• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN KONSTRUKSI PERKERASAN KAKU RUAS JALAN LUBUK BEGALUNG-INDARUNG (KM.PDG KM.PDG ) DI KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANCANGAN KONSTRUKSI PERKERASAN KAKU RUAS JALAN LUBUK BEGALUNG-INDARUNG (KM.PDG KM.PDG ) DI KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN KONSTRUKSI PERKERASAN KAKU RUAS JALAN LUBUK BEGALUNG-INDARUNG (KM.PDG. 6+000-KM.PDG. 11+250)

DI KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

TUGAS AKHIR DIPLOMA IV

Oleh

A R N I S NIM : 101135002

PROGRAM DIPLOMA IV

TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2012                  

(2)

ARNIS / 101135002 ii                  

(3)

ARNIS / 101135002 iii KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan rasa syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat serta karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan pokok bahasan ” Perancangan Konstruksi Perkerasan Kaku Ruas Jalan Lubuk

Begealung – Indarung (KM. PDG. 6+000 – KM. PDG. 11+250) Di Kota Padang Provinsi Sumatera Barat ” .

Tugas Akhir ini merupakan kewajiban dan syarat yang harus diselesaikan pada Semester III (tiga) sesuai dengan bidang kajian yang dipilih untuk melengkapi persyaratan Program Pendidikan Diploma-IV Jurusan Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan yang merupakan hasil kerjasama Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sekretariat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dengan Politeknik Negeri Bandung.

Pada pelaksanaan penyusunan Tugas Akhir ini, penulis banyak menerima masukan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir sesuai dengan waktu yang telah berikan, untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih yang diiringi dengan rasa hormat kepada :

1. Ibu Ir. Sari Mustika, Dipl., SE, selaku Kepala Balai Pengembangan Sumber Daya Manusia Wilayah I Bandung.

2. Bapak Ir. Taufik Hamzah, MSA,MBA, selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung.

3. Bapak Ir. Moch. Duddy Studyana, MT, selaku Kasatgas D-IV TPJJ kerjasama Politeknik Negeri Bandung dengan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sekretariat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum.

4. Bapak Angga Marditama S S, ST, MT, selaku Koordinator Tugas Akhir dan Tugas Akhir Program D-IV Kerjasama Poteknik Negeri Bandung dengan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sekretariat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum.                  

(4)

ARNIS / 101135002 iv

5. Bapak Syahril, BSCE, MT, selaku Dosen Pembimbing dari Politeknik Negeri Bandung.

6. Bapak Ir. Edi Djunaedie, selaku Dosen Pembimbing dari Kementerian Pekerjaan Umum.

7. Bapak Ir. Moch. Duddy Studyana, MT, selaku Dosen Penguji dari Politeknik Negeri Bandung.

8. Bapak Ir. Maman Supratman, MSi, selaku Dosen Penguji dari Kementerian Pekerjaan Umum.

9. Pemerintah Daerah Kota Bukittinggi yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti kegiatan Tugas Belajar Program D-IV pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sekretariat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum kerjasama dengan Politeknik Negeri Bandung.

10.Istri dan anakku tercinta serta keluarga yang dengan sabar menunggu, berdoa dan memberikan dukungan penuh.

11.Rekan-rekan seperjuangan kelas D-IV TPJJ Angkatan 2010

12.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu secara tertulis yang telah membantu terlaksananya penyusunan Tugas Akhir ini.

Menyadari akan segala kekurangan dalam penulisan ini, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk mencapai kesempurnaan Tugas Akhir ini sangat diharapkan. Harapan penulis, semoga laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan para pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.

Bandung, April 2012 Penulis                  

(5)

ARNIS / 101135002 v PERANCANGAN KONSTRUKSI PERKERASAN KAKU

RUAS JALAN LUBUK BEGALUNG-INDARUNG (KM. PDG. 6+000 S/D KM. PDG. 11+250) DI KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

ARNIS NIM : 101135002

ABSTRAK

Ruas Jalan Lubuk Begalung-Indarung merupakan jalan arteri primer dengan status sebagai jalan nasional dan jalur utama menuju kota Padang dan jalur ekspedisi lintas tengah yang menghubungkan antar kota dan kabupaten di Sumatera Barat dan antar propinsi di pulau Sumatera dan juga sebagai jalur ekspedisi material semen dari pabrik Semen Padang ke pelabuhan Teluk Bayur. Dengan meningkatnya arus lalu-lintas khususnya kendaraan-kendaraan berat, maka semakin meningkat pula beban yang harus dipikul oleh struktur perkerasan jalan yang saat ini adalah struktur perkerasan lentur yang mengakibatkan kerusakan pada perkerasan jalan terutama pada arah menuju ke pelabuhan. Hal ini dapat terlihat dari evaluasi yang telah dilakukan baik secara visual maupun struktural.

Untuk menangani permasalahan diatas, maka diperlukan suatu struktur perkerasan yang mampu menahan beban dari kendaraan berat. Penanganan yang diambil adalah mengganti perkerasan lentur dengan perkerasan kaku (beton semen) bersambung dengan tulangan. Metoda perancangan perkerasan kaku dengan menggunakan metoda Pt. T-14-2003; pedoman untuk saluran samping jalan adalah Pd. T-02-2006-B; pedoman untuk Metode Pelaksanaan adalah Pd. T-05-2004-B.

