• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA PELAKSANAAN MICROTEACHING. Oleh: Putu Budi Adnyana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POLA PELAKSANAAN MICROTEACHING. Oleh: Putu Budi Adnyana"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

POLA

PELAKSANAAN

MICR

O

TEACHING

Oleh: Putu Budi Adnyana

LPPPM-LABDIKDU

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2018

(2)

niversitas Pendidikan Ganesha merupakan salah satu Perguran Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan Guru yang meliputi: Program Sarjana Pendidikan dan Program Pedididkan Profesi Guru (PPG). Berdasarkan Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 55 tahun 2017 tentang Standar Pendidikan Guru, mengamanatkan bahwa microteaching diberikan pada mahasiswa program sarjana pendidikan dengan beban belajar minimal 2 sks. Materi yang diberikan dalam microteaching adalah keterampilan dasar mengajar yang meliputi: a) perencanaan yang dilakukan mahasiswa di bawah bimbingan Dosen pembimbing, b) pelaksanaan pembelajaran di laboratorium, c) penilaian dan pemberian umpan balik langsung dilakukan Dosen, dan e) pengayaan dan remediasi.

Mengajar dan belajar merupakan kegiatan inti dari proses pendidikan. Oleh karena itu, kualitas pendidikan sangat tergantung dari kualitas pengajaran dan kapisitas belajar siswa. Salah satu tugas utama guru adalah mengajar disamping mengemban tugas utama lain seperti mendidik, membimbing, melatih, mengarahkan, menilai dan mengevaluasi (Undang-undang R.I. No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal, Ayat 2). Agar mahasiswa calon guru memiliki kemampuan mengajar yang efektif perlu dibekali dengan pengetahuan, keterampilan, dan penanaman sikap dan nilai postif. Lee Schulman (1987 dalam Arends et al., 2001 dan Arends, 2007) pengelompokkan pengetahuan yang harus dimiliki oleh guru menjadi 7 (tujuh) kategori, yaitu: a) pengetahuan tentang isi (content knowledge), b) pengetahuan tentang isi pedagogis (pedagogical content knowledge), c) pengetahuan tentang peserta didik (knowledge of leaners), d) Pengetahuan tentang pedagogi umum (general pedagogical knowledge), e) pengetahuan tentang konteks pendidikan (knowledge of educational context), f) pengetahuan tentang kurikulum (knowledge of curriculum), dan g) pengetahuan tentang sasaran, maksud, dan nilai-nilai pendidikan (knowledge of educational ends, purpuses, and values).

Kumar (2016) menguaraikan bahwa “teaching is the art of facilitating learning” dan menurut Cooper, (1967) “teaching is an extremely complex process dealing with many variables-teachers’ and pupils’ personality characteristics, intelligence, motivation, teaching skills, etc.” Berdasarkan kedua definisi tersebut, mengajar adalah seni untuk memfasilitasi belajar dan merupakan kegiatan yang sangat kompleks yang terkait dengan banyak variabel baik bersumber dari guru maupun siswa, seperti karakteristik kepribadian, kecerdasan, motivasi,

U

Landasan

Yuridis dan

Emperis

(3)

keterampilan mengajar dll. Keterampilan mengajar merupakan salah satu varibel yang mempengaruhi keefektifan pengajaran. Menurut pandangan konstruktivis, mengajar adalah tentang memberdayakan pelajar dan memungkinkan pelajar menemukan dan melakukan refleksi terhadap pengalaman-pengalaman realitas (Muijs & Reynold, 2008). Untuk dapat memfasilitasi dan memberdayakan siswa belajar, guru/calon guru harus menguasai keterampilan mengajar.

Pada hakikatnya keterampilan mengajar merupakan seluruh aktivitas guru di kelas dan tugas guru yang spesifik. Penelitian tentang keterampilan mengajar telah banyak dilakukan seperti Allen dan Ryan (1969) mengembangkan 14 ketrampilan; Turney (1973), 9 keterampilan; Passi (1976), 13 keterampilan dan; Rani (2011), 21 keterampilan. Tim Pengembang Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), mengembangkan 8 keterampilan dasar mengajar, yaitu: 1) keterampilan bertanya, 2) keterampilan memberi penguatan, 3) keterampilan mengadakan variasi, 4) keterampilan menjelaskan, 5) keterampilan membuka dan menutup pelajaran, 6) keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, 7) keterampilan mengelola kelas, dan 8) keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan. Hasil studi mengenai microteaching menunjukkan bahwa: a) keterampilan mengajar lebih mudah dilatihkan dengan menyerderhanakan kegiatan mengajar yang kompleks (Cooper, 1967), b) microteaching merupakan suatu teknik yang efektif dan efisien untuk melatih keterampilan mengajar yang spesifik (Cooper, 1967; Sen, 2010; Remesh, 2013; & Kumar, 2016), dan c) hasil penelitian juga menunjukkan bahwa microteaching dapat mengurangi kecemasan (Peker, 2009) dan meningkatkan kepercayaan diri (Kumar, 2016).

