer (dengan berbagai varian manfaat), televisi, radio
dan telepon. Internet telah berkembang menjadi sebuah teknologi yang tidak
saja mampu mentransmisikan berbagai informasi, namun juga telah mampu
menciptakan dunia baru dalam realitas kehidupan manusia, yaitu sebuah
realitas materialistis yang tercipta dalam dunia maya.
Internet sendiri berasal dari kata International Networking, yang
maksudnya adalah dua komputer atau lebih yang saling berhubungan
kemudian membentuk jaringan komputer hingga meliputi jutaan komputer di
dunia (internasional), yang saling berinteraksi dan juga saling bertukar
adalah sebuah perpustakaan besar yang didalamnya terdapat jutaan (bahkan
milyaran) informasi atau data yang dapat berupa teks, grafik, audio maupun
animasi dan lain lain dalam bentuk media elektronik. Semua orang bisa
berkunjung ke perpustakaan tersebut kapan saja serta dari mana saja, jika
dilihat dari segi komunikasi, internet adalah sarana yang sangat efektif dan
efesien untuk melakukan pertukaran informasi jarak jauh maupun jarak dekat,
seperti di dalam lingkungan perkantoran, tempat pendidikan, atapun instansi
terkait. Pada awalnya internet adalah suatu jarangan komputer yang dibentuk
oleh Departemen Amerika Serikat pada awal tahun 60 an, pada waktu itu
mereka mendemonstrasikan bagaimana dengan hardware dan software
komputer berbabis UNIX bisa melakukan komunikasi dalam jarak yang tidak
terhingga melalui saluran telepon.
(http://belajar-komputer-mu.com/pengertian-internet/)
Dulunya internet dikenal sebagai suatu wadah bagi para peneliti untuk
saling bertukar informasi yang kemudian dimanfaatkan oleh perusahaan
komersil sebagai sarana bisnis mereka, dan pada saat ini pengguna internet
tersebar di seluruh dunia telah mencapai jumlah lebih dari dua ratus lima
puluh juta orang, dan jumlah itu masih akan terus bertambah lagi.
Bertambahnya jumlah pengguna akses internet tersebut memang sangat wajar
sekali, saat ini internet bukan hanya digunakan sebagai sarana komunikasi
atau pun sarana mencari informasi saja, tetapi juga telah digunakan sebagai
sarana untuk mencari uang. Harga tarif akses internet pun saat ini juga telah
pengguna akses internet pun bukan hanya orang yang berada di wilayah
perkotaan saja, orang yang tinggal di pedesaan pun juga dapat mengakses
internet.
2.1.3.1. Definisi Internet
Pada zaman dahulu, media yang digunakan untuk menyimpan
informasi sangatlah terbatas. Tulang, papirus, batu tulis, tanah liat, dan kulit
binatang adalah contohnya. Tentunya media yang dipakai pada saat itu
kurang efektif dan efisien, terutama dari segi portabilitas. Ketika ditemukan
kertas dan sistem percetakan, informasi dapat dibuat, disimpan, kemudian
disampaikan secara lebih efektif dan efisien. Kemajuan pesat dialami umat
manusia ketika akhirnya muncul media elektronik. Radio, televisi, dan yang
terakhir internet. Dengan munculnya media elektronik tersebut, bentuk
informasipun mengalami perubahan format. Dari bentuk analog ke bentuk
digital. Bentuk digital dapat kita artikan sebagai bentuk ‘abstrak dan tak
terlihat’. Berbeda dengan informasi analog yang sifatnya kontinyu, informasi
digital dicirikan dari representasinya dalam bentuk diskontinyu. Media
penyimpanan data digital sangat beragam tergantung kebutuhan. Bisa berupa
Harddisk, CD, DVD, disket, Flashdisk, memori card, atau yang lain.
Saat ini perkembangan informasi sudah sangat maju pesat salah
satunya melalui Internet (inter-network) dapat diartikan jaringan computer
luas yang menghubungkan pemakai computer satu computer dengan
computer lainnya dan dapat berhubungan dengan computer dari suatu Negara
ragam informasi Fasilitas layanan internet Browsing atau surfing Yaitu
kegiatan “berselancar” di internet .kegiatan ini dapat di analogikan layaknya
berjalan – jalan di mal sambil melihat –lihat ke took-tokotanpa membeli
apapun. (http://id.shvoong.com/books/1901179-pengertian-internet/)
Elektronik mail (E-mail) Fasilitas ini digunakan untuk berkirim surat
dengan orang lain ,tanpa mengenal batas, waktu, ruang bahkan birokrasi
Searching yaitu kegiatan mencari data atau informasi tertentu di internet
Catting fasilitas ini digunakan untuk berkomunikasi secara langsung dengan
orang lain di internet.pada umumnya fasilitas ini sering digunakan untuk
bercakap-cakap atau ngobrol di internet world wide web (WWW) dengan
world wide web (WWW) ini anda dapat mengambil, memformat ,dan
menampilkan informasi (termasuk teks ,audio, grafik dan video) dengan
menggunakan hypertekxt links Mailing list Fasilitas ini digunakan untuk
berdiskusi secara elektronik dengan menggunakan E-mail.mailing list ini
digunakan untuk bertukar infomasi, pendapat dan lain sebagainya.
