PENDUGAAN RUMUS BOBOT HIDUP PADA DOMBA
BATUR BERDASARKAN UKURAN LINIER TUBUH
RISQO HAQIQI
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pendugaan Rumus Bobot Hidup pada Domba Batur Berdasarkan Ukuran Linier Tubuh adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Risqo Haqiqi
ABSTRAK
RISQO HAQIQI. Pendugaan Rumus Bobot Hidup Pada Domba Batur Berdasarkan Ukuran Linier Tubuh. Dibimbing oleh MUHAMAD BAIHAQI dan EDIT LESA ADITIA.
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara untuk menduga bobot hidup pada domba Batur menggunakan ukuran linier tubuh, lingkar dada, panjang badan, dan bobot hidup. Penelitian ini menggunakan 109 domba jantan dan 336 domba betina. Pengukuran dilakukan pada ternak belum sapih sampai ternak dewasa tanpa memperhatikan umur. Sebaran data antara lingkar dada (x, cm) dan bobot hidup (y, kg), panjang badan (L, cm), dan bobot hidup (y, kg) baik pada jantan maupun betina menunjukkan hubungan yang non linier. Rumus penduga bobot hidup jantan berdasarkan lingkar dada adalah y = (0.0000113) (x)(3.4466±0.0158) dengan nilai determinasi (R2) sebesar 95.87% dan berdasarkan panjang badan adalah y = (0.00000155) (L)(4.1879 ± 0.0178)dengan nilai determinasi (R2) sebesar 95.38%. Sedangkan rumus penduga bobot hidup betina berdasarkan lingkar dada adalah y = (0.000122) (x)(2.9005 ± 0.0056) dengan nilai determinasi (R2) sebesar 98.47% dan berdasarkan panjang badan adalah y = (0.0000136) (L)(3.6398 ± 0.0065) dengan nilai determinasi (R2) sebesar 98.24%.
Perbedaan antara slope dan koefisien regresi pada jantan dan betina nyata berbeda (P<0.01). Uji keakuratan pada rumus pendugaan menunjukkan persentase ketelitian yang cukup tinggi yaitu lebih dari 80%.
Kata kunci: bobot hidup, domba Batur, ukuran linier tubuh
ABSTRACT
RISQO HAQIQI. Predicting Formula Live Body Weight of Batur Sheeps Using Linear Body Measurement. Supervised by MUHAMAD BAIHAQI and EDIT LESA ADITIA.
A study was carried out at Batur. Banjarnegara districk to predict the body weight of Batur sheep using simple linear body measurement. Heart girth and body length and body weight. 109 males and 337 females respectively. Were used in this study. In both groups, the correlation between hearth girth and live body weight, body length and live body weight show non liniear. Prediction of body weight equation based on hearth girth males was y = (0.0000113) (x) (3.4466 ± 0.0158)
. (R2) = 95.87% and based on body length was y = (0.00000155) (L) (4.1879 ± 0.0178)
, (R2) = 95.38%. Whereas prediction of body weight equation based on hearth girth females was y = (0.000122) (x) (2.9005 ± 0.0056), (R2) = 98.47% and based on body length was y = (0.0000136) (L) (3.6398 ± 0.0065), (R2) = 98.24%. The different between slope and coefficient of regression of males and those of females were significant (P<0.01). The accuracy test for two equation show high level of accuracy more than 80%.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
RISQO HAQIQI
PENDUGAAN RUMUS BOBOT HIDUP PADA DOMBA
BATUR BERDASARKAN UKURAN LINIER TUBUH
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul Skripsi : Pendugaan Rumus Bobot Hidup pada Domba Batur Berdasarkan Ukuran Linier Tubuh
Nama : Risqo Haqiqi NIM : D14100059
Disetujui oleh
Muhamad Baihaqi, SPt MSc Pembimbing I
Edit Lesa Aditia, SPt MSc Pembimbing II
Diketahui oleh
ProfDrIr Muladno, MSA Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini dengan judul Pendugaan Rumus Bobot Hidup pada Domba Batur Berdasarkan Ukuran Linier Tubuh. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Muhamad Baihaqi, SPt MSc dan Bapak Edit Lesa Aditia, SPt MSc selaku pembimbing skripsi atas saran dan semangatnya dalam penulisan karya ilmiah ini. Terima kasih penulis sampaikan kepada dosen pembimbing akademik Bapak Dr Ir Afton Atabany, MSi. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Hengki, Slamet, Budi, dan Teman-teman dekat. Terima kasih penulis sampaikan kepada penghuni Pondok Rantau (Alja, Okin, Alul, Santos, Budiman, Jundi, Zumar, Adi, dan Novan) serta keluarga besar IPTP 47. Terima kasih juga kepada Ketua dan anggota kelompok ternak Mantap atas terlaksananya penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, dan istri atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 1Ruang Lingkup Penelitian 2
METODE 2
Waktu dan Tempat Penelitian 2
Materi 2
Prosedur 2
HASIL DAN PEMBAHASAN 3
Domba Batur 3
Ukuran Linier Tubuh Domba Batur 4
Analisis Regresi Domba Batur pada Masing-masing Jenis Kelamin 7 Persamaan Regresi Bobot Badan Dan Ukuran Tubuh Domba Batur 8 Uji Keakuratan Pendugaan Bobot Hidup Domba Batur 9
SIMPULAN DAN SARAN 9
DAFTAR PUSTAKA 10 LAMPIRAN 11 RIWAYAT HIDUP 18
DAFTAR TABEL
1 Hasil analisis regresi non linier dan uji Ancova 7 2 Hasil pengujian rumus pendugaan bobot hidup berdasarkan