icroteching pertama kali dikembangkan pada tahun 1963 oleh A.W. Dwight Allen dari Stanford University. Mc. Kinght (1971) menjelaskan bahwa microteaching sebagai pengajaran dalam skala kecil (mikro) yang dirancang untuk mengembangkan keterampilan baru dan memperbaiki keterampilan yang lama. Sedangkan Mac Laughin & Moulton mendefinisikan microteaching sebagai metode latihan penampilan yang dirancang secara jelas dengan jalan mengisolasi bagian-bagian komponen dari proses mengajar, sehingga guru (calon guru) dapat menguasai setiap komponen satu persatu dalam situasi mengajar yang disederhanakan. Berdasarkan Permenristek Dikti Nomor 55 Tahun 2017, Pasal 1 (7) dinyatakan bawa microteaching (pembelajaran mikro) adalah pembelajaran keterampilan dasar mengajar dengan menggunakan latar, peserta didik, kompetensi,

M

Pengertian

dan Tujuan

(4)

materi, dan sesi terbatas.

Microteching tidak sama dengan pembelajaran biasa. Karakteristik microteaching adalah pelaksanaan pengajaran dalam skala kecil (mikro). Skala kecil yang dimaksud adalah dari segi ukuran kelas (jumlah peserta didik), durasi waktu, ruang lingkup materi pelajaran, dan kerampilan mengajar yang digunakan. Perbedaan microteaching dengan pembelajaran biasa dipaparkan pada Tabel 01.

Tabel 01. Perebedaan Microteching dengan Pembelajaran Biasa

No. Aspek Microteaching Pembelajaran biasa 1 Peserta didik 5 - 10 orang 30-40 orang 2 Durasi waktu 10 - 15 menit 30-45 menit 3 Ruang lingkup materi pelajaran Sempit atau terbatas (bahan pelajaran hanya mencakup satu, dua aspek yang sederhana) Luas 4 Keterampilan mengajar yang digunakan Parsial, terisolasi (kegiatan mengajar difokuskan pada keterampilan mengajar tertentu) Terintergrasi

Tujuan microteaching bagi mahasiswa calon guru adalah: 1) memberikan pengalaman mengajar yang nyata dan latihan sejumlah keterampilan dasar mengajar secara terpisah, 2) dapat mengembangkan ketrampilan mengajar sebelum mengajar pada kelas sebenarnya, dan 3) memberikan bermacam-macam keterampilan dasar mengajar serta memahami kapan dan bagaimana keterampilan itu diterapkan. Bagi guru tujuannya adalah: 1) memberikan penyegaran dalam program pendidikan, 2) memberikan pengalaman mengajar yang bersifat individual, dan 3) mengembangkan sikap terbuka terhadap pembaharuan pendidikan (Hasibuan & Mudjiono, 1999).

engajar bagian esensial pembelajaran dan merupakan salah satu tugas penting seorang guru. Untuk dapat mengajar secara efektif guru harus menguasai keterampilan mengajar. Keterampilan mengajar didefinisikan sebagai “the set of teachers’ behaviours, which are effective in bringing about desired changes in pupil” (Kumar, 2016). Wragg, (2005), menguraikan bahwa keterampilan mengajar dapat digunakan sebagai strategi untuk memfasilitasi belajar

M

Keterampilan

dasar

mengajar

(5)

siswa dan Kriyachou (2007) menguraikan bahwa keterampilan mengajar dapat ditingkatkan melalui latihan dan praktik.