Newsgroup Fasilitad ini digunakan untuk berkoferensi jarak jauh, sehingga
anda dapatmenyampaikan pendapat dan tanggapan dalam internet.
Download adalah proses mengambil file dari computer lain melalui
internet ke komputer kita. Upload Adalah proses meletakkan file dari
computer kita ke computer lain melalui internet File transfer protocol (FTP)
Fasilitas ini digunakan untuk melakukan pengambilan arsip atau file secara
elektroniok atau transfer file dari satu computer ke computer lain di internet
diduplikat oleh orang lain secara gratis . Telnet fasilitas ini digunakan untuk
masuk ke system computer tertentu dan bekerja pada system komputer lain.
Ghoper Fasilitas ini digunakan untuk menempatkan informasi yang di simpan
pada internet servers dengan menggunakan hirarkhi dan anda dapat
mengambil informasi tersebut
(http://id.shvoong.com/books/1901179-pengertian-internet/)
2.1.3.2. Internet Sebagai Media Komunikasi
Melakukan komunikasi menggunakan internet, beberapa literatur
membedakannya menjadi dua jenis komunikasi yaitu, asynchronous dan
synchronous communication serta on line broadcast communications.
Asynchronous communication adalah komunikasi melalui media internet
dengan pengirim dan penyampai pesan dalam berinteraksi tidak berada pada
kedudukan tempat dan waktu yang sama, namun pesan tetap sampai pada
tujuan/sasaran (penerima). Jenis komunikasi ini diwakili oleh fasilitas
electronic mail. Dalam melakukan komunikasi melalui e-mail antara
pengirim pesan dengan penerima pesan kemungkinan besar tidak berada pada
tempat dan waktu yang bersamaan. Pesan yang dikirim harus melalui suatu
rute transmisi sebelum sampai pada alamat penerima. Dengan demikian pesan
tidak langsung sampai tapi mengalami jeda waktu yang relatif singkat dengan
ukuran maksimal dalam ukuran jam. Sedangkan synchronous communication
adalah komunikasi melalui internet dengan interaksi yang bersamaan
waktunya. Jenis komunikasi bermedia internet ini diwakili oleh fasilitas
yang disampaikan dan diterima seketika seolah-olah sebagai percakapan dan
sama dengan komunikasi interpersonal.
Media internet sekarang digemari oleh masyarakat karena melalui
media internet masyarakat bisa mencari informasi yang mereka butuhkan dan
melalui internet juga kita juga bisa menjalin hubungan dengan teman atau
kerabat yang jauh sehingga pada jaman sekarang manusia sangat
membutuhkan media internet sebagai penyambung informasi yang mereka
butuhkan. Aktivitas paling padat dalam dunia maya adalah gagasan
membangun pemerintahan maya dengan menggunakan konsep office,
e-confrence, e-maol, e-fax, e-file, dan sebagainya serta melakukan aktivitas
komersial sebagai konsekuensi lain perkembangan market dalam masyarakat
maya. Salah satu hal yang memacu gagasan membangun e-goverment adalah
kemampuan teknologi Internet membangun jaringan – jaringan intra maupun
antar server, baik dalam lokal-lokal sebuah perusahaan maupun server-server
yang dikoneksikan antar perusahaan satu dengan perusahaan lainnya (Bungin,
2006: 174-175)
On line broadcast communication merupakan istilah komunikasi yang
dilakukan melalui fasilitas web. Meskipun bentuknya berbeda dengan materi
dan fisik media broadcast klasik lainnya, namun web memiliki syarat untuk
menjadi media massa yaitu memiliki unsur universalitas dan periodisasi.
Perbedaan komunikasi bermedia internet dengan tipe komunikasi lainnya
adalah komunikasi on line bersifat tidak tetap dan sesaat serta fleksibel
artinya secara mudah dapat berinterkasi dengan user lain pada waktu tertentu,
kemudian pada lain waktu tidak pernah berhubungan lagi. Sedangkan tipe
secara fisik, yang memungkinkan terjadinya perjumpaan secara kontinyu atau
berkelanjutan. (http://edwi.dosen.upnyk.ac.id/Internet as media.pdf)
Dalam hal hubungan dengan luar negeri, dengan konsep e-goverment
ini akan memudahkan para pimpinan dunia bertemu dalam waktu yang sangat
cepat serta sangat efisien, karena kepala-kepala negara tersebut tidak perlu
bertemu secara nyata, karena mereka dapat menggunakan fasilitas yang dapat
membuat mereka bertemu dalam sebuah tempat (maya). Gagasan ini akan
menghemat dana bermiliar-miliar dollar Amerika untuk kunjungan luar
negeri yang selama ini dilakukan oleh pejabat-pejabat negara dan kepala
pemerintahan di dunia, dana tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan
devisa negara-negara di dunia serta dapat meningkatkan efisiensi kerja yang
sangat signifikan bagi kepala – kepala pemerintahan di dunia untuk
mempercepat membangun masa depan kesejahteraan negaranya.