Berdasarkan hasil analisis, dengan ukuran pelat 5 x 5 m didapat tebal pelat 22 cm, tulangan Ø8-200, ruji Ø33-300 mm dengan panjang 450 mm, dan batang pengikat (tie bars) D16-750 mm dengan panjang 700 mm. Desain drainase jalan berbentuk segi empat konstruksi pasangan batu kali dengan dimensi lebar (b) 0,90 m, tinggi (h) 0,60 m dan tinggi jagaan (W) 0,60 m. Rencana Anggaran Biaya adalah Rp.70.021.800.000,-.

Kata kunci : Peningkatan jalan, perkerasan kaku, baja tulangan, drainase, metoda pelaksanaan                  

(6)

ARNIS / 101135002 vi CONSTRUCTION DESIGN OF RIGID PAVEMENT

LUBUK BEGALUNG-INDARUNG (KM. PDG. 6 +000 S / D KM. PDG. 11 +250)

IN PADANG CITY

PROVINCE OF WEST SUMATERA ARNIS

NIM: 101135009 ABSTRACT

The Road of Lubuk Begalung Indarung is the primary artery road with its status as a national road and the main route to the town of Padang and the expedition across the center line connecting among cities and counties in West Sumatra and among the provinces in the island of Sumatra as well as a line of the cement material expeditions from Semen Padang Factory to the port of Teluk Bayur. Due to the traffic flow increase particularly heavy vehicles, it also increases burden to be shouldered by the current road pavement structure is flexible pavement structure that resulted in damage to the pavement, especially in the direction toward the harbor. It can be seen from the evaluation was done both visually and structurally.

To address the above problems, we need a pavement structure that can withstand the load of heavy vehicles. Handling is taken is to replace the flexible pavement with rigid pavement (concrete cement) continued with reinforcing steel. The planning method by using rigid pavement method Pd. T-14-2003; guidelines for drainage is Pd. T-02-2006-B; guidelines for method of work is Pd. T-05-2004-B.

Based on the analysis, with the plate size 5 x 5 m obtained 22 cm thick slab, reinforcing steel use Ø8-200 mm, dowel bars use Ø33-300 mm with length of 450 mm, and tie bars use D16-750mm with 700 mm long. Design of road drainage which be used rectangular stone masonry construction with dimension is 0.90m in width (b), 0.60m in height (h), 0,60m in surveillance high (W). The budged for this construction is Rp. 70.021.800.000,-.

Keyword : Improvement road, rigid pavement, reinforcing steel, drainage, method of work                  

(7)

ARNIS / 101135002 vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .………..………...………….. i

LEMBAR PENGESAHAN ....………...…………... ii

KATA PENGANTAR ...………...……… iii

ABSTRAK ...………...………... v

DAFTAR ISI ...………...……….. vii

DAFTAR TABEL ...………... xiii

DAFTAR GAMBAR ………...……… xvi

DAFTAR LAMPIRAN ………...………. xx

DAFTAR ISTILAH ………...………...………… xxi

BAB I. PENDAHULUAN ... I-1

1.1. LATAR BELAKANG ... I-1 1.2. LOKASI PERANCANGAN ... I-2 1.3. TUJUAN PENULISAN ... I-4 1.4. RUANG LINGKUP PEMBAHASAN ... I-5 1.5. SISTEMATIKA PENULISAN ... I-5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... II-1

2.1. PENGERTIAN JALAN... II-1 2.2. JARINGAN JALAN ... II-1 2.2.1. Peranan Sistem Jaringan Jalan ... II-2 2.2.1.1. Sistem Jaringan Jalan Primer ... II-2 2.2.1.2. Sistem Jaringan Jalan Sekunder ... II-2 2.2.2. Fungsi Jaringan Jalan ... II-3 2.3. KLASIFIKASI JALAN ... II-3 2.3.1. Klasifikasi Menurut Sistem ... II-4

                 

(8)

ARNIS / 101135002 viii

2.3.2. Klasifikasi Menurut Fungsi ... II-4 2.3.3. Klasifikasi Menurut Status ... II-4 2.3.4. Klasifikasi Menurut Kelas ... II-5 2.3.5. Klasifikasi Menurut Medan Jalan ... II-7 2.4. BAGIAN-BAGIAN JALAN ... II-7 2.5. BEBAN LALU LINTAS ... II-8 2.5.1. Konfigurasi sumbu dan roda kendaraan ... II-8 2.5.2. Beban roda kendaraan ... II-12 2.5.3. Beban sumbu ... II-12 2.5.4. Volume lalu lintas ... II-14 2.5.5. Arus Jam Perencanaan ... II-15 2.5.6. Repetisi Beban Lalu Lintas ... II-15 2.6. PERKERASAN JALAN ... II-18 2.7. PERKERASAN KAKU ... II-19 2.8. BAHU JALAN ... II-22 2.8.1. Jenis bahu ... II-23 2.8.2. Lebar bahu jalan ... II-23 2.9. FAKTOR LINGKUNGAN ... II-24 2.10. DRAINASE ... II-25