Asumsi-asumsi yang digunakan sebagai premis microteaching sebagai berikut: (1) mengajar adalah keterampilan yang kompleks, yang dapat diuraikan menjadi keterampilan lebih sederhana, (2) keterampilan mengajar dapat dipraktikkan untuk dikuasai dalam kondisi yang disederhanakan. (3) Pelatihan dengan umpan balik sistematis sangat membantu dalam penguasaan keterampilan. (4) setelah keterampilan mengajar dikuasai satu per satu mereka dapat diintegrasikan dalam pengajaran sebenarnya. dan, (5) pelatihan dapat ditransfer ke pengajaran yang sebenarnya (Kumar, 2016). Hasil analisis perilaku mengajar yang telah dilakukan oleh para peneliti dapat diidentifikasi beberapa keterampilan dasar mengajar seperti pada Tabel 02.

Tabel 02. Tipe Keterampilan Dasar Mengajar

1. Allen & Ryan (1969): 1) Stimulus Variation, 2) Set induction ,3) Closure, 4) Teacher silence and non-verbal cues, 5) Reinforcing pupil participation, 6) Fluency in questioning , 7) Probing questioning, 8) Use of higher questions, 9) Divergent questions, 10) Recognizing and attending behavior, 11) Illustrating and use of examples, 12) Lecturing, 13) Planned repetition, 14) Completeness of communication 


2. Passi (1976): 1) Writing instructional objectives, 2) Introducing a lesson, 3) Fluency in questioning, 4) Probing questioning, 5) Explaining, 6) Illustrating with examples, 7) Stimulus variation, 8) Silence and non-verbal cues, 9) Reinforcement, 10) Increasing pupil participation, 11) Using black board, 12) Achieving Closure, 13) Recognizing attending behavior

3 Turney (1973): 1) Reinforcement, 2) Basic Questioning, 3) Variability, 4) Explaining, 5)

Introductory Procedures and Closure, 6) Advanced Questioning, 7) Classroom Management and Discipline, 8) Guiding Small Group Discussion, 9) Small Group Teaching and Individualized Instruction 4 Rani (2011): 1) Writing instructional objectives, 2)

Introducing the lesson, 3) Fluency in questioning, 4) Explaining, 5) Probing questions, 6) Illustrating with examples, 7) Stimulus variation, 8) Silence and non-verbal ones, 9) Reinforcement, 10) Increasing pupil participation, 11) Using black board, 12) Achieving closure, 13) Recognizing attending behavior, 14) Experimentation, 15) Diagnosing difficulties of students related to subject matter, 16) Using the teaching aids, 17) Maintaining the science laboratory, 18) Giving assignment, 19) Developing critical and independent thinking among the students, 20) Maintaining discipline, 21) Pacing the lesson

(6)

Keterampilan dasar menganjar yang dikembangkan oleh Tim Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (1984) meliputi 8 (delapan) keterampilan dasar mengajar. Jenis dan komponen keterampilan dasar mengajar yang dikembangkan secara ringkas diurakan dalam Tabel 03.

Tabel 03. Jenis dan Komponamen Keterampilan Dasar Mengajar

No. Keterampilan mengajar Komponen keterampilan dasar mengajar 1 Keterampilan

Bertanya

Bertanya dasar: pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat, pemberian acuan, pemusatan perhatian, penyebaran pertanyaan, pemindahan giliran, pemberian waktu berpikir, pemberian bantuan dengan cara mengungkapkan pertanyaan dengan cara lain, menyederhanakan pertanyaan, mengulangi penjelasan sebelumnya.

Bertanya lanjut: mengubah tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan, pengaturan urutan pertanyaan, penggunaan pertanyaan pelacak dengan berbagai teknik, peningkatan terjadinya interaksi 2 Keterampilan

Memberi penguatan

Pemberiaan pengutan verbal berupa kata-kata atau kalimat pujian dan pemberian penguatan non verbal dengan gerak mendekati, mimik dan gerakan badan, sentuhan, kegiatan menyenangkan, serta token (simbul atau benda kecil lain)

3 Keterampilan Mengadakan variasi

Variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam penggunaan media, variasi dalam pola interaksi dan kegiatan 4 Keterampilan Menjelaskan Merencanakan penjelasan, menyajikan penjelasan, 5 Keterampilan membuka dan menutup pelajaran

Membuka pelajaran: menarik perhatian siswa, memberi acuan, membuat kaitan

Menutup pelajaran: meninjau kembali, mengadakan evaluasi, memberi tindak lanjut

6. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil

Memusatkan perhatian, memperjelas masalah atau urutan pendapat, menganalisis pandangan siswa, meningkatkan urunan siswa, menyebarkan kesempatan berpartisipasi, menutup diskusi 7 Keterampilan

mengelola kelas

Keterampilan berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal dan

keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal (modifikasi tingkah laku,