Selain aplikasi tersebut, dalam internet berkembang berbagai program
lain yang intinya menjadi aplikasi komunikasi antar sesama masyarakat
maya. Terutama yang ada hubungan dengan hubungan-hubungan
transaksional mereka satu sama lainnya.
1. E-commerce
E-commerce digunakan untuk mendukung kegiatan pembelian dan
penjualan, pemasaran produk, jasa dan informasi melalui internet atau
extranet. E-commerce umumnya dikelompokkan menjadi dua buah
kategori yakni business to business (B2B) dan business to consumer
(B2C). pada perkembangan terakhir juga muncul jenis hubungan yang
Pada perkembangan terakhir juga muncul jenis hubungan yang disebut
consumer to consumer (C2C) dan consumer to business (C2B).
2. E-intermediary
Sehubungan dengan penggunaan E-commerce untuk mendukung
perdagangan melalui internet, muncul pula perantara yang berbasis
internet dan dikenal dengan sebutan e-intermediary (Ebert dan Griffin
dalam Kadir, 2003:384).
3. Teknologi Web
Internet dioperasikan antara lain melalui aplikasi web. Sehingga
seseorang bisa memiliki sebuah ruang dalam dunia maya. Web ini
diibaratkan seperti rumah seseorang yang dapat ditempati sendiri atau
ditempati bersama-sama dengan orang lain. Dengan memiliki web berarti
seseorang memiliki alamat di internet. Dari sisi teknologi yang
digunakan untuk membentuk web, terdapat dua macam pengelompokkan
yaitu teknologi pada sisi klien (client-side technology) dan teknologi
pada sisi server (server side technology). Dalam aplikasinya, klien dan
server berinteraksi dengan kewajiban mereka masing-masing.
Dalam banyak hal controlling, penjenjangan karier, pelaporan,
pengarsipan dan aktivitas e-goverment telah dilakukan di berbagai kantor dan
kegiatan pemerintahan lainnya, sedangkan di dalam dunia komersial, semua
aktivitas dapat dilakukan dalam dunia maya. Seperti pasar, pembeli, pialang,
nasabah dapat dilakukan dalam dunia maya dengan konsep – konsep tanpa
batas. (Bungin, 2006: 176)
Dewasa ini internet telah menjadi media yang diperhitungkan untuk
web atau website sebagai media promosi dan komunikasi dengan konsumen.
Internet membantu perusahaan dalam membangun hubungan merek yang
lebih kuat dengan konsumen, karyawan serta berbagai pemangku kepentingan
(stakeholders) lainnya melalui kekuatan komunikasi dua arah. Banyak
perusahaan yang terdorong untuk memberikan perhatian lebih besar kepada
internet seiring dengan semakin meningkatnya tuntutan konsumen untuk
melakukan komunikasi dua arah. Tuntutan konsumen terkadang
menimbulkan masalah bagi perusahaan yaitu bagaimana mengatasi dan
mengelola komunikasi dua arah ini, salah satunya yang ada pada
www.jawapos.co.id, sebuah situs dari media massa Jawa Pos yang berisi
ringkasan dari media cetak tersebut, selain itu dalam situs www.jawapos.co.id
memuat banyak berita tentang politik, sosial ataupun yang berkaitan dengan
masalah sosial yang terjadi sekarang.
Perusahaan dapat menggunakan website untuk mendapatkan data
pelanggan dengan cara menawarkan sampel produk gratis kepada mereka
yang bersedia mengirimkan data dirinya seperti nama, alamat, e-mail, dan
sebagainya kepada perusahaan. Untuk lebih menarik pengunjung, perusahaan
dapat menyediakan artikel mengenai berbagai informasi atau tips yang terkait
dengan produk yang ditawarkan.
2.1.4. Karikatur
Karikatur adalah deformasi berlebihan atas wajah seseorang, biasanya
orang terkenal, dengan “mempercantiknya” dengan penggambaran ciri khas
Secara etimologis, karikatur berasal dari bahasa Italia, caricare,
artinya melebih-lebihkan. Kata caricare itu sendiri dipengaruhi kata
carattere, juga bahasa Italia, yang berarti karakter dan kata cara bahasa
Spanyol yang berarti wajah. Menurut Lukman (1989) dalam Sumadiria
(2005:8), perkataan karikatur mulai digunakan untuk pertama kalinya oleh
Mossini, orang Perancis, dalam sebuah karyanya yang berjudul Diverse
Figure. Sedangkan orang yang pertama memperkenalkan kata caricature
adalah Lorenzo Bernini adalah seorang pemahat patung pada zaman
Renaissance. Dengan demikian, secara estimologis karikatur adalah gambar
wajah dan karakteristik seseorang yang diekspresikan secara berlebih-lebihan.