lingkar dada dan panjang badan 9
DAFTAR GAMBAR
1 Sebaran data antara bobot hidup dan lingkar dada pada
grafik linier 4
2 Sebaran data antara bobot hidup dan lingkar dada pada
grafik non linier 5
3 Sebaran data antara bobot hidup dan panjang badan pada
grafik linier 5
4 Sebaran data antara bobot hidup dan panjang badan pada
grafik non linier 6
5 Sebaran data antara bobot hidup dan panjang badan pada
grafik logaritmik 6
6 Sebaran data antara bobot hidup dan lingkar dada pada
grafik logaritmik 6
DAFTAR LAMPIRAN
1 Formulir pendataan ternak 11
2 Data hasil penelitian 12
3 Perhitungan regresi non linier Y=axb 12
4 Analisis peragam untuk membandingkan rumus pendugaan jantan dan betina relatif bobot hidup (y) terhadap lingkar dada (x) dan panjang
badan (x) 15
5 Lanjutananalisis peragam antara jantan dan betina
(lingkar dada (x) dan bobot hidup (y)) 16 6 Lanjutananalisis peragam antara jantan dan betina
(panjang badan (x) dan bobot hidup (y)) 16
PENDAHULUAN
Latar BelakangDomba Batur adalah salah satu ternak ruminansia kecil penghasil daging dan wol yang sangat potensial untuk terus dikembangkan dalam rangka upaya memenuhi kebutuhan gizi di masyarakat. Populasi domba batur pada tahun 2013 adalah sekitar 25 ribu ekor. Salah satu sentra peternak domba batur adalah Desa Batur di Kabupaten Banjarnegara. Hampir 40% ternak domba Batur tersebar di Desa Batur (Dinas Pertanian, Perikanan, dan Peternakan Kabupaten Banjarnegara 2013). Desa Batur sangat potensial sebagai kawasan percontohan pengembangan domba untuk membantu suplai pemenuhan kebutuhan daging di tempat lain. Hal ini terutama karena populasi yang besar dan masyarakat dalam memelihara domba batur itu sendiri (Siwi dan Migie 2007).
Penentuan bobot hidup sangat penting. karena penentuan bobot hidup diperlukan untuk menentukan kebutuhan pakan, produksi daging, penentuan bibit, harga jual beli, dan seleksi. Secara umum ada 2 teknik pengukuran bobot hidup seekor ternak yaitu dengan penimbangan (weigh scale) dan dengan pendugaan (estimation). Metode penimbangan merupakan cara paling akurat dalam menentukan bobot hidup ternak namun kurang efesien. Teknik ini membutuhkan kandang jepit, timbangan, dan kadang alat ini tidak tersedia di lapangan. Menurut Takaendengan (1998), sudah cukup banyak jenis timbangan yang sifatnya dapat dibawa (portable) akan tetapi hal tersebut belum dapat mengatasi masalah pengukuran yang lebih praktis, mudah, dan murah tanpa mengurangi efektifitas hasil kerjanya. Metode pengukuran bobot hidup yang kedua adalah dengan pendugaan. Pendugaan bobot hidup umumnya dilakukan dengan menggunakan ukuran-ukuran linier tubuh ternak seperti lingkar dada, panjang badan, lebar dada, dalam dada, dan ukuran-ukuran linier tubuh yang lain.
Hubungan lingkar dada dan panjang badan terhadap bobot hidup dianalisis menggunakan analisis regresi linier yang didasarkan sebaran data pada kertas grafik. Lingkar dada dan panjang badan merupakan penduga bobot hidup yang praktis dan mudah. Pada penelitian (Malewa 2009; Gunawan et al. 2008) menyatakan bahwa panjang badan dan lingkar dada mempunyai korelasi yang erat dengan bobot hidup dan kecepatan pertumbuhan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menduga bobot hidup domba Batur berdasarkan lingkar dada dan panjang badan melalui rumus analisis regresi sehingga diharapkan dapat memudahkan peternak dalam menentukan bobot hidup domba Batur.
2
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah melakukan pengukuran lingkar dada dan panjang badan domba Batur untuk menduga bobot hidupnya. Pengukuran domba Batur tidak diperhatiakn umurnya namun dipisahkan antara jantan dan betina.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di desa Batur Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah. Waktu pengamatan dilaksanakan selama 2 bulan yakni mulai bulan Juli 2013 sampai dengan Agustus 2013.
Materi
Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah domba Batur (Domas) dengan jumlah 446 ekor yaitu jantan 109 dan betina 337. Pengukuran dilakukan pada seluruh domba yang berada dalam kandang yang telah ditentukan. Perlengkapan yang digunakan terdiri atas timbangan digital. pita ukur,tongkat ukur, dan alat tulis.
Prosedur
Pengambilan data dilakukan setiap hari pada pukul 09.00-12.00 WIB padakandang yang telah ditentukan. Data pengukuran meliputi panjang badan, lingkar dada, dan bobot hidup.
Penimbangan Bobot Badan (kg)
Penimbangan bobot badan domba satu persatu dengan menggunakan timbangan digital.
Pengukuran Lingkar Dada (cm)
Menurut Komala (2012), pengukuran lingkar dada (LD) terhadap domba Garut dan domba ekor tipis diukur dengan melingkarkan sekeliling rongga dada dibelakang sendi siku, menggunakan pita ukur (cm).