2.11. KEMIRINGAN MELINTANG PERKERASAN DAN BAHU

JALAN ... II-28 2.12. KONDISI JALAN ... II-30 2.13. KONDISI PELAYANAN JALAN ... II-31 2.14. PENYUSUNAN PROGRAM PENANGANAN ... II-32 2.15. PEMELIHARAAN DRAINASE ... II-34

BAB III. DASAR TEORI ... III-1

3.1. PERANCANGAN PERKERASAN KAKU DENGAN METODA

Pd.T-14-2003 ... III-1 3.1.1. Persyaratan Teknis ... III-1

                 

(9)

ARNIS / 101135002 ix

3.1.1.1. Tanah dasar ... III-1 3.1.1.2. Pondasi bawah ... III-1 3.1.1.3. Beton semen... III-4 3.1.1.4. Lalu-lintas ... III-5 3.1.1.5. Bahu ... III-8 3.1.1.6. Sambungan ... III-9 3.1.1.7. Perkerasan beton semen untuk kelandaian yang Curam

... III-18 3.1.2. Perencanaan Tebal Pelat ... III-19 3.1.3. Perencanaan Tulangan ... III-24

3.1.3.1. Perkerasan beton semen bersambung tanpa

tulangan... III-24 3.1.3.2. Perkerasan beton semen bersambung dengan

tulangan... III-25 3.2. PERENCANAAN SISTEM DRAINASE JALAN BERDASARKAN

Pd.T-02-2006-B ... III-26 3.2.1. Umum ... III-26 3.2.2. Sistem drainase permukaan jalan ... III-27 3.2.3. Ketentuan Teknis Perencanaan Drainase Permukaan ... III-28 3.2.4. Saluran Terbuka ... III-34 3.2.5. Perhitungan dimensi saluran samping (Side Ditch) ... III-36 3.2.5.1. Jenis Aliran ... III-36 3.2.5.2. Kapasitas Saluran ... III-37 3.2.5.3. Komponen Penampang Saluran ... III-39 3.2.5.4. Kecepatan Aliran ... III-41 3.2.6. Kemiringan Melintang dan Bahu Jalan ... III-42 3.3. ANALISIS HARGA SATUAN, DITJEN BINA MARGA 2010 ... III-45 3.3.1. Bahan ... III-45 3.3.2. Alat ... III-46 3.3.3. Tenaga Kerja ... III-47

                 

(10)

ARNIS / 101135002 x

3.3.4. Daftar Kuantitas dan Harga atau Bill of Quality ... III-47

BAB IV. METODOLOGI ... IV-1

4.1. Metodologi Penyusunan ... IV-1 4.2. Kebutuhan Data ... IV-1 4.3. Metode Perolehan Data... IV-2 4.4. Analisa Data... IV-3 4.5. Metodologi Perancangan ... IV-4

4.5.1. Metodologi Perencanaan Perkerasan Kaku Metoda

Pd T-14-2003 ... IV-5 4.5.2. Metodologi Perencanaan Tulangan Metoda

Pd T-14-2003 ... IV-6 4.5.3. Metodologi Perencanaan Drainase Metoda

Pd T-02-2006-B ... IV-7 4.5.4. Metodologi Perencanaan Metoda Pelaksanaan

Perkerasan Kaku Metoda Pd T-05-2004 ... IV-8 4.5.5. Perkiraan Biaya Proyek ... IV-10

BAB V. ANALISA DAN PEMBAHASAN... V-1

5.1 RONA AWAL ... V-1 5.1.1 Kondisi Tata Guna Lahan ... V-1 5.1.2 Kondisi Topografi ... V-1 5.1.3 Kondisi Jalan ... V-3 5.1.4 Lalu Lintas ... V-4

5.2 PERANCANGAN PERKERASAN KAKU DENGAN METODA

Pd.T-14-2003 ... V-7 5.2.1 Perencanaan Tebal Pelat ... V-7 5.2.1.1. Data Parameter Perencanaan ... V-7 5.2.1.2. Langkah-langkah Perhitungan Tebal Pelat ... V-8 5.2.2 Perhitungan Tulangan ... V-25                  

(11)

ARNIS / 101135002 xi

5.2.3 Perencanaan Sambungan ... V-26

5.3 PERENCANAAN SISTEM DRAINASE JALAN BERDASARKAN

Pd.T-02-2006 ... V-28 5.3.1 Kondisi Eksisting Permukaan Jalan ... V-28 5.3.2 Analisa Data Curah Hujan ... V-29 5.3.3 Menghitung Luasan Daerah Pengaliran ... V-30 5.3.4 Waktu Konsentrasi (Tc) ... V-30 5.3.5 Menghitung Debit Pengaliran Rencana (Qr) ... V-32 5.3.6 Penentuan Dimensi Saluran Samping ... V-32 5.3.7 Perhitungan Debit Saluran (Qs) ... V-32 5.3.8 Tinggi Jagaan (W) ... V-33 5.3.9 Penampang Hasil Perhitungan ... V-33