Senada dengan Sudarta, Pramono berpendapat bahwa sebetulnya
karikatur adalah bagian dari kartun opini, tetapi kemudian menjadi salah
kaprah. Karikatur yang sudah diberi beban pesan, kritik, dan sebagainya
berarti telah menjadi kartun opini. Dengan kata lain, kartun yang membawa
pesan kritik sosial, yang muncul di setiap penerbitan surat kabar adlaah
political cartoon atau aditorial cartoon, yakni versi lain dari editorial, atau
tajuk rencana dalam versi gambar humor. Inilah yang disebut sebagai
karikatur. (Sudarta, 1987 dalam Sobur, 2006:139)
Dalam Encyclopedia of The Art dijelaskan, karikatur merupakan
representasi sikap atau karakter seseorang dengan cara melebih-lebihkan
sehingga melahirkan kelucuan. Karikatur juga sering dipakai sebagai sarana
kritik sosial dan politik. (Sumandiria, 2005:8)
Secara singkat karikatur dapat diartikan sebagai bagian dari kartun
yang diberi muatan pesan yang bermuatan kritik atau usulan terhadap
karikatur merupakan kartun satire yang terkadang malahan tidak menghibur,
bahkan dapat membuat seseorang tersenyum kecut (Pramoedjo, 2008 : 13)
Karikatur sebenarya memilki arti sebagai gambar wajah yang
didistorsikan, diplesetkan, atau dipeletotkan secara karakteristik tanpa
bermaksud melecehkan si pemilik wajah. Seni memeletotkan wajah ini sudah
berkembang sejak abad ke – 17 di Eropa, Inggris dan sampai ke Amerika
bersamaan dengan perkembangan media cetak pada masa itu.
Karikatur adalah gambar olok-olok yang mengandung pesan, sindiran,
dan sebagainya yang dibuat dengan cara melebih-lebihkan gambaran
seseorang atau sesuatu dengan tetap mempertahankan kemiripan visual
dengan orang atau benda aslinya. Isi karikatur bisa berupa sindiran atau
pujian dan dapat pula dimaksudkan untuk tujuan politis atau dibuat
semata-mata untuk hiburan. Karikatur politik biasa ditemukan di kartun editorial,
sementara karikatur selebriti sering ditemukan di majalah hiburan.(
http://id.wikipedia.org/wiki/Karikatur)
Dalam perkembangannya, sesuai dengan dinamika persoalan yang
dihadapi dan diliput pers, karikatur tidak hanya menunjuk kepada gambar
wajah seseorang yang dilebih-lebihkan. Karikatur juga mencakup semua
peristiwa yang terjadi, diliput, dan menjadi sorotan pers. Ia bahkan termasuk
karya seni grafis. Seperti ditegaskan karikaturis terkemuka GM Sudarta
dalam salah satu makalahnya, karikatur adalah termasuk seni grafis, yaitu
suatu cabang dari bentuk seni lukis. Dalam penyajiannya dituntut pula akan
selera indah sebagaimana hasil seni. Ini penting, karena ide yang
bagaimanapun kuatnya akan berkurang nilainya apabila tidak didukung oleh
dituntut selera komposisi untuk membuat gambar yang enak dipandang.
(Sumandiria, 2005:9)
Menggambar karikatur termasuk proses kreatif seorang ahli grafis
sekaligus seorang jurnalis. Sebagai ahli grafis, ia harus dapat menyajikan
gambar yang memenuhi kaidah komposisi gradasi, dan aksentuasi secara
tajam dan serasi. Sebagai jurnalis, ia pandai memilih topik yang sedang
aktual, menyangkut kepentingan masyarakat umum, dan mengemasnya dalam
paduan gambar serta kata-kata yang singkat, lugas, sederhana.
Secara teknis jurnalistik, karikatur diartikan sebagai opini redaksi
media dalam bentuk gambar yang sarat dengan muatan kritik sosial dengan
memasukkan unsur kelucuan, anekdot, atau humor agar siapa pun yang
melihatnya bisa tersenyum, termasuk tokoh atau objek yang dikarikaturkan
itu sendiri. (Sumandiria, 2005:9)
Sebuah karikatur dikatakan efektif apabila karikatur itu telah
menjalankan fungsinya, yakni karikatur harus membuat senyum untuk semua.
Senyum untuk yang dikritik agar tidak marah, senyum untuk masyarakat yang
merasa terwakili aspirasinya, dan senyum untuk sang karikaturis karena tidak
terjadi apa-apa. (Sumandiria, 2005:9)
Tentang sifat karikatur, karikatur dapat dibagi menjadi tiga macam:
karikatur orang-pribadi, karikatur sosial, dan karikatur politik. Karikatur
orang-pribadi menggambarkan seseorang (biasanya tokoh yang dikenal)
dengan mengekspose ciri-cirinya dalam bentuk wajah ataupun
kebiasaannya—tanpa objek lain atau situasi di sekelilingnya—secara
karikatural. Karikatur sosial sudah tentu mengemukakan dan menggambarkan
Karikatur politik menggambarkan suatu situasi politik sedemikian rupa agar
kita dapat melihatnya dari segi humor dengan menampilkan para tokoh
politik di atas panggung dan mementaskannya dengan lucu.