(7)

pengelolaan/proses kelompok, menemukan dan mengatasi tingkah laku yang menimbulkan masalah) 8 Keterampilan mengajar kelompok keci dan perorangan Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi, keterampilan mengorganisasi, keterampilan membimbing dan memudahkan belajar,dan keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar

egiatan microteching dilakukan dalam 4 tahap, yaitu tahap orientasi, modeling, latihan (praktik), dan penilaian

A. Tahap Orientasi

Pada tahap awal kegiatan microteaching dilakukan kegiatan orientasi. Orientasi dilakukan untuk memberikan arah dan gambaran umum tentang keterampilan mengajar yang dilatihkan. Pada tahap ini dilakukan kegiatan sebagai berikut.

(1) Menyampaikan tujuan pembelajaran berupa deskripsi spesifik untuk memberikan arah yang ingin dicapai. (2) Menjelaskan pentinya keterampilan yang dibelajarkan

untuk menimbulkan motivasi belajar

(3) Menyampaikan secara umum cara mempelajari keterampilan dasar mengajar yang dibelajarkan B. Tahap Modeling atau Mencontohkan

Keterampilan mengajar dapat dibelajarkan melalui modeling. Eggen & Kauchak (1996), mendefinisikan “Modelling is an instructional strategy in which the teacher demonstrates a new concept or approach to learning and students learn by observing”. Haston (2007) “Whenever a teacher demonstrates a concept for a student, that teacher is modelling”. Berdasarkan definisi tersebut, secara operasional modeling dapat didefinisikan sebagai strategi mengajar, dimana dosen mendemostrasikan keterampilan mengajar yang dibelajarkan kepada mahasiswa melalui observasi. Modeling dapat dilakukan dengan menggunakan dosen sebagai model (direct model) atau menggunakan vidieo (indirect model).

Pengunaan video sebagai model (video modeling) dapat membantu mahasiswa mempelajari keterampilan mengajar melalui penyajian keterampilan mengajar menggunakan video. Pada tahap modeling dilakukan 3 (tiga) kegiatan pokok, yaitu: a) mengamati video, diskusi, dan c) membuat kesimpulan. Melalui kegiatan modeling diharapkan mahasiswa mendapatkan informasi menganai pengertian, tujuan, prinsip dan komponen keterapilan yang dibelajarkan, dan bagaimana komponen keterampilan

K

Pola

Pelaksanaan

(8)

dasar mengajar diterapkan. Aktivitas yang dilakukan pada tahap modeling diuraikan secara singkat pada Tabel 04.

Tabel 04. Kegiatan Tahap Modeling

No. Tahap Aktivitas

1 Pengamatan Vidio Model

§ Memperhatikan dan menyimak video

§ Mencatat informasi mengenai pengertian, prinsip,

komponen keterampilan yang dipelajari, bagaimana

komponen keterampilan dasar diterapkan, serta tindakan atau hal-hal penting yang tidak boleh dilakukan 2 Tahap

Diskusi

§ Diskusi dilakukan dengan seting kelompok kecil dan seting kelas

§ Diskusi diawali dengan menuliskan poin-poin yang akan didiskusikan.

§ Fokus diskusi mengenai pengertian, prinsip,

komponen keterampilan yang dipelajari dari video, serta hal-hal penting yang perlu diperhatikan

3 Tahap Kesimpulan

§ Membuat rangkuman secara singkat

§ Menulikan poin-poin penting yang menjadi fokus

pengamatan dan diskusi C. Tahap Praktik (Latihan Kerampilan Mengajar) Setelah mengikuti kegiatan modeling, mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan keterampilan dasar yang dipelajari. Callahan et al. (1992) menyatakan bahwa keterampilan paling baik dipelajari melalui pengalaman. Untuk itu setiap mahasiswa diberikan pengalaman melalui latihan keterampilan mengajar. Dalam latihan mahasiswa diberi kesempatan mendemostrasikan penguasaan keterampilan dasar mengajaranya. Kegiatan pada tahap praktik meliputi: 1) perencanaan, 2) implementasi, 3) observasi dan 4) refleksi.

