commit to user BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. ASI Eksklusif
a. Pengertian ASI Eksklusif
Sebelum tahun 2001, World Health Organization (WHO) merekomendasikan untuk memberikan ASI eksklusif selama 4-6 bulan. Namun pada tahun 2001, setelah melakukan telaah artikel penelitian secara sistematik dan berkonsultasi dengan para pakar, WHO merevisi rekomendasi ASI eksklusif tersebut dari 4-6 bulan menjadi 6 bulan (180 hari), kemudian dilanjutkan selama 2 tahun dengan panambahan makanan pendamping yang tepat waktu, aman, benar dan memadai (WHO, 2010 dalam Jafar, 2011).
ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biscuit, bubur nasi dan tim. ASI adalah makanan berstandar emas yang tak bisa dibandingkan dengan susu formula atau makanan buatan apapun. Di dalamnya terdapat zat kekebalan yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit. Karena itu, penting sekali agar bayi mendapatkan ASI Eksklusif (Roesli, 2000).
Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu sampai 6 bulan, jika usia bayi sudah lebih dari 6 bulan, maka harus mulai
commit to user
diperkenalkan dengan makanan padat. ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun (Roesli, 2005). ASI mengandung sebagian besar air sebanyak 87,5%, oleh karena itu bayi yang mendapat cukup ASI tidak perlu lagi mendapat tambahan air walaupun berada di tempat yang mempunyai suhu udara panas. Kekentalan ASI sesuai dengan saluran cerna bayi, sedangkan susu formula lebih kental dibandingkan ASI. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya diare pada bayi yang mendapat susu formula (IDI, 2008).
Kesehatan bayi yang mendapat ASI akan lebih baik bila dibandingkan dengan kelompok bayi yang diberi susu sapi. Hasil penelitian membuktikan bayi yang tidak diberi ASI mempunyai kemungkinan 14,2 kali lebih sering terkena diare dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI eksklusif. ASI juga menurunkan kemungkinan bayi terkena infeksi telinga, flu dan penyakit alergi, ini disebabkan peran kolostrum sebagai imunisasi pasif yang dikeluarkan segera setelah bayi lahir. Kolostrum pada hari pertama tiap 100 ml mengandung 600 IgA, 80 IgG dan 125 IgM. Komposisi ini akan terus berubah sesuai dengan ketahanan tubuh bayi (Anidar, 2008).
Telah dibuktikan pula, bahwa komposisi ASI yang diproduksi oleh ibu yang melahirkan bayi kurang bulan (ASI premature) berbeda dengan ASI yang diproduksi oleh ibu yang melahirkan bayi cukup bulan (ASI matur). Demikian pula komposisi ASI yang keluar pada hari-hari pertama sampai hari ke 3-5 (kolostrum) berbeda dengan ASI yang
commit to user
diproduksi hari 3-5 sampai hari ke 8-11 (ASI transisi) dan ASI selanjutnya (ASI matur). Komposisi tersebut sesuai dengan kebutuhan masing-masing bayi . Tabel 1 dan 2 memperlihatkan komposisi ASI.
Tabel 2.1
Komposisi ASI matur dan prematur
Zat gizi Hari ke 3-5 Hari ke 8-11 > Hari ke 11
Matur Prematur Matur Prematur Matur Prematur
Energi (kcal/dl) 48 58 59 71 62 71
Lemak (g/dl) 1.85 3.0 2.9 4.14 3.06 4.33
Protein (g/dl) 1.87 2.10 1.7 1.86 1.52 1.71
Laktosa (g/dl) 5.14 5.04 5.98 5.55 6.0 5.63
Sumber: Manfaat dan Keunggulan ASI (Anidar, 2008)
Kandungan nutrisi dalam kolostrum, ASI dan susu sapi memiliki komposisi yang berbeda, bahkan komposisi dan jumlah kandungan antara kolostrum dan ASI akan terprogram secara otomatis dari menit-ke-menit, dari jam-ke-jam hai-demi-hari untuk dapat memenuhi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang kebutuhan untuk tiap zat serta jumlahnya berbeda (Purwanti, 2004).
Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara dari hari pertama sampai hari keempat. Dua hari setelah melahirkan, volume kolostrum bertambah hingga jumlahnya kurang lebih 30 ml sehari. Volume ini selanjutnya meningkat akibat pengisapan putting susu. Kolostrum berwarna kuning keemasan disebabkan oleh tingginya kandungan karoten yang relatif tinggi. Kolostrum merupakan pencahar yang membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI. Hal ini menyebabkan bayi yang mendapat ASI pada minggu pertama
commit to user
sering defekasi dan feses berwarna hitam (Purwanti, 2004 dan Almatsier et al., 2011).