5.4 PERENCANAAN METODA PELAKSANAAN PERKERASAN

KAKU DENGAN METODA Pd.T-05-2004 ... V-33 5.4.1 Penyiapan Tanah Dasar dan Lapis Pondasi ... V-33 5.4.2 Penyiapan Pembetonan ... V-34 5.4.3 Pemasangan Ruji, Batang Pengikat dan Tulangan Pelat ... V-36 5.4.3.1. Ruji (Dowel) ... V-36 5.4.3.2. Pemasangan Dudukan Ruji ... V-37 5.4.3.3. Batang Pengikat (Tie Bars) ... V-37 5.4.4 Tulangan ... V-37 5.4.4.1. Persyaratan Bahan ... V-38 5.4.4.2. Pemasangan Tulangan ... V-38 5.4.5 Pembetonan ... V-39 5.4.5.1. Sifat-sifat Beton Semen ... V-39 5.4.5.2. Bahan Beton Semen ... V-40 5.4.5.3 Penentuan Proporsi Campuran Beton Semen ... V-43 5.4.6 Pengadukan Beton Semen ... V-43 5.4.6.1. Unit Penakaran (Batching Plant) ... V-43 5.4.6.2. Pengukuran dan Penanganan Bahan ... V-44

                 

(12)

ARNIS / 101135002 xii

5.4.6.3. Cara Pengadukan Beton Semen ... V-44 5.4.7 Pengangkutan Adukan Beton Semen ... V-45 5.4.8 Pengecoran, Penghamparan dan Pemadatan ... V-45 5.4.8.1. Pengecoran ... V-45 5.4.8.2. Penghamparan ... V-46 5.4.8.3. Pemadatan ... V-47 5.4.9 Pembentukan Tekstur Permukaan ... V-47 5.4.10 Perlindungan dan Perawatan ... V-48 5.4.10.1. Perlindungan ... V-48 5.4.10.2. Perawatan ... V-50 5.4.11 Pembuatan Sambungan ... V-51 5.4.12 Penutup Sambungan ... V-51 5.4.13 Sambungan Peralihan Antara Perkerasan Beraspal dan

Perkerasan Beton Semen ... V-52 5.4.14 Pembukaan untuk Lalu Lintas ... V-53 5.4.15 Pengendalian Mutu ... V-53

5.4.15.1. Kegiatan Pengontrolan yang Harus Dilakukan

Selama Pelaksanan ... V-53 5.4.15.2. Toleransi Penyimpanan ... V-56 5.5 PEKERJAAN DRAINASE JALAN... V-57 5.6 RENCANA ANGGARAN BIAYA ... V-58

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN... VI-1

6.1. Kesimpulan ... VI-1 6.2. Saran ... VI-2 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN                  

(13)

ARNIS / 101135002 xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kelas Jalan berdasarkan fungsi dan penggunaannya

( PP No. 43 Tahun 1993, UU No. 22 Tahun 2009……..…...… II-6 Tabel 2.2 Klasifikasi Menurut Medan Jalan...……….…..…… II-7 Tabel 2.3 Golongan dan Kelompok Jenis Kendaraan …... II-10 Tabel 2.4 Distribusi Beban Sumbu dan Beban Kendaraan... II-14 Tabel 2.5 Faktor Pengali ( k ) untuk Mendapatkan Arus Perencanaan

Perjam dari LHRT ………... II-15 Tabel 2.6 Kemiringan melintang perkerasan dan bahu jalan …... II-29 Tabel 3.1 Nilai koefisien gesekan (μ)……….………... III-4 Tabel 3.2 Jumlah lajur berdasarkan lebar perkerasan dan koefisien

distribusi (C) kendaraan niaga pada lajur rencana... III-6 Tabel 3.3 Faktor pertumbuhan lalu-lintas ( R)... III-7 Tabel 3.4 Faktor keamanan beban (FKB)... III-8 Tabel 3.5 Diameter ruji …………...……. III-12 Tabel 3.6 Tabel 3.6. Penggunaan angker panel dan angker blok pada

jalan ... III-18 Tabel 3.7 Langkah-langkah perencanaan tebal perkerasan beton semen

………... III-20 Tabel 3.8 Ukuran dan berat tulangan polos anyaman las …………... III-25 Tabel 3.9 Harga Koefisien Pengaliran (C) dan Faktor Limpasan (fk)….... III-31 Tabel 3.10 Koefisien hambatan (nd) berdasarkan Kondisi Permukaan..….. III-32 Tabel 3.11 Kecepatan Aliran Air yang Diijinkan Berdasarkan Jenis

Material ……..……… III-35

Tabel 3.12 Kemiringan Saluran Memanjang (is) Berdasarkan Jenis

Material ………..……….. III-35                  

(14)

ARNIS / 101135002 xiv

Tabel 3.13 Hubungan Kemiringan Saluran (is) dan Jarak Pematah Arus

(Ip)…...……….….. III-36

Tabel 3.14 Koefisien kekasaran Manning ………..………...…….. III-38 Tabel 3.15 Komponen penampang saluran ………....…….. III-39 Tabel 3.16 Kemiringan talud minimum saluran pembuang……….. III-40 Tabel 3.17 Kecepatan aliran air yang diijinkan berdasarkan jenis bahan

saluran ……….…...……….... III-41

Tabel 3.18 Hubungan kemiringan selokan samping jalan (i) dan jenis

material………...………. III-42

Tabel 3.19 Kemiringan melintang perkerasan dan bahu jalan ………. III-43 Tabel 3.20 Kemiringan talud berdasarkan debit …….…...……….. III-44 Tabel 5.1 Data LHR Tahun 2011 Ruas Jalan Lubuk Begalung - Indarung

……… V-5

Tabel 5.2 Variasi Beban Sumbu Kendaraan yang Lewat Ruas Jalan

Lubuk Begalung - Indarung ……….………..… V-7

Tabel 5.3 Data LHR Ruas Jalan Lubuk Begalung – Indarung (KM.