(1) Perencanaan

Untuk dapat terlaksananya kegiatan praktik keterampilan mengajar secara efektif, mahasiswa perlu membuat rencana pelaksanaan pembelajaran mini (Mini Lesson Plan). Fungsi dari RPP Mini adalah sebagai acuan bagi mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan praktik keterampilan dasar mengajar. Komponen RPP mikro

(9)

terdiri dari: a) identitas, b) tujuan praktik, c) tujuan pembelajaran, d) kegiatan pembelajaran yang berisi uraian tentang tahapan pembelajaran, aktivitas pembelajaran dan komponen ketrampilan mengajar, dan e) penilaian (Format terlampir).

(2) Implementasi

Implementasi merupakan kegiatan untuk mendemostrasikan penguasaan keterampilan dasar mengajar sesuai dengan RPP Mini yang telah dibuat. Implementasi dilakukan di ruang praktik laboratorium microteching dengan menggunakan teman (peserta) sebagai siswa (peer-teaching) atau dapat menggunakan 5-10 siswa (real-teaching). Latihan mengajar sebaiknya dilakukan di laboratorium microteaching pada ruang praktik latihan kerampilian mengajar. Kegiatan latihan mengajar dapat direkam untuk memudahkan dalam menganalisis keterampilan dasar mengajar yang dilatih. (3) Observasi

Pengamatan latihan keterampilan mengajar dilakukan oleh dosen dan mahasiswa. Fokus pengamatan diarahkan pada empat pertanyaan berikut.

a. Apakah seluruh komponen keterampilan mengajar yang dilatih muncul atau dapat diamati

b. Bagaimanakah interaksi yang terjadi dalam dalam kelas

c. Apakah media digunakan secara efektif

d. Apakah waktu yang digunakan sesuai dengan perencanaan

Observasi mahasiswa mengajar dapat dilakukan melalui ruang observasi pada laboratorium microteaching atau melalui pengamatan hasil rekaman video pada saat mahasiswa latihan keterampilan mengajar.

(4) Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan diskusi pengkajian terhadap latihan mendemostrasikan keterampilan dasar mengajar yang telah dilakukan. Refleksi diawali dengan meminta komentar kepada mahasiswa yang dilatih (self reflection) selanjutan pemberian balikan atau kementar dan solusi penyempurnaan dari peserta lain. Terakhir adalah peyampaian komentar dari Dosen pembimbing. Semua komentar (feedback) disampaikan berdasarkan fakta pembelajaran yang difokuskan pada keterampilan dasar mengajar yang dilatih. Hasil refleksi digunakan sebagai bahan untuk menyempurnakan kegiatan praktik keterampilan dasar mengajar selanjutnya.

D. Tahap Penilaian

Penilaian dilakukan pada tahap orientasi, modeling, dan praktik. Aspek yang dinilai pada masing-masing tahapan diuraikan secara ringkas pada Tabel 02.

(10)

Tabel 02. Aspek dan Instrumen Penilaian No. Penilaian Aspek yang dinilai Instrumen

penilaian 1 Pada tahap orientasi Antusiasme dan partisipasi § Catatan harian 2 Pada tahap modeling Antusiasme, partisipasi, dan kemampuan memperoleh informasi mengenai pengertian, prinsip, dan komponen keterampilan

mengajar dasar dari video § Catatan harian § Jurnal pengamatan video 3 Pada tahap praktik Komponen ketarampilan yang muncul, penggunaan waktu, efektivitas penggunaan media, interaksi, penguasaan materi, dan penampilan § Lembar observasi § Rubrik penilaian

Pola pelaksanaan microteaching dapat divisualkan dengan Gambar 01.

Gambar 1. Pola Pelaksanaan Microteachin

Ada berapa hal yang perlu diperhatikan agar pelaksanaan microteaching dapat berlangsung secara efektif.

(1) Untuk memudahkan memahami pengertian, prinsip, dan komponen keterampilan dasar mengajar dapat delakukan melalui membaca buku dilanjukan dengan mengamati video keterampilan dasar mengajar, dan melakukan diskusi.

(11)

(2) Dalam latihan penguasaan satu keterampilan, mahasiswa (traini) juga menggunakan keterampilan lain, hanya saja difokuskan pada pendemostrasian penguasaan satu keterampilan dasar mengajar. (3) Untuk memudahkan mendemostrasikan ketrampilan

mengajar yang dilatihkan, mahasiswa harus menguasai materi yang akan dibelajarkan dan mendesain aktivitas belajar agar seluruh komponen keterampilan dapat dimunculkan.