Kolostrum mempunyai kandungan energi lebih rendah, protein lebih tinggi, serta karbohidrat dan lemak lebih rendah daripada ASI yang diproduksi selanjutnya. Kolostrum juga memiliki kandungan mineral natrium, kalium, dan klorida yang lebih tinggi dari ASI. Komposisi zat gizi kolostrum berubah dari hari ke hari. Hal ini sebagian mungkin disebabkan pola sekresi payudara yang belum stabil. Kolostrum juga mengandung zat-zat antibodi yang berasal dari ibu, yang sangat penting bagi bayi karena sistem imun bayi belum berkembnag dengan baik hingga beberapa bulan ke depan (Almatsier et al., 2011).
b. Komposisi ASI
1) Lemak
Sumber kalori utama dalam ASI adalah lemak. Sekitar 50% kalori ASI berasal dari lemak. Kadar lemak yang tinggi ini dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi, namun lemak mudah diserap oleh bayi karena adanya trigliserida dalam ASI lebih dulu dipecah menjadi asam lemak dan gliserol oleh enzim lipase yang terdapat dalam ASI (IDI, 2008 dan Purwati, 2004). ASI mengandung asam lemak esensial yaitu asam linoleat (Omega 6) dan asam linolenat (Omega 3). Kedua asam lemak tersebut adalah precursor asam lemak tidak jenuh rantai panjang disebut docosahexaenoic acid (DHA) berasal dari omega 3 dan arachidonik
commit to user
acid (AA) berasal dari omega 6, yang berperan terhadap perkembangan jaringan saraf dan retina mata (IDI, 2008).
Kadar lemak ASI matur dapat berbeda menurut lama menyusui. Pada permulaan menyusu (5 menit pertama) disebut foremilk dimana kadar lemak ASI rendah (1-2 g/dl) dan tinggi pada hindmilk (ASI yang dihasilkan pada akhir menyusu, setelah 15-20 menit) (Purwanti, 2004).
2) Karbohidrat
Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa, yang kadarnya paling tinggi dibanding susu mamalia lain. Laktosa mudah diurai menjadi glukosa dan galaktosa dengan bantuan enzim lactase yang sudah ada dalam mukosa saluran cerna bayi sejak lahir. Laktosa juga merangsang pertumbuhan laktobasilus bifidus. Suasana asam yang terjadi membatasi pertumbuhan bakteri-bakteri yang tidak diinginkan di dalam saluran cerna bayi serta meningkatkan absorpsi kalsium, fosfor, magnesium, dan mineral-mineral lain (Almatsier, et al., 2011). 3) Protein
Protein utama dalam ASI adalah kasein dan whey. ASI mengandung whey yang lebih tinggi dibanding kasein (protein utama susu sapi) dengan perbandingan 65:35 sehingga mudah dicerna. Dalam ASI terdapat dua macam asam amino (unit yang membentuk protein) yang tidak terdapat dalam susu sapi yaitu sistin dan taurin. Sistin diperlukan untuk pertumbuhan somatik, sedangkan taurin untuk
commit to user
pertumbuhan otak (Almatsier, et al., 2011; IDI, 2008; Riksani, 2012; Purwanti, 2004).
4) Garam dan mineral
ASI mengandung garam dan mineral yang rendah. Hal ini sangat menguntungkan bagi neonatus karena fungsi ginjal yang belum optimal. ASI mengandung zat besi, tembaga, dan mangan dalam jumlah sedikit yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, namun mudah diserap dibandingkan zat besi dalam susu sapi (Purwanti,2004).
Mineral utama yang terdapat dalam ASI adalah kalium, kalsium, fosfor, klor, dan natrium. Selain itu, ASI juga mengandung mineral-mineral seng, magnesium, alumunium, yodium, kromium, selenium, dan fluor dalam jumlah sangat sedikit (Almatsier, et al., 2011).
5) Vitamin (Almatsier, et al., 2011 dan IDI, 2008)
Kandungan vitamin ASI terutama dipengaruhi oleh status vitamin ibu. Bila asupan vitamin ibu tinggi, kandungan vitamin ASI juga akan tinggi terutama vitamin larut air. Vitamin A berfungsi untuk kesehatan mata, mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh dan pertumbuhan. ASI hanya sedikit mengandung vitamin D, namun dengan menjemur bayi pada pagi hari maka akan mendapat tambahan vitamin D yang berasal dari sinar matahari sehingga pemberian ASI eksklusif ditambah dengan membiarkan bayi terpapar pada sinar
commit to user
matahari akan mencegah bayi menderita penyakit tulang karena kekurangan vitamin D.