PDG. 6+000 – KM. PDG. 11+250)………... V-8 Tabel 5.4 Perhitungan jumlah sumbu berdasarkan jenis dan bebannya .... V-9 Tabel 5.5 Analisa kelebihan beban ruas jalan Lubuk Begalung-Indarung

………...….. V-10

Tabel 5.6 Repetisi sumbu yang terjadi……….………... V-12 Tabel 5.7 Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk perkerasan dengan

bahu beton………...………….………... V-13

Tabel 5.8 Hasil interpolasi Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk

perkerasan dengan bahu beton tebal pelat 21 cm…….……... V-14 Tabel 5.9 Analisa Fatik dan Erosi untuk tebal pelat 21 cm ………..……. V-17 Tabel 5.10 Hasil interpolasi Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk

perkerasan dengan bahu beton tebal pelat 22 cm…………... V-18 Tabel 5.11 Analisa Fatik dan Erosi untuk tebal pelat 22 cm ….…………. V-21

                 

(15)

ARNIS / 101135002 xv

Tabel 5.12 Hasil interpolasi Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk

perkerasan dengan bahu beton tebal pelat 23 cm….…...…... V-22 Tabel 5.13 Analisa Fatik dan Erosi untuk tebal pelat 23 cm ……….. V-25 Tabel 5.14 Curah hujan tahunan pada Stasiun Ladang Padi ………….….. V-29 Tabel 5.15 Kuat tekan minimum untuk pembukaan lalu lintas proyek ….. V-53 Tabel 5.16 Kuat tekan minimum untuk pembukaan lalu-lintas umum ..… V-53 Tabel 5.17 Rencana Anggaran Biaya Ruas Jalan Lubuk Begalung –

Indarung (KM.PDG. 6+000 – KM.PDG. 11+250) …... V-59 Tabel 5.18 rekapitulasi Biaya Ruas Jalan Lubuk Begalung – Indarung

(KM.PDG. 6+000 – KM.PDG. 11+250) …... V-60                  

(16)

ARNIS / 101135002 xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Provinsi Sumatera Barat... I-3 Gambar 1.2 Peta Kota Padang... I-3 Gambar 1.3 Lokasi Tinjauan Tugas Akhir... I-4 Gambar 2.1 Skema pengelompokan jalan ………..…. II-3 Gambar 2.2 Bagian- Bagian Jalan ………...……. II-8 Gambar 2.3 Konfigurasi Sumbu Kendaraan……….. II-9 Gambar 2.4 Klasifikasi jenis kendaraan berdasarkan jumlah sumbu ... II-11 Gambar 2.5 Konfigurasi Sumbu dan Kodenya ………...…….. II-12 Gambar 2.6 Sumbu tandar 8,16 ton ….…..………... II-16 Gambar 2.7 Tipikal Struktur Perkerasan Beton Semen ……....……… II-21 Gambar 2.8 Kemiringan melintang bahu jalan ……….…….... II-22 Gambar 2.9 Aliran air di sekitar struktur perkerasan jalan …...…….... II-24 Gambar 2.10 Sistem drainase permukaan jalan ………... II-27 Gambar 2.11 Kemiringan normal di daerah datar dan lurus.…………... II-29 Gambar 2.12 Drainase bahu jalan pada tanah lempung / lanau yang

tidak di perkeras atau di daerah tanjakan / turunan ……... II-29 Gambar 2.13 Kemiringan melintang di daerah tikungan ………...…... II-30 Gambar 3.1 Tebal pondasi bawah minimum untuk perkerasan beton

semen... III-9 Gambar 3.2 CBR tanah dasar efektif dan tebal pondasi bawah …….... III-10 Gambar 3.3 Tipikal sambungan memanjang ………... III-10 Gambar 3.4 Ukuran standar penguncian sambungan memanjang ….... III-12 Gambar 3.5 Sambungan susut melintang tanpa ruji…………... III-12 Gambar 3.6 Sambungan susut melintang dengan ruji ... III-121 Gambar 3.7 Sambungan pelaksanaan yang direncanakan dan yang

                 

(17)

ARNIS / 101135002 xvii

tidak direncanakan untuk pengecoran per lajur ……... III-13 Gambar 3.8 Sambungan pelaksanaan yang direncanakan dan yang

tidak direncanakan untuk pengecoran seluruh lebar

perkerasan ……….………... III-14 Gambar 3.9 Contoh persimpangan yang membutuhkan sambungan

isolasi... III-14 Gambar 3.10 Sambungan isolasi... III-14 Gambar 3.11 Tampak atas penempatan sambungan isolasi pada

manhole... III-15 Gambar 3.12 Tampak atas penempatan sambungan isolasi pada lubang

masuk saluran …………... III-15 Gambar 3.13 Potongan melintang perkerasan dan lokasi sambungan .... III-17 Gambar 3.14 Detail Potongan melintang sambungan perkerasan …….. III-17 Gambar 3.15 Angker panel.…………... III-18 Gambar 3.16 Angker blok... III-18 Gambar 3.17 Analisis fatik dan beban repetisi ijin berdasarkan rasio

tegangan, dengan /tanpa bahu beton... III-21 Gambar 3.18 Analisis erosi dan jumlah repetisi beban ijin berdasarkan

faktor erosi, tanpa bahu beton... III-22 Gambar 3.19 Analisis erosi dan jumlah repetisi beban berdasarkan

faktor erosi, dengan bahu beton... III-23 Gambar 3.20 Tipikal Sistem Drainase Jalan... III-27 Gambar 3.21 Sistem Drainase yang diberlakukan pada Kondisi