Pengukuran Panjang Badan (cm)
Menurut Komala (2012), pengukuran panjang badan (PB) terhadap domba Garut dan domba ekor tipis diukur dari benjolan sendi bahu sampai tulang duduk (os ischium) dengan menggunakan tongkat ukur (cm).
3
Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi untuk menentukan bentuk hubungan antara lingkar dada dengan bobot badan dan panjang badan dengan bobot badan. Apabila sebaran data memiliki kecenderungan membentuk garis lurus, maka hubungan antara kedua variabel dianalisis dengan analisis regresi linier y= a + (b±Sb) x (Snedechor dan Cochran 1967). Apabila sebaran data membentuk garis non linier (parabola) maka hubungan antara kedua variabel dianalisis dengan analisis regresi non linier (logaritmik) y= ax (b±Sb) dan dapat disederhanakan menjadi log y = log a + (b±Sb) log x (Snedechor dan Cochran 1967).
y = bobot hidup dugaan (kg) x = ukuran linier tubuh (cm) a = intersep/titik perpotongan b = slope (koefisien regresi) Sb = galat untuk koefisien regresi r = koefisien korelasi
R2 = koefisien determinasi
Hubungan antara panjang badan dengan bobot hidup dan lingkar dada dengan bobot hidup dapat ditentukan sebagai berikut:
Pertumbuhan PB atau LD : x = c1 ek1t Pertumbuhan Bobot Hidup : y = c2 ek2t Log x = log c1 + k1t Log y =log c2 + k2t Deferensial : dx/x = k1 dt dy/y = k2 dt dy/y: dx/x = k2/k1 = b (konstan) dy/y = b dx/x
intergral: log y = b log x + log a Y = axb
Pengaruh jenis kelamin terhadap koefesien regresi (b) dan intersep (a) dipelajari dengan menggunakan analisis ragam (covarian). Apabila pengaruh jenis kelamin terhadap koefesien regresi dan intersep tidak nyata maka dalam pengolahan data tidak perlu dipisahkan antara betina dan jantan. Sehingga pendugaan bobot hidup dapat menggunakan satu persaman (Snedechor dan Cochran 1967). Uji keakuratan diujikaan untuk keakuratan rumus pendugaan ukuran tubuh Domba Batur yang diperoleh dalam pengukuran.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Domba BaturDomba Batur merupakan persilangan antara domba impor dari Australia dengan domba lokal. Domba ini disebut sebagai domba Batur karena berkembang dan tumbuh dengan baik di kecamatan Batur Banjarnegara Jawa Tengah sejak tahun 1984. Pada zaman orde baru, terdapat kebijakan pemerintah dalam bidang peternakan untuk pengembangan domba persilangan dari negara Australia di seluruh wilayah di Indonesia. Australia memiliki kebijakan dalam ekspor-impor ternak terutama domba. Domba Merino sangat dilindungi kemurniannya sehingga tidak pernah diizinkan untuk
4
diekspor. Australia hanya mengeskpor hasil persilangan Merino. Domba yang telah diimpor terlebih dahulu dikembangkan di Tapos. Tapos mengirimkan domba biakan ke beberapa wilayah di Indonesia termasuk kecamatan Batur (Kelompok Tani Ternak Mantap 2003).
Domba Batur memiliki ciri khas yaitu berbulu putih yang dapat menutupi seluruh muka seperti domba Merino. Domba Merino termasuk dalam jenis domba yang tidak mengenal musim dalam berproduksi, sesuai dengan kondisi di Indonesia yang tidak mengenal musim kawin. Domba Batur memiliki postur tubuh yang besar dan kuat. Umumnya Domba Batur jantan lebih besar dibandingkan dengan betina. Domba Batur (Domas) memiliki ciri-ciri yaitu: tipe pedaging dengan kualitas daging yang cukup tinggi, tubuh besar dan panjang, kaki pendek namun dapat menopang kuat badannya yang besar, tinggi domba jantan dapat mencapai 78 cm dan domba betina 73 cm, berat badan dewasa pada jantan dapat mencapai 140 kg dan pada betina 90 kg, tidak bertanduk, bulu tebal berwarna putih dan menutupi seluruh tubuh hingga bagian muka, dan kulit tipis. Domba Batur (Domas) merupakan salah satu bangsa domba yang dikenal para peternak sebagai bakalan domba (Kementan 2011).
Ukuran Linier Tubuh Domba Batur
Sebaran data bobot hidup (y) terhadap lingkar dada (x) pada grafik linier dan non linier terdapat pada Gambar 1 dan 2. Nilai ketepatan R-Sq (adj) yang dihasilkan pada grafik linier sebesar 83.8% sedangkan pada grafik non linier sebesar 84.4%. Hal ini menunjukan bahwa model grafik non linier lebih tepat digunakan untuk menggambarkan sebaran data bobot hidup (y) terhadap lingkar dada (x) karena nilai ketepatan R-Sq (adj) yang dihasilkan lebih besar dibandingkan nilai R-Sq (adj) grafik linier sehingga nilai errornya akan lebih rendah.