Kandungan vitamin E pada ASI jauh lebih tinggi daripada suus sapi, terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal. Fungsi vitamin E adalah untuk ketahan dinding sel darah merah. Kadar vitamin K dalam ASI sangat rendah dan butuh waktu beberapa hari sesudah kelahiran agar mempunyai cukup mikroba untu menghasilkan vitamin K. Oleh sebab itu, sebaiknya bayi baru lahir diberikan suntikan vitamin K. Vitamin K merupakan zat gizi yang berfungsi sebagai faktor pembekuan darah.
Vitamin B6 berfungsi untuk tahap awal perkembangan sistem syaraf, namun pada ASI kandungannya kurang dari yang dibutuhkan bayi, oleh sebab itu ibu menyusui perlu ditambahkan suplemen vitamin B6. Sedangkan untuk vitamin B12 cukup di dapat dari makanan sehari-hari, kecuali ibu menyusui yang vegetarian.
6) Zat-zat daya tahan pada ASI (Almatsier, et al., 2011)
ASI mengandung faktor-faktor daya tahan yang penting untuk memelihara kesehatan bayi (lihat tabel 2)
commit to user Tabel 2.2
Faktor-faktor anti infeksi pada ASI
Faktor Fungsi
Faktor bifidus
Sekresi IgA, IgM, IgE, IgD, dan IgG
Faktor antistaphylococcus Laktoferin Laktoperoksidase Komplemen (C3, C1) Interferon Lisozim Protein pengikat B12 Limfosit Makrofag
Merangsang pertumbuhan bakteri bifido yang menghambat tumbuhnya enterobakteri
Mencegah invasi bakteri mukosa dan/atau kolonisasi saluran cerna (menunjukkan kapasitas menetralisasi bakteri dan virus; meningkatkan aktifitas fagosit)
Mencegah infeksi berkenaan dengan staphylococcus
Mengikat besi dan mencegah pemgembangan bakteri
Membunuh streptococci dan bakteri saluran cerna
Menyebabkan opsonisasi (membentuk bakteri sel-sel yang peka terhadap fagositosis)
Menghambat pengembangan virus interselular Merusak bakteri dengan cara merusak dinding sel
Menghalangi vitamin B12 untuk pertumbuhan
bakteri
Mensintesis IgA
Mensintesis laktoferin, lisozim, dan faktor-faktor lain, melakukan fagositosis dan mungkin hal-hal lainnya
c. Manfaat ASI dan Menyusui
Keuntungan menyusui meningkat seiring lama menyusu eksklusif hingga enam bulan. Setelah itu, dengan tambahan makanan pendamping ASI pada usia enam bulan, keuntungan menyusui meningkat seiring dengan meningkatnya lama pemberian ASI sampai dua tahun atau lebih (Roesli, 2008).
1) Manfaat ASI untuk bayi
Banyak manfaat pemberian ASI khususnya ASI eksklusif yang dapat dirasakan yaitu (a) ASI sebagai nutrisi. (b) ASI meningkatkan
commit to user
daya tahan tubuh (c) menurunkan risiko mortalitas, risiko penyakit akut dan kronis, (d) Meningkatkan kecerdasan, (e) Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang (f) Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia selama enam bulan. (g) Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk untuk pertumbuhan otak sehingga bayi yang diberi ASI Ekslusif lebih pandai. (h) Mengurangi resiko terkena penyakit kencing manis, kanker pada anak dan mengurangi kemungkinan menderita penyakit jantung, (i) Menunjang perkembangan motorik, (j) mengurangi kejadian karies dentis, (k) mengurangi kejadian maloklusi (WHO, 2010 dalam Jafar, 2011; Roesli, 2000; Anidar, 2008).
2) Manfaat ASI untuk ibu
Manfaat ASI bagi ibu antara lain (a) mengurangi terjadinya anemia (b) Pemberian ASI memberikan 98% metode kontrasepsi yang efisien selama enam bulan pertama sesudah kelahiran bila diberikan hanya ASI saja (eksklusif) dan belum terjadi menstruasi kembali, (c) menurunkan risiko kanker payudara dan ovarium, (d) membantu ibu menurunkan berat badan setelah melahirkan, (e) menurunkan risiko DM Tipe 2, (f) pemberian ASI sangat ekonomis, (g) mengurangi terjadinya perdarahan bila langsung menyusui setelah melahirkan (h) mengurangi beban kerja ibu karena ASI tersedia dimana saja dan kapan saja (i) meningkatkan hubungan batin antara ibu dan bayi. () menjarangkan kehamilan, (j) mengecilkan rahim, (k) ekonomis/
commit to user
murah, hemat waktu, tidak merepotkan, portable dan praktis serta member kepuasan bagi ibu (WHO, 2010 dalam Jafar 2011; Aprilia, 2009; Roesli 2005).