Infiltrasi Tinggi... III-28 Gambar 3.22 Daerah Pengaliran Saluran Samping Jalan... III-29 Gambar 3.23 Panjang Daerah Pengaliran yang Diperhitungkan... III-30 Gambar 3.24 Kurva Basis... III-33 Gambar 3.25 Pematah Arus... III-35

                 

(18)

ARNIS / 101135002 xviii

Gambar 3.26 Saluran Bentuk Trapesium... III-40 Gambar 3.27 Saluran Bentuk segi empat... III-41 Gambar 3.28 Kemiringan melintang normal pada daerah datar dan

lurus... III-42 Gambar 3.29 Kemiringan melintang pada daerah tikungan... III-44 Gambar 3.30 Kemiringan lahan... III-44 Gambar 4.1 Bagan alir proses penyusunan tugas akhir... IV-1 Gambar 4.2 Sistem perencanaan perkerasan beton semen metoda Pd

T-14-2003…... IV-5 Gambar 4.3 Sistem perencanaan tulangan metoda Pd

T-14-2003………... IV-6

Gambar 4.4 Bagan alir perencanaan drainase jalan metoda Pd

T-02-2006-B………...………. IV-7

Gambar 4.5 Bagan alir perencanaan metoda pelaksanaan metoda Pd

T-05-2004... IV-8 Gambar 4.6 Bagan alir metode pelaksanaan pekerjaan drainase... IV-9 Gambar 4.7 Bagan Alir Penentuan Perkiraan Biaya Proyek... IV-10 Gambar 5.1 Peta Tata Guna Lahan Kota Padang……….. V-1 Gambar 5.2 Peta Topografi Kota Padang... V-2 Gambar 5.3 Gambaran Umum Kondisi Topografi Ruas Jalan Lubuk

Begalung-Indarung KM.PDG. 9+100 (Sta. 3+100)….….. V-3 Gambar 5.4 Sketsa Umum Penampang Melintang Ruas Jalan Lubuk

Begalung - Indarung ………... V-3 Gambar 5.5 Grafik LHR Ruas Jalan Lubuk Begalung – Indarung

tahun 2007 s/d 2011……... V-5 Gambar 5.6 Kemacetan dan Beberapa Jenis Kendaraan yang

Melewati Ruas Jalan Lubuk Begalung - Indarung ... V-6 Gambar 5.7 Grafik Penentuan CBR Tanah Dasar

Efektif………. V-12                  

(19)

ARNIS / 101135002 xix

Gambar 5.8 Grafik Repetisi Ijin Fatik untuk tebal pelat 21 cm... V-15 Gambar 5.9 Grafik Analisis erosi dan jumlah repetisi beban

berdasarkan faktor erosi, dengan bahu beton untuk tebal

pelat 21 cm ………..………...… V-16

Gambar 5.10 Grafik Repetisi Ijin Fatik untuk tebal pelat 22 cm... V-19 Gambar 5.11 Grafik Analisis erosi dan jumlah repetisi beban

berdasarkan faktor erosi, dengan bahu beton untuk tebal

pelat 22 cm ………... V-20 Gambar 5.12 Grafik Repetisi Ijin Fatik untuk tebal pelat 23 cm... V-23 Gambar 5.13 Grafik Analisis erosi dan jumlah repetisi beban

berdasarkan faktor erosi, dengan bahu beton untuk tebal

pelat 23 cm ………... V-24

Gambar 5.14 Sambungan Susut Melintang dengan dowel …………... V-27 Gambar 5.15 Sambungan memanjang ………... V-27 Gambar 5.16 Potongan melintang ruas jalan Lubuk Begalung -

Indarung ………... V-28

Gambar 5.17 Potongan Melintang Jalan …………..………... V-28 Gambar 5.18 Kurva Basis …... V-31 Gambar 5.19 Dimensi drainase samping jalan... V-33 Gambar 5.20 Nomogram penentuan besar lajur penguapan …………... V-49 Gambar 5.21 Sambungan peralihan antara perkerasan beraspal dan

perkerasan beton semen ………..….... V-52

                 

(20)

ARNIS / 101135002 xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Data Kelengkapan Administrasi Tugas Akhir

Lampiran B : 1. Data Lalu Lintas Ruas Jalan Lubuk Begalung-Indarung yaitu Data LHR Kendaraan Tahun 2011

2. Data Curah Hujan Kota Padang

3. Data Tanah (CBR) Ruas Jalan Lubuk Begalung-Indarung

Lampiran C : Rencana Anggaran Biaya (RAB) Perancangan Konstruksi Perkerasan Lentur (KM. PDG. 6+000 – KM. PDG.11+250)