(4) Agar praktik dapat dilakukan secara efektif, kelas yang besar (15-40 orang) dibagi menjadi kelas-kelas kecil yang masing-masing beranggotakan 5- 10 orang (5) Dosen pengampu microteaching diutamakan dosen yang berpengalaman mengajar kelompok matakuliah kependidikan dan pernah menjadi guru atau pernah mengkuti latihan keterampilan mengajar.

Arends, R. I. (2007). Learning to Teach. New York: McGraw Hill.

Arends, R. I., Winitzky, N.E., and Tannenbaum, M.D. (2001). Exploring Teaching: an introduction to education. Boston: McGraw Hill.

Callahan, J.F., Clark, L.H. and Kellough, R.D. (1992).

Teaching in The Middle and Secondary Schools. New York: Macmillan.

Cooper, J.M. (1967). Developing Specific Teaching Skills through Micro-Teaching. The High School

Journal, 51 (2), 80-85.

Eggen, P.D. and Kauchak, D.P. (1996). Strategies for Teachers : Teaching Conten and Thinking Skills.

Boston: Allyn and Bacon.

Hasibuan, J.J. dan Moedjiono (1999) Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Haston, W. (2007). Teacher Modelling as an Effective Teaching Strategy. Music Educators Journal, 93(4), 26-30

Kriyachou, C. 2007. Essential Teaching Skills. United Kingdom: Nelson Tornes

Kumar, S.S. (2016). Microteaching--“An Efficient Technique for Learning Effective Teaching”.

International Journal of Research in IT and Management (IJRIM), 1(Issue 8), 51-61.

Muijs, D, and Reynolds, D. (2008). Effective Teaching: Evidence and Practice. London: SAGE.

Passy, B.K. (1976). Becoming Better Teacher: Microteaching Approach, Developed at the Centre of Advanced Study in Education, the M.S. University of Baroda, Baroda. India: Sahitya Mudranalaya.

Peker, M. (2009). The use of expanded microteaching for reducing pre- service teachers’ teaching anxiety

Daftar

(12)

about mathematics. Scientific Research and Essay, 4 (9), 872-880.

Remesh, A. (2013). Microteaching, an efficient technique for learning effective teaching. Journal Research in Medical Sciences, 18(2), 158–163.

SEN, A.I. (2010). Effects of Peer Teaching and Microteaching on Teaching Skills of Pre-Service Physics Teachers. Education and Science , 35(155), 78-88.

Turney, C., dkk. (1973). Sydney Micro Skills Handbook Series 1-4. Sydney: Sydney University.

Wragg, E.C. (2005). The Art and Science of Teaching and Learning: The Selected Works of Ted Wraggg. London: Routledge Falmer.

Gambar

Tabel 02. Tipe Keterampilan Dasar Mengajar  1.  Allen  &  Ryan  (1969):  1)  Stimulus  Variation,  2)  Set
Tabel 03. Jenis dan Komponamen Keterampilan Dasar  Mengajar
Tabel 04. Kegiatan Tahap Modeling
Tabel 02. Aspek dan Instrumen Penilaian  No.  Penilaian  Aspek yang dinilai  Instrumen

Referensi

Dokumen terkait

Pertanyaan-pertanyaan dibawah ini berkaitan dengan persepsi saudara/saudari terhadap menolong sesama sebagai salah satu alasan untuk menjadi supporter di

Memasuku bulan febuari pastinya semua remaja yang mempunyai pasangan akan mengingat bahwa pada bulan tersebut aka nada hari yang terdolong special yaitu hari kasih sayang atau

Program pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan: (a) peningkatan pengetahuan dan keterampilan pelaku urban farming tentang berbagai teknik praktek pertanian di lahan

Adalah tarif pungutan pajak dengan jumlah yang sama untuk setiap jumlah obyek pajak sehingga besarnya pajak tidak tergantung pada suatu jumlah(nilai objek atau persentase

Sekolah Dasar di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara sebesar, Prevalensi kecacingan positif pada murid Sekolah Dasar di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara sebesar 22

Clarke ini juga dijadikan sebagai salah satu bahan ujian mata kuliah instrument trumpet VI di Jurusan Musik, Institut Seni Indonesia Yogyakarta dengan menggunakan buku pedoman

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMK Negeri 2 Sragen, adapun masalah yang dihadapi adalah bagaimana merancang suatu sistem pendukung keputusan

Pada prinsipnya perencanaan Aerotropolis yaitu; (1) prinsip struktur ruang wilayah, yang menempatkan bandar udara memiliki hirarki tertinggi atau sama dengan pusat kota;