3) Manfaat ASI untuk keluarga
Adapun manfaat ASI bagi keluarga (1) Tidak perlu uang untuk membeli susu formula, kayu bakar atau minyak untuk merebus air, susu atau peralatan (2) Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit (hemat) dalam perawatan kesehatan dan berkurangnya kekhawatiran bayi akan sakit, (3) Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi dari ASI ekslusif, (4) Menghemat waktu keluarga bila bayi lebih sehat (5) Pemberian ASI pada bayi (meneteki) berarti hemat tenaga bagi keluarga sebab ASI selalu siap tersedia (Aprilia, 2009). 4) Manfaat ASI untuk Negara
Pemberian ASI dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian anak, mengurangi subsidi untuk rumah sakit, mengurangi devisa untuk membeli susu formula dan meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa (Anidar, 2008; Lubis, 2010; Depkes RI, 1993).
d. Faktor penyebab berkurangnya ASI
1) Faktor Menyusui
Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah tidak melakukan inisiasi, menjadwal pemberian ASI, bayi diberi minum dari botol atau dot sebelum ASI keluar, kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi pada saat menyusui (Jafar, 2011).
commit to user 2) Faktor Psikologi Ibu
Persiapan psikologi ibu sangat menentukan keberhasilan menyusui. Ibu yang tidak mempunyai keyakinan mampu memproduksi ASI umunya produksi ASI akan berkurang. Stress, khawatir, ketidak bahagiaan ibu pada periode menyusui sangat berperan dalam mensukseskan pemberian ASI ekslusif. Peran keluarga dalam meningkatkan percaya diri ibu sangat besar (Jafar, 2011).
3) Faktor Bayi
Ada beberapa faktor kendala yang bersumber pada bayi misalnya bayi sakit, prematur, dan bayi dengan kelainan bawaan sehingga ibu tidak memberikan ASI-nya menyebabkan produksi ASI akan berkurang (Jafar, 2011).
4) Faktor Fisik Ibu
Ibu sakit, lelah, menggunakan pil kontrasepsi atau alat kontrasepsi lain yang mengandung hormon, ibu menyusui yang hamil lagi, peminum alkohol, perokok atau ibu dengan kelainan anatomis payudara dapat mengurangi produksi ASI (Depkes, 2005)
e. Faktor yang mempengaruhi ibu tidak memberikan ASI eksklusif
1) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil stimulasi informasi yang diperhatikan, dipahami dan diingatnya. Informasi dapat berasal dari berbagai bentuk termasuk pendidikan formal maupun non formal,
commit to user
percakapan harian, membaca, mendengar radio, menonton televisi dan dari pengalaman hidup lainnya (Aprilia, 2009).
Menurut Roesli (2005), bahwa hambatan utama tercapainya ASI ekslusif yang benar adalah karena kurang sampainya pengetahuan yang benar tentang ASI ekslusif pada para ibu. Seorang ibu harus mempunyai pengetahuan yang baik dalam menyusui. Kehilangan pengetahuan tentang menyusui berarti kehilangan besar akan kepercayaan diri seorang ibu untuk dapat memberikan perawatan terbaik untuk bayinya dan bayi akan kehilangan sumber makanan yang vital dan cara perawatan yang optimal. Pengetahuan yang kurang mengenai ASI ekslusif terlihat dari pemanfaatan susu formula secara dini di perkotaan dan pemberian atau nasi sebagai tambahan ASI di pedesaan (Afifah, 2009).
2) Lingkungan
Menurut Perinasia (2003) lingkungan menjadi faktor penentu kesiapan ibu untuk menyusui bayinya. Setiap orang selalu terpapar dan tersentuh oleh kebiasaan di lingkungannya serta mendapat pengaruh dari masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kebanyakan wanita di perkotaan, sudah terbiasa menggunakan susu formula dengan pertimbangan lebih modern dan praktis. Menurut penelitian Valdes dan Schooley (1996) wanita yang berada dalam lingkungan modern di perkotaan lebih sering melihat ibu-ibu menggunakan susu formula sedangkan di pedesaan masih
commit to user
banyak dijumpai ibu yang memberikan ASI tetapi cara pemberian tidak tepat. jadi pemberian ASI secara Eksklusif dipengaruhi oleh lingkungan (Briawan (2004) dalam Jafar (2011)).