120 110 100 90 80 70 60 50 40 120 100 80 60 40 20 0 Lingkar Dada (cm) Bo bo t H id up (k g) S 9,40781 R-Sq 83,8% R-Sq(adj) 83,8% . Gambar 1 Sebaran data antara bobot hidup dan lingkar dada pada grafik linier
5 120 110 100 90 80 70 60 50 40 120 100 80 60 40 20 0 Lingkar Dada (cm) Bo bo t Hi du p (k g) S 9,21634 R-Sq 84,5% R-Sq(adj) 84,4%
Gambar 2 Sebaran data antara bobot hidup dan lingkar dada pada grafik Non linier
Sebaran data bobot hidup (y) terhadap panjang badan (L) pada grafik linier dan non linier terdapat pada Gambar 3 dan 4. Nilai ketepatan R-Sq (adj) yang dihasilkan pada grafik linier dan non linier sebesar 81.3%. Namun nilai ketepatan S pada grafik non linier lebih besar dibandingkan nilai ketepataan S pada grafik linier yaitu sebesar 10.1085 untuk grafik linier sedangkan pada grafik non linier sebesar 10.1185. Hal ini menunjukan bahwa model grafik non linier lebih tepat digunakan untuk menggambarkan sebaran data bobot hidup (y) terhadap panjang badan (L) karena nilai ketepatan R-Sq (adj) dan S yang dihasilkan lebih besar dibandingkan nilai R-Sq (adj) dan S grafik linier sehingga nilai errornya akan lebih rendah.
80 70 60 50 40 120 100 80 60 40 20 0 Panjang Badan (cm) Bo bo t H id up (k g) S 10,1085 R-Sq 81,3% R-Sq(adj) 81,3%
6 80 70 60 50 40 120 100 80 60 40 20 0 panjang badan bo bo t hi du p S 10,1181 R-Sq 81,3% R-Sq(adj) 81,3%
Gambar 4 Sebaran data antara bobot hidup dan panjang badan pada grafik non linier
Gambar 3 dan 4 menunjukkan bahwa sebaran data bobot hidup domba Batur baik jantan maupun betina bersifat non linear, maka hubungan kedua variabel tersebut dipelajari dengan menggunakan kertas grafik logaritmik. Hasilnya disajikan pada Gambar 5 dan 6.
Gambar 5 Sebaran data antara bobot hidup dan panjang badan pada grafik logaritmik 1 10 100 1000 0 20 40 60 80 100 120 140 B ob ot Hi d u p ( kg) Lingkar Dada (cm) 1 10 100 1000 0 20 40 60 80 100 B ob ot Hi d u p ( kg) Panjang Badan (cm)
Gambar 6 Sebaran data antara bobot hidup dan lingkar dada pada grafik logaritmik
7
Keterangan: JK = Jenis kelamin, LD = lingkar dada, PB = panjang badan, R2 = koefisien determinasi, Sb = galat untuk koefisien regresi, J =jantan, B = betina, G = gabungan
Sebaran tersebut membentuk garis lurus maka hubungan tersebut dipelajari dengan menggunakan analisis regresi non linier dengan rumus y = ax(b ± Sb) (Snedechor dan Cochran 1967). Pendugaan rumus menggunakan analisis non linear pernah dilakukan oleh Herman et al. (1985) terhadap 295 ekor kambing Peranakan Etawah dan Meivilia (2011) terhadap kambing Kacang.
Analisis Regresi Domba Batur Pada Masing-Masing Jenis Kelamin
Sebaran data jantan dan betina terlihat berbeda sehingga dalam pengolahan data dipisahkan antara jantan, betina, dan gabungan. Hasil perhitungan analisis regresi non linier dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1Hasil analisis regresi non linier dan uji Ancova
peubah JK Intersep (a) Koefisen Regresi b ± sb SK (b ± Sb.t(0.05)) Korelasi (r) R² (%) LD J 0.0000113 3.4466±0.0158 3.4456 - 3.4476 0.9791 95.87 B 0.000122 2.9005±0.0056 2.9001 - 2.9008 0.9923 98.47 G 0.0000535 3.0897 ± 0.0058 3.0893 - 3.0900 0.9892 97.85 PB J 0.00000155 4.1879 ± 0.0178 4.1868 - 4.1890 0.9766 95.38 B 0.0000136 3.6398 ±0.0065 3.6393 - 3.6402 0.9912 98.24 G 0.00000578 3.8606 ± 0.0066 3.8602 - 3.8610 0.9877 97.55
Hasil analisis regresi non linier pada betina memiliki nilai korelasi dan koefisien determinasi lebih tinggi dibandingkan jantan saja ataupun gabungan. Setelah diuji menggunakan Ancova, terdapat perbedaan antara jantan dan betina yaitu pada nilai intersep dan koefisien regresi. Perbedaan antara jantan dan betina pada intersep adalah nyata yang berarti pada lingkar dada dan panjang badan yang sama terdapat perbedaan bobot hidup. Doho (1994) menyatakan bahwa bobot hidup dan ukuran linier tubuh domba jantan dan betina berbeda karena perbedaan hormon yang dimilikinya. Jantan memiliki nilai koefisien regresi yang lebih tinggi (P<0.01) dibandingkan dengan betina yang menunjukkan perbedaan pertambahan bobot hidup terhadap setiap pertambahan lingkar dada dan panjang badan. Nilai koefisien regresi lingkar dada domba dengan selang kepercayaan 95% yang berkisaran antara 3.4456 hingga 3.4476 pada jantan dan kisaran antara 2.9001 hingga 2.9008 pada betina. Sedangkan nilai koefisien regresi panjang badan domba dengan selang kepercayaan 95% yang sesungguhnya adalah kisaran antara 4.1868 hingga 4.1890 pada jantan dan kisaran antara 3.6393 hingga 3.6401 pada betina. Perbedaan jantan dan betina pada penelitian ini juga dilakukan oleh Dewi (2010). Namun pada penelitian Nurhayati (2004) dan Meivilia (2011) jantan dan betina tidak berbeda.