Lampiran D : Gambar Detail Engineering Design (DED) Perancangan Konstruksi Perkerasan Lentur (KM. PDG. 6+000 – KM. PDG.11+250)                  

(21)

ARNIS / 101135002 xxi

DAFTAR ISTILAH

balok angker melintang (transverse log) adalah sistem konstruksi sambungan yang dibuat pada ujung-ujung perkerasan beton bertulang menerus dengan balok beton ditanamkan ke dalam tanah dasar guna memegang gerakan dari pelat.

batang pengikat (tie bars) adalah sepotong baja ulir yang dipasang pada sambungan memanjang dengan maksud untuk mengikat pelat agar tidak bergerak horizontal.

bahan pengisi sambungan (joint filler) adalah suatu bahan yang bersifat plastis yang dipasang pada celah sambungan muai, guna mencegah masuknya benda-benda asing ke dalam celah.

bahan penutup sambungan (joint sealer) adalah suatu bahan yang bersifat elastis yang dipasang pada bagian atas dari sambungan yang dimaksudkan untuk mencegah masuknya benda-benda asing ke dalam celah.

batang ulir (deformed bars) adalah batang tulangan prismatis atau yang diprofilkan berbentuk alur atau spiral yang terpasang tegak lurus atau miring terhadap muka batang, dengan jarak antara rusuk-rusuk tidak lebih dari 0,7 diameter batang pengenalnya/nominal.

dudukan tulangan (reinforcement chairs) adalah dudukan yang dibentuk sedemikian rupa yang terbuat dari besi tulangan, plastik atau bahan lainnya yang berfungsi sebagai dudukan tulangan arah memanjang dan melintang.

gompalan (spalling) adalah suatu bentuk kerusakan pada pelat beton yang umumnya terjadi pada tepi-tepi pelat atau retakan.

kuat tarik lentur (flexural strength modulus of rupture) adalah kekuatan beton yang diperoleh dari percobaan balok beton dengan pembebanan tiga titik yang dibebani sampai runtuh.

lapis pondasi bawah dengan bahan pengikat (bound sub-base) adalah pondasi bawah yang biasanya terdiri dari material berbutir yang distabilisasi dengan semen aspal, kapur,abu terbang (fly ash) atau slag yang dihaluskan sebagai bahan pengikatnya.                  

(22)

ARNIS / 101135002 xxii modulus reaksi tanah dasar (modulus of subgrade reaction) adalah nilai konstanta pegas (spring constant) dari tanah dasar di dalam menerima beban yang ditentukan dari percobaan pengujian beban pelat (Plate Bearing).

perkerasan beton bersambung tanpa tulangan (Jointed Unreinforced Concrete Pavement) adalah jenis perkerasan beton semen yang dibuat tanpa tulangan dengan ukuran pelat mendekati bujur sangkar, dimana panjang dari pelatnya dibatasi oleh adanya sambungan-sambungan melintang. Panjang pelat dari jenis perkerasan ini berkisar antara 4-5 meter.

perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan (Jointed Reinforced Concrete

Pavement) adalah jenis perkerasan beton yang dibuat dengan tulangan, yang ukuran pelatnya berbentuk empat persegi panjang, dimana panjang dari pelatnya dibatasi oleh adanya sambungansambungan melintang. Panjang pelat dari jenis perkerasan ini berkisar antara 8-15 meter.

perkerasan beton semen menerus dengan tulangan (Continuously Reinforced Concrete Pavement) adalah jenis perkerasan beton yang dibuat dengan tulangan dan dengan panjang pelat yangmenerus yang hanya dibatasi oleh adanya sambungan-sambungan muai melintang. Panjangm pelat dari jenis perkerasan ini lebih besar dari 75 meter.

ruji (dowel) adalah sepotong baja polos lurus yang dipasang pada setiap jenis sambungan melintang dengan maksud sebagai sistem penyalur beban, sehingga pelat yang berdampingan dapat bekerja sama tanpa terjadi perbedaan penurunan yang berarti.

sambungan muai (expansion joint) adalah jenis sambungan melintang yang dibuat untuk membebaskan tegangan pada perkerasan beton dengan cara menyediakan ruangan untuk pemuaian.

sambungan pelaksanaan (construction joint) adalah jenis sambungan melintang atau memanjang yang dibuat untuk memisahkan bagian-bagian yang dicor/dihampar pada saat yang berbeda, ditempatkan di antara beton hasil penghamparan lama dengan beton hasil penghamparan baru. jenis sambungan melintang yang dibuat dengan maksud untuk mengendalikan retak susut beton, serta membatasi pengaruh tegangan lenting yang timbul pada pelat akibat pengaruh perubahan temperatur dan kelembaban. jarak antara tiap sambungan susut, umumnya dibuat sama.

takikan (groove) adalah ruang pada bagian atas sambungan yang dibuat sebagai tempat bahan penutup.

                 

(23)

ARNIS / 101135002 xxiii tegangan lenting (warping stress) adalah tegangan yang terjadi pada pelat beton yang ditimbulkan oleh melentingnya pelat akibat perbedaan temperatur dan kelembaban.

lalu-lintas harian rata-rata (LHR) adalah jumlah total volume lalu-lintas roda empat atau lebih dalam satu tahun dibagi dengan jumlah

hari dalam satu tahun.