3) Pengalaman
Menurut hasil penelitian Diana (2007) pengalaman wanita semenjak kecil akan mempengaruhi sikap dan penampilan wanita dalam kaitannya dengan menyusui di kemudian hari. Seorang wanita yang dalam keluarga atau lingkungan mempunyai kebiasaan atau sering melihat wanita yang menyusui bayinya secara teratur maka akan mempunyai pandangan yang positif tentang menyusui sesuai dengan pengalaman sehari-hari. Tidak mengherankan bila wanita dewasa dalam lingkungan ini hanya memiliki sedikit bahkan tidak memiliki sama sekali informasi, pengalaman cara menyusui dan keyakinan akan kemampuan menyusui. Sehingga pengalaman tersebut mendorong wanita tersebut untuk menyusui dikemudian harinya dan sebaliknya
4) Dukungan keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan ibu menyusui bayinya secara esklusif. Keluarga (suami, orang tua, mertua, ipar dan sebagainya) perlu diinformasikan bahwa seorang ibu perlu dukungan dan bantuan keluarga agar ibu berhasil menyusui secara ekslusif. Bagian keluarga yang mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap keberhasilan
commit to user
dan kegagalan menyusui adalah suami. Masih banyak suami yang berpendapat salah, yang menganggap menyusui adalah urusan ibu dan bayinya. Peranan suami akan turut menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI (let down reflek) yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu (Roesli, 2008).
Sedangkan menurut Dompas (2012) ditemukan proporsi peran keluarga baik yang memberikan ASI Eksklusif lebih banyak dibanding peran keluarga yang tidak baik (54,7% berbanding 34%). Hal ini menunjukkan bahwa peran keluarga terhadap pemberian ASI Eksklusif masih rendah. Perbedaan proporsi antara peran keluarga baik dan peran keluarga tidak baik terhadap pemberian ASI Eksklusif melalui uji statistic chi square terdapat perbedaan yang bermakna dengan nilai p = 0,03. Nilai ratio prevalensi menjelaskan bahwa peran keluarga baik memiliki prevalensi pemberian ASI Eksklusif 60% lebih besar dibanding dengan peran keluarga tidak baik, estimasi interval dengan kepercayaan 95% untuk rasio prevalensi tersebut di populasi berkisar antara 1,01 hingga 2,56. Walaupun proporsi peran keluarga baik lebih besar dari proporsi peran keluarga tidak baik namun masih ada dari peran keluarga baik yang tidak memberikan ASI Eksklusif, jadi dapat dikatakan bahwa keberhasilan pemberian ASI Eksklusif ditentukan oleh ibu sendiri.
commit to user
2. Peran Suami dalam Pengambilan Keputusan Memberikan ASI Eksklusif
Peran ayah pada praktik pemberian ASI dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap ayah terhadap hal-hal yang berhubungan dengan pemberian ASI, faktor sosial ekonomi, serta terpaparnya dengan berbagai sarana komunikasi media massa dan interpersonal (Februhartanty, 2008). Dukungan berasal dari kata dukung yang berarti menyokong, membantu (Purwodarminto, 2002). Dukungan adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi.
Dukungan sosial adalah suatu bentuk hubungan sosial yang bersifat menolong dan melibatkan aspek emosi (emotional), informasi (informational), instrumental dan penilaian positif (appraisal). Aspek-aspek tersebut dijelaskan lebih rinci sebagai berikut: pertama aspek emosi, yang dimaksudkan adalah dukungan yang berupa empati, cinta dan kepercayaan dari orang lain terutama suami sebagai motivasi utama dalam tingkah laku menolong. Kedua aspek informasi, artinya dukungan yang berwujud informasi untuk menambah pengetahuan seseorang dalam mencari jalan keluar atau memecahkan suatu masalah, seperti nasehat dan pengarahan. Ketiga aspek instrumental, hal ini berhubungan dengan penyediaan sarana untuk mempermudah perilaku menolong bagi orang yang menghadapi suatu masalah. Sarana ini dapat dalam bentuk materi atau berupa pemberian kesempatan atau peluang waktu. Keempat aspek penilaian positif adalah dukungan berupa pemberian penghargaan atau penilaian atas usaha yang telah dilakukan, memberikan umpan balik mengenai hasil atau prestasi yang
commit to user
dicapai serta memperkuat dan meninggikan perasaan harga diri dan kepercayaan akan kemampuan individu tersebut (House (dalam Cohen dan Syme) 1985).