Nilai korelasi antara lingkar dada dan panjang badan terhadap bobot hidup cukup tinggi pada domba jantan dan betina berturut-turut adalah 0.9791 dan 0.9923 untuk lingkar dada sedangkan panjang badan sebesar 0.9766 dan 0.9911. Nilai koefisien determinasi (R2) untuk jantan adalah 95.87% dan 95.38%
8
sedangkan untuk betina adalah 98.47% dan 98.24%. Berdasarkan data tersebut maka rumus pendugaan untuk jantan dan betina perlu dibedakan.
Persamaan Regresi Bobot Badan Dan Ukuran Tubuh Domba Batur
Persamaan regresi non linier jantan pada lingkar dada adalah y = (0.0000113) (x) (3.4466 ± 0.0158) dan panjang badan y = (0.00000155) (L) (4.1879 ± 0.0178). Regresi ini mempunyai nilai r sebesar 0.9791 dan nilai koefisien determinasinya 95.87% untuk lingkar dada sedangkan panjang badan mempunyai nilai r =0.9766 dan nilai koefisien determinasinya 95.38%. Hal ini menunjukan bahwa lingkar dada (x) dan bobot hidup (y) serta panjang badan (L) dan bobot hidup (y) memiliki korelasi yang positif, sehingga dapat digunakan sebagai penduga bobot hidup, dimana 95.87% dan 95.38% keragaman bobot hidup (y) domba batur dipengaruhi oleh keragaman lingkar dadanya (x) dan panjang badan (L).
Persamaan regresi non linier betina pada lingkar dada adalah y = (0.000122) (x) (2.9005 ± 0.0056) dan panjang badan y = (0.0000136) (L) (3.6398 ± 0.0065). Regresi ini mempunyai nilai r sebesar 0.9923 dan nilai koefisien determinasinya 98.47% untuk lingkar dada, sedangkan panjang badan mempunyai nilai r =0.9912 dan nilai koefisien determinasinya 98.24%. Hal ini menunjukan bahwa lingkar dada (x) dan bobot hidup (y) serta panjang badan (L) dan bobot hidup (y) memiliki korelasi yang positif. Sehingga dapat digunakan sebagai penduga bobot hidup, dimana 98.47% dan 98.24% keragaman bobot hidup (y) domba batur dipengaruhi oleh keragaman lingkar dadanya (x) dan panjang badan (L). Nilai korelasi dan koefisien determinasi jantan dan betina antara lingkar dada dan bobot hidup yang diperoleh pada penelitian ini lebih tinggi bila dibandingkan nilai korelasi dan koefisien determinasi yang diperoleh pada penelitian Dewi (2010) terhadap domba Batur. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2010) diperoleh nilai korelasi dan koefisien determinasinya berturut-turut sebesar 0.9385 dan 89.00%. Sedangkan nilai korelasi dan koefisien determinasi jantan dan betina antara panjang badan dan bobot hidup yang diperoleh pada penelitian ini lebih tinggi bila dibandingkan nilai korelasi dan koefisien determinasi yang diperoleh pada penelitian Meivilia (2011) terhadap kambing Kacang. Penelitian yang dilakukan oleh Meivilia (2011) terhadap 236 ekor kambing kacang diperoleh nilai korelasi dan koefisien determinasinya gabungan (jantan dan betina) berturut-turut sebesar 0.9790 dan 95.8%.
Nilai koefisien determinasi digunakan untuk mengukur keakuratan dari rumus pendugaan yang diperoleh. Nilai koefisien determinasi yang semakin tinggi menunjukkan bahwa rumus pendugaan yang diperoleh semakin akurat. Hasil analisis regresi non linier pada betina berdasarkan lingkar dada dan panjang badan memiliki nilai koefisien determinasi lebih tinggi dibandingkan jantan. Hal ini menunjukkan bahwa rumus pendugaan berdasarkan lingkar dada dan panjang badan betina lebih akurat dibandingkan pada jantan.
9 Jenis Kelamin Ukuran Sebenarnya BH Dugaan (kg) Ketelitian (%) Ukuran Sebenarnya BH Dugaan (kg) Ketelitian (%) LD(cm) BH(kg) PB(cm) BH(kg) Jantan 59 15 14.29 95.27 44 14 11.82 84.42 60 18 15.14 84.13 52 23 23.79 96.68 64 19 18.92 99.56 65 50 60.57 82.55 73 29 29.77 97.41 68 55 65.50 83.97 83 45 46.34 97.11 73 87 98.48 88.34 95 89 73.80 82.92 72 102 92.95 91.13 104 95 100.82 94.23 75 104 110.28 94.30 Betina 49 9 9.74 92.38 54 31 27.46 88.59 51 11 10.94 99.47 59 45 37.91 84.24 59 14 16.70 83.85 62 47 45.41 96.62 60 17 17.53 96.98 69 80 67.03 83.78 83 45 44.93 99.85 70 58 70.63 82.12 95 60 66.47 90.26 74 93 86.46 92.97 104 76 86.43 87.93 77 95 96.19 98.76
Uji Keakuratan Pendugaan Bobot Hidup Domba Batur
Uji keakuratan perlu dilakukan untuk mengetahui keakuratan rumus pendugaan terhadap ukuran tubuh domba yang sebenarnya. Pengujian dilakukan menggunakan ukuran bobot hidup, panjang badan, dan lingkar dada yang tidak dimasukkan ke dalam pengolahan data persamaan tesebut. Pengujian tersebut disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil pengujian rumus pendugaan bobot hidup berdasarkan lingkar dada dan panjang badan
keterangan: LD = lingkar dada; PB = panjang badan;BH = bobot hidup
Dilihat dari Tabel 2 menunjukan persentase ketelitian cukup tinggi karena lebih dari 80%. Menurut Sugiyono (2005) nilai koefisien korelasi antara 80%-100% menunjukkan hubungan yang sangat kuat. Sehingga rumus ini cukup akurat untuk digunakan untuk menduga bobot hidup domba Batur melalui ukuran lingkar dada maupun panjang badan. Rumus pendugaan ini diharapkan bermanfaat untuk masyarakat karena dapat memudahkan dalam menentukan bobot hidup tanpa harus menimbang satu persatu dalam jumlah yang cukup banyak. Masyarakat cukup hanya menggunakan pita ukur atau tongkat ukur yang telah dibuat dengan persamaan ini.