California Bearing Ratio (CBR) adalah perbandingan antara beban penetrasi suatu lapisan tanah atau perkerasan terhadap beban standar dengan kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama.

Umur Rencana (UR) adalah suatu periode tertentu dalam tahun, yang dirancang agar jalan yang direncanakan dan dipelihara dapat berfungsi selama periode tersebut. suatu tindakan perbaikan mutu bahan perkerasan jalan atau meningkatkan kekuatan bahan sampai kekuatan tertentu agar bahan tersebut dapat berfungsi dan memberikan kinerja yang lebih baik dari pada bahan aslinya.

beban sumbu standar adalah beban sumbu dengan roda ganda yang mempunyai total berat sebesar 8,16 ton.

jalur lalu-lintas adalah bagian jalan yang direncanakan khusus untuk lintasan kendaraan

lajur lalu-lintas adalah bagian dari jalur jalan yang diperuntukkan bagi laju satu lintasan kendaraan.                  

(24)

ARNIS / 101135002

DAFTAR PUSTAKA

Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah, 2008, Padang Dalam Angka, Pemerintah Daerah Kota Padang, Padang.

Badan Standardisasi Nasional, 2004, Geometri Jalan Perkotaan, RSNI T-14-2004, Jakarta.

Direktorat Pembinaan Jalan Kota, 1997, Manual Kapasitas Jalan Indonesia

(MKJI), Departemen Kimpraswil , Jakarta.

Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2003, Perencanaan Perkerasan

Jalan Beton Semen Pd T-14-2003, Jakarta.

Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2003, PelaksanaanPerkerasan

Jalan Beton Semen Pd T-05-2004-B, Jakarta.

Departemen Pekerjaan Umum, 2006, Perencanaan Sistem Drainase Jalan Pd T-02-2006-B, Jakarta.

Departemen Perhubungan, 2007, Kendaraan Pengangkut Peti Kemas di Jalan Permenhub. No. KM 14 tahun 2007, Jakarta.

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, 2004, Jalan UU No. 38 Tahun 2004, Jakarta

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, 2009, Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan UU No. 22 Tahun 2009, Jakarta

Direktorat Jenderal Bina Marga, 1983, Manual Pemeriksaan Perkerasan Jalan

dengan Alat Benkelman Beam, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.

Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997, Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan

Antar Kota, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.

Direktorat Jenderal Bina Marga, 2010, Spesifikasi Umum 2010, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.

Direktorat Jenderal Tata perkotaan dan Perdesaan, 2004, Survet Pencacahan

Lalu-lintas dengan Cara Manual, Departemen Permukiman dan Prasarana

Wilayah, Jakarta.

Presiden Republik Indonesia, 1993, Prasarana dan Lalu-lintas Jalan PP No 43 Tahun 1993, Jakarta                  

(25)

ARNIS / 101135002

Hendarsin, Shirley L., 2000, Penuntun Praktis Perencanaan Teknik Jalan Raya, Politeknik Negeri Bandung, Bandung.

Saodang, H., 2004, Konstruksi Jalan Raya Buku 2 Perancangan Perkerasan Jalan Raya, Nova, Bandung.

Sukirman, Silvia, 2010, Perencanaan Tebal Struktur Perkerasan Lentur, Nova, Bandung.                  

Gambar

Tabel  2.1  Kelas Jalan berdasarkan fungsi dan penggunaannya
Tabel  3.14  Koefisien kekasaran Manning ………………..………...……..  III-38  Tabel  3.15  Komponen penampang saluran ………………………....…….
Gambar  1.1  Peta Provinsi Sumatera Barat............................................
Gambar  4.4  Bagan  alir  perencanaan  drainase  jalan  metoda  Pd  T-02-
+2

Referensi

Dokumen terkait

 Korelasi antara suhu dan aliran fluida terhadap aktifitas daerah sistem panas bumi di daerah Paguyangan menunjukkan semakin besar nilai suhu makan semakin

 Sistem Jaringan Air Minum Perkotaan Purbalingga, yaitu sistem jaringan air minum yang saat ini melayani penduduk yang berada di wilayah Kota Purbalingga dan

Penyedia harus mengganti kerugian kepada TÜV SÜD Grup dan kepada Direktur, petugas, pegawai, afiliasi, anak perusahaan, dan agen terhadap setiap kewajiban yang ditanggung oleh TÜV

Pada saat penghentian pengakuan atas aset keuangan secara keseluruhan, maka selisih antara nilai tercatat dan jumlah dari (i) pembayaran yang diterima, termasuk

Perkembangan teknologi yang semakin maju membuat internet menjadi salah satu media yang tidak hanya untuk berkomunikasi, tapi juga media untuk berbelanja. Semakin

Dari hasil uji t untuk variabel pertumbuhan perusahaan diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,463 oleh karena nilai koefisien negatif dan nilai signifikansi lebih besar dari

For teacher II during the observation the writer found that she often use the main textbook for her teaching, start from introducing the material, giving explanation and the

Jenis belahan pada labioskizis dan labiopalatoskizis dapat sangat bervariasi, bisa mengenal salah satu bagain atau semua bagian dari dasar cuping hidung, bibir, alveolus