Dukungan yang diharapkan tidak hanya sekedar kata-kata tapi juga tindakan, misalnya terlibat dalam urusan merawat bayi, menyiapkan makanan ibu, terlibat dalam pekerjaan rumah tangga, juga meningkatkan pengetahuan ayah tentang ASI. Pengetahuan yang baik tentang ASI eksklusif diharapkan mampu meningkatkan pemberian ASI eksklusif.
Ayah memegang peranan penting dalam keberhasilan dan kegagalan menyusui. Sekarang ini, masih banyak ayah yang berpendapat salah bahwa menyusui adalah urusan ibu dan bayinya. Ayah menganggap cukup menjadi pengamat yang pasif saja. Sebenarnya ayah mempunyai peran yang sangat menentukan dalam keberhasilan menyusui karena ayah akan turut menentukan kelancaran reflex pengeluaran ASI yang sangat dipengaruhi oleh emosi atau perasaan ibu (Roesli, 2000). Ibu yang merasa percaya diri apabila mendapat dukungan dari suami maka produksi dan pengeluaran ASI juga semakin lancar, sehingga proses menyusui sampai enam bulan berhasil bahkan bisa sampai dua tahun.
Secara psikologis ASI juga dipengaruhi oleh unsur kejiwaan. Oleh sebab itu, ibu menyusui perlu ketenangan jiwa dan juga dorongan dari orang-orang dekatnya. Ayah bayi adalah orang-orang terdekat ibu menyusui. Kaum ayah dituntut selalu meyakinkan bahwa ibu pasti mampu menyusui. Hal ini akan
commit to user
menumbuhkan kepercayaan bagi ibu untuk menyusui bayi semaksimal mungkin.
Selain peran ayah, dukungan keluarga juga penting dalam keberhasilan pemberian ASI Eksklusif. Dari hasil penelitian Emilda (2011) terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga terhadap pemberian ASI Eksklusif. Hal ini dapat dilihat dari nilai CI 95%, dimana peluang responden yang mendapat dukungan keluarga 3,4 kali untuk memberikan ASI Eksklusif dibanding yang tidak mendapat dukungan keluarga. Pemberian dukungan dapat dilakukan selama proses kehamilan untuk selalu memberikan ASI Eksklusif setelah melahirkan.
3. Persepsi Ibu tentang menyusui
Menurut kamus lengkap psikologi, persepsi adalah: (1) Proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian ojektif dengan bantuan indera, (2) Kesadaran dari proses-proses organis, (3) (Titchener) satu kelompok penginderaan dengan penambahan arti-arti yang berasal dari pengalaman di masa lalu, (4) variable yang mengahalangi atau ikut campur tangan, berasal dari kemampuan organisasi untuk melakukan pembedaan diantara perangsang-perangsang, (5) kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang serta merta mengenai sesuatu (Chaplin, 2006). Sedangkan menurut Sarwono (2009) persepsi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan, sebaliknya alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi.
commit to user
Menurut Siagian (2004), persepsi seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: 1. Pelaku persepsi yaitu cara individual memandang dan mencoba menafsirkan suatu target. Faktor ini mencakup sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman dan pengharapan, 2. Sasaran persepsi, mempengaruhi persepsi orang yang melihatnya, 3. Faktor situasi, yaitu dalam situasi mana persepsi itu timbul.
Hubungan pendidikan dan jumlah anak dengan persepsi ibu tentang menyusui tidak bermakna secara statistik (p>0,05), sedangkan hubungan antara penghasilan keluarga dengan persepsi ibu tentang menyusui bermakna secara statistik (p<0,05). Artinya tingkat pendidikan dan jumlah anak tidak mempengaruhi persepsi ibu tentang menyusui, sedangkan tigkat penghasilan keluarga berpengaruh pada persepsi ibu tentang menyusui, yakni semakin tinggi tingkat penghasilan keluarga, semakin baik persepsi ibu tentang menyusui (Maemunah, 2002).
Menurut Sheeren (1996) dalam Markus (2009) persepsi terbagi dalam dua bagian yaitu: 1) penilaian terhadap besarnya suatu ancaman penyakit terdiri dari kerentanan dan keparahan dan 2) besarnya manfaat yang diperoleh dari tindakan terdiri dari keuntungan dan hambatan.
Persepsi ibu tentang kerentanan terhadap pemberian ASI yang salah, akan menyebabkan bayi tersebut akan menjadi sakit. Persepsi ibu tentang keparahan, pemberian ASI diselingi dengan pemberian susu formula yang diberikan, sehingga menyebabkan bayi terkena diare. Persepsi ibu tentang keuntungan pemberian ASI yaitu berkurangnya anggaran biaya
commit to user
didalam rumah tangga. Persepsi ibu tentang hambatan untuk menyusui yaitu seorang ibu merasa malu jika memberikan ASI pada bayinya (Roesli, 2007).