2.1.5. Bola Lampu
Thomas Alfa Edison melakukan ribuan kali percobaan untuk
menciptakan bola lampu pijar. Bola lampu supaya dapat menyala harus dialiri
listrik yang bersifat positif dan negatif. Dalam bola lampu terdapat komponen
berupa dua buah kawat yang pada kedua bagian ujungnya dihubungkan ke
sirkuit listrik. Kedua kawat tersebut dihubungkan oleh sebuah filamen
berbentuk gulungan kumparan. Kawat dan filamen ini diselubungi oleh bola
kaca pada ruangan hampa yang didalamnya dipenuhi gas argon, neon,
nitrogen (inert gas). Inert gas ini bertekanan rendah dan tidak dapat
menghantarkan listrik. Ketika lampu dinyalakan, arus listrik akan melewati
kawat penghubung menuju filamen, dan listrik akan memanaskan atom-atom
yang terdapat pada filamen. Atom-atom ini jika dipanaskan pada temperatur
tertentu akan menghasilkan sinar infrared, dan sinar / cahaya muncul pada
gulungan filamen diantara dua kawat positif-negatif.
Teori dari Edison tersebut juga berkaitan dengan teori yang menjadi
tujuan akhir agama hindu yakni untuk mencapai moksa. Moksa berarti
kebahagiaan yang kekal abadi, artinya terbebas dari siklus reinkarnasi,
terbebas dari pengaruh nafsu material, dan terbebas dari suka-duka. Ketika
manusia mencapai moksa maka bisa dikatakan ia telah menjadi dewa. Dewa
di dunia selalu berada pada dua kutub yang berbeda, positif-negatif,
suka-duka, baik-buruk, lahir-mati, dst. Untuk dapat menyatu dengan sinar suci
Tuhan, manusia harus mampu melepaskan diri dari ikatan positif-negatif
tersebut. Artinya kejadian apapun yang dialaminya, tidak akan menimbulkan
reaksi positif maupun negatif, tetapi berada diantaranya. Orang yang berlatih
yoga atau meditasi dapat merasakan hal ini. Ketika bermeditasi, pikiran
berada pada satu fokus perhatian sehingga pikiran dan badan dapat
beristirahat total. Saat itu yang ada hanyalah kehampaan, ketenangan, dan itu
bukanlah sifat material yang positif maupun negatif. Ketika kondisi itu
tercapai badan akan terasa hangat. Konon, jika saat meninggal kita mampu
mencapai kondisi tersebut, maka kita akan mampu menyatu dengan cahaya /
sinar suci Tuhan.
http://komangwiratma.web.id/2009/09/tujuan-hindu-vs-teori-bola-lampu/
Korelasi dari dua teori tersebut adalah ketika gas dalam bola lampu
untuk mencegah agar filamen tidak terbakar dan putus, begitu pula ketika
bermeditasi agar hubungan dengan Sang Pencipta tidak terputus ada baiknya
pikiran keduniawian (nafsu) dikosongkan agar meditasi tidak ‘terbakar’ dan
terpancar cahaya menerangi kehidupan ini.
2.1.6. Mangkok
Mangkuk atau Mangkok adalah alat makan yang berbentuk cekung, di
mana makanan diletakkan, terbuat dari porselen, batu, plastik, logam, atau
gelas. Bentuknya yang lebih cekung dari pada piring menyebabkan mangkuk
tumpah). Kadang-kadang kayu juga digunakan. Ada juga mangkuk yang
berfungsi sebagai penghias ruangan, biasanya berupa mangkuk yang banyak
hiasannya atau berbahan logam mulia atau batu mulia. Mangkuk juga ada
bermacam-macam ukuran. Untuk mangkuk sekali pakai biasanya digunakan
bahan dari kertas atau styrofoam.http://id.wikipedia.org/wiki/Mangkuk
Mangkuk yang secara fisik dapat dikatakan tidak memiliki makna
penting dalam kehidupan, ternyata menjadi sumber sejarah besar dalam
sejarah manusia. Hal tersebut terbukti sejak Kepingan-kepingan tembikar
yang baru-baru ini ditemukan oleh para pakar ilmu purbakala di Gua
Yuchanyan di Cina telah sekali lagi merobohkan pemikiran evolusionis
mengenai sejarah. Menurut sebuah laporan di BBC News, usia
pecahan-pecahan tersebut yang telah ditentukan dengan menggunakan 40 macam
teknik Karbon-14 yang berbeda berkisar antara 17.500 dan 18.300 tahun.
Keberadaan periuk setua itu merupakan sebuah kekalahan penuh, dalam
istilah evolusinis, karena mereka menyatakan bahwa manusia memulai
kehidupan beradab dan menetap pada masa yang mereka sebut sebagai
Zaman Batu. Evolusonis menyatakan bahwa manusia pertama adalah
makhluk setengah-kera yang bentuk tubuh dan kemampuan akalnya
berkembang seiring dengan perjalanan waktu, bahwa mereka mendapatkan
keterampilan baru, dan bahwa peradaban berevolusi disebabkan oleh hal
tersebut.