SIMPULAN DAN SARAN
SimpulanHasil penelitian dapat memberikan kesimpulan bahwa rumus pendugaan bobot hidup domba Batur melalui ukuran lingkar dada dan panjang badan pada jantan dan betina perlu dipisahkan karena berbeda nyata pada intersep dan koefisien regresinya. Sebaran data yang diperoleh baik jantan maupun betina
10
berbentuk non linier. Persamaan yang didapatkan untuk jantan berdasarkan lingkar dada adalah y = (0.0000113) (x) (3.4466 ± 0.0158) dan panjang badan adalah y = (0.00000155) (L) (4.1879 ± 0.0178) sedangkan untuk betina berdasakan lingkar dada adalahy = (0.000122) (x) (2.9005 ± 0.0056) dan panjang badan adalah y = (0.0000136) (L) (3.6398 ± 0.0065). Nilai y menyatakan bobot hidup (kg) dan x adalah ukuran lingkar dada (cm) atau panjang badan (cm).
Saran
Penelitian lanjutan dibutuhkan untuk mengetahui hubungan antara bobot hidup dan ukuran linier tubuh pada bangsa yang sama atau berbeda di daerah yang sama atau berbeda dengan umur yang dibedakan dan jumlah sampel yang lebih banyak. Sehingga diperoleh rumus pendugaan yang dapat memperkuat penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi NK. 2010. Pendugaan bobot hidup pada domba Batur berdasarkan lingkar dada.[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Dinas Pertanian Perikanan dan Peternakan Kabupaten Banjarnegara. 2013. Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah. (www.banjarnegara.go.id)
Doho SR. 1994. Parameter fenotip domba Priangan serta hubungan antara beberapa ukuran tubuh dengan bobot badan. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Gunawan A, Jamal K, Sumantri C.2008. Pendugaan bobot badan melalui analisis morfometrik dengan pendekatan regresi terbaik best-subset pada domba garut tipe pedaging, tangkas, dan persilangan. M I Petern. 11(1):1-6.
Herman R, Suwartono, Kadarman. 1985. Pendugaan bobot kambing peranakan Etawa dari ukuran tubuh. Med Petern. 10(1):1-11
Kelompok Tani Ternak Mantap. 2003. Profil Kelompok Tani Ternak Mantap.Batur (ID): Penerbit Swadaya.
[Kementan] Kementrian Pertanian. 2011. Penetapan Rumpun Domba Batur
(2916/Kpts/OT.140/6/2011). Jakarta (ID): Kementrian Pertanian.
Komala H. 2012. Morfometrik dan respon fisisologis domba garut dan domba ekor tipis diberi pakan limbah tahu. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Malewa A. 2009. Penaksiran bobot badan berdasarkan lingkar dada dan panjang badan domba Donggala. J Agroland.16(1):91-97.
Meivilia M. 2011. Pendugaan bobot hidup pada kambing kacang berdasarkan ukuran linier tubuh. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Nurhayati L. 2004. Penampilan pertumbuhan domba Priangan di KabupatenGarut.[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Siwi G, Migie H. 2007.Peranan domba Batur dalam meningkatkan pendapatan keluarga di desa Batur Kabupaten Banjarnegara.[skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro Semarang.
11 Snedechor GW, Cochran WG. 1967. Statistical Methods. Edisi ke-6. Oxford
(UK): Oxford andIBH Publishing Co.
Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian. Cetakan ke-7. Bandung (ID): CV. Alfabeta.