4. Perilaku Pemberian ASI Eksklusif
Menurut Sarwono (2008), perilaku kesehatan adalah hasil dari segala bentuk pengalaman dan interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan respon seseorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon tersebut dapat bersifat pasif artinya tanpa tindakan seperti berfikir, berpendapat dan bersikap maupun bersifat aktif atau melawan tindakan artinya perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan tentang kesehatan serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan. Persepsi ibu terhadap pertugas kesehatan yang memberikan informasi tentang ASI meliputi: pengertian ASI, pengganti ASI, cara meneteki dan posisi menyusui akan mempengaruhi perilaku ibu dalam menyusui. Hal ini dikarenakan informasi ASI yang didapat ibu dari petugas kesehatan sangat diperlukan oleh ibu (Depkes, 2002).
Menurut Suyanto (2008), tidak ada hubungan antara umur ibu dengan pemberian ASI Eksklusif, hanya terdapat 18% ibu yang memberikan ASI secara eksklusif dan yang tidak eksklusif jauh lebih tinggi yaitu 82%. Sedangkan pada ibu yang berpendidikan tinggi justru lebih rendah prosentasenya perilaku menyusui ASI Eksklusif (16,3%), dibanding yang memiliki pendidikan lebih rendah (20,5%). Hal ini dimungkinkan bahwa
commit to user
pendidikan yang didapat merupakan pendidikan formal yang tidak ada kaitannya dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif dan juga bisa dimungkinkan semakin tinggi pendidikan seseorang akan mempengaruhi pola piker dan pada saat ini dengan semakin gencarnya promosi susu formula, ibu tidak terlalu mengkhawatirkan kalau ASI tidak keluar dapat disambung dengan susu formula.
Menurut Green (1980) dalam Iqbal et al (2007), perilaku seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: 1. faktor predisposing, yaitu yang menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku, yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai dan persepsi yang dapat menghambat atau mempermudah motivasi dalam perubahan perilaku, 2. Faktor pendukung/ enabling, yaitu lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan lain-lain, 3. Faktor pendorong/ reinforcing, yaitu sikap dan perilaku orang lain seperti teman, orang tua dan petugas kesehatan.
Pemberian ASI eksklusif dipengaruhi beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI yaitu makanan ibu, ketentraman jiwa dan pikiran, pengaruh persalinan dan klinik bersalin, penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung hormon, serta perawatan payudara (Siregar, 2004). Hasil penelitian yang dilakukan Aidam et al (2005) dalam Nurzahara (2011) menyatakan bahwa tempat persalinan, pendidikan, niat, tempat tinggal, berhubungan dengan kelangsungan pemberian ASI eksklusif. Faktor-faktor
commit to user
lain yang dapat mempengaruhi pemberian ASI eksklusif adalah inisiasi menyusu dini, pendidikan ibu, berat badan lahir dan status ekonomi.
B. Penelitian yang Relevan
1. Diana (2007) dalam penelitiannya Faktor Yang Berperan Dalam Kegagalan Praktik Pemberian ASI Eksklusif (Studi Kualitatif di Kecamatan Tembalang, Kota Semarang). Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor yang berperan dalam kegagalan praktik pemberian ASI Eksklusif yaitu kurang pahamnya ibu tentang pemberian kolostrum, pemberian prelaktal, pemberian MP-ASI, kurang dukungan dari suami, keluarga dan personil kesehatan, pengetahuan ayah dan ibu serta sikap ayah dan ibu.
2. Estiwidani, Dwiana (2011), Pengaruh Konseling Proses Menyusui kepada Suami terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Gunung Kidul. Jenis penelitian eksperimen dengan rancangan a controlled trial. Sampel diperoleh secara consecutive sampling. Analisis bivariabel menggunakan uji chi square dan multivariabel menggunakan uji regresi logistic dengan signifikansi p value < 0,05. Hasil penelitian menunjukkan pemberian ASI eksklusif lebih besar pada kelompok intervensi dibandingkan kelompok control dengan p = 0,00<0,05 dengan OR = 3,33 95% CI (1,22-9,11). Tidak adanya peran negative orang tua / mertua mempunyai hubungan yang bermakna dengan ASI eksklusif dengan OR = 3,87 95% CI (1,45-10,31). Proporsi pemberian ASI eksklusif pada ibu yang suaminya mendapat konseling proses menyusui secara lengkap lebih besar dibandingkan pada ibu yang suaminya mendapat konseling proses menyusui yang tidak lengkap.