Menurut pernyataan ini, yang didasarkan pada ketiadaan bukti ilmiah
sebagai binatang, lalu menjadi beradab hanya setelah mereka menjadi
manusia, dan menunjukkan kemajuan budaya seiring dengan bertambah
majunya kemampuan akal mereka.Gambar-gambar khayalan dari apa yang
disebut sebagai Manusia purba, dengan tubuh yang seluruhnya tertutupi bulu
binatang, atau sedang membuat api sembari jongkok di bawah kulit binatang,
tengah berjalan di sepanjang tepi wilayah perairan sembari memanggul
hewan yang baru saja dibunuh, atau sedang berusaha berkomunikasi dengan
sesamanya menggunakan gerakan isyarat dan bersungut-sungut, adalah
gambar rekayasa yang dilandaskan pada pernyataan tidak ilmiah ini.
Namun, temuan-temuan purbakala yang dihasilkan hingga kini dari
Zaman Batu, di mana evolusionis menyatakan bahwa “manusia waktu itu
baru saja belajar berbicara”, menunjukkan bahwa manusia di masa itu sudah
menjalani hidup berkeluarga, melakukan bedah otak dan memahami seni
lukis dan musik. Oleh karena serpihan periuk berusia sekitar 18.000 tahun
yang ditemukan di Gua Yuchanyan di Cina juga menampakkan tanda-tanda
kehidupan yang berperadaban, maka ini pun membantah “urutan
zaman-zaman sejarah” karangan evolusonis. Kepingan-kepingan mangkuk ini, yang
usianya ditetapkan antara 17.500 dan 18.300 tahun, adalah sisa-sisa
peninggalan tembikar tertua yang pernah ditemukan. Menurut pernyataan
evolusionis, manusia semestinya belum menjalani hidup menetap di masa
yang disebut sebagai Zaman Batu, dan mestinya hidup di gua-gua sebagai
Akan tetapi temuan-temuan purbakala secara ilmiah membuktikan
justru sebaliknya. Pecahan-pecahan barang yang terbuat dari tanah liat yang
ditemukan di Gua Yuchanyan itu secara telak menyingkap ketidakabsahan
pernyataan evolusonis, yang sejatinya tidak lebih dari khayalan. Biji-bijian
padi juga ditemukan di gua yang sama di tahun 2005. Secara keseluruhan,
temuan-temuan ini menunjukkan bahwa manusia yang hidup 18.000 tahun
lalu telah bertani dan hidup berperadaban sebagaimana yang dilakukan
manusia masa kini. Kemajuan dan temuan seperti ini yang terjadi di
cabang-cabang ilmu pengetahuan seperti arkeologi dan antropologi menyingkapkan
bahwa “gagasan evolusi budaya dan masyarakat manusia” adalah sesuatu
yang palsu. Temuan yang dihasilkan selama penggalian-penggalian purbakala
dengan jelas menampakkan bahwa sejarah ditafsirkan oleh para ilmuwan
Darwinis berdasarkan prasangka ideologi materialis. Dongeng “Zaman Batu”
tidaklah lebih dari upaya kalangan materialis dalam rangka menampilkan
manusia sebagai sebuah makhluk hidup yang berevolusi dari binatang yang
tidak berakal dan memaksakan dongeng yang mereka yakini ini pada ilmu
pengetahuan.
http://www.mamasipenk.co.cc/2010/04/mangkok-cina-kuno-patahkan-teori-darwin.html
2.1.7. Jas
Jas adalah pakaian resmi model Eropa. Berlengan panjang dan dipakai
di luar kemeja. Setelan jas atau hanya disebut setelan sedikitnya terdiri dari
Berdasarkan jumlah baris kancing di bagian depan, jas terdiri dari jas kancing
sebaris (single breasted ) dan jas kancing dua baris (double breasted).
Dalam bahasa Inggris, istilah jacket juga mengacu kepada jas launs
(lounge suit) atau jas malam (evening suit). Jas launs adalah model jas standar
yang paling umum. Dulunya berasal dari Inggris sebagai pakaian untuk
berkegiatan di alam bebas. Bila hanya disebut jas, maka yang dimaksudkan
adalah setelan jas model standar (jas launs) lengkap dengan kemeja dan dasi,
dan biasanya dipakai pria bekerja di kantor. Bila dalam undangan disebutkan
kode busana black tie, pria diminta memakai jas resmi yang disebut tuksedo.
Jas diner (dinner suit, sebutan di Britania) atau tuksedo (tuxedo atau tails,
sebutan di Amerika Serikat dan Kanada) adalah setelan jas resmi berwarna
hitam, bagian belakang jas berbuntut, dan dipakai bersama dasi kupu-kupu
hitam dan kemeja putih.
Kode busana black tie bukan berarti jas standar warna gelap dengan dasi
hitam. Variasi desain jas, model, jenis kain, rompi, dan jumlah baris kancing di
bagian depan menunjukkan fungsi sosial dan kegunaan pakaian. Sejak dulu hingga
sekarang, jas umumnya dipakai sewaktu mengenakan kemeja berkerah dan dasi.