Takaendengan BJ. 1998. Kemajuan genetik beberapa sifat kuantitatif domba ekor gemuk.[tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Formulir pendataan ternak
Data Peternak
1. Nama :
2. Pendidikan :
3. Mata pencaharian utama :
4. Jumlah domba :
5. Cara pemeliharaan : 6. Jumlah pakan/hari :
a. hijauan :
b. penguat/konsentrat : 7. Pendataan ukuran tubuh :
No Jenis kelamin* Umur** Bobot hidup (kg) Lingkar dada (cm) Panjang badan (cm) Skor kondisi*** 1 2 3 4 5 6 7 8 9 N
Keterangan:*= Diisi betina atau jantan; **= diisi katagori umur pra-sapih, lepas sapih. I1,I2,I3 danI4;***= diisi katagori sangat kurus, kurus, gemuk, dan sangat gemuk
12
Lampiran 2 Data hasil penelitian
No. Jenis Kelamin Umur Bobot Hidup Rata-rata (kg) Lingkar Dada Rata-rata (cm) Panjang Badan Rata-rata (cm) Skor Kondisi 1 Betina I0 18.04 60.64 48.16 Kurus 2 Betina I1 41.64 80.69 57.83 Gemuk 3 Betina I2 53.45 86.45 64.57 Gemuk 4 Betina I3 77.87 99.94 70.04 Gemuk 5 Jantan I0 15.94 58.89 46.88 Kurus 6 Jantan I1 49.25 79.92 59.65 Gemuk 7 Jantan I2 74.25 91.08 67.45 Gemuk
8 Jantan I3 87.36 99.77 71.34 Sangat Gemuk
Lampiran 3Perhitungan regresi non linier Y = axb
x2 = x2−( x)2 n Lingkar Dada x2 ♂ = (48)2+ ⋯ + 100 2− 48+⋯+100 2 109 = 6.861 x2 ♀ = 84 2+ ⋯ + 68 2 − 84+⋯+68 2 337 = 11.973 x2 Gab = 48 2+ ⋯ + 68 2− 48+⋯+68 2 446 = 19.461 PanjangBadan x2 ♂ = 44 2+ ⋯ + 72 2 − 44+⋯+72 2 109 = 4.201 x2 ♀ = 68 2+ ⋯ + 55 2 − 68+⋯+55 2 337 = 6.954 x2 Gab = (44)2+ ⋯ + 55 2− 44+⋯+55 2 446 = 11.395 𝑦2 = 𝑦2−( 𝑦)2 n Lingkar Dada 𝑦2 ♂ = 62+ ⋯ + 102 2− 6+⋯+102 2 109 = 86.809 𝑦2 ♀ = 57 2+ ⋯ + 28 2− 57+⋯+28 2 337 = 117.458 𝑦2 Gab = 6 2+ ⋯ + 28 2− 6+⋯+28 2 446 = 209.171 PanjangBadan 𝑦2 ♂ = 62+ ⋯ + 102 2− 6+⋯+102 2 109 = 86.809 𝑦2 ♀ = 57 2+ ⋯ + 28 2− 57+⋯+28 2 337 = 117.458
13 𝑦2 Gab = 6 2+ ⋯ + 28 2− 6+⋯+28 2 446 = 209.171 xy = xy −( x) ( x)𝑛 Lingkar Dada xy ♂ = 48x6 + … + 100x102 − 48+⋯+100 6+⋯+102 109 = 23.648 xy ♀ = 84x57 + … + 68x28 − 84+⋯+68 57+⋯+28 337 = 34.726 xy Gab = 48x6 + … + 68x28 − 48+⋯+6 68+⋯+28 446 = 60.128 Panjang Badan xy ♂ = 44x6 + … + 72x102 − 44+⋯+72 6+⋯+102 109 = 17.595 xy ♀ = 68x57 + … + 55x28 − 68+⋯+55 57+⋯+28 337 = 25.312 xy Gab = 44x6 + … + 55x28 − 44+⋯+6 55+⋯+28 446 = 43.989 b = xy x2 Lingkar Dada b ♂ = 23.6486.861 = 3.447 b ♀ = 34.726 11.973= 2.900 b 𝐺ab = 60.128 19.461 = 3.100 Panjang Badan b ♂ = 17.595 4.201 = 4.188 b ♀ = 25.312 6.954 = 3.640 b Gab = 43.989 11.395= 3.61
log a = log y – (b. log x) Lingkar Dada
log a ♂ = log y – (b. log x) = -11.394 a ♂ = 0.0000113
log a ♀ = log y – (b. log x) = -9.012 a ♀ = 0.000122
log a 𝐺ab = log y – (b. log x) =-9.866 a 𝐺ab = 0.0000535
Panjang Badan
log a ♂ = log y – (b. log x) = -13.378 a ♂ = 0.00000155
log a ♀ = log y – (b. log x) =-11.206 a ♀ = 0.0000136
log a 𝐺ab = log y – (b. log x) =-12.061 a 𝐺ab = 0.00000578
14 dy2 = 𝑦2 −( xy)2 x2 Lingkar Dada dy2 ♂ = 86.809 – (23.648) 2 6.861 = 53.767 dy2 ♀ = 117.458 - (34.726) 2 11.973= 68.225 dy2 Gab = 209.171 - (60.128) 2 19.461= 123.855 Panjang Badan dy2 ♂ = 86.809 - (17.595)2 4.201= 60.220 dy2 ♀ = 117.458 - (25.312) 2 6.954= 78.040 dy2 Gab = 209.171 - (43.989) 2 11.395= 140.890 Syx = dy 2 𝑛−2 Lingkar Dada Syx ♂ = 53.767 109−2 = 0.702 Syx ♀ = 68.225 337−2 = 0.450 Syx 𝐺ab = 123.855 446−2 = 0.527 Panjang Badan Syx ♂ = 60.220 109−2 = 0.743 Syx ♀ = 78.040 337−2 = 0.481 Syx 𝐺ab = 140.890 446−2 = 0.562 Sb = Syx ln x2 Lingkar Dada Sb ♂ = 0.702 6.861 = 0.0158 Sb ♀ = 0.450 11.973 = 0.0056 Sb 𝐺ab = 0.527 19.461 = 0.0058 Panjang Badan
15 Sb ♂ = 0.743 4.201 = 0.0178 Sb ♀ = 0.481 6.954 = 0.0064 Sb 𝐺ab = 0.562 11.395 = 0.0066 r = xy x2 y2 Lingkar Dada r ♂ = 23.648 6.861.86.809 = 0.9791 r ♀ = 34.726 11.973.117.458 = 0.9923 r Gab = 60.128 19.461.209.171 = 0.9891 Panjang Badan r ♂ = 17.595 4.201.86.809 = 0.9766 r ♀ = 25.312 6.954.117.458 = 0.9912 r 𝐺ab = 43.989 11.395.209.171 = 0.9876 R2 = r2 x 100% Lingkar Dada R2 ♂ = 0.97912 x 100% = 95.87% R2 ♂ = 0.99232 x 100% = 98.47% R2 𝐺ab = 0.98912 x 100% = 97.85% Panjang Badan R2 ♂ = 0.97662 x 100% = 95.38% R2 ♂ = 0.99122 x 100% = 98.24% R2 𝐺ab = 0.98762 x 100% = 97.55%