commit to user
3. Ransum, et al., (2013), Hubungan Sikap Ibu, Pendidikan dan Dukungan Petugas Kesehatan dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Umur 6-11 bulan di Puskesmas Antang Perumnas Kota Makassar. Jenis penelitian adalah
survey analitik dengan desain cross sectional. Populasi adalah seluruh ibu yang
mempunyai bayi 6-11 bulan di wilayah kerja puskesmas antang perumnas dan
pengambilan sampel secara total sampling yaitu 83 orang. Pengolahan data
menggunakan komputer program SPSS 16 dan analisis data pada penelitian ini
adalah univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 44,5%
responden yang memberikan ASI secara eksklusif dan 55,4% non eksklusif. Berdasarkan perhitungan SPSS dengan menggunakan uji chi-square hanya pendidikan yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif.
4. Suyanto (2008) dalam Perilaku Ibu dalam Memberikan ASI Eksklusif di Kota Tanjungpinang Propinsi Kepulauan Riau. Penelitian ini adalah penelitian analitik metode kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Pengambilan sampel dengan cluster random sampling. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat, analisis bivariate dengan uji statistik chi square. Odds ratio diambil dari eksponen beta dengan confidence interval 95%. Menurut Suyanto (2008), tidak ada hubungan antara umur ibu dengan pemberian ASI Eksklusif, hanya terdapat 18% ibu yang memberikan ASI secara eksklusif dan yang tidak eksklusif jauh lebih tinggi yaitu 82%. Sedangkan pada ibu yang berpendidikan tinggi justru lebih rendah prosentasenya perilaku menyusui ASI Eksklusif (16,3%), dibanding yang memiliki pendidikan lebih rendah (20,5%). Hal ini dimungkinkan bahwa pendidikan yang didapat merupakan pendidikan formal yang tidak ada kaitannya dengan perilaku
commit to user
pemberian ASI Eksklusif dan juga bisa dimungkinkan semakin tinggi pendidikan seseorang akan mempengaruhi pola piker dan pada saat ini dengan semakin gencarnya promosi susu formula, ibu tidak terlalu mengkhawatirkan kalau ASI tidak keluar dapat disambung dengan susu formula.
5. Yusria (2011), Pengaruh Dukungan Keluarga pada Ibu dalam Meningkatkan Durasi Menyusui sampai dengan Enam Bulan di Kota Langsa. Penelitian ini menggunakan rancangan cohort retrospective yang berlokasi di kota Langsa. Pengambilangan sampel dengan cara multistage sampling. Analisis data secara kuantitatif dengan analisis survival dengan Kaplan Meier, log rank dan cox propotional hazard model. Hasil penelitian diperoleh pengaruh yang bermakna antara dukungan keluarga, keyakinan diri untuk menyusui, pengetahuan, dan pekerjaan ibu terhadap durasi menyusui. Ibu yang menerima dukungan rendah dari keluarga beresiko untuk berhenti menyusui 6 kali disbanding ibu yang menerima dukungan keluarga tinggi, sedangkan pengalaman menyusui tidak memiliki pengaruh bermakna pada durasi menyusui.
Penelitian yang dilakukan sekarang punya perbedaan dengan penelitian yang pernah dilakukan. Perbedaan itu diantaranya menyangkut aspek; metode, subjek, tempat, rancangan penelitian, dan tema penelitian, yakni dukungan suami yang melibatkan aspek emosi (emotional), informasi (informational), instrumental dan penilaian positif (appraisal) dalam mendukung perilaku
commit to user
pemberian ASI eksklusif serta persepsi ibu tentang ASI eksklusif yang meliputi kerentanan, keparahan, manfaat dan hambatan dalam memberikan ASI eksklusif.
C. Hipotesis
1. Dukungan suami yang dinilai tinggi akan meningkatkan keberhasilan pemberian ASI eksklusif dibandingkan dukungan suami yang dinilai rendah. 2. Persepsi ibu yang dinilai tinggi berdampak positif terhadap perilaku
pemberian ASI eksklusif.
D. Kerangka Pikir
II Persepsi ibu: manfaat
dan hambatan tentang ASI eksklusif
Dukungan suami: emotional, informational,
instrumental dan
appraisal Keputusan ibu untuk
menyusui Karakteristik ibu:
Usia, Tingkat pendidikan, Status pekerjaaan,
Status ekonomi, Paritas Dukungan tenaga kesehatan
Perilaku pemberian ASI eksklusif / tidak eksklusif