Hingga sekitar 1960-an, pria memakai topi ketika berada di luar ruang.
http://www.koranjitu.com/lifestyle/fashion%20dan%20style/style%20minggu%20
ini/detail_berita.php?ID=1495
2.1.8. Semiotika
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji
mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama
manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semilogi, pada dasarnya
hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal
(things). Memakai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan
denagn mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa
objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu
hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonsitusi sistem terstruktur dari tanda
(Kurniawan, 2001 dalam Sobur, 2006:15).
Kata “semiotika” berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti
tanda, atau seme yang berarti penafsir tanda. Semiotika sendiri berakar dari
studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika dan poetika. Semiotika
adalah cabang sebuah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang tanda.
Tanda terdapat dimana-mana “kata” adalah tanda, demikian pula gerak
isyarat, lampu lalu lintas, bendera dan sebagainya. Struktur karya sastra,
struktur film, bangunan (arsitektur) atau nyanyian burunng dapat dianggap
sebagai tanda. Segala sesuatu dapat menjadi tanda, tanda-tanda tersebut
menyampaikan suatu informasi atau pesan baik secara verbal maupun secara
non verbal sehingga bersifat komunikatif. Hal tersebut memunculkan suatu
proses pemaknaan oleh penerima tanda akan makna informasi atau pesan dari
pengirim pesan. Semiotika merupakan cabang ilmu yang semula berkembang
dalm bidang bahasa. Dalam perkembangannya kemudian semiotika bahkan
2.1.9. Semiotik Charles Sanders Peirce
Model dasar semiotik dikembangkan oleh Charles Sanders Peirce
(1839-1914) dan Ferdinand de Saussure (1857-1913), yang pada
perkembangannya sangat mempengaruhi model-model berikutnya. Peirce
menekankan pada hubungan antara tanda, obyek dan peserta komunikasi.
Hubungan antara ketiga unsur tersebut adalah untuk mencapai suatu makna,
terutama antara tanda dan obyeknya. Karena itu hubungan antara ketiganya
disebut hubungan makna. Bila Peirce menekankan pada fungsi logika tanda,
maka Sausssure yang dianggap sebagai pendiri lingusitik modern, lebih
menekankan pada hubungan dari masing-masing tanda, dan menurut Saussure
tanda merupakan obyek fisik yang penuh dengan berbagai makna. Saussure
tidak terlalu memperhatikan realitas dari makna seperti yang dikemukakan
oleh Peirce. (Bintoro, 2002:12)
Penelitian ini mengutamakan situasi dan kondisi yang bertema ”PLN”
sebagai sesuatu yang berarti dalam proses pembentukan pesan. Peristiwa
tersebut dipaparkan dalam pembentukan tanda –tanda (gambar, kata-kata, dan
lainnya) dalam format sebuah kartun editorial. Sehingga yang menjadi
perhatian dalam penelitian ini adalah bagaimana suatu peristiwa dalam
masyarakat dipandang, dituangkan dan dinilai. Sebab itulah diperlukan
adanya kartun editorial tersebut, dengan siatuasi dan kondisi yang
berkembang dalam masyarakat. Hal itulah yang kemudian dijadikan alasan
penggunaan model semiotik Peirce, karena Peirce dalam hal ini lebih
memperhatikan realita makna. Dengan demikian penelitian ini termasuk pada
Teori semiotik Peirce berpendapat bahwa tanda dibentuk melalui
hubungan segitiga yaitu tanda berhubungan dengan obyek yang dirujuknya.
Hubungan tersebut membuahkan interpretan. Preirce menelaskan modelnya
sebagai berikut:
”A sign is something which stands to somebody for something in the respect or capacity. It addresses somebody,that is, creates in the mind of that person an equivalent sign, or perhaps a more developed sign. The sign which it creates I call the interpretant of the first sign. The sign for something, its object. (Tanda adalah sesuatu yang memberi arti atas sesuatu bagi seseorang. Tanda ditujukan kepada seseorang, karenanya membuat seseorang menciptakan tanda yang ekuivalen atau tanda yang lebih berkembang di dalam benaknya. Tanda yang diciptakan itu saya sebut interpretant dari tanda yang pertama. Tanda memberi arti atas sesuatu yang disebut obyek).” (Fiske, 1985:45)
Model semiotik Peirce dapat digambarkan dalam bentuk segitiga
seperti berikut:
Gambar 2.1. Model Semiotik Peirce
Sumber: Fiske (1990:42)
Sign
Interpretant Obyek
Garis-garis berpanah tersebut hanya bisa dimengerti dalam
hubungannya antara satu elemen dengan elemen lainnya. Tanda merujuk pada
sesuatu di luar tanda itu sendiri, yaitu obyek dipahami oleh seseorang.
Interpretan adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang obyek yang
dirujuk sebuah tanda. Interpretan merupakan konsep mental yang diproduksi
ketiga elemen makna itu berinteraksi dalam benak seseorang maka muncul
makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut. Diantara ketiganya,
interpretanlah yang paling sulit dipahami. Interpretan adalah tanda
sebagaimana diserap oleh benak kita, sebagai hasil penghadapan kita dengan
tanda itu sendiri.