Lampiran 4 Analisis peragam untuk membandingkan rumus pendugaan jantandan betina relatif bobot hidup (y) terhadap lingkar dada (x) dan panjang badan (x)
Perhitungan Regresi Non Linier. Y = axb
Variabel Lingkar Dada Panjang Badan
Jantan Betina Gabungan Jantan Betina Gabungan
Ʃx² 6.861 11.972 19.461 4.201 6.954 11.395 Ʃy² 86.809 117.458 209.171 86.809 117.458 209.171 Ʃxy 23.648 34.726 60.128 17.595 25.312 43.989 X 78.484 73.000 77.144 58.005 55.488 57.340 Y 41.521 40.445 41.258 41.521 40.445 41.258 B 3.447 2.901 3.090 4.188 3.640 3.861 A 0.0000113 0.000122 0.0000535 0.00000155 0.0000136 0.00000578 R 0.980 0.992 0.989 0.977 0.991 0.988 R² 95.873 98.466 97.846 95.378 98.245 97.550 Syx 0.702 0.450 0.527 0.743 0.481 0.562 Sb 0.0158 0.0056 0.0058 0.0178 0.0065 0.0066
16
Lampiran 5 Lanjutananalisis peragam antara jantan dan betina (lingkar dada (x) dan bobot hidup (y))
No Sumber keragaman db Ʃ x² Ʃ y² Ʃ xy b db Jk KT 1 Jantan 108 6.861 86.809 23.648 3.447 107 5.306 0.050 2 Betina 336 11.973 117.458 34.726 2.901 335 16.734 0.049 3 Galat 442 22.039 0.050 4 Jantan +Betina 444 18.834 204.267 58.374 443 23.341 0.053
5 Perbedaan Antar Slope 1 1.301 1.301
6 Antara 1 0.627 4.904 1.754
7 Gabungan 445 19.461 209.171 60.128 3.090 444 23.395 0.053
8 Antara Nilai Tengah 1 0.054 0.054
Keterangan : db = derajat bebas; JK = jumlah kuartil; KT = kuadrat tengah
Tes Beda Nyata b :
F hit = 1.301/0.05 = 26.086 > F table (1.442) = 3.951 (5%) ; 6.938 (1%) sangat berbeda nyata
Tes Beda Nyata a :
F hit = 0.054/0.053 = 1.027<F table (1.443) = 3.951 (5%) ; 6.938 (1%) sangat tidak nyata
Lampiran 6Analisis peragam antara jantan dan betina (panjang badan (x) dan bobot hidup (y))
No Sumber keragaman db Ʃ x² Ʃ y² Ʃ xy b db Jk KT 1 Jantan 108 4.201 86.809 17.595 4.188 107 13.122 0.123 2 Betina 336 6.954 117.458 25.312 3.640 335 25.327 0.076 3 Galat 442 38.449 0.087 4 Jantan+ Betina 444 11.156 204.267 42.907 443 39.236 0.089
5 Perbedaan Antar Slope 1 0.787 0.787
6 Antara 1 0.239 4.904 1.082
7 Gabungan 445 11.395 209.171 43.989 3.860 444 39.346 0.089
8 Antara Nilai Tengah 0.110 1 0.110
Keterangan : db = derajat bebas; JK = jumlah kuartil; KT = kuadrat tengah
Tes Beda Nyata b :
F hit = 0.878/0.087 = 9.046 > F table (1.442) = 3.951 (5%) ; 6.938 (1%) sangat berbeda nyata
Tes Beda Nyata a :
F hit = 0.109/0.089 = 1.236<F table (1.443) = 3.951 (5%) ; 6.938 (1%) sangat tidak nyata
17
Lampiran 7 Gambar dokumentasikandang, pengkuran, dan domba yang digunakan dalam penelitian (a) kandang domba dari depan(b) kandang domba dari dalam(c) sekat domba dalampengukuran (d) saat pengukuran (e) domba betina (f) domba jantan
(a) Kandang domba dari depan (b) Kandang domba dari dalam
(c) Sekat domba dalam kandang (d) Saat pengukuran
18
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Wanayasa Banjarnegara pada tanggal 10 Desember 1990. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara pasangan H Suwandi dan Hj Siti Umamah. Pendidikan sekolah menengah dimulai dari tahun 2004 di MTs Muhammadiyah Karangkobar Banjarnegara sampai tahun 2007. Pendidikan lanjutan menengah atas ditempuh pada tahun 2007 sampai tahun 2010 di MA Negeri 02 Banjarnegara. Penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) dan terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor pada tahun 2010 melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama di IPB, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan Kelompok Pencinta Alam Fakultas Peternakan (Kepal-D) selama periode tahun 2011-2013 sebagai ketua Eksternal. Penulis juga aktif di organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Produksi Ternak (HIMAPROTER) selama periode tahun 2011-2013 sebagai anggota. Penulis juga aktif di berbagai kepanitian selama di IPB dan Fakultas Peternakan.