Berdasarkan obyeknya Peirce membagi tanda atas icon (ikon), index
(indeks), dan symbol (simbol). Ketiga kategoru tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 2.2. Model Kategori Tanda
Icon
Index Simbol
Sumber: Fiske (1990:47)
Model tersebut merupakan hal penting dan sangat fundamental dari
hakekat tanda. Peirce mengungkapkannya sebagai berikut:
1. Ikon
Adalah tanda yang berhubungan antara tanda dan acuannya bersifat
bersamaan bentuk alamiah (berupa hubungan kemiripan). Misalnya
adalah potret dan peta. Potret merupakan ikonik dari orang yang ada
dalam potret tersebut, sedangkan peta merupakan ikonik dari pulau yang
2. Indeks
Adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda
dan acuannya yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau
atnda yang langusng mengacu pada kenyataannya. Misalnya adalah asap
sebagai tanda adanya api.
3. Simbol
Adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara tanda dan
acuannya (berdasarkan hubungan konvensi atau perjanjian). Misalnya
orang yang menggelengkan kepalanya merupakan simbol yang
menandakan ketidak setujuan yang termasuk secara konvensional.
(Sobur, 2003:41).
Berdasarkan berbagai kalsifikasi tersebut, Pierce membagi tanda
menjadi sepuluh jenis (Sobur, 2006:42):
1. Qualisign
Yakni kualitas sejauh yang dimiliki tanda. Kata keras menunjukkan
kualitas tanda. Misalnya, suaranya keras yang menandakan oarang itu
marah atau ada sesuatu yang diinginkan.
2. Iconic Sinsign
Yakni tanda yang memperlihatkan kemiripan. Contoh: foto, diagram,
peta dan tanda baca.
3. Rhematic Idexical Sinsign
Yakni tanda berdasarkan pengalaman langsung, yang secara langsung
menarik perhatian karena kehadirannya disebabkan oleh sesuatu. Contoh:
dipasang bendera bergambar tengkorak yang bermakna berbahaya,
dilarang mandi di sini.
4. Dicent Sinsign
Yakni tanda yang memberikan informasi tentang sesuatu. Misalnya,
tanda larangan yang terdapat di pintu masuk sebuah kantor.
5. Iconic Legisign
Yakni tanda yang menginformasikan norma atau hukum. Misalnya,
rambu lalu lintas.
6. Rhematic Idexical Legisign
Yakni tanda yang mengacu kepada objek tertentu, misalnya kata ganti
penunjuk.
7. Dicent Indexical Legisign
Yakni tanda yang bermakna infrormasi dan menunjuk subjek informasi.
Tanda berupa lampu merah yang berputar-putar di atas mobil ambulans
menandakan ada orang sakit atau orang yang celaka yang tengah
dilarikan ke rumah sakit.
8. Rhematic Symbol atau Symbolic Rheme
Yakni tanda yang dihubungkan dengan objeknya melalui asosiasi ide
umum. Misalnya, kita melihat gambar harimau. Lantas kita katakan,
harimau. Mengapa kita katakan demikian, karena ada asosiasi antara
gambar dengan benda atau hewan yang kita lihat yang namanya harimau.
9. Dicent Symbol atau Proposition (Proposisi)
Adalah tanda yang langsung menghubungkan dengan objek melalui
asosiasi dalam otak. Kalau seseorang berkata ”pergi!” penafsiran kita
proposisi yang kita dengar hanya kata. Kata-kata yang kita gunakan yang
membentuk kalimat, semuanya adlaah proposisi yang mengandung
makna yang beraosiasi di dalam otak.
10. Argument
Yakni tanda yang merupakan inferens seseorang terhadap sesuatu
berdasarkan alasan tertentu. Seseorang berkata ”gelap”. Orang itu
berkata gelap sebab ia menilai ruangan itu cocok dikatakan gelap.
Dengan demikian argumen merupakan tanda yang berisi penilaian atau
alasan, mengapa seseorang berkata begitu. Tentu saja penilaian tersebut
mengandung kebenaran.
2.1.10. PLN
2.1.10.1. Pengertian PLN
PLN itu singkatan dari Perusahaan Listrik Negara. Merujuk ke arti
perusahaan dalam literatur bisnis dan ekonomi, perusahaan didefinisikan
sebagai suatu unit kegiatan produksi yang mengelola sumber-sumber
ekonomi menjadi barang dan jasa untuk memperoleh keuntungan. Dari
definisi ini kemudian ditemukan unsur-unsur penting dalam sebuah
perusahaan. Yaitu adanya modal dana, organisasi, sumber daya manusia dan
terakhir keuntungan. Tanpa adanya dana, mustahil sebuah organisasi
terbentuk. Tanpa adanya manusia, mustahil organisasi bisa jalan. Dan tanpa
adanya organisasi, mustahil orang dan dana bisa bekerja. Lalu tanpa adanya
keuntungan, mustahil orang dan dana ini mau berkumpul dalam sebuah
organisasi.
Perusahaan penghasil setrum ini punya dana, punya SDM dan punya